Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keadaan kesehatan reproduksi di Indonesia saat ini masih belum
seperti yang diharapkan dibandingkan dengan keadaan di negara-negara
ASEAN lain. Indonesia masih tertinggal dalam banyak aspek kesehatan
reproduksi. Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama
bukan hanya individuyang bersangkutan, karena dampaknya menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat
(Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi didefinisikan sebagai kesejahteraan fisik,
mental, dan sosial secara utuh (tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
kecacatan)dalam semua hal yang berkaiatan dengan sistem reproduksi,
serta fungsi dan prosesnya (Kumalasari, 2012).
Data penelitian tentang kesehatan reproduksi wanita menunjukkan
75% wanita dunia pasti menderita Flour Ablus paling tidak sekali seumur
hidup dan 45% diantaranya biasa mengalami sebanyak dua kali atau lebih
(Shadine, 2012).
Berdasarkan data BKKBN tahun 2009, remaja putri di Indonesia
yang berusia 15-24 tahun berperilaku tidak sehat. Bahkan 83,3% remaja
putri di Indonesia pernah melakukan hubungan seksual. Menurut data
kunjungan pasien bulan September 2016 di Poned Rajapolah setidaknya
ada 5 orang yang periksa dengan gangguan reproduksi, diantaranya Flour
Albus.
Melihat masih tingginya angka gangguan reproduksi dengan Flour
Albus maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus dengan judul
“Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Nn. R 17 Tahun
Dengan Flour Albus di Poned Rajapolah”.

1
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka di dapatkan suatu perumusan
masalah yaitu “Bagaimana penerapan Asuhan Kebidanan Gangguan
Sistem Reproduksi Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus di Poned
Rajapolah tahun 2016 dengan menggunakan manajemen kebidanan tujuh
langkah Varney?”

C. Tujuan Studi Kasus 


1. Tujuan Umum 
Mampu meningkatkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan,
dan pengalaman nyata penulis untuk memberikan asuhan
kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Nn. R umur 17 tahun
dengan Flour Albus dengan menggunakan manajemen kebidanan
menurut tujuh langkah Varney. 

2. Tujuan Khusus 
a. Penulis mampu 
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap dan
sistematis pada Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus. 
2) Menginterpretasi data serta menemukan diagnosa
kebidanan, masalah dan kebutuhan pada Nn. R umur 17 tahun
dengan Flour Albus.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Nn. R umur 17
tahun dengan Flour Albus. 
4) Melakukan antisipasi pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus. 
5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan
atau intervensi segera pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus. 
6) Melaksanakan rencana tindakan pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus. 

2
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Nn. R umur 17 tahun
dengan Flour Albus. 
b. Penulis mampu menganalisa kesenjangan antara teori dan
kasus nyata di lapangan pada kasus Nn. R umur 17 tahun
dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus di PONED
Rajapolah. 
c. Penulis mampu memberikan alternatif pemecahan masalah
pada kasus Nn. R umur 17 tahun dengan gangguan sistem
reproduksi Flour Albus.

D. Manfaat Studi Kasus 


Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan guna dan bagi : 
1. Bagi Penulis 
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis
tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan gangguan sistem
reproduksi pada Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus dan dapat
menerapkan teori dan praktik kebidanan Flour Albus. 

2. Bagi Profesi 
Sebagai salah satu masukan bagi bidan sebagai upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan yang optimal berupa pemantauan,
memberikan asuhan kebidanan, khususnya kasus Nn. R umur 17 tahun
dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus. 

3. Bagi Instansi dan Institusi 


a. Bagi Poned 
Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sudah ada serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
khususnya untuk asuhan kebidanan sistem gangguan reproduksi
pada Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus.
b. Bagi Pendidikan

3
Dapat menambah sumber dan buku bacaan di perpustakaan
demi meningkatkan kualitas sistem pendidikan khususnya
mengenai gangguan reproduksi pada Nn. R umur 17 tahun dengan
Flour Albus.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Gangguan Sistem Reproduksi  

Gangguan reproduksi adalah kegagalan wanita dalam manajemen


kesehatan reproduksi. Diketahui bahwa sistem pertahanan dari alat kelamin
atau organ reproduksi wanita cukup baik, yaitu asam basanya. Sekalipun
demikian, sistem pertahanan ini cukup lemah, sehingga infeksi sering
tidak terbendung dan menjalar kesegala arah, menimbulkan infeksi mendadak
dan menahun dengan berbagai keluhan. Salah satu keluhan klinis dari infeksi
atu keadaan abnormal alat kelamin adalah keputihan (flour albus) (Manuaba,
2009). Ada berbagai macam gangguann reproduksi seperti gangguan
menstruasi, syndrom premenstruasi, kista ovari, kanker dan tumor pada
endrometrium, serta salah satunya yaitu infeksi yang di sebabkan oleh bakteri
mnaupun jamur yang sering disebut keputihan.

