Disusun Oleh :
YOGYAKARTA
2023
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Adalah benar-benar hasil karya penyusun sendiri, bukan salinan dari karya tulis
orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan nikmat dan kesempatan kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini. Tugas Akhir ini disusun guna melengkapi syarat
untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Program Strata satu (S-1) atau Sarjana di
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta.
Terselesainya penyusunan Tugas Akhir ini, kami banyak memperoleh
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini
kami sampaikan terimakasih yang kepada:
1. Ibu Ciptasari Prabawanti, S.Psi., M.Sc., Ph.D., selaku Rektor
Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
2. Bapak Dr. Ir. Hery Kristiyanto, ST., MT., selaku Dekan Fakultas
Teknik Universitas Cokroaminoto Yoagyakarta;
3. Bapak Ir. Nurokhman, MT, Selaku ketua Program Studi Teknik Sipil
FT UCY sekaligus Dosen Pembimbing II /Penguji;
4. Bapak Ir. Indra Suharyanto, MT., Selaku Dosen Pembimbing I/Penguji
I;
5. Kedua orang tua kami yang selalu memberi dukungan dan doa dalam
menyelesaikan studi
6. Seluruh Dosen dan pegawai Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
khususnya Program Studi Teknik Sipil FT UCY yang telah mendidik
dan membina penulis sejak awal hingga akhir studi;
7. Terimakasih juga penulis ucapkan kepada rekan-rekan yang
memberikan dukungan penyelesaian Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini belum sempurna, untuk itu
mohon kritik dan saran yang membangun.. Akhir kata, sekali lagi penulis
sampaikan terimakasih kepada pihak yang telah banyak membantu dan memberi
bimbingan serta bantuan kepada penulis.
v
DAFTAR ISI
v
2.10 Daerah Rawan Kecelakaan (Black Site) ............................................ 41
2.11 Titik Rawan Kecelakaan (Black Spot) ............................................... 42
vi
DAFTAR TABEL
vii
Tabel 4.9 Hasil Responden Masyarakat Ruas Yogyakarta-Bakulan ................... 71
DAFTAR GAMBAR
viii
IDENTIFIKASI KONDISI FISIK DAN LALU LINTAS SEBAGAI
PENGARUH KESELAMATAN JALAN PADA RUAS JALAN
YOGYAKARTA–BAKULAN PARANGTRITIS
Disusun Oleh :
Wibisana Setya Noor Prayoga
NIM: 1850100065
INTISARI
Kondisi fisik jalan seperti geometri, ukuran lebar jalan, tipe jalan, permukaan perkerasan
jalan, rambu-rambu, marka jalan, hambatan samping dan konsisi lalu lintas secara umum menjadi
factor-faktor yang berpengaruh terhadap keselamatan jalan. Kondisi di Ruas Jalan Yogyakarta-
Bakulan Parangtritis Kabupaten Bantul yang menjadi jalur destinasi wisata merupakan jalur sibuk
lalu lintas. Dalam penyediaan infrastruktur harus berfungsi dengan baik layak dan tidak
mengandung resiko kecelakaan yang berbahaya. Monitoring evaluasi faktor-faktor yang
mempengaruhi keselamatan jalan pada Ruas Jalan Yogyakarta-Bakulan Parangtritis baik
pengendara, sarana jalan dan lingkungan jalan untuk keselamatan perlu dilakukan secara periodik
agar diperoleh data untuk bahan tinndaklanjut penyelesaiannya sehingga dalam pembangunan
akan tepat sasaran dan fungsi.
Tujaun penelitian mengidentifikasi kondisi fisik dan lalu lintas yang berpengaruh pada
keselamatan jalan khususnya pada ruas Jalan Yogyakarta-Bakulan Parangtritis dan menganalisis
kebutuhan fasilitas untuk mengurangi resiko terjadinya kecelakaan pada ruas jalan tersebut.
Metode penelitian dilakukan dengan survey lokasi di ruas Jalan Yogyakarta-Bakulan Parangtritis
sepanjnag 8,35 Km dengan dukungan data sekunder dari Dinas Perhubungan DIY dan data
pendukung lainnya sebagai referensi dalam analisis.
Dari hasil penelitian faktor kondisi Ruas Jalan Yogyakarta-Bakulan Parangtritis termasuk
status Jalan Provinsi dengan fungsi falan sebagai Kolektor Primer dengan panjnag ruas 8,35 kM
dan lebar rata-rata badan jalan 7,0 m dan bahu jalan kanan dan kiri jalan lebar 1,7-2,0 m, memikili
LHR maksimum hari kerja 6029 kendaraan dengan arus kendaraan 2417,8 smp/jam dan waktu
libur 8667 kendaraan dengan arus kendaraan 2312,6 smp/kendraan. Faktor sarana jalan seperti
rambu kelas jalan, rambu APPIL, rambu penyebrangan, rambu hati-hati, dan rambu persimpangan
kondisi yang variatif ada yang kurang baik/rusak, untuk permukaan jalan bebrapa lokasi terdapat
retak dan tambalan lapisan aus. Faktor lingkungan seperti terdapat bebrapa pohon yang menutupi
rambu lalu lintas, penerangan jalan dan marka jalan, selain itu pemasangan reklame yang
mengganggu rambu-rambu lalu lintas, dan APILL.
Kata-kata Kunci: Geometri Jalan, Keselamatan Jalan, Yogyakarta-Parangtritis
x
IDENTIFICATION OF PHYSICAL AND TRAFFIC CONDITIONS AS
INFLUENCES OF ROAD SAFETY ON THE YOGYAKARTA–
BAKULAN PARANGTRITIS ROAD
by :
Wibisana Setya Noor Prayoga
NIM: 1850100065
ABSTARCT
The physical condition of the road such as geometry, road width, road type, pavement surface,
signs, road markings, side barriers and traffic conditions in general are factors that influence road safety.
Conditions on the Yogyakarta-Bakulan Parangtritis Road Section, Bantul Regency, which is a tourist
destination route, are busy traffic lanes. In the provision of infrastructure, it must function properly and
properly and not contain the risk of dangerous accidents. Monitoring and evaluation of the factors affecting
road safety on the Yogyakarta-Bakulan Parangtritis Road, both for drivers, road facilities and the road
environment for safety, needs to be carried out periodically in order to obtain data for follow-up materials
for completion so that development will be on target and function.
The research objective is to identify the physical and traffic conditions that affect road safety,
especially on the Yogyakarta-Bakulan Parangtritis road section and to analyze the need for facilities to
reduce the risk of accidents on that road section. The research method was carried out by conducting a
location survey on Jalan Yogyakarta-Bakulan Parangtritis with a length of 8.35 km with the support of
secondary data from the DIY Transportation Agency and other supporting data as a reference in the
analysis.
From the results of the research, the condition factors for the Yogyakarta-Bakulan Parangtritis
Road include the status of a Provincial Road with the function of falan as a Primary Collector with a section
length of 8.35 km and an average road width of 7.0 m and a right and left shoulder of the road with a width
of 1.7 -2.0 m, has a maximum working day LHR of 6029 vehicles with a vehicle flow of 2417.8 pcu/hour
and 8667 vehicles on holidays with a vehicle flow of 2312.6 pcu/vehicle. Factors of road facilities such as
road class signs, APPIL signs, crossing signs, caution signs, and crossing signs vary in conditions that are
not good/damaged, for the road surface in several locations there are cracks and patches of wear layer.
Environmental factors such as the existence of several trees that cover traffic signs, street lighting and road
markings, in addition to the installation of billboards that interfere with traffic signs, and APILL.
.
