Anda di halaman 1dari 3

Fantastis, barangkali merupakan kata yang tepat untuk menggambarkan

antusiasme manusia dalam berinteraksi dengan manusia lain di ruang digital.


Manusia masa kini seolah berlomba-lomba mengukuhkan eksistensi diri di dalam
ruang tak kasat mata bernama media sosial. Atmosfir perlombaan itu kian terasa
saat Asosiasi Jasa Penyelenggara Internet Indonesia merilis data bahwa pada
tahun 2022 sebanyak 98.02% manusia Indonesia menggunakan internet dengan
tujuan mengakses media social.

Lonjakan jumlah pengguna media sosial ini merupakan akumulasi dari


arus pertukaran informasi yang begitu deras, kesempatan untuk berinteraksi tanpa
batas dan ruang berpendapat yang bebas. Kebebasan inilah yang diduga menjadi
kambing hitam atas meningkatnya kasus penyebaran hoax di media sosial. Bukan
tanpa alasan, data Kementerian komunikasi dan informasi mencatat bahwa hingga
Februari 2023, sebanyak 9.417 kasus penyebaran berita hoax telah terjadi melalui
media sosial.

Data yang ada sungguh bertolak belakang dengan amanat Undang-Undang


Pasal 28E ayat (3) bahwa "setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul dan mengeluarkan pendapat”. Oleh sebab itu, setiap pengguna media
social dituntut untuk memiliki kapasitas diri dalam memanfaatkan kebebasan
berpendapat secara beradab, bermanfaat dan yang paling penting anti hoax.
Terinspirasi dari paparan tersebut, syarahan ini hadir sebagai wujud kepedulian
kami dalam mengurai solusi pemberantasan hoax di media sosial, dengan judul
MEMBENTUK GENERASI ANTI HOAX, BERADAB DAN
BERMARTABAT, dengan kata kunci BEBAS JANGAN KEBABLASAN,
BEBAS HARUS BERTANGGUNG JAWAB!

Hadirin, sebagai landasan dasar, marilah kita renungkan al-Qur’an surah al-Ahzab
ayat 70-71 berikut ini:

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah


dan Katakanlah perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki
amalan-amalanmu dan mengampuni dosa dosamu. Dan siapa mentaati
Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan
yang besar.

Hadirin, dalam ayat tersebut Allah menyandingkan perintah wattaqullah


dan qulu qoulan sadida. Ini bermakna bahwa orang yang bertaqwa harus menjaga
lidahnya dengan ucapan yang benar. Syekh Al – Qurtubi dalam Tafsir al-Jami’u li
Ahkamil Qur’an juz 14 halaman 253 menjelaskan ‫ والقواللسداديعم‬benar dan sengaja
dengan perkataan Ucapkanlah ‫يرات‬OO‫ الخ‬.‫ا‬OO‫دا و حق‬OO‫ وقولواقوالسديداايقص‬,perkataan yang
benar adalah yang mengandung kebaikan. Ini jugalah yang ditegaskan oleh Syekh
Fachruddin Ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghoibjuz 25 halaman 186
‫ فالخيراألفعاالمالحقفااألقوالواما‬perbuatan itu harus baik, dan benar.
Lalu bagaimana perkataan yang benar itu hadirin? Syekh Ibnu Katsir
dalam tafsir AlQur’anul Azim juz 6 halaman 487 menyatakan‫ه ج‬OOO‫والفي‬
‫ديداقوال وِ ْع اَف‬OO‫ َجَاالمستقيماأيس‬yaitu ‫ْاِنَح ر ا‬perkataan yang lurus, tidak mengandung
kepalsuan dan penyimpangan. Ucapan dan tindakan harus sejalan. Tidak
berbohong, dan tidak manipulasi.

Namun sayang beribu kali sayang hadirin, retorika indah yang telah
diajarkan oleh Islam dan dijamin oleh undang-undang berbanding terbalik dengan
fenomena kekinian. Paparan peristiwa demi peristiwa, fenomena, data dan
fakta berbicara lain. Betapa banyak manusia masa kini, terutama generasi muda,
yang kebablasan dalam memanfaatkan kebebasan berpendapat secara tidak
beradab bahkan cenderung biadab. Mulai dari konten yang mengandung
sarkasme, menyesatkan, salah konteks, salah koneksi, plagiat, manipulasi hingga
penyebaran konten palsu untuk menipu. Kesemua itu bersatu, berpadu dan
bahu membahu dalam membentuk generasi barbar tanpa adab berpendapat.

Hadirin, kita tentu pernah mendengar, menyaksikan bahkan barangkali


menjadi salah satu korban penyebaran hoax di media social. Ada yang tergiur
investasi bisnis bodong yang membuat rugi sampai milyaran. Ada pula yang
terlibat sindikat barang haram, hingga jadi buronan kepolisian, Sebagian yang lain
terpikat bujuk rayu pemilik akun palsu, hingga menjadi korban penculikan,
pemerkosaan dan pembunuhan. Bahkan masyarakat awam, sering terprovokasi
dengan berita hoaks, lalu menebar ujaran kebencian, hingga meringkuk dalam
tahanan. Semua itu adalah konsekwensi yang harus ditanggung akibat kebablasan
dalam berpendapat di media social.

