Anda di halaman 1dari 14

Lampiran 3

Ronde Keperawatan
(Nursing Rounds)–
Data Rekap Harian
Perkembangan
Masalah

L-33
L-34 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

PENDAHUlUAN
Peningkatan mutu asuhan keperawatan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan iptek
maka perlu pengembangan dan pelaksanaan suatu model asuhan keperawatan profesional yang efektif
dan efisien.
Metode keperawatan primer merupakan salah satu metode pemberian pelayanan keperawatan di
mana salah satu kegiatannya adalah ronde keperawatan, yaitu suatu metode untuk menggali dan
membahas secara mendalam masalah keperawatan yang terjadi pada pasien dan kebutuhan pasien akan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat primer/associate, konselor, kepala ruangan, dan seluruh tim
keperawatan dengan melibatkan pasien secara langsung sebagai fokus kegiatan.
Ronde keperawatan akan memberikan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah
dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat
meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Kepekaan dan cara berpikir kritis perawat
akan tumbuh dan terlatih melalui suatu transfer pengetahuan dan pengaplikasian konsep teori ke dalam
praktik keperawatan.

PENGERTIAN
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah keperawatan pasien yang
dilaksanakan oleh perawat di samping melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan
keperawatan. Pada kasus tertentu harus dilakukan oleh perawat primer dan/atau konselor, kepala
ruangan, dan perawat associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2002).
Karakteristik antara lain sebagai berikut.
1. Pasien dilibatkan secara langsung.
2. Pasien merupakan fokus kegiatan.
3. PA, PP, dan konselor melakukan diskusi bersama.
4. Konselor memfasilitasi kreativitas.
5. Konselor membantu mengembangkan kemampuan PA, PP dalam meningkatkan kemampuan
mengatasi masalah.

TUJUAN
Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien melalui pendekatan berpikir kritis dan diskusi.
Lampiran L-35

Tujuan Khusus
1. Menumbuhkan cara berpikir kritis dan sistematis.
2. Meningkatkan kemampuan validasi data pasien.
3. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
4. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
5. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
6. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
7. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

MANFAAT
1. Masalah pasien dapat teratasi.
2. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
3. Terciptanya komunitas keperawatan yang profesional.
4. Terjalinnya kerja sama antartim kesehatan.
5. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan dengan tepat dan benar.

KRITERIA PASIEN
Pasien yang dipilih untuk dilakukan ronde keperawatan adalah pasien yang memiliki kriteria sbb:
1. Mempunyai masalah keperawatan yang belum teratasi meskipun sudah dilakukan tindakan
keperawatan.
2. Pasien dengan kasus baru atau langka.

METODE
Diskusi

AlAT BANTU
1. Sarana diskusi: buku, pulpen.
2. Status/dokumentasi keperawatan pasien.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.
L-36 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN RONDE


KEPERAWATAN
Langkah-langkah dalam ronde keperawatan adalah sebagai berikut.

Tahap Pra PP

1. Penetapan Pasien

2. Persiapan Pasien:
Tahap Pelaksanaan–
• Informed Consent
di Nurse Station
• Hasil Pengkajian/ • Apa diagnosis keperawatan?
Validasi data • Apa data yang mendukung?
3. Penyajian Masalah • Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan?
• Apa hambatan ditemukan?

Tahap Pelaksanaan 4. Validasi Data di


di kamar pasien Bed Pasien

PP, Konselor,
KARU
Pascaronde 6. Kesimpulan dan 5. Lanjutan–Diskusi
(nurse station) Rekomendasi di nurse station
Solusi masalah

Keterangan
1. Praronde
a. Menentukan kasus dan topik (masalah yang tidak teratasi dan masalah yang langka).
b. Menentukan tim ronde.
c. Mencari sumber atau literatur.
d. Membuat proposal.
e. Mempersiapkan pasien: imformed consent dan pengkajian.
f. Diskusi: Apa diagnosis keperawatan? Apa data yg mendukung? Bagaimana intervensi yang
sudah dilakukan? Apa hambatan yang ditemukan selama perawatan?
2. Pelaksanaan Ronde
a. Penjelasan tentang pasien oleh perawat primer yang difokuskan pada masalah keperawatan dan
rencana tindakan yang akan dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta memilih prioritas
yang perlu didiskusikan.
b. Diskusi antaranggota tim tentang kasus tersebut.
Lampiran L-37

c. Pemberian justifikasi oleh perawat primer atau konselor atau kepala ruangan tentang masalah
pasien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.
3. Pascaronde
a. Evaluasi, revisi, dan perbaikan.
b. Kesimpulan dan rekomendasi penegakkan diagnosis; intervensi keperawatan selanjutnya.

