Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL TUGAS AKHIR

“RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU KESEHATAN UNTUK


DETEKSI DINI SYOK KARDIOGENIK BERBASIS INTERNET OF
THINGS”
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
Ujian Akhir Program Pendidikan Diploma Tiga (D-III) Teknik Elektro Medik
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Semarang

Diajukan oleh :

RIFKI HAKIM FEBRIANSYAH

02320073

PROGRAM STUDI

D3 TEKNIK ELEKTROMEDIK

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SEMARANG


2023

1
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL TUGAS AKHIR

“RANCANG BANGUN ALAT PEMANTAU KESEHATAN UNTUK


DETEKSI DINI SYOK KARDIOGENIK BERBASIS INTERNET OF
THINGS”

Diajukan oleh :

Rifki Hakim Febriansyah

02320073

Tanggal, 5 Februari 2023

Disetujui Oleh :

Dosen Pembimbing

Bayu Wahyudi, S.Si, M.Sc

NIK : 3202201721

2
3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan
system sirkulasi yang mengakibatkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi
untuk mempertahankan metabolism aerobic sel secara normal (Azevedo, 2013).
Syok merupakan gangguan sirkulasi yang diartikan sebagai kondisi tidak
adekuatnya transport oksigen ke jaringan atau perfusi yang diakibatkan oleh
gangguan hemodinamik (Rathod KS, 2018). Gangguan hemodinamik tersebut
dapat berupa penurunan tahanan vaskuler sitemik terutama di arteri,
berkurangnya darah balik vena, penurunan pengisian ventrikel dan sangat
kecilnya curah jantung. Berdasarkan bermacam-macam sebab dan kesamaan
mekanisme terjadinya, syok dapat dikelompokkan beberapa macam yaitu syok
hipovolemik, syok kardiogenik, syok anafilaktik dan syok neurogenik. Keadaan
syok hipovolemik sering terjadi pada pasien yang mengalami perdarahan akibat
kehilangan banyak darah. Keadaan syok anafilaktik dan sepsis sering terjadi pada
kondisi penurunan kesadaran. Sedangkan syok kardiogenik sering terjadi pada
pasien emboli paru, tension pnemothorax dan tamponade jantung. Sedangkan
keadaan kardiogenik sering terjadi pada kondisi gagal jantung kongestif dan
infark miokardium (Hochman JS, 2009).
Syok kardiogenik adalah keadaan rendahnya curah jantung yang dapat
mengancam jiwa akibat hipoperfusi organ akhir dan hipoksia. Syok kardiogenik
didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan
oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari
parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan
penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya
tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin
(kurang dari 0,5 ml/kg/jam) dengan laju nadi lebih dari 60 kali per menit dengan
atau tanpa adanya kongesti organ (Brunner & Suddarth, 2012).
Syok kardiogenik lebih sering disebabkan karena kegagalan jantung kiri

