Anda di halaman 1dari 1

CLUSTER BOMB

Meski tak lagi menjadi kekuatan udara nomer satu di kawasan Asia Tenggara, TNI AU untuk urusan
pengalaman tempur, khususnya yang menyangkut bantuan tembakan udara adalah kekuatan yang
amat diperhitungkan. Walau toh hingga kini masih mengandalkan dumb bomb, dalam catatan TNI
AU punya pengalaman dalam menggunakan bom cluster (bom tandan), atau ada yang menyebut
sebagai bom curah. Karena punya daya rusak yang besar, bahkan tak jarang
menimbulkan collateral damage, penggunaan bom cluster telah dilarang dalam hukum Humaniter
Internasional.

Penggunaan bom cluster di Indonesia sudah barang tentu menjadi bagian dari masa lalu. Lebih
tepatnya jenis cluster bomb ini didatangkan dalam paket pengadaan alutsista jelang Operasi Trikora.
Bersamaan dengan hadirnya armada jet tempur MiG-21 Fishbed dan MiG-17 Fresco untuk TNI AU
(d/h AURI), maka terselip bom cluster jenis RBK (Razovaya Bombovaya Kasseta)-250. Mengutip
dari buku “Operasi Udara di Timor Timur” karya Hendro Subroto, disebutkan jelang Operasi Trikora
di era 60-an TNI AU mempuyai jenis bom FAB-250, ZAB-250, dan bom bakar yang kesemuanya
adalah buatan Uni Soviet.

Karena keterbatasan senjata untuk menggebuk Fretilin, sementara pesawat anti gerilya/COIN
(Counter Insurgency) OV-10F Bronco telah hadir di Indonesia, maka terpaksa dilakukan modifikasi
pada salah satu dari dua mounting Bronco agar dapat dipasangi bom-bom asal Uni Soviet tersebut.
Maklum saat OV-10F Bronco diterima TNI AU pada tahun 1976, ada ketentuan bahwa alutsista
yang dibeli lewat program FMS (Foreign Military Sales) itu baru bisa dibelanjalan senjata berupa
bom MK82 setelah lewat tiga tahun dari masa pembelian. Dan sampai saat ini MK82 menjadi bom
buatan AS yang paling laris dalam pasaran senjata, begitu pun sampai saat ini MK82 masih menjadi
senjata pamungkas bagi misi bombing jet tempur F-16 Fighting Falcon, Hawk 109/209, dan Super
Tucano TNI AU.

Anda mungkin juga menyukai