Anda di halaman 1dari 8

MATERI MINGGU 2

SISTEM BANGUNAN, KINERJA DAN DAYA TAHAN BANGUNAN

I.1. SUB SISTEM


I.1.1. Bangunan sebagai Sebuah Sistem
Bangunan / Gedung dapat dilihat sebagai sistem yang utuh, yang mempunyai 4 sub sistem:
 Sub Sistem Kulit Bangunan (E) → Envelope
 Sub Sistem Struktur (S) → Struktur bangunan
 Sub Sistem Interior (I)
 Sub Sistem Utilitas (M) → Mekanikal

Jika tidak ada 4 sub sistem ini maka sebuah bangunan belum dapat dikatakan sebuah
bangunan. Sebuah bangunan pasti ada 4 sub sistem ini. Misalnya, Candi. Candi ada
strukturnya (Envelope) tapi tidak ada Utilitasnya. Dalam hal ini candi bisa dikatakan sebagai
bangunan namun dalam tanda kutip.

I.1.2. Integrasi Sub Sistem


Setiap subsistem saling ”berintegrasi” dengan peran dan kontribusi masing-masing, sesuai
dengan tuntunan fungsi bangunan. Misalnya, pada Gedung Olah Raga sub sistem yang
berperan penuh atau berperan besar adalah strukturnya. Sub sistem interior Gedung Olah
Raga ada, tapi secukupnya karena bangunan ini harus memperhitungkan menampung
pengunjung dengan jumlah yang sangat banyak dan fokus penonton hanya pada arena
pertandingan. Berbeda dengan Museum yang harus memperhatikan pengalaman ruang yang
diberikan kepada pengunjung maka sub sistem yang paling berperan adalah interiornya.
Berbeda dengan Laboratorium, sub sistem yang sangat berperan adalah Utilitasnya. Utilitas
pada bangunan Laboratorium sangat diperhatikan demi keamanan dan keselamatan utama
para Laboran yang terus bermain dengan bahan penelitian.
Jadi, sebuah bangunan pasti memiliki 4 sub sistem ini namun ada yang berperan lebih dilihat
dari fungsi bangunannya, namun bukan berarti meniadakan satu peran sub sistem.

Gambar 1. Integrasi Sub Sistem


Sumber: Rush, Richard (1986)
Dapat dilihat pada gambar ilustrasi Integrasi Sub Sistem di atas bahwa sebuah bangunan
terdiri dari sub-sub sistem dan masing-masing sub sistem ada perannya, dan hal inilah yang
mewarnai bangunannya.
Contoh bangunan dengan peran subsistem Struktur paling dominan seperti bangunan Bird
Nest stadium struktur yang digunakan menjadi peran penting dalam bangunan tersebut, selain
untuk kekuatan bangunan menampung penonton dan atap bangunan, struktur juga ditonjolkan
sebagai ekspresi fasad bangunan yang memetaforakan sarang burung.

Gambar 2. XXX dan Bird Nest Stadium


Contoh bangunan dengan peran subsistem M/E (Mekanikal Elektrikal) paling dominan.
Seluruh pipa dieskpos dan diberiwarna dengan standar pewarnaan. Pewarnaan pada pipa
harus mengikuti standar yang berlaku agar tindak membngungkan dan terjadi kesalahan yang
fatal dalam pekerjaan M/E. Contohnya, pipa untuk air pemadam kebakaran diberi warna
merah, pipa air kotor berwarna biru tua, pipa air besih atau air minum berwarna biru muda.
Standar ini menggunakan standar British Stadard.

Gambar 3. Pompidou Centre


Contoh bangunan dengan peran subsistem Interior paling dominan. Museum atau konsep hall
biasanya Interiornya yang paling ditunjukkan.

