Anda di halaman 1dari 56

ANALISIS BILANGAN DAN KONSEP DASAR BERHITUNG

DALAM AL-QURAN JUZ 29 DAN JUZ 30

DISUSUN OLEH:
IRMA NURYANTI
NIM : 204119

DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI


AKADEMI GURU AL-FATIH
DEPOK
2019
ANALISIS BILANGAN DAN KONSEP DASAR BERHITUNG
DALAM AL-QURAN JUZ 29 DAN JUZ 30

TUGAS AKHIR
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program
Beasiswa Akademi Guru Al Fatih Depok

DISUSUN OLEH:
IRMA NURYANTI
NIM : 204119

DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI


AKADEMI GURU AL-FATIH
DEPOK
2019

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Tugas Akhir ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber yang
dikutip maupun yang dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Nama : Irma Nuryanti
NIM : 204119
Tanggal : 10 Januari 2020

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan


saya ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

Depok, 10 Januari 2020


Yang menyatakan,

Materai 6000

Irma Nuryanti

iii
PENGESAHAN

Tugas Akhir diajukan oleh :


Nama : Irma Nuryanti
NIM : 204119
Judul Tugas Akhir : Analisis Bilangan dan Konsep Dasar Berhitung dalam
Al-Quran Juz 29 Dan Juz 30

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dosen Pembimbing dan Penguji


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk menyelesaikan program
Pendidikan Guru di Akademi Guru Al Fatih Depok.

Muhammad Bagus Abdillah M. Ilham Sembodo


Mudir Akademi Guru Al-Fatih Dosen Pembimbing

iv
ABSTRAK
IRMA NURYANTI. Analisis Bilangan dan Konsep Dasar Berhitung dalam Al-
Quran Juz 29 Dan Juz 30. Dibimbing oleh Ustad M. Ilham Sembodo, S.pd.

Dewasa ini ilmu berhitung dianggap tidak menarik dan menjadi kurang diminati
karena tidak menggunakan visi dalam penyampaiannya. Tidak ada sentuhan iman
dan motivasi yang ditanamkan di hati para pelajar agar bersemangat mendalami
ilmu ini. Konsep pendidikan islam yang sesungguhnya mengajarkan bahwa Al-
Quran dan Al-Hadist adalah landasan pendidikan terbaik yang langsung bersumber
dari Allah subhanahu wa taala. Al-Quran adalah mukjizat terbesar yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wassalam yang memuat semua nasehat,
ilmu, dan obat dari semua permasalahan didunia. Al-Quran membahas ilmu
kesehatan, pendidikan anak, sains, sejarah, teknologi, termasuk ilmu berhitung.
Penelitian ini berusaha untuk mengumpulkan dan menganalisis ayat-ayat Al-Quran
yang mengandung penyebutan bilangan dan konsep dasar berhitung dalam Juz 29
dan 30. Penelitian ini bertujuan agar hasil analisis yang diperoleh dapat digunakan
sebagai rujukan dan sebagai bacaan penambah wawasan dalam pelajaran ilmu dasar
berhitung yang berlandaskan keimanan di Kuttab Al-Fatih. Metode yang digunakan
dalam penulisan tugas akhir ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode
kepustakaan atau kajian pustaka. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat
bilangan 1, 3, 7, 8, 10, 19,70, 1000 dan 50000 yang disebutkan dalam juz 29 dan
juz 30. Selain penyebutan bilangan, juz 29 dan juz 30 juga menyebutkan beberapa
konsep dasar berhitung seperti relasi bilangan, operasi bilangan, himpunan, dan
ilmu pengukuran.

Kata kunci : bilangan, berhitung, Al-Quran, Juz 29, Juz 30

v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah Subhanahu wa ta'ala atas segala karunia-Nya sehingga tugas akhir ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam kepada Nabi Muhammad Shalallahu alaihi
wasallam, keluarga, para sahabat dan seluruh pengikutnya sampai hari akhir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Walid Ilham Sembodo selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu dan banyak memberikan saran yang
sangat bermanfaat. Terima kasih pula penulis sampaikan kepada:
1. Akademi Guru Al-Fatih selaku lembaga Pendidikan tempat penulis menuntut
ilmu
2. Dosen Akademi Guru Al-Fatih yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang
telah menyampaikan ilmu yang luar biasa bagi penulis
3. Ustadzah Putri, Ustadzah Anggi selaku teman sekelompok bimbingan
4. Teman-teman Akademi Guru Al-Fatih Angkatan 4 yang mengajarkan banyak
ilmu dan pengalaman bagi saya
5. Keluarga kecil saya yang memberikan dukungan dan semangat selama menuntut
ilmu di AGA
Begitu banyak ilmu yang penulis dapatkan selama mengikuti perkuliahan di
Akademi Guru Al-Fatih mulai dari ilmu tentang kependidikan, parenting, dasar
Bahasa Arab, dasar berhitung, dasar baca tulis, tazkiyatun nafs, sampai tadabbur al-
Quran. Penulis memilih tema ini sebagai tugas akhir dengan tujuan agar dapat
digunakan sebagai rujukan dan sebagai bacaan penambah wawasan dalam pelajaran
ilmu dasar berhitung yang berlandaskan keimanan di Kuttab Al-Fatih.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan sehingga
penulis mengharapkan saran dan kritik membangun dari para pembaca. Penulis
berharap agar tulisan ini bermanfaat dan dapat menjadi bahan untuk menambah
wawasan bagi siapapun yang membacanya khususnya bagi Kuttab Al-Fatih.
Depok, 10 Januari 2020
Penulis
Irma Nuryanti

vi
DAFTAR ISI

JUDUL.................................................................................................................. ii
PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................ iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
I.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 4
I.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 4
I.4. Manfaat Penelitian .................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
II.1. Ayat Al-Quran yang Membahas tentang Pengukuran, Perhitungan, dan
Ketetapan dari Allah ............................................................................................ 6
II.2. Definisi Bilangan ...................................................................................... 7
II.3. Definisi Nilai Tempat Suatu Bilangan ..................................................... 9
II.4. Ayat Al-Quran yang Membahas tentang Pentingnya Mempelajari
Bilangan............................................................................................................... 9
II.5. Definisi Himpunan ................................................................................. 10
II.6. Definsi Relasi Bilangan .......................................................................... 10
II.7. Definisi Operasi Bilangan ...................................................................... 11
II.8. Definisi Pengukuran ............................................................................... 11
II.9. Review Nama Surat dan Jumlah Ayat dalam Al-Quran Juz 29 dan Juz 30
………………………………………………………………………….12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 15
III.1. Jenis / Metode Penelitian ........................................................................ 15
III.2. Metode Pengumpulan Data .................................................................... 15
III.3. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 15

vii
III.4. Sumber Data ........................................................................................... 15
III.5. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ................................................ 16
BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................................... 17
IV.1. Bilangan dalam Ayat Al-Quran Juz 29 dan Juz 30 ................................ 17
IV.1.1. Bilangan Kardinal ........................................................................... 17
IV.1.2. Bilangan Pecahan ............................................................................ 28
IV.2. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Relasi Bilangan dalam Juz 29
dan 30 ………………………………………………………………………..29
IV.3. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Operasi Bilangan dalam Juz
29 dan 30 ........................................................................................................... 31
IV.4. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Himpunan Bilangan dalam Juz
29 dan 30 ........................................................................................................... 33
IV.5. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Pengukuran dalam Juz 29 dan
30 35
BAB V PENUTUP................................................................................................ 45
V.1. Kesimpulan ............................................................................................. 45
V.2. Saran ....................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... 49

DAFTAR TABEL
TABEL RANGKUMAN BILANGAN ………………………………………… 41

viii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Membaca, menulis, dan berhitung adalah tiga tahapan dasar yang pasti akan
dilalui oleh setiap murid yang sedang menuntut ilmu. Tiga tahapan dasar ini adalah
kunci yang akan digunakan untuk melewati seluruh proses belajar mengajar. Oleh
karena itu, pemahaman dan penguasaan yang baik pada tiga ilmu dasar ini sangat
menentukan keberhasilan proses belajar seorang murid di masa mendatang.
Sayangnya, dewasa ini kita tahu bahwa kemauan dan minat membaca para pelajar
di Indonesia sangat kecil, kemampuan dan kemauan untuk menulis pun belum
memuaskan, demikian juga dengan ilmu berhitung.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mata pelajaran ilmu berhitung dalam pendidikan
kita sudah sering mendapatkan label dan kesan yang kurang baik dimata para
pelajar. Kesan dan label sebagai pelajaran yang sulit, rumit, menakutkan, dan
membosankan sepertinya sudah melekat pada pelajaran ilmu berhitung. Artinya,
ilmu berhitung termasuk pelajaran yang tidak disukai dan dianggap tidak menarik
oleh para peserta didik. Hal ini sangat disayangkan mengingat ilmu berhitung
merupakan salah satu ilmu dasar yang mempunyai banyak manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat dan penentu kejayaan suatu peradaban. Ilmu berhitung
wajib dipahami setiap manusia karena penerapan ilmu ini mencakup semua aspek
dalam kehidupan. Setiap aktivitas yang kita jalani sejak bangun tidur sampai
kembali ke tempat tidur akan selalu menemukan dan menggunakan ilmu berhitung.
Mulai dari hal kecil seperti waktu yang sering kita lalaikan, penyebutan nama
bilangan yang selalu kita ucapkan, masalah jual beli, masalah sedekah, hingga
persoalan besar seperti masalah waris membutuhkan pemahaman konsep dasar
berhitung.
Ilmu berhitung dianggap tidak menarik dan menjadi kurang diminati karena
tidak menggunakan visi dalam penyampaiannya. Tidak ada sentuhan iman dan
motivasi yang ditanamkan di hati para pelajar agar bersemangat mendalami ilmu

1
2

ini. Anak didik tidak pernah dijelaskan pentingnya ilmu hitung dalmemakmurkan
masyarakat dan membangun peradaban, anak didik tidak pernah dijelaskan manfaat
mempelajari ilmu hidup bagi kehidupannya di masa mendatang, anak didik tidak
pernah dikisahkan sejarah para ilmuwan berhitung yang berjasa menulis dan
memberikan temuan ilmunya kepada kita.
Ilmu berhitung juga menjadi sulit dipahami oleh peserta didik karena konsep
dasar berpikir (alas berpikir) yang tidak tersampaikan dengan jelas di awal materi.
Penyampaian materi di dalam kelas hanya sekedar mengajarkan rumus menambah,
mengurang, mengali dan membagi suatu angka atau sekedar menyelesaikan soal-
soal ujian tanpa tahu konsep awal materi tersebut dan tanpa ada penambahan nilai
moral, nilai akhlak, dan nilai iman di dalamnya. Tidak sedikit para pelajar yang
stress karena tidak bisa mengusai ilmu berhitung dengan baik. Tidak sedikit pula
orang tua murid yang berlomba-lomba memberikan les tambahan diluar jam
pelajaran sekolah agar putra-putrinya mendapatkan nilai yang baik dalam pelajaran
ini.
Kesalahan dalam penerapan metode yang terjadi sejak awal inilah yang
membuat seorang murid akan terus-menerus berada dalam kesulitan dan semakin
tertinggal dengan konsep-konsep di tahap berikutnya. Dampak jangka panjangnya,
mereka akan merasa bosan, merasa kesulitan, dan puncaknya merasa bahwa ilmu
ini tidak ada gunanya bagi dirinya di masa mendatang.
Permasalahan dan kondisi yang cukup memprihatinkan tersebut membawa kita
pada pertanyaan; Apa akar permasalahan dari fenomena ini? Siapakah yang patut
disalahkan karena menyumbangkan porsi kesalahan terbesar? Murid yang lambat
memahami guru, guru yang tidak pandai menjelaskan, orang tua yang tidak ikut
mendampingi, atau pemerintah yang selalu berganti kurikulum? Bagaimana cara
memperbaikinya?
Semua aspek dalam masyarakat memiliki peranan penting dalam buruknya
kualitas sistem pendidikan yang terjadi saat ini. Salah satu akar utama penyebab
buruknya kualitas pengajaran adalah jauhnya materi-materi yang diajarkan di
sekolah dari nilai-nilai moral, akhlak, dan keimanan. Penyusunan metode dan
kurikulum pendidikan tidak dikerjakan secara matang dan tidak memiliki landasan
3

utama yang jelas. Konsep pendidikan islam yang sesungguhnya mengajarkan


bahwa Al-Quran dan Al-Hadist adalah landasan pendidikan terbaik yang langsung
bersumber dari Allah subhanahu wa taala. Al-Quran adalah mukjizat terbesar yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad sallallahu alaihi wassalam yang memuat
semua nasehat, ilmu, dan obat dari semua permasalahan didunia. Al-Quran
membahas ilmu kesehatan, pendidikan anak, sains, sejarah, teknologi, termasuk
ilmu berhitung.
Lalu bagaimana cara yang tepat untuk mengajarkan ilmu berhitung dengan
sentuhan iman? Dari mana kita harus memulainya? Beberapa metode yang dapat
kita gunakan yaitu dengan mengajarkan konsep ilmu berhitung diselingi dengan
dialog iman, dengan memberikan contoh kasus yang terdapat dalam Al-Quran,
dengan menyisipkan istilah maupun ayat-ayat Al-Quran, serta dengan membuat
soal-soal yang berboobot dan mengandung unsur keimanan.
Sebagai calon guru yang sudah dibekali ilmu tentang iman, Quran, adab, dan
tazkiyatun nafs, kita harus berusaha sekuat tenaga agar ilmu dan materi dasar
berhitung yang kita sampaikan tidak hanya dipahami untuk menyelesaikan soal
latihan tapi juga mampu meningkatkan rasa syukur pada Rabbnya, mampu
meningkatkan rasa keimanan, mampu membuat hatinya bergetar ketika disebut
suatu materi yang terinspirasi dari Al-Quran.
Menurut Abdussakir dalam bukunya yang berjudul Matematika dalam Al-
Quran, banyak ayat-ayat yang mengandung konsep dasar ilmu berhitung baik
secara tersurat maupun tersirat yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan
memahami ilmu dasar berhitung. Tidak hanya itu, Al-Quran juga mengandung
rahasia-rahasia menakjubkan jika kita mempelajarinya lebih dalam. Ayat-ayat Al-
Quran ini harus sering dikaji, dipahami, dan digunakan di kelas agar membangun
iman mereka. Ilmu hitung yang kita ajarkan harus mengandung sentuhan iman yang
dapat mendekatkan murid pada fiman-firman Allah.

