Anda di halaman 1dari 14

95

PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN


LEBIH BESAR DARI SUAMI

Nurul Utami*
Universitas Indonesia
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengalaman komunikasi keluarga istri yang berpendapatan
lebih besar dari suami di kota Palembang. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dilakukan analisis
terhadap pokok-pokok pertanyaan penelitian, yaitu: makna ekspektasi peran dalam pernikahan, motif
bekerja, dan pengalaman komunikasi istri yang berpendapatan lebih besar dari suami dalam rangka
mempertahankan hubungan keluarga yang harmonis. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kualitatif dengan studi fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan makna yang diberikan
istri yang berpendapatan lebih besar dari suami dan lebih berperan dalam menyokong perekonomian
keluarga mengenai ekspektasi peran dalam pernikahan dengan melihat kebaikan yang ada pada diri
suami, yaitu: kasih sayang suami yang diwujudkan dengan penghargaan dan perhatian yang diberikan
pada istri yang telah bersedia lebih berperan dalam menyokong perekonomian keluarga; kesadaran
dan kesediaan suami untuk melaksanakan pekerjaaan domestik rumah tangga sebagai kompensasi
atas ‘pertukaran peran’ yang dijalani, dan; kesungguhan suami dalam menunaikan tanggung jawab
sebagai kepala keluarga yang tetap berusaha demi mencapai tingkat pendapatan yang lebih baik. Motif
bekerja para istri yang berpendapatan lebih besar dari suami adalah memanfaatkan ilmu, pengalaman
keterbatasan ekonomi keluarga di masa lalu, kemandirian finansial, demi taraf hidup keluarga yang lebih
baik, berperan menafkahi keluarga, dan kesepakatan dengan suami. Mereka memaknai arti keluarga
harmonis dan berusaha mempertahankannya dengan cara menjaga hubungan baik dalam relasi suami-
istri; kerja sama pengaturan keuangan rumah tangga antara suami-istri; menggunakan otoritas sebagai
ibu terhadap anaknya secara proporsional, dan; menghindari/meluruskan kesalahpahaman serta menjaga
hubungan baik dengan orang tua dari kedua belah pihak sebagai upaya untuk menjaga keharmonisan
keluarga.

Kata-kata kunci: Pengalaman Komunikasi, Keluarga, Makna, Ekspektasi Peran, Motif.

FAMILY COMMUNICATION EXPERIENCES WHICH WIFE’S INCOME IS GREATER


THAN HUSBAND
ABSTRACT
This study aims to analyze family communication experiences which wife’s income is greater than
husband in Palembang. To answer these problems, an analysis of the main points of research questions,
namely: the meaning expectations of roles in marriage, motives to work, and wives’ communication
experience earn more than their husbands in order to maintain a harmonious family relationship. The
approach used in this study is a qualitative phenomenological study. The results showed the meaning
given by wives who earn more than husbands and taking role in supporting the economy of the family
regarding expectations for roles in marriage to see the kindness in their husband, namely affection
husband realized with respect and attention given to the wife has been willing to be instrumental in
supporting the family economy; husband’s awareness and willingness to carry out domestic household
employment as compensation for ‘exchange of roles’ that followed, and; husband seriousness in
fulfilling the responsibility as head of the family who is still trying to achieve a better level of income.
Motif working wives earn more than husbands are utilizing the knowledge, experience family economic
limitations in the past, financial independence, the standard of living for the sake of a better family, act
to provide for the family, and deal with her husband. They interpret the meaning of a harmonious family
and trying to maintain it in a way to maintain good relations in the relationship of husband and wife;
cooperation household financial arrangements between the spouses; using authority as a mother to her
child in proportion, and; avoid / straighten out misunderstandings and maintain a good relationship
with the parents of both sides in an effort to maintain family harmony.

Keywords: Communications Experience, Family, Meaning, Role Expectation, Motives.


*Korespondensi: Nurul Utami, S.Sos., M.I.Kom. Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indone-
sia, Depok Jawa Barat. Email: cutnurulutami91@gmail.com
96 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

PENDAHULUAN yang dapat memudarkan ideologi, kultur serta


batas-batas kebangsaan suatu negara (dalam
Memiliki sosok seorang suami ideal Ihromi, 1990: 140).
merupakan harapan banyak perempuan. Para perempuan yang memutuskan untuk
Namun, ketika harapan berbeda dengan apa bekerja bahkan sejak masih hidup melajang
yang diperoleh dalam kenyataan, timbul ber- mengakui bahwa bekerja merupakan sarana
bagai reaksi dan cara yang dilakukan untuk untuk memanfaatkan ilmu yang telah diperoleh
dapat menerima keadaan dan terus menjalani hingga ke bangku pendidikan tinggi. Cita-cita
kehidupan rumah tangga yang sudah dibina untuk memiliki kemandirian finansial, serta
bersama. Bahkan, kesiapan sudah dimiliki oleh keterbatasan taraf hidup keluarga di masa lalu
seorang istri untuk menerima kondisi dan peran juga mendorong para perempuan ini untuk
yang berbeda dari harapan mengenai pasangan memiliki pendapatan secara mandiri. Pekerjaan
idaman. Kasih sayang dan kepercayaan ini tetap mereka geluti sampai mereka sudah
terhadap upaya nyata dari pasangan untuk menikah dan membangun keluarga sendiri.
menjadi lebih baik dinilai sebagai hal yang Fenomena yang kemudian muncul seiring
menumbuhkan penerimaan. dengan semakin banyaknya istri yang bekerja
Harapan mengenai sosok suami ideal adalah jumlah pendapatan yang lebih besar
tersebut yakni memiliki kemapanan ekonomi yang mereka peroleh dibandingkan pendapatan
sehingga menjamin kenyamanan hidup rumah suami. Walau sudah menerima konsekuensi atas
tangga. Suami yang memiliki pendapatan yang kondisi kesenjangan pendapatannya dengan
lebih besar, mampu menjadi imam keluarga suami, para istri ini tidak jarang terpengaruh
agar dapat mengayomi, juga menjadi kriteria oleh tanggapan lingkungan sekitar yang
ideal yang diharapkan oleh informan penelitian membuat dirinya merasa tidak nyaman dan
ini. Namun demikian, kenyataan yang berbeda mempertanyakan kondisi yang dihadapi sebagai
dengan kriteria yang diharapkan mengenai istri yang mempunyai suami dengan pendapatan
sosok suami, diterima sebagai jalan jodoh lebih rendah. Kondisi dan tanggapan teman-
yang sudah ditetapkan. Akhirnya, keputusan teman di lingkungan pekerjaan serta keluarga
untuk hidup bersama dalam pernikahan dan dinilai berpotensi memicu konflik batin maupun
menerima kondisi pasangan dengan pen- bibit konflik yang dapat mengusik keharmonisan
dapatan yang tidak lebih besar dari dirinya, hidup berkeluarga.
menjadi pilihan yang telah dijalani oleh para Di sisi lain, berdasarkan hasil penelitian,
informan penelitian ini. Sebagai perempuan, kaum laki-laki melihat kesuksesan istri sebagai
keterbukaan, kasih sayang, dan komitmen kegagalannya sendiri. Demikian penjelasan
pasangan untuk menjadi suami yang baik Kate Ratliff, PhD, dari Universitas California.
menjadi pertimbangan yang menurunkan Hal ini adalah contoh persoalan psikologis yang
ekspektasi mengenai jumlah pendapatan bisa muncul pada suami ketika pendapatan
suami. istri lebih besar dari suami, atau karir istri
Pada kenyataannya, kondisi sosial- lebih melejit daripada suami, atau posisi dan
ekonomi di negara Indonesia yang seringkali kedudukan istri di tempat kerja lebih tinggi
mengalami lonjakan yang signifikan, tak dari suami. Muncul semacam rasa minder atau
jarang menuntut individu-individu dalam rasa bersalah atau rasa gagal menempatkan
rumah tangga untuk bekerja dan memperoleh diri sebagai suami, sehingga berpeluang
pendapatan lebih demi kelangsungan hidup melahirkan konflik (Kompasiana, 2015).
keluarga. Persaingan kerja yang semakin Menurut sebuah survei dari World Value,
ketat menyebabkan terjadinya perubahan ketika istri memiliki pendapatan yang lebih
peran dalam keluarga. Peran istri yang bekerja besar dari suami, biasanya menimbulkan
di ranah publik terasa makin dibutuhkan. beberapa masalah seperti kurang bahagia, lebih
Pandangan tradisional mengenai keluarga sering terjadi perselisihan dalam pernikahan,
tidak lagi menjadi pakem yang berlaku saklek dan bahkan dalam beberapa kasus, pasangan
dalam masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan lebih memilih untuk bercerai. Adapun studi
munculnya fenomena istri bekerja sebagai yang dilakukan oleh tim dari American
dampak dari meningkatnya industrialisasi, Psychological Association menunjukkan,
PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN LEBIH BESAR 97