2. Flour Albus 

a. Pengertian Flour Albus 

1) Flour Albus adalah cairan yang keluar berlebihan dari vagina bukan


merupakan darah (Sibagariang, 2010). 
2) Flour Albus merupakan pengeluaran cairan pervaginam yang tidak
berupa darah yang kadang merupakan sebuah manifestasi klinik dari
infeksi yang selalu membasahi dan menimbulkan iritasi, rasa gatal, dan
gangguan rasa tidak nyaman pada penderitanya (Shadine, 2012). 

b. Klasifikasi Flour Albus menurut Sibagariang (2010) adalah : 

1) Flour Albus fisiologis 

5
Dalam keadaan normal ada sejumlah secret
yang mempertahankan kelembapan vagina yang banyak mengandung
epitel dan sedikit leukosit dengan warna jernih. 
Tanda – tanda keputihan normal adalah jika cairan yang keluar tidak
terlalu kental, jernih, warna putih atau kekuningan jika terkontaminasi
oleh udara, tidak disertai rasa nyeri,dan tidak timbul rasa gatal yang
berlebih.Hal hal yang dapat menyebabkan terjadinya Flour
Albus fisiologis antara lain : 

a) Waktu sekitar menarche atau pertama kalinya haid datang,


karena mulai mendapat terdapat pengaruh esterogen. 
b) Wanita dewasa apabila dirangsang dan waktu
koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari
dinding vagina. 
c) Waktu sekitar ovulasi karena adanya produksi kelenjar –
kelenjar pada mulut serviks uteri menjadi lebih encer. 
d) Pada wanita hamil disebabkan karena meningkatnya suplai
darah ke vagina dan mulut rahim sehingga terjadi penebalan
dan melunaknya selaput lendir vagina. 
e) Akseptor kontasepsi pil dan IUD serta seorang wanita yang
menderita penyakit kronik atau pada wanita yang mengalami
stres. 

2) Flour Albus patologis 


Penyebab terjadinya Flour Albus patologis adalah :

a) Infeksi 
Adanya kuman, jamur, parasit, dan virus
dapat menghasilkan zat kimia tertentu bersifat asam
dan menimbulkan bau yang tidak sedap. 
b) Benda asing 
Adanya benda asing yang dapat merangsang pengeluaran
cairan dari liang senggama yang berlebihan. 

6
c) Kanker 
Pada kanker terdapat gangguan dari pertumbuhan
sel normal yang berlebihan, sehingga mengakibatkan
sel tumbuh sangat cepat secara abnormal dan mudah
rusak, akibat pecahnya pembuluh darah yang bertambah
untuk memberikan makanan dan oksigen pada sel
kanker tersebut. 
d) Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan 
Kadang – kadang pada wanita ditemukan cairan dari liang
senggama yang bercampur air seni atau feses, yang terjadi
akibat adanya lubang kecil dari kandung kencing tau ususke
liang senggama akibat adanya cacat bawaan, cedera
persalinan, radiasi dan akibat kanker.
e) Menopause 
Pada menopause sel-sel dan vagina mengalami hambatan
dan dalam pematangan sel akibat tidak adanya hormon
estrogen sehingga vagina kering, sering timbul gatal karena
tipisnya lapisan sel sehingga mudah luka dan timbul infeksi
penyerta. 

c. Tanda dan gejala Flour Albus 

Menurut Sibagariang (2010), ada beberapa tanda dan gejala


Flour Albus, aintara lain : 

Fisiologis 

a) Cairan yang tidak berwarna / bening 


b) Tidak bebau 
c) Tidak berlebihan 
d) Tidak menyebabkan rasa gatal 

Patologis 

7
a) Keputihan yang disertai gatal, panas pada vagina 
b) Keluarnya lendir yang kental 
c) Rasa panas saat kencing 
d) Secret vagina berwarna putih dan menggumpal
e) Berwarna putih ke abu-abuan atau kuning dengan bau
yang menusuk. 

