Anda di halaman 1dari 28

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan

meliputi deskripsi data, uji prasyarat analisis, pengujian hipotesis penelitian, dan

pembahasan hasil penelitian.

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Sekolah yang digunakan sebagai tempat penelitian ini yaitu SMP

yang berada di Kabupaten Bulukumba. Sesuai dengan Peta Kabupaten

Gunungkidul dapat dikemukakan bahwa batas wilayah Kabupaten

Gunungkidul sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan

Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah, Sebelah Timur berbatasan

dengan Kabupaten Wonogiri Propinsi Jawa Tengah, Sebelah Selatan

berbatasan dengan Samudera Hindia dan Sebelah Barat berbatasan dengan

Kabupaten Bantul.

Sekolah menengah di Kabupaten Gunungkidul wilayahnya tersebar

dalam 18 kecamatan. Terdaftar ada 135 SMP atau MTs baik negeri

maupun swasta. Jumlah SMP yang berstatus negeri ada 68 sekolah dan

yang berstatus swasta ada 67 sekolah. Jumlah guru IPS sebanyak 275

orang.

48
4

2. Karakteristik Responden

Sekolah yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SMP yang

berada di Kecamatan Wonosari dan Kecamatan Ponjong. Guru IPS SMP

atau MTs dari dua kecamatan tersebut sebanyak 51 orang.

Motivasi kerja setiap tenaga kependidikan seperti guru memiliki

karakteristik khusus yang berbeda satu sama lain sehingga memerlukan

perhatian dan pelayanan khusus pula dari pimpinannya yaitu kepala

sekolah agar dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya.

Perbedaan itu tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam kondisi

psikisnya misalnya hal yang mendorong motivasinya. Ada guru yang

termotivasi karena imbalan atau gaji dari pemerintah, ada yang termotivasi

karena adanya penghargaan dari atasan, ada juga guru yang termotivasi

karena memang minat dan mengingat kewajiban serta tugasnya.

Latar belakang pendidikan responden sangat bervariasi ada yang

lulusan diploma, S1, dan S2. Berdasarkan data penelitian yang lulusan

diploma sebanyak 4 orang, lulusan S1 sebanyak 43 orang, dan lulusan S2

sebanyak 4 orang. Jurusan pendidikannya tidak hanya berasal dari

Pendidikan IPS saja, tetapi ada yang berasal dari jurusan lain, misalnya

pendidikan geografi, pendidikan sejarah, pendidikan ekonomi, PKn, PAI,

BK bahkan dari jurusan bukan pendidikan seperti akuntansi dan ekonomi

manajemen.

Pengalaman mengajar responden dilihat dari pertama kali mengajar

sampai sekarang yang paling singkat baru mengajar selama 3 tahun dan
5

yang paling lama telah mengajar 31 tahun. Ini berarti pengalaman

mengajar dilihat dari waktu pertama kali mengajar sampai sekarang sudah

lumayan lama dan semua responden sudah pernah mengikuti pelatihan

untuk mengembangkan diri dan profesi. Untuk memenuhi standar jam

mengajar sebagai PNS atau yang sudah besertifikasi ada yang mengajar

rangkap di sekolah lain bahkan ada yang mengajar mata pelajaran yang

lain.

Berdasarkan hasil penelitian, dalam melaksanakan tugasnya

sebagian besar guru IPS sesuai dengan indikator kinerja guru mulai dari

perencanaan sampai dengan evaluasi pembelajaran namun belum optimal.

Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar jawaban responden belum

mengembangkan pembelajaran terpadu.

Untuk menguji hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat,

maka pada bagian ini akan disajikan deskripsi data dari masing-masing

variabel berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian. Penelitian

ini menggunakan sampel dengan responden sebanyak 51 guru IPS SMP

atau MTs.

B. Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Penelitian ini memiliki tiga data yaitu data tentang motivasi kerja,

pengalaman mengajar dan kinerja Guru IPS SMP di Kabupaten

Gunungkidul. Deskripsi data yang akan disajikan meliputi nilai Mean

(M), Median (Me), Modus (Mo) dan Standar Deviasi (SDi). Selain itu
5

juga disajikan tabel distribusi frekuensi dan histogram. Adapun langkah-

langkah yang digunakan dalam menyajikan tabel distribusi frekuensi

yang diambil dari Sugiyono (2008: 35) adalah sebagai berikut:

a. Menghitung Jumlah Kelas Interval

Dalam menentukan jumlah kelas interval digunakan rumus sebagai

berikut:

K = 1 +3,3 Log n

Keterangan:
K = Jumlah kelas interval
n = Jumlah data observasi atau responden
Log = logaritma

K = 1 + 3,3 Log (51) = 6,63 dibulatkan menjadi 7

Dari perhitungan diketahui bahwa n = 51 sehingga diperoleh banyak

kelas 1 + 3.3 log 51= 6,63 dibulatkan menjadi 7 kelas interval.

b. Menentukan Rentang Data

Yaitu data terbesar dikurangi data terkecil kemudian ditambah 1

c. Menghitung Panjang Kelas = Rentang kelas dibagi jumlah kelas

Kemudian dilanjutkan dengan penentuan kedudukan variabel

berdasarkan pengelompokkan atas 4 ranking, pengelompokkan atas

4 ranking sebagaimana disebutkan oleh Suharsimi Arikunto (2006:

263) adalah:

a. Sangat tinggi

Semua responden yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata

plus 1 standar deviasi ke atas (> Mi + 1 SDi)


5

b. Kelompok Tinggi

Semua responden yang mempunyai skor antara skor rata-rata

dan skor rata-rata plus 1 standar deviasi (antara Mi sampai Mi +

1 SDi)

c. Kelompok Rendah

Semua responden yang mempunyai skor antara skor rata-rata

minus 1 standar deviasi dan skor rata-rata (antara M – 1 SDi

sampai Mi)

d. Kelompok Sangat Rendah

Semua responden yang mempunyai skor lebih rendah dari skor

rata-rata minus 1 standar deviasi (<Mi – 1 SDi)

Untuk menghitung rata-rata dan standar deviasi ideal digunakan

rumus sebagai berikut :

Mean Ideal (Mi)= skor maksimumideal skor minimumideal


2

Standar deviasi ideal (Sdi) = skor maksimumideal skor minimumideal


6

Dari hasil penilaian responden maka dapat dijelaskan besarnya

jawaban responden untuk masing-masing variabel sebagai berikut :

a. Variabel Motivasi Kerja (X1)

Pengukuran variabel motivasi kerja diukur dengan 24 butir

pertanyaan pada dua kelompok responden yaitu guru IPS dan

menurut Kepala Sekolah. Setelah variabel motivasi kerja diukur

sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai berikut :


5

Skor minimum ideal = 24 x 1 = 24

Skor maksimum ideal = 24 x 4 = 96

Nilai rata-rata ideal 96 24


= 2 = 60

Nilai standar deviasi ideal 96 24


= 6 = 12

Data Motivasi kerja menurut data guru IPS menunjukkan

bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 94 dan skor total

terendah adalah 58. Selain itu juga didapatkan nilai Mean sebesar

78,92, Me sebesar 78,79 dan Mo sebesar 78,50 serta SDi sebesar

6,56. Sedangkan penilaian motivasi kerja guru IPS menurut kepala

sekolah, nilai tertinggi adalah sebesar 89, terendah 59, rata-rata

sebesar 74,51, median 73,34, modus 71 dan simpangan baku sebesar

7,45. Hal ini berarti rata-rata motivasi kerja guru IPS di SMP se

Kabupaten Gunungkidul baik menurut data guru IPS sendiri maupun

data kepala sekolah masih-masing bernilai 78,92 dan 74,51 nilainya

jauh di atas dari nilai rata-rata ideal (60), sehingga menunjukkan

motivasi kerja guru IPS yang cukup tinggi. Hal ini juga didukung

dengan nilai modus, yaitu nilai yang sering muncul dengan angka

sebesar 78,50 versi guru dan 71 versi kepala sekolah semuanya lebih

tinggi daripada rata-rata ideal.

Distribusi frekuensi skor variabel motivasi menurut persepsi

guru tercantum dalam tabel berikut:


5

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru IPS

No. Interval Kelas Frekuensi Persentase (%)


1 55- 60 1 2.0%
2 61- 66 0 0.0%
3 67- 72 6 11.8%
4 73- 78 19 37.3%
5 79- 84 16 31.4%
6 85- 90 6 11.8%
7 91- 96 3 5.9%
51 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2013

Berdasarkan tabel 10 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban

responden pada interval antara 74 – 78 yaitu sebesar 35,3%. Sedangkan

distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 58 – 63 sebesar 2%,

antara 64 – 68 sebesar 0%, antara 69– 73 sebesar 13,7%, antara 79 – 83

sebesar 27,5%, antara 84 – 88 sebesar 13,7% dan antara 89– 94 sebesar

7,8%.

