Anda di halaman 1dari 3

Judul cerpen : Kuda Bersayap

Nama pengarang : A Warist Rovi


Ilustrator : Budiono/Jawa Pos
Dipublikasikan : 31 Maret 2019
Penerbit : lakonhidup.com
Halaman : 4 halaman
Cerpen yang diresensi : Halaman 1-4

SEBELUM matahari terbit, ketika orang-orang masih mendengkur di


dalam tenda,Jual Tongkat sulap..saat daun masih dilumas embun dan
jalan masih dirajam senyap, Langkir mengeluarkan kuda putih itu dari
kandangnya; berupa sebatang pohon beringin purba, dengan rimbun
daun memayungi juntai ratusan akar yang bergelantungan mencium
tanah.

Dari lubang pengap di pangkal pohon itu-tepatnya di antara apitan


belukar akar- akar raksasa yang meliuk-liuk dan ujungnya menghunjam
tanah-kuda itu keluar seraya menguap dan menggeliat, sembari
mengedipkan matanya beberapa kali seperti baru bangun tidur,
membuka sayapnya perlahan, sebelum akhirnya digosok-gosokkan ke
punggungnya yang dingin.Langkir melempar beberapa bongkah batu ke
depan kuda itu. Tak tunggu waktu lama, kuda itu pun langsung
menyantapnya dengan lahap.

Suara retakan batu didalam mulutnya seakan sengaja dipermainkan,


sebelum benarbenar ditelan menimbulkan bunyi gleg seperti benda
keras jatuh ke dalam air. Setelah itu Langkir lekas menaiki punggung
kudanya. Sejenak tangannya mengusap-usap bulu tebal dileher kuda itu
sambil membaca ayat-ayat Kuda itu tiba-tiba tegak. mengencangkan
seluruh ototnya, sepasang matanya lurus menatap arah tujuan,
sayapnya direntangkan hingga ujungnya menyentuh rumput basah.
"Bless!!"

Sekali kaki belakang menerjang dan sayap berkepak, kuda itu melesat
cepat, seperti berda ringan terlempar ke udara. Daun-daun di
sekitarnya bergerak-gerak oleh angin yang ditimbulkan kecepatan
lesatan itu.

Mubin yang tengah mengintai Langkir, seketika wajahnya di liputi rasa


heran, matanya terpaku ke arah kuda terbang itu, yang sudah jauh dan
hanya berupa titik kecil di antara sisa cahaya bulan. Jantungnya
berdetak kencang. Mulutnya menganga. la tak tahu ke mana Langkir,
temannya itu, akan pergi.

Sekali kaki belakang menerjang dan sayap berkepak, kuda itu melesat
cepat, seperti berda ringan terlempar ke udara. Daun-daun di
sekitarnya bergerak-gerak oleh angin yang ditimbulkan kecepatan
lesatan itu.

Mubin yang tengah mengintai Langkir, seketika wajahnya di liputi rasa


heran, matanya terpaku ke arah kuda terbang itu, yang sudah jauh dan
hanya berupa titik kecil di antara sisa cahaya bulan. Jantungnya
berdetak kencang. Mulutnya menganga. la tak tahu ke mana Langkir,
temannya itu, akan pergi.
a)Kelebihan dan Kekurangan

(1)Kelebihan
Dalam cerita tersebut, penulis menggunakan bahasa yan sederhana dan
pemilihan kata yang tepat sehingga mudah dipahami sekaligus tidak
membosankan bagi pembaca.

(2)Kekurangan
Dalam cerita ini sedikit mengulas tentang khayalan tentang kuda
terbang dan mungkin banyak orang yang tidak mempercayainya.

b)Simpulan/Rangkuman

Pikiran Mubin selalu dibayang-bayangi kuda bersayap yang keluar dari


pohon beringin dan ditunggangi Langkir setiap pagi. Sudah puluhan
tahun sejak kali pertama Mubin melihatnya hingga kini,

Langkir tetap tak pernah mengakui perihal itu, bahkan marah ketika
didesak dengan pertanyaan itu. Ketika menceritakan hal itu kepada
warga, Mubin malah ditertawakan dan diledek dengan sebutan suka
mengkhayal.

Padahal, nyaris setiap bulan Munbin selalu mengcek pohon beringin itu
setiap pagi. Sepasang matanya tetap memiliki peristiwa unik itu. Langkir
mengeluarkan kuda bersayap dari dalam pohon beringin itu.

Lalu, kuda itu terbang membawa Langkir ke langit. "Tapi, kenapa orang-
orang tidak percaya dan malah menuduhku suka berkhayal?" Mubin
menopangkan wajah cemasnya pada tangan kanannya yang tegak
diatas meja.

Anda mungkin juga menyukai