A. TUJUAN
Untuk mengetahui teknik radiografi ossa pedis dengan baik dan benar : simulasi, roleplay, dan
realplay.
1. Pra Pemeriksaan
a. Pemanggilan pasien
1. Memanggil pasien sesuai dengan nama yang ada pada lembar permintaan
foto
2. Mencocokan identitas pasien (nama, umur, alamat) apabila benar pasien
dipersilahkan masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
b. Perkenalan diri
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dengan member salam, menyebutkan
nama dan unit tugasnya kepada pasien.
2. Contoh “Selamat pagi, nama saya Rajin, saya Mahasiswa radiologi yang
akan melakukan pemeriksaan radiologi kepada bapak/ibu”
c. Anamnase singkat (keluhan pasien dan ku pasien)
1. Mahasiswa melihat keadaan umum pasien (datang sendiri, dibantu
orang lain, dapat berdiri atau menggunakan alat tertentu)
2. Mahasiswa menanyakan perihal keluhan yang dirasakan oleh pasien
dan posisi yang sakit tanpa menyebutkan apa yang tertulis pada lembar
permintaan foto. Contoh : “Pak/ibu tangan bagian mana yang terasa sakit?
Kanan atau kiri?”
radiografi, proyeksi yang akan digunakan lateral, persiapan pasien dan alat.
e. Penjelasan ringkas prosedur
Setelah penentuan tindakan radiografi, pasien diberi penjelasan singkat mengenai
apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
2. Pelaksanaan Pemeriksaan
1. Proyeksi AP Pedis
Posisi Pasien (PP)
Pasien bisa supine atau duduk diatas meja.
Posisi objek (PO)
1) Atur knee fleksi dan plantar pedis kaki yang diperiksa menempel pada meja
pemeriksaan.
2) Atur kaki yang lain ekstensi.
3) Posisi kaset membujur tubuh. Atur keseluruhan kaki ada di dalam area kaset.
4) Pastikan tidak ada rotasi pada kaki.
5) Berilah arahan kepada pasien untuk dalam keadaan rileks untuk menghindari
pergerakan.
Pengaturan sinar :
1) Arah sinar/central ray (CR) : Tegak lurus atau 10 derajat posterior.
2) Titik bidik/central point (CP): pada base metatarsal digiti III.
3) Focus film distance (FFD) : 100 cm
4) Faktor eksposi : 45-30 kVp, 3-4 mAs,non grid, film speed 300
Proteksi radiasi :
1) Beri arahan kepada pasien agar pandangan menjauhi sumber sinar-x.
2) Atur luas lapangan seoptimal mungkin, obyek yang diperiksa masuk dalam
penyinaran, maksimal seluas lapangan kaset yang digunakan.
3) Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang
pemeriksaan untuk keluar ruangan, apabila terpaksa harus ada orang yang
mendampingi, maka orang tersebut harus dikenakan apron.
4) Menghindari/tidak melakukan pengulangan foto.
3. Pasca Pemeriksaan
1. Pemprosesan film
• Dilakukan di kamar gelap, lampu general dimatikan
• Buka kaset dan pasang film pada hanger
• Masukkan film ke dalam cairan developer hingga muncul gambaran laten (4 menit)
dengan cara menginspeksi film menggunakan cahaya safety light (jangan sering
dilakukan)
• Bila bayangan laten muncul, film di rinshing pada tangki rinshing kemudian masukkan
film pada cairan fixer agar gambaran menjadi gambaran tetap.
• Kemudian film di washing dan dikeringkan pada mesin pengering.
2. Penanganan pasien setelah pemeriksaan
• Memberi arahan untuk menunggu hasil pemprosesan film.
• Mempersilahkan pasien untuk melepas baju pasien dan memakai bajunya Kembali.
• Apabila hasil sudah baik maka pasien diberi kartu ambil foto.
• Mempersilahkan pasien untuk kembali ke asal rujukan.
4. Evaluasi Radiografi
Dalam radiograf tersebut sudah terlihat anatomi yang ada pada pedis, hasil radiograph yang
baik harusnya dapat menampakkan pedis yang tidak berotasi, terjadinya tumpeng tindih base
metatarsal kedua hingga kelima, dan visualisasi yang jelas dari palang dan distal tarsal
dengan talus.