Tabel distribusi frekuensi skor variabel motivasi kerja guru IPS di

atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:


5

20 Motivasi Kerja 18
18
16
14 14
12
10
8
Fr ek

6
4 7 7
2
0 4

1
0

// 58-6364-6869-7374-7879-8384-8889-94

Interval Kelas

Gambar 4. Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru


IPS

Distribusi frekuensi variabel motivasi kerja guru IPS menurut

persepsi Kepala Sekolah tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja Guru IPS


Menurut Penilaian Kepala Sekolah

No. Interval Kelas Frekuensi Persentase (%)


1 55- 60 1 2.0%
2 61- 66 5 9.8%
3 67- 72 15 29.4%
4 73- 78 14 27.5%
5 79- 84 9 17.6%
6 85- 90 7 13.7%
7 91- 96 0 0.0%
51 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2013

Berdasarkan tabel 11 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban

responden pada interval antara 69 – 73 yaitu sebesar 31,4%. Sedangkan

distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 58 – 63 sebesar 7,8%,

antara 64 – 68 sebesar 11,8%, antara 74– 78 sebesar 17,6%, antara 79 –


5

83 sebesar 15,7%, antara 84 – 88 sebesar 11,8% dan antara 89– 94

sebesar 3,9%.

Tabel distribusi frekuensi variabel motivasi kerja guru IPS di atas,

dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

Motivasi Kerja
18 16
16
14
12
10
8 9
Fr ek

8
6
6
4 6
2 4
0
2

// 58-6364-6869-7374-7879-8384-8889-94

Interval Kelas

Gambar 5. Histogram Distribusi Frekuensi Motivasi Kerja


Guru IPS Menurut Penilaian Kepala Sekolah
Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya

variabel motivasi kerja dengan menggunakan nilai Mean ideal dan

Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Motivasi kerja sebesar

25 dan Standar Deviasi 5.

Mean + 1 SDi = 60+ 12 = 72

Mean – 1 SDi = 60 - 12 = 48
5

Tabel 12. Distribusi Kategorisasi Kecenderungan Motivasi Kerja


Guru IPS
Guru Kepala Sekolah
No Skor
% %
Frek Keterangan Frek Keterangan
1 < 48 Sangat Sangat
0 0.0% 0 0.0%
rendah rendah
2 48 - 60 1 2.0% Rendah 1 2.0% Rendah
3 61 – 72 6 11.8% Tinggi 20 39.2% Tinggi
4 Sangat Sangat
44 86.3% 30 58.8%
> 72 Tinggi Tinggi
51 100% 51 100%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa menurut guru IPS maupun

kepala sekolah tidak ada yang memiliki motivasi kerja sangat rendah.

Terdapat 1 responden masing-masing menurut guru dan kepala sekolah

memiliki motivasi rendah. Sedangkan motivasi kerja guru IPS yang

tinggi berdasarkan data dari guru sendiri sebanyak 6 responden

sedangkan menurut kepala sekolah sebanyak 20 responden. Begitu juga

dengan motivasi kerja yang sangat tinggi sebanyak 44 responden dari

data guru IPS sendiri dan 30 responden menurut penilaian kepala

sekolah.

Berdasarkan tabel 12 di atas dapat digambarkan histogram seperti

berikut:
5

50 Kategorisasi Motivasi Kerja


45 44
40
35
30
25 30
20
Frekuensi

15
10 20
5
0

0 0 1 1

Sangat RendahRendahTinggiSangat Tinggi


Kategori
GuruKepala Sekolah

Gambar 6. Histogram Kategorisasi Motivasi Kerja Guru IPS

b. Variabel Pengalaman mengajar (X2)

Pengukuran variabel pengalaman mengajar diukur berdasarkan

pengalaman mengajar guru IPS. Variabel pengalaman mengajar diukur

dengan 4 pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter

sebagai berikut :

Skor minimum ideal = 4 x 1 = 4

Skor maksimum ideal = 4 x 4 = 16

16
Nilai rata-rata ideal = 4
2 = 10

Nilai standar deviasi ideal = 16 4 = 2


6

Berdasarkan data pengalaman mengajar guru IPS menunjukkan

bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 14 dan skor total terendah
5

adalah 4. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 9,31, Me 9,10 dan

Mo 8 serta SDi sebesar 1,86. Hal ini berarti rata-rata pengalaman

mengajar guru IPS SMP di Kabupaten Gunungkidul bernilai 9,31

nilainya masih dibawah dari nilai rata-rata ideal (10), sehingga

menunjukkan pengalaman mengajar guru IPS yang masih rendah. Hal ini

juga didukung dengan nilai modus, yaitu nilai yang sering muncul

dengan angka sebesar 8 lebih rendah daripada rata-rata ideal.