d. Faktor Penyebab Flour Albus 

Beberapa penyebab Flour Albus menurut Shadine (2012), antara lain : 

1) Infeksi vagina oleh jamur (candida albicans) atau


parasit (tricomonas). Jenis infeksi yang terjadi pada vagina yakni,
bacterial vaginosis, trikomonas, dan candidiasis. Bacterial
vaginosis merupakan gangguan vagina yang sering ditandai dengan
keputihan dan bau tak sedap. Hal ini disebabkan oleh Lactobacillus
menurun, bakteri patogen (penyebab infeksi) meningkat, dan PH
vagina meningkat. 
2) Faktor hygiene yang jelek. Kebersihan daerah vagina yang
jelek dapat menyebabkan timbulnya keputihan. Hal ini terjadi
karena kelembaban vagina yang meningkat sehingga bakteri
patogen penyebab infeksi mudah menyebar. 
3) Pemakaian obat-obatan (antibiotik, kortikosteroid, dan pil
KB) dalam waktu yang lama, karena pemakaian obat-obatan
khususnya antibiotik yang terlalu lama dapat menimbulkan sistem
imunitas dalam tubuh. Sedangkan penggunaan KB
mempengaruhi keseimbangan hormon wanita. Biasanya pada
wanita yang mengonsumsi antibiotik timbul keputihan.
4) Stres, otak mempengaruhi kerja semua organ tubuh, jadi
kita reseptor otak mengalami stres maka hormonal di dalam
tubuh mengalami perubahan keseimbangan dan dapat
menyebabkan timbulnya keputihan. 

8
e. Pencegahan Flour Albus. 
Menurut Shadine (2012), ada beberapa cara untuk menghindari terjadinya
Flour Albus, antara lain : 

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat


kelamin. Rambut vagina atau pubis yang terlampau tebal dapat
menjadi tempat sembunyi kuman. 
2) Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar,
yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang. Cuci dengan air
bersih setiap buang air dan mandi. Jangan lupauntuk tetap menjaga
vagina dalam keadaan kering. 
3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan
karena pemakaian celana dalam yang basah, jarang diganti dan
tidak menyerap keringat. Usahakan menggunakan celana dalam
yang terbuat dr bahan katun yang menyerap keringat. 
4) Pemakaian celana jeans terlalu ketat juga meningkatkan
kelembaban daerah vagina. Ganti tampon atau panty liner pada
waktunya.
5) Hindari terlalu sering memakai bedak talk di sekitar vagina,
tisu harum, atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap
teriritasi. 
6) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul
lewat air yang tidak bersih. Jadi, bersihan bak mandi, ember, ciduk,
water torn, dan bibir kloset dengan antiseptik untuk
menghindari menjamurnya kuman. 
7) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk
menghindari keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular
melalui hubungan seks. 
8) Menghindari berhubungan seks pra nikah.

f. Patosifiologi Flour Albus 

9
Pada dasarnya dalam keadaan normal, organ vagina
memproduksi cairan yang berwarna bening, tidak berbau, tidak berwarna
dan jumlah tidak berlebih. Cairan ini berfungsi sebagai sistem
perlindungan alami, mengurangi gesekan di dinding vagina saat berjalan
dan saat melakukan hubungan seksual. Sebenarnya di dalam alat genital
wanita terdapat   mekanisme pertahanan tubuh berupa bakteri yang
menjaga kadar keasaman pada pH vagina berkisar antara 3,8-4,2. Sebagian
besar, hingga 95% adalah bakteri patogen (yang menimbulkan penyakit).
Biasanya ketika ekosistem didalam keadaan seimbang, bakteri patogen
tidak akan mengganggu.Masalah baru timbul ketika kondisi asam ini turun
alias lebih besar dari 4,2. Bakteri-bakteri laktobasilus gagal menandingi
bakteri patogen. Ujungnya, jamur akan berjaya dan terjadilah
keputihan (Shadine, 2012). 

g. Penatalaksanaan Flour Albus.


Menurut Shadine (2012), untuk menghindari komplikasi
yang serius dari Flour Albus, sebaiknya penatalaksanaan dilakukan
sedini mungkin sekaligus untuk menyingkirkan kemungkinan adanya
penyebab lain seperti kanker leher rahim yang juga memberikan gejala
keputihan berupa sekret encer, berwarna merah muda, coklat mengandung
darahatau hitam serta berbau busuk. 
Penatalaksanaan Flour Albus tergantung dari penyebab infeksi seperti
jamur, bakteri atau parasit. Umumnya di berikan obat-obatan untuk
mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai
dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi
keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi
infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi
bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul),
topikal seperti cream yang dioleskan dan vulva yang dimasukan langsung
ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui
hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan
dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam

10
pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah
intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulanganya
yaitu dengan :
1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olahraga rutin,
istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres
berkepanjangan. 
2. Setia untuk mencegah penularan penyakit menular seksual. 
3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya
agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan
celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian
celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, panty
liner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. 
4. Biasakan membasuh vagina dengan cara yang benar tiap kali
buang air yaitu dengan arah depan kebelakang. 
5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak
berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu,
lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan
pembersih vagina. 
6. Hindari penggunaan bedak talk, tissue atau sabun dengan
pewangi pada daerah vagina karena menyebabkan iritasi. 
7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan
penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat
mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan
mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya.

11
BAB III
TINJAUAN KASUS

Tanggal Pengkajian : 09 September 2016 


Jam Pengkajian : 09.00 WIB 
Tempat Pengkajian : PONED Rajapolah

A. Identitas Pasien 

Nama : Nn. R  Nama Orangtua : Tn. S

Umur : 17 tahun  Umur : 46 tahun

Agama : Islam  Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa/ Pendidikan : SMA


Indonesia 
Pekerjaan :
Pendidikan : SMA  Wiraswasta

Pekerjaan : Pelajar  Alamat : Cibubuhan,


Rajapolah
Alamat : Cibubuhan,
Rajapolah

B Data Subjektif

1. Alasan kunjungan 
Nn. R datang ke poned rajapolah dengan keluhan mengalami keputihan
sejak 1 minggu, sering keluar lendir kental yang berlebih, berwarna
putih, tidak berbau berbau dan kadang merasa gatal pada alat genitalnya
2. Riwayat Menstruasi 
a. Menarche
Nn. R mengatakan haid pertama saat umur 12 tahun. 
b. Siklus haid 

12
Nn. R mengatakan siklus haidnya 30 hari. 
c. Lama
Nn. R mengatakan lama haid 7 hari.
c. Banyak 
Nn. R mengatakan 2 kali sehari ganti pembalut. 
d. Teratur/tidak
Nn. R mengatakan haidnya teratur.
e. Sifat darah
Nn. R mengatakan darahnya encer, merah segar. 
f. Disminore
Nn. R mengatakan tidak pernah nyeri saat haid. 
3. Riwayat Perkawinan 

Nn. R mengatakan belum menikah. 

4. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu 

Nn. R mengatakan belum pernah hamil. 

5. Riwayat keluarga berencana 

Nn. R mengatakan belum pernah menggunakan KB apapun.

6. Riwayat kesehatan
a. Riwayat penyakit sekarang 

Nn. R mengatakan tidak sedang menderita batuk, pilek, dan 


demam.

b. Riwayat penyakit sistemik 


Nn. R tidak sedang menderita penyakit berat apapun.
c. Riwayat penyakit keluarga
Nn. R mengatakan tidak ada yang memiliki riwayat 
penyakit menurun seperti DM, jantung, hipertensi serta 
tidak ada yang memiliki riwayat penyakit menular seperti 
TBC, hepatitis, HIV/AIDS.
d. Riwayat operasi 

