Anda di halaman 1dari 4

ETIKA BERKOMUNIKASI DI MEDIA SOSIAL

Oleh Rita Gamasari, M.A.


Media sosial layaknya pisau bermata dua. Membawa dampak positif dan negatif. Media
sosial sebagai sarana berkomunikasi, membantu membangun relasi untuk saling terkoneksi,
bahkan membuka pintu rezeki untuk menghasilkan pundi-pundi. Namun hadirin, tidak bisa kita
pungkiri, media sosial juga dapat membahayakan pribadi, instansi dan institusi.

Akhir-akhir ini, media sosial sering disalahgunakan untuk menjalankan propaganda adu
domba, memperluas jaringan teroris dan narkoba, penipuan, prostitusi online, dan perdagangan
manusia, bahkan sarana perpecahan SARA. Betapa banyak pengguna media sosial yang sudah
tak beretika, bebas berbicara, berargumen sesukanya, menyumpah, mengutuk, menghina, bahkan
melecehkan orang lain, tanpa memikirkan perasaan, aturan, batasan, serta tuntunan ajaran islam.
Pantas kalau Alberts Einstein juga pernah berkata“ it has become appallaingly obvious that our
technology has exceeded our humanity. Sudah semakin jelas terlihat bahwa teknologi kita telah
melampaui batas kemanusiaan. Untuk itu “ Etika Berkomunikasi di Media Sosial” adlah judul
syarhil Qur’an yang akan kami sampaikan.Sebagai rujukan al-Qur’an surah al-Ahzab ayat 70-71.

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah
perkataan yang benar, Niscaya Allah memperbaiki amalan-amalanmu dan mengampuni dosa-
dosamu. Dan siapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, Maka Sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.( Q.S al-ahzab :70-71)

Hadirin, dalam ayat tersebut allah menyandingkan perintah wattaqullah dan qulu qoulan
sadida. Ini bermakna bahwa orang yang bertaqwa harus menjaga lidahnya dg ucapan yang benar.
Syekh Al – Qurtubi dalam Tafsir al-Jami’u li Ahkamil Qur’an juz 14 halaman 253. Menjelaskan
.‫ وقولوا قوﻻ سديدا اي قصدا و حقا‬Ucapkanlah perkataan dengan sengaja dan benar. ‫والقول السداد يعم‬
‫الخيرات‬, perkataan yang benar adalah yang mengandung kebaikan. Ini jugalah yang ditegaskan
oleh Syekh Fachruddin Ar-Razi dalam tafsir Mafatihul Ghoib juz 25 halaman 186 ‫اما اﻷفعال فالخير‬
‫ واما اﻷقوال فا لحق‬perbuatan itu harus baik, dan perkataan harus benar.

Naskah MSQ Provinsi Sumatera Barat finalis pada MTQ Nasional ke-28 Th 2020 di Kota Padang
Lalu bagaimana perkataan yang benar itu hadirin? Syekh Ibnu Katsir dalam tafsir Al-
َ ‫ قوﻻ سديدا أي مستقيما ﻻ ا ْع ِو َجا َج فيه وﻻ ا ْن ِح َر‬yaitu
Qur’anul Azim juz 6 halaman 487 menyatakan ‫اف‬
perkataan yang lurus, tidak mengandung kepalsuan dan penyimpangan. Ucapan dan tindakan
harus sejalan. Tidak berbohong, dan tidak manipulasi.

Namun hadirin, apa yang terjadi di era media sosial saat ini? Etika berkomunikasi makin
jauh dari perilaku sehari-hari. Banyak yang tidak peduli sampai membahayakan diri sendiri.
Munculnya update status berlebihan, selfi, upload foto pribadi, dengan segala macam ekspresi,
tanpa proteksi privasi.

Media sosial juga mulai berubah fungsi, bukan hanya sebagai alat komunikasi, tetapi
menjadi tempat meluapkan emosi, cyber bullying, cyber hate dan cyber hoax. Hoaks tampil
layaknya fakta, dikemas sedemikian rupa, hingga pembaca percaya dan terpedaya, lalu
disebarkan ke jagat maya, sehingga menebarlah kebohongan, muncullah ketakutan, bahkan
hancurlah kehormatan si korban. Pantaslah kalau Prof. Dr. Komarudin Hidayat, Mantan Rektor
UIN Jakarta, sebagai Duta Anti Hoaks Indonesia menyatakan “ Berita hoaks sangat mengerikan,
ia membuat kegelisahan, menebarkan rasa benci dan ketakutan, bahkan bisa membunuh karakter
karena berisi manipulasi dan kecurangan.”

Hadirin, betapa banyak saudara kita yang jadi korban penipuan. Tergiur investasi bisnis
bodong hingga rugi sampai milyaran. Terlibat sindikat barang haram, hingga jadi buronan
kepolisian, Terpikat bujuk rayu pemilik akun palsu, hingga jadi korban penculikan, pemerkosaan
dan pembunuhan, Bahkan kita masyarakat awam, sering terprovokasi dengan berita hoaks, lalu
menebar ujaran kebencian, hingga meringkuk dalam tahanan. Nauzubillah.