Distribusi frekuensi variabel pengalaman kerja tercantum dalam

tabel berikut:

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Variabel Pengalaman


Mengajar Guru IPS
No. Interval Kelas Frekuensi Persentase
1 3- 4 1 2.0%
2 5- 6 2 3.9%
3 7–8 9 17.6%
4 9 – 10 28 54.9%
5 11 – 12 9 17.6%
6 13 – 14 2 3.9%
7 15- 16 0 0.0%
Total 51 100.0%
Sumber: Data primer yang diolah 2013

Berdasarkan tabel 13 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban

responden pada interval antara 9 – 10 yaitu sebesar 54,9%. Sedangkan

distribusi frekuensi yang lain yaitu antara interval 3 – 4 sebesar 2%,

antara 5 – 6 sebesar 3,9%, antara 7– 8 sebesar 17,6%, antara 11 – 12

sebesar 17,6%, antara 13– 14 sebesar 3,9% dan antara 15 – 16 sebesar

0%.
6

Tabel distribusi frekuensi variabel pengalaman mengajar guru IPS

di atas, dapat digambarkan dalam histogram berikut ini:

Pengalaman Mengajar
30 28

25

20
Fr ek ue

15
9 9
10
2
1 2
5 0

0 // 3- 4 5- 6 7 -8 9 -1011 -1213 -1415-16

Interval Kelas

Gambar 7. Histogram Distribusi Frekuensi Pengalaman Mengajar Guru


IPS

Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya

variabel pengalaman mengajar dengan menggunakan nilai Mean ideal

dan Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Pengalaman

mengajar sebesar 10 dan Standar Deviasi 2.

Mean + 1 SDi = 10 + 2 = 12

Mean – 1 SDi = 10 – 2= 8
6

Tabel 14. Distribusi Kategorisasi Variabel Pengalaman


Mengajar Guru IPS
Pengalaman Mengajar
No Skor
Frekuensi % Keterangan
1 <8 7 13.7% Sangat Rendah
2 8 - 10 33 64.7% Rendah
3 10 – 12 9 17.6% Tinggi
4 > 12 2 3.9% Sangat Tinggi
51 100.0%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa terlihat bahwa terdapat 7

responden yang berada dalam kategori sangat rendah. Responden yang

memiliki pengalaman mengajar dalam kriteria rendah sebanyak 33

responden, 9 responden memiliki pengalaman mengajar yang tinggi dan

2 responden memiliki pengalaman mengajar yang sangat tinggi.

Berdasarkan tabel 14 di atas dapat digambarkan histogram seperti

berikut:

Kategorisasi Pengalaman Mengajar

35 33

30
25
20
15

9
Frekuensi

10 7
5 2
0
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi
Kelompok

Gambar 8. Histogram Kategorisasi Variabel Pengalaman Mengajar Guru


IPS
6

c. Variabel Kinerja Guru (Y)

Pengukuran variabel kinerja guru diukur pada dua kelompok

responden yaitu kinerja guru menurut guru IPS sendiri dan kinerja guru

menurut kepala sekolah. Variabel kinerja guru diukur dengan 20

pertanyaan sehingga dapat diketahui nilai-nilai parameter sebagai

berikut :

Skor minimum ideal = 20 x 1 = 20

Skor maksimum ideal = 20 x 4 = 80

Nilai rata-rata ideal 80 20


= 2 = 50

Nilai standar deviasi ideal 80 20


= 6 = 10

Data Kinerja Guru IPS menurut guru itu sendiri menunjukkan

bahwa skor total tertinggi yang dicapai adalah 80 dan skor total

terendah adalah 39. Selain itu juga didapatkan nilai M sebesar 67,33,

Me sebesar 67,81 dan Mo sebesar 71,5 serta SDi sebesar 8,01.