4
yang mana hal ini dapat memperburuk keadaan karena mempengaruhi oksigenasi
ke tubuh. Saat darah tidak mengandung jumlah oksigen yang cukup, maka
kebutuhan oksigen yang akan dialirkan ke bagian sel-sel dan jaringan seluruh
tubuh tentunya tidak dapat terpenuhi. Hal inilah yang menjadi potensi timbulnya
kondisi hipoksia, yaitu kondisi jaringan tubuh yang tidak mendapatkan asupan
oksigen yang memadai. Idealnya jaringan tubuh mendapat asupan oksigen di
kisaran 95% sampai 100% (Food and Drug Administration, 2021).
Pasien dengan syok kardiogenik tentunya perlu penanganan perawatan
antisipatif yang tepat. Salah satu langkah yang dilakukan adalah melakukan
tindakan preventif sebagai deteksi dini dan monitoring intensif. Monitoring kadar
oksigen dalam darah dapat dilakukan secara non-invasif (tidak menimbulkan
luka) dengan pulse oximeter dan pemeriksaan invasif dengan analisis tekanan
darah. Pertimbangan terkait kenyamanan pasien, non-invasif, aman, kontinu, hasil
yang akurat dan harga yang terjangkau menjadikan pulse oximeter
direkomendasikan sebagai alat monitoring dan perawatan penderita syok
kardiogenik.
Pesatnya perkembangan teknologi embedded system, teknologi Internet of
Things (IoT) dan aplikasi yang sifatnya open source serta ketersediaan sebagian
komponen lokal memungkinkan peneliti untuk melakukan pengembangan alat
kesehatan yang kompak, berbiaya rendah dan siap pakai. Di dalam tubuh manusia
terdapat tanda-tanda vital yang memiliki peran penting bagi manusia yakni vital
sign yang terdiri dari tekanan darah, suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernapasan. Tanda vital ini berfungsi untuk menandakan suatu kondisi keadaan
umum seseorang. Syok ditandai dengan kondisi, akral dingin, pernapasan yang
cepat dan tekanan darah menurun. Saturasi oksigen adalah banyaknya oksigen
dalam darah yang berikatan dengan hemoglobin dimana oksigen akan dialirkan
keseluruh jaringan. Hal ini berkaitan dengan rumus Oxygen Delivery (DO2=
CaO2 (Hb x 1,37 x SaO2+ (PaO2 x 0,003) x CO). Menurut Potter dan Perry
apabila saturasi oksigen dibawah nilai normal <94% akan menunjukan hipoksia
yang artinya kebutuhan oksigen ke jaringan tidak memadai.
Penelitian ini bertujuan untuk deteksi dini syok kardiogenik berbiaya rendah

5
yang dapat digunakan secara perorangan, dengan monitoring kadar SpO2 dan
heart rate. Fitur IoT menjadikan pemantauan kondisi pasien dapat dilakukan dari
jarak jauh dan memungkinkan tenaga medis mengakses data tersebut secara
langsung dari mana saja. IoT pada penelitian ini menggunakan ESP 8366 yang
didukung oleh aplikasi android Blynk. Data akan ditampilkan pada telepon
genggam berbasis android, sehingga dengan konfigurasi ini, sebagai alat
pemantau kesehatan perorangan berbiaya murah dapat terwujud.
Penelitian sejenis sebelumnya tentang pulse oximeter telah dilakukan oleh
Dabuke, Sijabat & Adiansyah (2020) dengan judul “Rancang Bangun Pulse
Oximeter (Spo2) Pada Alat pasien Monitor”. Penelitian lain dilakukan oleh
Widiyanto dan Yamin (2014) hanya dengan durasi 690 milidetik sudah dapat
langsung dideteksi oleh pulse oxymetri, walaupun mengetahui kadar oksigen
dalam darah pada pasien syok dilakukan pemeriksaan analisis gas darah sebagai
pemeriksaan gold standart karena dapat memberikan hasil yang akurat sekaligus
dari pH, PO2, PCO2, HCO3, Be dan saturasi O2 pada darah dari arteri. Akan
tetapi pemeriksaan ini sulit dilakukan karena dapat menyebabkan pembuluh darah
kolaps pada pasien syok, dan membutuhkan waktu untuk hasilnya ditambah lagi
pemeriksaan analisis gas darah tidak semua rumah sakit memilikinya. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Razi Ebrahim pada 152 pasien PPOK, dari hasil
penelitian menunjukan bahwa pulse oxymetri baik digunakan pada kadar saturasi
oksigen ≥80%.
Dibandingkan penelitian sebelumnya penggunaan alat pulse oxymetri ini
selain mudah, aman dan nyaman bagi pasien yang mengalami syok kardiogenetik,
pemantauan kondisi pasien dapat dilakukan secara jarak jauh dengan
memanfaatkan teknologi IoT menggunakan aplikasi blynk diharapkan dapat
membantu untuk mengobservasi tanda-tanda vital pada keadaan syok
kardiogenetik.
Berdasarkan latar belakang yang ada maka dari itu penulis tertarik untuk
membuat Tugas Akhir dengan judul:
“Rancang Bangun Alat Pemantau Kesehatan Untuk Deteksi Dini
Kardiogenik Berbasis Internet of Things (IoT)”

6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis dapat mengambil rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara merancang alat pemantau kesehatan untuk deteksi dini syok
kardiogenik berbasis internet of things?
2. Bagaimana cara menguji alat pemantau kesehatan untuk deteksi dini syok
kardiogenik berbasis internet of things?
3. Bagaimana cara mengetahui hasil dari deteksi dini syok kardiogenik melalui
uji fungsi?
4. Bagaimana konsep penyimpanan data dari alat deteksi syok dini
kardiogenik berbasis IoT?