Berdasarkan buku Matematika dalam Al-Quran karangan Abdussakir tersebut,


ayat-ayat Al-Quran yang mengandung konsep dasar berhitung ini tersebar secara
tersirat maupun tersurat dari juz pertama hingga juz terakhir. Konsep dasar
4

berhitung tersebut diantaranya adalah konsep nama dan lambang bilangan, operasi
bilangan, relasi bilangan, himpunan, perbandingan, dan pengukuran (geometri).
Al-Quran Juz 29 dan 30 merupakan juz yang pertama kali diperkenalkan,
dihafal dan ditadaburi pada sebagian besar Lembaga Pendidikan Islam khusunya
yang memiliki program tahfidz. Demikian pula Kurikulum Al-Quran yang
diterapkan di Kuttab Al-Fatih. Kurikulum Quran tahap awal yang diterapkan
kepada santri yaitu menghafal dan mentadaburi Al-Quran mulai dari juz 30, 29 dan
seterusnya. Begitu pula dengan kurikulum yang diterapkan di Akademi Guru Al-
Fatih sebagai tempat belajar calon gurunya. Mata kuliah Al-Quran di Akademi
Kuttab Al-Fatih dimulai dengan pelajaran tahsin, talaqqi, dan tahfidz yang dimulai
dari juz 30. Dapat disimpulkan bahwa juz 29 dan 30 merupakan juz permulaan yang
harus dipelajari dan sering digunakan untuk berinteraksi dan berdialog iman dengan
santri pada saat kegiatan belajar mengajar dikelas.
Berdasarkan penjelasan dan kerangka berpikir diatas, penulis berniat
menyusun tugas akhir yang bertujuan untuk mengumpulkan ayat-ayat Al-Quran
yang mengandung konsep dasar berhitung dalam juz 29 dan juz 30 yang nantinya
dapat digunakan sebagai bahan acuan dan wawasan untuk memunculkan ide dalam
memberikan sentuhan iman pada pelajaran berhitung maupun dalam membuat soal-
soal latihan yang diberikan.
I.2. Rumusan Masalah
a. Bilangan apa saja yang disebutkan dalam Al-Quran Juz 29 dan Juz 30?
b. Konsep dasar berhitung apa saja yang terdapat dalam Al-Quran Juz 29 dan
Juz 30?

I.3. Tujuan Penulisan


a. Menemukan ayat-ayat Al-Quran dalam juz 29 dan juz 30 yang mengandung
unsur bilangan dan konsep dasar berhitung
b. Menganalisis ayat-ayat Al-Quran dalam juz 29 dan juz 30 yang
mengandung unsur bilangan dan konsep dasar berhitung
c. Mengumpulkan dan meringkas materi yang dapat digunakan sebagai bahan
untuk melakukan dialog iman dengan para santri yang berhubungan dengan
pelajaran dasar berhitung di dalam kelas
5

d. Mengumpulkan materi yang dapat membantu memunculkan ide dalam


pembuatan teknis soal-soal ilmu dasar berhitung yang berbobot dan
berlandaskan iman dan Quran bagi tim pengajar

I.4. Manfaat Penelitian


a. Sebagai literasi dan sumber bacaan bagi para pengajar di Kutttab Al-Fatih
b. Sebagai bahan bacaan yang dapat membantu para pengajar untuk membuat
soal berhitung yang mengandung konsep keimanan
c. Sebagai bahan bacaan bagi orang tua untuk mendampingi santri belajar
dirumah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Ayat Al-Quran yang Membahas tentang Pengukuran, Perhitungan, dan


Ketetapan dari Allah
a. Surat Al-Jin ayat 28

‫عدَدًا‬ َ ‫ط بِ َما لَدَ ْي ِه ْم َوأ َ ْح‬


َ ‫صى ُك َّل‬
َ ٍ‫ش ْيء‬ َ ‫ت َربِ ِه ْم َوأ َ َحا‬ َ ‫ِليَ ْعلَ َم أَن قَدْ أ َ ْبلَغُوا ِر‬
ِ ‫س َاَل‬

“Agar Dia mengetahui bahwa rasul-rasul itu sungguh telah


menyampaikan risalah Tuhannya, sedang (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada
pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu.”
b. Al-Haqqah ayat 19- 22 dan 25-28
َ ‫) إِنِى‬١٩( ‫ِى ِكتَ ٰـبَهُ ۥ ِبيَمِ ينِِۦه فَيَقُو ُل َها ٓ ُؤ ُم ۡٱق َر ُءواْ ِكت َ ٰـبِيَ ۡه‬
ٍ ‫ظنَنتُ أَنِى ُملَ ٰـ‬ ُ
)٢٠( ‫سا ِبيَ ۡه‬
َ ِ‫ق ح‬ َ ‫فَأ َ َّما َم ۡن أوت‬

)٢٢( ‫عا ِليَ ٍ۬ ٍة‬


َ ‫) فِى َجنَّ ٍة‬٢١( ‫اضيَ ٍ۬ ٍة‬
ِ ‫ش ٍ۬ ٍة َّر‬
َ ‫فَ ُه َو فِى عِي‬

“Adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kanannya, maka dia


berkata, “Ambillah, bacalah kitabku (ini).” (19). Sesungguhnya aku yakin,
bahwa (suatu saat) aku akan menerima perhitungan (hisab) terhadap diriku.
(20). Maka orang itu berada dalam kehidupan yang diridhai, (21) dalam
surga yang tinggi. (22).”

َ ِ‫) َولَ ۡم أ َ ۡد ِر َما ح‬٢٥( ‫ِى ِكتَ ٰـبَهُ ۥ بِ ِش َما ِلِۦه فَيَقُو ُل يَ ٰـلَ ۡيتَنِى لَ ۡم أُوتَ ِكت َ ٰـ ِبيَ ۡه‬
)٢٦( ‫سابِيَ ۡه‬ ُ
َ ‫َوأ َ َّما َم ۡن أوت‬

)٢٨( ‫عنِى َما ِليَ ۡۜۡه‬ ِ َ‫ت ۡٱلق‬


َ ‫) َما ٓ أ َ ۡغن َٰى‬٢٧( َ‫اضيَة‬ ِ ‫يَ ٰـلَ ۡيت َ َہا كَا َن‬

“Dan adapun orang yang kitabnya diberikan di tangan kirinya, maka


dia berkata, “Wahai alangkah baiknya jika kitabku (ini) tidak diberikan
kepadaku. (25). Sehingga aku tidak mengetahui bagaimana perhitunganku
(hisabku). (26). Wahai kiranya kematian itulah yang menyudahi segala
sesuatu. (27 Hartaku sama sekali tidak berguna bagiku. (28).”

6
7

c. Al-Muzzammil ayat 20

ٍ۬ َ
‫عل َِم أَن‬
َ ۚ‫ار‬َ ‫ٱَّللُ يُقَد ُِر ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّ َہ‬
َّ ‫طا ٓ ِٕٮفَة ِمنَ ٱلَّذِينَ َمعَكَ ۚ َو‬‫إِ َّن َربَّكَ يَعۡ لَ ُم أَ َّنكَ تَقُو ُم أ َ ۡدن َٰى مِ ن ثُلُث َ ِى ٱلَّ ۡي ِل َونِصۡ فَهُ ۥ َوثُلُثَهُ ۥ َو‬
‫ض ِربُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض ٰىۙ َو َءاخ َُرونَ ي‬ َ ‫عل َِم أَن‬
َ ‫سيَ ُكو ُن مِ ن ُكم َّم ۡر‬ َ ‫ان‬ ۚ ِ ‫علَ ۡي ُك ۡمۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ نَ ۡٱلقُ ۡر َء‬َ ‫َاب‬َ ‫صوهُ فَت‬ ُ ‫لَّن ت ُ ۡح‬
َّ ‫ٱَّللۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَ َيس ََّر مِ ۡنهُۚ َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
ْ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُوا‬ َ ‫ٱَّللۙ َو َءاخ َُرونَ يُقَ ٰـتِلُونَ فِى‬
ِ َّ ‫س ِبي ِل‬ ِ َّ ‫ض ِل‬ ۡ َ‫ض َي ۡبتَغُونَ مِ ن ف‬ ِ ‫ۡٱۡل َ ۡر‬
‫ظ َم أ َ ۡج ٍ۬ ًر ۚا َوٱسۡ ت َۡغف ُِرو ْا‬ ِ َّ َ‫س ٍ۬نً ۚا َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِۡلَنفُ ِس ُكم ِم ۡن خ َۡي ٍ۬ ٍر ت َِجدُوهُ عِند‬
َ ‫ٱَّلل ه َُو خ َۡي ٍ۬ ًرا َوأ َ ۡع‬ َ َّ ْ‫ٱلزك َٰوة َ َوأ َ ۡق ِرضُوا‬
َ ‫ٱَّلل قَ ۡرضًا َح‬ َّ
ٍ۬ ُ‫غف‬
)٢٠( ‫ور َّرحِ ي ُۢ ُم‬ َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َۖ َّ

“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwa engkau (Muhammad)


berdiri (shalat) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau
sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang
bersamamu. Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui
bahwa kamu tidak dapat menentukan batas-batas waktu itu, maka Dia
memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah
(bagimu) dari Al-Qur'an; Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu
orang-orang yang sakit, dan yang lain berjalan di bumi mencari sebagian
karunia Allah; dan yang lain berperang di jalan Allah, maka bacalah apa
yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan laksanakanlah shalat, tunaikanlah
zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Kebaikan
apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh
(balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling
besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sungguh, Allah
Maha Pengampun, Maha Penyayang. (20)

d. An-Naba ayat 27
)٢٧( ‫سا ٍ۬بًا‬
َ ِ‫ڪانُواْ ََل يَ ۡر ُجونَ ح‬
َ ‫إِنَّ ُہ ۡم‬

“Sesungguhnya dahulu mereka tidak pernah mengharapkan


perhitungan.” (27)

e. Al-Ghasiyyah ayat 26
َ ‫ث ُ َّم ِإ َّن‬
َ ِ‫علَ ۡينَا ح‬
)٢٦( ‫سا َب ُہم‬
“Kemudian sesungguhnya (kewajiban) Kamilah membuat
perhitungan atas mereka.” (26).\

II.2. Definisi Bilangan


Bilangan (numbers) adalah lambang yang menyatakan suatu ukuran
kuantitas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bilangan memiliki
8

beberapa pengertian diantaranya : (1) banyaknya benda, (2) satuan dari


jumlah atau banyaknya sesuatu, (3) lingkungan, (4) perhitungan untuk
mengetahui untung dagang. Bilangan juga dapat diartikan sebagai suatu ide
atau gagasan yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya dari suatu
kelompok atau himpunan.
Sumber lain menyebutkan bilangan adalah suatu konsep matematika
yang digunakan untuk pencacahan dan pengukuran. Bilangan adalah suatu
ide yang bersifat abstrak yang akan memberikan keterangan mengenai
banyaknya suatu kumpulan benda. Simbol ataupun lambang yang
digunakan untuk mewakili suatu bilangan disebut sebagai angka atau
lambang bilangan.
Bilangan mempunyai jenis yang bermacam-macam. Berdasarkan
fungsinya, bilangan terbagi menjadi bilangan ordinal, kardinal, dan
pecahan.
A. Bilangan Ordinal atau bilangan bertingkat adalah jenis bilangan yang
digunakan untuk menunjukkan urutan. Contoh = kesatu / pertama, kedua,
ketiga, dst.
B. Bilangan Kardinal adalah bilangan yang digunakan untuk menunjukkan
suatu jumlah. Sumber lain menyebutkan bahwa bilangan cardinal adalah
bilangan yang menyatakan banyaknya anggota suatu himpunan.
C. Bilangan Pecahan adalah bilangan yang dapat dinyatakan sebagai p/q,
dengan p dan q adalah bilangan bulat dan q ≠ 0. Bilangan p disebut
pembilang dan bilangan q disebut penyebut. Pecahan dapat dikatakan
senilai apabila pecahan tersebut mempuyai nilai atau bentuk paling
sederhana sama yang terdiri dari pembilang dan penyebut.
Berdasarkan penelitian Abdussakir yang meneliti tentang bilangan
dalam Al-Quran menyebutkan bahwa terdapat 30 bilangan kardinal, 8
bilangan pecahan, dan 7 bilangan ordinal yang berbeda yang disebutkan
dalam Al-Quran.
Dalam buku Subhanallah Quantum Bilangan Quran karya
Muhammad Mas’ud, bilangan-bilangan pecahan yang disebutkan dalam Al-
Quran menjelaskan beberapa bahasan diantaranya tentang pembagian hata
9

warisan, embagia harta rampasan, pembagian maskawin, pembagian waktu


malam, dan jumlah kekuatan orang kafir sebelum nabi Muhammad.