13
Nn. R mengatakan belum pernah melakukan operasi 
apapun. 
7. Pola kebiasaan sehari-hari 
a. Nutrisi
Nn. R mengatakan makan sehari 3 kali porsi sedang, dengan menu (nasi,
sayur, lauk) dan minum 7-8 gelas sehari dan tidak ada perubahan sebelum
dan saat ini. 
b. Eliminasi
Sebelum : Nn. R mengatakan sebelum mengalami keputihan buang air
kecil 4-5 kali sehari warna kuning jernih dan buang air besar 1-2 kali
sehari konsistensi lunak, serta tidak ada keluhan apapun.
Saat ini : Nn mengatakan buang air besar 1-2 kali sehari konsistensi lunak,
dan sering buang air kecil serta terasa panas saat berkemih. 
c. Istirahat 
Nn. R mengatakan tidur siang ± 2 jam dan tidur malam ± 8 jam. 
d. Personal hygiene 
Nn. R mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, ganti baju 2x
sehari, kramas 3x seminggu. Sebelum : Nn. R mengatakan ganti celana
dalam 2x sehari serta membersihkan genetalianya setiap habis buang air
besar dan buang air kecil ceboknya hanya dengan air tanpa sabun pencuci
vagina, tetapi cara ceboknya masih belum benar dari arah
depan kebelakang. 
Saat ini : Nn. R mengatakan setelah buang air kecil cebok hanya dengan
menggunakan air saja dan selama mengalami keputihan menggunakan
pentyliner dan menggantinya 2x sehari. 
e. Seksualitas 
Nn. R mengatakan tidak pernah melakukan hubungan seksual karena
belum menikah.
8. Data psikologis 
Nn. R mengatakan merasa cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya
saat ini. 

14
E. Data Obyektif 
a. Keadaan Umum : baik 
b. Kesadaran : Composmentis 
TTV : TD : 110/70 mmHg  S : 36,5ᵒC N : 85x/mnt  R : 20x/mnt 
TB : 155 cm BB : 45 kg 

2. Pemeriksaan sistematis
a. kepala 
Rambut : Bersih, tidak rontok, tidak berketombe. 
Muka : Bersih, tidak oedema, tidak pucat.
Mata : Conjungtiva merah muda, sklera putih. 
Hidung : Bersih, tidak ada benjolan, tidak ada secret.
Telinga : Simetris, bersih, tidak ada serumen.
Mulut dan gigi : Bersih, tidak stomatitis. 

b. Leher
Kelenjar gondok : tidak ada pembesaran kelenjar 
gondok. 
Tumor : tidak ada benjolan. 
Kelenjar limfe : tidak ada pembesaran kelenjar 
limfe. 

c. Dada dan Axilla 


1) Mammae 
Membesar : Fisiologis 
Tumor : Tidak ada benjolan 
Simetris : Simetris kanan dan kiri 
Axilla 
Benjolan : tidak ada benjolan 
Nyeri : tidak ada nyeri tekan

c. Abdomen

15
Pembesaran uterus : tidak ada pembesaran uterus. 
Pembesaran hati : tidak ada pembesaran hati.
Benjolan/tumor : tidak ada benjolan/tumor. 
Nyeri tekan : tidak ada nyeri tekan. 
Luka bekas operasi : tidak ada luka bekas operasi. 

e. Anogenital 
1) Vulva Vagina 
Varices : tidak ada varices. 
Luka : tidak ada luka. 
Kemerahan : ada sedikit kemerahan. 
Pengeluaran pervaginam : ada cairan kental, putih keruh dan tidak berbau. 
2) Anus 
Haemoroid : tidak ada haemoroid 
f. Ekstremitas 
Varices : tidak ada varices 
Oedema : tidak ada oedema 

E. Analisa Data
Nn. R 17 tahun PoAo dengan Flour Albus Fisiologis

F. Penatalaksanaan
a. Menjelaskan pada Nn. R tentang hasil pemeriksaan bahwa Nn.
R mengalami keputihan yang normal. Keputihan yang normal seperti :
cairan lendir tidak berbau, tidak berwarna kekuningan/kehijauan, dan
tidak gatal. 
b. Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan
daerah kewanitaannya yaitu dengan cara menjaga kebersihan
daerah kewanitannya yaitu dengan cara cebok dengan benar dari
depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah
ke vagina, menggunakan celana yang pas, selalu mengganti celana
dalam minimal 2 kali sehari, dan menghindari handuk yang berganti-

16
ganti dengan orang lain. 
c. Memberikan dukungan moril pada Nn. R supaya tidak cemas bahwa
keputihannya merupakan hal yang fisiologis dari seorang wanita . 
d. Memberikan penjelasan pada Nn. R agar tidak menggaruk
apabila alat kelaminnya terasa gatal, hal ini dimaksudkan
untuk menghindari terjaadinya luka agar terhindar dari infeksi. 
d. Memberikan terapi obat yaitu : 
CTM 2x1 100 mg, 10 tablet 
Metronidazol 3x1 500 mg, 10 tablet 
Amoxcilin 3x1 500 mg, 10 tablet 
Albothyl (digunakan untuk cebok dari arah depan kebelakang, dengan
cara larutkan 10-15 tetes albotyl pada 1 gayung air 2x 
sehari). 
Menjelaskan pada Nn. R untuk kontrol ulang 3 hari lagi yaitu pada
tanggal 12 September 2016

17
Data Perkembangan  

Tanggal : 19 September 2016 


Pukul : 12.30 wib 
Tempat : Rumah Klien

A. Data Subyektif 
1. Nn. R mengatakan keputihan sudah berkurang, sedikit berbau
dan gatal 
sudah berkurang. 
2. Nn. R mengatakan cemas dan tidak nyaman dengan keadaannya
saat ini. 
3. Nn. R mengatakan sudah membersihkan alat genitalnya dengan
benar. 
4. Nn. R mengatakan sudah minum obat secara teratur.

B. Data Obyektif 
1. Pemeriksaan umum 
a. KU : baik 
b. Kesadaran : Composmentis 
c. TTV : TD : 110/80 mmHg N : 82x/mnt R : 22x/mnt S : 36ᵒC 

C. Asessment 
Nn. R umur 17 tahun dengan gangguan sistem reproduksi Flour
Albus 
hari ke 7. 

D. Penatalaksanaan
1. Memberitahu bahwa keadaan Nn. R saat ini dalam keadaan
baik. 
2. Menjelaskan pada Nn. R untuk tetap menjaga kebersihan daerah 
genitalnya. 

18
3. Memberikan dukungan moril pada Nn. R bahwa keadaannya ini
akan 
sembuh. 

E. EVALUASI : 

1. Nn. R sudah mengetahui keadaannya saat ini baik. 


2. Nn. R bersedia menjaga kebersihan daerah genitalnya. 
3. Nn. R sudah merasa tenang bahwa keadaannya ini akan
sembuh. 

19
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan kesenjangan yang


ada dengan cara membandingkan teori yang ada dengan praktek yang
dilakukan dilahan. Dalam menjelaskan kesenjangan tersebut penulis
menggunakan langkah-langkah dalam manajemen kebidanan.
Pembahasan ini dimaksudkan agar diambil suatu kesimpulan dan
pemecahan masalah dari kesenjangan yang ada, sehingga dapat digunakan
sebagai tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang tepat,
efektif, dan efisien khususnya pada asuhan kebidanan gangguan sistem
reproduksi pada Nn. R 17 tahun dengan flour albus.

Penulis menemukan kesenjangan antara teori dan praktek di


lapangan 
yaitu: : 
Pada penanganan kasus Nn. R umur 17 tahun dengan Flour Albus tidak
dilakukan pemeriksaan penunjang. Pada kasus Flour Albus
harus dilakukan pemeriksaan laboratoriun pH vagina untuk
mendekteksi kemungkinan infeksi vagina. Pada kasus Nn. R ditemukan
kesenjangan antara teori dan praktek. Menurut teori pada kasus Flour
Albus dilakukan pemeriksaan penunjang yaitu pH vagina, tetapi
dalam praktek pada kasus Nn. R tidak dilakukan pemeriksaan
penunjang apapun karena pada kassus Nn. R tidak ditemukan tanda-
tanda mengarah ke infeksi vagina dan kesenjangan dalam pemberian
terapi obat dimana pada teori diberikan antibiotik Amoxicilin
dan Metronidazol sedangkan dilapangan diberikan Antibiotik
Amoxicilin 500mg, Metronidazol 500mg, CTM 100mg dan Abothyl 100
ml.