1.3 Batasan Masalah


Dalam pembahasan Tugas Akhir ini penulis membatasi masalah, maksudnya
bertujuan untuk membatasi pelebaran masalah yang akan dibahas. Batasan
masalah tersebut adalah sebagai berikut:
1.

1.4 Tujuan
Dengan memperhatikan pembahasan yang dibuat oleh penulis, Tugas Akhir
ini menyampaikan tujuan yang hendak dicapai. Adapun maksud dari tujuan
disusunnya Tugas Akhir ini adalah:
1. Merancang bangun alat pemantau kesehatan untuk deteksi dini syok
kardiogenik berbasis internet of things.
2. Melakukan uji fungsi alat pemantau kesehatan untuk deteksi dini syok
kardiogenikb berbasis internet of things dengan output LCD 16 x 2.
3.

7
1.5 Manfaat
Adapun beberapa manfaat yang bisa diambil dari penelitian kali ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Penulis :
- Penelitian ini sangat bermanfaat bagi penulis sebagai sarana pembelajaran dan
penerapan ilmu yang didapat selama perkuliahan.
- Karya tulis penulis dapat dijadikan refrensi pembelajaran dan penambah
wawasan tentang alat pemantau kondisi jantung.
2. Bagi Pengguna :
Memantau kondisi kesehatan jantung pasien/penderita penyakit syok
kardiogenik.
3. Bagi Pembaca :
Sebagai referensi pustaka pembelajaran bagi pembaca dalam mempelajari
Rancang bangun alat [emanatau syok dini kardiogenik dengan output LCD 16 x 2
internet of things (IoT).

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
3.1 Teori Penunjang
2.1

9
1. Bahan dan Metode
Komponen dan modul yang digunakan untuk pembuatan alat pemantau
kesehatan perorangan deteksi dini syok kardiogenetik disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 2. 1 Alat yang digunakan


Sistem Device Gambar

Monitori ng detak Sensor MAX301


jantung dan kadar 02
oksigen

Display sistem LCD 16x2

Display sistem 12C


Module

Board Controlle r NodeMC U Board

1.1 Sensor MAX30100


MAX30100 adalah modul sensor yang digunakan untuk mengukur kadar
oksigen dalam darah (SpO2) dan juga detak jantung (BPM). Modul ini memiliki
led indikator, photodetectors, optical elements, dan low- noise electronics dengan

10
proteksi terhadap ambient light. Modul sensor MAX30102 ini memiliki
antarmuka I2C dan keluaran nilainya berupa digital sehingga dapat dihubungkan
dengan Arduino maupun NodeMCU yang akan kita pakai pada alat pemantau
kesehatan perorangan deteksi dini syok kardiogenetik.

Spesifikasi :
Catu Daya = 1,8V dan 3,3V untuk supply LED
Catu Daya LED Internal = 3,3V Dilengkapi Interface I2C Dimensi = 19,6 x 15,56
mm
Beroperasi Pada Suhu -40 C sampai +85 C

Keterangan pin pada sensor MAX30100:


VIN : Tegangan input 1,8 – 3,3 V
SCL : Komunikasi I2C pin SCL (Clock Input)
SDA : Komunikasi I2C pin SDA (Data)
GND : Ground.