II.3. Definisi Nilai Tempat Suatu Bilangan


Setiap bilangan disusun oleh beberapa angka. Setiap angka yang
menyusun bilangan tersebut mempunyai nilai tempat yang berbeda. Nilai
tempat dapat diartikan sebagai nilai suatu angka dalam suatu bilangan. Nilai
tempat suatu angka mempunyai berbagai tingkat bergantung dari letak
bilangan tersebut. Tingkatan tempat tersebut adalah satuan, puluhan,
ratusan, ribuan, puluh ribuan, dan seterusnya. Untuk menunjukkan bilangan
yang lebih kecil, digunakan juga nilai tempat sepersepuluhan,
seperseratusan, seperseribuan, dan seterusnya. Berikut ini contoh susunan
nilai tempat dari bilangan 3.406,71

▪ Angka 3 pada bilangan 3.406,71 menempati tempat ribuan


sehingga nilainya adalah 3000
▪ Angka 4 pada pada bilangan 3.406,71 menempati tempat ratusan
sehingga nilainya adalah 400
▪ Angka 0 pada bilangan 3.406,71 menempati tempat puluhan
sehingga nilainya adalah 0
▪ Angka 6 pada bilangan 3.406,71 menempati tempat satuan
sehingga nilainya adalah 6
▪ Angka 7 pada bilangan 3.406,71 menempati tempat seperseuluhan
sehingga nilainya adalah 7/10 atau 0,7
▪ Angka 1 pada bilangan 3.406,71 menempati tempat seperseratusan
sehingga nilainya adalah 1/100 atau 0,01

II.4. Ayat Al-Quran yang Membahas tentang Pentingnya Mempelajari Bilangan


Surat Al-Muddatsir ayat 31

ْ‫ار إِ ََّل َملَ ٰـٓ ِٕٮ َك ٍ۬ ۙةً َو َما َجعَ ۡلنَا ِعدَّت َ ُہ ۡم إِ ََّل فِ ۡتنَ ٍ۬ةً ِللَّذِينَ َكف َُرواْ ِليَسۡ ت َۡيقِنَ ٱلَّذِينَ أُوتُوا‬ َ ‫َو َما َجعَ ۡلنَا ٓ أَصۡ َح ٰـ‬
ِ َّ‫ب ٱلن‬
َ‫ب َو ۡٱل ُم ۡؤمِ نُونَ ۙ َو ِل َيقُو َل ٱلَّذِين‬
َ ‫َاب ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ۡٱل ِكتَ ٰـ‬ َ ‫ب َويَ ۡزدَادَ ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٓو ْا إِي َم ٰـ ٍ۬نً ۙا َو ََل يَ ۡرت‬ َ ‫ۡٱل ِكت َ ٰـ‬
‫شا ٓ ُء َويَہۡ دِى َمن‬ َ َ‫ٱَّللُ َمن ي‬ َّ ‫ُض ُّل‬ِ ‫لً َكذَٲلِكَ ي‬ ۚ ٍ۬ َ‫ٱَّللُ بِ َہ ٰـذَا َمث‬
َّ َ‫ض َو ۡٱل َك ٰـف ُِرونَ َماذَآ أ َ َراد‬ ٍ۬ ‫فِى قُلُوبِہم َّم َر‬
ِ
10

)٣١( ‫ِى إِ ََّل ذ ِۡك َر ٰى ل ِۡلبَش َِر‬


َ ‫شا ٓ ُ ۚء َو َما يَعۡ لَ ُم ُجنُودَ َربِكَ إِ ََّل ه َ ُۚو َو َما ه‬
َ َ‫ي‬

Arti : “Dan yang Kami jadikan penjaga neraka itu hanya dari malaikat;
dan Kami menentukan bilangan mereka itu hanya sebagai cobaan bagi
orang-orang kafir, agar orang-orang yang diberi kitab menjadi yakin, agar
orang yang beriman bertambah imannya, agar orang-orang yang diberi kitab
dan orang-orang mukmin itu tidak ragu-ragu; dan agar orang-orang yang di
dalam hatinya ada penyakit dan orang-orang kafir (berkata), “Apakah yang
dikehendaki Allah dengan (bilangan) ini sebagai suatu perumpamaan?”
Demikianlah Allah membiarkan sesat orang-orang yang Dia kehendaki dan
memberi petunjuk kepada orang-orang yang Dia kehendaki. Dan tidak ada
yang mengetahui bala tentara Tuhanmu kecuali Dia sendiri. Dan Saqar itu
tidak lain hanyalah peringatan bagi manusia. (31)”

II.5. Definisi Himpunan


Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang terdefinisi dengan jelas.
Objek-objek yang termasuk dalam suatu himpunan disebut unsur atau anggota
himpunan.
Contoh himpunan :
- Himpunan surat-surat madaniyah
- Himpunan semua hewan berkaki empat
- Himpunan siswa kuttab awal akhwat
Contoh ayat Al-Quran yang mengandung konsep relasi bilangan yaitu pada
surat Al-Fatihah ayat 7 yang artinya : “(yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau
beri nikmat kepada mereka bukan (jalan) mereka ang dimurkai dan bukan (pula
jalan) jalan mereka yang sesat.” Ayat ini mengandung konsep himpunan karena
menjelaskan tiga golongan manusia yaitu :
1. Golongan yang diberi nikmat oelh Allah subhanahuwata’ala
2. Golongan yang dimurkai
3. Golongan yang sesat.

II.6. Definsi Relasi Bilangan


11

Relasi bilangan dapat diartikan sebagai suatu proses membandingkan


bilangan satu dengan bilangan yang lain. Menurut Abdussakir dalam ukunya yang
berjudul matematika dalam Al-Quran, perlu ada sesuatu yang dapat digunkan untuk
membandingan dua bilangan. Membandingkan atau relasi bilangan biasanya
dilakukan pada sepasang bilangan dengan aturan tertentu.
Contoh ayat Al-Quran yang mengandung konsep relasi bilangan yaitu pada
surat Ash-Shaffat ayat 174 yang artinya “Dan Kami utus dia kepada seratus ribu
orang atau lebih”. Dalam ayat ini terdapat dua relasi bilangan yaitu relasi “sama
dengan” dan relasi “lebih dari”. Relasi “sama dengan” dan “lebih dari” masing-
masing ditulis dengan symbol = dan >. Dua relasi ini dikenal dengan relasi urutan
(order relations). Dengan demikian, kalimat x sema dengan 100000 atau x leboh
dari 100000 dapat ditulis dengan ‘’x = 100000’ dan ‘x . 100000”. (Abdussakir,
2014)

II.7. Definisi Operasi Bilangan


Operasi bilangan terdiri dari operasi penjumlahan, operasi pengurangan,
operasi pembagian, dan operasi perkalian. Contoh ayat Al-Quran yang mengandung
konsep operasi bilangan yaitu pada surat Al-Kahfi ayat 25 yang artinya “Dan
mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah Sembilan tahun
(lagi).” Dalam ayat ini dijelaskan konsep operasi penjumlahan yang menunjukkan
penjumlahan antara angka 300 dengan angka 9 meskipun hasilnya tidak ditulis
secara langsung.

II.8. Definisi Pengukuran


Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Mengukur terdiri dari objek yang diukur dan alat ukur. Alat ukur berkaitan dengan
satuan ukur. Satuan ukur terdiri dari satuan baku dan tidak baku. Pengukuran
panjang pada saat ini sudah menggunakan satuan baku yang bersifat internasional
yaitu kilometer, hektometer, dekameter, meter,desimeter, sentimeter, dan
millimeter. Begitu pula satuan pengukuran waktu, berat, luas, dan volume sudah
memiliki satuan baku berskala internasional (Abdussakir, 2014).
12

Sebelum ditentukan satuan-satuan baku dalam pengukuran, masyarakat


menggunakan satuan-satuan ukuran tradisonal atau satuan yang hanya berlaku pada
wilayah tertentu. Untuk panjang dikenal dengan satuan depa, jengkal, atau hasta.
Untuk waktu menggunakan kedipan mata atau tarikan nafas. Satuan-satuan
tradisional ini digunakan masyarakat sesuai jamannya sebelum ditetapkan satuan
baku (Abdussakir, 2014).
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Al-Quran
juga berbicara mengenai konsep pengukuran. Pengukuran yang disebutkan dalam
Al-Quran meliputi pengukuran panjang, waktu, luas, dan berat.

II.9. Review Nama Surat dan Jumlah Ayat dalam Al-Quran Juz 29 dan Juz 30
Juz 29 terdiri dari sebelas (11) surat yang diawali dengan surat Al-Mulk dan
diakhiri oleh surat Al-Mursalat

Nomor
No Surat Nama Surat Arti Jumlah Ayat
1 67 Surah Al-Mulk Kerajaan 30
2 68 Surah Al-Qalam Pena 52
3 69 Surat Al-Haqqah Hari Kiamat 52
4 70 Surah Al-Ma’arij Tempat-tempat naik 44
5 71 Surat Nuh Nuh 28
6 72 Surah Al-Jinn Jin 28
7 73 Surat Al-Muzzammil Orang yang berselimut 20
8 74 Surat Al-Muddattsir Orang yang berkemul 56
9 75 Surah Al-Qiyamah Hari Kiamat 40
10 76 Surat Al-Insan Manusia 31
Malaikat-malaikat yang
11 77 Surat Al-Mursalat diutus 50

Juz 30 terdiri dari 37 surat yang diawali dengan surat An-Nabaa dan diakhiri
dengan surat Al-Ikhlas

Nomor
No Surat Nama Surat Arti Jumlah Ayat
13

1 78 Surah An-Nabaa Berita Besar 40


2 79 Surah An-Nazi’at Malaikat yang Mencabut 46
3 80 Surat ‘Abasa Ia Bermuka Masam 42
4 81 Surah At-Takwir Menggulung 29
5 82 Surat Al-Infitar Terbelah 19
Surah Al-
6 83 Mutaffifin Orang-orang Curang 36
7 84 Surat Al-Inshiqaq Terbelah 25
8 85 Surat Al-Buruj Gugusan Bintang 22
9 86 Surah At-Tariq Yang Datang di Malam Hari 17
10 87 Surat Al-A’la Yang Paling Tinggi 19
Surat Al-
11 88 Ghashiyah Hari Pembalasan 26
12 89 Surat Al-Fajr Fajar 30
13 90 Surat Al-Balad Negeri 20
14 91 Surah Ash-Shams Matahari 15
15 92 Surat Al-Lail Malam 21
16 93 Surah Adz-Dhuha Waktu Dhuha 11
17 94 Surat Al-Syarh Melapangkan 8
18 95 Surah At-Tin Buah Tin 8
19 96 Surat Al-‘Alaq Segumpal Darah 19
20 97 Surat Al-Qadr Kemuliaan 5
Surah Al-
21 98 Bayyinah Pembuktian 8
22 99 Surat Al-Zalzalah Kegoncangan 8
23 100 Surat Al-‘Adiyat Berlari Kencang 11
24 101 Surat Al-Qari’ah Hari Kiamat 11
25 102 Surah At-Takatsur Bermegah-megahan 8
26 103 Surat Al-‘Asr Waktu / Masa 3
27 104 Surat Al-Humazah Pengumpat 9
28 105 Surat Al-Fil Gajah 5
29 106 Surah Quraish Suku Quraisy 4
30 107 Surat Al-Ma’un Barang yang Berguna 7
14

31 108 Surat Al-Kautsar Nikmat yang Berlimpah 3


32 109 Surat Al-Kafiruun Orang-orang Kafir 6
33 110 Surat An-Nashr Pertolongan 3
34 111 Surat Al-Lahab Gejolak Api (Sabut) 5
Memurnikan Keesaan Allah
35 112 Surat Al-Ikhlas / Ikhlas 4
36 113 Surah Al-Falaq Waktu Shubuh 5
37 114 Surah Al-Nas Manusia 6

Angka-angka dalam Quran Juz 29 dan 30 ini baik jumlah ayat maupun
nomor suratnya dapat dijadikan sebagai ilmu dan materi berhitung tersendiri pada
pelajaran berhitung. Pengajar dapat memodifikasi soal-soal berhitung dari angka-
angka tersebut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
III.1. Jenis / Metode Penelitian
Menurut Prof. Dr. Sugiyono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian
Pendidikan, metode penelitian adalah suatu cara ilmiah yang digunakan oleh para
peneliti untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.
Jenis penelitian yang digunakan dalam menyusun tugas akhir ini adalah
deskriptif kualitatif dengan metode kepustakaan atau kajian pustaka. Penelitian
deskriptif kualitatif bertujuan untuk mendeskripsikan dan menyajikan informasi
serta fakta secara lengkap dan sistematis terhadap objek yang sedang diteliti.
III.2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode kepustakaan atau
kajian pustaka. Metode ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dengan membaca, menganalisis, membuat deskripsi,
menguraikan intisari, dan menggali informasi dari buku, kitab, literasi, hasil
penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya, serta berbagai sumber lainnya yang
berhubungan dengan objek dan tema dalam pembahasan.

III.3. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penulisan tugas akhir ini dikerjakan di rumah penulis dan di lingkungan
belajar Akademi Guru Al-Fatih yang bertempat di Kuttab Al-Fatih BCB kota
Depok, Jawa Barat pada bulan September 2019 sampai dengan Desember tahun
2019.

III.4. Sumber Data


Sumber data dalam penulisan tugas akhir ini adalah Al-Quran terjemahan,
aplikasi muslim Pro, buku Subhanallah Quantum Bilangan-Bilangan Al-Quran
karya Muhammad Mas’ud, buku Matematika dalam Al-Quran karya Abdusssakir,
M.pd, dan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan tujuan penulisan.

