TSDA
TUGAS 2
Oleh:
DENI MURDIYANTO
(1710612014)
Sebagai contoh dalam pengelolaan sumber daya air berbasis IWRM di Negara yang sedang
berkembang yang dirujuk adalah Republik Indonesia. Upaya pengelolaan sumber daya air
berbasis IWRM telah dilakukan pada tahun 1999 dengan bantuan dan dorongan dari bantuan
Bank Dunia. Bantuan tersebut diawali dengan membuat dan merumuskan kebijakan nasional
dalam pengelolaan sumberdaya air berbasis wilayah sungai. Dalam perkembangan selanjutnya
pengembangan dan pengelolaan sumberdaya air di tingkat nasional Presiden membentuk Tim
Koordinasi Pengelolaan Sumberdaya Air yang merupakan realisasi dari pembentukan Dewan
yang dimaksud (Kepres No: 123 Tahun 2001), yang terdiri dari 13 Menteri dan Menteri Negara
yang diketuai oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian yang juga merangkap anggota.
Tim ini telah merumuskan arahan kebijakan nasional sumberdaya air. (Kepmen No:Kep-
14/M.Ekon/12/2001), pada tahun 2009 telah dirubah menjadi Dewan Sumber Daya Air Nasional
melalui Keputusan Presiden RI No. 6 tahun 2009, yang merupakan wadah koordinasi pengelola
sumber daya air ditingkat nasional. Dibidang regulasi, ide perubahan UU No 11 Tahun 1974 yang
sudah dianggap tidak relevan lagi dengan perkembangan zaman, dilanjutkan dengan tahap
penyiapan Rancangan Undang-Undang Tentang Sumberdaya Air, yang kemudian ditetapkan
sebagau undang-udang pada tahun 2004, yaitu Undang-Undang No. 7 tahun 2004 tentang
sumber daya air. Terbitnya UU No. 7 tahun 2004, merupakan hasil reformasi regulasi dalam
bidang sumber daya air dan merupakan dasar hukum yang sangat penting dalam implentasi
IWRM di Indonesia. Penetapan wilayah sungai pada tahun 2006 melalui Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum RI No. 11A/PRT/M/2006, dilakukan sebagai dasar pengelolaan sumber daya air
berbasis wilayah sungai/river basin diseluruh Indonesia, yang kemudian diperbaharui melalui
Keputusan Presiden RI No. 12 tahun 2012. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2012 tentang
Penetapan Wilayah Sungai, telah menetapkan 131 Wilayah Sungai (WS) yang terdiri dari 5 WS
Lintas Negara, 29 WS Lintas Provinsi, 29 WS Srategis Nasional, 53 WS Lintas Kabupaten/Kota dan
15 WS Dalam Satu Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya masing-masing, seperti
Gambar berikut:
2. Kesimpulannya:
- Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dibahas dalam International Conference on
Water and the Environment di Dublin tahun 1992, yang dikenal dalam Prinsipprinsip
Dublin dan UNCED tahun 1992 di Rio de Jeneiro, yang dituangkan dalam Agenda 2, Bab
18.
- Pengelolaan sumber daya air secara terpadu dapat memberikan manfaat terhadap
pertumbuhan ekonomi, pengelolaan risiko, mata pencaharian dan pendekatan serta
koordinasi antar sektor.
- IWRM di Indonesia dapat dilihat pada skala nasional, sektor maupun pada skala wilayah
sungai atau daerah aliran sungai. Pada level nasional, pemerintah pusat diberikan
kewenangan untuk membuat kebijakan nasional dalam pengelolaan sumber daya air
serta bertanggungjawab dalam pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas
provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional yang dalam
pelaksanaannya dilakukan oleh satu unit kerja yaitu Balai Wilayah Sungai sesuai dengan
status wilayah sungai tersebut. Khusus untuk pengelolaan sumber daya air di tingkat
nasional dan wilayah sungai lintas negara, kebijakan dan pola pengelolaan sumber daya
air dirumuskan oleh Dewan Sumber Daya Air Nasional/Wadah Koordinasi Sumber Daya
Air Nasional.