Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN KELOMPOK

PRAKTIK LAPANGAN III


SEMESTER V

PELAYANAN KESEHATAN, PENYELENGGARAAN SP2TP, SIMPUS,


DAN PELAYANAN BPJS DI PUSKESMAS GONDANGLEGI
KABUPATEN MALANG TAHUN 2019

Disusun Oleh
Sella Mardiana

171151009
A. Arif Munandar
171151010
Devi Kumala Sari 171151018

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKes WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2019
LAPORAN KELOMPOK
PRAKTIK LAPANGAN III
SEMESTER V

PELAYANAN KESEHATAN, PENYELENGGARAAN SP2TP, SIMPUS,


DAN PELAYANAN BPJS DI PUSKESMAS GONDANGLEGI
KABUPATEN MALANG TAHUN 2019

Disusun Oleh
Sella Mardiana

171151009
A. Arif Munandar
171151010
Devi Kumala Sari 171151018

PRODI DIII REKAM MEDIS DAN INFORMASI KESEHATAN


STIKes WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL :
PELAYANAN KESEHATAN, PENYELENGGARAAN SP2TP, SIMPUS,
DAN PELAYANAN BPJS DI PUSKESMAS GONDANGLEGI
KABUPATEN MALANG TAHUN 2019
Telah disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :

Menyetujui,
CI Akademik CI Lahan Praktik

Miftachul ‘Ulum, ST., MM Nur Slamet, SE

Mengetahui,
Ka. Program Studi D3 RMIK
STIKes Widya Cipta Husada

Miftachul ‘Ulum, ST., MM.

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Laporan Praktik Kerja
Lapangan III di Puskesmas Gondanglegi dengan judul “Pelayanan
Kesehatan, Penyelenggaraan SP2TP, SIMPUS, dan Pelayanan BPJS di
Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang Tahun 2019” dapat
diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan III ini dapat
diselesaikan atas dukungan dari berbagai pihak sehingga dalam
kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Miftachul ‘Ulum, ST., MM. selaku Ketua Program Studi DIII Rekam Medis
dan Informasi Kesehatan sekaligus selaku pembimbing (CI) akademik,
2. dr. Titik Ari Respatilatsih selaku Kepala Puskesmas Gondanglegi,
3. Nur Slamet, SE selaku Kepala Bidang Tata Usaha Puskesmas Gondanglegi
sekaligus selaku pembimbing (CI) lahan praktik Puskesmas Gondanglegi,
4. Bapak dan Ibu pembimbing ruang yang telah membimbing kami dalam
melaksanakan tugas,
5. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan material dan do’a
sehingga PKL kami berjalan dengan lancar,
6. Dosen pengajar dan staf Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi
Kesehatan STIKes Widya Cipta Husada,
7. Seluruh staf dan karyawan Puskesmas Gondanglegi,
8. Rekan – rekan Program Studi DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan,
9. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dalam penyelesaian Laporan
Praktik Kerja Lapangan III ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini belum sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan saran untuk menyempurnakannya.
Semoga laporan ini bermanfaat.

ii
Penulis

iii
ABSTRAK
Laporan Praktik Kerja Lapangan III dengan judul “Pelayanan
Kesehatan, Penyelenggaraan SP2TP, SIMPUS, dan Pelayanan BPJS di
Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang Tahun 2019” merupakan hasil
akhir dari praktik kerja lapangan III yang dilaksanakan oleh mahasiswa
semester V STIKes Widya Cipta Husada di Sub bagian Rekam Medis
Puskesmas Gondanglegi mulai dari tanggal 2 Desember – 28 Desember
2019.
Dalam penerapan rekam medis di Puskesmas Gondanglegi
meliputi : (1) unit kerja pendaftaran pasien mulai dari menerima dan
mendaftar pasien satu persatu, mencari dan menyiapkan dokumen
rekam medis, menuliskan poliklinik yang dituju pasien, kemudian
meng-input tanggal kunjungan dan poliklinik yang dituju, selanjutnya
dokumen rekam medis di distribusikan ke poliklinik. Setelah pemeriksaan
selesai petugas meng-entry hasil pemeriksaan pasien ke aplikasi
ePuskesmas, berikutnya mengembalikan dokumen rekam medis ke
dalam rak asal dokumen (2) unit kerja filing pada puskesmas Gondanglegi
berupa pengambilan, pendistribusian, dan penyimpanan dokumen rekam
medis. Penyimpanan dokumen di puskesmas Gondanglegi menggunakan
sistem sentralisasi yaitu penyimpanan penggabungan antara dokumen
rawat jalan dan dokumen rawat inap. Sedangkan sistem penjajaran di
puskesmas Gondanglegi menggunakan Sistem Penomoran Langsung
(Straight Digit Filing System) yaitu penyimpanan dokumen rekam medis
secara berurutan sesuai dengan nomor urut rekam medis.
Puskesmas Gondanglegi sudah berganti cara penyimpanan
dokumen dari family folder menjadi penyimpanan satu orang satu rekam
medis sejak tanggal 31 Desember 2013. Penyelenggaraan SIMPUS pada
puskesmas Gondanglegi sudah berjalan dengan menggunakan aplikasi
berbasis online yang bernama ePuskesmas Next Generation.

iv
v
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

ABSTRAK..............................................................................................................iii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL....................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................vii

PETA PUSKESMAS............................................................................................viii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Tujuan Umum...............................................................................................3

C. Tujuan Khusus..............................................................................................3

D. Manfaat.........................................................................................................4

E. Ruang Lingkup..............................................................................................4

BAB II GAMBARAN UMUM/PROFIL LAHAN PRAKTIK LAPANGAN........5

BAB III HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN.........................14

A. Laporan Hasil Pelaksanaan Praktik Lapangan............................................14

B. Laporan Hasil Capaian Kompetensi...........................................................19

BAB IV PENUTUP..............................................................................................43

A. Kesimpulan.................................................................................................43

B. Saran............................................................................................................44

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................45

vi
LAMPIRAN...........................................................................................................46

vii
DAFTAR TABEL

viii
DAFTAR GAMBAR

ix
DAFTAR LAMPIRAN

x
PETA PUSKESMAS
UPT PUSKESMAS GONDANGLEGI
Faskes Tingkat Pertama BPJS Kesehatan di Kabupaten Malang
Alamat : Jl. Diponegoro No.62 Gondanglegi Kulon
Kode Pos : 65174
Telpon : +62 341 879223
Fax : (0341) 879223
Jenis Puskesmas : Faskes Tingkat I
Penyelenggara : Pemerintah Kabupaten Malang

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Gondanglegi

xi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah salah satu sarana
pelayanan kesehatan masyarakat yang amat penting di Indonesia. Puskesmas
merupakan unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu
wilayah kerja (Depkes, 2011). Puskesmas merupakan kesatuan organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat
dengan peran aktif masyarakat serta hasil pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah
dan masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa
mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan (Depkes, 2009). Apabila
ditinjau dari sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, maka peranan dan
kedudukan puskesmas adalah sebagai ujung tombak sistem pelayanan
kesehatan di Indonesia.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP)
merupakan sumber pengumpulan data dan informasi di tingkat puskesmas.
Segala data dan informasi baik faktor utama dan tenaga pendukung lain yang
menyangkut puskesmas dikirim ke pusat sebagai bahan laporan.
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) dilaksanakan oleh
puskesmas pembantu, posyandu, puskesmas keliling, bidan-bidan desa dan
jaringan puskesmas yang lain. Pencatatan dan pelaporan mencakup data
umum dan demografi wilayah kerja puskesmas, data ketenagaan puskesmas
dan data sarana yang dimiliki puskesmas (Syaer, 2011).
Rekam medis berperan serta dalam menunjang sistem pencatatan dan
pelaporan. Optimalisasi pengisian rekam medis akan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di puskesmas. Selain itu akan didapatkan SP2TP yang

1
mencerminkan keadaan yang sebenarnya mengenai keadaan pelayanan
kesehatan di puskesmas yang bersangkutan sehingga perencanaan program

2
3

yang diambil benar-benar tepat. Ketidaklengkapan rekam medis juga akan


mempengaruhi SP2TP sehingga data dan informasi yang diperlukan untuk
perencanaan, penggerakan, pelaksanaan, pemantauan, pengawasan,
pengendalian, penilaian penampilan puskesmas, serta situasi kesehatan
masyarakat di wilayah kerja puskesmas tidak menggambarkan keadaan
sebenarnya mengenai keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang
dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.
Terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya
kesehatan masyarakat yang menjadi tanggungjawab puskesmas, perlu
ditunjang dengan tersedianya pembiayaan yang cukup. Sumber pembiayaan
puskesmas sendiri berasal dari pemerintah, pendapatan puskesmas serta
sumber lain seperti jaminan kesehatan nasional (BPJS dan ASKES).
Sistem informasi puskesmas merupakan sebuah sistem yang
terintegrasi dan disiapkan untuk menangani keseluruhan proses manajemen
puskesmas. Sistem ini dapat mempercepat dan memudahkan petugas dalam
proses pelayanan pasien. Proses pelayanan pasien dapat dilakukan secara
online dan data yang diinput dengan langsung masuk ke dalam server tujuan
yakni Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dengan begitu dapat diketahui
berapa jumlah orang dari keseluruhan jumlah penduduk yang berobat di
puskesmas tersebut. Dalam sistem informasi secara online dibutuhkan kode
diagnosa guna memberikan informasi yang lebih lengkap dan akurat
mengenai pasien. Pemberian kode (koding) merupakan kegiatan pemberian
kode diagnosis menggunakan huruf atau angka kombinasi huruf dalam rangka
mewakili komponen data. Kegiatan ini sangatlah penting untuk
menyeragamkan nama, cedera, gejala penyakit dan fungsinya untuk
mengelompokkan penyakit/operasi yang sama dan berguna dalam
memudahkan pelayanan pada penyajian informasi/laporan untuk menunjang
perencanaan puskesmas.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka laporan praktik kerja lapangan
mengambil judul “Pelayanan Kesehatan, Penyelenggaraan SP2TP, SIMPUS,
4

dan Pelayanan BPJS di Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang Tahun


2019”.

B. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mengatahui gambaran tentang sistem informasi manajemen
puskesmas khususnya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu
Puskesmas (SP2TP) guna meningkatkan kemampuan dalam upaya
menentukan permasalahan yang berkaitan dengan pengolahan rekam
medis, dan populasi, dan pengolahan sistem informasi kesehatan.
2. Mahasiswa mempunyai perilaku yang berbudi luhur, disiplin, role model
perilaku kesehatan, mampu bekerja sama ke pasien dan kolega, menerima
dan beradaptasi terhadap perubahan.
3. Mahasiswa mempunyai kemampuan komunikasi efektif terhadap pasien
dan rekan sejawat baik dalam pengkajian kesehatan maupun terapi.
4. Mahasiswa mampu berpikir kritis dan menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi di lapangan.

C. Tujuan Khusus
1. Menjelaskan data-data dasar puskesmas.
2. Menjelaskan laporan-laporan puskesmas.
3. Melakukan pencatatan, pelaporan, pengolahan, dan penyajian data di
puskesmas.
4. Melakukan analisis kelengkapan formulir rekam medis (kualitatif dan
kuantitatif).
5. Mengetahui tentang pelaksanaan asuransi dan sistem pembiayaan
kesehatan.
6. Mengetahui tentang pelaksanaan sistem informasi kesehatan (SIK).
7. Mengklasifikasi dan mengkode penyakit yang meliputi neoplasma dan
infeksi.
8. Mengklasifikasi dan mengkode penyakit yang meliputi penyebab
kematian.
5

9. Mengklasifikasi dan mengkode penyakit yang meliputi keracunan dan


penyebab luar cidera.

D. Manfaat
1. Manfaat Bagi Mahasiswa :
Menambah wawasan dan pengetahuan tentang sistem pelayanan kesehatan
puskesmas khususnya sistem pencatatan dan pelaporan terpadu serta
sistem informasi manajemen puskesmas.
2. Manfaat Bagi Institusi (STIKes Widya Cipta Husada – Kepanjen) :
Sebagai acuan dan kajian untuk mahasiswa yang akan melakukan Praktik
Kerja Lapangan (PKL).
3. Manfaat Bagi Puskesmas :
Sebagai bahan analisis pihak Puskesmas Gondanglegi dalam meningkatkan
pelayanan kesehatan serta sebagai bahan pertimbangan dalam memenuhi
standar mutu pelayanan.

E. Ruang Lingkup
1. Lingkup Waktu
Praktek Kerja Lapangan III dilaksanakan pada tanggal 2 Desember-28
Desember.
2. Lingkup Tempat
Praktek Kerja Lapangan III dilaksanakan di Puskesmas Gondanglegi.
3. Lingkup Materi
Dalam lingkup materi Praktek Kerja Lapangan III ini meliputi pelayanan
kesehatan, penyelenggaraan SP2TP, SIMPUS, dan pelayanan BPJS di
Puskesmas Gondanglegi.
4.
BAB II
GAMBARAN UMUM/PROFIL LAHAN PRAKTIK
LAPANGAN

A. Sejarah Singkat Puskesmas Gondanglegi


UPT Puskesmas Gondanglegi Kabupaten Malang terletak di Jl.Diponegoro
No.62 Kecamatan Gondanglegi Kabupaten Malang dengan luas bangunan
1920 m2 dengan riwayat sebagai berikut :
1. Tahun 1958 Yayasan Petani Tebu Rakyat Masyarakat (PETERMAS)
membangun gedung yang disumbangkan kepada pemerintah untuk
dijadikan Poliklinik Kesehatan.
2. Tahun 1975 Poliklinik Kesehaatan dijadikan Puskesmas Pembina
Gondanglegi yang mempunyai wilayah kerja 2 kawedanan yaitu
Bululawang dan Pagak.
3. Tahun 1980 bahwa di setiap kecamatan mempunyai puskesmas dan dokter
dimana pada saat itu Puskesmas Gondanglegi mempunyai wilayah kerja
24 desa.
4. Tahun 1988 di Kecamatan Gondanglegi di bangun kembali 1(satu)
Puskesmas yaitu Puskesmas Ketawang sehingga dengan masingmasing
puskesmas mempunyai wilayah kerja 12 desa.
5. Tahun 2000 Kecamatan Gondanglegi mengalami pemekaran menjadi 2
kecamatan yaitu Kecamatan Gondanglegi dan Kecamatan Pagelaran. Akan
tetapi Keacamatan Pagelaran belum mempunyai Puskesmas sehingga
Puskesmas Gondanglegi masih tetap bertanggugjawab dalam
pembangunan kesehatan di wilayah 2 kerja kecamatan.
6. Pada tahun 2008 di Kecamatan Pagelaran mulai di buka Puskesmas
Pagelaran dengan 10 desa yang semula masuk wilayah kerja Puskesmas
Gondanglegi dialihkan ke Puskesmas Pagelaran, dan Puskesmas
Gondanglegi mendapat tambahan 5 desa dari wilayah Kerja Puskesmas
Ketawang , sehingga masing- masing bertanggungjawab pada 7 desa

6
7

dimana yang masuk wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi yaitu desa


Gondanglegi Kulon, Gondanglegi Wetan, Putat Kidul, Sepanjang,
Sukosari, Pnaggungrejo, dan sukorejo.

B. Profil Puskesmas Gondanglegi


Puskesmas Gondanglegi berada di wilayah Kecamatan Gondanglegi
tepatnya di Jl. Diponegoro 62 Telp. (0341)879223 Fax (0341) 879223 di
wilayah Desa Gondanglegi Kulon Kecamatan Gondanglegi dengan jarak
tempuh dari ibukota kabupaten (Kepanjen) ± 11Km dengan waktu tempuh
± 15 menit dengan kendaraan bermotor.
Visi : Mewujudkan Masyarakat Kabupaten Malang yang Madep Manteb
Manetep
Misi : Melakukan percepatan pembangunan dibidang pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi guna meningkatkan indek pembangunan
manusia, dengan strategi :
1. Memberikan informasi dan edukasi mengenai kesehatan yang
seluas – luasnya kepada masyarakat
2. Meningkatkan kwantitas dan kualitas pelayanan kepada
masyarakat
3. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat, jejaring dan lintas
sector terkait
4. Menjaga keharmonisan hubungan internal Puskesmas dan
eksternal dengan masyarakat pengguna layanan
5. Membangun citra puskesmas yang ramah, nyaman, tanggap dan
berwibawa.

1. Luas wilayah Luas wilayah 29.69 Km2 termasuk wilayah dataran


rendah.
2. Batas wilayah Kerja
a. Wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi berbatasan dengan :
b. Utara : Wilayah kerja Puskesmas Ketawang
8

c. Timur : Kecamatan Turen


d. Selatan : Kecamatan Pagelaran
e. Barat : Kecamatan Kepanjen
3. Jumlah Desa, Dusun/Dukuh, Rukun Warga (RK/RW) dan RT

Tabel 1. Jumlah Desa, Dusun/Dukuh, Rukun Warga (RK/RW) dan RT

No Desa Dusun/ Rukun Rukun


Dukuh Warga Tetangga
Rukun Warga ( RK/RW) (RT)
1. Gondanglegi Kulon 48 4 44
2. Gondanglegi wetan 48 9 39
3. Putat kidul 22 5 17
4. Sepanjang 62 4 58
5. Sukosari 16 4 12
6. Panggungrejo 22 5 17
7. Sukorejo 35 3 32
Jumlah 253 34 219
Sumber: Data Sekunder Laporan Tahunan Puskesmas Gondanglegi,
(2018)

C. Demografi
1. Penduduk
a. Jumlah penduduk
1) Jumlah penduduk laki-laki
2) Jumlah penduduk perempuan
b. Jumlah kepala keluarga
c. Jumlah keluarga miskin
d. Jumlah penduduk menurut kelompok umur
1) Umur 0 – 9 tahun : 7,286 orang
2) Umur 10 – 19 tahun : 9,968 orang
3) Umur 20 – 29 tahun : 8,284 orang
4) Umur 30-39 tahun : 7,985 orang
5) Umur > 39 tahun : 15,937 orang
9

18000
15937
16000

14000

12000
9968
10000
8284 7985
8000 7286

6000

4000

2000

0
Umur

0-9 tahun 10-19 tahun 20-29 tahun 30-39 tahun >39 tahun

Gambar 2.Penduduk Berdasarkan Umur


Sumber : Data Sekunder Laporan Tahunan Puskesmas Gondanglegi (2018)

2. Agama
Jumlah penduduk pemeluk agama :
a. Budha : 7 jiwa
b. Hindu : 16 jiwa
c. Kristen : 185 jiwa
d. Katolik : 97 jiwa
e. Islam : 49.155 jiwa