kesuksesan karir istri dapat menjadi sumber kunci dari sumber permasalahan yang
konflik dalam rumah tangga karena kesuksesan dihadapi. Secara berurutan, presentase kategori
tersebut bisa mengubah persepsi dan corak permasalahan tersebut mulai dari yang tertinggi
relasi suami-istri. Tanpa disadari oleh para adalah komunikasi (86.6%), anak (45.7%),
suami, mereka telah memandang buruk diri seks (43.7%), keuangan (37.0%), waktu luang
sendiri saat sang istri lebih unggul dalam karir, (32.6%), keluarga besar (28.4%), ketidaksetiaan
padahal mereka tidak sedang berkompetisi (25.6%), perawatan rumah (16.7%), kekerasan
dengan istri (Kompasiana, 2015). fisik (15.6%), dan permasalahan lain (8.0%)
Kultur yang menghasilkan pola pikir yang (Beck & Jones dalam Beebe, 1986). Data ini
diterima dari masa ke masa oleh masyarakat menunjukkan bahwa komunikasi merupakan
di Indonesia cenderung memandang institusi hal yang sangat penting dalam kehidupan
pernikahan secara konvensional. Terdapat berkeluarga yang di dalamnya berlangsung
perangkat peran spesifik yang telah diterima komunikasi yang bersifat transaksional.
begitu adanya (taken for granted) yang Pengalaman komunikasi keluarga
disandang secara khas oleh suami dan istri yang dilakukan melalui komunikasi transak-
dalam rumah tangga. Banyak kalangan masya- sional melibatkan pertukaran persepsi
rakat, khususnya orang tua yang hidup pada hingga ekspektasi antar anggota keluarga
masa beberapa dekade sebelum masa kini, yang kemudian terwujud dalam perilaku
yang memandang laki-laki sebagai suami yang ditampilkan individu. Komunikasi
berperan sebagai pencari nafkah utama dalam dalam perspektif transaksional menelaah
keluarga, sementara istri mengelola urusan bagaimana individu menafsirkan perilaku
domestik rumah tangga. Pandangan semacam mitra komunikasinya, secara verbal maupun
ini kemudian turut berkontribusi membentuk nonverbal (Mulyana dalam Heryadi & Silvana,
gambaran kehidupan rumah tangga yang 2013: 96). Ekspektasi mengenai peran dan
ideal pasangan suami-istri di zaman sekarang. hubungan dalam pernikahan ini membentuk
Hal ini karena pada umumnya, versi ideal perilaku dalam berinteraksi dan komunikasi
dari hubungan pernikahan orang tua adalah pasangan suami-istri, orang tua dan anak,
gambaran yang paling dekat untuk ditiru, maupun dengan pihak orang tua suami/istri.
berikut dengan peran-peran di dalamnya. Oleh karena itu, bagaimana ekspektasi peran
Disamping itu, apa yang diperoleh melalui ini dimaknai, dikomunikasikan, dan dikelola,
tradisi, agama, dan pandangan teman dekat menjadi suatu hal yang penting untuk
mengenai bagaimana individu berperilaku menciptakan kesesuaian antara ekspektasi
dalam keluarga juga dapat turut membentuk dan perilaku yang ditampilkan.
ekspektasi peran individu dalam kehidupan Kesesuaian antara ekspektasi peran indi-
rumah tangga (Beebe dan Beebe, 1986: 387). vidu dan perilaku yang ditampilkan individu
Salah satu tolok ukur terbaik untuk lainnya sebagai sesama anggota keluarga akan
memprediksikan kepuasan dalam pernikahan mendorong terbentuknya hubungan pernikahan
dan kehidupan berkeluarga adalah derajat yang berkualitas dan kehidupan berkeluarga
kesesuaian ekspektasi peran anggota keluarga yang harmonis (Beebe dan Beebe, 1986: 387).
satu sama lain (Beebe dan Beebe, 1986: 387). Analisis mengenai pengalaman komunikasi
Pada titik inilah komunikasi menjadi hal yang yang dibentuk dari makna ekspektasi peran,
krusial dalam pernikahan, terlebih saat kita baik antara istri terhadap suami dan anaknya,
berbicara mengenai makna ekspektasi peran dan sebaliknya, menjadi hal yang penting
di dalamnya. Dalam menjalani peran dan khususnya dalam keluarga dengan istri yang
mewujudkan ekspektasi peran di kehidupan memiliki jumlah pendapatan lebih besar dari
berkeluarga, komunikasi menjadi alat utama suami. Hal ini karena terdapat pergeseran peran
sekaligus sebagai hal terpenting dalam dalam kehidupan berkeluarga dengan istri yang
menentukan kualitas kehidupan berkeluarga. bekerja dan memiliki jumlah pendapatan lebih
Suatu tim peneliti menemukan bahwa besar sehingga cenderung berperan sebagai
86% keluarga yang mengalami kesulitan pengemban nafkah bagi keluarga.
dan tekanan dalam kehidupan berkeluarga Dalam pandangan subjektif seorang istri
menyatakan bahwa komunikasi merupakan yang memiliki jumlah pendapatan lebih besar
98 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

dari suami, meskipun pergeseran peran sentral yang memiliki jumlah pendapatan lebih besar
sebagai pencari nafkah bagi keluarga tidak dari suami. Makna tersebut khususnya terkait
lagi dipandang tabu oleh kalangan masyarakat peran suami dan hubungan pernikahan yang
modern, peran dan pengalaman khas sebagai dijalaninya. Pengalaman komunikasi keluarga
seorang istri yang berkontribusi lebih besar istri yang diana-lisis juga terkait dengan
dalam perekonomian keluarga memiliki makna komunikasi yang dilakukan dengan suami,
tersendiri bagi mereka. Bagaimana kemudian anak, dan orang tua dengan menitikberatkan
istri dengan jumlah pendapatan lebih besar pada perannya yang lebih besar dalam
dari suami ini secara subjektif menghayati menyokong perekonomian keluarga. Komu-
pengalaman komunikasi keluarga dengan nikasi keluarga tersebut dilakukan dalam
memaknai ekspektasi peran dalam hubungan rangka mempertahankan hubungan keluarga
pernikahan dan kehidupan berkeluarga; dan yang harmonis.
menjalani kondisi peran-peran yang meng- Tujuan dari dilaksanakannya penelitian
alami pergeseran hingga perubahan, di tengah ini adalah untuk menganalisis makna
respon sosial yang mereka hadapi dalam ekspektasi peran dalam pernikahan yang
kehidupan sehari-hari. dijalani istri yang memiliki jumlah pendapatan
Penelitian ini mengambil pendekatan lebih besar dari suami, menganalisis motif
kualitatif dengan menggunakan studi feno- bekerja istri yang memiliki jumlah pendapatan
menologi. Peneliti akan meneliti pengalaman lebih besar dari suami, dan menganalisis
komunikasi para istri yang memiliki jumlah pengalaman komunikasi keluarga istri yang
pendapatan yang lebih besar dari suami dan memiliki jumlah pendapatan lebih besar
berperan lebih besar dalam menyokong dari suami dalam rangka mempertahankan
perekonomian keluarga. Peneliti akan meng- hubungan keluarga yang harmonis.
analisis bagaimana mereka memaknai Hasil dari penelitian ini diharapkan
ekspektasi peran dalam pernikahan yang dapat memberikan manfaat antara lain berupa
dijalani dan motif bekerja para istri yang manfaat teoretis maupun praktis. Secara
berpendapatan lebih besar dari suami ini. akademis, penelitian ini diharapkan dapat
Teori interaksi simbolik digunakan untuk memperkaya model penelitian kualitatif dalam
menganalisis bagaimana interaksi para istri kajian ilmu komunikasi keluarga, khususnya
yang berpendapatan lebih besar dari suami dalam konteks komunikasi keluarga yang
dalam pengalaman komunikasi keluarga yang terkait dengan makna ekspektasi peran
berlangsung antara dirinya dengan suami, anak, individu dalam kehidupan berkeluarga dari
dan orang tua dari pihak suami maupun orang sudut pandang fenomenologi. Selain itu,
tuanya sendiri dalam rangka mempertahankan penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan
keharmonisan hidup berkeluarga. analisis dan model pengalaman komunikasi
Konsep motif dalam fenomenologi keluarga sebagai pengalaman individu dalam
Schutz digunakan untuk menganalisis motif menampilkan perilaku tertentu sebagai
bekerja para istri yang memiliki jumlah cerminan dari makna ekspektasi yang dimiliki
pendapatan lebih besar dari suami. Hal ini dalam kehidupan keluarga.
menjadi penting guna memahami apa yang Kegunaan praktis dari penelitian ini
sesungguhnya dirasakan dan dialami oleh adalah hasil yang berupa analisis dan model
subjek penelitian ini dalam menghayati pengalaman komunikasi individu dalam proses
pengalaman komunikasi keluarga sebagai istri komunikasi keluarga dimana istri memiliki
yang memiliki jumlah pendapatan lebih besar jumlah pendapatan lebih besar dari suami
dari suami dan berperan lebih besar dalam dan berperan lebih besar dalam menyokong
menyokong perekonomian keluarga. perekonomian keluarga. Analisis dan model
Maksud dari penelitian ini adalah untuk tersebut dapat menjadi pedoman bagi
menganalisis pengalaman komunikasi istri yang proses komunikasi keluarga yang senantiasa
memiliki jumlah pendapatan lebih besar dari berlangsung dalam kehidupan keluarga istri
suami. Pengalaman komunikasi ini dipahami memiliki jumlah pendapatan lebih besar
melalui analisis mengenai makna ekspektasi dari suami dan berperan lebih besar dalam
peran dalam pernikahan yang dijalani oleh istri menyokong perekonomian keluarga sebagai
PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN LEBIH BESAR 99