Key words: Road Geometry, Road Safety, Yogyakarta-Parangtritis
xi
BAB I
PENDAHULUAN
seluruh DIY khususnya pada jalur destinasi wisata. Salah satu destinasi wisata yang
banyak dikunjungi adalah pantai Parangtritis. Pantai Parangtritis, adalah sebuah pantai
di pesisir Samudra Hindia yang terletak kira-kira 27 kilometer sebelah selatan kota
Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Depok, Baron, Kukup, Krakal,
dll. Sebenarnya di wilayah pesisir selatan Jogja terdapat sekitar 13 obyek wisata pantai
yang semuanya memiliki pesona wisata. Namun entah mengapa Parangtritis yang
tidak terdapat pada objek wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya
gunung – gunung pasir yang tinngi di sekitar pantai, dimana gunung pasir tersebut
1
Dari posisi daerah DIY sebagai wilayah simpul jaringan transportasi yang sangat
penting sebagai jalur penghubung antara kota di lintas selatan Pulau Jawa.
Perkembangan DIY dari segala aspek yang makin meningkat menuntut eksistensi
sarana dan prasarana transportasi yang mampu melayani kebutuhan jasa transportasi
lokal baik untuk pergerakan orang maupun untuk pergerakan barang dalam dan antar
wilayah yang aman, nyaman, selamat dan tepat waktu. Transportasi yang
terakhir, ditambah dengan penduduk yang memasuki usia remaja serta beragamnya
ini akan tetap memburuk dengan pertambahan jumlah kendaraan rata-rata 5,91 % per
tahun dan peningkatan jumlah penduduk jika tidak diikuti oleh perbaikan di bidang
sumber daya manusia. Peningkatan jumlah kendaraan yang pesat dewasa ini, telah
memberikan tekanan yang cukup berat pada jaringan jalan dan alat pengatur lalu lintas.
Pada tahun 2017, berdasarkan data Direktorat Lalu Lintas Polda DIY terrcatat
di Indonesia setiap hari rata- rata terjadi 283 kecelakaan, dengan rata-rata korban
meninggal dunia sebanyak 84 orang, korban luka berat sebanyak 39 orang dan korban
luka ringan sebanyak 329 orang. Data diatas menunjukkan bahwa secara nasional
jumlah angka korban kecelakaan tertinggi terdapat pada korban luka ringan. Untuk
wilayah DIY, setiap hari rata-rata terjadi 11 kecelakaan, dengan rata-rata korban
meninggal dunia sebanyak 1,21 orang, korban luka berat sebanyak 0,08 orang dan
korban luka ringan sebanyak 13,81 orang . Pada Tahun 2018, di Indonesia setiap hari
2
rata-rata terjadi 233 kecelakaan, dengan rata-rata korban meninggal dunia sebanyak
36,79 orang, korban luka berat sebanyak 17,22 orang dan korban luka ringan sebanyak
179,21 orang, Data diatas menunjukkan bahwa secara nasional jumlah angka korban
kecelakaan tertinggi terdapat pada korban luka ringan. Tahun 2018 untuk wilayah
DIY, setiap hari rata-rata terjadi 13 kecelakaan, dengan rata-rata korban meninggal
dunia sebanyak 1,2 orang, korban luka berat sebanyak 0,06 orang dan korban luka
Dari data korban kecelakaan di DIY menunjukkan bahwa korban luka ringan
berada di posisi tertinggi. Munculnya angka-angka dalam data tersebut secara kajian-
kajian empiris disebabkan oleh beberapa faktor dan hal. Menurut data Direktorat
kecelakaan lalu lintas jalan disebabkan oleh faktor pengemudi sebesar 93,52%, faktor
jalan sebesar 3,23%, faktor kendaraan sebesar 2,76%, dan faktor lingkungan sebesar
0,49% .
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas dari Ditlantas Polda DIY dan Studi
Evaluasi Kinerja Keselamatan Ruas Jalan Provinsi di DIY Tahun 2019, teridentifikasi
dengan pengemudi, kendaraan, jalan dan lingkungan.Salah satu ruas yang sering
terjadi kecelakaan dengan angka besar yaitu ruas jalan yaitu Ruas Jalan Gading-Playen
3
utama menuju ke dan dari destinasi Pantai Selatan Kabupaten bantul seperti Pantai
Parangtritis, Pantai Parangkususmo, Pantai Baru, dan Pantai Kuwaru serta beberapa
destinasi Kampung wisata dan Kampus ISI sepanjang 8,35 KM mulai dari Ring Road
Selatan, Sewon Bantul hingga ke perempatan Bakulan parangtritis pada saat jam kerja
terlihat sangat padat arus kendaraan dan pada musim liburan terlihat sudah sangat
Parangtritis merupakan akses utama menuju Pantai Parangtritis dan pantai-pantai lain
maka ruas Jalan Yogyakarta-Parangtritis akan semakin padat dan tentu rawan terhadap
kecelakaan.
kualitas baik pada badan jalan, bahu kjalan, perkerasan jalan, rambu jalan, penerangan
jalan maupun APPIL. Ini berbeda dengan upaya lain yang terkait dengan faktor
manusia, di mana peran serta pemerintah lebih mengarah pada aturan, kebijakan dan
edukasi, yang pada akhirnya akan kembali pada karakter pelaku. Demikian pula, pada
dapat memberikan tindakan langsung pada proses penyiapan kendaraan yang akan
digunakan. Hal ini lebih menjadi wewenang produsen selaku penghasil kendaraan dan
Kecelakaan lalu lintas di jalan sebagai dampak kepadatan lalu lintas dan
4
kemudahanan kepemilikan kendaraan serta kondisi aksesbilitas jalan telah
budaya dan wisata berpengaruh pada destinasi wisata lain terutama Pantai Selaytan
Bantul yang menjadi jalur destinasi wisata merupakan jalur sibuk lalu lintas yang
rawan terhadap kecelakaan lalu lintas. Dalam penelitian ini akan mengevaluasi faktor-
Parangtritis baik pengendara, sarana jalan dan lingkungan jalan untuk keselamatan
perlu dilakukan secara periodik agar diperoleh data untuk bahan tinndaklanjut
Agar penelitian ini tidak melebar, maka ruang lingkup penelitian dibatasi
sebagai berikut :
5
sumber dokumen atau instansi yang terkait seperti Dinas Perhubungan DIY
3. Data primer dilakukan dengan cara ke lokasi dan wawancara pada responden
meliputi :
− geometrik jalan,
Daerah rawan kecelakaan. Selain itu juga melakukan survei lalu lintas
antara lain survei volume lalu lintas, survei kecepatan, konflik lalu lintas,
lingkungan.
lokasi kecelakaan dilakukan melalui rekayasa jalan, rekayasa lalu lintas dan
6
1.5. Manfaat
1. Bagi peneliti dapat memperolah gambaran umum kondisi ruas jalan sasaran
penelitian.
transportasi.
7
BAB II
Angkutan Jalan disebutkan bahwa lalu lintas dan angkutan jalan diselenggarakan
partisipatif; asas bermanfaat; asas efisien dan efektif; asas seimbang; asas terpadu;
dan asas mandiri. Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam
berlalu lintas dan penyuluhan hukum serta pembinaan sumber daya manusia. Upaya
Lintas dan Angkutan Jalan yang lebih intensif. Upaya pengaturan. meliputi
Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan modernisasi sarana dan Prasarana Lalu
Lintas.
8
disebutkan ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas
wilayah. Namun, untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman,
Nasional, serta sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan
wilayah kabupaten, dan wilayah kota, yang setiap wilayah tersebut merupakan
sumber daya alam dan sumber daya buatan, dan dengan tingkat pemanfaatan ruang
yang berbeda- beda, yang apabila tidak ditata dengan baik dapat mendorong ke arah
9
ruang terbuka hijau, yang proporsi luasannya ditetapkan paling sedikit 30 (tiga
puluh) persen dari luas wilayah kota, yang diisi oleh tanaman, baik yang tumbuh
tata ruang dan rencana rinci tata ruang. Rencana umum tata ruang disusun
rencana struktur ruang dan rencana pola ruang. Rencana rinci tata ruang disusun
muatan substansi yang dapat mencakup hingga penetapan blok dan subblok
operasionalisasi rencana umum tata ruang dan sebagai dasar penetapan peraturan
blok/zona peruntukan yang penetapan zonanya dalam rencana rinci tata ruang.