15
16

III.5. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data


Langkah pengumpulan data :

1. Penulis membaca Al-Quran juz 29 dan juz 30 beserta terjemahnya.

2. Penulis mencari dan menganalisis terjemah ayat dalam juz 29 dan juz 30 yang
mengandung penyebutan bilangan dan konsep ilmu berhitung.

❖ Batasan masalah :

Dalam penulisan tugas akhir ini penulis membatasi pembahasan penyebutan


bilangan yang dianalisis adalah bilangan kardinal (bilangan yang menunjukkan
jumlah) dan bilangan pecahan saja. Kemudian konsep dasar berhitung yang dibahas
dalam tugas akhir ini adalah konsep Al-Jabar yang mencakup bilangan kardinal,
bilangan pecahan, himpunan, operasi bilangan, relasi bilangan, serta konsep
pengukuran dasar yang mencakup pengukuran waktu, pengukuran panjang, dan
pengukuran berat.

3. Penulis memberi tanda dan mencatat hasil analisis di buku catatan.

4. Penulis mencari buku bacaan, hasil penelitian berupa skripsi, tesis maupun artikel
penelitian-penelitan yang pernah dilakukan sebelumnya dari internet.

5. Penulis membaca literasi (buku, artikel, dan penelitian sebelumnya) yang sudah
dikumpulkan

6. Penulis membandingkan hasil analisis pribadi dengan informasi dalam buku dan
hasil-hasil penelitian sebelumnya

7. Penulis melakukan kajian lebih dalam pada ayat-ayat tertentu yang


membutuhkan tafsir.

8. Penulis menyusun hasil analisis dan membuat kesimpulan

16
BAB IV
PEMBAHASAN

IV.1.Bilangan dalam Ayat Al-Quran Juz 29 dan Juz 30


IV.1.1. Bilangan Kardinal
A. Bilangan Kardinal dalam Juz 29
Bilangan kardinal yang disebut dalam juz 29 adalah bilangan 1, 3, 7, 8, 19,
70, dan 50000 yang terdapat dalam enam surat yaitu Surat Al-Mulk, Surat Al-
Haaqqah, Surat Al-Ma’arij, Surat Nuh, Surat Al-Muddatsir, dan Surat Al-
Musrsalat. Berikut penjelasan dan analisis nya :

a. Bilangan dalam Surat Al-Mulk:

Al-Mulk ayat 3 :

ٍ۬
ٍ ٍ۬ ‫ط‬
)٣( ‫ور‬ َ ‫تۖ فَ ۡٱر ِج ِع ۡٱل َب‬
ُ ُ‫ص َر ه َۡل ت ََر ٰى مِ ن ف‬ ٍ ٍ۬ ‫ٱلرحۡ َم ٰـ ِن مِ ن تَفَ ٰـ ُو‬
َّ ‫ق‬ِ ‫ت طِ َباقًاۖ َّما ت ََر ٰى فِى خ َۡل‬
ٍ ٍ۬ ‫س َم ٰـ َوٲ‬ َ َ‫ٱلَّذِى َخلَق‬
َ ‫س ۡب َع‬

Arti : “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali


tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak
seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang
tidak seimbang?”
Pembahasan :

Bilangan tujuh dalam ayat ini menjelaskan tentang lapisan langit yang
diciptakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dalam sebuah buku karya
Muhammad Mas’ud yang berjudul “Subhanallah Quantum Bilangan Al-
Quran” menerangkan bahwa Al-Qur’an menyebutkan bahwa langit memiliki
tingkatan dan lapisan. Berdasarkan kajian sains yang telah dijalankan, lapisan
itu dinamakan lapisan atmosfer. Lapisan atmosfer terdiri beberapa lapisan yang
berbeda-beda dari segi fisik dan tekanan gas. Tujuh lapisan tersebut adalah
lapisan troposfer yang paling dekat dengan bumi, lapisan statosfer yang berada
di atas troposfer, lapisan ozonosfer tempat penyerapan sinaran ultra violet,

17
18

lapisan mesosfer, lapisan termosfer, lapisan ionosfer, dan lapisan eksosfer.


Meskipun demikian tidak ada seorangpun yang mengetahui batasan tiap langit
maupun jumlah lapisan langit yang sebenarnya, hanya Allah yang maha
mengetahui.
Pengajar dan orang tua dapat mengenalkan bilangan angka 7 kepada para
santri dengan memasukkan materi tentang penciptaan langit. Banyak hikmah
dan pelajaran yang dapat diajarkan dengan mengupas tentang langit misalnya
tentang rasa syukur, proses turunnya hujan, luasnya rejeki dari Allah, dan
pelajaran lain yang membuat murid bertambah imannya.
Pengajar dan orang tua dapat membuat dialog iman sederhana pada saat
memasuki bab mengenal angka atau menulis angka dengan angka tujuh ini,
misalnya : “Bagaimana jika Allah hanya menciptakan 1 atau 2 langit saja?”
Apakah perlindungan terhadap bumi tetap sama atau menjadi berbeda?”.
Pelajaran lain yang harus ditanamkan pada hati para murid penciptaan langit
membuktikan kekuasaan Allah yang sangat besar.
Istilah langit juga dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan soal
ujian, soal latihan, soal cerita, maupun ilustrasi alas berpikir di dalam kelas
berhitung agar dapat menambah keimanan di hati para santri

b. Bilangan dalam Surat Al-Haaqqah

Al-Haaqqah ayat 7 :

)٧( ‫از ن َۡخ ٍل خَا ِويَ ٍ۬ ٍة‬


ُ ‫ع ٰى كَأَنَّ ُہ ۡم أَ ۡع َج‬ َ ‫سو ٍ۬ ًما فَت ََرى ۡٱلقَ ۡو َم فِي َہا‬
َ ‫ص ۡر‬ ُ ‫س ۡب َع لَيَا ٍ۬ ٍل َوث َ َم ٰـنِيَةَ أَي ٍَّام ُح‬
َ ‫علَ ۡي ِہ ۡم‬
َ ‫س َّخ َرهَا‬
َ

Arti : “yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh
malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum
’Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka
seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).”
Pembahasan :

Bilangan tujuh dan delapan pada ayat ini menjelaskan tentang lama waktu
terjadinya bencana berupa angin keras mematikan yang menimpa kaum ‘Aad
yang durhaka dan tidak mempercayai hari kiamat. Beberapa tafsir menyebutkan
18
19

bahwa angin ini adalah angin topan yang membawa batu-batu kecil yang datang
pada pertengahan musim dingin. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari ayat
ini. Salah satunya pelajaran yang menunjukkan betapa besarnya kekuasaan
Allah yang dengan mudah menghancurkan kaum ‘Aad menjadi makhluk tidak
berdaya bagaikan batang kurma yang sudah lapuk.
Pengajar dan orang tua dapat mengajarkan pentingnya patuh dan taat kepada
perintah Allah. Dalam materi ini para pengajar dan orang tua dapat mereview
kembali kisah dan nama-nama kaum yang menentang nabi dalam Al-Quran.
Pengajar dan orang tua dapat mengenalkan bab bilangan dengan
memasukkan materi tentang bencana angin yang dialami kaum Aad ini. Istilah
angin juga dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan soal ujian, soal
latihan, soal cerita, maupun ilustrasi alas berpikir di dalam kelas berhitung agar
dapat menambah keimanan di hati para santri
Al-Haaqqah ayat 13:

ٍ۬
)١٣( ‫ور ن َۡفخَة َوٲحِ دَ ٍ۬ة‬
ِ ‫ص‬ُّ ‫فَإِذَا نُ ِف َخ فِى ٱل‬
Arti : “Maka apabila sangkakala ditiup sekali tiup”

Pembahasan :

Bilangan satu pada ayat ini menerangkan tentang tiupan sangkakala yang
ditiup oleh malaikat Isrofil pada hari kiamat. Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir
menjelaskan bahwa tiupan yang dimaksud adalah tiupan yang pertama yang
membuat alam semesta menjadi hancur. Beberapa ulama islam termasuk ibnu
taimiyyah berepndapat bahwa pada hari kiamat kelak sangkakala akan ditiup
sebanyak tiga kali.
1. Tiupan pertama, disebut dengan nafkhotul faza’, yaitu tiupan yang
menyebabkan ketakutan, kepanikan, dan terkejutnya seluruh makhluk. Bumi
dan gunung akan berguncang, matahari, bulan, bintang, dan seluruh planet
tidak menentu perjalanan orbitnya.
2. Nafkhotu ash-sha’qi yaitu tiupan yang mematikan, membinasakan
seluruh makhluk
20

3. Nafkhotul ba’tsi yaitu tiupan yang membangkitkan seluruh makhluk


Para pengajar dan orang tua diharapkan mampu menyampaikan dialog iman
tentang kejadian hari kiamat meskipun dalam kelas berhitung. Materi tentang
jumlah dan tugas malaikat Allah juga dapat disisipkan dalam mengenalkan
materi berhitung dasar terutama di kelas kuttab awal. Anak-anak akan diajak
untuk berhitung dan mengingat kembali nama dan tugas malaikat Allah.
Istilah malaikat, sangkakala, dan hari kiamat juga dapat digunakan sebagai
bahan dalam pembuatan soal ujian, atau ilustrasi alas berpikir di dalam kelas
berhitung agar dapat menambah keimanan para murid terhadap malaikat dan
menambah rasa takut kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Al-Haaqqah ayat 14 :

)١٤( ً‫ض َو ۡٱل ِجبَا ُل فَدُ َّكت َا دَ َّك ٍ۬ةً َوٲحِ دَ ٍ۬ة‬
ُ ‫ت ۡٱۡل َ ۡر‬
ِ َ‫َوحُمِ ل‬

Arti :”dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan


keduanya sekali bentur.”
Bilangan satu pada ayat ini menjelaskan jumlah benturan antara bumi dan
gunung pada saat hari kiamat. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah yang
sangat dahsyat yang mampu membenturkan bumi dan gunung-gunung yang
begitu besar dan berat hanya dengan satu kali bentur. Allah dapat dengan
mudah membenturkan bumi dan gunung.
Istilah bumi, gunung, benturan, dan hari kiamat dalam ayat ini dapat
digunakan sebagai bahan dalam pembuatan soal ujian, atau ilustrasi alas
berpikir di dalam kelas berhitung agar dapat menambah rasa takut terhadap
huru-hara hari kiamat.
Al-Haaqqah ayat 17 :

ٍ۬
)١٧( ‫ش َر ِبكَ فَ ۡوقَ ُه ۡم يَ ۡو َم ِٕٮ ٍ۬ ٍذ ثَ َم ٰـنِيَة‬ َ ُ‫َو ۡٱل َملَك‬
َ ‫علَ ٰ ٓى أ َ ۡر َجا ٓ ِٕٮ َه ۚا َويَحۡ مِ ُل‬
َ ‫ع ۡر‬

Arti : “Dan malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit. Dan


pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ’Arsy Tuhanmu
di atas (kepala) mereka.”
Pembahasan :
21

Bilangan delapan dalam ayat ini menejalaskan tentang jumlah malaikat


Allah yang menjunjung Arsy atau singgasana Allah. Mereka adalah pemuka
malaikat yang dekat dengan Allah yang disebut dengan ‘al-Karubiyyiin’.
Istilah itu diambil dari kata al-karibu yang berarti al-hazan (kesedihan). Para
malaikat ini sangat patuh dan takut kepada Allah yang Maha Tinggi.
Para pengajar dan orang tua diharapkan mampu menyampaikan dialog iman
tentang Arsy Allah di dalam pelajaran kelas berhitung. Istilah malaikat, langit,
dan Arsy Allah dapat digunakan sebagai bahan dalam pembuatan soal ujian, soal
cerita, maupun ilustrasi alas berpikir yang dapat menambah kecintaan murid
kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Al-Haaqqah ayat 32 :

ً ٍ۬ ‫س ۡبعُونَ ذ َِرا‬
)٣٢( ُ‫عا فَٱسۡ لُ ُكوه‬ ُ ‫ث ُ َّم فِى س ِۡل ِسلَ ٍ۬ ٍة ذَ ۡر‬
َ ‫ع َها‬

Arti : “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh


puluh hasta.”
Pembahasan :

Bilangan 70 dalam ayat ini menjelaskan tentang panjang rantai yang ada
di dalam neraka. Dijelaskan bahwa panjang rantai tersebut adalah tujuh puluh
hasta. Menurut Muhammad Mas’ud dalam bukunya yang berjudul Subhanallah
Quantum Bilangan Al-Quran menyebutkan bahwa ukuran hasta biasanya tidak
lebih dari panjang suatu lengan. Pertanyaannya, ukuran hasta siapa? Jika hasta
malaikat maka itu tidak mungkin karena tidak disebutkan bahwa malaikat
mempunyai lengan. Sehingga hasta yang dimaksud adalah hasta manusia.
Hasta manusia pun mempunyai ukuran yang berbeda-beda. Namun demikian,
kita tidak perlu mencari ukuran pasti tentang panjang hasta, yang harus
direnungi adalah bagaimana kondisi sekujur tubuh kita jika dililit dengan rantai
didalam neraka? Selain merasa kesakitan tentu kita akan kehabisan nafas. Para
pengajar dan orang tua dapat meminta para murid untuk membayangkan
seandainya hal itu dilakukan dibawa terik matahari, apalagi di dalam neraka.
Ayat ini dapat digunakan untuk mengajak para murid merenung dan
bertanya sudah seberapa banyak amal kebaikan yang dilakukan di dunia. Para
22

guru dan orang tua dapat menyisipkan dialog iman tentang kisah neraka yang
terdapat dalam quran, tentang buku catatan amal yang diterima dengan tangan
kanan dan tangan kiri, atau dialog lain yang membuat para murid bertambah
imannya.
Istilah rantai, neraka, dan hasta dalam ayat ini dapat digunakan sebagai
bahan dalam pembuatan soal ujian, atau contoh penjabaran alas berpikir di
dalam kelas berhitung agar dapat menambah keimanan terhadap surga dan
neraka..
c. Bilangan dalam Surat Al-Ma’arij
Al-Ma’arij ayat 4 :
ً ٍ۬ ‫س ۡبعُونَ ذ َِرا‬
)٣٢( ُ‫عا فَٱسۡ لُ ُكوه‬ ُ ‫ث ُ َّم فِى س ِۡل ِسلَ ٍ۬ ٍة ذَ ۡر‬
َ ‫ع َها‬