Hadirin, berkaca pada realita menyedihkan yang telah kami paparkan,


tersentuh hati kita, terketuk relung sanubari dan terbersit tanya di alam
pikir, “akankah kita berpangku tangan menyaksikan kehancuran generasi
Indonesia akibat kebablasan berpendapat di media sosial? Jawabannya tentu
TIDAK, oleh sebab itu, sudah selayaknya generasi Indonesia didampingi, untuk
berbenah dan memperbaiki diri agar mampu mempertahankan budaya ketimuran
kita yang terkenal dengan adab dan sopan santunnya. Generasi kita harus menjadi
pengguna media social yang mampu berpikir jernih ditengah keruh dan derasnya
arus perputaran informasi di media sosial. Hal ini sejalan dengan ucapan Yuval
Noah Horari, penulis buka Sapien’s and Homo Deus bahwa : “In a world full
irrelevant information, clarity of thought is power” : Kejernihan Berfikir adalah
Kekuatan.

Hadirin, pertanyaan selanjutnya adalah, “bagaimana cara membentuk generasi


anti hoax, beradab dan bermartabat?”. Setidaknya ada dua cara fundamental yang
dapat kita lakukan:

Pertama adalah sosialisasikan Undang-undang ITE nomor 19 tahun 2019


kepada generasi muda. Hal ini dimaksudkan agar mereka menyadari sepenuh hati,
jangan menebar berita yang belum jelas sumbernya, karena akan menjadi
bencana. Jangan menyinggung isu SARA agar amarah tak membara, Jangan
menyebar link pornografi dan pornoaksi, karena itu racun generasi. Ingatlah
selalu! Abu Muhammad Husain al-bagowi dalam ma’alimuttanzil fi tafsir al-
qur’an hal 668 juz 3 menjelaskan ‫الحة‬OO‫يصلحلهمأعمالهمأييِو فُقهملألعمااللص‬. Allah akan
selalu memberikan taufik untuk selalu berbuat kebaikan. ‫د‬OOO‫زيمافوزافازفق‬
(faqodfazafauzanaziiman). Allah akan ampunkan dosa-dosanya, lalu di masukkan
kedalam syurga. Inilah kemenangan yang agung, bagi orang yang bertaqwa dan
menjaga perkataannya. Mulai saat ini, tahan jempolmu, think before you click,
saring sebelum sharing, jadilah penyampai kebenaran, quuluuqoulan sadiida.

Cara yang kedua hadirin, bekali generasi muda melalui pendidikan dan
pelatihan agar memiliki kapasitas dan kualitas pengetahuan yang memadai tentang
hoax. Manfaatkan media sosial sebagai wadah untuk mencerdaskan generasi agar
tak mudah terbuai hoax. Jangan asal like, comment dan share. Dalami informasi
yang ada, telaah dari berbagai sumber agar argument kita semakin kuat. Hal ini
sejalan dengan Q.S Al-Hujaratayat 6.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik


membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu. (Q.S Al-Hujarat : 6)

Syekh Al-Qurtubi dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an jilid 16


halaman 312 memaknai kata fasik dengan ‫ الكذاب‬,pendusta. Selanjutnya kalimat ‫بنبإ‬
menurut Quraish Shihab dalam tafsir al-misbah halaman 588 bermakna berita
penting. Lalu kalimat ‫بينوا‬OOOO‫ فت‬menurut SyekhAidh Al- Qarnidalam tafsir
Muyassarhal. 153 ‫حةمنفتثبتوا‬OOO‫ الخبرص‬buktikanlah kebenaran berita itu, telitilah
dengan sungguh-sungguh, carilah kejelasan, jangan mempercayainya, sebelum
mudhorat member kamu jika ‫يبواقوما‬OOO‫ لئالتص‬: ‫يبواقومابجهالةأي‬OOO‫ أنتص‬.kebenarannya
mengetahui kepada kaum yang tidak bersalah , ‫اهلونوأنتم‬OOO‫ ج‬itu karena
kebodohanmu. Demikian ditegaskan Ali As-Shobuni dalam Syofwatut tafasir juz
3 hal. 216.

Hadirin, jangan sampai kita menyakiti orang lain karena kesalahan


menerima berita. Jangan sampai kita merugikan orang lain karena kecerobohan
kita. Jangan sampai kita menghancurkan bangsa ini karena kebodohan kita.
‫ فعلتمماعلىفتصبحوانادمين‬sesungguhnya kita akan menyesal.

Hadirin, syarahan yang kami sampaikan pada dasarnya bermuara pada


pemahaman bahwa gegap gempita penggunaan media social tak terbendung lagi.
Sudah selayaknya kita selaku manusia beradab menggunakan media sosial secara
bebas bertanggungjawab.

Oleh sebab itu, kami mengajak kita semua, seluruh komponen bangsa
untuk membulatkan tekad, mengerahkan tenaga, dan menyatukan kekuatan untuk
memberantas hoaks di bumi Indonesia tercinta

Anda mungkin juga menyukai