Anda di halaman 1dari 6

TERM OF REFERENCE (TOR)

SURVEI SEBARAN DAN HABITAT BURUNG KEHICAP BUANO

LATAR BELAKANG

Pulau Buano merupakan pulau kecil yang terletak di sebelah barat daya pulau seram.
Di Pulau terdapat single site species yaitu Burung Kehicap Buano atau Monarcha
Boanensis, berdasarkan data IUCN Red List semenjak tahun 1990-an telah burung ini
dikategorikan dalam status genting (Critical Endangered). Hal tersebut menunjukan
bahwa keberadaannya sangat dekat dengan ancaman kepunahan, namun meskipun
berada pada status genting, namun tidka membuat Kehicap buano mendapatkan status
perlindungan hingga pada nanti pada pertengahan tahun 2018 melalaui Permen KLHK
No.20 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi barulah Kehicap Buano
dikategorikan dalam status hewan yang dilindungi.

Sekalipun telah dilindungi pada tahun 2018 pada kenyataannya keberadaan Kehicap
Buano pada habitat aslinya semakin hari semakin sulit ditemukan, salah satu penyebab
utamanya adalah kerusakan habitat akibat aktivitas pembukaan lahan dan penebangan
pohon secara berlebihan oleh masyarakat di Pulau Buano. Selain itu keberadaan
Kehicap Buano sebagai spesies langkah kurang populer dan tidak banyak diketahui
oleh masyarakat, padahal burung ini merupakan salah satu hewan yang di keramatkan
pada salah satu soa dari masyarakat adat di Pulau Buano. Hal ini menggambarkan
bahwa kesadaran dan rasa bangga akan jenis satwa yang dimiliki harus lebih
ditumbuhkan, untuk di perlu dilakukan upaya perlindungan terhadap yang turut
melibatkan peran aktif masyarakat adat Pulau Buano.

Disisi lain upaya pelestarian dan perlindungan untuk Kehicap Buano akan sulit
dilakukan karena kurangnya informasi dari hasil survei maupun kajian ilmiah terhadap
keberadaan Kehicap Buano di habitat aslinya. Dengan melakukan aktivitas survei
maupun kajian ilmiah yang melibatkan masyarakat adat juga dapat menjadi momentum
dan sarana untuk menumbuhkan minat dan rasa kebangaan terhadap jenis satwa yang
berada di wilayah Pulau Buano. Sehingga survei lapangan dan kajian terkait burung
Kehicap Buano menjadi sangat urgensi untuk segera dilakukan dalam menentukan
arah kebijakan dan perencanaan strategis.

TUJUAN KEGIATAN
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Menentukan sebaran dan habitat burung Kehicap Buano di wilayah hutan Pulau
Buano berdasarkan tutupan lahan.
2. Mengetahui estimasi populasi burung Kehicap Buano pada beberapa jenis tutupan
lahan di Pulau Buano.

HASIL YANG INGIN DICAPAI


Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah:
1. Tersedia data tentang Kehicap Buano pada berbagai tipe tutupan lahan di Pulau
Buano.
2. Sebagai bahan advokasi dalam pengembangan strategi konservasi ekosistem
burung Kehicap Buano dan penyadartahuan.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi permasalahan adalah:
1. Seberapa banyak potensi burung endemik?
2. Di daerah manakah potensi burung endemik itu terkonsentrasi?
3. Bagaimana peranan masyarakat dan lembaga-lembaga terkait dalam upaya
konservasi satwa endemik?
4. Bagaimana model strategis untuk konservasi yang dapat dikembangkan pada
kawasan hutan adat Pulau Buano tempat satwa endemik berada?

TIM SURVEI
Tim survei dalam penelitian ini diikuti oleh 8 orang yang terdiri dari terdiri dari Ketua
Tim, Ahli Burung dan dan unsur masyarakat adat yang terdiri dari Kepala dati, Kewang,
dan Anak-anak soa. Keterlibatan masyarakat adat yang ada dalam survei dan
penelitian sebagai wujud partisipasi dan menumbuhkan minat serta rasa kebangaan
terhadappotensi satwa yang di miliki oleh Pulau Buano.

METODE SURVEI
a. Alat dan Bahan
Dalam penelitian ini peralatan yang digunakan untuk dalam pengumpulan dan
pengolahan data, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Alat dan bahan dalam penelitian


Kebutuhan data Alat Bahan Keterangan
1. Potensi dan  Peta Wilayah  Potensi Jenis Alat yang di
Sebaran  GPS satwa burung pergunakan dalam
Keanekaragaman  Binokuler/Monokuler penelitian
Hayati “Jenis  Field Guide Daerah menggunakan alat
Burung Endemik Wallacea dari beberapa
Kehicap Buano”  Tallysheet Stakeholder (BKSDH,
 Tali Ukur Burung Indonesia,
 Pita Penanda Jurusan Kehutanan
 Camera Tele dan UNPATTI)
camera trap
 Parang
 Stopwacth
 Phiband

2. Model Rencana  Computer  Data analisis


Strategis  Perangkat Lunak potensi satwa
Konservasi pada burung endemic.
kawasan  Peta penggunaan
ekosistem lahan, Peta DAS,
penting. Peta rencana tata
ruang kabupaten
Seram Bagian
Barat

b. Kebutuhan Data
Dalam mendukung penelitian ini terdapat dua jenis data yang akan digunakan
yaitu:
1. Data Primer, merupakan data yang berasal dari sumber asli atau pertama
diperoleh berdasarkan interaksi langsung dengan sumber data, melalui
pengukuran, wawancara, maupun observasi langsung yang dilakukan di
lapangan.
2. Data Sekunder, merupakan data yang dapat digunakan sebagai sarana
pendukung untuk memahami masalah yang akan diteliti (digunakan untuk
pendukung data primer)

c. Penentuan Lokasi Penelitian


Penentuan lokasi penelitian untuk pengumpulan data potensi satwa di lapangan
ditentukan terlebih dahulu secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan tipe
tutupan lahan dan topografi lahan pada kawasan hutan Pulau Buano yang diduga
menjadi habitat dari burung kehicap Buano, lokasi-lokasi yang menjadi areal
penelitian terdiri dari kawasan hutan pada daratan rendah, daerah lembah,
kawasan hutan di sekitar bantaran sungai dan kawasan hutan mangrove di wilayah
pesisir. Areal yang menjadi lokasi penelitian ini secara jelas dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

Gambar Lokasi Survei

d. Proses Pengumpulan Data Lapangan


Pengumpulan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan 2 metode yaitu
Poin Count dan Camera Trapping.
1.) Point Count adalah metode pengamatan burung dengan mengambil sampel
dari jenis/komunitas burung untuk dihitung dalam waktu dan lokasi tertentu.
Pengamatan dilakukan dengan berdiri pada lokasi tertentu pada habitat yang
diteliti kemudian mencatat penjumlahan terhadap burung dalam rentan waktu
tertentu. Pengamatan dilakukan melalui perjumpaan langsung (Visual) dan
tidak langsung (Suara), Parameter yang dicatat adalah jenis, jumlah ditemukan,
aktivitas satwa sedangkan untuk perjumpaan terhadap jenis diluar titik
pengamatan tidak diperhitungkan (Michael, 1995).
Lamanya waktu pengamatan setiap titik hitungannya adalah 10-15 menit
dengan pencatatan data burung dilakukan pada jalur kerja (transek) dengan,
lebar jalur kerja adalah 100 m kiri dan kanan, stasiun data yang digunakan di
lapangan berbentuk lingkaran dengan jari-jari lingkaran 100 m; hal ini berarti
radius iner bandnya 100 m (R=100 m). Jarak antara titik tengah stasiun data
(tempat berdirinya pengamat) sejauh 250 m setiap titik dalam pada lokasi
pengamatan dicatat koordinat nya dengan menggunakan GPS, posisi Point
Count ditandai di lapangan dengan menggunakan tongkat dengan pita
berwarna mencolok untuk memudahkan pengamat mengambil posisi di sentral
stasiun data. (Bibby, C., Jones M. & Marsden S. 1998). Waktu pengamatan
dilakukan pada pagi hari (pukul 07.00 –11.00 WIB) dimana pada saat rentang
waktu tersebut merupakan waktu optimum untuk melakukan pengamatan
burung.

2.) Metode Camera trapping adalah metode untuk menangkap hewan liar di film
ketika para peneliti/surveior tidak hadir, dan telah digunakan dalam penelitian
ekologi selama beberapa dekade. Penggunaan camera trapping biasanya
diaplikasikan untuk studi sarang ekologi, deteksi spesies langka, estimasi
ukuran populasi dan kekayaan spesies, serta penelitian tentang penggunaan
habitat. Dalam penerapan camera trapping harus diperhatikan 2 faktor penting
yaitu :
 Mengaji lingkungan dan melakukan beberapa perjalanan penyelidikan,
dengan mencatat lokasi dimana jalur binatang jelas ada. Biasanya perlu
beberapa hari untuk menilai lokasi sebelum memasang kamera
(Berdasarkan hasil Pengamatan dengan metode Point Count).
 Pengetahuan dan nasihat masyarakat setempat mengenai lokasi yang
layak sebaiknya di pergunakan dalam tahap persiapan penelitian.

PEMBIAYAAN
Pembiayaan Survei sebaran populasi dan habitat burung Kehicap Buano ini Berjumlah
Rp. 42.650,000,- yang bersumber dari program kemitraan Wallacea LPPM Maluku dan
juga dukungan dari stakeholder (Burung Indonesia, BKSDH Maluku, Jurusan
Kehutanan Unpatti).

PENUTUP
Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai panduan pelaksanaan kegiatan.
Rencana Anggaran Biaya Penelitian dengan tema " Habiat dan Sebaran Burung Endemik "

Komponen Vol Satuan Vol Satuan Vol Satuan Jumlah Jumlah Sumber biaya
HONORARIUM 20,850,000
Tenaga ahli (Ornitologist) 1 orang 1 paket 1 kali 10,000,000 10,000,000 Burung Indonesia
Tenaga Suveri/Pengenal Jenis 2 orang 2 Survei 7 hari 200,000 5,600,000 LPPM - CEPF
Porter 2 orang 2 Survei 7 hari 125,000 3,500,000 LPPM - CEPF
Koki 1 orang 2 Survei 7 hari 125,000 1,750,000 LPPM - CEPF

Konsumsi, Obat-obatan, Peralatan Camp 7,720,000


Snack +Makan 6 orang 2 Survei 7 hari 30,000 2,520,000 LPPM - CEPF
Obat-obatan 1 Paket 2 Survei 100,000 200,000 LPPM - CEPF
Tenda 2 paket 1,000,000 2,000,000 LPPM - CEPF
Peralatan Camp 1 Paket 3,000,000 3,000,000 LPPM - CEPF

Sewa alat 14,000,000


Kamera dengan lensa jauh 2 Buah 2 Survei 7 hari 200,000 5,600,000 Burung Indonesia
Kamera trap 2 Buah 2 Survei 7 hari 200,000 5,600,000 BKSDA
GPS 2 Buah 2 Survei 7 hari 100,000 2,800,000 Kehutanan
Binokuler/Monokuler 2 Buah 2 Survei 100,000 400,000 Burung Indonesia
/BKSDA/Kehutanan
Phiband 2 Buah 2 Survei 100,000 400,000 LPPM - CEPF

Fotocopy/cetak 35,000
FC Tally Sheet 1 Buah 10 lembar 14 hari 250 35,000 LPPM - CEPF
Total 42,605,000

Anda mungkin juga menyukai