Nim : 203130302272
Mata Kuliah : Manajemen Keuangan
Dosen Pengampu : Dhina Sri Widyaningsih, SE., MM
TUGAS MERANGKUM
Bab 27 & 28
Bentuk-bentuk akuisisi:
1. Merger dan akuisisi
2. Akuisisi saham,
3. Akuisisi aset.
1.1. Merger dan Akuisisi: Beberapa Istilah
a. Merger
Satu perusahaan diabsorpsi oleh perusahaan lain. Pengakuisisi memper tahankan nama
dan identitasnya, dan mengambil alih aset dan kewa-jiban perusahaan yang diakuisisi.
b. Akuisisi
Mirip dengan merger, kecuali perusahaan baru akan terbentuk. Peng akuisisi dan yang
diakuisisi "hilang dan menjadi perusahaan baru.
c. Akuisisi Saham
Membeli saham dengan hak voting (voting stock) dengan kas, saham, atau sekuritas
lainnya.
d. Private Offer
Tidak langsung ke pemegang saham, misal ke manajemen
e. Tender Offer
Penawaran publik untuk membeli saham dari perusahaan target.
f. Akuisisi Aset
Membeli semua aset perusahaan yang diakuisisi. Persetujuan formal dari pemegang
saham perusahaan yang menjual diperlukan. Pendekatan ini menghindari problem
pemegang saham minoritas seperti pada situasi akuisisi saham.
1.2. Analisis Keputusan Merger dan Akuisisi: Kerangka Awal
Analisis merger dan akuisisi bisa dimulai dengan mengidentifikasi PV manfaat dan PV
biaya. Manfaat diperoleh dari sinergi atau penghematan lainnya, yang muncul dari
penggabungan dua unit usaha tersebut. Sebagai contoh, jika X mempunyai kantor cabang di
Jalan Sudirman kota Yogyakarta, dan Y mempunyai cabang di seberang jalan, pada jalan yang
sama- Jika X dan Y digabung, maka akan lebih menghemat jika salah satu ditutup dan digabung,
sehingga X dan Y hanya mempunyai satu cabang saja di jalan tersebut. Penghematan bisa
diperoleh daiam situasi tersebut.
Istilah sinergi sering dilambangkan sebagai 1 + 1 = 3, bukannya 2. Tambahan satu diperoleh
dari sinergi yang dihasilkan. Misalkan nilai X dan nilai Y ada)ah PV x dan PV Y, nilai gabungan
X dan Y diberi simbol PVxy. Manfaat akan diperoleh jika PVxy > ( P V x + PVY). Manfaat
PVXY — (PVx + PVY). Jika manfaat bernilai positif, maka merger secara ekonomis bisa
dilakukan. Biaya muncul dari upaya memperoleh Y. Misalkan Y dibeli dengan menggunakan
kas. Biaya bisa dihitung sebagai berikut ini.
Biaya = Kas -- PVx
NPV dari merger tersebut dengan demikian bisa dihitung sebagai:
NPV = Manfaat— Biaya = (PVx+ PVY)J - - pvxJ
Jika NPV adalah positif, maka merger tersebut layak dilakukan. Perhatikan bahwa sudut
pandang tersebut adalah perusahaan X. Dengan demikian manfaat dan biaya yang dihitung
adalah yang akan diperoIeWditanggung oleh perusahaan X. Dalam merger dan akuisisi, manfaat
akan dibagi untuk X dan Y.
2. IMPLEMENTASI DAN MANAJEMEN MERGER DAN AKUISISI
Merger dan akuisisi yang baik harus sesuai dengan kerangka proses perencanaan strategis
perusahaan/organisasi. Merger dan akuisisi bisa dipakai untuk mencapai tujuan tertentu
perusahaan.
Dalam kerangka proses strategi, dan kaitannya antara strategi dan struktur, langkah-langkah
yang perlu dilakukan untuk merger dan akuisisi yang baik adalah sebagai berikut ini Langkah-
langkah tersebut bisa dikelompokkan ke dalam strategi, transaksi, dan implementasi.
