Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR

Pertemuan I

Nama Prodi : D-III Farmasi

Tgl Praktikum : 10 November 2022

Kel Praktikum : A2 dan B2

Dosen Pengampu : apt.Fitri Handayani, M.Si.

LABORATORIUM FARMASETIKA DASAR

SEKOLAH TINNGI ILMU KESEHATAN

SAMARINDA 2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. JUDUL

Membuat Sediaan Serbuk Puyer Terbagi (Puyer)

B. TUJUAN

1. Mahasiswa mampu membuat sediaan puyer dengan baik dan benar.


2. Mahasiswa mampu membaca dan memahami resep.
3. Mahasiswa mampu menghitung dosis dan penimbangan bahan dalam
resep dengan benar.
4. Mahasiswa mampu membuat sediaan obat dengan baik dan benar sesuai
dengan resep yang diberikan.
5. Mahasiswa mampu mengemas sesuai ketentuan pembuatan sediaan.
6. Mahasiswa mampu menulis etiket (pemakaian oral) dengan baik dan
benar.
7. Mahasiswa mampu membuat salinan resep dan memberikan informasi
obat dengan baik dan benar.
BAB III

DASAR TEORI

A. PENGERTIAN SERBUK
Menurut Farmakope Indonesia edisi III (1979) serbuk adalah campuran
homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Serbuk adalah campuran kering
bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan yang ditujukan untuk pemakaian oral
atau topical. Serbuk dapat dibedakan menjadi serbuk oral dalam bentuk terbagi
(pulveres) dan serbuk topical yang tidak terbagi (pulvis). Serbuk dibedakan
menjadi 2 bagian, yaitu Serbuk Terbagi (Pulveres) adalah serbuk yang dibagi
dalam bobot lebih kurang sama, dikemas menggunakan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. (Farmakope Indonesia edisi III halaman 23).
a. Keuntungan
1. Mempunyai permukaan yang luas serbuk lebih mudah terdispersi dan
lebih larut dari pada bentuk sediaan lain.
2. Sebagai alternatif anak - anak dan orang dewasa yang sukar menelan
kapsul atau tablet.
3. Obat yang terlalu besar volumenya dibuat tablet atau kapsul dalam
ukuran lazim dapat dibuat dalam bentuk puyer.
4. Lebih stabil dibandingkan dengan bentuk sediaan cair.
5. Dokter dapat memilih dosis yang sesuai kepada pasien.

b. Kerugian
1. Rasa yang tidak enak tidak dapat ditutupi (pahit, sepat, asam, lengket
dilidah).
2. Bahan obat yang bersifat higroskopis dalam penyimpanan dapat
menjadi lembab.

c. Pada pengemasan serbuk terbagi, jika jumblahnya genap lebih dari 10.
Serbuk dibagi dahulu menjadi 2 bagian sama banyak lalu masing - masing
serbuk terhadap yang lain paling besar 10%. Serbuk terbagi dikemas dalam
kertas perkamen.Bagi serbuk yang mengandung zat yang higroskopis,
serbuk dibungkus dengan kertas berlilin dan diserahkan dalam pot dengan
tutup sekrup. Serbuk tabur dikemas di pot. (Farmakope Indonesia edisi III
halaman 24).
BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

A. RESEP 2
Dr Black Pink
Jl. Jeju Utara
SIP.037/83.12/DU/SIP.2/DKK/IX/2019

Samarinda, 20/10/22
Iter 4x
R/ INH 2 gram
Ethambutol 2 gram
Rifampycin 1,5 gram
SL. q.s
M.f. pulv. No X
S 1 dd p I pc

Pro: Mochtar 6 Tahun (14 kg)

B. RESEP STANDAR
1. Menurut ISO Volume 51 halaman 186 INH mengandung isoniazid
sebanyak 300mg dan 400mg
2. Menurut ISO Volume 51 halaman 156 ethambutol mengandung
250mg dan 500mg
3. Menurut ISO 51 halaman 190 rifampicin mengandung sebanyak
259,300 dan 400mg
C. KELENGKAPAN RESEP

Kelengkapan Resep Keterangan


Inscriptio Ada
Invecatio Ada
Presciptio Ada
Signatura Ada
Nama Pasien Ada
Umur Pasien Ada
Alamat Pasien Ada

D. PENGGOLONGAN OBAT

Nama Obat Golongan Obat


INH Obat Keras
Etambuthol Obat Keras
Rifampicin Obat Keras
Laktosa Zat Tambahan

E. URAIAN BAHAN
1. INH ( FI III HAL 70)

a. Nama Sinonim: ISONIAZIDUM.


b. Khasiat : Antitubercolusa.
c. Pemerian : hablur atau serbuk hablur, putih atau tidak berwarna, tidak
berbau, perlahan - lahan dipengaruhi oleh udara atau
cahaya
d. Kelarutan : mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol, sukar
larut

2. RIFAMPICYN (FI III HAL 61)

a. Nama Sinonim : Rifampisin


b. Khasiat : Antibiotik
c. Pemerian : Serbuk hablur dan coklat merah
d. Kelarutan : sangat sukar larut dalam air mudah larut dalam
klorofor p ,larut dalam etil asetat p dan meuranol p.