upaya untuk menjaga hubungan keluarga yang tradisi fenomenologi fokus pada pengalaman
harmonis. Bagi masyarakat umum, analisis sadar seseorang. Individu secara aktif meng-
dan model pengalaman komunikasi keluarga interpretasikan pengalaman mereka dan mema-
yang merupakan hasil dari penelitian ini dapat hami kehidupan melalui pengalaman pribadi
menjadi pedoman untuk lebih memahami (Littlejohn, 2005: 38).
dan menerima kondisi keluarga istri yang Peneliti menggunakan metode feno-
berpendapatan lebih besar dari suami dan menologi karena dengan metode ini peneliti
berperan lebih besar dalam menyokong dapat menganalisis komunikasi keluarga istri
perekonomian keluarga. yang memiliki jumlah pendapatan lebih besar
dari suami dan berperan lebih besar dalam
METODE PENELITIAN menyokong perekonomian keluarga melalui
makna yang diberikannya terhadap ekspektasi
Penelitian ini menggunakan para- peran dalam pernikahan yang dijalani dengan
digma konstruktivis sebagai akar pijakan dilandasi motif menjadi istri bekerja dalam
filosofinya yang secara ontologis disebut rangka mempertahankan kehidupan keluarga
sebagai relativisme, yaitu realitas yang di yang harmonis.
konstruksikan secara lokal dan spesifik
(Denzin dan Lincoln, 2009: 135). Paradigma HASIL DAN PEMBAHASAN
kostruktivis mengacu pada konstruktivisme,
yakni filsafat pengetahuan yang meyakini Makna ekspektasi peran dalam pernikah-
bahwa pengetahuan manusia merupakan hasil an istri yang berpendapatan lebih besar dari
konstruksi yang dibentuk oleh manusia itu suami diawali dengan ekspektasi yang dimiliki
sendiri. Menurut paradigma konstruktivis, mengenai sosok dan peran suami ideal.
realitas merupakan konstruksi sosial yang Ekspektasi tersebut meliputi: 1) sosok suami
diciptakan oleh individu. Individu adalah yang memiliki jumlah pendapatan yang lebih
manusia bebas yang melakukan hubungan besar dari istri; 2) seiman dan merupakan
satu sama lain. Individu menjadi penentu pribadi yang sholeh; 3) berperan sebagai
dalam dunia sosial yang dikonstruksi pemimpin keluarga, dan; 4) menjadi ayah yang
berdasarkan kehendaknya (Basrowi, 2002: dekat dengan anak-anaknya. Namun kenyataan
194). Dalam penelitian ini, paradigma yang dihadapi para informan penelitian ini
konstruktivis digunakan sebagai pijakan dasar berbeda dengan ekspektasi, yakni pendapatan
untuk menganalisis pengalaman komunikasi yang dimiliki suami tidak lebih besar dari istri
keluarga istri yang berpendapatan lebih sehingga suami tidak mampu berperan lebih
besar dari suami dan berperan lebih besar dalam menyokong perekonomian keluarga.
dalam menyokong perekonomian keluarga, Yang terjadi justru sebaliknya, para istri ini
melalui makna yang diberikannya mengenai memiliki pendapatan yang lebih besar dari
ekspektasi peran dalam pernikahan dan motif suami dan mereka berperan lebih dalam
menjadi istri bekerja. menyokong perekonomian keluarga.
Peneliti menggunakan metode penelitian Menghadapi kenyataan ini, para istri yang
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi berpendapatan lebih besar menghayati kembali
untuk menggambarkan bagaimana pengalaman motif penerimaan terhadap pasangan di masa
sadar individu-individu yang menjalani pra-nikah yang membuat mereka akhirnya
hubungan pernikahan dengan kondisi tersebut. memutuskan untuk hidup bersama dalam
Pengalaman ini terkait dengan makna ekspek- pernikahan meski dengan kondisi ekspektasi
tasi peran dalam pernikahan dan terkait mengenai peran suami yang ideal tidak
motif bekerja istri yang berpendapatan lebih terpenuhi. Motif tersebut adalah kesediaan
besar dari suami. Creswell mengungkapkan pasangan untuk memenuhi syarat selama
bahwa tradisi fenomenologi adalah “a study masa hubungan pra-nikah, karakter pasangan
describes the meaning of the lived experiences yang bersikap sopan dan menghormati orang
for several individuals about a concepts or tua, rasa cinta, sifat gigih yang dimiliki oleh
the phenomenon” (Cresswell, 1997: 51). pasangan, serta optimisme mengenai masa
Sementara itu, Littlejohn menyebutkan bahwa depan yang lebih baik bersama pasangan.
100 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