PERAN MASING-MASING ANGGOTA TIM


Peran Perawat Primer dan Perawat Associate
1. Menjelaskan data pasien yang mendukung masalah pasien.
2. Menjelaskan diagnosis keperawatan.
3. Menjelaskan intervensi yang dilakukan.
4. Menjelasakan hasil yang didapat.
5. Menjelaskan rasional (alasan ilmiah) tindakan yang diambil.
6. Menggali masalah-masalah pasien yang belum terkaji.

Peran Perawat Konselor dan Tenaga Kesehatan Lainnya


1. Memberikan justifikasi.
2. Memberikan reinforcement.
3. Memvalidasi kebenaran dari masalah dan intervensi keperawatan serta rasional tindakan.
4. Mengarahkan dan koreksi.
5. Mengintegrasikan konsep dan teori yang telah di pelajari.

KRITERIA EvAlUASI
Struktur
1. Persyaratan administratif (informed consent, alat, dan lainnya).
2. Tim ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
3. Persiapan dilakukan sebelumnya.

Proses
1. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
2. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan.

Hasil
1. Pasien merasa puas dengan hasil pelayanan.
2. Masalah pasien dapat teratasi.
L-38 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

3. Perawat dapat:
a. Menumbuhkan cara berpikir yang kritis.
b. Meningkatkan cara berpikir yang sistematis.
c. Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
d. Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan.
e. Menumbuhkan pemikiran tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah
pasien.
f. Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
g. Meningkatkan kemampuan justifikasi.
h. Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

Lampiran Contoh Proposal


RENCANA PELAKSANAAN RONDE KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. S DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NUTRISI
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH PADA DIAGNOSIS MEDIS PPOK, DM, DAN HIPERTENSI
(DI RUANG X RS Y)

Topik : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Keperawatan Nutrisi Kurang dari
Kebutuhan Tubuh pada Diagnosis Medis PPOK, DM, dan Hipertensi.
Sasaran : Pasien Ny. S/68 tahun.
Hari/tanggal : Selasa/30 Agustus 2005.
Waktu : 60 menit. (Pkl. 11.00–12.00 WIB).

I. Tujuan :
1. Tujuan Umum
Menyelesaikan masalah pasien yang belum teratasi, yaitu nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
2. Tujuan Khusus:
a. menjustifikasi masalah yang belum teratasi;
b. mendiskusikan penyelesaian masalah dengan perawat primer, tim kesehatan lain;
c. menemukan alasan ilmiah terhadap masalah pasien;
d. merumuskan intervensi keperawatan yang tepat sesuai masalah pasien.

II. Sasaran
Pasien Ny. S umur 68 tahun yang dirawat di kelas II no. tempat tidur 4 Ruang Paru RS X.

III. Materi
1. Teori asuhan keperawatan pasien dengan PPOK, DM, dan hipertensi.
2. Masalah-masalah yang muncul pada pasien dengan PPOK, DM, dan hipertensi serta intervensi
keperawatan pada pasien dengan PPOK, DM, dan Hipertensi dengan masalah keperawatan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Lampiran L-39

