Anda di halaman 1dari 16

SUNAN GRESIK

(MAULANA MALIK IBRAHIM)

Di Susun Oleh :
Adisty Syahla Putri 9F/01.
Amellya Putri Maharani 9F/02.
Caesarya Abealovendra Daviananda 9F/04.

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

SMP N 2 SEMARANG

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayahny, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul "Sunan
Gresik (Maulana Malik Ibrahim)". Penulis mengharapkan kritik dan saran dari
guru, siswa dan pembaca agar dapat merevisi makalah ini. Penulis menyadari
bahwa penulis telah bekerja keras untuk menyusun makalah ini, namun tidak
ada akan lebih baik mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah


membantu dan menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca di kemudian hari.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................................................3
BAB I......................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................4
A.LATAR BELAKANG..............................................................................................................................4
B.RUMUSAN MASALAH........................................................................................................................5
C. TUJUAN.............................................................................................................................................5
BAB II.....................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
A. Biografi Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)..............................................................................6
B. Metode Dakwah Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)...............................................................8
C. Peninggalan Sunan Gresik..............................................................................................................12
BAB III..................................................................................................................................................14
PENUTUP.............................................................................................................................................14
D.KESIMPULAN...................................................................................................................................14
E.SARAN..............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Berbicara mengenai proses Islamisasi di Indonesia dapat dikatakan sama


dengan berbicara mengenai peranan para wali dalam penyebaran Islam,
khususnya dalam hal ini adalah peranan Wali Songo. Karena melalui Wali
Songo itulah, syiar Islam dapat berkembang di Indonesia khususnya di awali di
Pulau Jawa. Walaupun sesungguhnya para wali tidak hanya Wali Songo namun
kesembilan wali inilah yang memiliki peranan penting terkait dengan
keberhasilan strategi dakwah Islam yang berbasis pendekatan kultural. Di
kalangan masyarakat, para wali yang terkenal adalah Wali Songo yang
berjumlah sembilan orang, yakni mereka yang bergelar Sunan Gresik (Maulana
Malik Ibrahim), Sunan Ampel (Raden Rahmat), Sunan Bonang (Maulana
Makdum Ibrahim), Sunan Drajat (Raden Qasim), Sunan Giri (Raden Paku),
Sunan Kalijaga (Raden Syahid), Sunan Kudus (Ja’far Shadiq), Sunan Muria
(Raden Umar Said), dan Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah).
Dalam makalah ini, penulis tidak akan menguraikan satu per satu dari
Wali Songo, akan tetapi hanya Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) yang
akan dibahas mengingat bahwa Sunan Gresik merupakan wali tertua dari Wali
Songo dan mempelopori strategi dakwah yang selanjutnya diteruskan oleh para
wali sesudahnya.

4
B.RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana biografi Maulana Malik Ibrahim?
2. Bagaimana Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama Islam?
3. Apa saja peninggalan Maulana Malik Ibrahim?

C. TUJUAN
1. Untuk memahami biografi Maulana Malik Ibrahim.
2. Untuk mengetahui bagaimana Maulana Malik Ibrahim menyebarkan agama
Islam.
3. Untuk mengetahui apa saja peninggalan Maulana Malik Ibrahim.

5
BAB II

PEMBAHASAN

SUNAN GRESIK (MAULANA


MALIK IBRAHIM)

A. Biografi Sunan Gresik


(Maulana Malik Ibrahim).
Sunan Gresik atau Maulana
Malik Ibrahim (w. 1419 M/882 H)
adalah nama salah seorang
Walisongo, yang dianggap yang
pertama kali menyebarkan
agama Islam di tanah Jawa. Ia
dimakamkan di desa
Gapurosukolilo, Gresik.[1]
Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim atau Makdum Ibrahim As-
Samarkandy diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal
abad 14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi,
mengikuti pengucapan lidah Jawa terhadap As-Samarkandy, berubah menjadi
Asmarakandi.
Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh Magribi.
Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara dengan
Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari Sunan
Giri (Raden Paku). Ibrahim dan Ishak adalah anak dari seorang ulama Persia,
bernama Maulana Jumadil Kubro, yang menetap di Samarkand. Maulana
Jumadil Kubro diyakini sebagai keturunan ke-10 dari Syayidina Husein, cucu
Nabi Muhammad saw.  
Maulana Malik Ibrahim pernah bermukim di Campa, sekarang Kamboja,
selama tiga belas tahun sejak tahun 1379. Ia malah menikahi putri raja, yang
memberinya dua putra. Mereka adalah Raden Rahmat (dikenal dengan Sunan
Ampel) dan Sayid Ali Murtadha alias Raden Santri. Merasa cukup menjalankan
misi dakwah di negeri itu, tahun 1392 M Maulana Malik Ibrahim hijrah ke
Pulau Jawa meninggalkan keluarganya.