Motif-motif ini mengompensasi ekspektasi suami dan sikap dalam pernikahan yang telah
mengenai peran suami yang ideal sehingga dijalani. Pengalaman yang sama yang dialami
menumbuhkan penerimaan oleh para istri yang oleh teman dekat di tempat bekerja dijadikan
berpendapatan lebih besar dari suami. sebagai inspirasi dan referensi dalam menjalani
Dalam memaknai ekspektasi mengenai pernikahan dengan kondisi kesenjangan antara
sosok dan peran suami ideal yang berbeda ekspektasi dan kenyataan yang dihadapi.
dengan kenyataan yang dihadapi, para infor- Sementara itu, respon yang dinilai kurang
man meyakini bahwa sebagai wanita beriman, mendukung, justru dijadikan sebagai medium
mereka harus tetap berbakti pada suami untuk meneguhkan penerimaan berdasarkan
dan menghargainya selaku imam keluarga. nilai-nilai keimanan bahwa sebagai istri yang
Informan juga tetap menerima suami dan baik, sudah sepatutnya menghormati suami
berusaha lebih baik dalam menyokong per- meski suami tidak berperan lebih besar dalam
ekonomian keluarga bersama suami. Hingga menyokong perekonomian keluarga. Respon
saat ini bertahan dalam pernikahan yang yang dinilai sangat tidak mendukung disikapi
dijalani dengan kesenjangan antara ekspektasi oleh istri yang berpendapatan lebih besar dari
dan kenyataan yang dihadapi, penerimaan para suami secara tegas dengan menjaga martabat
istri yang berpendapatan lebih besar dari suami suami di hadapan pihak yang terindikasi
ini juga dibentuk oleh makna yang berikan merendahkan martabat suami.
mengenai ekspektasi peran-peran dalam Kelima dimensi yang membentuk makna
rumah tangga dan relasi suami-istri bersama ekspektasi peran yang dimiliki oleh istri yang
pasangannya. berpendapatan lebih besar dari suami seperti
Bagi para istri ini, peran mereka yang yang telah dijelaskan di atas, menciptakan
lebih besar dalam menyokong perekonomian keharmonisan dalam pernikahan yang dijalani.
keluarga merupakan bentuk kerja sama dalam Keharmonisan ini membuat para istri yang
kehidupan rumah tangga. Perilaku suami berpendapatan lebih besar dari suami dan
yang turut membantu mengerjakan pekerjaan berperan lebih besar dalam menyokong
domestik rumah tangga juga membentuk perekonomian keluarga mampu bertahan
makna bahwa dalam menjalankan peran- dalam pernikahannya. Namun demikian,
peran dalam rumah tangga, suami-istri saling terdapat seorang informan yang bertahan dalam
membantu dan mengisi. Perilaku ini dinilai pernikahan yang dikondisikan tetap harmonis
oleh istri sebagai wujud kompensasi atas meski terjadi konflik di dalamnya yang dipicu
’pertukaran peran’ yang dijalani suami-istri, oleh kesenjangan antara ekspektasi mengenai
dimana sebagai istri, ia berperan lebih besar sosok dan peran suami dengan kenyataan yang
dalam menyokong perekonomian keluarga. dihadapi.
Dalam relasi suami-istri yang dijalani, istri Informan yang tetap bertahan dalam
yang berpendapatan lebih besar dari suami ini pernikahan yang dikondisikan harmonis akhir-
memaknai ekspektasinya bahwa suami dan istri nya memaknai ekspektasi mengenai sosok dan
bersama-sama bekerja dan berwirausaha untuk peran suaminya sebagai sesuatu yang harus
mencukupi kebutuhan keluarga, meski dengan tetap diterima dengan pertimbangan keutuhan
kondisi suami tidak memperoleh pendapatan keluarga demi masa depan anak, meski
yang lebih besar. Relasi yang didasari kerja suaminya sendiri bahkan tidak memenuhi
sama membuat pasangan suami-istri ini juga ekspektasinya sebagai sosok ayah yang dekat
mampu menyepakati solusi bersama atas dengan anak-anaknya. Informan ini menyadari
konflik yang dihadapi, khususnya konflik yang bahwa sedari awal, motifnya menerima
terkait dengan hubungan orang tua. pasangan di masa pra-nikah hingga akhirnya
Makna ekspektasi mengenai sosok dan memutuskan untuk menikah dengan suaminya
peran suami dalam pernikahan istri yang sampai saat ini, didorong oleh hal yang bersifat
berpendapatan lebih besar dari suami juga negatif, yakni pembuktian diri atas dendam
terkait dengan sikap terhadap respon ling- masa lalu, bukan cenderung dilandasi perasaan
kungan terdekat. Respon dari lingkungan cinta.
terdekat menimbulkan makna yang semakin Peran suami yang nampak dari perilaku
berarti mengenai ekspektasi sosok dan peran yang ditampilkan dinilai informan tidak dapat
PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN LEBIH BESAR 101

mengompensasi kesenjangan antara ekspektasi kenyataan yang dihadapi oleh istri. Perilaku
mengenai sosok dan peran suami ideal dengan yang ditampilkan dan dinilai oleh pasangan
kenyataan yang dihadapi. Ini terjadi karena satu sama lain dalam relasi pasangan suami-
minimnya kesadaran suami untuk berperan istri yang meliputi kuasa di antara pasangan,
dan bekerja sama dalam melaksanakan peran- proses pengambilan keputusan, konflik, dan
peran dalam rumah tangga. Dalam relasi keintiman di antara keduanya juga memiliki
pasangan suami-istri pun, upaya suami dinilai makna tersendiri bagi istri yang berpendapatan
minim untuk memelihara hubungan yang baik lebih besar dari suami dalam menegosiasikan
dan komunikasi yang efektif dengan istrinya ekspektasinya mengenai sosok dan peran
yang telah rela bekerja keras demi menyokong suami ideal. Negosiasi ekspektasi oleh istri
perekonomian keluarga. Kondisi seperti ini dan perilaku yang mencerminkan kompensasi
membentuk makna ekspektasi yang dimiliki peran suami inilah yang membuat istri yang
oleh istri mengenai sosok dan peran suami, berpendapatan lebih besar ini berlapang
yang bersifat negatif dan membuat frustrasi dada dalam berperan lebih besar menyokong
dalam pernikahan yang dijalani. Respon perekonomian keluarga dan bertahan dalam
dari sahabat yang berada dalam lingkungan pernikahan yang harmonis.
terdekat membangkitkan kesadaran mengenai Keharmonisan empat aspek dalam relasi
pemahaman yang keliru mengenai peran-peran pasangan suami-istri yakni kuasa di antara
dalam rumah tangga yang selama ini cenderung pasangan, proses pengambilan keputusan,
dibebankan pada dirinya secara sepihak. konflik, dan keintiman di antara keduanya,
Relasi pasangan suami-istri yang terjalin dan perilaku suami yang mencerminkan
dalam pernikahan istri yang berpendapatan kesadaran untuk tetap bertanggung jawab
lebih besar dari suami berlangsung dinamika mengemban peran-peran dalam rumah tangga
yang membentuk makna ekspektasi peran sangat terkait dengan makna ekspektasi peran
yang dimiliki oleh para informan penelitian dalam pernikahan istri yang berpendapatan
ini. Pasangan suami-istri, khususnya istri lebih besar dari suami dan lebih berperan
sebagai informan penelitian ini, mendefinisikan dalam menyokong perekonomian keluarga.
kembali hakikat pernikahan yang dijalaninya, Jalinan keempat aspek tersebut dalam suasana
termasuk peran-peran di dalamnya, alih-alih yang kondusif mendorong para istri ini untuk
melihat pernikahan sebagai suatu ikatan formal menegosiasikan ekspektasinya hingga bersedia
yang memuat peran-peran spesifik yang secara menerima kondisi suami dalam pernikahan
khas dan saklek dilakukan oleh suami/istri. yang dijalani. Berikut merupakan model yang
Pendefinisian kembali dilakukan ketika mereka menggambarkan realitas tersebut:
telah memutuskan untuk menikah dengan
sosok laki-laki yang tidak memenuhi ekspektasi Kenyataan

mengenai peran suami ideal dengan dilandasi


Makna Ekspektasi
ikatan psikologis dan emosional di antara Ekspektasi mengenai
Pernikaha
mengenai Sosok dan
Sosok dan Peran
keduanya. Ikatan ini menimbulkan kelekatan Suami n dan
Peran Suami
Makna Ekspektasi
Motif
dalam relasi pasangan suami-istri yang didasari Penerimaan
Hubungan
Keluarga
mengenai Peran-
peran dalam Rumah
oleh kesadaran akan pentingnya pasangan bagi terhadap
Pasangan di
yang Tangga
Harmonis Makna Ekspektasi
satu sama lain. Kelekatan di antara keduanya masa Pra-
nikah
Sikap terhadap
Respon
mengenai Relasi
Suami-Istri
kemudian menumbuhkan pemakluman, Lingkungan
Terdekat
menciptakan ruang maaf, hingga menimbulkan Gambar 1. Model Realitas Makna Ekspektasi
penerimaan atas kondisi pasangan dalam Peran dalam Pernikahan Istri yang
pernikahan yang telah dijalani bersama. Berpendapatan Lebih Besar dari Suami
Bagi informan penelitian ini, kelekatan Sumber: Pengumpulan Data, Agustus-Oktober 2015
dengan pasangan membuat mereka bersedia Berikut merupakan model yang diran-
menegosiasikan berbagai ekspektasi peran cang dari hasil elaborasi penulis terhadap hasil
yang ideal dalam pernikahan. Di sisi lain, penelitian dan pengumpulan data dengan teori
suami juga menampilkan perilaku yang terkait dan konsep yang relevan dengan makna
mengompensasi kesenjangan antara ekspektasi ekspektasi peran dalam pernikahan istri yang
peran yang ideal mengenai dirinya dengan berpendapatan lebih besar dari suami:
102 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

perilaku suami dalam menjalankan peran-


Makna
Ekspektasi
peran dalam kehidupan keluarga. Perilaku-
Peran dalam perilaku tersebut meliputi: kesadaran untuk
Pernikahan Istri
yang tetap bekerja dan memperoleh pendapatan;
Berpendapatan
Lebih Besar Penerimaan
komunikasi yang baik, perhatian, dan kasih
Negosiasi
Ekspektasi Istri dari Suami terhadap sayang kepada istri; kesadaran dan tanggung
Relasi
(Utami,Pasangan
2015) Pasangan yang
dan
Kompensasi Suami-Istri didasari jawab untuk bekerja sama dengan istri dalam
Peran Suami
Kuasa di antara
Pasangan
Pemakluman
(Finchman,
menyokong perekonomian keluarga, dan
(Utami, 2015)
Proses 2004) konsistensi dalam menjalani kesepakatan
Pengambilan
Pendefinisian Keputusan bahwa suami dan istri harus bekerja. Perilaku-
Kembali Konflik
Keintiman
Kelekatan
Psikologis dan
perilaku ini dinilai para informan mendukung
Hakikat
Pernikahan (Segrin & Flora, Emosional pekerjaan yang dijalaninya sehingga mereka
2005)
(Arliss, 1993) Pasangan
Suami-Istri dapat memaknai pekerjaan sebagai sebagai
(West & Turner, sesuatu yang dinikmati dan disyukuri, sarana
Gambar 2. Model Elaborasi Makna
Ekspektasi Peran dalam Pernikahan Istri yang
untuk memanfaatkan ilmu yang sudah
Berpendapatan Lebih Besar dari Suami diperoleh, disamping sebagai sarana untuk
Sumber: Pengumpulan Data, Agustus-Oktober 2015 memiliki kemandirian finansial dan suatu ke
harusan untuk menyokong perekonomian
Motif bekerja istri yang berpendapatan keluarga besar.
lebih besar dari suami terkait dengan berbagai Kondisi dimana ekspektasi sosok dan
makna yang mereka berikan mengenai: 1) peran suami ideal sebagaimana yang diharap-
peran diri sebagai istri yang berpendapatan kan tidak terwujud di kenyataan, membuat
lebih besar dari suami dan berperan lebih para istri ini harus tetap bekerja dan berperan
besar dalam menyokong perekonomian lebih besar dalam menyokong perekonomian
keluarga; 2) perilaku suami; 3) pekerjaan yang keluarga. Namun demikian, mereka tetap
dijalani, dan 4) respon/kondisi lingkungan bertahan menjalani pekerjaan dan peran
sekitar. Adapun motif bekerja kelima orang dirinya. Penerimaan ini tidak terlepas dari sikap
informan penelitian ini adalah untuk memiliki yang timbul sebagai penghayatan terhadap
penghasilan sendiri dan menjadi istri yang makna mengenai respon/kondisi lingkungan
mandiri secara finansial (Li{nama samaran}), sekitar istri yang berpendapatan lebih besar
untuk taraf hidup keluarga yang lebih baik dari suami, yakni: merefleksikan kisah dan
(Nia), karena berperan sebagai penyokong pengalaman pernikahan orang terdekat dengan
ekonomi keluarga (Sury), untuk menyokong kondisi sejenis; merujuk pada pernikahan
perekonomian keluarga (Dalis), dan untuk kedua orang tua; berusaha agar rumah tangga
memanfaatkan ilmu yang diperoleh hingga tidak dipenuhi konflik, dan; meneguhkan
jenjang pendidikan S2 (Iza). penerimaan sebagai istri yang berperan lebih
Motif bekerja yang dimiliki oleh para besar dalam menyokong perekonomian
istri yang berpendapatan lebih besar dari keluarga.
suami tersebut membentuk makna tersendiri Terdapat empat aspek makna yang
mengenai peran diri sebagai sosok yang lebih terkait dengan motif bekerja istri yang
berperan dalam menyokong perekonomian berpendapatan lebih besar dari suami. Realitas
keluarga. Makna peran diri tersebut yaitu: intersubjektif pernikahan para informan
tidak merasa bangga, berusaha menekan penelitian ini bersama suaminya membentuk
perasaan terbebani; menekan ego, menyadari makna mengenai pekerjaan yang dijalani dan
bahwa kepatuhan terhadap suami adalah makna mengenai perilaku suami. Perilaku
keharusan seorang istri; mencoba menerima suami yang tidak berpendapatan lebih besar
dengan ikhlas sebagai hukuman atas kesalahan dari dirinya, namun tetap memiliki kesadaran,
di masa lalu, dan; senantiasa bersyukur dan tanggung jawab, dan kerja sama dalam
menghindari pikiran negatif mengenai kondisi menjalankan peran-peran dalam kehidupan
pernikahan yang dijalani. keluarga, membuat para istri yang berperan
Makna peran diri di atas terkait dengan lebih besar dalam menyokong perekonomian
makna yang diberikan para istri mengenai keluarga ini memaknai pekerjaannya sebagai
PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN LEBIH BESAR 103

sesuatu yang dinikmati. Sebaliknya, perilaku Selanjutnya, berikut merupakan model


suami yang dinilai tidak memenuhi ekspektasi yang dirancang dari hasil elaborasi penulis
istri, membuat istri merasa terbebani dengan terhadap hasil penelitian dan pengumpulan
perannya sebagai istri bekerja dan berperan data dengan teori terkait dan konsep yang
lebih dalam menyokong perekonomian relevan dengan makna motif bekerja istri yang
keluarga. berpendapatan lebih besar dari suami dan
Dalam memaknai peran diri sebagai berbagai aspek yang terkait dengannya yang
istri bekerja dan berperan lebih besar dalam juga dimaknai oleh para informan penelitian ini:
menyokong perekonomian keluarga, nilai-nilai
yang dipahami dan diyakini mengenai lembaga
pernikahan membuat para informan penelitian Makna Pekerjaan yang
Dijalani
Makna mengenai Perilaku
ini tetap menghormati suami selaku kepala Suami
Makna Peran Diri sebagai
keluarga dan sosok yang dipandang sebagai Makna Istri yang Berperan Lebih
Besar dalam Menyokong
pemimpin dalam keluarga. Kecenderungan Realitas
Intersubjektif Perekonomian Keluarga
Makna mengenai Interaksi

untuk merasa ego atau bangga terhadap diri (Schutz, 1972) Respon/Kondisi
Lingkungan Sekitar
Simbolik

(Blummer dalam
sendiri berusaha untuk ditekan oleh para istri (Utami, 2015)
Fisher, 1986)

ini. Mereka berupaya untuk ikhlas menerima Ekspektasi


Peran dalam
Institusionalisasi
dan bersyukur dalam menjalani kondisi yang
Keluarga
Lembaga
(Beebe & Beebe, Pernikahan
dihadapi demi keharmonisan pernikahan. 1986)
(Berger &
Selanjutnya, motif bekerja istri yang Luckmann, 1962)

berpendapatan lebih besar dari suami juga Gambar 4. Model Elaborasi Motif Bekerja Istri
terkait dengan makna mengenai respon/kondisi yang Berpendapatan Lebih Besar dari Suami
Sumber: Pengumpulan Data, Agustus-Oktober 2015,
lingkungan sekitar. Interaksi yang dilakukan Tinjauan Teoretis dan Konseptual
para informan dengan orang-orang yang dinilai
mendukung konsonansi kognitif mengenai Pengalaman komunikasi keluarga istri
kondisi pernikahan yang dijalani membuat yang berpendapatan lebih besar dari suami
mereka memaknai kembali peran dirinya berlangsung dalam interaksi dengan suami,
sebagai istri bekerja yang berpendapatan anak, dan orang tua dari pihak suami maupun
lebih besar dari suami dan lebih berperan istri. Adapun makna keluarga harmonis yang
dalam menyokong perekonomian keluarga. dimiliki oleh para informan penelitian ini
Makna yang kemudian dipahami dan diyakini merujuk dari pengalaman khas yang mereka
adalah makna yang bersifat konstruktif dalam alami dan rasakan dalam kehidupan keluarga
meneguhkan penerimaan mereka terhadap sebagai istri yang berpendapatan lebih besar
kondisi pernikahan dan mempertahankan per- dari suami dan berperan lebih besar dalam
nikahan yang harmonis. Berikut merupakan menyokong perekonomian keluarga. Keluarga
model yang menggambarkan realitas mengenai harmonis dimaknai sebagai keluarga yang utuh
motif bekerja istri yang berpendapatan lebih dalam kebersamaan yang terjaga (Li), saling
besar dari suami: mengerti sesama anggota keluarga (Nia),
suami dan istri mengerti hak dan kewajiban
Makna Pekerjaan masing-masing dan menjalankannya dengan
yang Dijalani penuh tanggung jawab (Sury). Makna keluarga
Makna Peran Diri
harmonis juga berarti saling mengerti, saling
sebagai Istri yang
Motif Bekerja
Makna menyayangi sesama anggota keluarga,
Berperan Lebih Besar mengenai
dalam Menyokong Perilaku Suami
terutama kepada orang tua (Dalis), dan saling
Perekonomian percaya, rukun, dan damai dalam kehidupan
Keluarga
Makna mengenai
berkeluarga (Iza).
Respon/Kondisi Untuk mewujudkan dan mempertahan-
Lingkungan
Sekitar
kan hubungan keluarga yang harmonis
sebagaimana yang dimaknai oleh masing-
Gambar 3. Model Realitas Motif Bekerja Istri masing informan, mereka menjaga kehar-
yang Berpendapatan Lebih Besar dari Suami monisan relasi suami-istri dengan cara:
Sumber: Pengumpulan Data, Agustus-Oktober 2015 memahami karakter dan menerima kondisi
104 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

