Anda di halaman 1dari 5

PENANGKARAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

Permenhut No.P.19/Menhut-II/2005

A. Pengertian
Penangkaran adalah upaya perbanyakan melalui pengembangbiakan
dan pembesaran tumbuhan dan satwa liar dengan tetap
mempertahankan kemurnian jenisnya.

B. Tujuan
Penangkaran tumbuhan dan satwa liar bertujuan untuk:
a. Mendapatkan spesimen tumbuhan dan satwa liar dalam jumlah,
mutu, kemurnian jenis dan keanekaragaman genetik yang
terjamin, untuk kepentingan pemanfaatan sehingga mengurangi
tekanan langsung terhadap populasi di alam;

b. Mendapatkan kepastian secara administratif maupun secara fisik


bahwa pemanfaatan spesimen tumbuhan atau satwa liar yang
dinyatakan berasal dari kegiatan penangkaran adalah benar-benar
berasal dari kegiatan penangkaran.

by : septi (PEH
BBKSDA Riau)
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pengaturan penangkaran tumbuhan dan satwa liar dalam Peraturan ini mencakup
ketentuan-ketentuan mengenai kegiatan penangkaran, administrasi penangkaran dan pengendalian
pemanfaatan hasil penangkaran tumbuhan dan satwa liar baik jenis yang dilindungi maupun yang
tidak dilindungi, kecuali jenis-jenis yang dimaksud dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah Nomor 8
Tahun 1999 tentang Pemanfatan Tumbuhan dan Satwa Liar yaitu jenis : a. Anoa; b. Babi Rusa; c.
Badak Jawa; d. Badak Sumatera; e. Biawak Komodo; f. Cenderawasih; g. Elang Jawa, Elang Garuda;
h. Harimau Sumatera; i. Lutung Mentawai; j. Orangutan; k. Owa Jawa; l. Tumbuhan jenis Raflesia.

D. Bentuk Penangkaran
Penangkaran tumbuhan dan satwa liar berbentuk:
a. Pengembangbiakan satwa;
b. Pembesaran satwa, yang merupakan pembesaran anakan dari telur yang diambil dari habitat alam
yang ditetaskan di dalam lingkungan terkontrol dan atau dari anakan yang diambil dari alam
(Ranching/Rearing);
c. Perbanyakan tumbuhan secara buatan dalam kondisi yang terkontrol (Artificial Propagation).

by : septi (PEH
BBKSDA Riau)
E. PENGADAAN DAN LEGALITAS ASAL INDUK

ASAL MENTERI DIRJEN KSDAE UPT KSDA Ket

Alam Dilindungi Tidak dilindungi


- sesuai kuota -

Hasil Dilindungi F1 Dilindungi F2 dst Tidak dilindungi, Penangkar


Penangkaran dan App I dan atau App I App II, III dan yang sah
non App

Luar Negeri SATS – LN Impor SATS-LN


- - Ekspor
negara asal

LK Dilindungi F1 Dilindungi F2 dst Tidak dilindungi


dan App I dan atau App I App II, III dan -
non App

Rampasan, Dilindungi Tidak dilindungi Tidak dilindungi


penyerahan App I App. II dan III -
masy dan
temuan

Note : TSL dilindungi dari habitat alam (W) dan (F1) hasil penangkaran TSL (milik negara),
wajib diserahkan negara, bila diperlukan.
F. Penandaan dan Sertifikasi
Tujuan :
Membedakan induk dg induk lainnya, induk dg anakan, anakan dg anakan lainnya,
spesimen hsl penangkaran dg dari alam;
Bentuk Penadaan :
• Teknik tagging/banding, cap (marking), transponder, pemotongan bagian tubuh,
tatto dan label (kode nomor, huruf atau gabungan keduanya);
• Secara fisik sulit dilakukan penandaan dilakukan sertifikasi.
Penandaan dilakukan :
Semua spesimen hidup atau mati maupun bagiannya (kondisi fisik baik);

Pelaksanaan sertifikasi : oleh unit penangkar (disahkan Balai/pejabat yang ditunjuk)

Kegiatan sertifikasi hasil penangkaran :


• Pemeriksaan asal usul;
• Pemeriksaan identitas individu spesimen;
• Pendokumentasian dlm sertifikat berisi : kode tanda (spesimen), nama jenis, jenis
kelamin, kode tanda dari induknya (khusus pengembangbiakan), tanggal
lahir/menetas/dibiakkan, generasi (pengembangbiakan satwa dan koloni pulau),
nama/kode penangkar.
Sertifikat disahkan Kepala Balai (pengecekan silang BAP penandaan spesimen), dibuat 3
rangkap 1 mengikuti spesimen, 2 unit penangkar, 3 Balai.

by : septi (PEH
BBKSDA Riau)
ALUR PENGURUSAN IZIN PENANGKARAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
DI BALAI BESAR KSDA RIAU
Izin
penangkaran
Sumber : Peraturan Menteri Kehutanan
No. P.19/Menhut-II/2005, Permenhut diterbitkan
Pemeriksaan ke lokasi
No.P.21/Menhut-II/2014, Surat Edaran Kepala BBKSDA
Dirjen PHKA No. SE.2/IV-SET/2009 dan penyusunan BAP
tanggal 23 Juli 2009 dan Peraturan serta pengesahan BAP
Dirjen PHKA No.P.1/IV-Set/2011,
PNBP

LENGKAP Rekomendasi
•Berkas persyaratan :
•Proposal penangkaran atau Rencana Kerja izin dari Kepala
Lima Tahunan (RKL)* BBKSDA
•Akte Notaris Perusahaan (Jenis usaha
berkaitan dengan TSL) • Pencermatan Izin disampaikan
•Fotocopy KTP atau izin tempat tinggal bagi berkas kepada
warga negara asing**
•Fotocopy Surat Izin Tempat Usaha (SITU) atau persyaratan pemohon
Surat Keterangan lokasi/tempat penangkaran
dari serendah-rendahnya Camat setempat
•Izin Lingkungan sesuai dengan ketentuan
berlaku Berkas dikirim
•Dokumen atau bukti lain legalitas asal usul
induk, benih atau bibit untuk penangkaran
ke Dirjen
TIDAK LENGKAP
•Ket : KSDAE
•*telah disahkan oleh pejabat yang ditentukan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku
•**syarat untuk permohonan perorangan selain • Permohonan
berkas yang lain dikembalikan kepada Ketentuan Penerbitan Izin Penangkaran :
PERMOHONAN pemohon dengan surat Izin yang diterbitkan oleh Dirjen KSDAE :
DISAMPAIKAN KEPADA dari kepala BBKSDA •Jenis TSL dilindungi
KEPALA BALAI BESAR •Permohonan ditujukan kepada Dirjen KSDAE, tembusan Setditjen PHKA dan
KSDA RIAU Kepala Balai/BBKSDA setempat
•Proposal / RKL disahkan oleh Kepala Balai / Balai Besar KSDA setempat
Izin yang diterbitkan Kepala Balai / Balai Besar KSDA :
•Jenis TSL dilindungi generasi kedua (F2) dst dan jenis tidak dilindungi
masuk Appendiks CITES
•Permohonan ditujukan kepada Kepala Balai / Balai Besar KSDA, tembusan
Dirjen KSDAE dan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati
by : septi •Proposal / RKL telah disahkan oleh Kepala Bidang KSDA Wilayah setempat
(PEH BBKSDA Riau) untuk Balai Besar KSDA atau Kepala Seksi Wilayah untuk Balai KSDA

Anda mungkin juga menyukai