Rencana rinci tata ruang wilayah kabupaten/kota dan peraturan zonasi yang
melengkapi rencana rinci tersebut menjadi salah satu dasar dalam pengendalian
menyebutkan keamanan lalu lintas dan angkutan jalan adalah suatu keadaan
melawan hukum, dan/atau rasa takut dalam berlalu lintas. Keadaan keamanan Lalu
lintas dan Angkutan Jalan tersebut tidak dapat dipisahkan dengan keamanan secara
umum sehingga pengaturan dalam menangani masalah keamanan lalu lintas dan
10
angkutan jalan tidak dapat dipisahkan dengan pengaturan dalam menangani
keamanan lalu lintas dan angkutan jalan yang merupakan kewenangan dari
Peraturan Pemerintah ini hanya mengatur mengenai keselamatan lalu lintas dan
mengenai Rencana Umum Nasional Keselamatan Lalu lintas dan Angkutan Jalan
Jalan, kewajiban perusahaan angkutan umum yang terdiri dari sistem manajemen
lalu lintas, dan pengawasan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan. Pengaturan
lalu lintas dan angkutan jalan saling mengisi dan sinergi. Agar pelaksanaan RUNK
unsurnya terdiri atas pencapaian sasaran dan hasil yang diinginkan yang telah
11
keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dilakukan pengawasan keselamatan lalu
lintas dan angkutan jalan melalui audit, inspeksi, serta pengamatan dan
pemantauan.
umum yang selamat, aman, nyaman, dan terjangkau bagi masyarakat. Pengaturan
kesatuan dari Jaringan Trayek dan kebutuhan Kendaraan Bermotor Umum yang
wanita hamil, dan orang sakit, serta sanksi administratif bagi perusahaan angkutan
Dan Angkutan Jalan, menyebutkan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai
Oleh karena itu untuk mewujudkan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan
yang aman, selamat, tertib, dan lancar, perlu didukung ketersediaan jaringan dan
fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan yang layak dan baik. Kelayakan
12
jaringan dan fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan dapat dijamin jika
lembaga pelaksanaannya.
mewujudkan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang terpadu. Untuk
mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan yang terpadu dilakukan pengembangan
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang menghubungkan semua wilayah di
daratan. Pengembangan Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan berpedoman pada
rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai dengan kebutuhan.
Rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdiri atas rencana induk
Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan nasional, rencana induk Jaringan Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan provinsi, dan rencana induk Jaringan Lalu Lintas dan
guna, hasil guna, dan pemanfaatan jalan, diperlukan pula adanya ketentuan bagi
berdasarkan fungsi dan intensitas lalu lintas serta daya dukung muatan sumbu
rangka pelayanan kepada masyarakat, maka dalam Peraturan Pemerintah ini diatur
mengenai perlengkapan jalan dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan,
yangmeliputi Rambu Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas,
13
alat penerangan jalan, alat pengendali dan pengaman Pengguna Jalan, alat
umum dan Terminal barang untuk kepentingan sendiri, fasilitas parkir umum,
fasilitas pendukung yang terdiri atas trotoar, lajur sepeda, tempat penyeberangan
Pejalan Kaki, Halte, serta fasilitas pendukung bagi penyandang cacat, manusia usia
lanjut, dan wanita hamil. Perlengkapan jalan dan prasarana angkutan jalan tersebut
merupakan unsur yang penting dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan
pengenalan sasaran pokok yang dilandasi oleh jiwa pengabdian dan tanggung jawab
terhadap bangsa dan negara. Pengenalan masalah pokok jalan memberi petunjuk
jalan sebagai suatu kesatuan sistem jaringan jalan yang mengikat dan
jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Pada setiap sistem jaringan jalan
14
serta masyarakat menunjukkan bahwa wewenang pemerintah dalam
instansi di daerah atau diserahkan kepada badan usaha atau perorangan. Pelimpahan
tanggung jawab pemerintah atas penyelenggaraan jalan. Jalan sebagai salah satu
kepentingan umum.
Teknis Jalan adalah ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar
jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi Standar Pelayanan Minimal Jalan
dalam melayani lalu lintas dan angkutan jalan. Persyaratan Teknis Jalan bertujuan
dan finansial untuk setiap alternatif alinyemen jalan keluaran perencanaan teknis
awal dan menentapkan pilihan alternatif yang paling layak baik secara teknis
15
Persyaratan Geometrik jalan harus mengikuti kaidah geometrik jalan yang
jalan yang meliputi alinemen horizontal, alinemen vertikal, dan potongan melintang
Terkait dengan laik fungsi jalan telah diatur dalam Peraturan Menteri
Nomor 11/Prt/M/2010 Tentang Tata Cara Dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan. Laik
Fungsi Jalan adalah kondisi suatu ruas jalan yang memenuhi persyaratan teknis
Penyelengaaraan fungsi laik jalan berisi tentang standar teknis yang kaitanya
dengan teknis geometrik jalan, teknis struktural jalan, teknis bangunan pelengkap
jalan yang akan menunjang penggunaan jalan sebagai sarana umum masyarakat
yang bisa menjamin keamanan dan layan digunakan. Peraturan Menteri ini
uji dan evaluasi serta penetapan Laik Fungsi Jalan untuk jalan umum yang meliputi
Strategis Provinsi D.I. Yogyakarta, status ruas jalan Strategis Provinsi dengan
Daftar Ruas Jalan Strategis Provinsi dan Peta Ruas Jalan Strategis Provinsi
dari Keputusan ini. Terhadap ruas jalan yang mengalami perubahan fungsi jalan
16
akan dilakukan proses serah terima aset jalan dari penyelenggara jalan sebelumnya
Berita Acara Serah Terima Aset, sertifikat tanah atau dokumen kepemilikan tanah,
Tentang Penetapan Fungsi Jalan Kolektor 2 Dan Jalan Kolektor 3 Dalam Sistem
Jaringan Jalan Primer, fungsi jalan kolektor 2 dan jalan kolektor 3 dalam sistem
jaringan jalan primer, dengan daftar nama ruas jalan dan peta fungsi jalan kolektor
lampiran, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari keputusan ini. Adapun
No. No.
Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (KM)
Urut Ruas
17
No. No.
Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (KM)
Urut Ruas
18
No. No.
Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (KM)
Urut Ruas
19
No. No.
Nama Ruas Jalan Panjang Ruas (KM)
Urut Ruas
baik secara vertikal maupun horizontal dengan asumsi bahwa permukaan tanah adalah
tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang baik antara waktu
bagian jalan yang memenuhi persyaratan kenyamanan, keamanan serta efisiensi yang
ukuran kendaraan, keceparan rencana, volume dan kapasitas, dan tingkat pelayanan
yang diberi oleh jalan tersebut. Hal-hal tersebut haruslah menjadi bahan pertimbangan
Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas
kendaraan yang secara fisik berupa perkerasan jalan, dimana jalur dapat terdiri atas
beberapa lajur. Batas jalur lalu lintas dapat berupa median, bahu, trotoar, pulau jalan,
dan separator. Lebar jalur sangat ditentukan oleh jumlah dan lebar jalur
20
peruntukkannya. Lebar jalur minimum untuk jalan umum adalah 4,5 meter, sehingga
bahu jalan. Jalur lalu lintas terdiri atas beberapa tipe, yaitu:
Lajur adalah bagian jalur lalu lintas yang memanjang, dibatasi oleh marka lajur
jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan bermotor sesuai
berdasarkan tingkat kinerja yang direncanakan, di mana untuk suatu ruas jalan
dinyatakan oleh nilai rasio antara volume terhadap kapasitas yang nilainya tidak lebih
dari 0.80. Untuk kelancaran drainase permukaan, lajur lalu lintas pada alinyemen
perkerasan aspal dan beton sebaiknya 2-3%, sedangkan untuk perkerasan kerikil
sebesar 4-5%..
