PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum
seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara
ASEAN lain. Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan
reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama
bukan hanya individuyang bersangkutan, karena dampaknya menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
(Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai kesejahteraan fisik,
mental, dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan)dalam semua hal yang berkaiatan dengan sistem reproduksi,
serta fungsi dan prosesnya (Kumalasari, 2012).
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan
75% wanita dunia pasti menderita Flour Ablus paling tidak sekali seumur
hidup dan 45% diantaranya biasa mengalami sebanyak dua kali atau lebih
(Shadine, 2012).
Berdasarkan data BKKBN tahun 2009, remaja putri di Indonesia
yang berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat. Bahkan 83,3% remaja
putri di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual. Menurut data
kunjungan pasien bulan September 2016 di Poned Rajapolah setidaknya
ada 5 orang yang periksa dengan gangguan reproduksi, diantaranya Flour
Albus.
Melihat masih tingginya angka gangguan reproduksi dengan Flour
Albus maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Nn. R 17 Tahun
Dengan Flour Albus di Poned Rajapolah”.
1
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan suatu perumusan
masalah yaitu “Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Gangguan
Sistem Reproduksi Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus di Poned
Rajapolah tahun 2016 dengan menggunakan manajemen kebidanan tujuh
langkah Varney?”
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan
sistematis pada Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus.
2) Menginterpretasi data serta menemukan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Nn. R umur 17 tahun
dengan Flour Albus.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Nn. R umur 17
tahun dengan Flour Albus.
4) Melakukan antisipasi pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus.
5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan
atau intervensi segera pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus.
6) Melaksanakan rencana tindakan pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus.
2
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Nn. R umur 17 tahun
dengan Flour Albus.
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan
kasus nyata di lapangan pada kasus Nn. R umur 17 tahun
dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus di PONED
Rajapolah.
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah
pada kasus Nn. R umur 17 tahun dengan gangguan sistem
reproduksi Flour Albus.
2. Bagi Profesi
Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan,
memberikan asuhan kebidanan, khususnya kasus Nn. R umur 17 tahun
dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus.
3
Dapat menambah sumber dan buku bacaan di perpustakaan
demi meningkatkan kualitas sistem pendidikan khususnya
mengenai gangguan reproduksi pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Flour Albus
5
Dalam keadaan normal ada sejumlah secret
yang mempertahankan kelembapan vagina yang banyak mengandung
epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih.
Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak
terlalu kental, jernih, warna putih atau kekuningan jika terkontaminasi
oleh udara, tidak disertai rasa nyeri,dan tidak timbul rasa gatal yang
berlebih.Hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya Flour
Albus fisiologis antara lain :
a) Infeksi
Adanya kuman, jamur, parasit, dan virus
dapat menghasilkan zat kimia tertentu bersifat asam
dan menimbulkan bau yang tidak sedap.
b) Benda asing
Adanya benda asing yang dapat merangsang pengeluaran
cairan dari liang senggama yang berlebihan.
6
c) Kanker
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan
sel normal yang berlebihan, sehingga mengakibatkan
sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah
untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel
kanker tersebut.
d) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan
Kadang – kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang
senggama yang bercampur air seni atau feses, yang terjadi
akibat adanya lubang kecil dari kandung kencing tau ususke
liang senggama akibat adanya cacat bawaan, cedera
persalinan, radiasi dan akibat kanker.
e) Menopause
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan
dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon
estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena
tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi
penyerta.
Fisiologis
Patologis
7
a) Keputihan yang disertai gatal, panas pada vagina
b) Keluarnya lendir yang kental
c) Rasa panas saat kencing
d) Secret vagina berwarna putih dan menggumpal
e) Berwarna putih ke abu-abuan atau kuning dengan bau
yang menusuk.
8
e. Pencegahan Flour Albus.
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya
Flour Albus, antara lain :
9
Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna
dan jumlah tidak berlebih. Cairan ini berfungsi sebagai sistem
perlindungan alami, mengurangi gesekan di dinding vagina saat berjalan
dan saat melakukan hubungan seksual. Sebenarnya di dalam alat genital
wanita terdapat mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang
menjaga kadar keasaman pada pH vagina berkisar antara 3,8-4,2. Sebagian
besar, hingga 95% adalah bakteri patogen (yang menimbulkan penyakit).
Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang, bakteri patogen
tidak akan mengganggu.Masalah baru timbul ketika kondisi asam ini turun
alias lebih besar dari 4,2. Bakteri-bakteri laktobasilus gagal menandingi
bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah
keputihan (Shadine, 2012).
10
pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah
intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulanganya
yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan.
2. Setia untuk mencegah penularan penyakit menular seksual.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya
agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan
celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian
celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, panty
liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak.
4. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar tiap kali
buang air yaitu dengan arah depan kebelakang.
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu,
lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina.
6. Hindari penggunaan bedak talk, tissue atau sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena menyebabkan iritasi.
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat
mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Identitas Pasien
B Data Subjektif
1. Alasan kunjungan
Nn. R datang ke poned rajapolah dengan keluhan mengalami keputihan
sejak 1 minggu, sering keluar lendir kental yang berlebih, berwarna
putih, tidak berbau berbau dan kadang merasa gatal pada alat genitalnya
2. Riwayat Menstruasi
a. Menarche
Nn. R mengatakan haid pertama saat umur 12 tahun.
b. Siklus haid
12
Nn. R mengatakan siklus haidnya 30 hari.
c. Lama
Nn. R mengatakan lama haid 7 hari.
c. Banyak
Nn. R mengatakan 2 kali sehari ganti pembalut.
d. Teratur/tidak
Nn. R mengatakan haidnya teratur.
e. Sifat darah
Nn. R mengatakan darahnya encer, merah segar.
f. Disminore
Nn. R mengatakan tidak pernah nyeri saat haid.
3. Riwayat Perkawinan
6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang
13
Nn. R mengatakan belum pernah melakukan operasi
apapun.
7. Pola kebiasaan sehari-hari
a. Nutrisi
Nn. R mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang, dengan menu (nasi,
sayur, lauk) dan minum 7-8 gelas sehari dan tidak ada perubahan sebelum
dan saat ini.
b. Eliminasi
Sebelum : Nn. R mengatakan sebelum mengalami keputihan buang air
kecil 4-5 kali sehari warna kuning jernih dan buang air besar 1-2 kali
sehari konsistensi lunak, serta tidak ada keluhan apapun.
Saat ini : Nn mengatakan buang air besar 1-2 kali sehari konsistensi lunak,
dan sering buang air kecil serta terasa panas saat berkemih.
c. Istirahat
Nn. R mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam.
d. Personal hygiene
Nn. R mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x
sehari, kramas 3x seminggu. Sebelum : Nn. R mengatakan ganti celana
dalam 2x sehari serta membersihkan genetalianya setiap habis buang air
besar dan buang air kecil ceboknya hanya dengan air tanpa sabun pencuci
vagina, tetapi cara ceboknya masih belum benar dari arah
depan kebelakang.
Saat ini : Nn. R mengatakan setelah buang air kecil cebok hanya dengan
menggunakan air saja dan selama mengalami keputihan menggunakan
pentyliner dan menggantinya 2x sehari.
e. Seksualitas
Nn. R mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual karena
belum menikah.
8. Data psikologis
Nn. R mengatakan merasa cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya
saat ini.
14
E. Data Obyektif
a. Keadaan Umum : baik
b. Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg S : 36,5ᵒC N : 85x/mnt R : 20x/mnt
TB : 155 cm BB : 45 kg
2. Pemeriksaan sistematis
a. kepala
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe.
Muka : Bersih, tidak oedema, tidak pucat.
Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih.
Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Mulut dan gigi : Bersih, tidak stomatitis.
b. Leher
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar
gondok.
Tumor : tidak ada benjolan.
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar
limfe.
c. Abdomen
15
Pembesaran uterus : tidak ada pembesaran uterus.
Pembesaran hati : tidak ada pembesaran hati.
Benjolan/tumor : tidak ada benjolan/tumor.
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan.
Luka bekas operasi : tidak ada luka bekas operasi.
e. Anogenital
1) Vulva Vagina
Varices : tidak ada varices.
Luka : tidak ada luka.
Kemerahan : ada sedikit kemerahan.
Pengeluaran pervaginam : ada cairan kental, putih keruh dan tidak berbau.