Arti : “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan dalam


sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
Pembahasan :
Bilangan lima puluh ribu dalam ayat ini menjelaskan lama waktu malaikat
Jibril naik menghadap Allah subhanahu wa ta'ala. Dalam tafsir Al-‘Usyr Al-
Akhir disebutkan bahwa malaikat-malaiakat dan Jibril jika menghadap Allah
membutuhkan waktu satu hari. Apabila dilakukan oleh manusia membutuhkan
waktu selama lima puluh ribu tahun. Perbandingan ini merupakan perbandingan
yang sangat jauh. Hal ini menunjukkan bahwa perhitungan hari menurut
manusia di sisi Allah itu berbeda.
Para pengajar dan orang tua diharapkan mampu menyampaikan dialog iman
tentang perbandingan angka ini ketika memasuki bab nilai tempat puluhan ribu.
d. Bilangan dalam Surat Nuh
Nuh ayat 15 :
)١٥( ‫ت طِ بَا ٍ۬قًا‬
ٍ ٍ۬ ‫س َم ٰـ َوٲ‬
َ ‫س ۡب َع‬ َ ‫أَلَ ۡم ت ََر ۡواْ ك َۡي‬
َّ َ‫ف َخلَق‬
َ ُ‫ٱَّلل‬

Arti : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan


tujuh langit bertingkat-tingkat?”
Pembahasan :
23

Bilangan tujuh dalam ayat ini lagi-lagi menjelaskan tentang tingkatan langit
yang Allah ciptakan. Hal ini menunjukkan bahwa langit merupakan tanda
ciptaan Allah yang sering disebut dalam Al-Quran. Pengajar dan orang tua
harus mampu menyampaikan dialog yang berkaitan dengan penciptaan langit
misalnya tentang hikmah penciptaan langit, fungsi langit, dan benda-benda
ciptaan allah yang ada di langit.
e. Bilangan dalam Surat Al-Muddatsir
Al-Muddatsir Ayat 30 :
َ َ‫علَ ۡي َہا تِسۡ عَة‬
)٣٠( ‫عش ََر‬ َ
Arti : “Di atasnya ada sembilan belas (malaikat penjaga)”
Pembahasan :
Bilangan sembilan belas dalam ayat ini menjelaskan tentang jumlah
malaikat penjaga neraka Jahannam yang kasar dan keras. Menurut Mustafa
Mahmud, angka 19 yang disebutkan dalam ayat ini adalah cobaan dan hujjah
bagi orang yang mengatakan bahwa Al-Quran itu buatan manusia dan bagi
orang yang telah beriman supaya bertambah imannya. Bilangan 19 dalam surat
Al-Muddatsir ayat 30 memang menginspirasi banyak tokoh. Dua diantara
banyak tokoh yang mengupas tuntas bilangan 19 dalam Al-Quran adalah
Ahmad Deedat dan Rasyad Khalifa (Muhammad Mas’ud, 2008).
Rasyad Khalifa berpendapat bahwa disebutkannya bilangan 19 dalam Al-
Quran karena lima alasan yaitu pertama, karena terjadi satu fitnah besar di
kalangan orang-orang kafir mengenai penemuan bilangan 19 ini. Kedua, untuk
meyakinkan orang-orang Nasrani atau orang-orang Yahudi militan yang
percaya bahwa tidak ada satu pun kesalahan yang ada dalam Al-Quran juga
untuk meyakinkan mereka bahwa Al-Quran itu adalah firman Allah yang
merupakan penutup dan penyempurna kitab-kitab mereka. Ketiga, untuk
menambah dan memperkuat iman para pengikutnya yang sudah yakin bahwa
Al-Quran adalah firman Allah. Keempat, untuk menghilangkan yang mungkin
tersisa dalam hati orang-orang mukmin dan kaum Nasrani. Kelima, untuk
membuka hati orang-orang munafik dan orang kafir serta menunjukkan kepada
mereka bahwa Allah telah menakdirkan merka sebagai orang-orang yang sesat
(Muhammad Mas’ud 2008).
24

f. Bilangan dalam Surat Al-Mursalat


Al-Mursalat Ayat 30 :
ٍ ٍ۬ َ‫شع‬
)٣٠( ‫ب‬ ِ ‫ط ِلقُ ٓواْ إِلَ ٰى ظِ ٍ۬ ٍل ذِى ثَلَ ٰـ‬
ُ ‫ث‬ َ ‫ٱن‬
Arti : “Pergilah kamu mendapatkan naungan (asap api neraka) yang
mempunyai tiga cabang “
Pembahasan :
Bilangan tiga dalam ayat ini menjelaskan tentang jumlah cabang pada
naungan dalam neraka. Menurut tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir naungan yang
dimaksud bukanlah naungan untuk beteduh melainkan asap neraka yang
mempunyai tiga gejolak di kanan, di kiri, dan di atas. Siksaan ini mengepung
orang-orang kafir dari segala penjuru, membelit tubuh dan tidak dapat
dilepaskan.
Lafazh dzilin yang berarti naungan tidak selamanya menerangkan api
neraka atau sesuatu yang bersifat negative. Terdapat sebuah hadits yang
menggunakan lafazh dzillin bermakna positif yaitu naungan dari Allah bagi
orang-orang yang termasuk tujuh golongan pada hari akhir nanti. Hal itu
disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah. Mereka adalah
pemimpin yang adil, pemuda yang taat beribadah kepada Allah, orang yang
berdzikir kepada Allah ditempat yang sunyi, orang yang selalu terpaut hatinya
kepada masjid, orang yang bershadaqah secara sembunyi-sembunyi, dua orang
yang saling mencintai karena Allah, dan lelaki yang diajak bermaksiat oleh
wanita cantik tetapi menolak (Muhammad Mas’ud 2008).
Pengajar dan orang tua dapat membuat dialog iman tentang naungan ini,
misalnya dengan memberikan pilihan kepada para murid antara naungan yang
baik dan naungan yang buruk.
B. Bilangan Kardinal dalam Juz 30
Bilangan kardinal yang disebut dalam juz 30 adalah bilangan 1, 7, 10, dan
1000 yang terdapat alam lima surat yaitu Surat An-Naba, Surat An-Naaziat,
Surat Al-Fajr, Surat Al-Qadr, dan Surat Al-Ikhlas. Berikut penjelasan dan
penjabarannya :
a. Bilangan dalam Surat An-Naba
An-Naba ayat 12 :
25

)١٢( ‫س ۡب ٍ۬عًا ِشدَا ٍ۬دًا‬


َ ‫َوبَن َۡينَا فَ ۡوقَ ُك ۡم‬

Arti : “dan Kami bangun di atas kamu tujuh buah (langit) yang kokoh,”
Pembahasan :
Bilangan tujuh dalam ayat ini menjelaskan tentang jumlah langit yang
Allah ciptakan bagi manusia. Pengajar dan orang tua dapat menyisipkan
hikmah dari penciptaan langit. Tanyakan pada murid bagaimana jika Allah
tidak menciptakan langit. Jelaskan juga bahwa kita sebagai manusia harus
menjaga lingkungan dengan tidak membuat pencemaran udara yang dapat
mengotori langit.
Dalam membuat soal cerita, soal ujian, atau ilustrasi berhitung di kelas
kuttab awal, para pengajar bisa menggunakan istilah langit agar murid mudah
mengingat ayat ini.
b. Bilangan dalam Surat An-Nazi’at
An-Naziat ayat 13 :
)١٣( ‫ِى زَ جۡ َر ٍ۬ة َوٲحِ دَ ٍ۬ة‬
َ ‫فَإِنَّ َما ه‬

Arti : “Sesungguhnya pengembalian itu hanyalah dengan satu kali tiupan


saja”
Pembahasan :
Bilangan satu pada ayat ini menjelaskan tentang tiupan sangkakala pada
hari kiamat yang akan membangkitkan semua makhluk di bumi. Semua
manusia akan bangkit dari kubur dan digiring ke padang mahsyar. Malaikat
memanggil mereka dengan perintah Allah. Malaikat memanggil tulang-tulang
yang telah lapuk, rambut-rambut yang telah berjatuhan, urat-urat daging,
beserta dagingnya, semuanya dipanggil dengan cepat kemudian terkumpul dan
membentuk tubuh manusia seperti sedia kala. (tafsir as-Sa’di/tafsirweb.com).
Pengembalian dan pembangkitan ini bukanlah hal yang sulit bagi Allah
c. Bilangan dalam Surat Al-Fajr
Al- Fajr Ayat 2 :
)٢( ‫ع ۡش ٍ۬ ٍر‬
َ ‫َولَيَا ٍل‬

Arti : “dan malam yang sepuluh“


26

Pembahasan :

Bilangan sepuluh pada ayat ini menjelaskan tentang sepuluh malam


pertama pada bulan Dzulhijjah. Pendapat lain mengatakan bahwa sepuluh
malam yang dimaksud adalah sepuluh malam terkahir pada bulan Ramadhan
atau sepuluh malam pertama Muharram. Meskipun begitu, pendapat yang lebih
kuat adalah pendapat yang menyatakan bahwa sepuluh malam yang dimaksud
adalah sepuluh malam pertama bulan Dzulhijah. Allah bersumpah dengan
sepuluh malam pertama di bulan dzulhijah karena dalam sepuluh hari tersebut
membawa banyak keutamaan dan kebaikan.
Pada malam itu kaum muslimin menunaikan ibadah haji, ihram, masuknya
kaum muslim dari berbagai belahan dunia ke kota Makkah, thowaf, yaum
tarwiyah pada hari kedelapan, wukuf di arafah pada hari kesembilan, dan
melaksanakan qurban pada hari kesepuluh. Pada sepuluh hari di bulan
Dzulhijjah terdapat wuquf di Arafah yang pada saat itu Allah memberikan
ampunan kepada para hambaNya yang membuat setan sedih.
Rasulullah bersabda bahwa tidak ada hari dimana suatu amal shalih lebih
di cintai Allah melebihi amal shalih yang dilakukan di hari-hari ini (yakni
sepuluh hari pertama Dzulhijjah). Oleh karena itu kaum muslimin harus
mempersiapkan diri untuk melaksanakan ibadah seperti sholat, puasa,
berdzikir, dan amalan shholeh lainnya, karena allah sangat mencintai amalan
di sepuluh malam bulan ini dan akan melipatgandakan pahalanya.
Dalam membuat soal latihan, soal ujian, atau ilustrasi berhitung di kelas
kuttab awal, para pengajar bisa menggunakan istilah malam, haji, qurban, dan
nama bulan dalam islam agar murid mudah mengingat ayat ini dan semakin
bertambah imannya.
d. Bilangan dalam Surat Al-Qadr
Al-Qadr ayat 3 :

)٣( ‫لَ ۡيلَةُ ۡٱلقَ ۡد ِر خ َۡي ٍ۬ر ِم ۡن أ َ ۡلفِ شَہۡ ٍ۬ ٍر‬

Arti : “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.”