2.2.3. Alinyemen
Alinyemen jalan merupakan faktor utama untuk menentukan tingkat aman dan
topografi, karakteristik lalu lintas dan fungsi jalan. Alinyemen jalan dibedakan
permukaan jalan melalui sumbu atau proyeksi tegak lurus terhadap bidang
21
gambar, pada umumnya disebut penampang memanjang jalan.
b) Alinyemen Horizontal, adalah proyeksi sumbu jalan pada bagian horizontal yang
terdiri dari bagian lurus dan lengkung. Alinyemen harus ditetapkan sebaik-
memberikan efek besar pada terjadinya kecelakaan. Umumnya lebih peka bila
psikologis pada para pengemudi dan mempengaruhi pilihannya pada kecepatan gerak.
Misalnya memperlebar alinyemen jalan yang tadinya sempit dan alinemennya tidak
baik akan dapat mengurangi kecelakaan bila kecepatan tetap sama setelah perbaikan
jalan. Akan tetapi, kecepatan biasanya semakin besar karena adanya rasa aman,
sehingga laju kecelakaan pun meningkat (Suprapto,TM, dkk dalam terjemahan Hobbs,
1995 : 558). Pemilihan alinyemen vertikal dan horizontal jalan bebas hambatan harus
kebutuhan pemakai jalan yang memadai dan efisien. Pemilihan alinyemen harus
pengemudi.
22
2.2.4. Jarak Pandang
Jarak pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi
pada saat pengemudi melihat suatu halangan yang membahayakan, pengemudi dapat
melakukan sesuatu untuk menghindari bahaya tersebut dengan aman. Jarak diukur
berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah 108 cm dan tinggi halangan
60 cm diukur dari permukaan jalan. Setiap bagian jalan harus memenuhi jarak
pandang.mJarak pandang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap
halangan di depan. Setiap titik di sepanjang jalan harus memenuhi jarak pandang henti
(JPH). Jarak Pandang Henti (JPH) diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggi halangan 15 cm diukur dari permukaan jalan.
Tingkat kecelakaan lalu lintas untuk jalan telah diestimasi dari data statistik
23
kecelakaan dijelaskan sebagai berikut (MKJI,1997):
1. Pelebaran lajur akan mengurangi tingkat kecelakaan antara 2-5% per meter
pelebaran.
lalu lintas, meskipun mempunyai tingkat yang lebih rendah dibandingkan dengan
20-25%.
pemisah tengah yang lebar) mengurangi kecelakaan fatal dan luka berat sebesar
Kecepatan arus bebas (FV) didefinisikan sebagai kecepatan pada arus nol,
sesuai dengan kecepatan yang akan digunakan pengemudi pada saat mengendarai
kendaraan bermotor tanpa dihalangi kendaraan bermotor. Kecepatan arus bebas telah
diamati melalui pengumpulan data lapangan. Untuk jalan tak terbagi analisa dilakukan
pada kedua arah lalu lintas. untuk jalan terbagi analisa dilakukan terpisah pada masing-
masing arah lalu lintas, seolah-olah masing- masing arah merupakan jalan satu arah
24
Keterangan:
(km/jam)(penjumlahan)
Persamaan untuk penentuan kecepatan arus bebas jalan luar kota mempunyai
Keterangan:
FVo = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan ringan pada jalan dan
FFVSF = Faktor penyesuaian akibat hambatan samping dan lebar bahu FFVRS
2.3.1. Kecepatan
perjalanan) sebagai ukuran kinerja utama dari segmen jalan, karena mudah dimengerti
dan diukur, dan merupakan masukan perlu bagi biaya pemakaian jalan pada analisa
ekonomi. Dalam manual ini, kecepatan tempuh didefinisikan sebagai kecepatan rata-
25
V = L / TT (2.3)
Keterangan:
segmen (km)
digunakan sebagai faktor kunci dalam penentuan tingkat kinerja suatu simpang. Ini
adalah ukuran yang banyak digunakan untuk menunjukkan apakah suatu segmen jalan
DS = Q/C (2.4)
Keterangan:
C = kapasitas (smp/jam)
dinyatakan dalam satuan yang sama apakah smp/jam. Derajat kejenuhan digunakan
Volume lalu lintas adalah jumlah kendaraan kendaraan yang melewati suatu
titik persatuan waktu pada lokasi tertentu. Untuk mengukur jumlah arus lalu lintas,
biasanya dinyatakan dalam kendaraan per hari, smp per jam, dan kendaraan per menit
(MKJI 1997).
26
Untuk mendapatkan nilai arus suatu segmen jalan yang terdiri dari banyak tipe
kendaraan maka semua tipe-tipe kendaraan tersebut harus dikonversi ke dalam satuan
mobil penumpang (smp). Semua nilai arus lalu lintas (per arah dan total) diubah
penumpang (emp).
Kapasitas didefinisikan sebagai arus maksimum yang melewati suatu titik pada
jalan yang dapat dipertahankan persatuan jam dalam kondisi yang berlaku. Kapasitas
adalah arus maksimum per lajur. Jumlah maksimum kendaraan yang dapat mewakili
suatu penumpang tertentu pada suatu ruas jalan, satuan waktu, keadaan jalan, dan lalu
lintas tertentu. Kapasitas dinyatakan dalam satuan mobil penumpang (smp) (MKJI
1997).
berikut:
Keterangan:
C = kapasitas (smp/jam)
CO = kapasitas dasar
27
Tabel 2.3 Kapasitas dasar jalan perkotaan
(smp/jam)
Empat-lajur terbagi atau Per lajur
1650
Jalan satu-arah
Empat-lajur tak-terbagi 1500 Per lajur
Dua-lajur tak-terbagi 2900 Total dua arah
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
28
Tabel 2.5. Faktor penyesuaian kapasitas pemisahan arah (FCSP)
Pemisah arah SP % - % 50 – 50 55 – 45 60 – 40 65 - 35 70 – 30
FCSP Dua lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat lajur 4/2 1,00 0,985 0,97 0,955 0,94
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Untuk jalan terbagi dan jalan satu-arah, faktor penyesuaian kapasitas untuk
Tabel 2.6. Faktor penyesuaian pengaruh hambatan samping dan lebar bahu
(FFVSF)
Kelas Faktor penyesuaian untuk hambatan
hamhatan samping dan lebar bahu FCSF
Tipe jalan
Samping Lebar bahu efektif Ws (m)
≤ 0,5 1,0 1,5 ≥ 2,0
Empat lajur VL 0,96 0,98 1,01 1,03
terbagi 4/2 D L 0,94 0,97 1,00 1,02
M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 0,88 0,92 0,95 0,98
VH 0,84 0,88 0,92 0,96
Empat lajur VL 0,96 0,99 1,01 1,03
tak terbagi L 0,94 0,97 1,00 1,02
4/2 UD M 0,92 0,95 0,98 1,00
H 087 0,91 0,94 0,98
VH 0,80 0,86 0,90 0,95
Dua lajur tak VL 0,94 0,96 0,99 1,01
terbagi 2/2 D L 0,92 0,94 0,97 1,00
atau Jalan M 0,89 0,92 0,95 0,98
satu arah H 0,82 0,86 0,90 0,95
VH 0,73 0,79 0,85 0,91
Sumber : Manual
29
Persamaan dasar untuk menentukan kapasitas jalan luar kota
Keterangan:
C = kapasitas (smp/jam)
terbagi)
Tabel 2.9. Kapasitas dasar luar kota 2 lajur 2 arah tak terbagi (2/2 UD)
30
Tabel 2.10. Penyesuaian kapasitas pengaruh lebar jalur lalu- lintas untuk
luar kota (FCW)
Lebar jalu lalu lintas efektif (Wc) FCw
Tipe jalan
(m) (km/jam)
Empat-lajur terbagi Per jalur
atau 3,00 0,91
Jalan satu-arah 3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,03
Empat-lajur tak Per jalur
terbagi 3,00 0,91
3,25 0,96
3,50 1,00
3,75 1,03
Dua-lajur tak-terbagi Total
5 0,69
6 0,91
7 1,00
8 1,08
9 1,15
10 1,21
11 1,27
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
Pemisah arah SP % - % 50 – 50 55 – 45 60 – 40 65 - 35 70 – 30
FCSP Dua lajur 2/2 1,00 0,97 0,94 0,91 0,88
Empat lajur 4/2 1,00 0,975 0,95 0,925 0,90
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, 1997
diukur pada tempat yang ditentukan. Menurut Bina Marga Tahun 1990 tentang
31
panduan survei dan perhitungan waktu perjalanan lalu-lintas, terdapat tata cara
survei untuk pengukuran kecepatan sesaat dengan metode manual yang umum
a. Kendaraan yang paling depan dari suatu arus hendaknya diambil sebagai
Keterangan:
tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan memuat bahwa Prasarana Lalu Lintas
adalah ruang lalu lintas, terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi, Marka,
Rambu, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, Alat Pengendali dan Pengaman
32
pendukung.
keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada masyarakat
dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial masyarakat
dapat berjalan dengan baik melalui sistem kerjasama antara pemerintah dengan
2.7.1. Jalan
tentang Jalan memuat bahwa jalan umum dapat dibedakan berdasarkan sistem
jaringan, fungsi, status dan kelasnya yang dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.12. Pembagian Jalan Menurut Jaringan Fungsi Status dan Kelas
No Pembagian Jalan
1Sistem Jaringan Jalan
a. Jaringan Primer
b. Jaringan Sekunder
2 Fungsi Jalan
a. Jalan Arteri
b. Jalan Kolektor
c. Jalan Lokal
d. Jalan Lingkungan
3 Status Jalan
a. Jalan Nasional
b. Jalan Provinsi
c. Jalan Kabupaten
d. Jalan Kota
e. Jalan Desa
4 Kelas jalan
a. Jalan Bebas Hambatan
b. Jalan Raya
c. Jalan Sedang
d. Jalan Kecil
Sumber: Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
33
2.7.2. Rambu Lalu Lintas
Lintas memuat bahwa Rambu Lalu Lintas merupakan perlengkapan Jalan berupa
lambang, huruf, angka, kalimat, atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan,
larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna jalan. Ruang lingkup pengaturan
dalam Peraturan Menteri ini meliputi Spesifikasi teknis dan ukuran rambu lalu
lintas, yang dapat dilihat pada Tabel 2.14 dan Tabel 2.15.
34
No Jenis Rambu Jenis Ukuran A B C D R
Sedang 600 60 - - -
Besar 750 75 - - -
Sangat Besar 900 90 - - -
3 Rambu Perintah Kecil 450 20 - - -
Sedang 600 20 - - -
Besar 750 25 - - -
Sangat Besar 900 30 - - -
4 Rambu Petunjuk Kecil 500 500 260 230 37
Sedang 600 600 360 350 37
Besar 750 750 430 460 47
Sangat Besar 900 900 520 580 56
*dalam satuan (mm)
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu
Lalu Lintas
Lampu pengatur lalu lintas adalah semua alat pengatur lalu lintas yang
kaki (Oglesby, 1988). Apabila dipasang dengan baik, maka alat ini akan dapat
c. Memberikan interupsi yang berarti bagi lalu lintas berat untuk memberi
waktu pada lalu lintas lain untuk lewat, memasuki atau melewati
35
2.7.3. Marka
memuat bahwa Marka Jalan merupakan suatu tanda yang berada di permukaan
jalan, meliputi peralatan atau tanda yang membentuk garis membujur, garis
melintang, lambang serta marka lainnya yang berfungsi sebagai pengarah arus lalu
lintas dan membatasi daerah kepentingan lalu lintas. Menurut jenis dan fungsinya
terbagi menjadi sembilan jenis yang dapat dilihat pada Tabel 2.14.
36
No Jenis Marka Fungsi
8 Lajur Bagian jalur yang memanjang denganatau tanpa
marka jalan yang memiliki lebar cukup untuk dilewati
satu kendaraan bermotor, selain sepeda motor
9 Pulau Lalu Lintas Bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan
dapat berupa marka jalan atau bagian jalan yang
ditnggikan
Sumber: Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 67 Tahun 2018 tentang
Marka Jalan
merupakan bagian dari bangunan pelengkap jalan yang dapat diletakkan atau
dipasang di kiri/kanan jalan dan atau di tengah (di bagian median jalan) yang
diperlukan termasuk persimpangan jalan, jalan layang, jembatan dan jalan di bawah
tanah suatu unit lengkap yang terdiri dari sumber cahaya, elemen optik, elemen
elektrik dan struktur penopang serta pondasi tiang lampu. Penempatan lampu
d. Arah dan petunjuk (guide) yang jelas bagi pengguna jalan dan pejalan kaki.
37
tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas memuat bahwa Alat Pemberi Isyarat Lalu
dengan isyarat bunyi untuk mengatur lalu lintas orang dan/atau kendaraan pada
persimpangan atau pada ruas jalan. Jenis dan fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
terdiri atas Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu Tiga Warna, Alat Pemberi
Isyarat Lalu Lintas Lampu Dua Warna dan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas Lampu
Tabel 2.16. Jenis dan Fungsi Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas
No Jenis Fungsi
1 Alat pemberi isyarat lalu lintas
Alat pemberi isyarat lalu lintas dengan
lampu tiga warna lampu tiga warna dipergunakan untuk
mengatur kendaraan. Lampu tiga
warna terdiri dari lampu berwarna
merah, kuning, dan hijau
2 Alat pemberi isyarat lalu lintas Alat pemberi isyarat lalu lintas dengan
lampu dua warna lampu dua warna dipergunakan untuk
mengatur kendaraan dan/atau pejalan
kaki. Lampu dua warna terdiri dari
lampu berwarna merah dan hijau.
Lampu berwarna merah menyatakan
kendaraan harus berhenti dan tidak
boleh melewati marka melintang yang
berfungsi sebagai garis henti. Lampu
berwarna hijau menyatakan kendaraan
berjalan.
3 Alat pemberi isyarat lalu lintas Alat pemberi isyarat lalu lintas dengan
lampu satu warna lampu satu warna dipergunakan untuk
memberikan peringatan bahaya kepada
pengguna jalan. Lampu satu warna
terdiri dari lampu berwarna kurning
kelap kelip atau merah. Lampu
berwarna kuning kelap kelip untuk
menyatakan pengguna jalan berhati-
hati. Lampu berwarna merah untuk
menyatakan pengguna jalan berhenti.
Sumber: PERMENHUB RI Nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas
38
2.8. Keselamatan Jalan
terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan
maupun pengemudi, namun disebabkan pula oleh banyak faktor lain (Direktorat
Jenderal Bina Marga, 2006). Faktor-faktor lain meliputi kondisi alam, desain ruas jalan
masyarakat sekitar jalan, dan peraturan atau kebijakan tingkat lokal yang berlaku
pemeriksaan perlengkapan jalan meliputi rambu lalu lintas, marka jalan, alat pemberi
isyarat lalu lintas, alat penerangan jalan, alat pengawas dan pengaman jalan.
melalui tingkat kerusakan jalan. Salah satunya identifikasi kerusakan jalan, yaitu
kecelakaan serta evaluasi hasil dari pemeriksaan pada kerusakan jalan sesuai dengan
39
2.9. Kecelakaan Lalu Lintas
jalan Pasal 1 ayat 24, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa pada jalan raya yang
tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan kendaraan atau
kendaraan dengan pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban manusia dan
paling banyak mengalami kecelakaan yaitu 59%. Hal itu disebabkan karena beberapa
hal, termasuk tidak adanya rumah-rumah kendaraan, pengendara dengan usia lebih
Angkutan Jalan Pasal 229 menyatakan bahwa kecelakaan disebabkan oleh kelalaian
Kecelakaan lalu lintas berdasarkan kondisi jalan yang tidak sesuai dengan
sama yaitu manusia, kondisi jalan, kondisi kendaraan, cuaca serta pandangan yang
kejadian kecelakaan lalu lintas angkutan jalan. Kecelakaan Lalu Lintas didefinisikan
sebagai suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan
40
kendaraan dengan atau tanpa pengguna jalan lain yang mengakibatkan korban
Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Kecelakaan lalu lintas dalam undang-
Lokasi rawan kecelakaan (black site) merupakan suatu lokasi dimana angka
kecelakaan tinggi dengan kejadian kecelakaan berulang dalam suatu ruang dan rentan
waktu yang relatif sama, yang diakibatkan oleh suatu penyebab tertentu. Lokasi
d. Kecelakaan terjadi dalam ruang dan rentan waktu yang relatif sama.