Sedangkan kinerja guru IPS berdasarkan penilaian dari kepala sekolah

nilai tertinggi adalah sebesar 77, terendah 40, rata-rata sebesar 63,65,

median 63,77, modus 72,50 dan simpangan baku sebesar 8,70. Hal ini

berarti rata-rata kinerja guru IPS SMP di Kabupaten Gunungkidul baik

menurut data dari guru IPS sendiri maupun penilaian dari kepala

sekolah masih-masing bernilai 67,33 dan 63,65 nilainya diatas dari nilai

rata-rata ideal (50), sehingga menunjukkan kinerja guru IPS yang


6

tinggi. Hal ini juga didukung dengan nilai modus, yaitu nilai yang

sering muncul dengan angka sebesar 71,5 versi guru dan 72,5 versi

kepala sekolah semuanya lebih tinggi daripada rata-rata ideal

Distribusi frekuensi Kinerja Guru IPS menurut data dari guru

tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 15. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS


No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)
1 39- 44 1 2.0%
2 45- 50 1 2.0%
3 51- 56 2 3.9%
4 57- 62 10 19.6%
5 63- 68 13 25.5%
6 69- 74 15 29.4%
7 75- 80 9 17.6%
51 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2013

Berdasarkan tabel 15 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban

responden pada kinerja guru IPS menurut data dari guru itu sendiri pada

interval antara 69 – 74 yaitu sebesar 29,4%. Sedangkan distribusi

frekuensi yang lain yaitu antara interval 39 – 44 sebesar 2%, antara 45 –

50 sebesar 2%, antara 51 – 56 sebesar 3,9%, antara 57 – 62 sebesar

19,6%, antara 63 – 68 sebesar 25,5%, dan 75 – 80 sebesar 17,6%.

Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kinerja Guru IPS

berdasarkan data dari guru di atas, dapat digambarkan dalam histogram

berikut ini:
6

Kinerja Guru
16 15
14 13
12
10 10
8
Fr ek ue

9
6
4
2
0
2
1 1

// 39- 4445- 5051- 5657- 6263- 6869- 7475- 80

Interval Kelas

Gambar 9. Histogram Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS

Distribusi frekuensi skor Kinerja Guru IPS menurut data dari

kepala sekolah tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 16. Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS


Menurut Penilaian Kepala Sekolah
No. Interval Kelas Frekuensi Frekuensi (%)
1 39- 44 1 2.0%
2 45- 50 3 5.9%
3 51- 56 9 17.6%
4 57- 62 11 21.6%
5 63- 68 10 19.6%
6 69- 74 14 27.5%
7 75- 80 3 5.9%
51 100%
Sumber: Data primer yang diolah 2013

Berdasarkan tabel 16 menunjukkan bahwa mayoritas skor jawaban

responden pada kinerja guru IPS menurut penilaian kepala sekolah pada

interval antara 69 – 74 yaitu sebesar 27,5%. Sedangkan distribusi

frekuensi yang lain yaitu antara interval 39 – 44 sebesar 2%, antara 45 –

50 sebesar 5,9%, antara 51 – 56 sebesar 17,6%, antara 57 – 62 sebesar

21,6%, antara 63 – 68 sebesar 19,6%, dan 75 – 80 sebesar 5,9%.


6

Tabel distribusi frekuensi skor variabel Kinerja Guru IPS

berdasarkan persepsi kepala sekolah di atas, dapat digambarkan dalam

histogram berikut ini:

Kinerja Guru
16
14 14
12
11
10 10
8 9

Frekuensi 6
4 3 3
2 1
0

// 39-4445- 5051-5657-6263- 6869- 7475-80

Interval Kelas

Gambar 10. Histogram Distribusi Frekuensi Kinerja Guru IPS Menurut


Penilaian Kepala Sekolah

Selanjutnya diidentifikasi kecenderungan atau tinggi rendahnya

variabel Kinerja Guru dengan menggunakan nilai Mean ideal dan

Standar Deviasi ideal. Nilai Mean ideal variabel Kinerja Guru sebesar

50 dan Standar Deviasi 10.

Mean + 1 SDi = 50+ 10 = 60

Mean – 1 SDi = 50– 10= 40


6

Tabel 17. Distribusi Kategorisasi Kinerja Guru IPS


Guru Kepala Sekolah
No Skor
% %
Frek Keterangan Frek Keterangan
1 < 40 0 2.0% Sangat rendah 0 0.0% Sangat rendah
2 40 - 50 1 2.0% Rendah 4 7.8% Rendah
3 51 – 60 6 15.7% Tinggi 14 27.5% Tinggi
4 > 60 44 80.4% Sangat Tinggi 33 64.7% Sangat Tinggi
51 100.0% 51 100%

Tabel tersebut menunjukkan bahwa terdapat 1 responden yang

berada dalam kategori sangat rendah menurut penilaian guru itu sendiri

dan tidak ada dalam kategori sangat rendah menurut penilaian kelapa

sekolah. Sedangkan kinerja guru IPS dalam kriteria rendah menurut

data dari guru sebanyak 1 responden dan menurut penilaian kepala

sekolah sebanyak 4 responden. Kinerja guru IPS yang berada pada

kriteria tinggi sebanyak 8 responden (versi guru) dan 14 responden

(versi kepala sekolah). Hasil frekuensi kinerja guru IPS dalam kategori

sangat tinggi sebanyak 41 orang menurut data dari guru IPS dan 33

orang menurut persepsi kepala sekolah.