Grafik Prosentase Penduduk Menurut


Pemeluk Agama 2018
Budha 0.03

Hindu 0.37

Kristen 0.01

Katolik 0.20

Islam 99.38
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00

Gambar 3. Jumlah Penduduk Pemeluk Agama


10

Sumber : Data Sekunder Laporan Tahunan Puskesmas Gondanglegi


(2018)

3. Jumlah Kelahiran dan Kematian


a. Jumlah kematian semua umur : 28 orang
b. Jumlah kematian ibu hamil : 0 orang
c. Jumlah kematian ibu bersalin : 0 orang
d. Jumlah kematian ibu nifas : 0 orang
e. Jumlah kelahiran : 806 bayi
f. Jumlah lahir mati : 3 bayi
g. Jumlah bayi mati : 1 bayi
h. Jumlah balita mati : 0 bayi

4. Sasaran Kesehatan
a. Jumlah bayi (0-12 bln) : 733 bayi
b. Jumlah anak balita (1-4 thn) : 2.930 orang
c. Jumlah Balita (0-4 thn) : 3.652 orang
d. Jumlah anak pra sekolah (5-6 thn) : 741 orang
e. Jumlah murid SD / MI : 4.564 murid
f. Jumlah wanita usia subur (15-49 thn) : 12.498 orang
g. Jumlah pasangan usia subur : 8.359 orang
h. Jumlah ibu hamil : 807 orang
i. Jumlah ibu bersalin : 770 orang
j. Jumlah ibu meneteki : 1.635 orang

D. Sosial Ekonomi
1. Pendidikan rata – rata penduduk
Sejumlah 22,90 % atau sebanyak 10.679 jiwa adalah berpendidikan
setara dengan Sekolah Dasar (SD), sejumlah 15,18 % atau sebanyak
7.078 jiwa adalah berpendidikan setara dengan Sekolah Lanjutan Tingkat
11

Pertama (SLTP) sedangkan yang tidak pernah sekolah sejumlah 6,75 %


atau sebanyak 3.147 jiwa
2. Mata pencaharian penduduk
a. Buruh tani : 7.240 orang
b. Pedagang : 4.108 orang
c. Pekerja jasa : 2.056 orang
d. Buruh Pabrik : 1.114 orang
e. Buruh Bangunan : 649 orang
f. Pegawai Negeri Sipil : 573 orang
g. TNI / POLRI : 47 orang
h. Lain – lain
: 87 orang

Gambar 4. Presentasi Penduduk Menurut Mata Pencaharian


Sumber : Data Sekunder Laporan Tahunan Puskesmas Gondanglegi (2018)

E. Sarana dan Prasarana Kesehatan


1. Sarana Kesehatan
a. Rumah Sakit Islam Gondanglegi : 1
b. Puskesmas : 1
c. Puskesmas Pembantu : 2
d. Pondok bersalin desa : 7
e. Pondok kesehatan desa : 7
12

f. Puskesmas keliling : 1
g. BP PMI : 1
h. Dokter Umum Praktek Swasta : 10
i. Dokter gigi praktek swasta : 2
j. Dokter spesialis praktek swasta : 2
k. Bidan Praktek Swasta : 7
l. Apotek : 7
m. Posyandu : 64
2. Jenis Layanan Puskesmas
a. Balai pengobatan Umum
b. Poli KIA termasuk pelaksanaan program MTBS, DDTK, PMTCT dan
Kelas Ibu
c. Poli KB
d. Imunisasi
e. Balai pengobatan gigi
f. Laboratorium lengkap termasuk didalamnya program pemeriksaan
HIV dan siphilis
g. Rawat inap persalinan ( PONED ) & rawat inap umum
h. Poli sanitasi
i. Poli Gizi
j. Poli VCT HIV/AIDS + Konseling Adiksi
k. Poli Terapi Rumatan Metadon
l. Poli IMS
m. UGD 24 jam

F. Ketenagaan
1. Medis
a. Dokter umum : 3 orang
b. Dokter gigi : 1 orang
2. Paramedis
a. Bidan Puskesmas : 6 orang
13

b. Bidan Desa : 5 orang


c. Bidan Pustu : 2 orang
d. Sukwan Bidan : 7 orang
e. Perawat : 3 orang
f. Perawat Ponkesdes : 7 orang
g. Sukwan Perawat : 5 orang
h. Perawat gigi : 1 orang
i. Petugas Gizi (D-III) : 1 orang
j. Farmasi (D-III) : 1 orang
k. Analis Laboratorium : 1 orang
3. Non Medis
a. Staf : 9 orang
b. Sopir : 1 orang
c. Cleaning servis : 3 orang

G. Pendanaan
Pendanaan Puskesmas diperoleh dari beberapa sumber, yaitu:
1. Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
2. Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
3. Dana Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
14
15

H. Struktur Organisasi Puskesmas

Gambar 5 Struktur Organisasi Puskesmas Gondanglegi


BAB III
HASIL KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
A. Laporan Hasil Pelaksanaan Praktik Lapangan
Jadwal kegiatan praktik kerja lapangan III di Puskesmas Gondanglegi,
dari 3 mahasiswa dibagi menjadi 2 bagian yaitu pendaftaran dan filing.
Kegiatan PKL III diaksanakan selama 4 minggu yakni mulai tanggal 2
Desember – 28 Desember 2019.
1. Jadwal Kegiatan
Tabel 2 Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapangan III

Tgl Sela Mardiana A. Arif Munandar Devi Kumala Sari


2 R R R
3 R R R
4 R R L
5 L R R
6 R R R
7 R R R
8
9 R R R
10 L R R
11 R R R
12 R L R
13 R R R
14 R R
15
16 R R R
17 R R R
18 L R R
19 L R R
20 L R
21 R R R
22
23 L R R
24
25
26 R R R
27 R R R
28 R R R

16
17
18

Keterangan:
Tanggal : Tanggal pelaksanaan waktu PKL
Blok Hijau : Hari libur/tanggal merah
Huruf R : Ruang rekam medis (Filing)
Huruf L : Loket

2. Kegiatan PKL
a. Apel Pagi
Apel pagi adalah suatu sarana untuk membangun komitmen dan
disiplin bagi pegawai yang dilakukan setiap hari sebelum memulai
bekerja. Fokus utama kegiatan apel pagi di Puskesmas Gondanglegi
adalah pengabsenan pegawai dan penyampaian hal-hal penting dari
pembina apel, lalu dilanjutkan dengan pembacaan doa dan ditutup
dengan pengucapan Jargon dari Puskesmas Gondanglegi. Khusus pada
setiap hari senin ada pengucapan Visi Misi Puskesmas Gondanglegi,
pengucapan, tugas pokok dan fungsi puskesmas, tata nilai, kebijakan
mutu, enam sasaran keselamatan pasien, dan lima waktu cuci tangan
di awal apel pagi.
b. Senam Pagi
Pada kegiatan senam pagi di Puskesmas Gondanglegi
dilaksanakan setiap hari Jum’at mulai jam 07.00 – 07.30, senam ini
dinamakan senam jantung sehat yang di ikuti oleh seluruh karyawan
dan mahasiswa yang praktik di UPT Puskesmas Gondanglegi.
c. Mengetahui Alur Pelayanan Puskesmas Gondanglegi
Pasien datang mengambil nomor urut antrian dibantu oleh
resepsionis. Setelah itu petugas resepsionis meminta kartu identitas
pasien, yang mana berupa KTP, KIB, atau kartu BPJS bila pasien
adalah peserta jaminan kesehatan nasional. Setelah itu petugas
resepsionis menulis tracer dan melampirkan kartu identitas pasien,
serta nomor antrian pasien dan poli yang akan dituju. Selanjutnya
petugas resepsionis memberikan tracer kepada petugas filing. Setelah
19

petugas filing telah menemukan dokumen rekam medis pasien,


petugas filing memberikan dokumen tersebut ke petugas pendaftaran.
Petugas pendaftaran memanggil pasien sesuai nomor urut dan
mendaftarkan pasien pada unit yang dituju. Selanjutnya petugas poli
akan membawa dokumen pasien tersebut sesuai poli yang di tuju.
Setelah pasien selesai diperiksa, jika pasien membutuhkan pelayanan
penunjang pasien diarahkan ke laboratorium atau diberikan rujukan ke
unit yang sesuai dengan kebutuhan pasien. Jika pasien tidak perlu hal
tersebut maka pasien akan diberi resep obat untuk diserahkan ke
apotik.
Setelah mendapat obat, pasien diarahkan ke kasir untuk
membayar obat dan pelayanan yang telah didapat. Jika pasien adalah
peserta BPJS maka setelah mendapat obat pasien tidak perlu ke kasir
untuk membayar biaya pelayanan dan obat yang telah ia dapat.
Apabila pasien memerlukan tindakan darurat, atau pasien tersebut
adalah pasien TB maka pasien tersebut akan langsung diarahkan ke
Unit Gawat Darurat (UGD), setelah itu keluarga pasien akan
mendaftarkan pasien ke loket. jika saat datang pasien datang sendirian
maka perawat yang akan ke loket untuk mendaftarkan pasien tersebut

dengan membawa kartu identitas pasien dan kartu BPJS pasien bila
ada.
20

Alur pelayanan pasien di Puskesmas Gondanglegi

d. Mengetahui Sistem Pendaftaran dan Filing di Puskesmas Gondanglegi


1) Pendaftaran Pasien
Proses pendaftaran pasien adalah awal dari keseluruhan proses
rekam medis atau disinilah pelayanan pertama kali yang diterima
oleh pasien saat tiba di pelayanan kesehatan. Dalam proses
pendaftaran, petugas harus bersikap ramah, sopan, tertib, dan
bertanggung jawab agar pasien merasa diperhatikan dan dilayani
dengan baik. Adapun cara pendaftaran pasien di puskesmas