41
e. Memiliki penyebab kecelakaan dengan faktor yang spesifik.
Score diatas tingkat rata-rata jumlah kejadian kecelakaan. Ruas jalan yang
teridentifikasi sebagai daerah rawan kecelakaan (black site) lalu lintas adalah ruas
jalan yang memiliki nilai Z-Score positif dan ruas jalan yang tidak teridentifikasi
sebagai daerah rawan kecelakaan adalah ruas jalan yang memiliki nilai Z-Score
negatif.
Black spot adalah suatu titik atau area yang menunjukkan bahwa daerah
tersebut merupakan daerah rawan kecelakaan yang dapat dilihat dari data kecelakaan
dalam satu tahun. Adapun kriteria lokasi titik kecelakaan secara umum, yang
b. Tingkat kecelakaan atau accident rate (per kendaraan) untuk suatu periode.
d. Tingkat kecelakaan melebihi nilai kritis yang diturunkan dan analisis statistik
42
data tersedia.
Teknik Cumulative Summary (cusum) adalah suatu teknik prosedur yang dapat
prosedur statistik standar sebagai kontrol kualitas untuk mendeteksi perubahan dari
nilai mean. Nilai cusum dapat dicari dengan rumus (Austroad, 1992):
43
BAB III.
METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian terletak ruas jalan propinsi yaitu Ruas Jalan Yogyakarta –
Bakulan Parangtritis Kabupaten Bantul sepanjnag 8,00 km. Ruas jalan ini termasuk
kategori padat dan menjadi salah satu akses menuju atau dari Bantul-Kota Yogyakarta
3.2. Data
Pengambilan data survey dilakukan secara berbeda sesuai dengan jenis data yang
akan diambil. Pengambilan data primer dilakukan untuk mengetahui konisi jalan seperti
rambu lalu lintas, marka jalan, permukaan jalan dan kondisi kepadatan lalu lintas. Data
sekunder diperoleh dari instansi terkait seperti Polres Bantul, Polda DIY, Dinas
peristiwa yang sekarang ada berdasarkan data-data yang telah ada atau belum, dengan
penggunaan angka, tabel, grafik, dan diagram sebagai akhir hasil dari data yang didapat.
Data primer merupakan data yang diperoleh dari hasil pengamatan langsung
berikut:
44
1) Survei Beban Ruas Jalan
4) Survey wawancara
melengkapi data primer yang sudah ada, biasanya data sekunder berbentuk tulisan (baik
huruf atau angka) yang diperoleh dari tahap perencanaan awal. Adapun data sekunder
Analisis data pada penelitian ini digunakan untuk menyederhanakan data dan
mendapatkan data yang akan dianalisis dari data kecelakaan lalu lintas sehingga
diperoleh gambaran umum tentang kecelakaan lalu lintas jalan dan untuk
kondisi jalan, analisis perlengkapan jalan, analisis hambatan, dan analisis lainya
Pembahasan dilakukan setelah proses analisis. Dalam analisis data ini ada
tahapan yang akan dibahas. Data Kecelakaan. Data kecelakaan yang didapat dari
Ditlantas Polda DIY tahun 2019, yaitu hari/tanggal kejadian, lokasi kejadian, waktu
kecelakaan, kemudian di buat grafik. Data Spot Speed. Data yang didapat dari survei
spot speed, yaitu berupa waktu tempuh kendaraan. Kemudian data tersebut dimasukkan
Kecepatan sesaat kendaraan juga dapat digunakan untuk menghitung jarak pandang
45
henti rencana dan jarak pandang henti operasional jalan, jarak pandang menyiap rencana
dan jarak pandang menyiap operasional jalan. Untuk mengetahui lokasi kecelakaan dan
lapangan sekaligus pengisian cheklist fasilitas jalan provinsi yang sudah dikelompokkan
berdasarkan daftar periksa cheklist. Dari hasil survei akan direkapitulasi dibuat dalam
bentuk tabel. Perhitungan untuk analisa operasional jalan provinsi. Sasaran dari analisa
operasional untuk segmen jalan bebas hambatan tertentu, untuk kondisi geometrik, lalu
lintas, dan lingkungan yang ada atau yang akan datang, berupa:
3.4. Kesimpulan
hambatan samping, dan fasilitas pelengkap jalan dalam menunjang lalu lintas, dan
metode wawancara untuk mengetahi penyebab dan saran dari masyarakat sekitar
evaluasi perilaku kecelakaan lalu lintas pada daerah rawan kecelakaan dengan tingkat
46
Mulai
Studi Pustaka
Pengumpulan Data
Tidak
Data Cukup
Ya
Analisis Data
Karakteristik kecelakaan
Identifikasi keadaan geometrik jalan.
Kecepatan arus bebas dan kapasitas di lapangan
Kesimpulan
Selesai
47
BAB IV
masyarakat suatu daerah, baik untuk kegiatan yang sifatnya sosial maupun kegiatan
mempengaruhi kecenderungan pengguna jalan untuk memilih akses jalan dari dan
menuju asal-tujuan. Pengguna jalan akan cenderung memilih kondisi jalan yang baik
jika dibandingkan dengan kondisi jalan yang lebih buruk apabila terdapat beberapa
alternatif jalan. Panjang jalan di seluruh Provinsi D.I. Yogyakarta pada tahun 2019
sepanjang 3.361 km yang jenis permukaannya seluruhnya aspal. Kondisi jalan secara
umum dapat dikatakan layak untuk dilalui, 1.738 km kondisi jalan baik, 781 km
kondisi jalan sedang, 1439 km kondisi jalan rusak, dan 402 km kondisi jalan rusak
berat.
Salah satu ruas jalan yang padat untuk akses umum dan wisata adalah
dari destinasi Pantai Selatan Kabupaten bantul seperti Pantai Parangtritis, Pantai
Parangkususmo, Pantai Baru, dan Pantai Kuwaru serta beberapa destinasi Kampung
wisata dan Kampus ISI. Ruas jalan Yogyakarta-Bakulan sepanjang 8,00 KM mulai
dari Ring Road Selatan, Sewon bantil hingga ke perempatan Bakulan parangtritis.