Dalam radiograf tersebut, ada yang perlu dievaluasi yaitu adanya awan awan putih pada film
akibat dari tergeseknya permukaan film dengan wadah larutan developer dan fixer, kemudian
visualisasi dari palang dan distal tarsal dengan talus masih belum terlalu nampak,.
E. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktik dan evaluasi radiograf yaitu secara
keseluruhan praktikum ini sudah memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan, namun yang kami garis
bawahi disini yaitu mengenai evaluasi kurangnya yaitu adanya awan awan putih pada film akibat
dari tergeseknya permukaan film dengan wadah larutan developer dan fixer, kemudian visualisasi
dari palang dan distal tarsal dengan talus masih belum terlalu nampak,.
.
F. REFERENSI
Philip W. Ballinger, Vinita Merril , 1995, Merrill's Atlas of Radiographic Positions and Radiologic
Procedures,
Mosby Year Book.
LAMPIRAN PRAKTIKUM
G. TUJUAN
Untuk mengetahui teknik radiografi ossa ankle joint dengan baik dan benar : simulasi, roleplay,
dan realplay.
I. PROSEDUR PEMERIKSAAN
5. Pra Pemeriksaan
a. Pemanggilan pasien
1. Memanggil pasien sesuai dengan nama yang ada pada lembar permintaan foto
2. Mencocokan identitas pasien (nama, umur, alamat) apabila benar pasien
dipersilahkan masuk ke dalam ruang pemeriksaan.
b. Perkenalan diri
1. Mahasiswa memperkenalkan diri dengan member salam, menyebutkan nama dan
unit tugasnya kepada pasien.
2. Contoh “Selamat pagi, nama saya Rajin, saya Mahasiswa radiologi yang akan
melakukan pemeriksaan radiologi kepada bapak/ibu”
c. Anamnase singkat (keluhan pasien dan ku pasien)
4. Mahasiswa melihat keadaan umum pasien (datang sendiri, dibantu orang
lain, dapat berdiri atau menggunakan alat tertentu)
5. Mahasiswa menanyakan perihal keluhan yang dirasakan oleh pasien dan
posisi yang sakit tanpa menyebutkan apa yang tertulis pada lembar permintaan foto.
Contoh : “Pak/ibu tangan bagian mana yang terasa sakit? Kanan atau kiri?”
tindakan radiografi dengan kondisi klinis pasien, yang meliputi : teknik pemeriksaan
radiografi, proyeksi yang akan digunakan lateral, persiapan pasien dan alat.
e. Penjelasan ringkas prosedur
Setelah penentuan tindakan radiografi, pasien diberi penjelasan singkat mengenai apa
yang akan dilakukan selama pemeriksaan.
6. Pelaksanaan Pemeriksaan
2. Proyeksi Lateral (arah sinar mediolateral)
Posisi Pasien (PP)
Pasien supine diatas meja pemeriksaan
Posisi objek (PO)
1) Atur kaki yang akan diperiksa dorsofleksi dan knee ekstensi.
2) Rotasikan kaki 90° ke arah lateral, sehingga ankle joint true lateral.
3) Gunakan alat bantu fiksasi untuk mempertahankan posisi pasien.
4) Posisikan kaset pada area yang belum diekspose.
5) Berilah arahan kepada pasien untuk dalam keadaan rileks untuk menghindari
pergerakan.
Pengaturan sinar :
5) Arah sinar/central ray (CR) : vertikal tegak lurus terhadap kaset,
6) Titik bidik/central point (CP): malleolus medialis
7) Focus film distance (FFD) : 100 cm
8) Faktor eksposi : 52 kVp, 3-4 mAs, non grid, film speed 300
Proteksi radiasi :
5) Beri arahan kepada pasien agar pandangan menjauhi sumber sinar-x.
6) Atur luas lapangan seoptimal mungkin, obyek yang diperiksa masuk dalam
penyinaran, maksimal seluas lapangan kaset yang digunakan.
7) Mempersilahkan orang yang tidak berkepentingan di dalam ruang pemeriksaan untuk
keluar ruangan, apabila terpaksa harus ada orang yang mendampingi, maka orang
tersebut harus dikenakan apron.