1. Proses strategis untuk pertumbuhan nilai
2. Analisis karakteristik industri
3. Sistem organisasi perusahaan
4. Strategi berganda untuk pertumbuhan nilai
5. Proses pencarian
6. Melihat potensi ekonomis melalui sinergi
7. Melihat potensi ekonomis melalui restrukturisasi
8. Due diligence-hukum dan bisnis
9. Faktor budaya
10. Penilaian
11. Negosiasi
12. Struktur deal
13. Impelementasi
14. Review dan proses baru lagi.
3. MERGER DAN AKUISISI YANG BAIK DAN YANG TIDAK BAIK
Merger bisa mendatangkan manfaat ekonomis melalui beberapa cara. Bagian ini membahas
alasan yang masuk akal yang menjadi sumber sinergi dan alasan yang kurang masuk akal yang
sering disebutkan sebagai sumber sinergi dalam merger.
3.1. Alasan yang Masuk Akal (Benar)
3.1.1. Skala Ekonomi
Skala ekonomi berangkat dari filosofi "lebih besar, lebih baik". Sebagai contoh, jika kita
memesan barang dalam jumlah besar, kita akan memperoleh potongan kuantitas, atau harga yang
lebih rendah. Jika harga per unit kita hitung, maka kita akan memperoleh harga yang lebih
rendah dibandingkan jika kita membeli dalam jumlah yang kecil. Jika kita ingin menyewa tenaga
profesional, maka volume penjualan perusahaan harus cukup besar untuk bisa memanfaatkan
tenaga profesional tersebut. Jika ukuran perusahaan terlalu kecil, penggunaan tenaga profesional
tidak cukup efisien karena tidak bisa dimanfaatkan dengan penuh.
Meskipun skala ekonomi bisa menjadi alasan merger, tetapi skala ekonomi bisa dicapai
tidak harus melalui merger. Bahkan dalam beberapa situasi, cara terbaik untuk mencapai skala
ekonomi justru bukan melalui merger. Dalam merger, jika penggabungan (pengintegrasian) tidak
bisa dilakukan dengan baik, maka unit usaha yang bergabung tersebut barangkali akan berjalan
sendiri, dan tidak bisa memanfaatkan skala ekonomi.
3.1.2. Pengendalian
Beberapa perusahaan melakukan merger untuk memperoleh pengen- dalian yang lebih baik
terhadap jalur produksi/distribusi. Merger vertikal dilakukan biasanya dengan tujuan semacam
itu. Sebagai contoh, jika peru- sahaan sepatu kulit menginginkan pasokan yang stabil,
perusahaan tersebut bisa mengakuisisi perusahaan kulit. Merger semacam itu sering disebut
sebagai integrasi ke belakang (backward integration). Kemudian, jika perusa- haan tersebut ingin
mempunyai kendali atas distribusi/pelayanan kepada konsumennya, perusahaan sepatu tersebut
bisa membeli perusahaan ritel. Penggabungan semacam itu sering disebut sebagai integrasi ke
depan (forward integration). Dengan menguasai jalur hulu dan hilir, perusahaan sepatu tersebut
bisa mengendalikan arus barang dagangan lebih baik.
3.1.3. Pajak
Merger bisa dilakukan dengan tujuan memanfaatkan penghematan pajak. Misalkan
perusahaan yang membeli atau yang dibeli mengalami akumuluasi kerugian yang cukup besar.
Akumulasi kerugian tersebut, jika tidak dimanfaatkan tidak bisa dipakai untuk mengurangi
pajak. Misalkan perusahaan partner mempunyai keuntungan yang cukup tinggi. Kedua
perusahaan tersebut bisa bergabung, kemudian kerugian bisa ditransfer ke perusahaan gabungan
(tax carry backward and/or forward). Pajak yang dibayarkan oleh perusahaan gabungan
(termasuk partner) akan berkurang dibandingkan dengan jika tidak bergabung.
Merger juga memunculkan potensi restrukturisasi aset dengan, misal, menghapus aset
tertentu (write off). Penghapusan bisa dilakukan dengan menambah depresiasi. Tambahan
depresiasi tersebut bisa dipakai untuk mengurangi pajak yang dibayarkan. Penghematan pajak
juga bisa dicapai jika merger didanai dengan menggunakan utang. Dengan utang, perusahaan ga-
bungan harus membayar bunga pinjaman. Bunga tersebut bisa dipakai untuk mengurangi pajak,
sehingga perusahaan bisa menghemat pajak.