48
Karena padatnya arus kendaraan dan kondisi jalan yang rawan kecelakaan maka ruas
jalan ini termasuk kategori yang sedang dalam pengawasan Pemerintah DIY untuk
perbaikan jalan.
pantai-pantai lain di Bantul. Selain itu menjadi akses utama dalam pengembangan
destinasi wisata pantai selatan yang juga makain berkembang perumahan ke arah
selatan ringroad sehingga ruas Jalan Yogyakarta-Parangtritis akan semakin padat dan
Tahun 2017, 2018, 2019 kecelakaan diseluruh lokasi di Wilayah Propinsi DIY yang
diperoleh dari POLDA DIY dan Dokumen Dinas Perhubungan DIY tentnag audit
49
kecelakaan lalu lintas di ruas-ruas jalan untuk mengetahui daerah rawan kecelakaan
per km panjang ruas jalan yang sudah di rangking dari urutan terbesar terjadinya
Bakulan Parangtritis sepanjnag 8,00 km pada Tahun 2017, 2018, dan 2019 yang
menunjukkan nomor ruas, nama jalan, panjnag ruas, jumlaj kejadian kecelakaan,
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa Daerah Rawan Kecelakaan (DRK) pada
periode tahun 2017-2018 telah terjadi kecelakaan 2 kejadian dengan rata-rata 0,24
kejadian kecelakaan/ KM dengan rangking 8 dan meningkat pada periode tahun 2018-
terlibat dalam kecelakaan lalu lintas paling dominan adalah kendaraan sepeda motor
dengan jumlah 2.930 kendaraan (87%) dan mobil penumpang sejumlah 312 kendaraan
50
(9%). Dengan data diatas menunjukan sangat rentan kecelakaan menggunakan sepeda
motor dengan roda 2 (dua) dibandingkan kendaraa roda 4 (empat) seperti mobil
No Mob
Kesatuan Total
Spd Mtr Mob Pen Mob Brg Mob Bus
Ransus
POLRES
2 3.360 2.930 312 97 21 0
BANTUL
100% 87% 9% 3% 1% 0%
Volume lalu lintas adalah banyaknya kendaraan yang melewati suatu ruas
jalan tertentu pada periode waktu tertentu, dimana perhitungan volume lalu lintas
• Motor Cycle, MC (Sepeda Motor) yaitu kendaraan bermotor dengan 2 atau 3 roda.
pick up, sedan, dan kendaraan bermotor ber as 2 dengan jarak antar as 2-3 m.
• Heavy Vehicles, HV (Kendaraan Berat) yaitu bis, truk 2 as, truk 3 as, dan
Dari hasil survei lalu lintas harian (LHR) pada Ruas Jalan Yogyakarta-Bakulan
DY pada Dinas Perhubungan DIY 2019, dapat dilihat pada Tabel berikut.
51
Tabel 4.3. Hasil Survei Data Lalu Lintas Harian (LHR)
Jenis Kendaraan
Hari Waktu Total
MC LV HV
07.00-08.00 5314 658 57 6029
08.00-09.00 4026 977 114 5117
11.00-12.00 2222 944 48 3214
12.00-13.00 2185 907 74 3166
Kerja 13.00-14.00 2200 1006 106 3312
15.00-16.00 2296 770 49 3115
16.00-17.00 3202 1023 46 4271
17.00-18.00 4096 1660 56 5812
07.00-08.00 4751 708 139 5598
08.00-09.00 5071 852 114 6037
Libur 11.00-12.00 2109 731 78 2918
12.00-13.00 3832 1113 99 5044
13.00-14.00 3653 1231 121 5005
15.00-16.00 3953 857 47 4857
16.00-17.00 7301 1283 83 8667
17.00-18.00 4398 895 50 5343
Sumber: Dishub DIY, 2019
8000 730
1
7000
6000 5314
507
475
5000 1 439
402 409 1 3832 3653 8
4000 6 320 6 3953
Kendaraan
2
2222 2185 2200 2109
3000 166
Jumlah
08.00-
11.00-
12.00-
13.00-
15.00-
16.00-
17.00-
07.00-
08.00-
11.00-
12.00-
13.00-
15.00-
16.00-
17.00-
13.00
08.00
09.00
12.00
14.00
16.00
17.00
18.00
08.00
09.00
12.00
13.00
14.00
16.00
17.00
18.00
52
Berdasarkan Tabel di atas dapat diketahui arus puncak kendaraan pada hari kerja
terjadi pukul 07.00-09.00 WIB mencapai 6029 kendaraan , sedangkan untuk hari libur
terjadi pukul 16.00-17.00 WIB mencapai 8667 kendaraan. Dari grafik diatas, arus
Adapun hasil nilai emp dapat dilihat pada Tabel berikut dimana pada emp MC
Berdasarkan persamaan rumus 2.7 dapat diketahui nilai rata-rata kecepatan sesaat
Kecepatan (km/jam)
Panjang Ruas
MC LV HV
8,35 km 57 32 27
35 40 3
48 35 35
Rata-Rata 47 36 21
53
Kapasitas menurut MKJI,1997 didefinisikan sebagai arus lalu lintas
maksimum yang dapat didukung pada ruas jalan atau persimpangan pada keadaan
Berdasarkan persamaan 2.6 dapat diketahui nilai kapasitas untuk Ruas Yogyakarta-
Luar Kota, nilai derajat kejenuhan menunjukkan apakah segmen jalan akan
berikut:
DS = Q/C
= 3406,2/2812
DS = Q/C
= 5119,4/2812
mendekati tidak stabil dengan volume lalu lintas tinggi dan kecepatan sekurang-
54
kondisi arus, kepadatan lalu lintas sedang namun fluktuasi volume lalu lintas dan
kenyamanan rendah, tetapi kondisi ini masih dapat ditolerir dengan waktu yang
singkat.
Rekapitulasi volume lalu lintas yang melintas berdasarkan kondisi tahun 2019
2812 smp/jam, volume jam kerja 3406,2 smp/jam, dengan VCR 1,207 dan pada hari
libur melonjak hingga tercapai Volume 5119,4 smp/jam dengan VCR 1,815. secara
bisa digambarkan bahwa kondisinya masih cukup stabil, artinya kapasitas jalan
masih dapat menampung volume lalu lintas yang melalui ruas jalan tersebut.
55
4.3. Kondisi Geometri Jalan
Provinsi dengan fungsi falan sebagai Kolektor Primer dengan panjnag ruas 8,00 kM
dan lebar rata-rata badan jalan 7,0 m dan bahu jalan kanan dan kiri jalan lebar 1,7-2,0
m. Ruas jalan ini termasuk tipe jalan 2 jalur dan 2 arah (2/2 UD). Dari hasil
pengamatan sepanjnag ruas jalan, permukaan jalan dalam kondisi mantap tidak banyak
kerusakan di badan jalan, namun pada jalur bahu jlan bebarapa spot terjadi kerusakan
lubang dan sedikit retakan. Hal ini dapat terjadi karena pada jalur bahu jalan sering
digunakan parkir kendaraan berat dan adanya gerusan aliran air hujan yang umumnya
berada pada ruas yang memiliki lebar samping sempit seperti yang ditepinya
persawahan dan adanya pohon-pohon besar yang akarnya turut mengangkat lapisan
56
Berdasarkan hasil survei geometrik jalan dapat diketahui elevasi jalan ruas
(Parangtritis). Adapun sampel geometri jalan dapat dilihat pada Gambar di bawah.
