Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN DIAGNOSA MEDIS ARTHRITIS RHEUMATOID

A. PENGERTIAN
Artritis Reumatoid (AR) merupakan suatu penyakit yang tersebar luas serta
melibatkan semua kelompok ras dan etnik di dunia. Penyakit ini merupakan suatu penyakit
autoimun yang ditandai dengan terdapatnya sinovitis erosif simetrik yang walaupun terutama
mengenai jaringan persendian, seringkali juga melibatkan organ tubuh lainnya. Sebagian
besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang timbul, yang jika tidak
diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan deformitas sendi yang
progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini. Walaupun faktor genetik,
hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh kuat dalam menentukan pola
morbiditas penyakit ini sehingga etiologi AR yang sebenarnya tetap belum dapat diketahui
dengan pasti.

B. PATOFISIOLOGI
Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi monosit, makrofag dan
syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1, interleukin-6 dan TNF-α untuk
mensekresikan matrik metaloproteinase melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69
dan CD11 melalui pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-
17. Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi pada
rheumatoid arthritis. Arktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk memproduksi
immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi dari rhumetoid faktor ini
dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah diketahui secara pasti, tapi kemungkinan
besar reumatoid faktor mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun
kompleks. Aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang secara
keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag, limfosit dan fibroblas juga
menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada
synovial penderita reumatoid artritis.

C. DATA YANG PERLU DI KAJI


Data dasar pengkajian klien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya
(misalnya mata, jantung), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/istrahat
Gejala : nyeri sendi karena gerakan, nyeri teka, memburuk dengan stres pada sendi,
kekakuan pada pagi hari.
Tanda : Malaise
2. Kardiovaskuler
Gejala : fenomena raynaud jari tangan/kaki
3. Integritas ego
Gejala : faktor-faktor stres akut/kronik
4. Makanan/cairan
Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/mengkonsumsi makanan/cairan adekuat:
mual, anoreksia
Tanda : penurunan berat badan
5. Nyeri/kenyamanan
Gejala : fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi)
6. Keamanan
Gejala : kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus, lesi kulit, ulkus kaki, kekeringan
pada meta dan membran mukosa.

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut/ kronis b/d agen cedera biologis
2. Hambatan mobilitas fisik b/d gangguan muskuloskeletal   
3. Deficit derawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal   

E. RENCANA KEPERAWATAN

NOC NIC
Pain Level Pain management
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
penyebab nyeri, mampu menggunakan komprehensif termasuk lokasi,
tehnik nonfarmakologi untuk karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
mengurangi nyeri, mencari bantuan) dan faktor presipitasi
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang 2. Observasi reaksi nonverbal dari
dengan menggunakan manajemen nyeri ketidaknyamanan
3. Mampu mengenali nyeri (skala, 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) mencari dan menemukan dukungan
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri 4. Kontrol lingkungan yang dapat
berkurang mempengaruhi nyeri seperti suhu
5. Tanda vital dalam rentang normal ruangan, pencahayaan dan kebisingan
6. Tidak mengalami gangguan tidur 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan intervensi
7. Ajarkan tentang teknik non farmakologi:
napas dala, relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
8. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti
penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari prosedur
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah
pemberian analgesik pertama kali
Mobility level Exercise therapy : ambulation
1. Klien meningkat dalam aktivitasfisik. 1. Monitoring vital sign sebelm/sesudah
2. Mengerti tujuan dari peningkatan latihan dan lihat respon pasien saat
mobilitas latihan
3. Memverbalisasikan perasaan dalam 2. Konsultasikan dengan terapi fisik
meningkatkan kekuatan dan kemampuan tentang rencana ambulasi sesuai dengan
berpindah kebutuhan
4. Memperagakan penggunaan alat Bantu 3. Bantu klien untuk menggunakan tongkat
untuk mobilisasi (walker) saat berjalan dan cegah terhadap cedera
4. Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan
lain tentang teknik ambulasi
5. Kaji kemampuan pasien dalam
mobilisasi
6. Latih pasien dalam pemenuhan
kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai
kemampuan
7. Dampingi dan Bantu pasien saat
mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien bagaimana merubah
posisi dan berikan bantuan jika
diperlukan
Self care : Activity of Daily Living (ADLs) Self Care assistane : ADLs
1. Menyatakan kenyamanan terhadap 1. Monitor kemempuan klien untuk
kemampuan untuk melakukan ADLs perawatan diri yang mandiri.
2. Dapat melakukan ADLS dengan bantuan 2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat
bantu untuk kebersihan diri, berpakaian,
berhias, toileting dan makan.
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu
secara utuh untuk melakukan self-care.
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas
sehari-hari yang normal sesuai
kemampuan yang dimiliki.
5. Dorong untuk melakukan secara
mandiri, tapi beri bantuan ketika klien
tidak mampu melakukannya.
6. Ajarkan klien/ keluarga untuk
mendorong kemandirian, untuk
memberikan bantuan hanya jika pasien
tidak mampu untuk melakukannya.
7. Berikan aktivitas rutin sehari- hari sesuai
kemampuan.
8. Pertimbangkan usia klien jika
mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-
hari.

Anda mungkin juga menyukai