Gambar 6 Alur Pelayanan Pasien Puskesmas Gondanglegi


Gondanglegi sebagai berikut :
a) Petugas loket telah mendapat dokumen rekam medis dari filling.
b) Petugas memanggil pasien sesuai nomor urutan pasien
c) Petugas meminta pasien agar menulis nama dan tanda tangan di
buku kunjungan pasien.
d) Petugas memberi stempel tanggal pada form rawat jalan pasien
dan mengembalikan kartu identitas pasien yang telah dipinjam
pada saat di bagian resepsionis tadi.
e) Petugas mengentri pasien pada aplikasi e-Puskesmas.
f) Petugas menulis di buku kunjungan BPJS jika pasien tersebut
adalah peserta jaminan kesehatan nasional.
21

Gambar 7 Alur Pendaftaran Pasien Puskesmas Gondanglegi


2) Penyimpanan Dokumen Rekam Medis Pasien (Filing)
Penyimpanan dokumen rekam medis pasien atau filing adalah
tempat dimana dokumen rekam medis di simpan di dalam sebuah
rak dan di jajarkan secara straight numerical filing dimana
dokumen tersebut diurutkan secara berurutan dari nomor yang
paling kecil hingga ke nomor yang paling besar. untuk
penyimpanan dokumen rekam medis di Puskesmas gondanglegi
menggunakan sistem sentralisasi. Diamana dokumen rawat inap
dan rawat jalan pasien di jadikan satu dalam satu map rekam medis.
Adapun cara pengambilan dokumen rekam medis pasien rawat
jalan di Puskesmas Gondanglegi adalah sebagai berikut :
a) Petugas mengambil tracer yang sudah lengkap dengan nomor
urut, KIB dan kartu BPJS pasien.
b) Petugas mencarikan dokumen rekam medis pasien tersebut
dengan melihat no rekam medis pasien, apabila dokumen sudah
tertemukan, 16 petugas wajib mencocokan nama yang ada di
dokumen rekam medis dengan kartu identitas pasien.
c) Setelah itu petugas mengurutkan dokumen rekam medis sesuai
nomer antrian pasien.
22

d) Petugas filling memberikan dokumen rekam medis kepada


petugas loket untuk dilakukannya pendaftaran pasien.

B. Laporan Hasil Capaian Kompetensi


1. Data - Data Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggungjawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. UPT tugasnya adalah
menyelenggarakan sebagian tugas teknis Dinas Kesehatan. (DepKes RI,
2004). Kedudukan Puskesmas dalam Sistem Kesehatan Nasional sebagai
sarana pelayanan kesehatan strata pertama yang bertanggungjawab
menyelenggarakan UKP dan UKM di wilayah kerjanya. Data dan
Informasi :
a. Sebagai pusat data dan informasi puskesmas.
b. Mengumpulkan dan mengecek laporan puskesmas sebelum dikirim ke
dinas kesehatan
c. Menyajikan laporan dalam bentuk visualisasi data (tabel,grafik,dll)
d. Mengidentifikasi masalah program dari hasil visualisasi data dan
menyerahkan hasilnya kepada koordinator perencanaan dan penilaian
e. Bersama-sama team data dan informasi menyusun semua laporan
puskesmas (PTP, minilok, Lap. Tahunan, Stratifikasi, dsb.)
f. Pencatatan dan pelaporan.
Data dan informasi yang dikumpulkan bersumber dari Dinkes
Kabupaten/ Kota di seluruh Indonesia. Khusus untuk data tenaga,
pengumpulan data bekerja sama dengan sekretariat badan Pengembangan
dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan (Sekretariat Badan
PPSDMK). Berikut rangkuman data-data dasar Puskesmas Gondanglegi :
a. Luas Wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi : ±29,69 km2
b. Jumlah wilayah kerja : 7 desa
c. Jumlah penduduk wilayah kerja : 48.554 jiwa
23

d. Karakteristik wilayah : Pedesaan


e. Kondisi bangunan Puskesmas : Baik
f. Jumlah tempat tidur : 22 unit
g. Jumlah ketenagakerjaan : 55 jiwa
h. Sumber air : PDAM dan
sumurbor
i. Sumber listrik : PLN dan Generator
j. Kondisi jalan menuju Puskesmas : Aspal
k. Jumlah dan kondisi ambulan : baik (2 unit)
Data-data dasar selengkapnya bisa dilihat pada Bab 2 tentang Gambaran
Umum Puskesmas Gondanglegi.

2. Laporan – Laporan Puskesmas


a. Alur Data Laporan Puskesmas
Sistem pencatatan dan pelaporan Puskesmas (SP3) merupakan
instrumen vital dalam sistem kesehatan. Informasi tentang kesakitan,
penggunaan pelayanan kesehatan di Puskesmas, kematian, dan
berbagai informasi kesehatan lainnya berguna untuk pengambilan
keputusan dan pembuatan kebijakan di tingkat kabupaten atau kota
maupun kecamatan (Santoso, 2008). Puskesmas Gondanglegi
memiliki data-data yang dikumpulkan dan dilaporkan secara berkala
yaitu bulanan, triwulan dan tahunan yang akan dilaporkan ke Dinas
Kesehatan Kabupaten Malang. Kegiatan pengirim laporan berbasis
online dan berbasis offline atau manual. Untuk laporan yang berbasis
offline LB-4, LB-2 dan Lansia, untuk laporan offline petugas
mengumpulkan laporan langsung ke Dinas Kesehatan Kabupaten
Malang. Berikut adalah alur data laporan Puskesmas Gondanglegi :
Mekanisme pelaporan yang dilakukan di Puskesmas Gondanglegi
sebagai berikut :
1) Setiap tanggal 20 Polindes, Bidan Desa, dan Posyandu
melaporkan data hasil kegiatan yang dilakukan ke induk yaitu di
24

Puskesmas Gondanglegi. Apabila belum mengumpulkan karena


alasan tertentu diberikan keringanan sampai tanggal 28 pagi.
2) Data yang dilaporkan data desa yang termasuk dalam wilayah
puskesmas kemudian direkapitulasi oleh pelaksana kegiatan.
3) Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan dimasukkan ke formulir
laporan yang kemudian disampaikan kepada koordinator SP2TP.
4) Koordinator SP2TP mengirimkan laporan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota menggunakan software yang telah ditetapkan oleh
Depkes.
5) Hasil rekapitulasi pelaksanaan kegiatan diolah dan dimanfaatkan
untuk tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja
kegiatan. Alur data laporan yang ada di Puskesmas Gondanglegi
sudah sesuai dengan teori dimana koordinator pelaporan
merekapitulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke formulir
laporan untuk dikirim ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Gambar 8 Alur Pelaporan Puskesmas Gondanglegi


25

3. Pencatatan, Pelaporan, Pengolahan, dan Penyajian Data


Puskesmas
Suatu Pencatatan dan Pelaporan Tingkat Puskesmas (SP2TP)
adalah kegiatan pencatatan dan pelaporan data umum, sarana, tenaga dan
upaya pelayanan kesehatan di Puskesmas yang telah disederhanakan
sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kesehatan
Masyarakat Nomor 590/BM/DJ/Info/V/96 tentang penyederhanaan
SP2TP.
a. Tujuan SP2TP
Agar semua data hasil kegiatan Puskesmas Gondanglegi dapat
di catat serta dilaporkan ke jenjang diatasnya sesuai kebutuhan secara
benar, berkala, dan teratur guna menunjang pengelolaan upaya
kesehatan masyarakat. Berdasarkan teori tujuan SP2TP di atas telah
sesuai dengan kegiatan yang ada di Puskesmas Gondanglegi dan dapat
digunakan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan dalam bidang
program kesehatan.

b. Identifikasi Permasalahan yang Berkaitan SP2TP


Dalam kegiatan pencatatan dan pelaporan terpadu di Puskesmas
Gondanglegi (SP2TP) sudah berjalan lancar dan sudah sesuai dengan
teori yang ada, namun masih ada sedikit permasalahan yang timbul di
pelaksanaan SP2TP. Permasalahan yang timbul dari Puskesmas
Gondanglegi antara lain :
1) Keterlambatan waktu pengumpulan data dari bidan desa yang
mengelolala laporan
2) Pada saat membuat laporan waktu sangat singkat dan butuh
ketelitian yang cukup sedangkan petugas SP2TP hanya 1 orang,
sehingga petugas melayani pasien sambal mengerjakan laporan

c. Evaluasi Permasalahan di Puskesmas


1) Melakukan monitoring pelaporan dari desa setiap bulannya
26

2) Sebaiknya ada tim tupoksi untuk mengerjakan laporan SP2TP

d. Penerimaan pasien Family Folder


Menurut Depkes RI (1996:1) Rekam Kesehatan Keluarga
(RKK) merupakan terjemahan dari family folder. RKK adalah catatan
tentang kondisi kesehatan suatu keluarga sebagai akibat adanya
masalah kesehatan atau penyakit pada salah satu atau lebih dari
anggota keluarga. RKK adalah himpunan dari kartu-kartu individu
suatu keluarga yang telah memperoleh berbagai pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas yang digunakan atas dasar indikasi (Depkes RI,
1992:11). Di Puskesmas Gondanglegi penerapannya sudah sejak awal
pendirian puskesmas hingga 01 Januari 2013 dan diganti menjadi
personal folder dimana satu DRM untuk satu pasien. Penerimaan
pasien sudah menggunakan sistem yang sudah terintegrasi, sehingga
mempermudah pasien pada saat pendaftaran dan pelayanan. Hal ini
dinilai sangat membantu pada saat pelayanan.