2.2 LCD 16x2


Berfungsi untuk menampilkan tulisan text dari mikrokontroler /Arduino/
NodeMCU. LCD yang kita pakai mempunyai ukuran 16x2 artinya terdapat 16
kolom dan 2 baris dan Pada bagian atas terdapat 16 pin untuk koneksi ke
controller dan juga power supply (tegangan 5V). Keterangan pin pada LCD 16x2
disajikan pada Tabel 2:

Tabel 2. 2 pin pada LCD 16x2

No Pin Keterangan
LCD
1. Vss (Gnd)
2. VDD (5V)
4. RS
5. RW
6. E (Enable)
7. D0
8. D1
9. D2
10. D3
11. D4
12. D5
13. D6
14. D7
15. A (Backlight)
16. K (Backlight)

11
2.3 I2C LCD Module
Merupakan board konverter koneksi LCD (paralel dengan pin data D0 – D7)
menjadi I2C yang hanya perlu 2 pin saja: SCL dan SDA yang ditunjukkan pada
Gambar 1.

Gambar 1. I2C LCD Module

Terdapat 16 pin male di bagian atasnya, nantinya dikoneksikan dengan LCD


, tinggal dimasukkan saja (sama – sama 16 pin) kemudian solder. Dibagian
samping kiri ada 4 pin koneksi yang nantinya dihubungkan dengan Arduino.
 GND : terhubung dengan GND Arduino
 VCC : terhubung dengan 5V
 SDA : terhubung dengan pin SDA (A4)
 SCL : terhubung dengan pin SCL (A5)

2.4 Board NodeMCU


Berfungsi untuk memudahkan koneksi NodeMCu dengan peripheral
pendukung seperti sensor.

Pada alat monitoring perorangan ini data yang ditampilkan adalah data Pulse
Rate (BPM) dan saturasi oksigen dalam darah (SpO2). Diagram alir dibuat untuk
mengetahui cara kerja alat. Ketika catu daya dihidupkan, maka sistem akan
menyala termasuk sensor Max30100 yang siap membaca data. Saat pengguna
menempelkan jarinya, data Pulse Rate (BPM) dan saturasi oksigen dalam darah
(SpO2) dalam persen (%) akan ditampilkan di LCD dan aplikasi smartphone.
Yang kemudian menampilkan nilai untuk pendeteksi awal syok kardiogenetik.
Diagram alir pada penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.

12
Gambar 2. Diagram alir pada penelitian

Rangkaian/Skematik
Skematik rangkaian pada penelitian ini digunakan untuk mengidentifikasi

13
dan menganalisis rangkaian elektronik. Hal ini bertujuan untuk
memastikan bahwa sambungan antar komponen sudah tepat dan aman,
sehingga dapat menghindari adanya salah sambungan, hubung singkat,
dan mempermudah keperluan pemrograman. Skematik rangkaian ini
juga digunakan sebagai dasar dalam pembuatan PCB yang ditunjukkan
pada Gambar 3.

Gambar 3. Rangkaian Skematik

Program di Arduino IDE.


Program ini dibuat untuk ‘diisikan’ ke NodeMCU V3 agar dapat
bekerja sesuai dengan sistem yang kita buat yaitu oximeter dengan
tampilan LCD. Tahap berikutnya yaitu seting pada output untuk
NodeMCU. Program pada lembar kerja di Arduino IDE untuk alat
pemantau kesehatan perorangan deteksi dini syok kardiogenetik
menggunakan Bahasa pemrograman C+ kemudian simpan dan upload.
Tahap berikutnya yaitu letakkan ujung jari diatas sensor MAX30100
(tempelkan diatas lampu LED merah) sehingga muncul nilai SpO2 dan
PR (Pulse Rate) di LCD
.
IoT dengan aplikasi Android Blynk
Blynk merupakan sebuah platform IoT (Internet of Things) yang
saat ini sering digunakan untuk membuat sebuah aplikasi IoT.
Sebenarnya tidak terbatas pada IoT saja, seperti antarmuka melalui
Wifi dengan Arduino. Penggunaannya

14
juga mudah, tinggal drag and drop sesuai kebutuhan sistem yang akan
dibuat. Blynk dapat dijalankan di Android maupun iOS. Tidak perlu
pemrograman yang rumit dengan komputer/laptop, kita hanya menginstal
Blynk di Android kemudian mulai membuat aplikasinya yang ditunjukkan
pada Gambar 4. Komponen/widget yang disediakan oleh Blynk, mulai dari
komponen kontrol seperti tombol (button), slider, joystick. Ada juga
komponen untuk display seperti LCD, LED.