Berdasarkan tabel 17 diatas dapat digambarkan histogram seperti

berikut:
6

45 Kategorisasi Kinerja Guru IPS41


40

35 33

30
25
20

14
Frekuensi

15
10 8
4
5
1 0 1
0
Sangat Rendah Rendah Tinggi Sangat Tinggi

Kategori
GuruKepala Sekolah

Gambar 11. Histogram Kategorisasi Kinerja Guru IPS

2. Uji Persyaratan Analisis

Uji persyaratan analisis digunakan untuk mengetahui apakah

dalam analisis pengujian hipotesis tidak terjadi korelasi antar variabel

bebas, variasi residual absolut sama atau tidak dan hubungan antara

variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linier. Berikut ini

diuraikan masing-masing hasil uji persyaratan analisis.

a. Uji Normalitas

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah tiap variabel

memiliki distribusi normal atau tidak. Rumus yang digunakan

adalah uji Chi Kuadrat (X2) dengan SPS Edisi Sutrisno Hadi dan

Yuni Pamardiningsih. Kriteria yang digunakan adalah jika X2hitung

< X2tabel maka disimpulkan bahwa data tersebut berasal dari

populasi yang berdistribusi normal. Hasil uji Normalitas dapat

ditunjukkan pada tabel 14 berikut ini:


6

Tabel 18. Hasil Uji Normalitas


2 2
Variabel X hitung DF X tabel Keterangan
Data dari Guru IPS
Motivasi Kerja 5,678 9 16,92 Normal
Pengalaman Kerja 13,577 9 16,92 Normal
Kinerja Guru 4,091 9 16,92 Normal
Persepsi Kepala sekolah
Motivasi Kerja 10,023 9 16,92 Normal
Kinerja Guru 8,737 9 16,92 Normal

Sumber : Hasil Olah Data SPS, 2013

Berdasarkan hasil uji menunjukkan bahwa nilai X2hitung <

X2tabel pada seluruh variabel, sehingga dapat dinyatakan bahwa

data-data penelitian telah memenuhi distribusi normal.

b. Uji Linieritas

Pengujian linieritas regresi dilakukan dengan uji Statistik

F. Harga F dihitung kemudian dikonsultasikan dengan F tabel

dengan taraf signifikansi 5%. Apabila harga F hitung lebih kecil

atau sama dengan F tabel maka hubungan variabel bebas (X)

dengan variabel terikat (Y) dinyatakan linier.

Tabel 19. Rangkuman Hasil Uji Linieritas


No Nama Variabel Db F Hitung F Tabel Keterangan
Data dari Guru IPS

1 Hubungan (X1) dengan Y 1/50 1,805 4,03 Linier


2 Hubungan (X2) dengan Y 1/50 1,652 4,03 Linier
Penilaian Kepala Sekolah
1 Hubungan (X1) dengan Y 1/50 1,680 4,03 Linier
2 Hubungan (X2) dengan Y 1/50 0,787 4,03 Linier
Sumber : Hasil Olah Data SPSS 2013
6

Berdasarkan hasil uji linieritas pada tabel 19 menunjukkan

bahwa uji linieritas antara motivasi kerja berdasarkan data dari guru

IPS dan kepala sekolah masing-masing diperoleh nilai F hitung sebesar

1,805 dan 1,680 lebih kecil dari nilai F tabel 4,03 (Fh< Ft) yang

menunjukkan bahwa hubungan antara motivasi kerja dengan Kinerja

Guru adalah linier. Hasil uji linieritas antara pengalaman mengajar

berdasarkan data dari guru IPS dan kepala sekolah masing-masing

diperoleh nilai F hitung sebesar 1,652 dan 0,787 lebih kecil dari nilai F

tabel 4,03 (Fh< Ft) yang menunjukkan bahwa hubungan antara

pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS adalah linier.