Gambar 4. National Museum in New Town Prague


Demikian pula dengan sub sistem Envelope yang dapat lebih dominan pada bangunan-
bangunan tingg. Semakin kekinian teknologi, tampilan fasad dapat menjadi lebih menarik
dengaan fasad yang dapat berubah warna, fasadnya juga dapat menahan panas dan dingin
iklim, bahkan saat ini fasad banyak dimanfaatkan untuk foto fulltank atau panel surya. Karena
pada penelitian ternyata panel sura yang diletakkan di atap bangunan tidak lebih banyak
menangkap energy panas dibandingkan dengan panel sura yang diterapkan di dinding
bangunan. Hal ini karena atap banguan akan terkena panas matahari hanya pada range waktu
jam 11 sampai jam sore. Sedangkan dinding terkena panas matahari selama matahari terbit
hingga menjelang tenggelam.

Gambar 5. Tower of Winds (Toyo Ito)


I.1.3. Subsistem Sebagai Disiplin Keahlian
Dalam kegiatan professional, subsistem dikenal dengan disiplin keahlian, walaupun ada
sedikit perubahan, yaitu:
 Disiplin Arsitektur (Sub sistem Envelope): bentuk, ukuran, tampilan bangunan, finishing,
dll. (Membicarakan kulit bangunannya.)
 (S) Disiplin Struktur (Sub sistem Struktur) : struktur bangunan, sipil (cut&fill), drainase,
culvert (gorong-gorong jaringan saluran air yang ditanam di bawah jalan), dll. (Struktur
adalah struktur bangunannya, kita bicara kolom, balok, pondasi atap. Sedangkat sipil
adalah yang berkaitan dengan tanah, lapisan-lapisan tana, pekerjaan cut and fill, yaitu
dipotong dan diurug).
 (MEP) Disiplin Mekanikal , Elektrikal dan Plambing (Sub sistem Utilitas ) : Mekanikal
(berkaitan dengan perencanaan AC, Elevator, hydrant,dll) Elektrikal (lampu, alarm, daya,
telp., dll), Plambing(air bersih, air kotor, limbah, dll)
 (I) Disiplin Interior (Sub sistem Interior) : furniture, unsur pelengkap ruangan, elemen-
elemen estetik, pola lantai, pola langit-langit dll. Jika bangunannya relative kecil maka
cukup Arsitek yang menangani, sedangkan jika bangunannya besar maka dapat melibatkan
profesi Interior.
 (L) Disiplin Lansekap (tidak termasuk sub sistem bangunan, karena di luar bangunan) :
Layout tanaman, jenis tanaman, elemen-elemen lansekap, dll

Jadi dalam dunia profesi paling tidak terdapat 5 disiplin ilmu yang perlu dilibatkan. Namun,
jika bangunan sederhana seperti rumah tinggal, semua dirangkap oleh arsitek sendiri.
Ada pula disiplin-disiplin keahlian lain yang optional seperti: kitchen, stage-lighting,
acoustical, façade, safety & security system, rangka atap baja, perawatan bangunan,
operasional bangunan, dll. Tapi semua tetap harus dibawah koordinasi Arsitek. Seperti
merancang sebuah Chatering Kitchen untuk maskapai penerbengan, dimana dalam satu hari
mereka dapat memasak 500pax per satu kali penerbangan, dengan menu masakan yang
beragam daerah, dibutuhkan 5000m2 untuk menampung semua kebutuhan dapur. Dengan
skala yang besar dan bangunan fungsi khusus maka Arsitek memerlukan ahli Kitchen dalam
perencanaan perancangannya. Pemilihan interiornya, perletakan layout, pemilihan material
ruang dan sebagainya. Karena ahli Kitchen yang paham kebutuhan pengguna bangunan
tersebut. Begitu pula dengan bangunan-bangunan lain dengan fungsi khusus.

