Anda di halaman 1dari 3

Resume: Advokasi

Pemateri: Ali Imran, SQ. SH. MA

Istilah advokasi sangat lekat dengan istilah hukum. Menurut Bahasa Belanda, advocaat atau
advocateur berarti pengacara atau pembela. Karenanya tidak heran jika advokasi sering
diartikan sebagai kegiatan pembelaan kasus atau beracara di pengadilan.

Ide dasar advokasi diklaim oleh sebagian orang berasal dari tradisi hukum Barat yang dikenal
sejak era pencerahan (the enligtenment age), tempat munculnya gagasan gerakan kebebasan
dan demokrasi. Sebagian lain menyebutkan bahwa lahirnya bantuan hukum sudah ada sejak
zaman Yunani dan Romawi Kuno, yaitu ketika para filsuf Yunani mendiskusikan beberapa
aspek yang berkaitan dengan Tuhan, alam dan manusia. Pada waktu itu bantuan hukum
didasarkan pada nilai-nilai moral dan lebih dianggap sebagai suatu pekerjaan yang mulia,
khususnya untuk menolong orang-orang tanpa mengharapkan atau menerima imbalan
apapun.

Pengertian Advokasi Menurut Para Ahli

1. Johns Hopkins: Advokasi adalah usaha untuk memengaruhi kebijakan publik melalui
bermacam-macam bentuk komunikasi persuasif.
2. Zastrow: Advokasi adalah aktivitas yang berusaha untuk memberikan pertolongan kepada
klien atau partner kerja agar bisa mencapai layanan yang sebelumnya telah ditolak. Selain
itu advokasi juga bisa memberikan ekspansi terhadap layanan yang dimaksud agar
semakin banyak lagi orang yang bisa terwadahi.
3. Julie Stirling: Advokasi menurut Julie Stirling adalah serangkaian tindakan yang dilakukan
secara bertahap atau berproses. Hal ini bertujuan untuk mempengaruhi orang lain dengan
maksud mengubah kebijakan publik. Tindakan yang dilakukan tersebut sudah terorganisir
maupun terarah sehingga lebih mudah tercapai.

Tujuan Advokasi

Secara singkat tujuan dari advokasi untuk menciptakan perubahan. Para advokat
menggunakan semua aspek advokasi untuk:

 Membangun bukti tentang apa yang perlu diubah dan bagaimana perubahan itu bisa
terjadi;
 Meningkatkan perhatian tentang masalah penting dan berikan suara kepada mereka
yang terkena dampak;
 Mempengaruhi orang-orang yang berkuasa untuk memberikan kepemimpinan,
mengambil tindakan, dan menginvestasikan sumber daya;
 Menciptakan perubahan positif menuju keadilan dan kesetaraan sosial yang lebih
besar

Secara umum, bisa dikatakan bahwa advokasi bertujuan untuk menyelesaikan sengketa yang
terjadi antar orang maupun antar kelompok, sehingga kegiatan advokasi sangat berkaitan
dengan hukum. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya advokasi dan serangkaian hukum
di dalamnya dapat membantu mengatasi permasalahan serius yang terjadi di lingkungan
masyarakat.
Jenis-Jenis Advokasi

Setelah mengetahui pengertian advokasi menurut beberapa ahli dan juga tujuannya, perlu
diketahui juga mengenai jenis-jenis advokasi berikut ini:

1. Advokasi diri, adalah advokasi yang dilakukan pada skala yang lokal bahkan sangat
pribadi. Jadi orang lain belum tentu tahu.
2. Advokasi kasus, adalah advokasi yang dilakukan untuk mendampingi perorangan atau
kelompok yang belum bisa membela sendiri.
3. Advokasi kelas, adalah proses yang dilakukan untuk mendesak kebijakan publik
dengan tujuan akhir yaitu terwujudnya perubahan sistematis. Dengan advokasi ini
diharapkan mampu menciptakan kebijakan baru untuk menggantikan kebijakan yang
tidak adil.

Advokasi/Tasawuf Sosial Menurut Pemikiran Mbah Sahal Mahfudzh

Dalam buku yang berjudul “Tasawuf Sosial KH MA Sahal Mahfudh”, tasawuf tidak harus
identik dengan aktivitas uzlah, atau menjauhkan diri dari hubungan sosial. 