Pembahasan:
27

Bilangan seribu pada ayat ini menjelaskan tentang kemuliaan malam


Lailatul Qadr. Malam Lailatul Qadr mempunyai banyak keistimewaan salah
satunya adalah malam dimana Allah menurunkan Al-Quran. Ibadah yang
dilakukan pada malam terkahir di bulan Ramadhan mempunyai nilai dan
keutamaan yang sangat tinggi dimata Allah, lebih tinggi daripada beribadah
selama seribu bulan.
Dari segi matematika, ayat ini memberikan suatu persamaan yaitu satu
malam sama dengan seribu bulan. 1 malam = 1000 bulan. Ruas kiri
menggunakan malam sedangkan ruas kanan menggunakan bulan. Supaya
satuan ruas kiri dan ruas kanan sama-sama malam, maka satuan bulan harus
diubah menjadi malam. Anggaplah satu bulan sama dengan tiga puluh hari.
Selanjutnya, seribu bulan berarti 1000 x 30 malam = 30.000 malam. Bilangan
30.000 malam jika diubah menjadi satuan tahun, maka ada dua kemungkinan.
Pertama, jika diubah menjadi tahun Qamariah (tahun Hijriah), maka 30.000
dibagi 354 hasilnya sekitar 84,7 tahun. Kedua, jika diubah menjadi tahun
Syamsiah (tahun Masehi), maka 30.000 diabgi 365 hari hasilnya sekitar 82,1
tahun. (Muhammad Mas’ud 2008).
Artinya, satu malam Lailatul Qadr setara dengan 80 tahun lebih. Sebuah
perbandingan yang sangat jauh perbedaannya. Untuk itu umat muslim harus
mengetahui tentang keutamaan ini dan berlomba-lomba untuk meraih pahala
dengan melaksanakan ibadah sebaik mungkin.
Pengajar dan orang tua dapat menggunakan istilah-istilah dalam ayat ini
pada saat memberikan materi operasi perkalian bilangan, pembagian bilangan,
maupun materi lainnnya. Para pengajar juga dapat menambahkan materi
tentang keutamaan malam lailatul qadr dan amalan-amalan apa saja yang
sebaiknya dilakukan di malam tersebut. Dengan demikian, para murid tidak
hanya memahami ilmu hitung tapi juga bertambah imannya.
e. Bilangan dalam Surat Al-Ikhlas
Al-Ikhlas ayat 1 :
)١( ‫ٱَّللُ أَ َحد‬
َّ ‫قُ ۡل ه َُو‬
Arti : “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, (Esa artinya tunggal /
satu)
28

Pembahasan :
Bilangan ahad dalam ayat ini menjelaskan tentang keesaan Allah. Lafazh
bilangan satu dalam ayat tersebut berbunyi “Allahu ahadun” artinya ‘Allah itu
Esa”, “Allah itu tunggal”. Ayat ini menerangkan bahwa Allah adalah sang
Pencipta yang berdiri sendiri dalam kekuasaanya dan penciptaan-Nya, tidak
bersekutu dengan yang lain.
Berdasarkan buku Subhanallah Quantum Bilangan Quran karya
Muhammad Mas’ud, kata Esa atau satu di sini bukanlah suatu bilangan dalam
matematika. Bilangan satu dalam matematika adalah suatu bilangan yang
terhingga atau berbilang. Mustahil Allah berbilang, misalnya dua, tiga, atau
lebih dari itu. Sangat mustahil ala mini diciptakan olej kekuasaan yang
berbilang. Allah tidak mempunyai anak dan tidak diperanakkan. Tidak ada
yang setara dengan-Nya.
Para pengajar dan orangtua khususnya kelas awal dapat menyisipkan
materi tentang tauhid dan ke-Esa-an Allah ketika mempelajari bab berhitung
dan mengenal angka. Di usia awal ini sangat penting untuk menanamkan nilai
tauhid dan keimanan di hati mereka.

IV.1.2. Bilangan Pecahan


A. Bilangan Pecahan dalam Juz 29
Bilangan pecahan yang terdapat dalam juz 29 adalah bilangan sepertiga
(1/3), seperdua (½), dan dua pertiga (2/3) yang terdapat dalam surat Al-
Muzzamil
a. Al-Muzzamil ayat 20:
ٍ۬ َ
‫عل َِم أَن‬ َ ‫ٱَّللُ يُقَد ُِر ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّ َہ‬
َ ۚ‫ار‬ َّ ‫طا ٓ ِٕٮفَة ِمنَ ٱلَّذِينَ َمعَكَ ۚ َو‬‫إِ َّن َربَّكَ يَعۡ لَ ُم أَنَّكَ تَقُو ُم أَ ۡدن َٰى مِ ن ثُلُث َ ِى ٱلَّ ۡي ِل َونِصۡ فَهُ ۥ َوثُلُثَهُ ۥ َو‬
‫ض ِربُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض ٰىۙ َو َءاخ َُرونَ ي‬ َ ‫عل َِم أَن‬
َ ‫سيَ ُكو ُن مِ ن ُكم َّم ۡر‬ َ ‫ان‬ ۚ ِ ‫علَ ۡي ُك ۡمۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ نَ ۡٱلقُ ۡر َء‬ َ ‫صوهُ فَت‬
َ ‫َاب‬ ُ ‫لَّن ت ُ ۡح‬
ْ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُوا‬ َّ ‫ٱَّللۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ ۡنهُۚ َوأَقِي ُمواْ ٱل‬ ِ َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ٱَّللۙ َو َءاخ َُرونَ يُقَ ٰـتِلُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض يَ ۡبتَغُونَ مِ ن ف‬
ِ َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ۡٱۡل َ ۡر‬
‫ظ َم أ َ ۡج ٍ۬ ًر ۚا َوٱسۡ ت َۡغف ُِرو ْا‬ ِ َّ َ‫س ٍ۬نً ۚا َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِۡلَنفُ ِس ُكم ِم ۡن خ َۡي ٍ۬ ٍر ت َِجدُوهُ عِند‬
َ ‫ٱَّلل ه َُو خ َۡي ٍ۬ ًرا َوأ َ ۡع‬ َ َّ ْ‫ٱلزك َٰوة َ َوأ َ ۡق ِرضُوا‬
َ ‫ٱَّلل قَ ۡرضًا َح‬ َّ
ٍ۬ ُ‫غف‬
)٢٠( ‫ور َّرحِ ي ُۢ ُم‬ َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َۖ َّ

Arti : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu


(Muhammad) berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau
29

seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari


orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah
apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang
baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik
dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Pembahasan :
Ayat ini menjelaskan tentang waktu-waktu malam dimana Allah
memerintahkan nabi Muhammad untuk melaksanakan sholat tahajud pada
waktu yang diterangkan tersebut. Allah juga meminta kita untuk mempelajari
dan membaca Al-Quran mulai dari yang mudah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat dan memberi pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik.
Para pengajar dan orangtua dapat membahas tentang materi sepertiga
malam, dua pertiga malam dan seperdua malam pada saat mengajarkan materi
berhitung bab bilangan pecahan.
B. Bilangan Pecahan dalam Juz 30
Tidak terdapat ayat Al-Quran yang mengandung penyebutan bilangan
pecahan dalam juz 30
IV.2.Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Relasi Bilangan dalam Juz
29 dan 30
Surat Al-Muzzammil ayat 20 :

ٍ۬ َ
‫عل َِم أَن‬ َ ‫ٱَّللُ يُقَد ُِر ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّ َہ‬
َ ۚ‫ار‬ َّ ‫طا ٓ ِٕٮفَة ِمنَ ٱلَّذِينَ َمعَكَ ۚ َو‬‫إِ َّن َربَّكَ يَعۡ لَ ُم أَنَّكَ تَقُو ُم أَ ۡدن َٰى مِ ن ثُلُث َ ِى ٱلَّ ۡي ِل َونِصۡ فَهُ ۥ َوثُلُثَهُ ۥ َو‬
‫ض ِربُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض ٰىۙ َو َءاخ َُرونَ ي‬ َ ‫عل َِم أَن‬
َ ‫سيَ ُكو ُن مِ ن ُكم َّم ۡر‬ َ ‫ان‬ ۚ ِ ‫علَ ۡي ُك ۡمۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ نَ ۡٱلقُ ۡر َء‬ َ ‫صوهُ فَت‬
َ ‫َاب‬ ُ ‫لَّن ت ُ ۡح‬
30

ْ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُوا‬ َّ ‫ٱَّللۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ ۡنهُۚ َوأَقِي ُمواْ ٱل‬ ِ َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ٱَّللۙ َو َءاخ َُرونَ يُقَ ٰـتِلُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض يَ ۡبتَغُونَ مِ ن ف‬
ِ َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ۡٱۡل َ ۡر‬
‫ظ َم أ َ ۡج ٍ۬ ًر ۚا َوٱسۡ ت َۡغف ُِرو ْا‬ ِ َّ َ‫س ٍ۬نً ۚا َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِۡلَنفُ ِس ُكم ِم ۡن خ َۡي ٍ۬ ٍر ت َِجدُوهُ عِند‬
َ ‫ٱَّلل ه َُو خ َۡي ٍ۬ ًرا َوأ َ ۡع‬ َ َّ ْ‫ٱلزك َٰوة َ َوأ َ ۡق ِرضُوا‬
َ ‫ٱَّلل قَ ۡرضًا َح‬ َّ
ٍ۬ ُ‫غف‬
)٢٠( ‫ور َّرحِ ي ُۢ ُم‬ َ َّ ‫ٱَّلل إِ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َۖ َّ

Arti : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu


(Muhammad) berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah
apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang
baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik
dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Pembahasan :

Dalam ayat ini dibahas konsep relasi bilangan dengan menyebutkan kata
‘kurang dari’. Dalam ilmu berhitung, terdapat beberapa symbol yang
menyatakan relasi bilangan yaitu > (symbol lebih besar dari), < (symbol lebih
kecil dari), dan = (symbol sama dengan). Selain menyebutkan relasi bilangan,
ayat ini juga menyebutkan pecahan sepertiga, dua pertiga, dan seperdua yang
menggambarkan pembagian waktu malam.

Para pengajar dan orang tua dapat menambahkan istilah-istilah seperti


sholat malam, Al-Quran, zakat, sholat, dan bumi pada saat mengajarkan materi
31

tentang relasi bilangan agar murid selalu mengingat akan amalan-amalan ayng
diperintahkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala.

IV.3.Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Operasi Bilangan dalam


Juz 29 dan 30
a. Surat Al-Muzzammil ayat 3-4 :
)٤( ً‫علَ ۡي ِه َو َرتِ ِل ۡٱلقُ ۡر َءانَ ت َۡرتِيل‬
َ ‫) أَ ۡو ِز ۡد‬٣( ً‫ص مِ ۡنهُ قَلِيل‬
ۡ ُ‫نِصۡ فَهُ ۥۤ أ َ ِو ٱنق‬

Arti : “(yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit,


(3) atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Qur’an itu dengan
perlahan-lahan (4).”
Pembahasan :
Ayat-ayat pertama surat Al-Muzzzamil berisi tentang perintah Allah
kepada nabi Muhammad untuk bangun melaksanakan sholat malam dan
membaca Al-Quran. Surat Al-Muzzammil ayat ketiga dan keempat
mengandung konsep operasi pengurangan berdasarkan kata “kurangilah” pada
kalimat “seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Muhammad
Mas’ud menjelaskan bahwa besar bilangan yang harus mengurangi bilangan
seperdua dalam ayat ini tidak disebutkan secara tegas. Artinya ada kebebasan
untuk mengurangi bilangan seperdua dengan bilangan berapa saja.
Para pengajar dan orangtua harus mampu menemukan alas berpikir pada
setiap materi yang akan diajarkan. Alas berpikir ini sangat penting untuk
disampaikan secara jelas dan urut kepada para murid agar dapat dipahami
dengan baik. Ketika menyampaikan sebuah alas berpikir para pengajar
sebaiknya tidak hanya menjelaskan dari sudut pandang ilmu matematika saja
namun juga harus bisa mengaitkan dengan ayat alquran, sejarah, atau hal yang
sifatnya dapat membentuk karakter dan akhlak yang baik. Pengajar harus
mampu membuat materi tentang operasi bilangan maupun latihan soal yang
mengandung sentuhan keimanan yang dapat menambah keimanan para murid.

b. Surat Al-Muzzammil ayat 20:


32

ٍ۬ َ
‫عل َِم أَن‬ َ ‫ٱَّللُ يُقَد ُِر ٱلَّ ۡي َل َوٱلنَّ َہ‬
َ ۚ‫ار‬ َّ ‫طا ٓ ِٕٮفَة ِمنَ ٱلَّذِينَ َمعَكَ ۚ َو‬‫إِ َّن َربَّكَ يَعۡ لَ ُم أَنَّكَ تَقُو ُم أَ ۡدن َٰى مِ ن ثُلُث َ ِى ٱلَّ ۡي ِل َونِصۡ فَهُ ۥ َوثُلُثَهُ ۥ َو‬
‫ض ِربُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض ٰىۙ َو َءاخ َُرونَ ي‬ َ ‫عل َِم أَن‬
َ ‫سيَ ُكو ُن مِ ن ُكم َّم ۡر‬ َ ‫ان‬ ۚ ِ ‫علَ ۡي ُك ۡمۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ نَ ۡٱلقُ ۡر َء‬ َ ‫صوهُ فَت‬
َ ‫َاب‬ ُ ‫لَّن ت ُ ۡح‬
ْ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتُوا‬ َّ ‫ٱَّللۖ فَ ۡٱق َر ُءواْ َما تَيَس ََّر مِ ۡنهُۚ َوأَقِي ُمواْ ٱل‬ ِ َّ ‫سبِي ِل‬ َ ‫ٱَّللۙ َو َءاخ َُرونَ يُقَ ٰـتِلُونَ فِى‬ ۡ َ‫ض يَ ۡبتَغُونَ مِ ن ف‬
ِ َّ ‫ض ِل‬ ِ ‫ۡٱۡل َ ۡر‬
‫ظ َم أ َ ۡج ٍ۬ ًر ۚا َوٱسۡ ت َۡغف ُِرو ْا‬ ِ َّ َ‫س ٍ۬نً ۚا َو َما تُقَ ِد ُمواْ ِۡلَنفُ ِس ُكم ِم ۡن خ َۡي ٍ۬ ٍر ت َِجدُوهُ عِند‬
َ ‫ٱَّلل ه َُو خ َۡي ٍ۬ ًرا َوأ َ ۡع‬ َ َّ ْ‫ٱلزك َٰوة َ َوأ َ ۡق ِرضُوا‬
َ ‫ٱَّلل قَ ۡرضًا َح‬ َّ
ٍ۬ ُ‫غف‬
)٢٠( ‫ور َّرحِ ي ُۢ ُم‬ َ َّ ‫ٱَّلل ِإ َّن‬
َ ‫ٱَّلل‬ َۖ َّ

Arti : “Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu


(Muhammad) berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam, atau
seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari
orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam
dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat
menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan
kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an.
Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan
orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah;
dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah
apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur’an dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang
baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu
memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik
dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah;
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Pembahasan :

Ayat ini mengandung operasi bilangan berupa operasi pembagian karena


menyebutkan bilangan pecahan dua pertiga, sepertiga, dan seperdua. Dua ayat
dalam surat Al-Muzzamil yang mangandung konsep operasi bilangan yang
telah dibahas dalam penulisan ini sama-sama menerangkan tentang perintah
untuk melaksanakan sholat malam. Para pengajar dan orang tua harus dapat
menyampaikan kepada para murid tentang keutamaan sholat malam. Nasehat
ini dapat diberikan saat sedang memberikan materi tentang operasi bilangan
khususnya operasi bilangan pengurang dan pembagian.
33

Begitu juga dengan operasi bilangan yang lain seperti penjumlahan dan
perkalian. Meskupun operasi bilangan penjumlahan dan perkalian tidak
terdapat dalam juz 29 maupun juz 30, para guru harus bersemangat untuk
mencari pembahasan tersebut dalam juz lain dalam Al-Quran agar dapat
digunakan sebagai bahan pengajaran di kelas yang dapat mempertebal
keimanan para murid.