6
Beberapa versi menyatakan bahwa kedatangannya disertai beberapa
orang. Daerah yang ditujunya pertama kali yakni desa Sembalo, daerah yang
masih berada dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Desa Sembalo sekarang,
adalah daerah Leran kecamatan Manyar, 9 kilometer utara kota Gresik. 

Aktivitas pertama yang dilakukannya ketika itu adalah berdagang dengan


cara membuka warung. Warung itu menyediakan kebutuhan pokok dengan
harga murah. Selain itu secara khusus Malik Ibrahim juga menyediakan diri
untuk mengobati masyarakat secara gratis. Sebagai tabib, kabarnya, ia pernah
diundang untuk mengobati istri raja yang berasal dari Campa. Besar
kemungkinan permaisuri tersebut masih kerabat istrinya.

Kakek Bantal juga mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam. Ia


merangkul masyarakat bawah -kasta yang disisihkan dalam Hindu. Maka
sempurnalah misi pertamanya, yaitu mencari tempat di hati masyarakat sekitar
yang ketika itu tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Selesai
membangun dan menata pondokan tempat belajar agama di Leran, tahun 1419
M Maulana Malik Ibrahim wafat. Makamnya kini terdapat di kampung Gapura,
Gresik, Jawa Timur.

Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) merupakan wali yang tertua dari
Wali Sanga. Dari beliau, lahir anak-cucu yang diantaranya termasuk dalam Wali
Sanga. Adapun Wali Sanga ini tidak hidup bersamaan, akan tetapi di antara
mereka terjalin hubungan erat, yaitu ada yang memiliki hubungan darah (ayah-
anak-cucu), guru-murid, atau persahabatan. Urutan keterkaitan di antara Wali
Sanga tersebut adalah Sunan Gresik sebagai yang tertua. Sunan Ampel adalah
putra dari Sunan Gresik. Sunan Giri adalah keponakan Sunan Gresik. Sunan
Bonang dan Sunan Drajat adalah anak Sunan Ampel. Sunan Kalijaga
merupakan sahabat sekaligus murid Sunan Bonang. Sunan Muria merupakan
putra dari Sunan Kalijaga. Sunan Kudus merupakan murid Sunan Kalijaga.
Sunan Gunung Jati adalah sahabat para sunan yang telah disebut, kecuali
Maulana Malik Ibrahim karena lebih dulu meninggal. Sunan Gresik sebagai
wali tertua tentu memiliki pengaruh terhadap para wali setelahnya, terutama
yang berkaitan dengan metode dakwah.