20
BAB V

PENUTUP

Kesimpulan 

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan pada Nn. R umur 17 tahun


dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus di PONED Rajapolah, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 

1. Penulis mendapatkan 

a. Pada pengkajian Nn. R dengan gangguan sistem reproduksi Flour Albus


didapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif diperoleh dari hasil
wawancara pasien, dimana keluhan utama adalah Nn. R datang ke PONED
Rajapolah dengan keluhan mengalami keputihan 1 minggu ini sering keluar lendir
kental berlebihan, berwarna putih, tidak berbau dan kadang merasa gatal pada alat
kelaminnya, sedangkan data yang diperoleh dari pemeriksaan fisik yaitu keadaan
umum baik, tekanan darah 100/70 mmHg, Nadi 80x/menit, Pernafasan 20x/menit,
Suhu 36,5 C, pada pemeriksaan genetalia terdapat lendir kental, menggumpal
dan berwarna putih. 

b. Dalam interpretasi data didapatkan diagnosa pada Nn. R umur 17 tahun dengan
gangguan sistem reproduksi Flour Albus. Masalah yang timbul adalah Nn. R
merasa cemas dan tidak nyaman sehubungan dengan cairan yang keluar dari
vaginanya, sehingga kebutuhan yang diberikan yaitu memberikan dukungan moril
pada Nn. R dan konseling tentang keputihan.

c. Pada kasus Nn. R dengan Flour Albus tidak ditemukan diagnosa potensial


berupa infeksi vagina karena tidak ada gejala yang mengarah pada infeksi vagina
seperti adanya nyeri, panas, merah, bengkak dan kerusakan jaringan pada vagina. 

d. Antisipasi pada kasus Nn. R dengan Flour Albus yaitu dengan memberikan


terapi Antibiotik Amoxcilin 3x sehari, Metronidazol 500mg 3x sehari, Karena

21
tidak ditemukan adanya diagnosa potensial. 

e. Perencanaan pada kasus Nn. R dengan Flour Albus adalah beritahu pada Nn. R
tentang kondisinya, berikan KIE tentang cara menjaga kebersihan daerah
genetalia agar tetap bersih dan kering. berikan dukungan moril kepada Nn. R,
berikan penjelasan kepada Nn. R untuk tidak menggaruk vagina bila terasa gatal,
berikan terapi untuk keputihan yang dialaminya Amoxcilin 3x 500 mg,
Metronidazol 3x 500 mg, CTM 2x 100 mg, albothyl sebanyak 10-15 tetes
dilarutkan dalam 1 gayung air dan digunakan untuk cebok serta anjurkan
untuk kontrol ulang 3 hari setelah pemeriksaan.

f. Dalam evaluasi pada kasus Nn. R selama 3 hari dengan 1 kali kunjungan di
dapat hasil evaluasi keputihan pada Nn. R sudah sembuh, Nn. R merasa
senang dan nyaman. Nn. R bersedia melaksanakan anjuran yang telah diberikan
oleh bidan.

Penulis memberikan pemecahan masalah terhadap kesenjangan teori 


dan praktek yaitu : Memberikan KIE tentang cara menjaga kebersihan
daerah kewanitaannya yaitu dengan cara menjaga kebersihan
daerah kewanitannya yaitu dengan cara cebok dengan benar dari
depan kebelakang agar kuman yang ada di anus tidak berpindah ke
vagina, menggunakan celana yang pas, selalu mengganti celana dalam minimal 
2 kali sehari, dan menghindari handuk yang berganti-ganti dengan orang
lain.Memberikan dukungan moril pada Nn. R supaya tidak cemas bahwa
keputihannya akan sembuh.Memberikan penjelasan pada Nn. R agar tidak
menggaruk apabila alat kelaminnya terasa gatal, hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjaadinya luka agar terhindar dari 
infeksi.

B. Saran 

1. Bagi Penulis 

22
Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman penulis tentang
penatalaksaan asuhan kebidanan gangguan sistem reproduksi pada Nn. R umur 17
tahun dengan Flour Albus dan dapat menerapkan teori dan praktek kebidanan
Flour Albus. 
2. Bagi Profesi 

Sebagai bahan pertimbangan bagi profesi bidan dalam memberikan pelayanan


kesehatan reproduksi khususnya dalam asuhan kebidanan gangguan sistem
reproduksi dengan Flour Albus. 

3. Bagi Institusi dan Pendidikan 

a. Bagi PONED Rajapolah 

Dapat menambah dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang sudah


ada serta meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya untuk
asuhan keebidanan sistem gangguan reproduksi pada Nn. R umjur 17
tahun dengan Flour Albus. 

b. Bagi Pendidikan 

Diharapkan dengan adanya pembahasan kasus ini bisa bermanfaat


untuk refrensi dan dijadikan acuan bagi adik tingkat yang ingin mengambil
kasus yang sama.

23

Anda mungkin juga menyukai