Anda di halaman 1dari 6

Nama : Grety Natalia Tumilaar

Prodi/ Sem : Filsafat/IV


MK : Pentateukh

BILANGAN 9:15-23
Tiang Awan Memimpin Perjalanan Israel
Perikop
15
Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, kemah
hukum Allah; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di atas Kemah Suci, kelihatan
seperti api. 16Demikikanlah selalu terjadi: awan itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam
kelihatan seperti api. 17Dan setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israel pun
berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah. 18Atas titah
TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka berkemah; selama awan
itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah. 19Apabila awan itu lama tinggal di atas
Kemah Suci, maka orang Israel memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah
mereka berangkat. 20Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci;
maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat.
21
Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik pada waktu
pagi, mereka pun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu malam, apabila awan
itu naik, mereka pun berangkatlah. 22Beberapa lama pun juga awan itu diam di atas Kemah
Suci, baik dua hari, baik sebulan atau lebih lama, maka orang Israel tetap berkemah dan tidak
berangkat; tetapi apabila awan itu naik, barulah mereka berangkat. 23Atas titah TUHAN
mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat; mereka memelihara
kewajibannya kepada TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa.

Definisi Teks (konteks, delitimasi)

Bilangan 9:15-23 adalah perikop gambaran yang mengawali persiapan bangsa Israel
untuk meninggalkan gunung Sinai. Dalam konteksnya, teks ini merupakan gambaran
penting tentang pengalaman yang dialami bangsa Israel selama di padang gurun, bagaimana
TUHAN1 menaungi dan menuntun perjalanan mereka dalam rupa tiang awan itu
(Kel.13:21-22). Ini dapat dimengerti melalui kesinambungan perikop-perikop awal: Bil.1-9
(arrangement) - apa-apa saja yang harus dibuat dan dipersiapkan dan pada teks sesudahnya
yang melukiskan perjalanan ketika meninggalkan gunung sinai. Teks ini dapat dibagi menjadi
tiga bagian: pertama, 15-17 (titik tolak latar belakang tetang pembangunan kemah suci);
kedua, 18-19 (isi dari cerita) ; ketiga, 22-23 (penegasan dari cerita). Bil. 9:15-23 merupakan
suatu teks yang utuh karena menceritakan kesinambungan antara setelah berdirinya Kemah
Suci (Kel.40:1-33) dan awan yang TUHAN yang menuntun perjalanan Israel “berupa awan”.

Bahasa Ibrani: YHWH . Kata ini bagi orang Israel adalah suci oleh karena itu mereka membacanya dengan 1

”menggunakan kata “Adonai” atau “yahwe


Awal dari teks ini terdapat pada ayat 18 dan akhir dari teks ini pada ayat 22-23: menegaskan
bahwa atas titah “perintah” Tuhan mereka melakukan perjalanan. Namun dalam ayat-ayat
sebelumnya memang mempunyai peran untuk menghantar pembaca masuk dalam narasi ini.
Sedangkan, kesimpulan akhir berbentuk penegasan yang melukiskan peranan kekuasaan
TUHAN dalam memimpin bangsa Israel melalui Musa.

Cerita atau narasi ini juga tentunya dalam suasana perjalanan menuju tanah terjanji
“keterangan” dirinci lagi sebagaimana mereka bergerak itu dibimbing oleh Tuhan secara
langsung dalam bentuk tiang awan tersebut. Namun, pada judul perikop “Tiang awan….” ini
terdapat perbedaan dengan isi teks, “maka awan itu menutupi Kemah Suci..”. Perlu diketahui
jika “awan” yang di lukiskan dalam teks ini adalah sama dengan “awan” yang sudah
beberapa kali muncul dalam kitab-kitab lainnya (Kel.13:21-22; Kel.33:9-10; Bil.14:14;
Ul.1:33). Awan ini menaungi kemah siang hari dan berbentuk seperti api di malam hari (ay.
15-16)2. Kejadian dan pengalaman-pengalaman itu kemudian diimani sebagai tindakan
Tuhan. Hal itu terungkap dalam narasi itu dan tentunya memiliki korelasi konteks yang sama
untuk menunjuk bahwa TUHAN sendiri yang dari awal menyertai perjalanan Israel.

Jenis Sastra

Bil 9:15-23 jika dilihat berupa bentuk “anamnesis”: bentuk pengingatan kembali akan
kisah yang sama (Kel.13-21-22), tetapi juga sekaligus penegasan secara eksplisit dari
keberadaan TUHAN sebagai penuntun berupa “awan”.

