Anda di halaman 1dari 2

Ringkasan Firman Kudus Kebangunan Pagi

Mengasihi Tuhan dan Saling Mengasihi


bagi Pembangunan Organik Gereja Sebagai Tubuh Kristus
Pelatihan Internasional untuk Penatua dan Pewajib (Musim Gugur 2022 — Minggu 7

Menjadi Sempurna seperti Bapa Surgawi adalah Sempurna melalui


Disempurnakann dalam Kasih-Nya
Pembacaan Alkitab: Mat 5:48; 1 Yoh 2:5; 4:12; 16-18
Pada akhir Matius 5, untuk menyimpulkan bagian yang sangat tinggi tentang undang-
undang Kerajaan Surga (ayat 17-48), Tuhan Yesus berkata, “Karena itu, haruslah kamu
sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga sempurna” (ayat 48). Umat kerajaan, pendengar
pernyataan Tuhan akan undang-undang Kerajaan Surga, adalah kaum beriman Perjanjian Baru
yang telah dilahirkan kembali, seperti yang ditunjukkan oleh sebutan anak-anak Bapamu yang di
surga dalam ayat 45. Mereka adalah anak-anak Bapa, memiliki hayat ilahi dan sifat ilahi Bapa.
Jadi, mereka bisa menjadi sempurna sama seperti Bapa surgawi mereka.
Namun, tuntutan hukum baru kerajaan jauh lebih tinggi daripada hukum dispensasi yang
lama (ayat 22, catatan 2). Tuntutan yang lebih tinggi ini hanya dapat dipenuhi oleh hayat ilahi
Bapa, bukan oleh hayat alamiah. Dengan demikian, umat kerajaan menjadi sempurna seperti
Bapa surgawi mereka adalah sempurna. Ini berarti mereka sempurna dalam kasih-Nya (Mat.
5:44-45). Kasih Allah adalah sifat dari esensi Allah (1 Yoh. 4:8, 16). Maka, makna menjadi
sempurna adalah memiliki Allah ditambahkan kepada kita, seperti yang terlihat dalam firman
Allah kepada Abraham dalam Kejadian 17:1— “Akulah Allah yang serba cukup, berjalanlah di
hadapan-Ku dan jadilah sempurna” (Tl).
Supaya kita dapat memiliki Allah ditambahkan kepada kita, perlu ada meluangkan waktu
antara Allah dengan kita. Seperti sebelum Allah memberi Musa hukum Taurat, Dia meluangkan
waktu untuk menginfus Musa dengan diri-Nya seperti tertulis di dalam Keluaran 24:16-18.
Maksud Allah adalah menginfus kita dengan diri-Nya sendiri sehingga Dia akan memiliki jalan
untuk melakukan segalanya di dalam kita dan agar kita menggenapkan perintah-perintah yang
Dia berikan kepada kita. Di luar kita, Dia memberi kita banyak perintah, tetapi di dalam kita, Dia
memelihara semua perintah ini bagi kita.
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa kita perlu menjadi sempurna sama seperti Bapa
surgawi kita adalah sempurna melalui disempurnakan dalam kasih-Nya, kita juga dapat melihat
hal ini dengan jelas dalam Kitab 1 Yohanes. Dalam 1 Yohanes 2:5 dikatakan, “Tetapi siapa
yang menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah.”
Selanjutnya, 1 Yohanes 4:12 juga menambahkan, “Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di
dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita.” Hal ini disimpulkan dalam ayat 17-18,
“Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian
percaya pada hari penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini. Di
dalam kasih tidak ada ketakutan: Kasih yang sempurna melenyapkan ketakutan; sebab
ketakutan mengandung hukuman dan siapa yang takut, ia tidak sempurna di dalam kasih.” Satu
Yohanes 4:12 dan 17 membicarakan kasih Allah perlu diperlengkapi di dalam kasih. Ini
menunjukkan bahwa kita dan kasih ilahi dibaurkan. Ketika kasih disempurnakan di dalam kita,
kita disempurnakan di dalam kasih. Kita menjadi kasih, dan kasih menjadi kita. Melalui Allah
menyalurkan diri-Nya ke dalam kita, kita menjadi kasih dalam aspek disusun dengan Allah
sebagai kasih.
Kesempurnaan sejati orang Kristen yang diajarkan dalam Perjanjian Baru adalah menurut
ekonomi Perjanjian Baru Allah, bahwa Allah ingin menjadi manusia agar banyak manusia bisa
menjadi manusia-manusia-Allah untuk menghasilkan Tubuh Kristus (Ef. 1:23) untuk
merampungkan Yerusalem Baru (Why. 21:2) sebagai sasaran ultima Allah (Ef. 3:8-10; 1:9-10).
Kesempurnaan orang Kristen seperti itu adalah hasil dari penyaluran Allah Tritunggal yang telah
melalui proses dan rampung ke dalam kaum beriman—manusia-manusia-Allah. Kesempurnaan
yang diajarkan dalam Perjanjian Baru pertama, dapat dilihat dari Kitab 2 Korintus dan 2 Petrus.
Dua Korintus 13 ditulis untuk mendorong kaum beriman untuk disempurnakan melalui
pengalaman akan Kristus sebagai hayat dan kenikmatan akan Allah Tritunggal yang telah
melalui proses dan rampung dalam kasih Bapa, dengan kasih karunia Kristus sebagai ekspresi
kasih Bapa, dan melalui persekutuan Roh itu yang menyalurkan kasih Bapa di dalam kasih
karunia Kristus ke dalam kaum beriman. Jenis kesempurnaan orang Kristen ini adalah bagi
pembangunan Tubuh Kristus, dan orang-orang yang disempurnakan adalah orang-orang
berkarunia, seperti para rasul, para nabi, para penginjil, serta gembala dan pengajar.
Selanjutnya, dalam Kitab 2 Petrus kita melihat bahwa kasih ilahi, agape, adalah
perkembangan ultima dari sifat ilahi (1:7), dan kekudusan adalah cara hidup yang berbagian akan
sifat ilahi (3:11). Kita sebagai kaum beriman telah menerima hayat ilahi dengan sifat ilahi (1:4),
yang adalah diri Allah sendiri untuk kita nikmati. Kasih ilahi menguduskan kita, memisahkan
kita dan menjenuhi kita, menjadikan kita umat yang sepenuhnya kudus, seluruhnya emas. Kita
menjadi potongan “emas” yang disatukan untuk menjadi kaki pelita emas (Why. 1:12), memikul
kesaksian “emas” Yesus, dan rampung dalam Yerusalem Baru, satu kota emas murni (21:18),
bagi perampungan ekonomi Allah.

Anda mungkin juga menyukai