I. Pendahuluan
Kelahiran adalah momen yang indah, menakjubkan dan sangat spesial bagi semua yang terlibat,
namun kelahiran mungkin pula merupakan kejadian paling berbahaya dalam kehidupan. Hal yang luar
biasa adalah lebih dari 90% bayi mengalami transisi dari kehidupan intrauterine ke ekstrauterin tanpa
kesulitan.
Program Resusitasi neonatus di desain untuk menolong sisanya, yaitu sekitar 10% bayi baru lahir
yang memerlukan bantuan untuk memulai pernafasan yang spontan dan teratur, dan kurang dari 1%
yang memerlukan tindakan resusitasi lengkap agar selamat. Meskipun proporsinya kecil, akan tetapi
angka bayi yang memerlukan bantuan resusitasi cukup besar karena banyaknya jumlah persalinan.
Banyaknya bayi tidak mendapat pertolongan resusitasi yang memadai segera setelah lahir, oleh karena
itu setiap kelahiran harus dihadiri oleh tenaga yang terlatih dan selalu siap melakukan tindakan
resusitasi
II . LATAR BELAKANG
Angka kematian bayi baru lahir merupakan indikator pertama penilaian derajat kesehatan anak.
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017, angka kematian bayi mengalami
penurunan jika di bandingkan dengan SDKI tahun 2012,dari 29 menjadi 24 kasus kematian per 1.000
kelahiran hidup.Meskipun terjadi penurunan,namun angka ini masih relatife tinggi.Pada tahun 2017
Angka kematian neonatal di Indonesia masih tinggi yaitu sebanyak 15 kasus per 1.000 kelahiran
hidup.Dengan angka kematian ini,Indonesia menjadi salah satu negara dengan angka kematian
neonatal tertinggi di dunia.
Angka kematian bayi dapat di sebabkan oleh banyak faktor,salah satunya adalah Asfiksia bayi
baru lahir ,prematuritas,bayi berat lahir rendah dan infeksi.Riset menyebutkan bahwa Asfiksia
merupakan salah satu factor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kejadian kematian
bayi.Data World Health Organitazion ( WHO) mencatat Indonesia berada di peringkat sembilan dunia
dengan Persentasi 27% dari kelahiran bayi setiap tahunnya.Saat ini Kabupaten Serang masuk dalam
kondisi siaga I AKI dan AKB. Pada 2018 terdapat 61 kasus AKI dan 240 kasus AKB di Kabupaten
Serang. Kemudian pada 2019, per Juni sudah ada kasus 43 AKB dan 83 AKI.Dari data Staistik
menunjukan bahwa Asfiksia merupakan menjadi salah satu penyebab utama terjadinya kesakitan dan
kematian pada neonatus di negara berkembang.
Oleh karena itu, resusitasi neonatus oleh tenaga kesehatan yang terampil dapat memberikan hasil
yang memuaskan yang pada akhirnya dapat berkontribusi pada penurunan angka kematian neonatus
salah satu penyebabnya adalah kasus asfiksia.
Tingginya kasus kematian bayi akibat asfiksia salah satunya bisa diakibatkan karena kurangnya
pengetahuan dan keterampilan tenaga kesehatan dalam penanganan asfiksia pada bayi baru lahir.
Untuk mengurangi angka kematian tersebut dibutuhkan pelayanan kesehatan yang berkompeten.
Dalam memenuhi kompetensi yang diharapkan, tenaga kesehatan (baik bidan maupun perawat) harus
rajin mengikuti perkembang ilmu melalui sarana yang ada. Salah satu kompetensi yang harus dimiliki
adalah program resusitasi neonatus. Salah satu layanan unggulan di Rumah Sakit adalah pelayanan
dalam bidang obstetri dan ginekologi. Jumlah persalinan baik normal dan operasi setiap bulannya
meningkat, Secara otomatis tenaga-tenaga yang memberikan pertolongan persalinan harus kompeten,
mereka harus mempunyai dan mengusai teknik resusitasi bayi pada saat lahir, Berdasarkan hal
tersebut maka unit SDM dan Diklat mengadakan pelatihan internal Resusitasi Neonatus.
III .Tujuan
a. Umum
Setelah mengikuti diklat Resusitasi Neonatus diharapkan peserta dapat memahami dan
menerapkan cara penanganan pada bayi baru lahir dengan asfiksia serta dapat meningkatkan
mutu pelayanan Rumah Sakit
b. Khusus
1.Perawat dan Bidan mengetahui persiapan resusitasi neonatus
2.Perawat dan Bidan mampu melakukan langkah awal perawatan bayi baru lahir
3.Perawat dan bidan mampu melakukan ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir
4.Perawat dan Bidan mengetahui alur resusitasi neonatus
IV. Sasaran
V.Jadwal Kegiatan
VI.Pelaporan
Pelaporan dilakukan melalui laporan kegiatan yang di susun oleh kepala ruang perinatogi