Pendahuluan
Kalimat adalah wadah pernyataan pikiran. Pernyataan pikiran itu sendiri
berasal dari pengembangan gagasan pokok dengan cara tertentu. Pikiran yang
disampaikan melalui berbagai bentuk kalimat diarahkan untuk mencapai sasaran
atau efek tertentu sesuai dengan maksud pengguna bahasa yang bersangkutan.
Proses penyampaian dan penerimaan pikiran dapat efektif. Kalimat efektif adalah
kaimat yang mampu menyampaikan pikiran secara jelas kepada pembaca sehingga
mencapai sasarannya. Kalimat efektiflah yang menyebabkan proses penyampaian
dan penerimaan pikiran dapat berlangsung dengan baik.
Keterangan
Kalimat
Pikiran utama
Keterangan
Waktu dan tempat kami persilahkan ! (tidak logis, karena waktu dan tempat
bukan seubjek yang dapat dipakai untuk
menjawab pertanyaan siapa)
Dirgahayu Proklamasi Kemerdekaan RI (tidak logis karena peringatan hari ulang
yang ke-45 ! tahun kemerdekaan ke-45 hanya sehari,
sedangkan kata dirgahayu mengandung
arti ‘semoga panjang umur’)
Keterangan
Contoh kalimat
Penjahat itu berhasil ditangkap petugas (tidak logis menangkap adalah petugas
keamanan. keamanan)
Untuk mempersingkat waktu, kami (tidak logis karena waktu sudah tertentu
mempersilahkan pembicara I menyajikan ukurannya dan tidak bisa dipersingkat)
makalah !
Surat yang saya terima rangkap satu. (tidak logis karena kata rangkap
bermakna lebih dari satu)
(11a) Surat yang saya terima hanya
sepucuk. (logis/efektif)
Ali dihadiahkan sebuah tas plastik oleh (tidak logis karena kata dihadiahkan
paman. berarti dijadikan sebagai hadiah)
Contoh Kalimat
Kita harus menyelesaikan tugas itu (pemusatan perhatian pada subjek
selama semin sebagai pelaku)
(13b) Tugas itu diselesaikan selama seminggu (pemusatan perhatian pada subjek se-
bagai sasaran perbuatan)
Rombongan kesenian tersebut (pemusatan perhatian pada subjek
berangkat ke Jakarta kemarin sebagai pelaku)
Penyusunan kalimat efektif dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti yang
dikemukakan pada urian dan contoh di atas. Kita dapat menggunakan cara-cara
tertentu untuk mengefektifkan kalimat menurut gaya yang kita minati.dalam
penyusunan karya tulis ilmiah, sebaiknya penulis menggunakan cara yang bervariasi
sebagai upaya mengefektifkan kalimat untuk mengundang minat pembaca mengikuti
uraian kata. Contoh-contoh yang terbatas yang dikemukakan pada bagian belajar ini
dapat menjadi bahan banding untuk menumbuhkan kreativitas calon penulis
mengembangkan pikiranya dalam karya tulis yang logis dan sistimasi.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan
kemudahan kepada penyusun sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Kalimat
Efektif” dengan baik.
Makalah ini dapat tewujud berkat adanya bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. , selaku dosen pembimbing mata kuliah Bahasa Indonesia dalam pembuatan makalah ini dengan
penuh kecermatan dan ketelitian.
2. Kedua orang tua tercinta yang selalu membimbing dan memberikan do’a restunya.
3. Seluruh staf perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memfasilitasi buku-
buku sumber acuan pembuatan makalah ini.
4. Semua teman-teman kelas 2G yang telah memberikan semangat dan dorongan kepada penyusun
dalam penyelesaian makalah ini.
5. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran sangat penyusun harapkan guna perbaikan dan penyempurnaan
penulisan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pemerhati pendidikan
pada umumnya. Serta merupakan wujud sebuah pengabdian kami kepada Allah SWT.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………. i
MOTTO………………………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………... iv
A. Simpulan…………………………………………………… 23
B. Saran……………………………………….…… 24
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
Hal yang menyebabkan kalimat menjadi bidang kajian bahasa yang penting antara lain
karena dengan perantaraan kalimatlah sesorang baru dapat menyampaikan maksudnya secara
lengkap dan jelas. Satuan bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai ada tataran kalimat
adalah kata (mis. Tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kedua bentuk itu,
kata an frasa, tidak dapat mengugkapkan maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika
keduanya sedang berperan sebgai kalimat minor. Untuk dapat berkalimat dengan baik, perlu
kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat.
Kalimat adalah bagian ujaran yang mempunyai struktur miimal ubjek (S) dan predikat
(P) dan inntonsinya menunjukkan bagian ujaran itu sudah lengkap engan makna. Intonasi
final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan titik, tanda tanya, atu tand seru.
Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukan kalimat bukanlah semata-
semata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk.. lengkap
dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus megandung pokok pikiran yang lengkap
sebagai pengungkap maksud penuturnya.
BAB II
PEMBAHASAN
4. Penekanan
Yang dimaksud dengan penekanan adalah suatu perlakuan khusus menonjolkan bagian
kalimat sehingga berpengaruh terhadap makna kalimat secara keseluruhan. Cara yang dipakai
untuk memberi perlakuan khusus pada kata-kata tertentu ada beberapa, yaitu:
a. Dengan meletakkan kata yang ditonjolkan itu di awal kalimat,
b. Dengan melakukan pengulangan kata ( repetisi),
c. Denga melakukan pengontrasan kata kunci,
d. Dengan menggunakan partikel/penegas.
a.Contoh penekanan dengan menempatkan kata yang ditonjolkan pada awal kalimat:
Pada bulan Desember kita ujian akhis semester. (bukan akhir noember
Kita akan ujiian akhir semester pada bulan Deember. (bukan merreka)
Ujian akhir semester kita tempuh pada bulan Deember. (bukn ujn tengah semester)
Contoh penekanan dengan pengulangan kata:
Saya senng melihat panorama alam yang indah; saya senang melihat lukisan yang indah; dan
saya juga senang, melihat hasil seni ukir yang indah.
Sudara-saudara, kita tidak suka dibohongi, kita tidak suka ditipu, kita tidak suka dibodohi.
Contoh penekanan dengan pengontrasan kata kunci:
Penduduk desa itu tidak menghendaki bantuan yang berifat sementara, tetapi bantuan yang
bersifat permanen.
Contoh penekna dengn menggunakan partikel penegas:
Hendak pulang pun hari sudah gelap dan hujan pula.
Adakah yang bertanggung jawab menyelesaikan masalah itu.
Kehematan
Yang dimaksud dengan kehematan ialah menghindari pemakaian kata yang tidak perlu.
Hemat tidak bararti harus menghilangkan kata-kata yang dapat memperjelas arti kalimat.
Hemat di sini berarti “ekonomis” tidak memakai kata-kata mubazir, tidak mengulang-ulang
subjek, tidak menjamakkan kata yang sudah berbentuk jamak. Dengan hemat kata-kata,
diharapkan kalimat menjadi padat berisi.
Contoh kalimat yang tidak hemat kata:
Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri bahwa mahasiswa itu belajar seharian dari pagi
sampai petang.
Dalam pertemuan yang mana hadir di sana Wakil Gubernur DKI dilakukan suatu perundingan
yang membicarakan perparkiran.
Manajer itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia bertemu dengan direkturnya.
Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang memuaskan, Anda harus belajar dengan
sebaik-baiknya.
Contoh kalimat yang hemat kata:
Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian.
Dalam pertemuan yang dihadiri Waki Gubernur DKI dilakukan perundingan tentang perparkiran.
Manajer itu dengan segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya.
Agar Anda memperoleh nilai ujian yan memuaskan, belajarlah baik-baik.
Kelogisan
Yang dimaksud dengan kelogisan ialah mengupayakan agar ide kalimat masuk akal.
Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola piker yang sistematis (runtut/teratur dalam
penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalimat yang sudah benar strukturnya, sudah
benar pula pemakaian tanda baca, kata, dan frasa, dapat menjadi salah karena maknanya tidak
masuk akal atau lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi
logika berbahasa berikut ini:
Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambin tergolong anti air).
Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (apa hubungan tinggal di asrama
putra dengan mempunyai anak lelaki?).
Uang yang bertumpuk itu terdiri atas pecahan ratusan, puluhan, sepuluh ribuan, lima puluh
ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci sehingga lemah dari segi logika).
Kepaada Bapak Dekan, waktu dan tempat kami persilahkan. (waktu dan tempat tidak perlu
dipersilahkan)).
Dengan mengucapkan syukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini tepat pada waktunya.
(berarti “modal” untuk menyelesaikan makalah cukuplah ucapan syukur kepada Tuhan.
Ketegasan
Ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari
kalimat. Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat)
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang
ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. (ketegasan)
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-
anak terlantar. (benar)
Melakukan pengulangan kata (repetisi)
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
Mempergunakan partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel –lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku?
Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini
Struktur Kalimat
Struktur kalimat efektif haruslah benar. Kalimat itu harus memiliki kesatuan bentuk,
sebab kesatuan bentuk itulah yang menjadikan adanya kesatuan arti. Kalimat yang
strukturnya benar tentu memiliki kesatuan bentuk dan sekaligus kestuan arti. Sebaliknya
kalimat yang strukturnya rusak atau kacau, tidak menggambarkan kesatuan apa-apa dan
merupakan suatu pernyataan yang salah.
Jadi, kalimat efektif selalu memiliki struktur atau bentuk yang jelas. Setiap unsur yang
terdapat di dalamnya (yang pada umumnya terdiri dari kata) harus menempati posisi yang
jelas dalam hubungan satu sama lain. Kata-kata itu harus diurutkan berdasarkan aturan-aturan
yang sudah dibiasakan. Tidak boleh menyimpang, aalagi bertentangan. Setiap penyimpangan
biasanya akan menimbulkan kelainan yang tidak dapat diterima oleh masyarakat pemakai
bahasa itu.
Misalnya, Anda akan menyatakan Saya menulis surat buat papa. Efek yang
ditimbulkannya akan sangat lain, bila dikatakan:
Buat Papa menulis surat saya.
Surat saya menulis buat Papa.
Menuis saya surat buat Papa.
Papa saya buat menulis surat.
Saya Papa buat menulis surat.
Buat Papa surat saya menulis.
Walaupun kata yang digunakan dalam kalimat itu sama, namun terdapat kesalahan.
Kesalahan itu terjadi karena kata-kata tersebut (sebagai unsur kalimat) tidak jelas fungsinya.
Hubungan kata yang satu dengan yang lain tidak jelas. Kata-kata itu juga tidak diurutkan
berdasarkan apa yang sudah ditentukan oleh pemakai bahasa.
Demikinlah biasanya yang terjadi akibat penyimpangan terhadap kebiasaan struktural
pemakaian bahasa pada umumnya. Akibat selanjutnya adalah kekacauan pengertian. Agar hal
ini tidak terjadi, maka si pemakai bahasa selalu berusaha mentaati hokum yag sudah
dibiasakan.
Unsur-Unsur Kalimat
Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang daam buku-buku tata bahasa Indonesia
lama lazim disebut jabata kata dan kini disebut peran kata dalam kalimat, yaitu subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia
baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni subjek dan predikat. Unsur yang lain
(objek, pelengkap, dan keterangan) dalam suatu kalimat dapat wajib hadir, tidak wajib hadir,
atau wajib tidak hadir.
Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang memberitahu melakukan (tindakan) apa atau
dalam keadaan bagaimana subjek (pelaku/tokoh atau benda di dalam suatu kalimat). Selain
memberitahu tindakan atau perbuatan subjek (S), P dapat pula menyatakan sifat, situasi,
status, ciri, atau jatidiri S. termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang
jumlah sesuatu yang dimiliki oleh S. predikat dapat juga berupa kata atau frasa, sebagian
besar berkelas verba atau adjektiva, tetapi dapat juga numeralia, nomina, atau frasa nominal.