e. Pengisian Laporan Puskesmas Sistem


Pencatatan dan Pelaporan (SP3) Revisi II tahun 2008 merupakan
“SP3-Program”. Untuk berbagai data yang dikumpulkan melalui
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas digunakan formulir yang
terdiri dari 3 jenis laporan sebagai berikut yaitu:
LB-1 : Laporan Bulanan mengenai Data Kesakitan
LB-2 : Laporan Bulanan Data Kematian Laporan
LB-3 : Laporan Bulanan Program KIA/KB, Gizi dan
Pemberantasan Pencegahan Penyakit Laporan
LB-4 : Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas
1) Laporan Bulanan Penyakit (LB-1) Merupakan laporan bulanan
mengenai data kesakitan dengan cakupan data dalam wilayah kerja
puskesmas. Pelaporan dilakukan berdasarkan data penderita yang
berobat ke dalam gedung Puskesmas maupun luar gedung
27

Puskesmas dan jejaring Puskesmas yang berada di wilayah kerja


Puskesmas.
2) Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas (LB-2)
a) Format laporan LB-3 mencakup sebab kematian, jumlah
kematian menurut golongan umur yaitu : <1 BL, 1 BL - <1T, 1-
4 TH, 5-14 TH, 15-24 TH, 26-44 TH, 45-54 TH, 55-64 TH, >65
TH
b) Format laporan LB-4 terdiri dari 1 halaman
c) Isilah kolom dengan angka dalam kotak angka yang telah
disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0
(nol).
3) Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas (LB-3)
Merupakan laporan bulanna mengenai data gizi, KIA dan imunisasi
dengan cakupan data dalam wilayah kerja puskesmas. Laporan
bulanan (LB-3) ini dibagi menjadi tiga yaitu :
a) Laporan KIA LB3 IBU
b) Laporan KIA LB3 NEO
c) Laporan KIA LB3 BALITA
4) Laporan Bulanan Kegiatan Puskesmas (LB-4 )
a) Format laporan LB-4 mencakup Laporan Kunjungan
Puskesmas, Rawat Tinggal, Perawatan Kesehatan Masyarakat,
Kesehatan Gigi, JPKM, Kesehatan sekolah, Kesehatan
Olahraga, PKM, Kesehatan Lingkungan, dan Kegiatan
Laboratorium.
b) Format laporan LB-4 terdiri dari 2 halaman
c) Isilah kolom dengan angka dalam kotak angka yang telah
disediakan. Bila tidak ada datanya maka isilah dengan angka 0
(nol).
Pengisian laporan di Puskesmas Gondanglegi sudah sesuai dengan
teori. Sistem pengisian Laporan di Puskesmas sudah tidak
28

menggunakan manual, melainkan berbasis web based. (Ayudinda,


2012)
29

Gambar 9 Format Laporan Puskesmas Gondanglegi


30

f. Rekapitulasi Laporan Bulanan, Triwulan, Tahunan


Sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pembinaan
Kesehatan Masyarakat No.590/BM/DJ/Info/Info/96, tentang
Penyederhanaan Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas
bahwa pelaporan Puskesmas menggunakan tahun kalender yaitu dari
Bulan Januari sampai dengan Desember dalam tahun yang sama.
Formulir pelaporan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan/beban kerja di Puskesmas. Laporan dikirimkan dari
Puskesmas ke Dinas Kesehatan kab/kota, Dinas Kesehatan Provinsi
serta pusat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan (Ditjen BUK)
dalam bentuk rekapitulasi dari laporan SP2TP. Laporan tersebut
meliputi:
1) Laporan Triwulan
Laporan triwulan dikirim paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya dari triwulan yang dimaksud (contoh : laporan triwulan
pertama tanggal 20 Maret 2011, maka laporan triwulan berikutnya
adalah tanggal 20 Juni 2011). Laporan ini diberikan kepada dinas-
dinas terkait di bawah ini
a) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
b) Kementrian Kesehatan RI Cq Ditjen BOK
(1)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB1
(2)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB2
(3)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB3
(4)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LB4
2) Laporan Tahunan
Laporan tahunan dikirim paling lambat akhir bulan Februari di
tahun berikutnya dan diberikan kepada dinas-dinas terkait berikut
ini :
a) Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
b) Kementrian Kesehatan RI Cq Ditjen BUK ( 6,9,26 )
31

(1)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-1


(2)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-2
(3)Hasil entri data / rekapitulasi laporan LT-3
Data pada Puskesmas Gondanglegi masih diperoleh secara manual
dari petugas petugas terkait, jadi untuk data belum terunggah dalam
aplikasi SIMPUS.

g. Pelaporan KLB/ Wabah di Puskesmas


Laporan wabah/ KLB di Puskesmas Gondanglegi bersumber
dari :
1) HBS (Hospital Based Surveillance) Puskesmas mendapatkan
informasi mengenai wabah/KLB dari Rumah Sakit.Selanjutnya
pihak Puskesmas melakukan cross check ke Rumah Sakit yang
bersangkutan untuk mendapatkan data pasien yang terjangkit
wabah.Apabila diketahui pasien benar-benar berasal dari wilayah
kerja Puskesmas Gondanglegi maka dilakukan penelitian
epidemiologi di Rumah Sakit.Jika pasien positif terjangkit wabah
maka dilakukan penanggulangan terhadap wabah tersebut.
2) CBS (Community Based Surveillance) Puskesmas mendapatkan
informasi mengenai wabah/KLB dari berbagai komunitas yang ada
di wilayah kerja Puskesmas Gondanglegi seperti kader/perangkat
desa melaporkan ke Puskesmas Gondanglegi bahwa terdapat warga
yang terjangkit wabah.Selanjutnya pihak puskesmas menindak
lanjuti kasus tersebut dan melakukan penanggulangan.
Laporan wabah/KLB yang dilaporkan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten tidak boleh lebih dari 24 jam. Jenis laporan yang
dilaporkan ada 2 macam yaitu laporan kronologis dan
penanggulangan.

h. Laporan Tahunan
32

Laporan tahunan terdiri dari data dasar yang meliputi fasilitas


pendidikan, kesehatan lingkungan, peran serta masyarakat dan
lingkungan kedinasan, data ketenagaan Puskesmas dan Puskesmas
pembantu. Pengambilan keputusan di tingkat kabupaten dan
kecamatan memerlukan data yang dilaporkan dalam SP3 yang
bernilai, yaitu data atau informasi harus lengkap dan data tersebut
harus diterima tepat waktu oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, sehingga
dapat dianalisis dan diinformasikan. (Santoso, 2008). Laporan
tahunan yang mencakup : Data dasar Puskesmas (LT1), data
kepegawaian (LT-2), dan data peralatan (LT-3). Laporan tahunan
dikirim selambat-lambatnya tanggal 31 Januari tahun berikutnya,
khusus untuk laporan LT-2 hanya di isi bagi pegawai yang baru/
belum mengisi formulir data kepewagaian. (Ahmad, 2005)

4. Analisis Kelengkapan Formulir Rekam Medis


Menurut Permenkes No.269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam
Medis bahwa untuk melakukan analisis seorang perekam medis
dipercaya untuk melakukan analisis baik secara kuantitatif, kualitatif,
maupun statistik selain itu, perekam merdis yang bertugas memberitahu
kepada petugas yang mengisi Dokumen Rekam Medis (DRM) atas
ketidaklengkapan atau ketidakakuratan, kemudian menyusunnya kedalam
sebuah laporan ketidaklengkapan sehingga dapat ditindaklanjut untuk
dilengkapi. Ketentuan dalam pengisian dokumen Rekam Medis milik
pasien (Ery Rustiyanto, 2009 : 35) antara lain:
a. Pengisian RM harus lengkap selesai dalam 1x24 jam, dalam setiap
tindakan/konsultasi.
b. Diisi oleh tenaga medis (dokter sebagai penanggung jawab) setiap
member pelayanan harus ditulis/ dicatat dan ditandatangani.
c. Jika Rekam Medis belum lengkap maka berkas, harus dilengkapi
dalam 2x24 jam.
33

d. Penulisan yang dibuat oleh residen harus diketahui oleh dokter yang
membimbingnya.
e. Dokter yang merawat harus dengan jelas menuliskan di Dokumen
Rekam Medis (DRM) pasien dan melakukan pada saat pelayanan
berlangsung serta dibubuhi paraf dengan jelas.
f. Penghapusan total tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan,
pembenaran diperbolehkan asal diubuhi paraf dokter.

a. Analisis Kuantitatif
Menurut Edna K Huffman (1994) analisis kuantitatif adalah
telaah review bagian tertentu dri isi Rekam Medis dengan maksud
yang berkaitan dengan pencatatan Rekam Medis. Analisis kuantitatif
yang ditujukan untuk memeriksa bagian tertentu dari isian rekam
medis dengan maksud menemukan kekurangan khusus yang berkaitan
dengan pendokumentasian rekam medis. Komponen analisis
kuantitatif menurut Huffman (1994 : 25) adalah:
1) Mengoreksi identifikasi pasien pada setiap formulir.
2) Review Autentifikasi.
3) Review cara pencatatan.