I.2. JENIS BANGUNAN


I.2.1. Jenis Bangunan dalam Proses Perancangan
Dalam proses perancangan, terdapat tiga jenis bangunan :
 Bangunan Sederhana
Arsitek harus menguasai A, S, E, M, I, L, belum perlu melibatkan disiplin/ahli khusus
 Bangunan Tidak Sederhana
Arsitek harus menguasai (A)Dibantu Ahli Struktur (S)Dibantu Ahli Elektrikal (E)Dibantu
Ahli Mekanikal (M)Dibantu Ahli Interior (I)Dibantu Ahli Lansekap (L)
 Bangunan Khusus
Seperti pada bangunan tidak sederhana, tetapi ditambah beberapa tenaga ahli (sesuai
tuntutan kekhususan bangunan)

I.2.2. Klasifikasi Bangunan Gedung Negara


Berikut klasifikasi Bangunan Gedung Sederhana, spesifikasi oleh Cipta Karya:
 Bangunan Gedung Sederhana
Teknologi bangunan sederhana, spesifikasi sederhana, jumlah lantai maksimum 2 (dua)
lantai, luas lantai maks : 500 m2.
 Bangunan Gedung Tidak Sederhana
Teknologi bangunan tidak sederhana, spesifikasi tidak sederhana, jumlah lantai lebih dari 2
(dua) lantai, luas lantai lebih dari : 500 m2.
 Bangunan Gedung Khusus
Teknologi bangunan khusus, persyaratan khusus, kerahasiaan tinggi, resiko tinggi, akurasi
tinggi.

I.3. PROSES PERANCANGAN BANGUNAN & SUBSISTEM


I.3.1. Tahap Perancangan Bangunan
Proses perancangan bangunan dapat dibagi atas beberapa tahap, yaitu:
- Tahap konsepsi perancangan
- Tahap prarancangan
- Tahap pengembangan rancangan
- Tahap rancangan detil .

Dari masing-masing tahapan diatas peran arsitek sangat penting, selain sebagai pencetus ide
untuk figur bangunannya, juga sebagai koordinator dalam penyelesaian gambar rancangan
bangunannya. Koordinator yang dimaksud disini adalah arsitek harus mengkoordinasi disiplin
/ ahli-ahli seperti sipil / struktur, mekanikal, elektrikal, dan lain-lain.
I.3.2. Peran Arsitek pada Masing-Masing Tahap dalam Perancangan
Ccc
PROSES PERANCANGAN
TAHAP TAHAP TAHAP TAHAP
GAGASAN PRARANCANGAN PENGEMBANGAN DETIL RANCANGAN
RANCANGAN

Arsitek Arsitek Koord Arsitek Koord


A

S E M I L S E M I L S E M I L QS

Spec Dok
Tek Spec

BANGUNAN ARSITEK
SEDERHANA (Menangani A S M E)

BANGUNAN ARSITEK Koordinasi


TIDAK (A S M E) (A S M E) (A S M E)
SEDERHANA

BANGUNAN ARSITEK Koordinasi


KHUSUS (A S M E I L Ahli Lain) (A S M E I L Ahli Lain) (A S M E I L Ahli Lain)

Arsitek pada saat proses perancangan agar dapat berkomunikasi, berkoordinasi, berkolaborasi,
dan lain-lain perlu mempunyai pengetahuan tentang Struktur, Mekanikal, dan Elektrikal.
Pengetahuan mekanikal dan elektrikal pada bangunan yang harus dimiliki arsitek adalah
konsep, sistem, persyaratan tenis, besaran ruang yg dibutuhkan, detail pemasangan, dll.

I.3.3. Desain Terpadu (Integrated Design)


1. Floor to floor
2. Building Core
3. Building Façade
4. Hotel Services (Utilities)
5. etc.
I.3.4. Kegagalan Integrasi antara Sub Sistem Bangunan dan Proses Perancangan
Bangunan

Konsep

Pra Ranc

Pengemb.Ranc
r

l
Struktur

trika
ktu

Mekanik

Detail Rancangan
te

Elek
Arsi

al

Dok tender/Lelang

SUB SISTEM BANGUNAN PROSES PERANCANGAN KEGAGALAN INTEGRASI


PADA KEGIATAN PROFESIONAL BANGUNAN KOORDINASI TIDAK EFEKTIF
KOMUNIKASI TIDAK LANCAR

I.4. KINERJA DAN DAYA TAHAN BANGUNAN GEDUNG


I.4.1. Kinerja Bangunan Gedung
a) Keandalan Bangunan
1) Keamanan
- Struktur bangunan yang aman
- Pembebanan yang aman
2) Keselamatan
- Proteksi kebakaran
- Tahan gempa, angin
- Bahaya listrik, petir
3) Kesehatan
- Udara ruang bersih/ventilasi
- Cahaya cukup terang
- Sanitasi higienis
- Material yang sehat
4) Kenyamanan
- Visual
- Audial
- Termal
- Getaran
- Gerak ruang dalam
5) Kemudahan
- Hubung dari dan ke bangunan
- Sirkulasi dalam bangunan
- Akses dan fasilitas difabel