3. ETAMBUTOL (FI III HAL 560)

a. Nama Sinonim : AETAMBUTOLI HYDROCHIDRIUM.


b. Khasiat : antituberklosis.
c. Pemerian : Serbuk hablur dan putih tidak berbau.
d. Kelarutan : mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan
metanol, sukar larut dalam eter dan kloroform.

4. SL sacharum lactis (FI III HAL 338)

a. Nama Sinonim : Laktosum.


b. Khasiat : zat tambahan.
c. Pemerian : serbuk hablur, putih tidak berbau, rasa agak manis.
d. Kelarutan : larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air
mendidih, sukar larut dalam etanol (95%)p, praktis
tidak larut dalam klorofrom dan eter
F. PERHITUNGAN DOSIS (DL, DM, dan DDR)

1.INH

a. DL anak
1P = 5mg/kg – 15mg/kg x 14 kg = 70 mg – 216
1H = 10mg/kg – 30 mg/kg x 14 kg = 140 mg – 420mg

b. DM
1P = -
1H = 10mg/kg x 14 kg = 140 mg

c. DDR
1P = 2000MG : 10 = 200
1H = 200 mg

d. % DM
1P = -
200𝑚𝑔
1H = 140𝑚𝑔 𝑥 100% = 142,85% >

100% (OD)

Penurunan Dosis
1P = -
100𝑚𝑔
1H = 140 𝑚𝑔 𝑥 100% = 71,42%

Kesimpulan : Dosis Terapi karena sudah sebanding DL dan DDR

Rifampicin (FI III HAL 61)

a. DL Anak
(1H = 10 mg- 20 mg )

1P = -
1H = 14kg x 10mg – 20mg = 140mg/kg – 280mg/kg

b. DDR 1 bungkus mengandung rifampicin sebanyak 150 mg


Usul dilakukan penurunan dosis karena DDR Rifampicin melebihi DL anak.

1P = 150mg- 1500mg = 10 x 150


1H = 150mg

Dosis diturunkan menjadi 1000 maka DDR satu bungkus mengandung


1000mg : 10 bungkus = 100

1P = 100mg

Ethambutol (FI III HAL 560) 1H = 100mg (dosis terapi)


a. DL anak
1H = 15mg/kg – 25mg/kg

1P = -
1H = 14kg x 15mg/kg – 25mg/kg
= 210mg – 350mg

b. DDR satu bungkus mengandung sebanyak 210mg


Ethambutol DDR tidak sebanding dengan DL didalam
kenaikan dosis.
1P = 200mg – 2000 : 10 = 200mg
1H = 200mg
Kenaikan DDR

Kesimpulan : Dosis termasuk dosis terapi karena nilai DL dan DDR sebanding

G. PENIBANGAN BAHAN

NO NAMA BAHAN JUMLAH YANG JUMLAH YANG


DITIMBANG DIAMBIL

1 INH 1gr 1000mg

2 Ethambutol 2100mg (tidak dipakai) -

3 Rifampicin 100mg 100mg

4 SL Q.S 3000mg 300mg

. 500mg – (bobot total zat


aktif)
500 10 bungkus =
1.100mg
H. CARA KERJA

1. Disiapkan alat dan bahan, disetarakan timbangan


2. Ditimbang semua bahan sesuai penimbangan bahan
3. Dimasukkan sedikit SL kedalam mortir gerus ad halus untuk
melapisi mortir
4. Dimasukkan INH kedalam mortir gerus ad homohgen
5. Dimasukkan Rifampicin kedalam mortir gerus ad homogen
dimasukkan SL ad gerus dan ad homogen
6. Keluarkan dari dalam mortir letakkan diatas kertas perkamen, bagi
menjadi 10 bagian sama rata lalu bungkus dengan rapi
7. Dimasukkan kedalam plastic klip dan beri etiket putih serta label NI
8. Diserahkan kepada pasien dan berikan informasi obat
I. PENANDAAN ETIKET DAN LABEL