pasangan; meredam potensi konflik suami- sebagai informan penelitian ini. Keseimbangan
istri; mensyukuri keadaan dan senantiasa tersebut dapat dicapai karena relasi pasangan
berpikir positif; menjaga keterbukaan dan kerja suami-istri yang terjalin dan bertahan sampai
sama pengelolaan keuangan rumah tangga saat ini didukung oleh kemampuan mereka
antara suami-istri, dan; melibatkan suami untuk menyesuaikan diri dengan perubahan
untuk sama-sama berperan dalam menyokong peran dalam struktur di institusi keluarga; istri
perekonomian keluarga. berperan sebagai pihak yang berperan lebih
Dengan anak-anaknya, para istri yang besar dalam menafkahi keluarga, dan suami
berpendapatan lebih besar dan berperan lebih bersedia untuk melaksanakan tugas-tugas
besar dalam menyokong perekonomian keluarga domestik rumah tangga.
juga menjaga kedekatan dengan anak-anaknya Struktur keluarga yang menentukan peran-
sebagai bagian dari upaya mempertahankan peran khas anggota di dalamnya sebagai-mana
hubungan keluarga yang harmonis. Mereka kultur dan cara pandang konvensional mengenai
menjadi ibu yang bisa diandalkan dalam kehidupan keluarga di Indonesia, dimodifikasi
memenuhi kebutuhan materi dan afeksi anak; oleh pasangan suami-istri informan penelitian
menggunakan otoritas secara proporsional ini. Mereka melakukan modifikasi/perubahan
sebagai ibu yang berpendapatan lebih besar terhadap peran spesifik suami/istri, sambil tetap
dari ayah anak-anaknya, serta; mendidik anak berusaha mengemban peran khas seorang suami/
untuk cermat dan tekun dalam usaha memenuhi istri dalam kehidupan rumah tangga, yakni istri
keinginan yang membutuhkan biaya yang besar. tetap ambil bagian dalam melaksanakan tugas-
Selanjutnya, upaya menjaga keharmonis- tugas domestik rumah tangga, sedangkan suami
an dengan orang tua suami/istri dilakukan tetap bekerja dan memperoleh pendapatan
para informan penelitian ini dengan cara: untuk menafkahi keluarga meskipun jumlahnya
menghindari potensi konflik yang bersumber tidak lebih besar dari yang mampu diberikan
dari kesalahpahaman mengenai kesibukan oleh istri. Ini mencerminkan peran-peran yang
sebagai istri yang bekerja di luar rumah (Li), ada dalam keluarga pasangan suami-istri ini
berusaha selalu hadir dan ikut serta dalam acara berlangsung secara dinamis dibandingkan peran-
keluarga besar (Nia), mengunjungi mertua dan peran dalam keluarga tipe pasangan tradisional
memberikan buah tangan (Sury), bersikap yang cenderung mengedepankan stabilitas
adil dalam memberi sebagian dari pendapatan berdasarkan fungsi stuktur konvensional.
yang diperoleh kepada orang tua suami/istri Dimensi yang kedua adalah kohesi, yang
(Dalis), dan meluruskan kesalahpahaman merujuk pada ikatan emosi dan rasa kebersamaan
akibat praduga mengenai ego istri yang yang dimiliki keluarga. Urutan dimensi kohesi
berpendapatan lebih besar dari suami (Iza). dalam model ini dimulai dari sangat erat atau
Merujuk dari perilaku komunikasi para terperangkap, sampai terpisah. Kohesifitas
istri sebagai informan penelitian ini dengan dalam keluarga pasangan suami-istri dengan
keluarganya, adaptabilitas, kohesifitas, dan istri yang berpendapatan lebih besar ini juga
proses komunikasi yang berlangsung di cenderung berada pada titik yang seimbang. Tipe
dalamnya berada pada titik yang seimbang. pasangan mandiri yang merupakan karakteristik
Tiga dimensi dasar tersebut, yakni adaptabilitas, pasangan informan-informan dalam penelitian
kohesifitas, dan komunikasi menjelaskan ini membuat suami/istri memiliki otonomi yang
dinamika fungsi efektif dan disfungsi di tinggi, sehingga ikatan emosi dan kebersamaan
dalam komunikasi keluarga sebagaimana yang terjalin dalam keluarga berada pada kadar
yang dijelaskan dalam Model Sirkumpleks yang proporsional. Waktu yang mereka miliki
Interaksi Keluarga (Circumplex Model of bersama dengan lingkungan terdekat lainnya di
Family Interaction). Adaptabilitas merupakan luar keluarga, seperti orang tua dan teman-teman
kemampuan keluarga untuk memodifikasi dan di lingkungan kerja, membuat kebersaman
merespon perubahan dalam kekuatan struktur individu pasangan suami-istri ini membagi
dan peran-peran yang ada di dalamnya. Lebih ruang kedekatan yang dimiliki. Kemandirian
jauh, dimensi adaptabilitas yang berlangsung finansial dari para istri dan kerelaannya untuk
pada titik yang seimbang ini juga terdapat dalam berperan lebih besar dalam menafkahi keluarga;
kehidupan keluarga yang dijalani oleh para istri serta kesediaan suami untuk bertenggang rasa
PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN LEBIH BESAR 105

dengan melaksanakan tugas-tugas domestik berusaha untuk menampilkan perilaku yang


rumah tangga juga turut menumbuhkan memenuhi ekspektasi mertua, khususnya
kohesifitas yang seimbang karena peran-peran mertua perempuan, mengenai peran seorang
yang berlaku lebih fleksibel di antara keduanya. menantu yang ideal.
Dimensi yang ketiga dalam model Berikut merupakan model yang diran-
sirkumpleks interaksi keluarga, dan merupakan cang dari hasil elaborasi penulis terhadap
elemen paling krusial adalah komunikasi. Melalui hasil penelitian dan pengumpulan data
komunikasi, keluarga mampu ber-adaptasi untuk dengan teori terkait dan konsep yang relevan
mengubah dan memelihara hubungan terikat dengan pengalaman komunikasi istri yang
atau terpisah. Komunikasi menentukan apakah berpendapatan lebih besar dari suami dalam
sebuah keluarga bersifat kohesif dan atau mampu rangka menjaga hubungan keluarga yang
beradaptasi. Komunikasi menjaga kelangsungan harmonis:
sistem keluarga. Adapun adaptabilitas dan
kohesifitas yang seimbang (sedang) mencermin- Karakteristik Relasi Pasangan Suami-
Istri dengan Istri yang Berpendapatan
Karakteristik Pengalaman Komunikasi
Keluarga Istri yang Berpendapatan

kan keterampilan komunikasi yang memadai Lebih Besar dari Suami dan Lebih Lebih Besar dari Suami dan Lebih
Berperan dalam Menyokong Berperan dalam Menyokong
Perekonomian Keluarga: Perekonomian Keluarga:
dari pasangan suami-istri yang menjadi informan • Mendefinisikan peran dalam pernikahan
yang dijalani.
• Kemampuan menyesuaikan diri dengan
perubahan peran dalam struktur di