Perhatikan contoh berikut:
Kuda meringkik.
Ibu sedang tidur siang.
Putrinya cantik jelita.
Kota Jakarta dalam keadaan aman.
Kucingku belang tiga.
Robby mahasiswa baru.
Rumah Pak Hartawan lima.
Kata-kata yang dicetak tebal dalam kalimat di atas adalah P. kata meringkik pada
kalimat (a) memberitahukan perbuatan kuda. Kelompok kata sedang tidur siang pada kalimat
(b) memberitahukan melakukan apa ibu, cantik jelita pada kalimat (c) memberitahukan
bagaimana putrinya, dalam keadaan aman pada kalimat (d) memberitahukan situasi kota
Jakarta, belang tiga pada kalimat (e) memberitahukan ciri kucingku, mahasiswa baru pada
kalimat (f) memberitahukan status Robby, dan lima pada kalimat (g) memberitahukan jumlah
rumah Pak Hartawan.
Berikut ini contoh kalimat yang tidak memiliki P karena tidak ada kata-kata menunjuk
pada perbuatan, sifat, keadaan, ciri, atau status pelaku atau bendanya.
Adik saya yang gendut lagi lucu itu.
Kantor kami yang terletak di Jln. Gatot Subroto.
Bandung yang terkenal kota kembang.
Walaupun contoh (a), (b), (c) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, yaitu diawali
dengan huruf kaital da diakhiri dengan tanda titik, namun di dalamnya tidak ada satu kata pun
yang berfungsi sebagai P. Tidak ada jawaban atas pertanyaan melakukan apa adik yang
gendut lagi lucu (pelaku) pada contoh (a), tidak ada jawaban atas pertanyaan kenapa atau ada
apa dwngan antor di Jan Gatot Subroto dan Bandung terkenal sebagai kota kembang itu pada
contoh (b) dan (c). karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau hal lain yang
dituntut oleh P, maka contoh (a), (b), (c) tidak mengandung P. Karena itu, rangkaian kata-
kata yang cukup panjang pada contoh (a), (b), (c) itu belum merupakan kalimat, melainkan
baru merupakan kelompok kata atau frasa.
Subjek
Subjek (S) adalah bagian kalimat menunjukkan pelaku, tokoh, sosok (benda), sesuatu
hal, suatu masalah yang menjadi pangkal/pokok pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh
jenis kata/frasa benda (nominal), klausa, atau frasa verbal. Untuk lebih jelasnya perhatikan
contoh sebagai berikut ini:
Ayahku sedang melukis.
Meja direktur besar.
Yang berbaju batik dosen saya.
Berjalan kaki menyehatkan badan.
Membangun jalan layang sangat mahal.
Kata-kata yang dicetak tebal pada kalimat di atas adalah S. Contoh S yang diisi oleh
kata dan frasa benda terdapat ada kalimat (a) dan (b), contoh S yang diisi oleh klausa terdapat
pada kalimat (c), dan contoh S yang diisi oleh frasa verbal terdapat pada kalimat (d) dan (e).
Dalam bahasa Indonesia, setiap kata, frasa, klausa pembentuk S selalu merujuk pada
benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada
kalimat (c), (d) dan (e) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda.
Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (c) dan (d), yang berbaju batik dan berjalan kaki
tentulah orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi S pada
kalimat (e), secara implisit juga merujuk pada “hasil membangun” yang tidak lain adalah
benda juga. Di samping itu, kalau diselami lebih dalam, sebenarnya ada nomina yang lesap,
pada awal kalimat (c) sampai (e), yaitu orang pada awa kalimat (c) dan kegiatan pada awal
kalimat (d) dan (e).