Tabel 3 Hasil Analisa Kuantitatif Berkas Rekam Medis Puskesmas Gondanglegi

No Komponen Analisa Jumlah Presentase


Ada Tidak Ada Tidak
Identifikasi
1 No. RM 50 0 100% 0%
2 Nama Pasien 50 0 100% 0%
3 Jenis Kelamin 49 1 98% 2%
4 Tanggal Lahir 50 0 100% 0%
5 Agama 33 17 66% 34%
6 Pendidikan 18 32 36% 64%
7 Pekerjaan 17 33 34% 66%
8 Alamat 50 0 100% 0%
Laporan Yang Penting
1 Status Pasien 50 0 100% 0%
2 No. BPJS 8 42 16% 84%
34

3 Nama KK 27 23 54% 46%


4 NIK 23 27 46% 54%
5 Tanggal Pelayanan 50 0 100% 0%
6 Jam Datang 23 27 46% 54%
7 Riwayat Alergi 6 44 12% 88%
8 Riwayat Penyakit 7 43 14% 86%
9 Keluhan 50 0 100% 0%
10 Pemeriksaan 50 0 100% 0%
11 Diagnosa 37 13 74% 26%
12 Kode ICD 10 25 25 50% 50%
13 Kode ICD 9 CM 2 48 4% 96%
14 Pengobatan/KIE 50 0 100% 0%
Autentifikasi
1 Nama Dokter 18 32 36% 64%
2 TTD Dokter 31 19 62% 38%
Pendokumentasian Yang Benar
1 Identifikasi 50 0 100% 0%
2 Diagnosa 37 13 74% 26%
3 Pembetulan Kesalahan 40 10 80% 20%
Sumber : Data Primer Analisa Kuantitatif, 2018

Dari tabel diatas didapatkan 100% berkas rekam medis belum lengkap
dalam pengisiannya dan 0% berkas yang lengkap. Berikut ini adalah
uraian hasil analisa kuantitatif data rekam medis rawat jalan di Puskesmas
Gondanglegi pada masing-masing komponen :
1) Komponen Analisa Identifikasi
a) Pada komponen No.RM, nama pasien, tanggal lahir, alamat
sudah lengkap 100%.
b) Pada komponen jenis kelamin tidak lengkap masih karena
petugas pendaftaran kadang lupa mengisi pada pilihan jenis
kelamin
c) Pada komponen Agama tidak lengkap karena petugas
pendaftaran kadang lupa mengisi
d) Pada komponen pendidikan dan pekerjaan masih tidak diisi
dengan lengkap karena tidak semua pasien bersekolah dan tidak
semua pasien sudah bekerja. Sehingga tidak diisi lengkap oleh
petugas pendaftaran
35

2) Komponen Analisa Laporan Yang Penting


a) Status Pasien tidak lengkap (100%)
b) Nomor BPJS tidak lengkap (84%) karena berkas rekam medis
yang tidak ada No.BPJS nya merupakan pasien Umum sehingga
tidak memerlukan No.BPJS
c) Nama KK tidak lengkap (45%)
d) NIK tidak lengkap (54%) karena pasien banyak yang tidak
membawa KTP sehingga petugas tidak bisa menuliskan NIK
e) Tanggal Pelayanan sudah lengkap (100%) karena apabila tidak
ada tanggal pelayanan maka petugas poli tidak bisa melalukan
pemeriksaan kepada pasien
f) Jam datang tidak lengkap (88%) karena jam datang hanya diisi
untuk pasien yang berobat ke UGD sehingga petugas tidak diisi
oleh petugas poli.
g) Riwayat Alergi dan Riwayat Penyakit tidak lengkap karena
tidak semua pasien memiliki riwayat alergi dan riwayat
penyakit, dan dokter kemungkinan lupa tidak mengisi kolom
riwayat alergi dan riwayat penyakit.
h) Keluhan sudah lengkap.
i) Pemeriksaan sudah lengkap.
j) Diagnose tidak lengkap (26%) karena petugas poli tidak
nenuliskan diagnose secara lengkap, terkadang dokter hanya
menuliskan diagnose atau kode saja.
k) Kode ICD 10 tidak lengkap (50%) dokter hanya memberikan
kode penyakit yang hanya terdiri dari 3 digit, sehingga kode
tersebut tidak spesifik dan kadang dokter hanya menuliskan
diagnosanya saja.
l) Kode ICD 9 CM tidak lengkap (96%) karena hanya poli gigi
yang menuliskan tindakan dan kodenya dengan jelas
m) Pengobatan /KIE lengkap.
36

3) Komponen Analisa Autenfikasi Nama Dokter dan TTD Dokter


tidak lengkap karena dokter biasanya hanya memberi paraf dan
tidak menuliskan nama dokter pemeriksa
4) Komponen Analisa Pendokumentasian Yang Benar
a) Identifikasi sudah lengkap (100%) karena identitas harus diisi
dengan lengkap
b) Diagnose tidak lengkap (13%) karena masih banyak diagnose
diagnose yang tidak diisi oleh Dokter poli
c) Pembetulan Kesalahan tidak lengkap (20%) masih banyak
berkas rekam medis yang banyak kesalahan dalam penulisan
karena kelalaian petugas dalam menulis identitas maupun
pemeriksaan
Berdasarkan hasil analisa kuantitaif berkas rekam medis di
Puskesmas Gondanglegi didapatkan 100% berkas rekam medis belum
lengkap dalam pengisiannya dan 0% berkas yang lengkap. Hasil
tersebut masih sangat jauh dan kurang sesuai dengan teori karena
berkas rekam medis seharusnya diisi lengkap 100% selesai 1×24 jam
dalam setiap tindakan/konsultasi. kelengkapan berkas rekam medis
seharusnya di cross check setiap hari oleh petugas agar tidak ada
kekurangan atau kesalahan dalam pengisian formulir rekam medis.

b. Analisis Kualitatif
Menurut Dirjen Yanmend (1994 : 24), analisis kualitatif adalah
suatu review pengisian Rekam Medis yang berkaitan tentang
kekonsistenan isi Rekam Medis. Tujuan analisis kualitatif menurut
Hatta (2013 : 354) adalah demi terciptanya isi Rekam Medis yang
terhindar dari masukan yang tidak ajeg/ taat asas (konsisten) maupun
pelanggaran terhadap rekaman yang berdampak pada hasil yang tidak
akurat dan tidak lengkap. Komponen analisis kualitatif menurut
Huffman (1994 : 27) adalah:
1) Review kelengkapan dan kekonsistenan pencatatan diagnosa.
37

2) Review kekonsistenan diagnosa.


3) Review pencatatan hal-hal yang dilakukan pada saat perawatan dan
pengobatan.
4) Review informed consent yang seharusnya ada.
5) Review cara atau praktek pencatatan.
6) Review hal-hal berpotensi menyebapkan tuntutan ganti rugi.

5. Pelaksanaan Asuransi dan Sistem Pembiayaan Kesehatan


a. Sistem Pembiayaan Kesehatan di Puskesmas gondanglegi
Menurut pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40
Tahun 2004. Menyatakan bahwa Asuransi sosial adalah suatu
mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib yang berasal dari
iuran guna memberikan perlindungan atas risiko sosial ekonomi yang
menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya. Biaya kesehatan
adalah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan
atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh
perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. (Azrul Azwar :
1996)
Sistem pembiayaan kesehatan didefinisikan sebagai suatu sistem
yang mengatur tentang besarnya alokasi dana yang harus disediakan
untuk menyelenggarakan dan atau memanfaatkan berbagai upaya
kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan
masyarakat.(Helda : 2011)
Dari beberapa pendapat mengenai pembiayaan kesehatan,
terlihat bahwa biaya kesehatan dapat ditinjau dari beberapa sudut,
yaitu : (Ana Faiza, 2013)
1) Penyedia Pelayanan Kesehatan
Yang dimaksud biaya kesehatan dari sudut penyedia
pelayanan (Health Provider) adalah besarnya dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Kesehatan dari sudut penyedia pelayanan adalah persoalan utama
38

pemerintah dan atau pun pihak swasta, yakni pihak-pihak yang


akan menyelenggarakan upaya kesehatan.
2) Pemakai Jasa Pelayanan
Yang dimaksud biaya kesehatan dari sudut pandang
pemakai jasa pelayanan (Health Consumer) adalah besarnya dana
yang harus disediakan untuk dapat memanfaatkan jasa pelayanan.
Biaya kesehatan menjadi persoalan utama para pemakai jasa
pelayanan. Dalam batasbatas tertentu, pemerintah juga turut
mempersoalkannya, yakni dalam rangka terjaminnya pemenuhan
kebutuhan pelayanan kesehatan bagi masyarakat yang
membutuhkannya.
Dari batasan biaya kesehatan yang seperti ini segera dipahami
bahwa pengertian baiya kesehatan tidaklah sama antara penyedia
pelayanan kesehatan (health provider) dengan pemakai jasa pelayanan
kesehatan (health consumer). Bagi penyedia pelayanan kesehatan,
pengertian biaya kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus
disediakan untuk dapat menyelenggarakan upaya kesehatan.
Sedangkan bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan, pengertian biaya
kesehatan lebih menunjuk pada dana yang harus disediakan untuk
dapat memanfaatkan upaya kesehatan. Besarnya dana bagi penyedia
pelayanan lebih menunjuk pada seluruh biaya investasi (investment
cost) serta seluruh biaya operasional (operational cost) yang harus
disediakan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan. Sedangkan
besarnya dana bagi pemakai jasa pelayanan lebih menunjuk pada
jumlah uang yang harus dikeluarkan (out of pocket) untuk dapat
memanfaatkan suatu upaya kesehatan.
Secara umum disebutkan apabila total dana yang dikeluarkan
oleh seluruh pemakai jasa pelayanan merupakan pemasukan bagi
penyedia pelayanan kesehatan (income) adalah lebih besar daripada
yang dikeluarkan oleh penyedia pelayanan kesehatan (expenses),
maka penyelenggaraan upaya kesehatan tersebut mengalami
39