3. Pengujian Hipotesis Penelitian

Dengan bantuan SPS dan SPSS versi 17,00 diperoleh hasil

regresi linier berganda seperti pada tabel berikut :

Tabel 20. Hasil Regresi Linier Berganda


Variabel Independen Koef. SE (%) SR (%)
Korelasi r tabel
Berdasar Guru
Motivasi Kerja (X1) 0,529 0,27 21,99 55,75
Pengalaman mengajar (X2) 0,488 0,27 17,44 44,25
F hitung 15,627
Korelasi (R) 0,628
Koefisien Determinasi (R2 ) 0,394
Berdasar Kepala Sekolah
Motivasi Kerja (X1) 0,410 0,27 15,31 62,13
Pengalaman mengajar (X2) 0,331 0,27 9,33 37,87
F hitung 7,853
Korelasi (R) 0,497
Koefisien Determinasi( R2 ) 0,247

Sumber : Hasil Olah Data SPS dan SPSS, 2013


7

a. Koefisien korelasi dan koefisien determinasi

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS

versi 17,00 menunjukkan nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar

0,628 menurut data dari guru IPS dan 0,497 menurut penilaian

kepala sekolah, karena nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) bernilai

positif maka dapat dinyatakan bahwa variabel motivasi kerja dan

pengalaman mengajar berhubungan positif dengan kinerja guru

IPS. Nilai R menurut data dari guru sebesar 0,394 yang berarti

39, 4% perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan

oleh variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar, sedangkan

sisanya 60,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti

dalam penelitian ini. Nilai R menurut penilaian kepala sekolah

sebesar 0, 247 yang berarti 24,7% perubahan pada variabel kinerja

guru IPS dapat diterangkan oleh variabel motivasi kerja dan

pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 75,3% dipengaruhi oleh

variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini

b. Pengujian signifikansi korelasi ganda dengan uji F

Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F menurut

data dari guru IPS sebesar 15,67 dan menurut penilaian kepala

sekolah sebesar 7,853. Jika dibandingkan dengan nilai

F sebesar 3,19 pada taraf signifikansi 5%, maka nilai F >

F . Dengan begitu Hipotesis diterima, ini berarti terdapat

hubungan positif dan signifikan antara motivasi kerja dan


7

pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS SMP di Kabupaten

Gunungkidul.

d. Sumbangan Efektif dan Relatif

Sumbangan relatif dan efektif bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar sumbangan variabel bebas terhadap variabel terikat.

Berdasarkan tabel 20 di atas menunjukkan sumbangan efektif (SE

%) dari kedua variabel dalam penelitian menurut data dari guru

sebesar 39,4% dengan rincian sumbangan efektif dari variabel

motivasi kerja sebesar 21,99% dan pengalaman mengajar sebesar

17,44%, sedangkan sisanya 60,6% dipengaruhi oleh faktor lain

yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Sedangkan menurut

penilaian kepala sekolah menunjukkan sumbangan efektif (SE%)

dari kedua variabel sebesar 24,7% dengan rincian sumbangan

efektif dari variabel motivasi kerja sebesar 15,31 % dan

pengalaman mengajar sebesar 9,33%, sedangkan sisanya 75,3%

dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Sumbangan relatif (SR%) menurut data dari guru IPS

menunjukkan 55,75% dari variabel motivasi kerja dan 44,25% dari

variabel pengalaman mengajar. Sedangkan sumbangan relatif (SR

%) menurut penilaian kepala sekolah menunjukkan 62,13% dari

variabel motivasi kerja dan 37,87% dari variabel pengalaman

mengajar. Berdasarkan tabel tersebut dapat disimpulkan juga


7

bahwa, variabel motivasi kerja besar dalam mempengaruhi kinerja

guru IPS SMP Di Kabupaten Gunungkidul.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Pengalaman Kerja Dengan

Kinerja Guru IPS

Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan SPSS versi

17,00 menunjukkan nilai koefisien korelasi (Ry(1,2)) sebesar 0,628 menurut

data dari guru IPS dan 0,497 menurut penilaian kepala sekolah, karena nilai

koefisien korelasi (Ry(1,2)) bernilai positif maka dapat dinyatakan bahwa

variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar berhubungan positif

dengan kinerja guru IPS Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F

menurut data dari guru IPS sebesar 15,67 dan menurut penilaian kepala

sekolah sebesar 7,853. Jika dibandingkan dengan nilai F sebesar 3,19

pada taraf signifikansi 5%, maka nilai F >F .