Apotek STIKSAM
Alamat : JL. A.W Syahrani
APA : Kelompok D3 Farmasi
SIPA : 247/013/SIPA/200.10

No : 02
Tgl : 20/11/22
Nama : An. Mochtar (6 tahun)
3x sehari 1 Kaps/Tab/BKS
Antibiotik Dihabiskan
Sebelum/Sesudah makan

Semoga Lekas Sembuh


Penggolongan Obat :

OBAT KERAS DAN LABEL

4. KOMUMUNIKASI INFORMASI DAN EDUKASI


(ISONIAZID, RIPAMPICIN, DAN ETAMBUTOL)
1. Aturan Minum Obat : Diminum 3X sehari 1 Bungkus Setelah
Makan dan Harus Dihabiskan
2. Khasiat : antibiotik dan antitubercolis
3. Efek Samping Obat : Mual, Muntah
COPY RESEP

Apotek STIKSAM
Jl. A. W. Syahranie
APA : Kelompok D3 Farmasi
SIPA : 247/013/SIPA/ 200.10
COPY RESEP
No R/ : 02
Dari dokter : Dr. Blackpink
Tanggal penulisan : 20/10/22
Tanggal pembuatan : 20/10/22
Nama pasien : An. Mochtar
Umur : 6th
Alamat : Jalan Setia

Iter 4x

R/ INH 1g
SL qs

M.f Pulv No X
S 1 dd P 1 ac
Det Orig

Rifampycin 100 mg

SL qs

M.f Pulv No X
S 1 dd P 1 ac
Det Orig

P.C.C
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum resep ini, dalam resep racikan yang dibuat adalah sediaan
serbuk puyer. Bahan yang digunakan dalam resep ini adalah INH (isoniazide)
yang berkhasiat sebagai Antituberculose, Etambuthol yang berkhasiat sebagai
Antibiotik untuk mengobati TBC dan Rifampicin yang memiliki khasiat untuk
mengobati TBC. Lactose dalam resep ini berfungsi sebagai zat tambahan dan
pemanis. . Efek samping yang paling dominan dari Rifampicin adalah urine dan
fases berwarna kemerahan.
Pada resep racikan ini, dilakukan penurunan dosis INH dikarenakan
terjadi OD sebesar 142.85%. Maka dilakukan penurunan dosis agar sesuai
dengan dosis terapinya. Lalu terdapat efek samping dari sediaan Ethambutol
untuk anak dibawah umur 13th yang dapat menyebabkan gangguan
pengelihatan. Oleh karena itu dengan acc dari dokter yang meresepkan,
Ethambutol tidak diberikan. Dan treakhir dilakukan penurunan DDR pada obat
Rifampicin dikarenakan tidak sesuai dengan dosis lazimnya. Selain itu, INH
tidak dicampurkan dengan Rifampicin sebagai campuran puyer karena INH
dapat meningkatkan toksisitas Rifampicin terhadap hati. Jadi pembuatan
puyernya dipisahkan.
Pada resep ini juga terdapat permintaan iter 4x dalam resep, jadi
dibuatkan copy resep dengan penulisan det orig yang berarti diambil untuk
pertama kali. Jadi dapat dijelaskan kepada pasien bahwa copy resep ini bisa
diambil hingga 4 kali pengulangan ditambah dengan pengambilan pertama.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sediaan kapsul serta serbuk berupa pulvis dan pulveres dibuat


sesuai prosedur yang sesuai dengan standar.

B. Saran

1. Mahasiswa diharapkan mampu meminimalisir kesalahan


dalam perhitungan maupun penimbangan bahan di
Laboratorium

2. Perhitungan resep yang sekiranya overdosis sebaiknya


ditinjau kembali dan di evaluasi
3. Mahasiswa diharapkan menjungjung tinggi nilai kedisiplinan,
terutama dalam meletakkan bahan yang digunakan dalam
praktikum agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan dalam
laboratorium
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1979. Modul ebook Farmasetika Dasar Bppsdmk. Jakarta :
Kemenkes RI
Departemen Kesehatan RI 1979. Farmakope Indonesia III. Jakarta :
Depekes RI
Departemen Kesehatan RI 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta:
Depkes RI
Ikatan Apoteker Indonesia 2021. Informasi Spesialit Obat (ISO).
Indonesia : ISFI
Arief Muhammad 1987. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press
Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia 1968 Formularium Medicamentorum
Selectum. Surabaya : ISFI
Sundu, Reksi. 2022 Penuntun Praktikum Farmasetika Dasar. Samarinda

Anda mungkin juga menyukai