Berdasarkan hasil survei geometrik jalan dapat diketahui elevasi jalan ruas
diketahui bahwa perlunya fasilitas pelengkap jalan, seperti rambu dan lampu
diungkapkan oleh 41% responden yang telah menjawab kuesioner. Sedangkan saran
57
Gambar 4.5. Lokasi Penempatan Rambu jalan
58
Tabel 4.8. Hasil Identifikasi Jalan Ruas Yogyakarta-Bakulan (Parangtritis)
59
No Kode Jenis Lokasi Kondisi Elevasi
KM 6+937 sd KM
35 - Kerusakan jalan Tambalan
6+940
36 R5 Rambu penyebrangan KM 6+971 Baik
60,101 m
KM 7+019 sd KM
37 - Kerusakan jalan Tambalan
7+048
38 R24 Rambu kecepatan 40 km/jam KM 7+025 Sangat baik
39 R5 Rambu penyebrangan KM 7+073 Sangat baik
40 R17 Lampu hati - hati KM 7+116 Sangat baik
41 R5 Rambu penyebrangan KM 7+126 Kurang baik ( bengkok)
42 R5 Rambu penyebrangan KM 7+127 Baik
60
No Kode Jenis Lokasi Kondisi Elevasi
68 R2 Rambu apill KM 8+429 Sangat baik
69 R3 Rambu persimpangan 3 dari kiri KM 8+488 Sangat baik
70 - Lampu apill KM 8+529 Sangat baik 58,765 m
71 - Zebra cross KM 8+530 Baik
72 - Lampu apill KM 8+567 Sangat baik
73 - Zebra cross KM 8+568 Baik
74 R3 Rambu persimpangan 3 dari kiri KM 8+613 Kurang baik (bengkok)
101 R12 Rambu dilarang parkir KM 9+625 Kurang baik (warna pudar)
102 R12 Rambu dilarang parkir KM 9+625 Kurang baik (warna pudar)
61
No Kode Jenis Lokasi Kondisi Elevasi
104 R35 Rambu lingkaran KM 9+640 Kurang baik (kotor)
105 Rambu satu arah KM 9+641 Kurang baik (kotor)
106 R18 Rambu dilarang melintas KM 9+648 Kurang baik (kotor)
107 R35 Rambu lingkaran KM 9+649 Kurang baik (kotor)
108 R12 Rambu dilarang parkir KM 9+666 Kurang baik (kotor)
109 R17 Lampu hati - hati KM 9+719 Sangat baik
Kurang baik (tertutup
110 R35 Rambu lingkaran KM 9+720
pohon)
58,943 m
111 R24 Rambu kecepatan 40 km/jam KM 9+788 Sangat baik
112 R1 Rambu petunjuk KM 9+847 Sangat baik
113 R3 Rambu persimpangan 3 dari kiri KM 9+902 Sangat baik
KM 9+935 sd KM
114 - Kerusakan jalan Retak & tambalan
10+007
Rambu persimpangan 3 dari
115 R6 kanan KM 10+013 Sangat baik
62
No Kode Jenis Lokasi Kondisi Elevasi
141 R7 Rambu persimpangan 4 KM 11+759 Sangat baik
142 R3 Rambu persimpangan 3 dari kiri KM 12+006 Baik
Rambu persimpangan 3 dari
143 R6 kanan KM 12+133 Kurang baik (miring)
setempat. Berikut ini adalah jawaban responden atas pertanyaan dalam kuesioner
71
No Saran Frekuensi % Frekuensi
4 Perbaikan jalan (Pelebaran) 2 9,09
5 Dilakukan perawatan berkala terhadap pelengkap jalan 2 9,09
Total 22 22
4.6. Pembahasan
parah korban, faktor penyebab yang berkontribusi, keadaan lingkunga, waktu. Jenis
(sideswipe), Terkait dengan pejalan kaki, Terkiat dengan objek tetap, Terkait
pengemudi, usia kecelakaan pada umur produktif 16-25 tahun (25,8%) dan usia 51-
6o60 tahun (28,2%), jenis kelamin yang menjadi korban laki-laki 56,3% dengan
kondisi luka ringan 53,1%, , korban umumnya profesi karyawan 51,3%, dan
dengan kondisi pengemudi umumnya tidak tertob (58%) dan pada batas kecepatan
Jalan Provinsi dengan fungsi falan sebagai Kolektor Primer dengan panjnag ruas
8,35 kM dan lebar rata-rata badan jalan 7,0 m dan bahu jalan kanan dan kiri jalan
72
lebar 1,7-2,0 m, memikili LHR maksimum pada hari kerja pukul 07.00-08.00 total
6029 kendaraan dengan arus kendaraan 2417,8 smp/jam dan waktu libur pukul
lingkungan) 2812 smp/jam, derajat kejenuhan 1,207 (Vc rasio untuk hari kerja),
1,815 (Vc Rasio untuk hari libur), volume jam kerja 3406,2 smp/jam, dengan VCR
1,207 dan pada hari libur melonjak hingga tercapai Volume 5119,4 smp/jam dengan
VCR 1,815.
Faktor sarana jalan seperti rambu kelas jalan, rambu APPIL, rambu
penyebrangan, rambu hati-hati, dan rambu persimpangan kondisi yang variatif ada
yang kurang baik/rusak, untuk permukaan jalan bebrapa lokasi terdapat retak dan
lalu lintas, penerangan jalan dan marka jalan, selain itu pemasangan reklame yang
73
BAB V
5.1. Kesimpulan
Dari hasil identifikasi kondisi fisik dan lalu lintas terhadap keselamatan Jalan
berikut:
dengan fungsi falan sebagai Kolektor Primer dengan panjnag ruas 8,00 kM dan lebar
rata-rata badan jalan 7,0 m dan bahu jalan kanan dan kiri jalan lebar 1,7-2,0 m, memikili
LHR maksimum pada hari kerja pukul 07.00-08.00 total 6029 kendaraan dengan arus
kendaraan 2417,8 smp/jam dan waktu libur pukul 16.00-17.00 sebanyak 8667
2. Kondisi lalu lintas jalan dengan kapasitas 2812 smp/jam, derajat kejenuhan 1,207 (Vc
rasio untuk hari kerja), 1,815 (Vc Rasio untuk hari libur), volume jam kerja 3406,2
smp/jam, dengan VCR 1,207 dan pada hari libur melonjak hingga tercapai Volume
3. Faktor sarana jalan seperti rambu kelas jalan, rambu APPIL, rambu penyebrangan,
rambu hati-hati, dan rambu persimpangan kondisi yang variatif ada yang kurang
baik/rusak, untuk permukaan jalan bebrapa lokasi terdapat retak dan tambalan lapisan
aus.
4. Faktor lingkungan seperti terdapat beberapa pohon yang menutupi rambu lalu lintas,
penerangan jalan dan marka jalan, selain itu pemasangan reklame yang mengganggu
74
5.2. Saran
natara 2 musim (musim hujan dan musim kemarau) untuk meastikan dominasi
factor penyebabnya
2. Pemerintah selalu melakukan audit keselamatan jalan setiap tahunnya, hal ini
berfungsi agar mengetahui kondisi ruas jalan mana saja yang perlu dilakukan
kondisi perkerasan jalan (Dinas PU), dan pengetahuan masyarakat terhadap tata
tertib mengemudi yang aman dan selamat (Dinas Perhubungan, Kepolisian, dan
Sekolah).
75
DAFTAR PUSATAKA
Direktorat Jendral Bina Marga, (1990), Panduan Survei dan perhitungan waktu
Perjalanan Lalu Lintas, Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jendral Bina Marga, (1997), Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI),
Departemen Pekerjaan Umum.
Direktorat Jendral Bina Marga, (1997), Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota No.038/TBM/1997, Departemen Pekerjaan Umum.
Hasan I., (2001), Kajian Lalu Lintas dan Analisis Jalan, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Korps Lalu Lintas Polri, (2017). Data Kecelakaan Lalu Lintas Jalan, Yogyakarta.
Mulyadi, (2011), Audit Keselamatan Jalan (Jalan Sutoyo Tanah Patah Kota Bengkulu,
Tugas Akhir S-1 tidak dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik
UMY, Yogyakarta.
80
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Laik Fungsi Jalan
81
Peraturan Meneteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2014 tentang
Marka Jalan
Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2017 tentang Keselamatan
Jalan
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2015 tentang Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha dalam Menyediakan Insfrastruktur
Pramono, Wahyu (2016), Analisis Kondisi Kerusakan Jalan Pada Lapis Permukaan
Perkerasan Lentur Menggunakan Metode tion Index, Tugas Akhir, S-1 tidak
dipublikasikan, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, UMY, Yogyakarta.
Standar Nasional Indonesia Nomor 7391 Tahun 2008 tentang Spesifikasi Penerangan
Jalan di Kawasan Perkotaan
Sujanto S., (2010), Inspeksi Keselamatan Jalan di Lingkar Selatan Yogyakarta,
Universitas Katolik Parahyangan, Bandung.
Suprapto T.M., (1995), Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas, Universitas Gajah Mada,
Yogyakarta.
Undang-undang Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Keistimewaan Daerah Istimewa
Yogyakarta
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Pasal 1 Ayat 24 Tahun 2009 Tentang
82
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Pasal 229 Tahun 2009 Tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
83