IV.4.Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Himpunan Bilangan dalam


Juz 29 dan 30
Materi Himpunan dalam ilmu berhitung merupakan materi yang mudah
dipahami jika mengetahui alas berpikirnya. Namun jika seorang murid belum
memahami alas berpikir sejak awal, maka ia akan mengalami kesulitan untuk
memahami materi himpunan pada level materi yang lebih tinggi. Ayat yang
mengandung konsep himpunan ditemukan pada juz 30 dan tidak ditemukan
pada juz 29.
a. Surat Al-Lail ayat 3
)٣( ‫َو َما َخلَقَ ٱلذَّك ََر َو ۡٱۡلُنث َ ٰ ٓى‬

Arti : “dan penciptaan laki-laki dan perempuan,”


Pembahasan :
Materi himpunan yang disebutkan dalam ayat ini menjelaskan tentang
himpunan jenis kelamin manusia yang diciptakan Allah, yaitu laki-laki dan
perempuan. Dari pembahasan ini, pengajar dan guru dapat menjelaskan tentang
penciptaan manusia pada saat membahas materi himpunan. Para pengajar harus
menanamkan pada hati para murid bahwa Allah hanya menciptakan dua jenis
yaitu laki-laki dan perempuan dan diciptakan saling berpasangan. Jika ada
manusia yang mengakui mempunyai jenis kelamin lain atau mempunyai
pasangan sesama jenis maka itu adalah suatu kesalahan yang melanggar
ketentuan Allah.
Salah satu manfaat yang diperoleh jika mempelajari konsep himpunan
berdasarkan Al-Quran adalah anak-anak mampu menentukan dan memilih
mana kelompok yang baik dan mana kelompok yang buruk.
Dalam membuat soal ujian maupun ilustrasi materi, para pengajar harus
34

menampilkan contoh-contoh soal himpunan yang yang dapat mempengaruhi


keimanan para murid.

b. Surat Al-Bayyinah ayat 6


)٦( ‫َار َج َهنَّ َم َخ ٰـ ِلدِينَ فِي َہاۚ ٓ أ ُ ْولَ ٰـٓٮِٕكَ ه ُۡم ش َُّر ۡٱل َب ِريَّ ِة‬
ِ ‫ب َو ۡٱل ُم ۡش ِركِينَ فِى ن‬
ِ ‫ِإ َّن ٱلَّذِينَ َكف َُرواْ مِ ۡن أ َ ۡه ِل ۡٱل ِكت َ ٰـ‬

Arti : “Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang


musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya.
Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.”
Pembahasan :
Ayat ini menjelaskan himpunan dua orang yang termasuk ke dalam
seburuk-buruk makhluk yaitu orang kafir (ahli kitab) dan orang musyrik.
Contoh himpunan yang yang dijelaskan dalam ayat ini dapat digunakan sebagai
ilustrasi yang dapat menjelaskan alas berpikir pada konsep himpunan. Pengajar
dan orang tua juga dapat menyisipkan materi tentang akhlak ketika membahas
tentang pelajaran himpunan.

c. Surat Al-Bayyyinah ayat 7


)٧( ‫ت أ ُ ْولَ ٰـٓٮِٕكَ ه ُۡم خ َۡي ُر ۡٱلبَ ِريَّ ِة‬ َ ‫إِ َّن ٱلَّذِينَ َءا َمنُواْ َو‬
َّ ‫عمِ لُواْ ٱل‬
ِ ‫ص ٰـ ِل َح ٰـ‬

Arti : “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal


saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.”
Pembahasan :
Ayat ini menjelaskan himpunan dua orang yang termasuk ke dalam sebaik-
baik makhluk yaitu orang yang beriman dan orang yang beramal saleh. Contoh
himpunan yang yang dijelaskan dalam ayat ini dapat digunakan sebagai ilustrasi
yang dapat menjelaskan alas berpikir pada konsep himpunan. Contoh himpunan
dalam ayat ini juga dapat digunakan sebagai bahan pelajaran yang penuh moral
dalam pelajaran ilmu berhitung. Para pengajar dan orang juga dapat
menyampaikan dialog iman tentang penciptaan surga bagi manusia yang taat
dan neraka bagi manusia yang durhaka kepada Allah.
35

d. Surat Quraisy ayat 2


ِ َ‫إِيلَ ٰـ ِف ِه ۡم ِرحۡ لَة‬
َّ ‫ٱلشتَآءِ َوٱل‬
)٢( ِ‫ص ۡيف‬

Arti : “(yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim
panas”
Pembahasan :
Ayat ini menjelaskan himpunan musim yaitu musim dingin dan musim
panas. Contoh himpunan berupa musim yang yang dijelaskan dalam ayat ini
dapat digunakan sebagai ilustrasi atau contoh pada saat mengajarkan pelajaran
berhitung bab himpunan. Para pengajar juga dapat menjelaskan sejarah
kebiasaan kaum quraisy yang berdagang pada musim dingin dan musim panas
kepada para murid agar bertambah pengetahuan sirohnya.

IV.5.Ayat Al-Quran yang mengandung konsep Pengukuran dalam Juz 29


dan 30
4.5.1 Pengukuran Waktu
a. Surat Al-Haaqqah ayat 7

)٧( ‫ع ٰى َكأَنَّ ُہ ۡم أَ ۡع َجا ُز ن َۡخ ٍل خَا ِويَ ٍ۬ ٍة‬ َ ‫سو ٍ۬ ًما فَت ََرى ۡٱلقَ ۡو َم فِي َہا‬
َ ‫ص ۡر‬ ُ ‫س ۡب َع لَيَا ٍ۬ ٍل َوث َ َم ٰـنِيَةَ أَي ٍَّام ُح‬
َ ‫علَ ۡي ِہ ۡم‬
َ ‫س َّخ َرهَا‬
َ

Arti : “yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh
malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ’Ad pada
waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka batang-batang pohon
kurma yang telah kosong (lapuk).”
Pembahasan :
Ayat ini menyebutkan konsep pengukuran waktu dengan satuan baku yaitu
satuan malam dan satuan hari. Allah menjelaskan tentang lamanya waktu
bencana angin keras yang Allah kirimkan bagi kaum ‘Aad yang durhaka. Selain
menyebutkan konsep pengukuran waktu, ayat ini juga menyebutkan lambang
bilangan angka tujuh seperti yang sudah dijelaskan di bab bilangan.
Para pengajar dan orang tua dapat menyampaikan dialog iman yang
berkaitan dengan ayat ini misalnya dengan bertanya pada murid bagaimana
36

pendapat mereka tentang bencana besar yang dengan mudah dikirimkan Allah
dalam waktu yang singkat. Sampaikan bahwa waktu merupakan hal yang diatur
dan dikuasai oleh Allah. Para pengajar dapat menjelaskan tentang pentingnya
menghargai waktu, pentingnya melakukan perbuatan yang baik dimana saja
dan kapan saja, dan materi tentang waktu lainnya yang dapat menambah
keimanan para murid.

b. Surat Al-Ma’arij ayat 4


)٤( ‫سنَ ٍ۬ ٍة‬ َ ‫ارهُ ۥ خَمۡ سِينَ أ َ ۡل‬
َ ‫ف‬ ُ َ‫ٱلرو ُح إِلَ ۡي ِه فِى يَ ۡو ٍ۬ ٍم َكانَ مِ ۡقد‬ َ ‫ت َعۡ ُر ُج ۡٱل َملَ ٰـٓ ِٕٮ‬
ُّ ‫ڪةُ َو‬
Arti : “Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada
Tuhan dalam sehari setara dengan lima puluh ribu tahun.”
Pembahasan :

Ayat ini menyebutkan konsep pengukuran waktu dengan satuan baku yaitu
satuan tahun. Pengukuran waktu berdasarkan pengukuran manusia berbeda
jauh dengan pengukuran di sisi Allah. Hal ini menunjukkan kekuasaan dan
kebesaran Allah sang Maha Pencipta. Dari ayat ini dapat disimpulkan bahwa
pengukuran lamanya waktu satu hari di sisi Allah sama dengan 50.000 tahun
waktu perhitungan manusia.
Para pengajar dapat menyampaikan tafsir ayat ini ketika membahas materi
tentang pengukuran waktu dalam kelas berhitung. Para pengajar juga dapat
memberikan dialog iman berupa pertanyaan dan pendapat kepada murid
tentang lamanya waktu yang akan kita jalani nanti di akhirat kelak, lamanya
waktu yang akan kita lalui ketika sedang menunggu pembacaan buku catatan
amal kita di hari kiamat, lamanya waktu siksaan di dalam neraka, lamanya
waktu kenikmatan di surga, dan dialog iman lain yang dapat mempertebal iman
para murid.
c. Surat Al-Qadar ayat 3
)٣( ‫لَ ۡيلَةُ ۡٱلقَ ۡد ِر خ َۡي ٍ۬ر ِم ۡن أ َ ۡلفِ شَہۡ ٍ۬ ٍر‬

Arti : “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan”


Pembahasan :
37

Jika dilihat dari konsep ilmu berhitung, ayat ini menyebutkan pengukuran
waktu dengan satuan malam dan satuan bulan. Ayat ini menjelaskan bahwa
satu malam Lailatul Qadr kemuliaannya lebih baik dari seribu bulan. Dari segi
matematika, ayat ini memberikan suatu persamaan yaitu satu malam sama
dengan seribu bulan. 1 malam = 1000 bulan. Ruas kiri menggunakan malam
sedangkan ruas kanan menggunakan bulan. Supaya satuan ruas kiri dan ruas
kanan sama-sama malam, maka satuan bulan harus diubah menjadi malam.
Anggaplah satu bulan sama dengan tiga puluh hari. Selanjutnya, seribu bulan
berarti 1000 x 30 malam = 30.000 malam. Bilangan 30.000 malam jika diubah
menjadi satuan tahun, maka ada dua kemungkinan. Pertama, jika diubah
menjadi tahun Qamariah (tahun Hijriah), maka 30.000 dibagi 354 hasilnya
sekitar 84,7 tahun. Kedua, jika diubah menjadi tahun Syamsiah (tahun Masehi),
maka 30.000 diabgi 365 hari hasilnya sekitar 82,1 tahun. (Muhammad Mas’ud
2008).
Artinya, satu malam Lailatul Qadr setara dengan 80 tahun lebih. Sebuah
perbandingan yang sangat jauh perbedaanya. Untuk itu umat muslim harus
mengetahui tentang keutamaan ini dan berlomba-lomba untuk meraih pahala
dengan melaksanakan ibadah sebaik mungkin.
Pengajar dan orang tua dapat menggunakan istilah-istilah dalam ayat ini
pada saat memberikan materi operasi perkalian bilangan, pembagian bilangan,
maupun materi lainnnya. Para pengajar juga dapat menambahkan materi tentang
keutamaan malam Lailatul Qadr dan amalan-amalan apa saja yang sebaiknya
dilakukan di malam tersebut. Dengan demikian, para murid tidak hanya
memahami ilmu hitung tapi juga bertambah imannya.
Istilah malam Lailatul Qadr dan Bulan Ramadhan dapat digunakan sebagai
bahan dalam pembuatan soal ujian, atau ilustrasi alas berpikir di dalam
mengajarkan materi pengukuran waktu.