IV. Metode
Diskusi

V. Media
1. Dokumen/status pasien.
2. Sarana diskusi: kertas, bulpen.
3. Materi yang disampaikan secara lisan.

VI. Kegiatan ronde keperawatan.

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Keg. Pasien Tempat


1 hari Praronde Praronde Penanggung Ruang
sebelum 1. Menentukan kasus dan topik. Jawab: Paru RS X
ronde 2. Menentukan Tim ronde. -
3. Menentukan literatur.
4. Membuat proposal.
5. Mempersiapkan pasien dengan pemberian
informed consent.
5 menit Ronde Pembukaan Kepala - Nurse
(Nurse 1. Salam pembuka. Ruangan Station
Station) 2. Memperkenalkan tim ronde.
3. Menjelaskan tujuan ronde.
4. Mengenalkan masalah pasien secara spintas.
30 Penyajian masalah PP Mendengarkan Nurse
menit 1. Memberi salam dan memperkenalkan pasien station
dan keluarga kepada tim ronde.
2. Menjelaskan riwayat penyakit dan
keperawatan pasien.
3. Menjelaskan masalah pasien dan rencana
tindakan yang telah dilaksanakan dan
serta menetapkan prioritas yang perlu
didiskusikan.

Validasi data (bed pasien):


4. Mencocokkan dan menjelaskan kembali Karu, PP,
data yang telah disampaikan dengan Perawat
wawancara, observasi dan pemeriksaan Konselor.
keadaan pasien secara langsung, dan melihat
dokumentasi. Memberikan
5. Diskusi antar anggota tim dan pasien respons dan
tentang masalah keperawatan tersebut di menjawab R.
bed pasien. Karu, PP, pertanyaan Perawatan
6. Pemberian justifikasi oleh perawat primer Perawat
atau konselor atau kepala ruang tentang Konselor
masalah pasien. Karu
L-40 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

Waktu Tahap Kegiatan Pelaksana Keg. Pasien Tempat


10 Pascaronde 1. Melanjutkan diskusi dan masukan dari tim. Karu, - Nurse
menit (Nurse 2. Menyimpulkan untuk menentukan tindakan Supervisor, Station
Station) keperawatan pada masalah prioritas yang Perawat
telah ditetapkan. Konselor,
3. Merekomendasikan intervensi keperawatan Pembim-
4. Penutup. bing.

VII. Kriteria evaluasi:


1. Struktur:
a. Ronde keperawatan dilaksanakan di Ruang Paru RS X.
b. Peserta ronde keperawatan hadir di tempat pelaksanaan ronde keperawatan.
c. Persiapan dilakukan sebelumnya.
2. Proses:
a. Peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir.
b. Seluruh peserta berperan aktif dalam kegiatan ronde sesuai peran yang telah ditentukan.
3. Hasil:
a. Pasien puas dengan hasil kegiatan.
b. Masalah pasien dapat teratasi.
c. Perawat dapat:
1) Menumbuhkan cara berpikir yang kritis dan sistematis.
2) Meningkatkan kemampuan validitas data pasien.
3) Meningkatkan kemampuan menentukan diagnosis keperawatan. Menumbuhkan pemikiran
tentang tindakan keperawatan yang berorientasi pada masalah pasien.
4) Meningkatkan kemampuan memodifikasi rencana asuhan keperawatan.
5) Meningkatkan kemampuan justifikasi.
6) Meningkatkan kemampuan menilai hasil kerja.

VIII. Pengorganisasian:
1. Kepala ruangan :
2. PP I :
PP II :
3. PA I :
PA II :
4. Konselor : dr.
Ahli gizi
5. Pembimbing :
6. Supervisor :
Lampiran L-41

Lampiran: Informed Consent

SURAT PERSETUJUAN DILAKUKAN


RONDE KEPERAWATAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
…………………………………..

adalah suami/istri/orang tua/anak dari pasien:


Nama : …………………………………..
Umur : …………………………………..
Alamat : …………………………………..
…………………………………..

Ruang :
No. RM. : …………………………………..

Dengan ini menyatakan setuju untuk dilakukan ronde keperawatan.

Surabaya,

Perawat yang menerangkan Penanggung jawab

……………………………... ……………………………

Saksi–saksi: Tanda tangan:


1. …………………………. …………………

2. …………………………. …………………
L-42 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

Lampiran: Resume Pasien–Pelaksanaan Ronde

A. IDENTITAS
Nama : Ny. S
Umur : 68 tahun
Status : kawin
Pendidikan : SGB
Pekerjaan : Pensiunan guru
Alamat : Blitar
MRS :