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat

hubungan yang positif dan signifikan antara motivasi kerja dan pengalaman

mengajar dengan kinerja guru IPS. Hasil tersebut didukung dengan teori yang

dikemukakan di kajian teori bab dua. Adapun faktor yang mempengaruhi

kinerja guru berasal dari dalam diri dan lingkungan sekitarnya. Faktor yang

berasal dari dalam diri salah satunya adalah motivasi. Hal ini selaras dengan

teori yang dinyatakan oleh Sopiah (2008: 23) di mana faktor yang

mempengaruhi kinerja salah satunya yaitu motivasi kerja. Motivasi

merupakan daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk


7

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Dengan

adanya motivasi akan membuat seseorang lebih giat bekerja sehingga bisa

mencapai target tujuannya. Hal ini sejalan dengan pendapat E. Mulyasa

(2003: 120) bahwa motivasi dibutuhkan pada kegiatan-kegiatan yang

berkaitan langsung dengan peningkatan kinerja. Jadi, dengan adanya

motivasi yang tinggi akan dapat mendorong seseorang untuk meningkatkan

kinerjanya.

Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru yaitu pengalaman

mengajar. Guru yang mempunyai pengalaman dalam pembelajaran yang baik

akan lebih mudah melaksanakan proses belajar mengajar di kelas. Hal

tersebut didukung dengan teori dari Malayu Hasibuan (2001: 94) yang

menyatakan bahwa kinerja guru merupakan hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, dan kesungguhan serta waktu. .

Pengalaman adalah guru yang baik karena keterampilan memecahkan

persoalan dalam proses belajar mengajar kurang didapatkan guru melalui

pendidikan formal tetapi dia dapatkan selama dia mengajar. Selaras dengan

teori menurut Norlander, dkk (2009: 34) yang menyatakan bahwa guru

berpengalaman mengumpulkan banyak pengetahuan sehingga mereka

mengetahui kelas baru, bahkan sebelum mereka masuk kelas tersebut. Guru

hendaknya memiliki pengalaman mengajar yang cukup dan terus

meningkatkan pengetahuannya sesuai perkembangan zaman. Dari uraian di


7

atas dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi

kerja dan pengalaman mengajar dengan kinerja guru IPS.

Dilihat dari Nilai Koefisien Determinasi (R2) sebesar 0,394 yang

berarti 39,4% perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan

oleh variabel motivasi kerja dan pengalaman mengajar dengan rincian

21,99% hasil sumbangan variabel motivasi kerja dan 17,44% hasil

sumbangan variabel pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 60,6%

berhubungan dengan variabel lain yang tidak masukkan dalam model

penelitian ini. Menurut data penilaian dari kepala sekolah Nilai Koefisien

Determinasi( R2 ) lebih rendah yaitu sebesar 0,247 yang berarti 24,7%

perubahan pada variabel kinerja guru IPS dapat diterangkan oleh variabel

motivasi kerja dan pengalaman mengajar dengan rincian 15,31% hasil

sumbangan variabel motivasi kerja dan 9,33% hasil sumbangan variabel

pengalaman mengajar, sedangkan sisanya 75,3% berhubungan dengan

variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model penelitian ini. Temuan ini

juga menemukan bahwa masih besar faktor lain yang berhubungan dengan

variabel kinerja guru IPS. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan kinerja

guru IPS SMP akan kurang maksimal kalau hanya dipengaruhi dari motivasi

kerja dan pengalaman mengajar saja. Maka masih banyak variabel lain yang

perlu dikaji dalam rangka meningkatkan kinerja guru IPS. Faktor lain itu

seperti yang diungkapkan Suyadi Prawirosentono (2008: 27-32) bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain: 1) Efektivitas dan

Efisiensi; 2) Otoritas dan Tanggung Jawab; 3) Disiplin, meliputi disiplin


7

waktu dan disiplin kerja; dan 4) Inisiatif dan Kreativitas. Inisiatif merupakan

kemampuan dalam memberdayakan daya pikir untuk menyelesaikan

pekerjaan kantor. Kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu

yang berkaitan dengan tujuannya. Faktor-faktor tersebut perlu dikaji agar

dalam peningkatan kinerja lebih optimal.

D. Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menyadari keterbatasan yang ada

meskipun sudah diusahakan semaksimal mungkin. Adapun keterbatasan-

keterbatasan tersebut antara lain :

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya sebanyak 51

responden, perlu ada penelitian lanjutan dengan menambahkan jumlah

responden agar hasilnya lebih akurat.

2. Metode pengumpulan data menggunakan kuesioner, sehingga sangat

mungkin datanya bersifat subyektif.

3. Rendahnya kontribusi motivasi kerja dan pengalaman mengajar terhadap

kinerja guru, menunjukkan bahwa Dua variabel yang diteliti belum dapat

menjelaskan secara menyeluruh mengenai faktor-faktor yang

mempengaruhi kinerja guru IPS. Perlu adanya penelitian lanjutan dengan

memasukkan variabel-variabel lainnya yang secara teori mempengaruhi

kinerja guru.

Anda mungkin juga menyukai