FARMASETIKA DASAR
Pertemuan I
SAMARINDA 2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. JUDUL
B. TUJUAN
DASAR TEORI
A. PENGERTIAN SERBUK
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979) serbuk adalah campuran
homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang ditujukan untuk pemakaian oral
atau topical. Serbuk dapat dibedakan menjadi serbuk oral dalam bentuk terbagi
(pulveres) dan serbuk topical yang tidak terbagi (pulvis). Serbuk dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu Serbuk Terbagi (Pulveres) adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot lebih kurang sama, dikemas menggunakan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. (Farmakope Indonesia edisi III halaman 23).
a. Keuntungan
1. Mempunyai permukaan yang luas serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan lain.
2. Sebagai alternatif anak - anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet.
3. Obat yang terlalu besar volumenya dibuat tablet atau kapsul dalam
ukuran lazim dapat dibuat dalam bentuk puyer.
4. Lebih stabil dibandingkan dengan bentuk sediaan cair.
5. Dokter dapat memilih dosis yang sesuai kepada pasien.
b. Kerugian
1. Rasa yang tidak enak tidak dapat ditutupi (pahit, sepat, asam, lengket
dilidah).
2. Bahan obat yang bersifat higroskopis dalam penyimpanan dapat
menjadi lembab.
c. Pada pengemasan serbuk terbagi, jika jumblahnya genap lebih dari 10.
Serbuk dibagi dahulu menjadi 2 bagian sama banyak lalu masing - masing
serbuk terhadap yang lain paling besar 10%. Serbuk terbagi dikemas dalam
kertas perkamen.Bagi serbuk yang mengandung zat yang higroskopis,
serbuk dibungkus dengan kertas berlilin dan diserahkan dalam pot dengan
tutup sekrup. Serbuk tabur dikemas di pot. (Farmakope Indonesia edisi III
halaman 24).
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. RESEP 2
Dr Black Pink
Jl. Jeju Utara
SIP.037/83.12/DU/SIP.2/DKK/IX/2019
Samarinda, 20/10/22
Iter 4x
R/ INH 2 gram
Ethambutol 2 gram
Rifampycin 1,5 gram
SL. q.s
M.f. pulv. No X
S 1 dd p I pc
B. RESEP STANDAR
1. Menurut ISO Volume 51 halaman 186 INH mengandung isoniazid
sebanyak 300mg dan 400mg
2. Menurut ISO Volume 51 halaman 156 ethambutol mengandung
250mg dan 500mg
3. Menurut ISO 51 halaman 190 rifampicin mengandung sebanyak
259,300 dan 400mg
C. KELENGKAPAN RESEP
D. PENGGOLONGAN OBAT
E. URAIAN BAHAN
1. INH ( FI III HAL 70)
1.INH
a. DL anak
1P = 5mg/kg – 15mg/kg x 14 kg = 70 mg – 216
1H = 10mg/kg – 30 mg/kg x 14 kg = 140 mg – 420mg
b. DM
1P = -
1H = 10mg/kg x 14 kg = 140 mg
c. DDR
1P = 2000MG : 10 = 200
1H = 200 mg
d. % DM
1P = -
200𝑚𝑔
1H = 140𝑚𝑔 𝑥 100% = 142,85% >
100% (OD)
Penurunan Dosis
1P = -
100𝑚𝑔
1H = 140 𝑚𝑔 𝑥 100% = 71,42%
a. DL Anak
(1H = 10 mg- 20 mg )
1P = -
1H = 14kg x 10mg – 20mg = 140mg/kg – 280mg/kg
1P = 100mg
1P = -
1H = 14kg x 15mg/kg – 25mg/kg
= 210mg – 350mg
Kesimpulan : Dosis termasuk dosis terapi karena nilai DL dan DDR sebanding
G. PENIBANGAN BAHAN
Apotek STIKSAM
Alamat : JL. A.W Syahrani
APA : Kelompok D3 Farmasi
SIPA : 247/013/SIPA/200.10
No : 02
Tgl : 20/11/22
Nama : An. Mochtar (6 tahun)
3x sehari 1 Kaps/Tab/BKS
Antibiotik Dihabiskan
Sebelum/Sesudah makan
Apotek STIKSAM
Jl. A. W. Syahranie
APA : Kelompok D3 Farmasi
SIPA : 247/013/SIPA/ 200.10
COPY RESEP
No R/ : 02
Dari dokter : Dr. Blackpink
Tanggal penulisan : 20/10/22
Tanggal pembuatan : 20/10/22
Nama pasien : An. Mochtar
Umur : 6th
Alamat : Jalan Setia
Iter 4x
R/ INH 1g
SL qs
M.f Pulv No X
S 1 dd P 1 ac
Det Orig
Rifampycin 100 mg
SL qs
M.f Pulv No X
S 1 dd P 1 ac
Det Orig
P.C.C
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada praktikum resep ini, dalam resep racikan yang dibuat adalah sediaan
serbuk puyer. Bahan yang digunakan dalam resep ini adalah INH (isoniazide)
yang berkhasiat sebagai Antituberculose, Etambuthol yang berkhasiat sebagai
Antibiotik untuk mengobati TBC dan Rifampicin yang memiliki khasiat untuk
mengobati TBC. Lactose dalam resep ini berfungsi sebagai zat tambahan dan
pemanis. . Efek samping yang paling dominan dari Rifampicin adalah urine dan
fases berwarna kemerahan.
Pada resep racikan ini, dilakukan penurunan dosis INH dikarenakan
terjadi OD sebesar 142.85%. Maka dilakukan penurunan dosis agar sesuai
dengan dosis terapinya. Lalu terdapat efek samping dari sediaan Ethambutol
untuk anak dibawah umur 13th yang dapat menyebabkan gangguan
pengelihatan. Oleh karena itu dengan acc dari dokter yang meresepkan,
Ethambutol tidak diberikan. Dan treakhir dilakukan penurunan DDR pada obat
Rifampicin dikarenakan tidak sesuai dengan dosis lazimnya. Selain itu, INH
tidak dicampurkan dengan Rifampicin sebagai campuran puyer karena INH
dapat meningkatkan toksisitas Rifampicin terhadap hati. Jadi pembuatan
puyernya dipisahkan.
Pada resep ini juga terdapat permintaan iter 4x dalam resep, jadi
dibuatkan copy resep dengan penulisan det orig yang berarti diambil untuk
pertama kali. Jadi dapat dijelaskan kepada pasien bahwa copy resep ini bisa
diambil hingga 4 kali pengulangan ditambah dengan pengambilan pertama.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran