Anda di halaman 1dari 16

KESESUAIAN HABITAT HARIMAU SUMATERA

(Panthera tigris sumatrae) DENGAN PENDEKATAN


GEO SPASIAL DI TAMBLING WILDLIFE NATURE
CONSERVATION

KELOMPOK 4
MARIA EDNA HERAWATI P0502202049
AUDIA INAYAH P0502202033
RIZKA ORA AURORA Y P0502201013
INDRA JAYA P0502202026
RAFIDAH IMRAN P0502202027

PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL


ILMU PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2021 Foto: Dokumen TWNC
2/16
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG TUJUAN
Mengidentifikasi kesesuaian
(Panthera tigris sumatrae) merupakan satu-satunya harimau habitat harimau di area
yang belum punah di Indonesia (Seidensticker et al 1999).
Kerjasama TWNC – TNBBS,
Provinsi Lampung

Menyandang status critically endangered yang ditetapkan oleh IUCN

Salah satu habitat harimau yang paling cocok berada di Kawasan


Kerjasama kolaborasi antara TNBBS dengan Tambling Wildlife Nature
Conservation (TWNC)

Sistem informasi geografis (SIG) merupakan salah satu teknologi


yang mendukung upaya konservasi keanekaragaman hayati →
tingkat kesesuaian habitat satwa bisa diperoleh.
3/16
BIOEKOLOGI HARIMAU
Habitat Satwa liar yang sangat adaptif, karena dapat ditemukan di berbagai tipe habitat
Hutan tropis, rawa, hutan bakau, hingga padang rumput di kaki bukit (Sanderson et al
2006)
0 – 3000 meter (baik di hutan hujan dataran rendah hingga dataran tinggi) (Ganesa et
al 2012). Taksonomi
Penyebaran Dipengaruhi oleh landai ketinggian, letak sungai, aktivitas manusia (Hutajulu, 2006).

Ketersediaan mangsa, keberadaan air dan tutupan vegetasi yang rapat (Ganesa et al Kingdom : Animalia
2012).
Filum : Chordata
Mengikuti pola aktivitas satwa mangsa (Hutajulu, 2006). Kelas : Mamalia (Linnaeus, 1758)
Aktivitas
Ordo : Karnivora (Bowdich, 1821)
Harimau jantan menjelajah sekitar 110 km²
Famili : Felidae (Fischer de Waldheim
Harimau betina sekitar 50-70 km² (Franklin et al dalam Dinata & Sugardjito 2008). 1817)
Genus : Panthera (Oken 1816)
Babi hutan, beruk dan kijang pada siang hari.
Jenis Spesies : Panthera tigris (Linnaeus 1758)
Mangsa Rusa dan pelanduk pada malam hari (Hutajulu, 2006) (Dinata & Sugardjito 2008). Subspecies: Panthera tigris sumatrae Pocock
Mangsa alternatif landak, trenggiling, beruang madu, dan kuau raja (Ganesa et al (1929)
2012).
Perburuan liar, perdagangan, illegal, Sumber: Wilson et al 2005
Ancaman
aktivitas manusia, konversi lahan, rusaknya habitat

kekurangan satwa mangsa dan rendahnya angka kelahiran


4/16
LOKASI & WAKTU PENELITIAN
- Kegiatan grup projek
dilaksanakan selama 4 bulan
pada bulan Maret – Juni 2021 di
Jakarta.

- Pemilihan lokasi grup projek


berada di Kawasan Tambling
Wildlife Nature Conservation
(TWNC), Taman Nasional Bukit
Barisan Selatan, Provinsi
Lampung.

- Dari luas keseluruhan TNBBS


yang mencapai 356 ribu
hektare, TWNC mengelola
48.153 hektar dan Cagar Alam
Laut (CAL) seluas14.089 hektar.

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


5/16
METODELOGI PENELITIAN
JENIS DAN SUMBER DATA
No Jenis data Sumber data Metode pengumpulan data
1 Titik perjumpaan harimau Survey lapangan Perjumpaan tidak langsung di lapangan
(jejak, urin, feses, cakaran tanah, cakaran
pohon, bekas pakan)

2 Peta provinsi Lampung https://www.lapakgis.com Pengunduhan


3 Peta lokasi penelitian Dokumen Studi literatur
4 Peta ketinggian Earthexplorer.usgs.gov Pengunduhan
5 Peta kelerengan Earthexplorer.usgs.gov Pengunduhan
6 Peta tutupan lahan Earthexplorer.usgs.gov Pengunduhan
7 Peta sungai https://www.lapakgis.com Pengunduhan
8 Peta sebaran mangsa Dokumen Studi literatur
9 Peta titik desa sekitar Kawasan penelitian Dokumen Studi literatur

ALAT DAN BAHAN


Software Arcmap, Software Maximum Entropy, Microsoft excel, Laptop, GPS

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


METODELOGI PENELITIAN 6/16

Analisis data

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


(a)
7/16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Peta tanda harimau
- Data lapangan dilakukan dengan metode jalur dan
observasi.
- Observasi tidak langsung didapat dari temuan jejak,
cakaran tanah, cakaran pohon, urin, feses, dan sisa
makan (bangkai).
- Total 342 tanda harimau (periode tahun 2012 –
2015)

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


8/16
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Total 44 kamera trap dipasang untuk • Terdapat 35 desa di sekitar Kawasan TWNC –
memantau satwa mangsa harimau TNBBS
• Rusa sambar (Rusa unicolor), babi hutan
(Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjac), dan
napu (Tragulus napu).

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


9/16
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Tanda harimau paling banyak ditemukan di kelerengan datar – landai, dengan tingkat
kemiringan 0 – 15 °
• Tanda harimau yang ditemukan di kelerengan sangat curam dengan tingkat kemiringan > 40°
berada di wilayah punggungan
• Tanda harimau tersebar di ketinggian 0 – 300 mdpl

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


10/16
HASIL DAN PEMBAHASAN

• Tanda harimau paling banyak ditemukan di tutupan lahan


hutan, semak, dan mantangan
• Tanda harimau ditemukan di pinggiran sungai (jejak)

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


11/16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kurva Receiver Operating Characteristic

Pada kurva ROC di samping menunjukan nilai


training data AUC = 0,909 dan test data AUC = 0.891
yang diartikan nilai dari kedua data tersebut tinggi
dan mengindikasikan prediksi yang presisi karena
berada diatas nilai Random Prediction AUC = 0.5

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


12/16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kontribusi variabel lingkungan
Variable lingkungan Kontribusi (%) Nilai penting • Variabel paling berpengaruh : mangsa dan
kemiringan lereng dan sungai
Sebaran mangsa 39.2 37.2 • Variabel paling tidak berpengaruh : tutupan lahan
Kemiringan lereng 35.1 27.4
Jarak dari sungai 13.1 9.1
Jarak dari desa 8.1 11.8
Topografi 2.9 3.3
Tutupan lahan 1.7 11.2

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


13/16
HASIL DAN PEMBAHASAN
Evaluasi model

• Garis berwarna merah menunjukan nilai rata-rata


AUC dan garis warna biru menggambarkan rata-
rata standar deviasi, yang mana semakin kecil nilai
standar deviasi semakin baik model yang
dihasilkan.
• Nilai rata-rata AUC 0.887 dengan standar deviasi
0.0010 merefleksikan tingkat akurasi model yang
sangat baik karena nilai AUC lebih dari 0,7 (Manel
et al. (2001) dalam Ariyanto (2015) ).
• Hasil Pemodelan Habitat termasuk dalam kategori
sangat sesuai karena berada pada rentang nilai 0,7
– 1 menurut klasifikasi kesesuaian habitat (Bosch
et al. 2014).

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


Kesesuaian habitat harimau 14/16
Nilai Kesesuaian Luas (ha)
probabilitas habitat
0 – 0,5 Tidak sesuai 43.524
0,5 – 0,6 Kurang sesuai 2.963
0,6 – 0,7 Sesuai 1.690
0,7 – 1 Sangat sesuai 1.009

Kawasan Kerjasama kolaborasi TWNC


– TNBBS merupakan habitat yang
sesuai bagi harimau sumatera.
Kesesuaian habitat harimau
digambarkan berada di beberapa
lokasi di bagian selatan. Hal ini
dipengaruhi banyaknya satwa
mangsa yang berada di wilayah
selatan.

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


15/21
PENUTUP
SIMPULAN
• Kesesuaian habitat harimau di Kawasan Kerjasama kolaborasi TWNC –
TNBBS berada di beberapa lokasi di bagian selatan Kawasan.
• Variabel yang paling berpengaruh dalam kesesuaian habitat adalah
sebaran mangsa, kemiringan lereng, dan jarak dari sungai. Sedangkan
variabel yang kurang berpengaruh adalah jarak dari desa, topografi,
dan tutupan lahan.
• Luas wilayah yang paling sesuai menjadi habitat harimau adalah
seluas 1.009 hektar.

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021


DAFTAR PUSTAKA 16/16

• Aryanto, Andhika Chandra. 2015. Mapping Of Possible Corridors For Javan Leopard (Panthera pardus ssp. melas) Between Gunung
Merapi And Gunung Merbabu National Parks, Indonesia. Graduate School Gadjah Mada University & Faculty of Geo-Information
and Earth Observation University of Twente.
• Bosch, Jaime; Fernando Mardones; Andrés Pérez; Ana de la Torre and María Jesús Muñoz. 2014. A Maximum Entropy Model for
Predicting Wild Boar Distribution in Spain. Spanish Journal of Agricultural Research 2014 12(4): 984-999.
• Ganesa A & Aunurohim. (2012). Perilaku Harian Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dalam Konservasi ex-situ Kebun
Binatang Surabaya Ari. Jurnal Sains Dan Seni Its, 1(1), 48–53.
• Griffith M. 1997. Population Density of Sumatran Tiger in Gunung Leuser National Park in Tilson, R et al.: Sumatran Tiger
Population and Habitat Viability Analysis Report . Pp. 93-102.IUCN/SSC Conservation BreedingSpecialist Group. Apple Valley MN.
• Lobo JM, Valverde AJ, Real R. 2008. AUC: a misleading measure of the performance of predictive distribution models. Global
Ecology and Biogeography. 17: 145-151.
• Phillips, Steve J and Miroslav Dudik. 2008. Modeling of Species Distribution With Maxent: New Extensions and A Comprehensive
Evaluation. Ecography 31: 161-175, 2008.
• Rambe, BA. 2020. Karakteristik Distribusi Spasial dan Analisis Pakan Sata Mangsa Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di
Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) VI Besitang, Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL). [Skripsi].
• Rudiansyah. 2007. Pemodelan Spasial Kesesuaian Habitat Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae, Pocock 1929) di Resirt
Ipuh-Seblat, Seksi Konservasi Wilayah II Taman Nasional Kerinci Seblat. [Skripsi].
• Seidensticker J, Christie S & Jackson P. 1999. Introducing the Tiger. Cambridge University Press, 1-3. Cambridge, UK.
• Sugiharti, T., & Anggoro, V.A. 2015. Bukit Barisan Selatan, Rangkaian Alam Warisan Dunia. Lampung: Balai Besar Taman Nasional
Bukit Barisan Selatan.
• Winarno GD & Amelya R. 2009. Pendugaan Populasi Harimau Sumatera dan Satwa Mangsanya di Tama Nasional Bukit Barisan
Selatan. Biosfera 26 (1), 1-7.

KELOMPOK 4/PEMODELAN SPASIAL DAN PENGELOLAAN SDAL/KELAS REGULER/2021

Anda mungkin juga menyukai