3.1.4. Menggabungkan Daya
Perusahaan bisa membeli perusahaan lain yang mempunyai sumber daya yang bisa
komplemen (melengkapi) sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan pembeli. Sebagai
contoh, Microsoft membeli software yang bisa melakukan pengecekan grammar bahasa Inggris
(apakah bahasa Inggris yang ditulis sudah baik atau belum, apakah kata-katanya sudah benar apa
belum). Karena Microsoft mempunyai software MS-Word untuk mengolah kata/ tulis- an,
software grammar semacam itu tentu merupakan pelengkap yang sangat cocok untuk MS-Word.
Microsoft bisa saja mengembangkan sendiri software semacam itu. Tetapi jika Microsoft
menginginkan produk/skill yang baru dengan cepat, membeli perusahaan lain merupakan pilihan
yang lebih baik.
3.1.5. Menghilangkan Ketidakefisienan
Jika manajer tidak kompeten menjalankan perusahaannya, perusahaan menjadi tidak efisien.
Manajer seharusnya berhenti, untuk digantikan oleh manajer yang lebih baik Biasanya manajer
tidak akan memecat dirinya sendiri. Pemegang saham dalam beberapa situasi juga tidak bisa
memecar langsung manajer yang kurang kompeten. Apalagi jika kepemilikan peme- gang saham
menyebar luas, seperti di negara maju Dalam situasi tersebut, manajer praktis menjadi pihak
yang paling berkuasa di perusahaan. Merger atau akuisisi menjadi alternatif untuk
menghilangkan manajer yang tidak kompeten. Setelah merger, manajer yang tidak kompeten
bisa diberhentikan, kemudian digantikan oleh manajer yang lebih kompeten
3.1.6. Memaksa Pendistribusian Kas
Manajer cenderung ingin meinegang kendali atas sumber daya perusaha an, termasuk kas.
Pada situasi tertentu, permasalahan ini menjadi semakin serius. Sebagai contoh, perusahaan yang
beroperasi di industri yang sudah dalam tahap kedewasaan. Perusahaan tersebut mempunyai
karakteristik. mem- punyai aliran kas masuk yang besar dan mempunyai aliran kas keluar yang
kecil. Aliran kas keluar kecil karena perusahaan tersebut tidak perlu lagi melakukan investasi
pada infrastruktur distribusi, pemasaran, dan produksi. Kemudian karena industrinya sudah
dewasa, maka tidak banyak kesempatan pertum buhan untuk perusahaan tersebut. Bagi
pemegang saham, hal yang terbaik adalah membagikan aliran kas tersebut kepada pemegang
saham, dan mem biarkan pemegang saham memanfaatkan kas tersebut (investasi sendiri atau
untuk konsumsi). Tetapi manajer tidak mau membagikan kas tersebut, karena ingin memegang
kendali atas sumber daya tersebut. Situasi tersebut sering di sebut sebagai agency free cash flow
antara pemegang saham dengan manajer Merger dan akuisisi merupakan salah satu cara untuk
memaksa manajer membayar kas ke pemegang saham atau investors lainnya (misal pemegang
utang) Perusahaan dengan karakteristik disebutkan di atas cenderung mem- punyai nilai yang
rendah dari yang seharusnya (undervalued), dan karenanya menjadi sasaran merger dan akuisisi.
Kemudian manajer perusahaan tersebut diganti Perusahaan menjadi semakin efisien, dan bisa
mendistribusikan kas kembali ke pasar keuangan.
3.2. Alasan yang Tidak Masuk Akal
3.2.1. Diversifikasi
Diversifikasi bisa mengurangi risiko. Jika perusahaan melakukan merger, perusahaan bisa
mengurangi risiko. Pengurangan risiko tersebut tentunya mendatangkan nilai. Sekilas argumen
tersebut masuk akal. Tetapi dari sisi investor, diversifikasi yang dilakukan oleh perusahaan tidak
bernilai karena investor bisa melakukannya secara langsung (level personal) dengan relatif
mudah. Sebagai contoh, dengan menggabungkan sekitar 15-20 saham bisa diperoleh portofolio
yang bisa menghapus sebagian besar risiko. Karena bisa melakukannya sendiri, upaya yang
dilakukan oleh perusahaan tidak dinilai lebih oleh investor. Argumen yang sama terlihat pada
waktu para ahli- membicarakan nilai perusahaan multinasional. Perusahaan multinasional,
karena beroperasi di banyak negara, melakukan diversifikasi. Diversifikasi tersebut menurunkan
risiko, yang berarti menguntungkan pemegang saham. Sekilas argumen tersebut masuk akal.
