Anda di halaman 1dari 4

PEMERINTAH KOTA BATAM

DINAS KESEHATAN
Jl. Raja Haji No. 7 Sekupang Telp. (0778) 323506, 321616 Fax. (0778) 321856
Email :dinkes.batam@gmail.com
BATAM
Kode Pos : 29428

TELAAH STAF

Kepada Yth : Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam


Dari : Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan Dinas Kesehatan Kota
Batam
Tanggal : 26 Januari 2023
Nomor : KS.01.00/ /I/2023
Lampiran : 2 Lembar
Hal : Tanggapan atas Keluhan Pasien di Pulau Karas terhadap
pelayanan Kesehatan petugas Puskesmas Pembantu Pulau
Karas

I. PERSOALAN

Pasien merasa mendapatkan pelayanan yang tidak sesuai Standar Pelayanan berupa
; permintaan membayar obat yang diterimanya, mendapatkan informasi kualitas obat
yang di Pustu tidak bagus, serta obat yang dibutuhkan habis sehingga berujung pada
membeli obat yang dijual oleh petugas.

II. PRA ANGGAPAN

Hak asasi manusia (HAM) adalah hak dasar yang dimiliki semua manusia
tanpa memandang ras, jenis kelamin, etnis, agama, sosial, ekonomi atau
status lainnya. HAM bersifat universal, tidak dapat dicabut / diambil oleh
manusia lain, tidak terpisahkan, saling terkait, dan tidak ada hak yang lebih
unggul daripada hak yang lain. HAM menjamin kebutuhan dasar manusia untuk
hidup termasuk hak untuk hidup, kebebasan, pendidikan, pekerjaan,
kesehatan, makanan, tempat tinggal, kebebasan berpendapat, dan lain -lain
yang diperlukan bagi manusia untuk hidup bermartabat.
Selain itu, Pemerintah Indonesia juga menjanjikan hal diatas kepada warganya
yang tercantum pada UUD 1945 Pasal 28H ayat 1 yaitu ; ” Setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan
hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.“ Hak
atas kesehatan dinilai sebagai dasar dalam penerapan HAM karena ketika
seseorang tidak mendapatkan haknya untuk sehat maka seseorang tersebut
akan sakit yang menyebabkan aktivitasnya terhambat.

Hak atas kesehatan ini diterapkan oleh seluruh negara di dunia dengan
menjalankan program Universal Health Coverage (UHC) atau Cakupan
Kesehatan Semesta (CKS). Pemerintah Indonesia juga menerapkan sistem ini
dengan nama Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
JKN-KIS memiliki dua partisipan, yaitu Penerima Bantuan Iuran (PBI) dan
Bukan Penerima Bantuan Iuran (Non-PBI).

PBI merupakan peserta JKN-KIS bagi fakir miskin dan orang tidak mampu
sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang iurannya dibayarkan oleh
pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan. Menurut pengertian
tersebut, peserta PBI harus mendapatkan surat keterangan fakir miskin
berjenjang mulai dari RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, hingga
Kabupaten/Kota. Peserta PBI hanyalah peserta yang ditetapkan oleh
pemerintah dan diatur melalui Peraturan Pemerintah.

Sekali pun seseorang memiliki kepesertaan PBI, namun pelayanan kesehatan yang
diterima tidak dibeda-bedakan. Peserta PBI juga mendapatkan manfaat perawatan
kesehatan yang sama seperti peserta Non-PBI. Manfaat tersebut berlaku untuk rawat
jalan dan rawat inap sesuai fasilitas kesehatan yang dituju.

Peran Puskesmas sebagai Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) tentunya


mudah diakses oleh peserta Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) sehingga
mendapatkan pelayanan kesehatan secara komprehensif dalam satu atap sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional.

Sesuai Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Pasal
29 ayat (3) menyatakan bahwa peserta harus memperoleh pelayanan kesehatan
pada fasilitas kesehatan tingkat pertama peserta terdaftar. Dalam hal peserta sedang
berada di wiliyah luar domosilinya dan memerlukan pengobatan maka peserta dapat
mengakses pelayanan di FTKP terdekat dengan ketentuan:
a. FKTP wajib memberikan pelayanan kepada peserta dari Luar wilayah dalam
kondisi:
• Peserta berada di luar wilayah Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
tempat peserta terdaftar (Misalnya dikarenakan tugas/cuti/liburan)
• Dalam kegawatdaruratan medis

b.Terkait pada point a diatas peserta diarahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk
diterbitkan surat pengantar berkunjung.

c. Maksimal kunjungan 3 (tiga) kali kecuali kondisi gawat darurat

d. FKTP tidak diperkenankan memungut biaya pelayanan atas peserta tersebut

Berdasarkan hal tersebut, agar tidak terjadi penolakan oleh Fasilitas Kesehatan
Tingkat Pertama dan memberikan pemahaman kepada peserta BPJS Kesehatan
yang berkunjung sebagai pasien tamu / luar wilayah tersebut.

III. FAKTA-FAKTA YANG MEMPENGARUHI


1. Undang – Undang Dasar 1945 Pasal 28H Ayat 1
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2013 tentang Pelayanan
Kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 43 Tahun 2019 tentang Puskesmas

IV. ANALISIS
Berdasarkan keluhan yang masuk serta investigasi yang dilakukan di Puskesmas,
maka terdapat beberapa fakta sesuai dengan Nota Dinas Kepala Puskesmas Galang
(Terlampir).

V. KESIMPULAN
Untuk mengoptimalkan pelayanan Kesehatan di Puskesmas Galang serta
menindaklanjuti keluhan pasien di Puskesmas Pembantu Pulau Karas, Dinas
Kesehatan Bidang Pelayanan Kesehatan telah melakukan :
1. Koordinasi dengan Kepala Puskesmas dan Ka TU Puskesmas Galang sebagai
penanggung jawab Jaringan Puskesmas dalam hal ini Puskesmas Pembantu
(Pustu) Pulau Karas
2. Meminta diadakannya Monitoring dan Evaluasi terhadap petugas kesehatan di
jaringan Puskesmas khususnya Pustu Pulau Karas
3. Berkoordinasi terkait kepesertaan BPJS Kesehatan di wilayah Pulau Karas
Kecamatan Galang serta mengusulkan diadakannya Monitoring dan Evaluasi
Pelayanan terhadap peserta JKN-KIS di Pulau Karas.
4. Memberikan teguran secara lisan terhadap komitmen pelayanan dan jaminan
mutu di Puskesmas Galang beserta Jaringannya.

Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan


Dinas Kesehatan Kota Batam

dr. Ratna Irawati


NIP. 19651125 199703 2 003

Anda mungkin juga menyukai