Struktur dan dinamika teks

Dari pembagian di atas dapat dilihat struktur dari teks ini menggunakan pola kiasme
kiosentrik atau terdapat pararel di dalamnya:

A Pada hari didirikan Kemah Suci, maka awan itu menutupi Kemah Suci, kemah
hukum Allah; dan pada waktu malam sampai pagi awan itu ada di atas Kemah
Suci, kelihatan seperti api.
A’ Demikikanlah selalu terjadi: awan itu menutupi Kemah, dan pada waktu malam
kelihatan seperti api
B Dan setiap kali awan itu naik dari atas Kemah, maka orang Israel pun
berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di sanalah orang Israel berkemah
B’ Atas titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga mereka
2
berkemah; selama awan itu diam di atas Kemah Suci, mereka tetap berkemah
X Apabila awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci, maka orang Israel
memelihara kewajibannya kepada TUHAN, dan tidaklah mereka berangkat
C Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci; maka atas
titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka berangkat
C’ Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik pada
waktu pagi, mereka pun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu
malam, apabila awan itu naik, mereka pun berangkatlah
Konklusi Terkait dengan lama tidaknya awan itu tinggal ataupun naik barulah bangsa
berkemah dan berangkat karena atas titah Tuhan
Terkait dengan hal itu, dinamika teks yang dapat dilihat dalam teks ini adalah perubahan
konteks waktu: pembangunan Kemah Suci – perjalanan Israel menurut tanda dari awan –
karena atas titah Tuhan mereka melakukan hal itu “ketataatan”.

Analisa teks “per-ayat”

Ay.15 “Pada hari didirikan Kemah Suci”. Kata ini merupakan pembuka yang
mengingatkan kita dengan perikop Kel 40:2: “Pada hari yang pertama dari bulan yang
pertama haruslah engkau mendirikan Kemah Suci, yakni kemah pertemuan itu”. Hal ini
menunjukan adanya interelasi maupun kesinambungan teks yang ingin ditekankan pada saat
di mana bangsa Israel akan bersiap untuk berangkat melewati gurun. “maka awan itu
menutupi Kemah Suci,”, awan ini adalah tanda kehadiran Allah di dalam Kemah Suci.
Intinya di mana ada tanda dari awan tersebut, maka di situlah Allah hadir ada di tengah-
tengah bangsa ini (Bil 14:14). Awan ini juga menghalangi pandangan

Ay.16 “Demikianlah selalu terjadi..” kalimat ini menunjukan penekanan bahwa suatu
peristiwa atau kejadian yang sama terulang terus menerus. “awan itu menutupi kemah,dan
pada waktu malam kelihatan seperti api”. Tuhan sebagai penuntun atau penunjuk jalan
bagi bangsa Israel yang selalu mendahului mereka berupa awan di siang hari dan api di
malam hari (Ul 1:33).

Ay.17 Meskipun dalam cerita perjalanan ini Musa mengambil peranan yang penting
sebagai perpanjangan tangan dari Tuhan, tetapi teks ini mengambarkan dengan jelas bahwa
Tuhan adalah sebagai satu-satunya pemimpin utama. “Dan setiap kali awan itu naik dari
atas Kemah, maka orang Israel pun berangkatlah, dan di tempat awan itu diam, di
sanalah orang Israel berkemah”, kalimat ini lebih menunjukan ketetapan yang harus orang
Israel taati (berangkat) sesuai dengan tanda-tanda yang di perlihatkan oleh awan itu (Kel
40:36).

Ay.18 “Atas titah TUHAN orang Israel berangkat dan atas titah TUHAN juga
mereka berkemah…” Dapat di mengerti, jika dalam konteks penindasan (Kel 13: peristiwa
perbudakan terhadap bangsa Israel di Mesir sampai mereka berteriak minta pertolongan
kepada Tuhan), Tuhan Allah di pandang sebagai penyelamat dan pemberi jalan baru juga
pengharapan bagi mereka ketika mereka ditindas. Maka, Tuhan juga menuntut agar segala
apa yang diperintahkan oleh-Nya ditaati dan dilaksanakan. Itu juga yang hendak di
maksudkan pada ayat ini, titah atau perintah dari Tuhan yang mengikat orang Israel secara
langsung “otomatis” yang menggerakan mereka. Titah itu sekali lagi nampak sekali dalam
wujud kemuliaan Tuhan yakni berupa tiang awan. Dalam kesanggupannya, mereka serta
merta juga harus mematuhi titah Tuhan.