b) Efisiensi/Hemat
1) Energi
- Hemat energi
2) Sumber Daya Alam
- Hemat air
- Efisiensi material, tenaga kerja
- Hemat ruang, sirkulasi, dll

c) Melindungi Pengguna/ Penghuni Dan Lingkungan (Health, Safety and Environment


/ HSE )
1) Melindungi Penghuni
- Keamanan dan Keselamatan Penghuni
- Menjaga Kesehatan Penghuni
2) Menjaga Lingkungan
- Menjaga Kelestarian Lingkungan Bangunan

I.4.2. Daya Tahan Bangunan Gedung


Bertahan terhadap gangguan :
a) Gangguan Iklim Setempat (T, V, Rh, Radiasi, Hujan)
- Temperatur Udara (dingin, sedang, panas)
- Angin/Kecepatan angin (kencang, sedang, lambat)
- Kelembaban (tinggi, sedang, rendah)
- Radiasi Matahari (menyengat)
- Cahaya Matahari (Silau)
- Hujan (deras, miring, campur es, dll)

b) Gangguan Bencana
1) Bencana Alam (Natural Disaster)
• Bencana Alam Kebumian
- Gempa Bumi
- Tanah Longsor
- Erupsi Gunung Api
- Penurunan Tanah
- Tanah Bergerak
- Semburan Lumpur
• Bencana Kelautan
- Tsunami
- Gelombang Pasang Badai
- Kenaikan Muka Air Laut (ROB)
• Bencana Atmosferik
- Angin Ribut (Topan, Puting Beliung, dll)
- Banjir
- Kekeringan
- Petir

2) Bencana Buatan Manusia (Man Made Disaster)


• Konflik
- Agama
- Sosial
- Etnis
- Ekonomik
• Fire/Api
- Arus Pendek Listrik
- Api Rokok
- Kompor
- Lilin
• Efek Negatif Teknologi Advance
- Radiasi Nuklir
- Eksplorasi SDA
- Kebakaran Hutan, asap
• Efek Proses Industri
- Keracunan Gas Industri
- Limbah B3
• Kontaminasi Mata Rantai Makanan
- Cianida Tumpah
- Merkuri di Laut
- Cadmium di Sungai, dll
• Rusaknya Bangunan Bersejarah
- Akibat gempa, api, dll
- Vandalisme

c) Gangguan Makhluk Hidup


1) Manusia
- Merusak
- Pembiaran
2) Binatang / Fauna (Rayap, Kumbang, Burung, dll)
- Merusak
3) Tumbuhan / Flora (Lumut, Jamur/Fungi, Tumbuhan, Pohon (akar), dll)

STANDARD :
- Keandalan
- Efisiensi
- Proteksi Manusia
dan Lingkungan

BANGUNAN
TEKNOLO GEDUNG
BANGUNAN GI BERKINERJA
GEDUNG BANGUN DAN
AN BERDAYA
TAHAN BAIK

TEKNOLOGI
PENGENDALIAN
LINGKUNGAN

PUSTAKA
• Rush, Richard D., 1986, The Building Systems Integration Handbook, John Wiley & Sons,
New York
• Stein, Benjamin and Reynolds, John S., 1992, Mechanical and Electrical Equipment for
Building, 8th edition, John Wiley and Sons, Inc., New York
• Mc Donald, Roxanna, 2003, Introduction to Natural and Man-Made Disasters and their
Effects on Buildings, Architectural Press, Jordan Hill, Oxford.

Anda mungkin juga menyukai