Tetapi pemegang saham bisa mela- kukan diversifikasi langsung pada level personal. Karena itu
apa yang dilaku- kan oleh perusahaan tidak menambah nilai bagi pemegang saham.
3.2.2. Meningkatkan Pertumbuhan
Meningkatkan pertumbuhan tanpa diikuti peningkatan sinergi, bukan merupakan alasan
yang tepat untuk merger. Petumbuhan akan memperbesar perusahaan. Tetapi tanpa peningkatan
efisiensi atau sinergi, maka tidak ada pengaruh positif terhadap pemegang saham. Pertumbuhan
semacam itu hanya menguntungkan manajer, karena mengelola perusahaan besar akan nampak
lebih prestisius dibandingkan dengan mengelola perusahaan kecil.
3.2.3. Meningkatkan EPS
Meningkatkan EPS merupakan salah satu tujuan yang sering disebutkan oleh perusahaan
yang bergabung. Tujuan meningkatkan EPS juga merupakan tujuan yang tidak masuk akal,
karena peningkatan EPS belum tentu memberi- kan nilai tambah terhadap pemegang saham.
Peningkatan EPS tanpa melalui peningkatan efisiensi/sinergi hanya akan menciptakan perangkap
bagi perusahaan, karena untuk meningkatkan EPS, maka hanya bisa dilakukan melalui merger.
Hal tersebut berarti perusahaan harus terus melakukan merger untuk meningkatkan EPS. Tentu
saja sampai titik tertentu, akan ada- batasnya. Perusahaan tidak mungkin melakukan merger
terus-menerus.
3.3. Alasan Lainnya yang Tidak Nampak
Salah satu motif adalah keinginan manajer untuk mempertahankan sumber daya perusahaan.
Caranya adalah dengan membeli perusahaan lain, yang berarti kas tidak jatuh ke tangan pihak
lain. Dengan cara semacam itu manajer masih memegang kendali atas sumber daya perusahaan.
Tentu saja merger dan akuisisi dengan motif semacam itu bukanlah merger yang baik bagi
pemegang saham. Perusahaan yang suka melakukan merger semacam itu pada akhirnya menjadi
target akuisisi oleh perusahaan lain. Akuisisi atau merger tersebut ditujukan untuk mengeluarkan
kas dari perusahaan tersebut. (lihat bagian sebelumnya). Dengan demikian merger dan akuisisi
bisa dipandang sebagai pemecahan terhadap agency problem of free cash flow di satu sisi. Di sisi
lain, agency problem of free cash flow bisa menyebabkan merger dan akuisisi yang tidak sehat.
Motif lain adalah adanya kemungkinan manajer terjangkit penyakit "hubris" (animal spirit, atau
semangat binatang). Dengan semangat tersebut manajer akan bertindak di luar batas rasional,
termasuk dalam melakukan merger dan akuisisi.
3.4. Siapa Untung, Siapa Rugi dari Merger dan Akuisisi?
Setelah melihat motif-motif melakukan merger dan akuisisi, pertanyaan berikut adalah
bagaimana bukti empiris mengenai merger dan akuisisi. Apakah ada manfaat ekonomis dari
kegiatan merger dan akuisisi? Studi untuk melihatnya bisa menggunakan dua kerangka yaitu
kerangka ex-ante (masa depan) dan ex-post (masa lalu).
3.4.1. Studi Ex-ante
Melihat reaksi harga saham. Studi tersebut biasa dilakukan oleh kalang-an akademisi.
Asumsi: pasar efisien, bisa memperkirakan potensi sinergi.harga yang dibayar, kemampuan
integrasi. Tabel berikut ini meringkaskan hasil yang diperoleh untuk jenis-jenis akuisisi dan
untuk pengakuisisi dan perusahaan yang diakuisisi.