B. DIAGNOSIS: PPOK + DM + HIPERTENSI

C. KELUHAN UTAMA
Mual, muntah.

D. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG


Tanggal 3 Juli 2005, pasien jatuh dan terjadi retak pada pergelangan tangan kiri. Sejak saat itu
pasien merasa berdebar-debar, gula darah naik. Pasien merasa sesak 14 hari sebelum MRS, kumat-
kumatan terutama pada malam hari, batuk berdahak tetapi dahak tidak dapat dikeluarkan. Nafsu
makan menurun, badan lemah. Pasien memeriksakan diri ke IRD RS X, dan disarankan MRS di R.
Paru. Pasien MRS tanggal 23-8-2005.
Sampai dengan 25-8-2005 keluhan sesak dan batuk berkurang, nafsu makan membaik. Pasien
sudah dapat menghabiskan porsi makan yang disediakan, duduk di kursi. Tanggal 26-8-2005
pasien mengeluh sesak kembali setelah pasien buang air besar di kamar mandi. Tanggal 27 pasien
mengeluh mual. Tanggal 28-0-2005 , pasien muntah air warna hijau kekuningan 3× @75 ml. Badan
pasien terasa lemah, pasien merasa pusing. Nafsu makan menurun, pasien hanya mampu
menghabiskan ½ porsi makan yang disediakan. Tanggal 29-8-2005 pasien muntah air 4× @75 cc.

E. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU


Pasien menderita DM dan hipertensi sejak 1995. Untuk pengobatan DM pasien medapatkan terapi
Mixtrad 18 iu untuk hipertensi pasien mendapatkan terapi Noperten 5 mg. Pasien pernah MRS
tahun 1999 di RS X dengan DM, tahun 2000 MRS dengan flek paru.

F. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA


Ada anggota keluarga yang menderita diabetes melitus.

G. PEMERIKSAAN FISIK TANGGAL 29 AGUSTUS


Tanda- tanda vital :
Tekanan Darah : 110/60 mmHg
Nadi : 80 ×/menit Suhu : 37,5OC RR : 18 ×/menit
Lampiran L-43

Sistem Pernapasan (B1–Breath)


Tidak ada keluhan sesak, tidak batuk, pola napas teratur, tidak ada penggunaan otot bantu napas,
ronchi + halus, RR: 18 ×/menit.

Sistem kardiovaskular (B2–Bleed)


Irama jantung reguler, bunyi jantung 1 dan 2 tunggal, CRT < 3 detik, akral hangat, tidak terdapat
sianosis.

Sistem persarafan (B3–Brain)


Kesadaran composmentis, keluhan rasa panas pada ulu hati, pergelangan tangan kiri masih terasa
sedikit nyeri tetapi tidak mengganggu, pasien merasa mengantuk tetapi tidak dapat tidur, pasien
dapat istirahat tidur ± 5 jam.

Sistem pencernaan (B4–Bladder)


Pasien mengeluh mual, nafsu makan menurun, pasien hanya mampu menghabiskan 1/3 porsi
makan yang disediakan, muntah air warna kuning kehijauan 4 × @75 ml. Bising usus + 10
×/menit, BB sebelum sakit 42 kg, saat ini BB 40 g, turgor kulit sedang, lemak subkutan tipis,
konjungtiva anemis, tanggal 25-8-2005 Hb: 13,00 g/dl (N: 11,4–15,1), albumin: 3,6 g/dl (N: 3,2–
4,5), GD puasa: 303 g/dl (70–110), gula 2 jam PP: 296 g/dl (N: <125), protein total: 69 g/dl (N:
6,3–8,8 ). Pasien mendapatkan diet DM 6B1 2.100 kkal bubur. Pasien minum ± 2.000 ml/hari air
putih.

Sistem perkemihan (B5–Bowel)


Pasien BAK 5–6× sehari di kamar mandi, warna kuning jernih, jumlah tidak terukur. Laboratorium
25-8-2005 BUN: 16,3 mg/dl (N: 10–20), serum kreatinin: 0,9 mg/dl (N: <1,2).

Sistem muskuloskeletal dan integumen (B6–Bone)


Kemampuan pergerakan sendi bebas, pasien merasa lemah, kekuatan otot , warna kulit tidak
anemis, turgor kulit sedang, tidak ada edema, pasien memakai infus pada tangan kanan. Tidak
terdapat luka.