keuntungan (profit). Tetapi apabila sebaliknya, maka penyelenggaraan


upaya kesehatan tersebut mengalami kerugian (loss).
Secara umum sumber biaya kesehatan dapat dibedakan sebagai
berikut :
1) Bersumber dari anggaran pemerintah
Pada sistem ini, biaya dan penyelenggaraan pelayanan
kesehatan sepenuhnya ditanggung oleh pemerintah. Pelayanannya
diberikan secara cuma-cuma oleh pemerintah sehingga sangat
jarang penyelenggaraan pelayanan kesehatan disediakan oleh pihak
swasta.untuk negara yang kondisi keuangannya belum baik, sistem
ini sulit dilaksanakan karena memerlukan dana yang sangat besar.
Anggaran yang bersumber dari pemerintah ini dibagi juga
menjadi :
a) Pemerintahan pusat dan dana dekonsentrasi, dana program
kompensasi BBM dan ABT.
b) Pemerintah provinsi melalui skema dana provinsi (PAD
ditambah dana desentralisasi DAU provinsi dan DAK provinsi)
c) Pemerintah kabupaten atau kota melalui skema dana kabupaten
atau kota (PAD ditambah dana desentralisasi DAU kabupaten
atau kota dan DAK kabupaten atau kota).
d) Keuntungan badan usaha milik daerah.
e) Penjualan aset dan obligasi daerah.
f) Hutang pemerintah daerah.
2) Bersumber dari anggaran masyarakat
Sistem ini berasal dari individual ataupun perusahaan.
Sistem ini mengharapkan agar masyarakat berperan aktif secara
mandiri dalam penyelenggaraan maupun pemanfaatannya. Hal ini
memberikan dampak adanya pelayanan-pelayanan kesehatan yang
dilakukan oleh pihak swasta dengan fasilitas dan penggunaan alat-
alat berteknologi tinggi disertai peningkatan biaya pemanfaatan
atau penggunaannya oleh pihak pemakai jasa layanan kesehatan
40

tersebut.Contohnya CSR (Coorporate Social Responsibility) dan


pengeluaran rumah tangga baik yang dibayarkan tunai atau melalui
sistem asuransi. Dana yang bersumber dari swasta antara lain :
a) Perusahaan swasta
b) Lembaga swadaya masyarakat
c) Dana kemanusiaan (charity)
3) Bantuan biaya dari dalam dan luar negeri
Sumber pembiayaan kesehatan, khususnya untuk
penatalaksanaan penyakit-penyakit tertentu cukup sering diperoleh
dari bantuan biaya pihak lain, misalnya oleh organisasi sosial
ataupun pemerintah negara lain. Misalnya bantuan dana dari luar
negeri untuk penanganan HIV dan virus H5N1 yang diberikan oleh
WHO kepada negara-negara berkembang (termasuk Indonesia)
4) Gabungan pemerintah dan masyarakat
Sistem ini banyak diadopsi oleh negara-negara di dunia
karena dapat mengakomodasi kelemahan-kelemahan yang timbul
pada sumber pembiayaan kesehatan sebelumnya. Tingginya biaya
kesehatan yang dibutuhkan ditanggung sebagian oleh pemerintah
dengan menyediakan layanan kesehatan bersubsidi. Sistem ini juga
menuntut peran serta masyarakat dalam memenuhi biaya kesehatan
dengan mengeluarkan biaya tambahan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petugas di
Puskesmas Gondanglegi, sistem pembiayaan kesehatan ada 4 sumber
yaitu :
1) Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah untuk mendukung operasional puskesmas dalam
rangka pencapaian program kesehatan prioritas nasional,
khususnya kegiatan promotif dan preventif sebagai bagian dari
upaya kesehatan masyarakat.
2) Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
41

Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang


dibayar dimuka oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Tingkat
Pertama berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa
memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang
diberikan.
3) Dana Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Tarif non kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh
BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
berdasarkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.
4) Dana Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
2007 disebutkan bahwa BLUD adalag Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD) atau Unit Kerja pada SKPD di lingkungan
pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan
kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam
melakukan kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
Pada pelaksanaannya sistem pembiayaan kesehatan di
Puskesmas Gondanglegi sudah sesuai dengan teori yang menjelaskan
tentang darimana sumber-sumber biaya kesehatan didapatkan.

6. Pelaksanaan Sistem Informasi Kesehatan (SIK)


. Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) adalah
merupakan sistem informasi kesehatan integrasi tingkat Puskesmas
kecamatan dan kelurahan. Simpus juga dapat didefinisikan sebagai suatu
tatanan manusia atau peralatan yang menyediakan informasi untuk
membantu proses manajemen Puskesmas mencapai sasaran kegiatan.
(Depkes RI, 1997)
Sistem Informasi yang digunakan di Puskesmas Gondanglegi
adalah E-Puskesmas Next Generation sebuah sistem pelayanan fasilitas
42

kesehatan terpadu yang memadukan antara manajemen dan administrasi


kesehatan dengan pelayanan yang didapatkan oleh pengguna layanan
secara mudah, cepat, dan akurat, E-Puskesmas ini baru di operasikan pada
bulan Desember 2017 Sistem ini mencangkup hampir mengelola semua
data pelayanan di puskesmas seperti kunjungan pasien, obat, rujukan, dan
pelaporan secara online.
System Informasi Puskesmas (SIMPUS) di Puskesmas
Gondanglegi sudah berganti sebanyak 3 kali, yang pertama menggunakan
P-Care, yang kedua E-Puskesmas, E-Puskesmas Next Generation, yang
dimana baik pasien pengguna asuransi maupun pasien umum wajib
terdaftar pada aplikasi tersebut.
Sistem informasi yang digunakan oleh UPT Puskesmas
Gondanglegi sudah sesuai dengan teori, namun di Puskesmas Gondanglegi
juga masih menggunakan sistim manual seperti aplikasi Microsoft Excel
untuk mencatat register pasien baru. Data yang dimasukkan ke dalam
Microsoft Excell yaitu nomor rekam medis, nama, tanggal lahir, umur,
alamat, RT, dan NIK. Data yang ditulis dalam buku register pasien umum
yaitu nomor rekam medis, nama, umur, jenis kelamin, alamat, dan tujuan
poli. Sedangkan data yang ditulis untuk pasien BPJS yaitu, nomor rekam
medis, nama, umur, jenis kelamin, alamat, nomor BPJS, status pasien, poli
tujuan, dan jenis asuransi. Hal ini membuat petugas bekerja dua kali
sehingga pelayanan di pendaftaran pasien tidak efektif.

7. Evaluasi Sistem Informasi di Puskesmas Menggunakan Analisis


SWOT
Metode analisa SWOT dianggap sebagai metode analisa yang
paling dasar, berguna untuk melihat suatu topik atau permasalahan dari 4
(empat) sisi yang berbeda. Hasil analisa biasanya adalah arahan atau
rekomendasi untuk mempertahankan kakuatan dan menambah keuntungan
dari peluang yang ada, sambil mengurangi kekurangan dan menghindari
ancaman.
43

Analisa ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :


a. Kekuatan (Strenght) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kekuatan dan organisasi atau program pada saat ini.
b. Kelemahan (Weaknesses) adalah situasi atau kondisi yang merupakan
kelemahan dari organisasi atau program pada saat ini.
c. Kesempatan (Opportunities) adalah situasi atau kondisi yang
merupakan peluang dari luar organisasi dan memberikan peluang
berkembang bagi organisasi di masa depan.
d. Ancaman (threats) adalah situasi yang merupakan ancaman bagi
organisasi yang datang dari luar organisasi dan dapat mengancam
eksistensi organisasi di masa depan.

S W O T
1. Pelayanan di 1. Sistem
pendaftaran lebih cepat jarang 1. Pelayanan 1. Listrik
dan mudah bridging yang cepat padam
2. Tidak boros kertas 2. Printer sehingga 2. Komputer
3. Mempermudah nomor dapat sering error
pelayanan karena sudah antrian menarik
terintegrasi antar unit sering perhatian
4. Semua data sudah macet masyarakat
online
5. Dapat mengecek faskes
tingkat 1 manakah yang
digunakan oleh pasien
BPJS