4.5.2 Pengukuran Berat

a. Surat Al-Zalzalah ayat 7-8

)٨( ‫) َو َمن يَعۡ َم ۡل مِ ۡثقَا َل ذَ َّر ٍ۬ةٍ ش ٍَ۬را يَ َرهُ ۥ‬٧( ‫فَ َمن يَعۡ َم ۡل مِ ۡثقَا َل ذَ َّرةٍ خ َۡي ٍ۬ ًرا يَ َرهُ ۥ‬
38

Arti : “Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun,


niscaya dia akan melihat (balasan) nya. (7) Dan barangsiapa yang
mengerjakan kejahatan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat
(balasan)nya pula. (8)”

Pembahasan :

Ayat ini menyebutkan pengukuran berat dengan satuan dzarrah. Allah


menggunakan satuan dzarrah untuk menggambarkan benda yang sangat ringan.
Dzarrah adalah satuan berat yang tidak baku.
Ayat ini menunjukkan bahwa Allah benar-benar memperhitungkan segala
sesuatu yang diperbuat hambanya. Sekecil apapun kebaikan yang dilakukan
manusia di dunia, Allah akan memberikan balasan bagi perbuatan baik itu di akhirat
kelak. Demikian juga halnya dengan keburukan kecil yang dilakukan di dunia akan
diberikan balasan setimpal oleh Allah subhanahu wa taala.
Para pengajar dan orang tua dapat menceritakan tentang ayat ini ketika
membahas pengukuran berat. Para pengajar dan orang tua juga sebaiknya
memperkenalkan satuan berat yang disebut dalam Al-Quran ini, sehingga para
murid tidak hanya mengenal satuan berat seperti kilogram, gram, ons, atau ton saja
melainkan juga mengetahui satuan dzarrah yang dapat mengingatkan mereka untuk
selalu berbuat baik sekecil apapun itu. Ayat ini juga dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan soal latihan maupun soal ujian yang mengandung nilai akhlak dan
moral.
4.5.3 Pengukuran Jarak atau Panjang

a. Surat Al-Haaqqah ayat 32

ً ٍ۬ ‫س ۡبعُونَ ذ َِرا‬
)٣٢( ُ‫عا فَٱسۡ لُ ُكوه‬ ُ ‫ث ُ َّم فِى س ِۡل ِسلَ ٍ۬ ٍة ذَ ۡر‬
َ ‫ع َها‬

Arti : “Kemudian belitlah dia dengan rantai yang panjangnya tujuh puluh
hasta”

Pembahasan :
39

Ayat ini menyebutkan pengukuran panjang dengan satuan hasta. Hasta


adalah satuan panjang yang tidak baku. Satuan hasta dalam surat ini
menjelaskan panjangnya rantai yang ada di dalam neraka. Para pengajar dan
orang tua dapat membahas tafsir surat ini ketika sedang menjelaskan materi
pengukuran panjang di dalam kelas berhitung.
Para pengajar dan orang tua juga sebaiknya memperkenalkan satuan
panjang hasta yang disebut dalam Al-Quran ini, sehingga para murid tidak
hanya mengenal satuan panjang seperti kilometer, meter, ataupun millimeter
saja tetapi juga mengetahui satuan hasta yang dapat mengingatkan mereka
dengan panajng rantai di dalam neraka sehingga mereka akan bertambah
imannya dan bertambah rasa takutnya kepada Allah. Ayat ini juga dapat
digunakan sebagai bahan pembuatan soal latihan maupun soal ujian yang
mengandung nilai akhlak dan moral.
41
Tabel Rangkuman Bilangan dalam Juz 29 dan Juz 30

No. Juz Nomor surat, nama surat, ayat Lambang Nilai tempat Menjelaskan tentang
bilangan

Juz 29

1. 29 67. Al-Mulk : 3 7 Satuan Tujuh lapisan langit

2. 29 69. Al-Haqqah : 7 7 Satuan Tujuh malam terjadinya angin kencang bagi


kaum ‘Aad

29 69. Al-Haqqah : 7 8 Satuan Delapan hari

29 69. Al-Haqqah : 13 1 Satuan Satu tiupan sangkakala

29 69. Al-Haqqah : 14 1 Satuan Satu benturan antara bumi dan gunung

29 69. Al-Haqqah : 17 8 Satuan Delapan malaikat penjunjung Arsy Allah

29 69. Al-Haqqah : 32 70 Puluhan Tujuh puluh hasta panjang rantai di neraka

3. 29 70. Al-Maarij : 4 50.000 Puluhan ribu Lima puluh ribu tahun setara lamanya waktu
malaikat Jibril naik kelangit

4. 29 71. Nuh : 15 7 Satuan Tujuh tingkatan Langit

41
42

5. 29 73. Al-Muzzammil : 20 1/3 Pecahan Sepertiga waktu malam

29 73. Al-Muzzammil : 20 ½ Pecahan Setengah waktu malam

29 73. Al-Muzzammil : 20 2/3 Pecahan Dua pertiga waktu malam

6. 29 74. Al-Muddatsir : 30 19 Puluhan (10+9) Sembilan belas malaikat penjaga neraka Saqar

7. 29 77. Al-Mursalat : 30 3 Satuan Tiga cabang pada naungan (gejolak) api neraka

Kesimpulan : Dalam Al-Quran Juz 29 yang terdiri dari sebelas (11) surat, terdapat tujuh (7) surat yang mengandung penyebutan
bilangan yaitu enam (6) surat mengandung penyebutan bilangan kardinal dan satu (1) surat mengandung penyebutan bilangan
pecahan

No. Juz Nomor surat, nama surat, Lambang bilangan Nilai tempat Menjelaskan tentang
ayat

Juz 30

1. 30 78. An-Naba’ : 12 7 Satuan Tujuh Langit yang kokoh

2. 30 79. An-Naazi’at : 13 1 Satuan Satu kali tiupan ketika manusia


dikembalikan (dibangkitkan)

3. 30 89. Al-Fajr : 2 10 Puluhan Sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan


43

4. 30 98. Al-Qadr : 3 1000 Ribuan Malam Lailatul Qadar lebih baik dari Seribu
bulan

5.. 30 114. Al-Ikhlas : 1 1 Satuan Allah Yang Maha Esa (tunggal)

Kesimpulan : Dalam Al-Quran Juz 30 yang terdiri dari 37 surat, terdapat lima (5) surat yang mengandung penyebutan bilangan
kardinal dan tidak terdapat surat yang meyebutkan bilangan pecahan

Tabel Rangkuman Konsep Dasar Berhitung dalam Juz 29 dan Juz 30

No. Konsep Ilmu Hitung Juz Nomor surat, nama surat, Menjelaskan tentang
ayat

1. Relasi Bilangan 29 73. Al-Muzzammil : 20 Relasi yang bermakna “kurang dari” / lebih
kecil dari

2. Operasi Bilangan 29 73. Al-Muzzammil : 20 Operasi Pengurangan

3. Operasi Bilangan 29 73. Al-Muzzammil : 20 Operasi Pembagian

4. Himpunan 30 92. Al-Lail : 3 Kumpulan jenis kelamin manusia

5. Himpunan 30 98. Al-Bayyinah : 6 Kumpulan seburuk-buruknya makhluk


44

6. Himpunan 30 98. Al-Bayyinah : 7 Kumpulan sebaik-baik makhluk

7. Himpunan 30 106. Quraisy : 2 Kumpulan musim

8. Pengukuran Waktu 29 69. Al-Haqqah 7 Tujuh malam dan delapan hari

9. Pengukuran Waktu 29 70. Al-Ma’arij : 4 Sehari setara dengan lima puluh ribu tahun

10. Pengukuran Waktu 30 97. Al-Qadr : 3 Malam kemuliaan itu lebih baik daripada
seribu bulan

11. Pengukuran Berat 30 99. Al-Zalzalah : 7-8 Kebaikan dan keburukan seberat zarrah

12. Pengukuran Jarak / Panjang 29 69. Al-Haqqah : 32 Rantai yang panjangnya tujuh puluh hasta
BAB V
PENUTUP
V.1. Kesimpulan
1. Bilangan kardinal yang disebut dalam juz 29 adalah bilangan 1, 3, 7, 8, 19,
70, dan 50000 yang terdapat dalam enam surat yaitu Surat Al-Mulk, Surat
Al-Haaqqah, Surat Al-Ma’arij, Surat Nuh, Surat Al-Muddatsir, dan Surat
Al-Musrsalat.
2. Bilangan kardinal yang disebut dalam juz 30 adalah bilangan 1, 7, 10, dan
1000 yang terdapat dalam lima surat yaitu Surat An-Naba, Surat An-
Naaziat, Surat Al-Fajr, Surat Al-Qadr, dan Surat Al-Ikhlas.
3. Bilangan pecahan yang terdapat dalam juz 29 adalah bilangan sepertiga
(1/3), seperdua (½), dan dua pertiga (2/3) yang terdapat dalam satu surat
yaitu surat Al-Muzzammil.
4. Tidak ada bilangan pecahan yang disebutkan dalam juz 30
5. Terdapat konsep dasar berhitung yang menncakup relasi bilangan, operasi
bilangan, himpunan bilangan, dan pengukuran dalam Al-Quran juz 29 dan
juz 30
6. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep relasi bilangan hanya ditemukan
dalam Juz 29 yaitu pada surat Al-Muzzammil ayat 20, dan tidak ditemukan
pada juz 30
7. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep operasi bilangan hanya
ditemukan dalam Juz 29 yaitu pada surat Al-Muzzammil ayat 3, ayat 4, serta
ayat 20 dan tidak ditemukan pada juz 30
8. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep himpunan bilangan hanya
ditemukan dalam 30 yaitu pada surat Al-Lail ayat 3, Al-Bayyinah ayat 6 dan
ayat 7 Surat Al-Quraisy ayat 2, dan tidak ditemukan dalam juz 29
9. Ayat Al-Quran yang mengandung konsep pengukuran terdapat dalam juz
29 dan 30 pada Surat Al-Haaqqah ayat 7 dan ayat 32, Surat Al-Ma’arij ayat
4, Surat Al-Qadar ayat 3, serta Surat Al-Zalzalah ayat 7-8

45
46

V.2. Saran
1. Dalam mengajarkan pelajaran ilmu berhitung hendaknya para pengajar
menjelaskan manfaat dan urgensi ilmu berhitung dalam kehidupan sehari-hari,
dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, sosial, dan bagi kemajuan umat di
masa mendatang sehingga murid bersemangat mempelajarinya.
2. Para pengajar harus menanamkan dalam hati para murid bahwa ilmu berhitung
bukan ilmu yang sulit dipelajari melainkan ilmu yang sangat penting dan
bermanfaat yang juga dibahas dalam Al-Quran.
3. Dalam mengajarkan pelajaran ilmu berhitung di dalam kelas, hendaknya para
pengajar memberikan alas berpikir yang jelas dan mudah dipahami. Alas
berpikir ini sebaiknya tidak hanya dijelaskan dari sudut pandang ilmu
matematika saja namun juga dijelaskan dari sudut pandang tauhid, Al-Quran,
atau sejarah yang sifatnya dapat membentuk akhlakuk karimah para murid.
4. Para pengajar hendaknya membuat soal ujian ilmu berhitung yang dapat
menumbuhkan dan memperkuat keimanan para peserta didik, sehingga soal
ujian yang diberikan tidak sekedar soal tentang menambah, mengurang,
mengali atau membagi angka-angka saja tetapi soal ujian yang mampu
membuat mereka berpikir tentang kekuasaan Allah.
5. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat membahas materi bilangan dalam Al-
Quran dengan lebih dalam sekaligus memberikan contoh percakapan dialog
imannya.
6. Para pembaca maupun mahasiswa Akademi Guru Al-Fatih Angkatan
selanjutnya diharapkan melakukan penelitian tentang konsep dasar ilmu hitung
yang lebih tinggi materinya dan lebih luas cakupannya (materi berhitung kuttab
qonuni akhir dan madrasah)
DAFTAR PUSTAKA

Abdussakir. 2014. Matematika dalam Al-Quran. Malang: UIN Maliki Press.

Muftie, A. 2005. Matematika Alam Semesta: Kodetifikasi Bilangan Prima dalam


Al-Qur’an. Bandung: Kiblat Buku Utama.

Irawan, W.H, dkk,. 2005. Rahasia Bilangan dalam Al-Quran. Laporan Penelitian
Lembaga Penelitian UIN Malang.

Kementerian Agama Republik Indonesia. 2013. Al-Quran dan Terjemahnya.


Jakarta:Al-Fatih Berkah Cipta.

Mas’ud, Muhammad. 2008. Subhanallah Quantum Bilangan-Bilangan Al-Quran.


Jogjakarta: Diva Press.

Pendra, Tri. 2012. Klasifikasi Ayat-Ayat Al-Quran yang Memuat Konsep


Matematika. Skripsi UIN Malang

Salafudin. 2015. Pembelajaran Matematika yang Bermuatan Nilai Islam” Jurnal


Penelitian, Vol. 12, No. 2, Halaman 223-243. November 2015.

Tafsir Al-‘Usyr Al-Akhir juz 28, 29, 30. Tidak diperjual-belikan. 1429 H

Yasri. Strategi Pembelajaran Matematika yang Bernuansa Islami. Widyaiswara


Madya pada Pusdiklat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Badan
Litbang dan Diklat Kementerian Agama

Zahra-an-Najdi, Abu Dr. 1990. Min Al-I’jaz Al-Balaghi wa Al-‘Adadi li Al-Quran


Al-Karim. Al-Wakalah Al-‘Alamiyah li At-Tawzi. Diterjemahkan oleh
Effendi, A. 2006 Al-Quran dan Rahasia Angka-Angka. Bandung: Pustaka
Hidayah.

http://www.jadipintar.com/2013/05/al-quran-online-bisa-copy-paste.html

47
48

https://muslim.or.id/24895-berapa-kali-sangkakala-ditiup-pada-hari-kiamat.html

https://tafsirweb.com

https://tafsirweb.com/11993-surat-an-naziat-ayat-13.html
https://tafsirweb.com/12638-surat-al-fajr-ayat-2.html

https://id.wiktionary.org/wiki/Lampiran:Nama_angka_dalam_bahasa_Indonesia

Materi ceramah dikelas yang disampaikan oleh Walid Ilham Sembodo


RIWAYAT HIDUP

Nama : Irma Nuryanti


Tempat / Tanggal Lahir : Surakarta, 2 Februari 1992
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan H.M Tohir, RT 02, RW 02, Gang Kapuk, Pondok
Cina, Beji, Depok, Jawa Barat
No. Telp/HP : 085212439556
Email : irmafkmsolo@gmail.com

PENDIDIKAN FORMAL
1. 2010-2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat UI
2. 2007-2010 Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Surakarta
3. 2004-2007 Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Surakarta
4. 1998-2004 Sekolah Dasar Negeri Tegal Mulya No.157 Surakarta
5. 1997-1998 Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Nusukan 1 Surakarta

PENGALAMAN BEKERJA
1. 2018 Guru Iman Kuttab Sahabat Quran, Pondok Cina Beji,
Depok
2. 2014 Peneliti bidang kesehatan ibu dan anak divisi KIA,
RSCM

49

Anda mungkin juga menyukai