3.4.2. Hasil Ex-post
Hasil ex-post memfokuskan merger dan akuisisi dengan menggunakan data masa lalu. Studi
oleh McKinsey terhadap 116 akuisisi di US dan UK. 61% gagal, 23% sukses. Untuk 97 sampel
yang clear winners atau losers, probabilitas sukses terbesar (45%) adalah pengakuisisi yang
membeli perusa- haan yang lebih kecil dengan kegiatan bisnis yang berkaitan. Jika target besar
dan tidak berkaitan, tingkat kesuksesan turun menjadi 14%. Dari 23% yang sukses, 92% adalah
oleh pengakuisisi yang mempunyai performance core business yang baik.
3.5. Kenapa Merger dan Akuisisi Gagal?
Ada paling sedikit dua kemungkinan penyebabnya, yaitu:
1. Membayar terlalu mahal
2. Manajemen post-akuisisi yang kurang baik.
Membayar terlalu mahal akan meningkatkan biaya sehingga menjadi melebihi manfaat
merger dan akuisisi. Manajemen post-akuisisi yang kurang baik menyebabkan proses peralihan
menjadi tidak lancar, dan akan mening- katkan potensi kegagalan. Pertanyaan berikutnya,
"Kenapa membayar terlalu mahal?" Ada beberapa kemungkinan jawabannya sebagai berikut ini.
1. Terlalu optimis terhadap potensi pasar.
2. Over-estimasi sinergi
3. Tidak memperhatikan potensi
4. Overbidding.problem.
5. Integrasi post-akuisisi yang kurang baik.
Langkah-langkah untuk Merger dun Akuisisi yang Sukses
Setelah melihat motif-motif merger dan akuisisi, melihat merger yang baik dan yang tidak,
kemungkinan penyebab merger dan akuisisi yang baik dan yang tidak, berikut ini langkah-
langkah yang sebaiknya dilakukan agar merger dan akuisisi bisa sukses. Langkah-langkah
tersebut merupakan bagian praktis dari langkah yang dibahas sebelumnya yang pada dasarnya
menem- patkan merger dan akuisisi dalam kerangka perencanaan strategis perusahaan.
4,2. Pendekatan Kelipatan
Alternatif penilaian lain adalah dengan menggunakan pendekatan kelipatan (multiple
approach). Basis yang dipakai bisa berupa pendapatan bersih, earning per-share, penjualan, nilai
buku, dan untuk bisnis tertentu berdasarkan jumlah pelanggan (misal untuk TV kabel, operator
seluler). Sebagai Ilustrasi, Hitech mempunyai forecast net income 2,4 juta tahun 2002 sampai
mencapai $13,2 juta untuk tahun 2006, dengan rata-rata 7,7 juta. Rata-rata P/E untuk perusahaan
sejenis adalah 12. Dengan menggunakan PER, maka nilai Hitech adalah : V-12 x 7,792,4 juta. Di
samping Earning, EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciati on, and Amortization)
juga sering dipakai (misal untuk perusahaan internet).
4.3. Metode Aliran Kas yang Didiskontokan:
Analisis Lebih Lanjut Variasi lain dalam metode aliran kas yang didiskontokan adalah
dengan memasukkan biaya bunga, sehingga aliran kas yang tersedia tidak hanya untuk
pemegang saham, tetapi juga untuk pemegang utang Kemudian biaya modal rata-rata tertimbang
(WACC atau Weighted Average Cost of Capital) dipakai sebagai discount rate. Empat tabel
pertama menjelaskan metode tersebut. Tabel pertama tidak memasukkan depresiasi karena
pengeluaran modal ditulis dalam nilai bruto (kotor). Tabel berikutnya memasukkan depre siasi
karena pengeluaran modal dalam bentuk bersih (netto) Keduanya menghasilkan aliran kas yang
sama. Kedua tabel tersebut berbeda dengan metode sebelumnya karena memasukkan bunga.
Karena memasukkan bunga, discount rate yang dipakai adalah WACC (Weighted Average Cost
of Capital). Tabel ketiga menggunakan metode value driver. Dalam metode tersebut, komponen
laporan laba-rugi dipresentasikan ke dalam persentase terhadap penjualan. Sebagai contoh, cost
of good solds adalah 80% dari revenue. Cara semacam itu mempunyai keuntungan karena kita
bisa memfokuskan pada keterkaitan antara strategi, kebijakan, pengendalian biaya, dan operasi
perusahaan. Tentunya kita bisa memasukkan judgment kita sehingga persentase komponen
terhadap revenue tidak harus bersifat mekanis. Keuntungan lain dari metode tersebut adalah kita
bisa melakukan uji sensitivitas, jika rasio berubah bagaimana efeknya terhadap nilai.