7
B. Metode Dakwah Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim).
M Syaikh Maulana Malik Ibrahim, yang makamnya terletak dikampung
Gapura di dalam kota Gresik, Jawa Timur, tidak jauh dari pelabuhan. Inkripsi
makamnya yang menunjuk angka 882 H/1419 M, yaitu wafatnya
menempatkannya sebagai salah seorang tokoh yang dianggap penyebar Islam
tertua di Jawa.
Maulana Malik Ibrahim, dikenal pula dengan sebutan Syekh Maghribi
atau juga Sunan Gresik. Meskipun beliau bukan asli orang Jawa, namun beliau
berjasa kepada masyarakat. Karena beliaulah yang mula pertama menyebarkan
Islam di tanah Jawa. Sehingga berkat usaha dan jasanya, penduduk pulau Jawa
yang kebanyakan masih beragama Hindu dan Buddha di kala itu akhirnya mulai
banyak yang memeluk Islam.
Berikut beberapa metode, sarana, dan usaha-usaha yang dilakukan Sunan
Gresik dalam berdakwah:
1. Mempelajari Adat Istiadat Setempat.
Pertama-tama yang dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui
pergaulan. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa diperlihatkannya di dalam
pergaulan sehari-hari. Ia tidak menentang secara tajam agama dan kepercayaan
hidup dari penduduk asli, melainkan hanya memperlihatkan keindahan dan
kabaikan yang dibawa oleh agama Islam. Berkat keramah-tamahannya, banyak
masyarakat yang tertarik masuk ke dalam agama Islam.
Awalnya, siapa saja yang datang ke tempat baru,  akan merasakan
kesulitan untuk menyampaikan sesuatu yang diinginkan. Hal ini terjadi lantaran
adanya kekhawatiran akan salah tingkah ataupun sesuatu yang dilakukan tidak
sesuai dengan adat istiadat masyarakat di wilayah yang baru ditempati.
Demikian pula halnya yang terjadi pada Sunan Gresik. Karena beliau bukan
merupakan orang Jawa, tentu harus mengadakan adaptasi terlebih dahulu
dengan masyarakat setempat sebelum mengawali dakwahnya. Sebab beliau
paham betul bahwa setiap negara memiliki aturan tersendiri dengan negara lain.
Bahkan, setiap desa di suatu negara memiliki adat istiadat yang berbeda dengan
desa yang lain. Untuk itu, Sunan Gresik mempelajari bahasa Jawa, mengenali
adat istiadat tempat beliau tinggal, serta mempelajari kehidupan masyarakat,
baik dari segi mata pencahariannya, pandangan hidupnya, dsb. dengan harapan
bahwa hal tersebut akan membuatnya lebih berhati-hati dan tidak terjerumus
dalam kesalahan yang dapat membuat masyarakat membencinya.

8
2. Membuka Warung/Berdagang.
Setelah berhasil memikat hati masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya
yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim ialah berdagang. Ia berdagang di
tempat pelabuhan terbuka, yang sekarang dinamakan desa Roomo, Manyar. Di
wilayah yang baru ditempati, mula-mula Sunan Gresik membuka warung untuk
berjualan makanan dan barang yang menjadi kebutuhan masyarakat sehari-hari.
Berjualan menjadi salah satu sarana yang digunakan oleh Sunan Gresik
dalam misi dakwahnya. Sebagai pendatang, tentu tidak mudah bagi beliau untuk
langsung menjalankan misi dakwah. Oleh karena itu, diperlukan keakraban
terlebih dahulu dengan masyarakat setempat. Bagi Sunan Gresik, berjualan
merupakan cara yang cukup efektif dalam upaya mengakrabkan diri dengan
masyarakat setempat. Dari berjualan, Sunan Gresik dapat membangun relasi
yang baik dengan masyarakat serta dapat mempelajari segala hal pada
masyarakat yang menjadi konsumennya, yakni mulai dari nama orang-orang,
keluarganya, kondisi kehidupannya termasuk situasi sosial-ekonominya,
wataknya, bahkan kalau perlu hal-hal yang bersifat pribadi juga beliau coba
ketahui. Perlu dipahami bahwa motif dalam pendirian warung tersebut bukanlah
untuk mencari keuntungan tetapi sebagai sarana dalam menyiarkan agama Islam
sehingga apapun yang beliau perdagangkan, dijual dengan harga yang murah.
Hal inilah yang menimbulkan ketertarikan masyarakat setempat.
3. Membuka Lahan Pertanian.
Sunan Gresik adalah orang yang ahli dalam pertanian. Beliau mampu
memanfaatkan tanah di Jawa yang subur untuk menanam tanaman kebutuhan
sehari-hari, seperti padi, umbi-umbian, dsb. Bahkan beliau merupakan orang
pertama yang memiliki gagasan untuk mengalirkan air dari gunung untuk
menunjang irigasi lahan pertanian penduduk. Kehadiran Sunan Gresik di tanah
Jawa benar-benar menjadi berkah dalam kehidupan masyarakat Jawa. Hasil
pertanian menjadi semakin meningkat, sehingga banyak orang yang menaruh
perhatian dan ingin belajar kepada beliau.
4. Menjadi Tabib.
Selain handal dalam perdagangan dan pertanian, Sunan Gresik juga
cukup piawai dalam menangani masalah kesehatan. Dengan racikan obat yang
dibuat beliau, hampir seluruh orang yang berobat mendapatkan kesembuhan.
Dalam menjalankan praktik pengobatan, beliau tidak memungut biaya. Oleh
karena keikhlasan pelayanan inilah yang semakin menempatkan posisi Sunan
Gresik menjadi orang yang disegani dan terkenal dalam masyarakat. Kharisma