Tabel 4 Hasil Analisa SWOT Sistem Informasi Puskesmas Gondanglegi

8. Klasifikasi Dan Kode Penyakit Neoplasma dan Infeksi


Koding adalah pemberian kode diagnosis menggunakan huruf atau
angka kombinasi huruf dalam rangka mewakili komponen data. Sedangkan
pengkodean adalah bagian dari usaha pengorganisasian proses penyimpanan
44

dan pengambilan kembali data yang memberi kemudahan bagi penyajian


informasi terkait.
Kode penyakit dibuat berdasarkan pedoman buku kode klasifikasi
penyakit (ICD-10) yang dibuat oleh WHO revisi 10 dan penetapan kode
operasi/tindakan medis berdasarkan buku ICD-9 CM. Pemberian kode ini
bertujuan untuk menyeragamkan nama, cedera, gejala penyakit dan
fungsinya untuk mengelompokkan penyakit/operasi yang sama dan berguna
dalam memudahkan pelayanan pada penyajian informasi/laporan untuk
menunjang perencanaan puskesmas.
Koding menggunakan ICD-10 bertujuan untuk mendapatkan rekaman
sistematis, melakukan analisis, interpretasi, serta membandingkan data
morbiditas dan mortalitas yang dilakukan dari berbagai wilayah. ICD-10
digunakan untuk menerjemahkan diagnosis penyakit dan masalah kesehatan
dari kata-kata menjadi alfanumerik yang akan memudahkan untuk
penyimpanan mendapatkan kembali data dan analisis data.
Cara untuk menentukan kode diagnosa menggunakan ICD-10 sebagai
berikut :
a. Tentukan tipe pernyataan yang akan dikode, kemudian carilah dalam
buku ICD-10 volume 3. Bila pernyataan berkaitan dengan
istilahpenyakit, cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX
dan XXI (ICD-10 volume 1), maka gunakan sebagai pernyataan
tersebut sebagai “lead term” untuk digunakan sebagai panduan
menelusuri istilah yang dicari pada ICD-10 volume 3 seksi 1. Bila
pernyataan berkaitan dengan penyebab luar (external cause) yang ada
di bab XX (volume 1), lihat dan cari kodenya pada seksi ICD-10
volume 3 seksi 2.
b. “Lead term” (sering disebut kata kunci) untuk penyakit dan cedera
biasanya merupakan kata benda yang memaparkan kondisi
patologisnya. Sebaiknya jangan menggunakan istilah kata benda
anatomi, kata sifat atau kata keterangan sebagai panduan. Namun
45

terkadang ada beberapa kondisi yang diekspresikan sebagai kata sifat


atau eponim (menggunakan nama penemunya) sebagai “lead term”.
c. Baca dengan teliti dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah
istilah yang akan dipilih pada ICD-10 volume 3.
d. Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah lead term
(kata dalam tanda kurung merupakan modifier, tidak akan
mempengaruhi kode), demikian juga setiap istilah yang ada di bawah
lead term (di awali tanda “-“minus) dapat mempengaruhi nomor kode,
sehingga semua kata-kata diagnostik yang ada harus diperhitungkan.
e. Ikuti secara hati-hati setiap rujukan silang dan perintah see dan see
also yang terdapat pada indeks.
f. Lihat daftar Tabular List (ICD-10 volume 1) untuk mencari nomor
kode yang paling tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan
tanda minus pada posisi keempat yang berarti bahwa isian untuk
karakter keempat itu ada di dalam ICD-10 volume 1 dan merupakan
posisi tambahan yang tidak ada dalam ICD-10 volume 3. Perhatikan
juga perintah untuk membubuhi kode tambahan (additional code) serta
aturan cara penulisan dan pemanfaatannya dalam pengembangan
indeks penyakit dan dalam sistem pelaporan morbiditas dan
mortalitas.
g. Ikuti pedoman (inclusion) dan eksklusi (exclusion) pada kode yang
dipilih atau bagian bawah suatu bab (chapter), blok, kategori, atau
subkategori.
h. Tentukan kode yang dipilih.
i. Untuk mencari kode pada penyakit neoplasma kita harus mengetahui
sistematika dari penyakit neoplasma itu sendiri. Salah satunya yaitu
kita bisa mempelajari sifat dari neoplasma itu sendiri. Berdasarkan
sifatnya, neoplasma terdiri dari 4 sifat, yaitu ganas (C00-C97), ‘in
situ’ (D00D09), jinak (D10-D36) serta tidak diketahui (D37-D48).
Dari praktik kerja lapangan yang telah kami lakukan di Puskesmas
Gondanglegi, kami menemukan beberapa kode diagnosa sebagai berikut :
46

a. JOO(Acute Nasopharyngitis/Common Cold)


b. J45(Asthma)
c. K29 (Gastritis)
d. R50 (Commom cold)
e. I10 (Hipertensi)
Koding diagnosa di atas merupakan hasil dari pemeriksaan pasien
oleh dokter terkait. Tidak semua rekam medis pasien bertuliskan kode
diagnosa, masih banyak rekam medis yang hanya bertuliskan diagnosa
saja. Hal ini dikarenakan tidak adanya petugas khusus koding. Koding
sendiri dilakukan oleh dokter/perawat yang melakukan pemeriksaan.
Berdasarkan kode diagnosa yang kami temukan hanyalah 3 digit.Bila kode
mempunyai 3 digit dapat diasumsikan bahwa kode tersebut kurang
spesifik.
Kode yang lebih spesifik yaitu 4 digit, dimana struktur
pengkodeannya sebagai contoh :

Umumnya karakter ke-4 (.0, .1, .2, .3, .4, .5, .6, .7) adalah untuk
membedakan pernyataan diagnose yang disertai rincian spesifikasinya.
Sedangkan (.8) adalah untuk yang disertai rincian lain-lain yang
specifiednamun tidak dapat dikelompokkan ke (.0) sampai dengan (.7).
Untuk (.9) adalah untuk yang unspecified.
Berdasarkan hasil Praktik Lapangan III di Puskesmas Gondanglegi,
koding yang ada tidak sesuai dengan teori dimana kode yang spesifik yaitu
4 digit sedangkan yang ada hanya 3 digit saja. Oleh karena itu, untuk
meningkatkan kualitas koding di Puskesmas Gondanglegi sebaiknya ada
petugas khusus yang melakukan koding. Selain itu, sangat penting untuk
47

mengikutsertakan petugas dalam pelatihan dan seminar tentang tata cara


pengkodean yang baik dan benar.
Berikut merupakan hasil yang kami koding selama kami PKL di
Puskesmas Gondanglegi
No Nama Penyakit Kode ICD X
1 Luka di kaki karena digigit kucing di rumah S91.3
W55.0
2 Soft tissue regio capitis D21.0
3 Luka di kaki karena digigit ular berbisa di S81.0
sawah saat sedang bekerja X20.72
4 Thypoid fever A01.0
5 Obs Febis R50.9
6 Ca mammae C50.9
7 Vulnus laserutum T14.1
8 Otitis media akut H66.0
9 Asthma J45.9
10 Dyspepsia K30
Tabel 5 Hasil Koding di Puskesmas Gondanglegi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan praktek kerja lapangan yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Setiap bulan padatanggal 28 semua bagian Puskesmas seperti Pustu,
Polindes, Bidan Desa, dan Posyandu melaporkan data hasil kegiatan yang
dilakukan selama sebulan ke bagian koordinator pelaporan Puskesmas
Gondanglegi untuk direkapitulasi dan diolah menjadi laporan SP2TP, akan
tetapi sering adanya keterlambatan dalam pengumpulan laporan karena ada
beberapa bagian yang melaporkan kegiatannya langsung ke Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota tanpa melalui koordinator Puskesmas
Gondanglegi.
2. Sistem pelaporan yang ada di Puskesmas Gondanglegi sudah sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pembinaan Kesehatan Masyarakat No.
590/BM/DJ/Info/V/96,meliputi laporan bulanan (LB1 – LB4), laporan
triwulan, dan laporan tahunan (LT1 – LT3) dimana yang membedakan
ketiganya adalah format laporannya.
3. Berdasarkan hasil analisa kuantitatif berkas rekam medis pada tahun 2017 di
Puskesmas Gondanglegi didapatkan 100% berkas belum lengkap dalam
pengisiannya.
4. Sistem pembiayaan di Puskesmas Gondanglegi terdapat 4 sumber
pembiayaan kesehatan,yaitu:Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK),
Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional, Dana Non Kapitasi Jaminan
Kesehatan Nasional, dan Dana Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah
(BLUD).
5. Puskesmas Gondanglegi belum mempunyai Sistem Informasi Puskesmas
(SIMPUS) yang terintegrasi antar poli/ruangan. Sistem yang digunakan
masih menggunakan Microsoft Excel dan dicatat dalam buku register.

48
49

6.
7. Koding diagnosa dan tindakan di Puskesmas Gondanglegi dilakukan oleh
tenaga medis yang melakukan pemeriksaan pasien. Kode diagnosa yang ada
hanyalah 3 digit dimana kode tersebut kurang spesifik.
8. Penulisan lima belas besar penyakit tidak sesuai dengan aturan ICD-10 dan
ICD 9CMkarena tidak adanya petugas khusus koding atau petugas yang
memahami tentang ICD-10 dan ICD 9 CM.

B. Saran
1. Sebaiknya perlu adanya komunikasi yang lebih kuat lagi antar Bidan Desa
dengan koordinator SP2TP, agar tidak ada lagi keterlambatan
2. Sebaiknya petugas yang ada di Puskesmas Gondanglegi diikutsertakan
dalam seminar dan pelatihan mengenai sistem pelayanan dan sistem
informasi kesehatan sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan di
Puskesmas terutama dalam hal pengisian formulir rekam medis.
3. Sebaiknya dilakukan penambahan sumber daya manusia minimal lulusan
D3 Rekam Medis Informasi Kesehatan untuk melakukan koding
diagnosa/tindakan, analisa kuantitatif maupun kualitatif, dan klaim asuransi
kesehatan.
4. Sebaiknya ada petugas khusus yang melakukan pengkodingan. Selain itu,
sangat penting untuk mengikutsertakan petugas dalam pelatihan dan
seminar tentang tata cara pengkodean yang baik dan benar, agar petugas
tidak lagi melhat internet untuk menentukan koding penyakit pasien.
5. Kelengkapan Berkas Rekam Medis seharusnya di cross check setiap hari
oleh petugas agar tidak ada kekurangan atau kesalahan dalam pengisian
formulir Rekam Medis.
DAFTAR PUSTAKA

50
LAMPIRAN

51

Anda mungkin juga menyukai