Selain ciri di atas, S dapat juga dikenali dengan cara bertanya dengan memakai
kata tanya siapa (yang)… atau apa (yang)… kepada P. Kalau ada jawaban yang logis atas
pertanyaan yang diajukan, itulah S. Jika ternyata jawabannya tidak ada dan atau tidak logis
berarti kalimat itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai S
karena tidak ada/tidak jelas pelaku atau bendanya.
Bagi siswa sekolah dilarang masuk.
Di sini melayani obat generic.
Memandikan adik di pagi hari.
Contoh (a) sampai (c) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena tidak mempunyai S.
Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (a) siapa yang melayani
resep pada contoh (b) dan siapa yang memandikan adik pada contoh (c), tidak ada
jawabannya. Kalaupun ada, jawaban itu terasa tidak logis.
Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. objek pada umumnya diisi oleh
nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak O selalu di belakang P yang berupa verba transitif,
yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya O, seperi pad contoh di bawah ini.
Nurul menimang …
Arsitek merancang …
Juru masak menggoreng …
Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh tersebut adalah P yang
menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P pada ketiga kalimat itulah yang
dinamakan objek.
Jika P diisi oleh verba intransitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam
kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitive mandi, rusak, pulang yang menjadi P
dalam contoh berikut tidak menuntut untuk dilengkapi.
Nenek mandi.
Komputerku rusak.
Tamunya pulang.
Objek dalam kalimat aktif dapat berubah menjadi S jika kalimatnya dipasifkan. Perhatikan
contoh kalimat berikut yang letak O-nya di belakang dan ubahan posisinya bila kalimatnya
dipasifkan.
1) Martina Hingis mengalahkan Yayuk Basuki (O)
Yayuk Basuki (S) dikalahkan oleh Martina Hingis.
1) Orang itu menipu adik saya (O)
Adik saya (S) ditipu oleh oran itu.
Pelengkap
Pelengkap (P) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. letak Pel
umumnya di belakang P yang berupa verba. Posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis
kata yang mengisi Pel dan O juga sama, yaitu dapat berupa nomina, frasa nominal, atau
klausa. Namun, antara Pel dan O terdapat perbedaan. Perhatikan cnntoh di bawah ini:
Ketua MPR membacakan Pancasila.
S P O
Banyak orpospol berlandaskan Pancasila.
S P Pel
Kedua kalimat aktif (a) dan (b) yang Pel dan O-nya sama-sama diisi oleh nomina Pancasila,
jika hendak dipasifkan ternyata yang bias hanya kalimat (a) yang menempatkan Pancasila
sebagai O. Ubahan kalimat (a) menjadi kalimat pasif adalah sebagai berikut:
Pancasila dibacakan oleh ketua MPR.
S P O
Posisi Pancasila sebagai Pel pada kalimat (b) tidak bias dipindah ke depan menjadi S
dalam kalimat pasif. Contoh berikut adalah kalimat yang tidak gramatikal.
Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol.
Hal lain yang membedakan Pel dan O adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina
dan frasa nominal, Pel dapat juga diisi oleh frasa adjectival dan frasa preposisional. Di
samping itu, letak Pel tidak selalu persis di belakang P. Apabila dalam kalimatnya terdapat O,
letak pel adalah di belakang O sehingga urutan penulisan bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.
Berikut adalah beberapa contoh pelengkap dalam kalimat.
Sutardji membacakan pengagumnya puisi kontemporer.
Mayang mendongengkan Rayhan Cerita si Kancil.
Sekretaris itu mengambilkan atasannya air minum.
Annisa mengirimi kakeknya kopiah bludru.
Pamanku membelikan anaknya rumah mungil.
Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian kalimat yang menerangkan berbagai hal mengenai
bagian kalimat yang lainnya. Unsur Ket dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel.
Posisinya bersifat bebas, dapat di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket adalah
frasa nominal, frasa preporsisional, adverbia, atau klausa.
Berdasarkan maknanya, terdapat bermacam-macam Ket daam kalimat. Para ahli
membagi keterangan atas Sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 1998:366) yaitu seperti yang
tertera pada tabel di bawah ini.