Gambar 4. Sistem IoT aplikasi Blynk.

Monitoring syok kardiogenetik menggunakan sensor MAX30100 dan


hasilnya berupa kadar oksigen dan denyut nadi dikirim melalui jaringan
WiFi dan ditampilkan dalam Web Server atau Web Page. Untuk
mengkoneksikan ke web page dimasukan program di Arduino IDE yang
diisikan ke nodeMCU agar dapat bekerja sesuai dengan sistem yang
terkoneksi dengan web server.

1. Hasil dan Pembahasan


Monitoring perorangan syok kardiogenetik yang dibuat bersifat
portable dan didesain untuk mudah dibawa dan disimpan dengan
menggunakan bahan dasar acrylic. Alat ini dapat digunakan langsung
dengan memberikan catu daya lewat perangkat computer dengan koneksi
kabel port serial dan dapat juga mengunakan batrai Lithium Polymer 400
mAh yang dapat

15
diisi ulang jika energinya habis. Pengujian alat dilakukan dengan dibantu
10 mahasiswa saat berada dalam kondisi sehat. Pengujian alat dilakukan
dengan menempelkan salah satu jari mahasiswa ke sensor MAX30100,
sementara itu jari yang lain ditempelkan ke oksimeter pabrikan (sebagai
validator). Posisi mahasiswa pada saat dilakukannya pengujian yaitu dalam
posisi duduk. Posisi tangan berada di atas meja sejajar dengan dada,
sehingga pengambilan data dilakukan saat tubuh dalam posisi yang rileks.
Pengambilan data pasien yaitu mahasiswa dilakukan 3 kali dalam
pengambilan data untuk satu mahasiswadan diambil rata-rata untuk
mendapatkan nilai Pulse Rate dan SpO2. Dari hasil pengujian alat
didapatkan data yang ditunjukkan pada Tabel 3 :

Tabel 3. Hasil pengujian alat

SpO2 (%) Pulse


Mah Rate
a (BPM)
sisw Alat Alat Alat Alat
a Pabrika Pabrik
n an
1 96 96 70 72
2 96 95 84 86
3 97 97 71 72
4 96 96 85 83
5 98 98 86 84
6 97 97 74 75
7 98 97 83 83
8 98 98 85 84
9 96 96 78 81
10 96 96 86 86
Rata 96,8 96, 80,2 80,
- 6 6
rata

% Error untuk pengukuran SpO2 (%)


│ │ 𝑥100 = 0.207
96,8−96,6
96,6
% Error untuk pengukuran Pulse Rate
(BPM) │ 80,2−80,6
│ 𝑥100 = 0.496
80,7

Berdasarkan Tabel 3 di atas, dari 10 mahasiswa yang dihimpun untuk


pengujian, didapatkan ralat 0,207 % untuk

16
pengujian saturasi oksigen dalam darah dan Pulse rate dan 0,496 % untuk
pengujian. Hal ini menunjukkan bahwa alat yang dibuat memiliki akurasi
yang baik dalam mengukur saturasi oksigen dalam darah dan pulse rate, yaitu
99.79% dan 99,50%. Setelah pengujian alat ilakukan langkah berikutnya
adalah melakukan sampling responden menggunakan metode penelitian
deskriptif, dengan melakukan pengambilan data secara cross
sectional pada civitas akademika Universitas PGRI Yogyakarta sebanyak 10
sampling dengan kategori umur menurut WHO yaitu usia 17-25 tahun,
dengan kategori masa remaja akhir, 26-35 tahun kategori masa dewasa awal,
36-45 tahun kategori masa dewasa akhir, 46-55 tahun kategori masa lansia
awal. Dari hasil data sekunder yang didapat kemudian diolah dan dianalisa
secara statistik dengan hasil disajikan

dengan tampilan LCD dan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Hasil kur SpO2 dan Pulse Rate(BPM


Variabe Cara Hasil
Definisi
l Ukur Ukur
Saturasi Presentasi Menemp 1.95-100%
Oksigen hemoglobin elkan ibu Normal
SpO2 yang jari ke
(%) berikatan sensor 2. 90-94%
dengan MAX301 Hipoksia
oksigen dalam 00 Ringan
arteri saturasi
oksigen 3. 85-89%
normal adalah Hipoksia
antara sedang
95 – 100%
Pulse Denyut nadi Menemp 70-90
Rate maksimum elkan ibu BPM :
(BPM) adalah 220 jari ke Normal
dikurangi usia sensor
saat ini, MAX301
normalnya 00
antara 60 -
100 kali per
menit.