9
beliau semakin kuat seiring dengan keberhasilan dalam mengobati berbagai
penyakit dan menjadikan Sunan Gresik sebagai sandaran hidup masyarakat.
5. Hidup dengan Sederhana.
Hidup dengan sederhana bukan berarti tidak memiliki apa-apa. Hidup
sederhana menandakan bahwa orang itu tidak tergantung terhadap materi.
Orang yang mampu melepaskan diri dari ketergantungan terhadap materi akan
mencapai kebahagiaan sejati. Sebab, selama manusia masih tergantung pada
materi, hidupnya tidak akan pernah puas. Selain itu, dengan hidup sederhana,
seseorang dapat membuka pergaulan seluas-luasnya. Sebaliknya, hidup yang
terbelenggu dalam kemewahan identik dengan kehidupan para elite sehingga
masyarakat kelas bawah enggan untuk bergaul dengan para elite.
Sunan Gresik sebagai ulama yang akan menjadi panutan seluruh elemen
masyarakat tentu bukan kebetulan memilih hidup sederhana. Beliau mengetahui
bahwa dengan hidup sederhana, dapat membangun relasi dengan siapa saja,
baik di tingkat elite maupun tingkat bawah. Masyarakat menjadi tidak segan
untuk bergaul dengan beliau, karena masyarakat memiliki pandangan bahwa
beliau adalah sederajat dengannya dalam ranah sosial.
6. Menghapus Perbedaan Kelas (Kasta).
Dalam kehidupan masyarakat di wilayah Sunan Gresik tinggal, terdapat
kepercayaan masyarakat terhadap perbedaan kelas sosial. Ada masyarakat yang
diposisikan kelas sosialnya sebagai masyarakat rendah, tengah, dan tinggi.
Masyarakat rendah memiliki nasib yang malang karena tidak dapat menikmati
hak-hak asasi manusia. Mereka dianggap tidak berguna oleh masyarakat pada
kelas yang lebih tinggi lantaran kelas sosialnya yang rendah. Umumnya,
masyarakat yang menempati kelas sosial rendah adalah para budak dan petani.
Sebagai orang Islam, tentu Sunan Gresik tidak setuju dengan situasi tersebut. Di
dalam agama Islam, tidak ada perbedaan kelas, yang membedakan seseorang
dengan orang lain adalah dalam hal ketakwaannya. Oleh karena itu, Sunan
Gresik yang jika dilihat dari kepercayaan masyarakat setempat, sebagai orang
yang memiliki kelas sosial tinggi karena beliau tergolong kaya dan menantu
raja, tetapi memposisikan diri sebagai orang yang sederajat dengan siapapun,
termasuk dengan masyarakat yang dianggap memiliki kelas sosial rendah.
Kemudian, beliau mengajarkan ajaran Islam kepada masyarakat bahwa dalam
Islam derajat setiap manusia adalah sama dan selanjutnya banyak orang yang
tertarik untuk masuk Islam. Dalam hal ini, Sunan Gresik telah membantu
masyarakat kelas tinggi keluar dari kezaliman karena merendahkan masyarakat
pada kelas sosial yang lebih rendah, dan mengangkat derajat masyarakat yang

10
dianggap pada kelas sosial rendah pada posisi yang sama dalam status
hubungan sosial.

11
7. Membangun Masjid dan Pesantren.
Setelah para pengikut Islam semakin banyak, Sunan Gresik mendirikan
sebuah masjid sebagai tempat ibadah, sarana berdakwah, dan mengajarkan
agama Islam kepada masyarakat. Pada waktu itu, masyarakat Jawa sudah
terbiasa menetap di tempat gurunya yang mengajarkan ilmu. Ada tempat-tempat
khusus yang disediakan oleh para guru untuk menampung murid yang ingin
belajar kepadanya.
Demikianlah, dalam rangka mempersiapkan kader untuk melanjutkan
perjuangan menegakkan ajaran-ajaran Islam, Maulana Malik Ibrahim membuka
pesantren-pesantren yang merupakan tempat mendidik pemuka agama Islam
pada masa selanjutnya. Hingga saat ini makamnya masih diziarahi orang-orang
yang menghargai usahanya menyebarkan agama Islam berabad-abad yang
silam. Setiap malam Jumat Legi, masyarakat setempat ramai berkunjung untuk
berziarah. Ritual ziarah tahunan atau haul juga diadakan setiap tanggal 12
Rabi'ul Awwal, sesuai tanggal wafat pada prasasti makamnya. Pada acara haul
biasa dilakukan khataman Al-Quran, mauludan (pembacaan riwayat Nabi
Muhammad), dan dihidangkan makanan khas bubur harisah.
8. Mengajarkan Islam dengan Mudah.
Dalam mengajarkan Islam kepada masyarakat awam, Sunan Gresik
memiliki prinsip mengajarkan ilmu dengan mudah dipahami oleh masyarakat.
Beliau tidak mengajarkan Islam secara rumit dan teoretis. Artinya, beliau
mengajarkan agama Islam dengan disertai contoh praktis yang mudah dipahami
dan dimengerti. Dalam mengajarkan Islam, beliau juga tidak menakut-nakuti
masyarakat dengan dosa dan ancaman, melainkan disampaikan dengan gembira
sebagaimana pesan Rasulullah Saw. Misalnya, sebagaimana yang dijelaskan
oleh Stamford Raffles dalam bukunya History of Java, yang dikutip Arman
Arroisi, ketika Sunan Gresik ditanya siapakah Allah itu? Beliau tidak menjawab
bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Besar, yang akan menyiksa orang-orang
yang membangkang dan memberikan pahala kepada orang-orang yang berbakti.
Melainkan, beliau menjawab secara sederhana, “Allah adalah Dzat yang
diperlukan ada-Nya.”  
Dengan beberapa metodologi tersebut, Sunan Gresik telah berandil besar
mengembangkan Islam di Pulau Jawa dengan cukup pesat. Hal tersebut terjadi
karena Islam disampaikan dengan santun dan penuh kebijaksanaan beliau,
sebagaimana yang memang dianjurkan oleh Allah Swt. Dan diteladankan oleh
Rasulullah Saw

12
Setelah cukup mapan di masyarakat, Maulana Malik Ibrahim kemudian
melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Raja Majapahit
meskipun tidak masuk Islam tetapi menerimanya dengan baik, bahkan
memberikannya sebidang tanah di pinggiran kota Gresik. Wilayah itulah yang
sekarang dikenal dengan nama desa Gapura. Cerita rakyat tersebut diduga
mengandung unsur-unsur kebenaran; mengingat menurut Groeneveldt pada saat
Maulana Malik Ibrahim hidup, di ibu kota Majapahit telah banyak orang asing
termasuk dari Asia Barat.

C. Peninggalan Sunan Gresik.


Setelah selesai membangun dan menata pondokan tempat belajar agama
di Leran, Syekh Maulana Malik Ibrahim wafat tahun 1419. Makamnya kini
terdapat di desa Gapura, Gresik, Jawa Timur.
Inskripsi dalam bahasa Arab yang tertulis pada makamnya adalah sebagai
berikut:
 “Ini adalah makam almarhum seorang yang dapat diharapkan mendapat
pengampunan Allah dan yang mengharapkan kepada rahmat Tuhannya Yang
Maha Luhur, guru para pangeran dan sebagai tongkat sekalian para sultan dan
wazir, siraman bagi kaum fakir dan miskin. Yang berbahagia dan syahid
penguasa dan urusan agama: Malik Ibrahim yang terkenal dengan kebaikannya.
Semoga Allah melimpahkan rahmat dan ridha-Nya dan semoga
menempatkannya di surga. Ia wafat pada hari Senin 12 Rabi'ul Awwal 822
Hijriah”
Saat ini, jalan yang menuju ke makam tersebut diberi nama Jalan Malik
Ibrahim. Dan Pada beberapa nisan kubur Sunan Gresik terdapat tulisan
kaligrafi, dituliskan petikan beberapa ayat al-Quran seperti Surat al-Baqarah
ayat 225, Surat Ali Imran ayat 17, 18, 19, 25, 26, 27, 185.[1]
Kemudian satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana Malik
Ibrahim adalah Masjid Tertua di tanah Jawa ternyata ada di Kabupaten Gresik,
Jawa Timur.  Masjid tersebut adalah Masjid Pesucinan, di Dusun Pesucinan,
Desa Leran, Kecamatan Manyar Gresik, yang  kini dikenal dengan Masjid
Tertua di pulau Jawa.
Dalam catatan sejarah perjalanan panjang Syeikh Maulana Malik Ibrahim
ke Pulau Jawa,  daerah yang pertama kali dituju dan disinggahi adalah Desa
Sembolo atau yang kini dikenal dengan Desa Leran, Kecamatan Manyar,
Gresik, pada tahun 1389 Masehi. Dahulu, desa ini  berada dalam kekuasaan