BAB IV
PENUTUP
Simpulan
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili pikiran penulis atau pembicara secara
tepat sehingga pndengar/pembaca dapat memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas dan
lengkap seperti apa yang dimasud oleh penulis atau pembicaranya.
Ciri-ciri kalimat efektif:
Kesatuan
Kepaduan
Keparalelan
Ketepatan
Kehematan
Kelogisan
Ketegasan
Syarat-syarat kalimat efektif adalah sebagai berikut:
1. Secara tepat mewakili pikiran pembicara atau penulisnya.
2. Mengemukakan pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca
dengan yang dipikirkan pembaca atau penulisnya.
Penyusunan kalimat efektif, meliputi:
Subjek
Predikat
Objek
Pelengkap
Keterangan
Saran
Bagi para pendidik
Para pendidik sebaiknya memahami dengan seksama dan bena tentang bahasa
indnesia yang memiliki berbagai ragam bahasa supaya dalam proses kegiatan belajar
mengajar teradi komunikas yang baik dan tepat penggunaan bahasanya antara pendidik
dengan peserta didik.
Bagi calon pendidik
Para calon pendidik sebaiknya memahami dan mencari pengetahuan secara seksama
mengenai materi dalam makalah ini supaya pada saat pendidik terjun ke lapangan tidak
terjadi kekeliruan dalam pemakaian bahasa terhadap peserta didik dengan pedidik.
Bagi lembaga sekolah
Lembaga sekoah sebaiknya memberikan dan menekankan perhatian penuh terhadap
penggunaan ragam bahasa yang tepat agar terjalin komunikasi yang selaras.
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan
dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena
terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Penulis banyak berharap para pembaca yang budiman dusi memberikan
kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan
penulisan makalah di kesempatan – kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna
bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Daftar Pustaka
Kalimat efektif adalah kalimat yang secara tepat dapat mewakili gagasan atau perasaan
pembicara atau penulis dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya di dalam
pikiran pendengar atau pembaca seperti yang dipikirkan oleh pembicara atau penulis.
SYARAT KALIMAT EFEKTIF :
a. Bentukan kata harus sesuai EYD
b. Struktur kalimat tepat
c. Kesejajaran
d. Kontaminasi
e. Pleonasme
f. Menggunakan kata baku
g. Kelogisan
h. Selalu menggunakan EYD
D. Kontaminasi
Dalam bidang bahasa, kontaminasi berarti kerancuan atau kekacauan penggunaan kata, frasa,
maupun kalimat.
Contoh:
1. Di yayasan itu dipelajarkan berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengeyampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah dibaca oleh saya.
Pada kalimat 1 dan 2 terdapat kerancuan bentuk kata dipelajarkan dan mengeyampingkan
sedangkan pada kalimat 3 terjadi kerancuan bentuk kalimat pasif.
Perbaikannya:
1. a. Di yayasan itu diajarkan berbagai keterampilan wanita.
b. Di yayasan itu dipelajari berbagai keterampilan wanita.
2. Kita harus mengesampingkan urusan pribadi kita.
3. Buku itu sudah saya baca.
E. Pleonasme
Gejala pleonasme berarti menggunakan kata-kata yang berlebihan yang sebenarnya tidak
diperlukan.
Contoh:
1. Pada zaman dahulu kala, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih kembali.
Kedua kalimat tersebut menggunakan kata yang berlebihan. Pada kalimat 1 kata zaman =
waktu = kala, jadi cukup digunakan salah satu saja, sedangkan pada kalimat kedua kata pulih
= kembali seperti semula.
Perbaikannya :
1. Pada zaman dahulu, Kerajaan Majapahit sangat berpengaruh.
2. Kesehatannya telah pulih.
1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak
efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah
(efektif).
2. Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
3. Dia sudah menunggumu sejak dari pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi. (efektif)
4. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
5. Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang
telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan
rasa kemanusiaan. (efektif)
6. Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
7. Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)
Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)