dalam penelitian ini. Mereka terbiasa dengan • Kerja sama suami-istri dalam menjalani institusi keluarga.
peran-peran di ranah publik maupun di • Ikatan emosi dan kebersamaan yang
ranah domestik rumah tangga. terjalin dalam keluarga berada pada

perubahan dan mampu mengelolanya dengan • Istri memiliki tingkat kemandirian finansial
dan emosional yang relatif memadai.
kadar yang proporsional.
• Terbiasa dengan perubahan dan mampu

baik melalui komunikasi yang efektif. Dinamisasi


• Kemampuan mengelola konflik melalui mengelolanya dengan baik melalui
keterampilan bernegosiasi dan menyepakati komunikasi yang efektif.
peran-peran dalam pernikahan. • Berusaha menampilkan perilaku yang

peran dalam keluarga pasangan suami-istri ini • Menganggap pasangan sebagai mitra yang
setara dengan prinsip saling menghormati
memenuhi ekspektasi mertua mengenai
peran seorang menantu yang ideal.
(Utami, 2015)
membuat kohesifitas di antara keduanya berada
dan menghargai antara suami-istri.
• Peran-peran yang bersifat lebih fleksibel
dalam pernikahan.
pada kadar yang sedang. (Utami, 2015)

Makna
Keluarga
Harmonis
Tipe Pasangan Mandiri Tipe Keluarga dengan Interaksi Keluarga
Tipe Pernikahan Pembagian Tugas yang dengan Tingkat
Persahabatan Tidak Ketat Adapatabilitas dan
(Beebe & Beebe, 1996) (Noor dalam Anggraeni, Kohesifitas Seimbang
2012) Memiliki Keterampilan
Pengalaman Komunikasi yang Baik
Komunikasi Istri (Olson dalam Beebe &
yang Menjaga Beebe, 1996)
Menjaga Berpendapatan Keharmoni
Keharmonis Lebih Besar dari san
an Relasi Suami dalam Hubungan
Suami-Istri rangka Menjaga dengan
Hubungan
Keluarga yang
Orang Tua
Suami/Istri
Gambar 6. Model Elaborasi Pengalaman
Harmonis
Komunikasi Istri yang Berpendapatan Lebih
Besar dari Suami dalam rangka Menjaga
Menjaga
Kedekatan
dengan
Hubungan Keluarga yang Harmonis
Anak
Sumber: Pengumpulan Data, Agustus-Oktober 2015

Gambar 5. Model Realitas Pengalaman SIMPULAN


Komunikasi Istri yang Berpendapatan Lebih
Besar dari Suami dalam rangka Menjaga
Terdapat enam dimensi yang terkait dengan
Hubungan Keluarga yang Harmonis
Sumber: Pengumpulan Data, Agustus-Oktober 2015 makna ekspektasi peran dalam pernikahan istri
yang berpendapatan lebih besar dari suami.
Adaptabilitas dan kohesifitas ini juga Enam dimensi ini berlangsung dalam situasi
terkait hubungan dengan orang tua. Pola interaksi istri yang berpendapatan lebih besar
pikir orang tua yang cenderung merujuk pada dari suami dengan suami, lingkungan terdekat
struktur dan historisitas yang kaku mengenai (keluarga dan teman), maupun dengan dirinya
peran-peran dalam rumah tangga, tak jarang sendiri. Enam dimensi tersebut adalah: 1)
menimbulkan praduga yang keliru mengenai ekspektasi mengenai sosok dan peran suami
relasi pasangan suami-istri dengan istri yang ideal; 2) makna ekspektasi mengenai sosok dan
berpendapatan lebih besar. Oleh karena itu, peran suami; 3) makna ekspektasi mengenai
para informan dalam penelitian ini berusaha peran-peran dalam rumah tangga; 4) makna
untuk menjalin komunikasi dan menjaga ekspektasi istri mengenai relasi suami-istri;
hubungan baik dengan orang tua, khusunya 5) motif penerimaan terhadap pasangan di
orang tua dari pihak suami (mertua). Sebagai masa pra-nikah, dan; 6) penyikapan terhadap
upaya untuk menjaga keharmonisan hubungan respons lingkungan terdekat. Keenam dimensi
dengan pihak keluarga suami, istri-istri ini ini menjelasakan hal-hal yang menyebabkan
106 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

para istri yang berpendapatan lebih besar dari berat dan penuh tekanan akibat konflik yang
suami ini tetap bertahan dalam pernikahannya muncul dalam relasi pasangan suami-istri yang
meski dengan kondisi ekspektasi yang mereka dijalaninya. Para istri yang berpendapatan
miliki mengenai sosok dan peran suami tidak lebih besar dari suami ini memaknai peran
terpenuhi dalam pernikahan yang dijalani. dirinya sebagai istri yang tetap harus
Hal ini karena mereka memaknai kembali menghormati suami sebagai sosok pemimpin
ekspektasi tersebut dengan merefleksikan dalam keluarga; mereka tidak merasa bangga
pengalaman yang mereka alami di kenyataan, atas peran diri yang berperan lebih besar dalam
yakni: suami yang tetap berusaha untuk menyokong perekonomian keluarga, menekan
bekerja dan memberi nafkah bagi keluarga; ego sebagai seorang perempuan, serta tidak
kebaikan-kebaikan yang ada pada diri suami; ingin melawan atau membangkang kepada
kesadaran dari suami untuk memenuhi suaminya. Bahkan, para informan ini berusaha
ekspektasi istri pada sisi yang ia mampu terus memberi dukungan kepada suami agar
dengan tetap mengemban tanggung jawabnya tidak merasa rendah diri, dan senantiasa
selaku kepala keluarga, suami yang penuh berusaha dan bekerja untuk mencapai tingkat
perhatian dan kasih sayang, dan ayah yang pendapatan yang lebih baik.
dekat dengan anak-anak, serta; kesediaan Pengalaman komunikasi keluarga istri yang
suami untuk mengerjakan pekerjaan domestik berpendapatan lebih besar dari suami dalam
rumah tangga sebagai bentuk kompensasi atas rangka mempertahankan hubungan keluarga
kerelaan istri ‘bertukar peran’ dengan dirinya. yang harmonis meliputi komunikasi yang
Adapun informan yang tetap bertahan dalam dilakukan dengan suami, anak, dan orang tua.
pernikahannya meskipun terdapat konflik Dengan suaminya, para informan ini berusaha
di dalamnya karena mempertimbangkan untuk menjaga keharmonisan relasi suami-
kebaikan dan masa depan anak-anak dalam istri dalam komunikasi yang terjalin di antara
keluarga yang tetap utuh. keduanya dengan cara memahami karakter dan
Terdapat dua jenis motif yang mendorong menerima kondisi suami; meredam potensi
para informan dalam penelitian ini untuk konflik yang dipicu oleh persoalan finansial;
menjadi istri bekerja. Dua jenis motif tersebut mensyukuri keadaan dan berusaha tetap
merujuk dari konsep motif yang dikemukakan berpikir positif; saling terbuka dan bekerjasama
oleh Alfred Schutz dalam perspektif teori dalam mengelola keuangan rumah tangga, dan;
fenomenologinya, yakni dan motif untuk (in melibatkan suami untuk sama-sama berperan
order to motives) dan motif karena (because dalam menyokong perekonomian keluarga.
motives). Motif-motif tersebut adalah: untuk Dengan anak, sebagai ibu, meskipun memiliki
memanfaatkan ilmu yang diperoleh sampai pendapatan yang lebih besar dari ayah anak-
jenjang pendidikan tinggi; untuk taraf hidup anaknya, para informan penelitian ini meng-
keluarga yang lebih baik; untuk memiliki gunakan otoritasnya secara proporsional.
kemandirian finansial; karena pengalaman Dengan otoritas yang proporsional tersebut,
keterbatasan perekonomian keluarga di masa mereka mendidik anak untuk cermat dan
lalu; karena berperan menyokong pereko- tekun dalam usaha memenuhi keinginan yang
nomian keluarga, dan; karena merupakan membutuhkan biaya yang besar. Melalui
kesepakatan dengan suami. Dari pekerjaan pengalaman komunikasi keluarga sebagai istri
yang dijalani oleh para informan ini, mereka yang berpendapatan lebih besar dari suami,
memperoleh jumlah pendapatan yang lebih para istri ini merasa menjadi ibu yang bisa
besar dari suaminya hingga dua kali lipat diandalkan dalam memenuhi kebutuhan materi
(suami berpendapatan kurang dari 50% dari dan afeksi anak. Selanjutnya, dengan orang
jumlah pendapatan istri). Dari motif-motif ini, tua, baik orang tuanya sendiri, terlebih dengan
diketahui makna pekerjaan yang dijalani oleh orang tua dari pihak suami (mertua) yang
para istri yang berpendapatan lebih besar dari rentan terhadap praduga yang keliru mengenai
suami ini, yakni sebagai sesuatu yang dinikmati kondisi istri yang memiliki kesibukan bekerja
dan disyukuri, sekaligus sebagai sarana untuk di luar rumah dan berpendapatan lebih besar
memberi nafkah bagi keluarga. Terdapat satu dari suami, para istri ini juga berusaha untuk
informan yang menjalani pekerjaan dengan senantiasa menjaga keharmonisan hubungan.
PENGALAMAN KOMUNIKASI KELUARGA ISTRI YANG BERPENDAPATAN LEBIH BESAR 107