Hadirin, bukankah hoaks hanya membawa petaka berujung penjara? bukankah hoaks
akan merusak hubungan antar umat beragama? dan bukankah hoaks hanya akan
menghancurkan persatuan dan kesatuan kita? Tentu kita tidak ingin hal ini menimpa tanah
air kita tercinta. Betul hadirin?

Oleh karena itu hadirin, mari kita berhati-hati menggunakan media sosial. Baca dan
fahami Undang-undang ITE nomor 19 tahun 2019, jangan menebar berita yang belum jelas
Naskah MSQ Provinsi Sumatera Barat finalis pada MTQ Nasional ke-28 Th 2020 di Kota Padang
sumbernya, karena akan menjadi bencana. Jangan menyinggung isu SARA agar amarah tak
membara, Jangan menyebar link pornografi dan pornoaksi, karena itu racun generasi. Mulai
saat ini, tahan jempolmu, think before you click, saring sebelum sharing, jadilah penyampai
kebenaran, quuluu qoulan sadiida….setujuuuu?

‫ يصلح لهم أعمالهم أي يو ِفقُهم لﻸعمال الصالحة‬Allah akan memberi taufik untuk selalu berbuat kebaikan.
‫فقد فاز فوزا عزيما‬. Allah ampunkan dosa-dosanya, lalu di masukkan ke dalam syurga. Inilah
kemenangan yang agung, bagi orang yang bertaqwa dan menjaga perkataannya. Demikian
dijelaskan Abu Muhammad Husain al-bagowi dalam ma’ali muttanzil fi tafsir al-qur’an hal 668
juz 3.

Lalu hadirin, bagaimana tuntunan al Qur’an agar kita terhindar dari berita hoaks ?
Sebagai jawabannya mari kita simak firman Allah dalam surah Al-Hujarat ayat 6.

“Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu
kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu. (Q.S
Al-Hujarat : 6)

Syekh Al-Qurtubi dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Qur’an jilid 16 halaman 312
memaknai kata fasik dengan ‫الكذاب‬, pendusta. Selanjutnya kalimat ‫ بنبإ‬menurut Quraish Shihab
dalam tafsir al-misbah halaman 588 bermakna berita penting. Lalu kalimat ‫ فتبينوا‬menurut Syekh
Aidh Al- Qarni dalam tafsir Muyassar hal. 153 ‫ فتثبتوا من صحة الخبر‬buktikanlah kebenaran berita
itu, telitilah dengan sungguh-sungguh, carilah kejelasan, jangan mempercayainya, sebelum
mengetahui kebenarannya. ‫ لئﻼ تصيبوا قوما‬: ‫ أن تصيبوا قوما بجهالة أي‬jika kamu memberi mudhorat
kepada kaum yang tidak bersalah, ‫ وأنتم جاهلون‬itu karena kebodohanmu. Demikian ditegaskan Ali
As-Shobuni dalam Syofwatuttafasir juz 3 hal. 216.

Hadirin, saudara sebangsa setanah air, jangan sampai kita menyakiti orang lain karena
kesalahan menerima berita. Jangan sampai kita merugikan orang lain karena kecerobohan
kita. Jangan sampai kita menghancurkan bangsa ini karena kebodohan kita. ‫فتصبحوا على ما فعلتم‬
‫ نادمين‬sesungguhnya kita akan menyesal.
Naskah MSQ Provinsi Sumatera Barat finalis pada MTQ Nasional ke-28 Th 2020 di Kota Padang
Sebagai kesimpulan, pertama, etika berkomunikasi di media sosial telah diatur di dalam
undang-undang ITE. Namun belum sepenuhnya rakyat Indonesia memahami dan
menjalankannya. Kedua, tugas kita semua, seluruh rakyat Indonesia, mari saling menjaga, saling
mengingatkan sesama, tunjukkan etika jika eksis di media. Setujuuu? Ketiga, waspadalah
terhadap hoaks apa pun tampilannya. Jangan mau di pecah belah, karena kita cinta Indonesia,
Kita cinta Pancasila. Inilah yang diingatkan oleh Irjen .Pol. Drs. Paulus Waterpau dalam lagunya
yang berjudul “ saya Indonesia, saya anti hoaks”.

Bawa sana berita hoaksmu Ujaran kebencianmu

Kami cinta Indonesia Kami cinta pancasila

Kami cinta kedamaian Kami tak dapat dipecah-belah.

Demikian syarahan kami. Wassalam.

Naskah MSQ Provinsi Sumatera Barat finalis pada MTQ Nasional ke-28 Th 2020 di Kota Padang

Anda mungkin juga menyukai