8) Menghindari/tidak melakukan pengulangan foto.
7. Pasca Pemeriksaan
3. Pemprosesan film
1. Dilakukan di kamar gelap, lampu general dimatikan
2. Buka kaset dan pasang film pada hanger
3. Masukkan film ke dalam cairan developer hingga muncul gambaran laten (4 menit)
dengan cara menginspeksi film menggunakan cahaya safety light (jangan sering
dilakukan)
4. Bila bayangan laten muncul, film di rinshing pada tangki rinshing kemudian masukkan
film pada cairan fixer agar gambaran menjadi gambaran tetap.
5. Kemudian film di washing dan dikeringkan pada mesin pengering.
4. Penanganan pasien setelah pemeriksaan
1. Mahasiswa membantu pasien turun dari meja pemeriksaan
2. Memberi arahan untuk menunggu hasil pemprosesan film, apabila hasil sudah baik
maka pasien diberi kartu ambil foto.
3. Dan mempersilahkan pasien untuk kembali ke asal rujukan.
8. Evaluasi Radiografi
Dalam radiograf tersebut sudah terlihat anatomi yang ada di ankle joint, meliputi tibia, fibula,
tibiotalar joint, talus, navicular, calcaneus, cuboid.
Dalam evaluasi radiograf tersebut, bagian lateral ossa ankle joint yaitu adanya awan awan putih pada
film, dan hasil film sedikit kurang tajam sehingga pada bagian cuboid visualisasi kurang jelas, fibula
kurang terlihat, yang seharusnya saat eksposi menambah sedikit kvnya.
Praktek yang telah dilakukan dalam pemeriksaan ankle joint proyeksi lateral (mediolateral) diawali
dengan sesi awal atau pra pemeriksaan yaitu dengan melakukan pengecekan terhadap data-data pasien yang
ada, seperti menyiapkan lembar pemeriksaan radiografi kemudian melakukan pendataan pasien pada buku
registrasi. Setelah dilakukan pendataan, radiografer memanggil pasien kemudian melakukan pengecekan
ulang, dimana hal tersebut ditanyakan langsung kepada pasien. Setelah melakukan pengecekan data,
radiografer melakukan perkenalan diri dan anamnase singkat mengenai apa yang di rasakan oleh pasien.
Pada proses pemeriksaan, radiografer memposisikan pasien sesuai kebutuhan yaitu pasien tidur di atas
meja pemeriksaan dengan posisi supine. Setelah posisi dan proyeksi pasien sudah benar radiografer memberi
arahan kepada pasien mengenai proteksi radiasi dan meminta untuk menengokkan kepala menghindari tabung
sinar x dan juga diarahkan untuk tidak bergerak. Radiografer kemudian menuju ruang ekspos dan melakukan
proses eksposi. Kemudian setelah semua proses telah dilakukan, radiografer kembali mengarahkan pasien
agar menunggu atau kembali lagi di esok hari untuk mengambil hasil.
Ada beberapa kekurangan yang harus dievaluasi dalam praktek pemeriksaan ankle joint proyeksi lateral
(mediolateral), adanya awan awan putih pada film, dan hasil film sedikit kurang tajam sehingga pada bagian
cuboid visualisasi kurang jelas, fibula kurang terlihat, yang seharusnya saat eksposi menambah sedikit kvnya.
K. KESIMPULAN
Kesimpulan yang didapatkan setelah melakukan praktik dan evaluasi radiograf yaitu secara keseluruhan
praktikum ini sudah memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan, namun yang kami garis bawahi disini yaitu
mengenai evaluasi kurangnya faktor eksposi yaitu penambahan Kv agar citra pada radiograf ossa ankle joint
lebih tampak jelas dan lebih gelap. adanya awan awan putih pada film, dan hasil film sedikit kurang tajam
sehingga pada bagian cuboid visualisasi kurang jelas, fibula kurang terlihat, Maka dari itu untuk kedepanya
akan lebih mempertimbangkan lagi mengenai faktor eksposi sebelum melakukan eksposi.
L. REFERENSI
Philip W. Ballinger, Vinita Merril , 1995, Merrill's Atlas of Radiographic Positions and Radiologic
Procedures,
Mosby Year Book.
LAMPIRAN PRAKTIKUM