Ay.19 “Apabila awan itu (lama tinggal) di atas Kemah Suci…”, pernyataan ini
memperlihatkan adanya masa “waktu” kapan bangsa Israel berangkat dan berhenti untuk
menetap di suatu tempat. Lagi-lagi ini juga berkaitan dengan peraturan yang memungkinkan
mereka untuk taat kepada Tuhan.

Ay.20 “Ada kalanya awan itu hanya tinggal beberapa hari di atas Kemah Suci;
maka atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka
berangkat”. Apakah awan itu lama tinggal di atas Kemah Suci maupun tidak, dengan dan
atas perintah-Nya mereka harus melaksanakannya. Oleh karena mereka di tuntun oleh Tuhan
maka bagaimanapun perjalanan mereka tidak ditentukan seenaknya, tetapi di sudah atur
sesuai dengan awan.

Ay.21 “Ada kalanya awan itu tinggal dari petang sampai pagi; ketika awan itu naik
pada waktu pagi, mereka pun berangkatlah; baik pada waktu siang baik pada waktu
malam, apabila awan itu naik, mereka pun berangkatlah”. Menunjukan “ways” atau cara
mengada dari awan itu sendiri. Menggambarkan situasi di mana waktu mereka harus tunduk
pada titah Tuhan.

Ay.22 “Berapa lama pun juga awan itu diam di atas Kemah Suci,baik dua hari, baik
sebulan atau lebih lama…”. Penggambaran pernyataan yang menyatakan bahwa
penggembaraan bangsa Israel selama 40 tahun di tuntun oleh Tuhan sesuai dengan perintah
dan ketetapannya. Jadi orang Israel menyesuaikan keberangkatan mereka dengan apa yang
nampak di atas Kemah Suci itu yakni tiang awan.

Ay.23 “Atas titah TUHAN mereka berkemah dan atas titah TUHAN juga mereka
berangkat…”: Pernyataan penegasan ulang dari keseluruhan teks. Memuat sub-sub ayat
yang telah di gambarkan sebelumnya. “mereka memelihara kewajibannya kepada
TUHAN, menurut titah TUHAN dengan perantaraan Musa”. Bangsa Israel melakukan
kewajibannya selama perjalan mereka sesuai dengan aturan-aturan dan ketetapan dari apa
yang sebelumnya telah di katakan Tuhan lewat perantaraan Musa. Dari keseluruhan teks,
nama Musa muncul di bagian terakhir ayat itu, hal ini mau menunjukan konklusi penting
peranan Musa sebagai tokoh yang menjadi alat Tuhan untuk mengaktualisasikan perintah-
Nya terhadap orang Israel.

Kesimpulan (terdapat relevansi)

Kesimpulan dari teks ini yakni Bil 9:15-23 merupakan kesatuan unit literer dengan kitab
Bilangan karena membuka awal perjalanan bangsa Israel untuk berangkat meninggalkan
gunung Sinai. Keseluruhan cerita ini menampilkan secara langsung tentang keyakinan Israel
akan penyelenggaraan dari tuntunan Tuhan yang nampak pada tiang awan sebagai lambang
kehadiran ilahi (Kel 13:21, 22; 40:34-38). Mereka berkemah, berangkat dan melaksakan
kewajiban mereka seturut dengan titah Tuhan.

Hal ini juga yang mungkin bisa menjadi pegangan bagi kita orang beriman. Bagaimana
kita melihat dan menemukan tanda-tanda atau simbol yang Tuhan berikan kepada kita
sebagai lambang dari kemuliaan-Nya yang akan menjadi penentu arah hidup kita. Kita harus
percaya bahwa penyelenggaraan-Nya ke dalam kehidupan kita juga akan membuahkan benih
yang baik, dimana mendapat hidup yang kekal. Serta melaksanakan dan menaati perintah-
Nya membuat kita akan sampai kepada tanah terjanji yang sebelumnya sudah dijanjikan
Tuhan Allah sendiri kepada para bapa-bapa Bangsa mereka. Hal itu yang menjadi pokok
mengapa bangsa Israel secra langsung di tuntun oleh Tuhan sendiri.

BIBLIOGRAFI
Mengenal Tulisan-tulisan Perjanjian Lama (I. Suharyo, 1995)
St. Darmawijaya, Pentateukh atau Taurat Musa (Kanisius; Yoyakarta 1992)
Dianne Bergant, CSA – Robert J. Karris, OFM, Tafsir Alkitab Perjanjian Lama “The
Collegeville Bible Commentary, 1989 (Kanisius; Yogyakarta 2002)
P. D. Nilakandi, Tafsiran Alkitab Masa Kini 1 (BPK GUNUNG MULIA; Jakarta 1982)

Anda mungkin juga menyukai