17
Dari hasil desain alat monitoring perorangan syok kardiogenetik
dihasilkan tampilan dalam layer LCD pada alat dan aplikasi android Blynk
yang mudah diakses dan penggunaannya juga mudah, tinggal drag and drop
sesuai kebutuhan sistem. Blynk dapat dijalankan di Android maupun iOS.
Selain di LCD (a) dan aplikasi Blynk (b), tampilan juga dapat diakses di
serial monitor (c) yang menampilkan hasil pembacaan sensor MAX30100
apabila dikoneksikan langsung ke laptop yang disajikan pada Gamb ar 5.
(a)

(b) (c)
Gambar 5. Tampilan desain alat

2. Kesimpulan

Alat monitoring perorangan ini dirancang dan dibuat sebagai alat


bantu kesehatan untuk mendeteksi awal pasien syok kardiogenetik.
Alat ini dapat mengukur saturasi oksigen dalam darah (SpO2) dan laju
jantung (BPM) untuk mengetahui tingkat deteksi awal pasien syok
kardiogenetik yang ditandai dengan penurunan saturasi oksigen dan
kegagalan jantung yang melemah untuk memompa darah secara akurat.
Deteksi awal yang baik dapat menghindarkan seseorang terkena syok
kardiogenetik yang merupakan kasus gawat darurat yang berujung
kematian apabila tidak dipantau dan ditangani segera. Berdasarkan
hasil pengujian, didapatkan akurasi yang baik dalam mengukur SpO2
(%) dan Pulse Rate (BPM), yaitu masing-masing sebesar 99.79% dan
99,50%. Berdasarkan hasil

18
pengujian tersebut, alat deteksi awal syok kardiogenetik ini dapat dijadikan
alat bantu kesehatan untuk memantau kondisi kesehatan perorangan.

3. Daftar Pustaka

Azevedo, R.P., & Machado, F.R. (2013). Constipation in critically ill


patients:much more than we imagine. Rev Bras Ter Intensiva, 25(2), 73–
78.
Brunner & Suddarth. 2012. Keperawatan Medikal Bedah.(edisi 8). Jakarta :
EGC
Dabukke, H., Sijabat, S., & Adiansyah, A. (2020). Rancang Bangun Pulse
Oximetry (SPO2) Pada Alat Pasien Monitor. Jurnal Teknologi Kesehatan
Dan Ilmu Sosial (TEKESNOS), 2(2), 122-137.
Food and Drug Administration. (2021). Pulse Oximeter
Accuracy and Limitations: FDA safety
Communication. Diakses dari https://www.fda.gov/medical-
devices/safety- communications/pulse-oximeter- accuracy-and-
limitations-fda-safety- communication, tanggal
19
Desember 2021.
Hochman JS, Ohman EM. Cardiogenic Shock. The AHA Clinical Series.
Wiley-Blackwell.
Januari 2009.
Rathod KS, Koganti S, Iqbal MB, Jain AK, Kalra SS, Astroulakis Z, et al.
Contemporary trends in cardiogenic shock: Incidence, intra-aortic
balloon pump utilisation and outcomes from the London Heart
Attack Group. Eur Heart J Acute Cardiovasc Care. 2018;7(1):16-27
Widiyanto, Budi dan L. S. Yamin, 2014. Terapi Oksigen terhadap
Perubahan

19
WibisoSaturasi Oksigen melalui Pemeriksaan Oksimetri pada Pasien
Infark Miokard Akut (MIA). Jawa Tengah: Nursing Lecturer of Semarang
Health Politechnic, 2014.

20

Anda mungkin juga menyukai