Mereka menghindari potensi konflik yang akan datang, dapat digunakan teori-teori dalam
bersumber dari kesalahpahaman mengenai hubungan pernikahan. Hal ini agar aspek-
kesibukan sebagai istri yang bekerja di luar aspek yang lebih mencerminkan substansi dan
rumah; selalu hadir dan ikut serta dalam acara dinamika yang khas dalam relasi pasangan
keluarga besar; mengunjungi mertua dan suami-istri dengan isu pendapatan dapat
memberikan buah tangan; adil dalam memberi lebih ditonjolkan sehingga dapat ditemukan
sebagian dari pendapatan yang diperoleh alternatif solusi atas konflik yang terjadi dalam
kepada orang tua suami/istri, dan; meluruskan pernikahan pasangan suami-istri terkait isu
kesalahpahaman akibat praduga mengenai pendapatan.
ego istri yang berpendapatan lebih besar dari Data sekunder yang diperoleh dari keterangan
suami. orang-orang terdekat pasangan suami-istri
Pasangan suami-istri informan dalam pene- dengan istri yang berpendapatan lebih besar
litian ini merupakan tipe pasangan mandiri. dari suami, masih dibutuhkan lebih banyak lagi.
Suami/istri memiliki tingkat otonomi yang Data ini dapat diperoleh melalui keterangan
tinggi dan mendefinisikan peran-peran dalam anak-anak dari para istri tersebut, bahkan dari
hubungan pernikahan. Hal ini terlihat dari pihak suami sebagai pasangan dari subjek
pernikahan yang bertahan sampai saat ini penelitian ini untuk mendapatkan pemahaman
meskipun tidak mengikuti pakem-pakem peran yang lebih komprehensif mengenai realitas
dalam pernikahan yang bersifat tradisional/ yang sesungguhnya terjadi pada pernikahan
konvensional. Peran yang didefinisikan dan pasangan suami-istri dengan isu pendapatan
dijalani oleh pasangan suami-istri informan di dalamnya. Penelitian dengan pendekatan
penelitian ini adalah istri yang berpendapatan kuantitaif juga dapat dikembangkan, misal-
lebih besar dari suami sehingga lebih berperan nya mengenai pengaruh ekspektasi istri
dalam menyokong perekonomian keluarga, yang berpendapatan lebih besar dari suami
sementara suami tidak merasa enggan untuk mengenai peran suami terhadap pilihan untuk
melaksanakan tugas-tugas domestik rumah mempertahankan hubungan pernikahan.
tangga. Pasangan ini tergolong tipe keluarga Dalam relasi pasangan suami-istri dengan istri
yang melakukan pembagian tugas dengan yang berpendapatan lebih besar dari suami,
cair dan tidak ketat, bersifat situasional dan ketika muncul potensi konflik atau telah terjadi
kondisional. Mereka memandang pasangannya konflik yang disebabkan oleh isu pendapatan,
sebagai mitra yang setara, dengan prinsip saling komunikasi yang efektif untuk mengutarakan
menghormati dan menghargai antara suami- perasaan masing-masing dibutuhkan oleh
istri. Oleh karena itu, pernikahan yang dijalani kedua belah pihak agar terbangun kesepahaman
merupakan tipe pernikahan persahabatan. di antara keduanya. Kesepahaman ini akan
Interaksi keluarga pasangan suami-istri dengan lebih baik jika ditindaklanjuti dengan kese-
istri yang berpendapatan lebih besar dari suami pakatan yang menjadi solusi dari tema
ini berlangsung pada titik seimbang dengan konflik yang dihadapi. Kesepakatan tersebut
adaptabilitas dan kohesifitas pada tingkat hendaknya menjadi komitmen bagi suami-
yang sedang, yang mencermikan keterampilan istri untuk dijalankan pasca kesepakatan
komunikasi yang baik yang dimiliki oleh dibuat. Selanjutnya, sebagai bagian terpenting,
individu-individu di dalamnya. Adapun adalah evaluasi atas kesepakatan yang dijalani;
disfungsi sistem keluarga pasangan suami- apakah kedua belah pihak konsisten dengan
istri seperti yang dialami salah satu informan komitmennya, atau mencederai kesepakatan
penelitian ini disebabkan oleh minimnya sehingga memunculkan ketidaknyamanan
kesadaran suami mengenai kerja sama suami- dari pihak lainnya, bahkan berujung konflik
istri dalam melaksanakan tanggung jawab dan kembali. Adanya evaluasi atas kesepakatan
peran-peran dalam pernikahan. yang merupakan solusi dari konflik ini
Untuk menmperoleh temuan-temuan yang dibutuhkan untuk membuka ruang komunikasi
lebih spesifik dan analisis yang lebih mendalam kembali apabila terjadi inkonsistensi komitmen
mengenai tema penelitian sejenis di masa yang dari suami/istri di masa yang akan datang.
108 Jurnal Kajian Komunikasi, Volume 4, No. 1, Juni 2016, hlm 95 - 108

DAFTAR PUSTAKA Finchman, F.D. (2004). Communication


in marriage, in vangelisty, A.L (Ed),
Anggraeni, R. A. (2012). Pola relasi suami handbook of family communication.
istri terkait dengan pembagian kerja New York, LEA.
dan pengambilan keputusan (studi kasus Heryadi, H. & Silvana, H. (2013). Komunikasi
terhadap tiga keluarga dalam perubahan antarbudaya dalam masyarakat multi-
peran di keluarga). Skripsi Program kultur. Diakses dari http://jurnal.unpad.
Studi Sosiologi Universitas Indonesia. ac.id/jkk/article/view/6034/3145
Arliss, L. P. (1993). Contemporary family Ihromi, T. O. (1999). Bunga rampai
communication: messages and sosiologi keluarga. Jakarta: Yayasan
meanings. New York, St Martin’s Press. Obor Indonesia anggota IKAPI.
Basrowi, S. (2002). Metode penelitian Kompasiana. (2015). Ketika penghasilan istri
kualitatif perspektif mikro. Surabaya, lebih tinggidarisuami. Diakses darihttp://
Insan Cendikia. www.kompasiana.com/pakcah/ketika-
Beebe, A. S. & Beebe, S. J. (1986). penghasilan-istri-lebih-tinggi-dari-
Interpersonal communication relating suami_ 54f34cdf7455137c2b6c705f 24
to others. USA, Sage Publication, Ltd. November 2015, pkl 11:56 WIB
Berger, P. L. & Luckmann, T. (2013). Tafsir Littlejohn, S. & Foss, K. A. (2005). Theories
sosial atas kenyataan risalah tentang of human communication. Singapore,
sosiologi pengetahuan. Jakarta: Thomson & Wadsworth.
Penerbit LP3ES Schutz, A. (1972). the phenomenology of
Creswell, J. W. (1997). Qualitatice inquiry the social world. London: Heinemann
and research design: choosing among Educational Books.
five tradition. Sage: Thousand Oaks. Segrin, C & Flora, J. (2005). Family
Denzin, N.K & Lincoln, Y.S. (2009). communication. New York, LEA.
Handbook of qualitative research. West, R. & Turner L. H. (2006). Introducing
California, Sage Publications. communication theory: analysis &
application. New York, Mc-Graw Hill.

Anda mungkin juga menyukai