Buku ini mengkaji tasawuf KH Muhammad Achmad Sahal Mahfudz yang menjadi laku
kesehariannya. Praktik tasawuf Kiai Sahal itu disaksikan oleh keluarga, santri, orang dekat,
dan masyarakat secara umum yang bisa menjadi teladan bagi umat Islam.

Termiminologi tasawuf sosial digunakan setelah menelaah pemikiran dan kehidupan sehari-


hari Kiai Sahal dalam bidang tasawuf. Tasawuf sosial adalah ajaran yang bertujuan untuk
memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya kepada masyarakat luas.

Tasawuf Kiai Sahal yang juga Rais Aam Nahdlatul Ulama itu menekankan nilai kemanfaatan
untuk sesama, mendorong, manusia untuk menyeimbangkan prestasi dunia dan akhirat, dan
menghindari fatalisme absolut yang membahayakan masa depan dunia dan akhirat
seseorang.

Tasawuf yang diusung dan diperjuangkan Kiai Sahal adalah taswuf sosial dalam rangka
menghadirkan solusi problematika sosial yang bidang ekonomi.

Penulis buku ini, Jamal Ma’mur Asmani, menjelaskan bahwa ciri tasawuf sosial setidaknya ada
tiga. Pertama, doktrin-doktrin tasawuf yang membangun kehidupan dunia, bukan membenci
kehidupan dunia. Kedua, reinterpretasi doktrin yang menyeimbangkan pemenuhan kebutuhan
material dan spiritual.

Sedangkan ciri tasawuf yang ketiga adalah membumikan ajaran tasawuf dalam realitas sehari-
hari, baik untuk pribadi maupun umat secara keseluruhan. “Tiga ciri tasawuf tersebut dilakukan
secara seluruh oleh Kiai Sahal,” tulis Jamal Ma’mur.  

Buku ini terdiri dari delapan bab untuk menghadirkan potret utuh pemikiran tasawuf sosial dan
laku hidup Kiai Sahal sebagai teladan dan rujukan seluruh elemen bangsa ini dalam semua
aspek kehidupan. Tasawuf sosial Kiai Sahal dijelaskan secara detail dalam bab kelima sampai
bab kedelapan.
Tasawuf Kiai Sahal banyak dipengaruhi oleh banyak kiai dan juga ulama sufi. Di antaranya
adalah KH Muhajir Bendo yang dikenal sebagai sosok kiai sufi yang sangat tawadhu. Selain
itu, Kitab Ihya Ulumiddin karya Imam al-Ghazali juga mempengaruhi Kiai Sahal dalam
mendalami tasawuf.

Menurut Kiai Sahal, setidaknya ada dua ajaran utama dalam tasawuf,
yaitu ma’rifatullah (mengenal Allah) dengan yakin dan liqaullah (bertemu Allah) ketika
mencapai titik final perjalanannya. Untuk menggapai itu, maka seseorang yang mendalami
tasawuf harus melalui empat tahapan, yaitu mulai dari syariat, tarekat, hakikat dan ma’rifat.

Dalam buku ini, tasawuf sosial ini dirumuskan dari percik-percik pemikiran Kiai Sahal yang
disampaikan di banyak kesempatan, seperti halnya pembahasan tentang kesalehan. Menurut
Kiai Sahal, manusia yang saleh adalah yang mampu berperan aktif, bermanfaat, dan terampil
dalam kehidupan sosial.

Dalam buku lain, Kiai Sahal juga menjelaskan bahwa saleh adalah kemampuan memberikan
kemaslahatan dan kemanfaatan kepada orang orang lain dalam masalah dunia. Untuk
memberikan manfaat itu, Kiai Sahal pun pernah menerima amanah sebagai Ketua Umum
Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada periode 2000-2005.

Tasawuf Sosial Kiai Sahal bisa dilihat dari tindakan-tindakan riil di lapangan yang membawa
perubahan konkret di tengah masyarakat. Karena itu, Kiai Sahal dikenal sebagai pendobrak
pemikiran tradisional di kalangan NU.

Anda mungkin juga menyukai