2) Anus
Haemoroid : tidak ada haemoroid
f. Ekstremitas
Varices : tidak ada varices
Oedema : tidak ada oedema
E. Analisa Data
Nn. R 17 tahun PoAo dengan Flour Albus Fisiologis
F. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan pada Nn. R tentang hasil pemeriksaan bahwa Nn.
R mengalami keputihan yang normal. Keputihan yang normal seperti :
cairan lendir tidak berbau, tidak berwarna kekuningan/kehijauan, dan
tidak gatal.
b. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan
daerah kewanitaannya yaitu dengan cara menjaga kebersihan
daerah kewanitannya yaitu dengan cara cebok dengan benar dari
depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah
ke vagina, menggunakan celana yang pas, selalu mengganti celana
dalam minimal 2 kali sehari, dan menghindari handuk yang berganti-
16
ganti dengan orang lain.
c. Memberikan dukungan moril pada Nn. R supaya tidak cemas bahwa
keputihannya merupakan hal yang fisiologis dari seorang wanita .
d. Memberikan penjelasan pada Nn. R agar tidak menggaruk
apabila alat kelaminnya terasa gatal, hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terjaadinya luka agar terhindar dari infeksi.
d. Memberikan terapi obat yaitu :
CTM 2x1 100 mg, 10 tablet
Metronidazol 3x1 500 mg, 10 tablet
Amoxcilin 3x1 500 mg, 10 tablet
Albothyl (digunakan untuk cebok dari arah depan kebelakang, dengan
cara larutkan 10-15 tetes albotyl pada 1 gayung air 2x
sehari).
Menjelaskan pada Nn. R untuk kontrol ulang 3 hari lagi yaitu pada
tanggal 12 September 2016
17
Data Perkembangan
A. Data Subyektif
1. Nn. R mengatakan keputihan sudah berkurang, sedikit berbau
dan gatal
sudah berkurang.
2. Nn. R mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya
saat ini.
3. Nn. R mengatakan sudah membersihkan alat genitalnya dengan
benar.
4. Nn. R mengatakan sudah minum obat secara teratur.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan umum
a. KU : baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82x/mnt R : 22x/mnt S : 36ᵒC
C. Asessment
Nn. R umur 17 tahun dengan gangguan sistem reproduksi Flour
Albus
hari ke 7.
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu bahwa keadaan Nn. R saat ini dalam keadaan
baik.
2. Menjelaskan pada Nn. R untuk tetap menjaga kebersihan daerah
genitalnya.
18
3. Memberikan dukungan moril pada Nn. R bahwa keadaannya ini
akan
sembuh.
E. EVALUASI :
19
BAB IV
PEMBAHASAN
20
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
1. Penulis mendapatkan
b. Dalam interpretasi data didapatkan diagnosa pada Nn. R umur 17 tahun dengan
gangguan sistem reproduksi Flour Albus. Masalah yang timbul adalah Nn. R
merasa cemas dan tidak nyaman sehubungan dengan cairan yang keluar dari
vaginanya, sehingga kebutuhan yang diberikan yaitu memberikan dukungan moril
pada Nn. R dan konseling tentang keputihan.
21
tidak ditemukan adanya diagnosa potensial.
e. Perencanaan pada kasus Nn. R dengan Flour Albus adalah beritahu pada Nn. R
tentang kondisinya, berikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah
genetalia agar tetap bersih dan kering. berikan dukungan moril kepada Nn. R,
berikan penjelasan kepada Nn. R untuk tidak menggaruk vagina bila terasa gatal,
berikan terapi untuk keputihan yang dialaminya Amoxcilin 3x 500 mg,
Metronidazol 3x 500 mg, CTM 2x 100 mg, albothyl sebanyak 10-15 tetes
dilarutkan dalam 1 gayung air dan digunakan untuk cebok serta anjurkan
untuk kontrol ulang 3 hari setelah pemeriksaan.
f. Dalam evaluasi pada kasus Nn. R selama 3 hari dengan 1 kali kunjungan di
dapat hasil evaluasi keputihan pada Nn. R sudah sembuh, Nn. R merasa
senang dan nyaman. Nn. R bersedia melaksanakan anjuran yang telah diberikan
oleh bidan.
B. Saran
1. Bagi Penulis
22
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang
penatalaksaan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Nn. R umur 17
tahun dengan Flour Albus dan dapat menerapkan teori dan praktek kebidanan
Flour Albus.
2. Bagi Profesi
b. Bagi Pendidikan
23