5. STRATEGI DAN TAKTIK MERGER DAN AKUISISI
Jika suatu perusahaan ingin mengakuisisi atau menggabungkan diri dengan perusahaan lain,
maka la akan melakukan langkah-langkah ofensif Sebaliknya, jika perusahaan yang diincar
(target) tidak mau dibeli atau bergabung, maka perusahaan tersebut bisa mengembangkan
langkah-langkah mempertahankan diri dari serangan tersebut. Langkah-langkah tersebut meru-
pakan langkah-langkah defensif. Bagian berikut ini membicarakan langkah ofensif dan defensif
yang bisa dilakukan oleh perusahaan.
5.1. Strategi dan Taktik Ofensif
Berikut ini langkah-langkah taktis untuk memulai proses merger dan/ atau akuisisi. Pertama
perusahaan bisa melakukan langkah awal dengan jalan membeli saham perusahaan target (yang
akan dibeli) melalui pasar saham. Pembelian tersebut praktis samma seperti investor biasa
membeli saham tersebut di pasar saham, orang lain tidak akan melihat langkah tersebut.
Kepemilikan tersebut bisa dipakai sebagai pijakan selanjutnya. Sebelum mencapai persentase
tertentu, biasanya 5%, kepemilikan tidak perlu dilapor- kan kepada lembaga yang berwenang
(biasanya Bapepam).
Langkah berikutnya, perusahaan bisa melakukan tender offer atau tetap melakukan
pembelian di pasar saham. Dalam tender offer, perusahaan mengumumkan akan membeli saham
dengan harga tertentu. Investor yang tertarik dengan harga tersebut akan menjual saham tersebut
kepada perusa haan pengakuisisi. Perusahaan juga bisa melakukan kombinasi antara kedua- nya,
bisa juga digabungkan dengan kontes proksi. Dalam kontes proksi, perusahaan membujuk
pemegang saham lain untuk mewakilkan suaranya kepada perusahaan pengakuisisi. Berikut ini
contoh mekanisme kontes proksi, Misalkan kita tidak setuju dengan kebijakan manajer yang
akan bergabung dengan perusahaan lain. Kita bisa mengajak pemega dilakukan dengan cara
suara pemegang saham lain diwakilkan k (diproksikan untuk kita), sehingga kita bisa
menggunakan suara peg saham lain untuk kepentingan kita (yaitu menentang penggabungan
usaha) Gabungan antara kontes proksi, tender offer, dan pembelian terbuka, bisa mempercepat
pengambil alihan perusahaan target.
5.2. Strategi dan Taktik Defensif
Strategi untuk mempertahankan perusahaan dari ancaman akuisisi nam-paknya lebih banyak
dan bervariasi. Strategi tersebut bisa dikelompokkan sebagai strategi pencegahan dan strategi
perlawanan (jika sudah diancam untuk diakuisisi).
Strategi pencegahan
Secara umum, strategi pencegahan bertujuan menjadikan target menjadi Strategi Pencegahan
tidak menarik untuk diambil alih oleh perusahaan lain. Ketidakmenarikan tersebut bisa dilakukan
dengan beberapa cara.
Menjadi Perusahaan yang Baik Perusahaan yang baik mendorong harga saham menjadi
lebih tinggi, sehingga menjadi terlalu mahal bagi perusahaan lain yang akan membeli perusahaan
tersebut. Jika harga saham tinggi, pemegang saham juga akan semakin puas, sehingga dorongan
untuk mengganti manajemen akan semakin kecil.
Biasanya, sasaran empuk adalah perusahaan yang sebenarnya mempu nyai potensi baik,
tetapi tidak dikelola dengan baik. Berikut ini karakteristik perusahaan yang mempunyai potensi
tinggi untuk diambil alih (bukan perusahaan yang baik):
1. Q-rasio yang rendah.
2. Neraca yang sangat likuid, dengan excess cash yang besar.
3. Rasio P/EPS yang rendah.
4. Anak perusahaan atau aset yang bisa dijual tanpa mengganggu aliran kas.
5. Kepemilikan manajemen yang rendah Perusahaan bisa menghindari akuisisi dengan
menjadi.