13
Kerajaan Majapahit, dan terletak persis di bibir laut Jawa, 9 kilometer dari pusat
kota Gresik sekarang.
Sayangnya, Tidak banyak catatan sejarah yang bercerita mengenai
keberadaan Masjid Pesucinan yang berlokasi di tengah-tengah areal
pertambakan tersebut.  Sebab letaknya yang sulit dijangkau oleh kendaraan
besar seperti  bus pariwisata, membuat masjid yang berumur sekitar 664 tahun
ini tampak asing dari hiruk pikuk kunjungan wisatawan, seperti masjid
bersejarah pada umumnya di negeri ini.
Masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim ini, dipercaya
penduduk setempat dan beberapa ahli sejarah merupakan masjid tertua di pulau
Jawa peninggalan Syeikh maulana Malik Ibrahim, salah seorang diantara tokoh
wali songo yang terkenal.
Secara kasat mata, masjid ini tidak terlihat mempunyai nilai sejarah
tinggi, sebab telah beberapa kali mengalami pemugaran. Bahkan, dari beberapa
catatan yang dihimpun Gresikgress.com, Masjid Pesucinan sudah di pugar
beberapa kali, dan pemugaran terakhir terjadi pada tahun 2005.

14
BAB III

PENUTUP

D.KESIMPULAN

1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim adalah nama salah seorang
Walisongo. Maulana Malik Ibrahim kadang juga disebut sebagai Syekh
Magribi. Sebagian rakyat malah menyebutnya Kakek Bantal. Ia bersaudara
dengan Maulana Ishak, ulama terkenal di Samudra Pasai, sekaligus ayah dari
Sunan Giri (Raden Paku).lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh awal
abad 14 tertulis dalam Babad Tanah Jawi.
2. Adapun Metode Dakwah Sunan Gresik adalah Pertama-tama yang
dilakukannya ialah mendekati masyarakat melalui pergauland dengan mengenal
adat istiadat masyarakat setempat. Budi bahasa yang ramah-tamah senantiasa
diperlihatkannya di dalam pergaulan sehari-hari. Setelah berhasil memikat hati
masyarakat sekitar, aktivitas selanjutnya yang dilakukan Maulana Malik
Ibrahim ialah berdagang dengan membuka warung. Dengan hidupnya yang
sederhana kemudian membuka lahan pertanian, dan ia menjadi tabib, sampai
Menghapus Perbedaan Kelas (Kasta). Terakhir ia juga membangun mesjid dan
Pesanren.
3. Satu-satunya masjid peninggalan Syekh Maulana Malik Ibrahim adalah
Masjid Tertua di tanah Jawa ternyata ada di Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Selain mesjid, ada benda arkeologi yang menjadi bukti adanya Sunan Gresik
yaitu batu Nisan pada Makamnya yang bertuliskan petikan beberapa ayat al-
Quran seperti Surat al-Baqarah ayat 225, Surat Ali Imran ayat 17, 18, 19, 25,
26, 27, 185.

E.SARAN
Demikian makalah tentang Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim),
semoga dapat memberikan informasi dan wawasan mengenai haji dan umrah.
Semoga dengan adanya makalah ini, penulis dapat terus melengkapi kekurangan
isi makalah supaya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi di waktu yang
akan datang. Diharapkan pada pembaca dapat memberikan kritik serta saran
guna perbaikan makalah yang lebih baik.

15
DAFTAR PUSTAKA

 https://ms.m.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik

 https://id.wikipedia.org/wiki/Sunan_Gresik

 http://galaerigbooks.blogspot.com/2014/10/biografi-singkat-walisongo-
sunan-gresik.html

16

Anda mungkin juga menyukai