5 5
5 5

Sistem endokrin:
Tiroid tidak membesar, hiperglikemia.

Kebersihan pribadi:
Pasien mampu mandi seka di tempat tidur 2× sehari, gosok gigi 2× sehari, dan ganti pakaian 2×
sehari. Pasien tampak kusut, rambut acak-acakan, penampilan tidak rapi.

Psikososial spiritual:
Pasien tidak dapat menjalankan salat karena badan lemah, pasien mempunyai motivasi tinggi
untuk sembuh, tetapi pasien juga berkeluh kesah karena keadaannya tidak segera membaik.
L-44 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 25-8-2005
Hb : 13,0 mg/dl
LED : 3 mm/j
Leukosit : 3.220 × 109/dl
Hematokrit : 39,48
Trombosit : 183.000 × 109/L (150–350)
GDP : 303 mg/dl (70–110)
GD 2 j PP : 296 mg/dl (<125)
Kolesterol total : 153 mg/dl (100–
240) Kreatinin serum : 0,9 mg/dl
(<1,2) BUN : 16,3 mg/dl (10–20)
Bilirubin total : 0,43(<0,1)
SGOT : 32U/l
(<38)
SGPT : 22 U/l (<41)
Fosfatase alkali : 192 U/l (73–270)
Protein total : 6,9 g/dl (6,3–8,8)
Albumin : 3,6 g/dl (3,2–4,5)

I. TERAPI
Terapi tanggal 27 Agustus 2005
Cefotaxim 3 × 1 gr
Atracpid 3 × 4 U SC
Lisinopril 5 mg -0-0
ASA 1 × 100 mg
ISDN 3 × 5 mg
Levofloxacin 1 × 500 mg tab
Nebulizer combivent 4×
Asam mefenamat 3 × 1 kp
Deit B1 2.100 kal

Terapi tanggal 29 Agustus 2005


Lisinopril 5 mg -0-0
ASA 1 × 100 mg
ISDN 3 × 5 mg
Levofloxacin 3 × 500 mg
Roborantia 1 × 1
Ranitidin 2 × 1 amp
Metoclorpamit 2 × 1 amp
Parasetamol 3 × 500 mg
kp Diet B1 2.100 kal
Atrapid 3 × 4 U SC
Lampiran L-45

J. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Tanggal 23 Agustus
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan akumulasi
sekret. Masalah teratasi tanggal 27 Agustus.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan kebersihan diri berhubungan dengan kelemahan anggota
tubuh. Masalah teratasi tanggal 26 Agustus.
3. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia. Masalah teratasi tanggal 28 Agustus.
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah, intake kurang.
5. Risiko hipoglikemi.

Tanggal 23 Agustus
1. Risiko pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia. Tujuan: setelah dilakukan perawatan selama 3 × 24 jam tidak terjadi gangguan
pemenuhan kebutuhan nutrisi.
Kriteri Hasil (Nursing Outcome Criteria—NOC)
a. A (antropometri): BB stabil, KU baik.
b. B (biomchemical data): tidak terjadi penurunan Hb (N: 11,4–15,1 g/dl), albumin 3,2–4,5 g.
c. C (clinical signs): konjungtiva tidak anemis; turgor baik.
d. D (diet): nafsu makan baik; pasien mampu menghabiskan porsi makan yang disediakan.

K. RENCANA TINDAKAN:
1. Jelaskan tentang pentingnya nutrisi dan kepatuhan diet.
2. Berikan motivasi kepada pasien untuk menghabiskan makanan yang disediakan sesuai diit
yang ditentukan .
3. Timbang berat badan tiap 34 hari.
4. Berikan makanan dalam keadaan hangat.
5. Anjurkan pasien makan 15 menit sesudah pemberian suntikan insulin.
6. Monitor Hb, albumin, gula darah.
7. Kolaborasi dengan bagian gizi untuk pemberian diit .
8. Observasi intake setiap hari.

L. EVALUASI:
Kebutuhan nutrisi belum terpenuhi.
L-46 Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 4

DAFTAR PUSTAKA
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Jakarta:
Salemba Medika.
Nursalam???. 2007. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi
2.
Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam???. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Edisi
3.
Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai