Anda di halaman 1dari 100

SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU DAERAH


YANG DICOVER DI CHANNEL YOUTUBE UNTUK
TUJUAN KOMERSIAL

Disusun dan diajukan oleh

MEIRINDA DWIRANI
B11116330

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
HALAMAN JUDUL

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU DAERAH


YANG DICOVER DI CHANNEL YOUTUBE UNTUK
TUJUAN KOMERSIAL

OLEH

MEIRINDA DWIRANI
B111 16 330

SKRIPSI

Sebagai Tugas Akhir dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada


Departemen Hukum Keperdataan Program Studi Ilmu Hukum

PEMINATAN HUKUM PERDATA


DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU DAERAH YANG DICOVER


DI CHANNEL YOUTUBE UNTUK TUJUAN KOMERSIAL

Disusun dan diajukan oleh

MEIRINDA DWIRANI
B111 16 330

Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian yang dibentuk


dalam rangka Penyelesaian Studi Penyelesaian Studi Program Sarjana
Departemen Hukum Keperdataan Program Studi Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin
pada tanggal
dan dinyatakan telah memenuhi syarat kelulusan

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sakka Pati, S.H., M.H. Amaliyah, S.H., M.H.


NIP. 19710211 200604 2 001 NIP. 19870226 201404 2 001

Ketua Program Studi

Dr. Maskun, S.H.,LL.M.


NIP. 19761129 199903 005
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : Meirinda Dwirani

Nomor Induk Mahasiswa : B11116330

Peminatan : Hukum Perdata

Departemen : Keperdataan

Judul : Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu

Daerah yang Dicover di Channel

YouTube untuk Tujuan Komersial

telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian skripsi.

Makassar, 1 April 2022

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Sakka Pati, S.H., M.H. Amaliyah, S.H., M.H.


NIP. 19710211 200604 2 001 NIP. 19870226 201404 2 001

i
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : Meirinda Dwirani

Nomor Induk Mahasiswa : B11116330

Peminatan : Hukum Perdata

Departemen : Keperdataan

Judul : Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu

Daerah yang Dicover di Channel

YouTube untuk Tujuan Komersial

Memenuhi syarat untuk diajukan dalam ujian skripsi sebagai ujian akhir

program studi.

Makassar, 1 April 2022

Wakil Dekan Bidang Akademik,


Riset, dan Inovasi

Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H.


NIP. 197312311999031003
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : MEIRINDA DWIRANI

NIM : B11116330

Judul : Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu


Daerah yang Dicover di Channel
YouTube untuk Tujuan Komersial

Menyatakan dengan ini bahwa Skripsi dengan judul “Perlindungan Hukum Hak

Cipta Lagu Daerah yang Dicover di Channel YouTube untuk Tujuan Komersial”

adalah karya saya sendiri dan tidak melanggar hak cipta pihak lain. Apabila

dikemudian hari Skripsi karya saya ini terbukti bahwa sebagian atau

keselurahannya adalah hasil karya orang lain yang saya pergunakan dengan

cara melanggar hak cipta pihak lain, maka saya bersedia menerima sanksi.

Makassar, 1 April 2022

Yang Menyatakan,

MEIRINDA DWIRANI

iii
ABSTRAK

MEIRINDA DWIRANI (B111 16 330) dengan Judul “Perlindungan


Hukum Hak Cipta Lagu Daerah yang Dicover di Channel YouTube untuk
Tujuan Komersial”, dibimbing oleh Sakka Pati dan Amaliyah.
Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan bentuk perlindungan hukum
terhadap hak cipta lagu daerah yang dicover ke channel YouTube dan
penyebab terjadinya pelanggaran hak cipta lagu daerah dalam layanan musik
digital YouTube.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan penelitian hukum
normatif yang bersumber dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder,
dan bahan hukum tersier. Teknik pengumpulan bahan hukum dilakukan
dengan studi kepustakaan, yaitu pendekatan perundang-undangan dan
pendekatan konseptual.
Hasil penelitian bahwa bentuk perlindungan hukum terhadap hak cipta
lagu daerah atas tindakan pengunggahan cover lagu, yaitu perlindungan atas
hak moral dan hak ekonomi yang diatur dalam Undang-Undang Hak Cipta
serta Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Penyebab
terjadinya pelanggaran hak cipta khususnya lagu daerah dalam layanan musik
digital YouTube karena masih kurangnya pemahaman pihak yang meng-cover
dan pencipta belum melakukan pendaftaran ciptaan serta belum bergabung
sebagai anggota lembaga manajemen kolektif dan publisher.
Kata kunci: Perlindungan Hukum, Hak Cipta, Lagu Daerah, Cover,
YouTube.
ABSTRACT

MEIRINDA DWIRANI (B111 16 330) under the title “Copyright


Protection of Cover Folk Songs in YouTube Channel for Commercial
Purposes”. Guided by Sakka Pati and Amaliyah.

The purpose of this study is to elaborate the legal protection of the


copyright cover songs to uploaded Youtube channel. And also to find out the
causes of copyright infringement, especially folk songs in the YouTube digital
music service.

This research uses normative legal research sourced from primary legal
materials, secondary legal materials, and tertiary materials. The technique of
collecting the legal materials by literature studies specifically with statute
approach and conceptual approach.

The results of the study that the legal protection for the copyright of folk
songs for the act of uploading cover songs get protection for moral rights and
economic rights regulated in Copyright Law and Law Information and Electronic
Transactions. The cause of copyright infringement, especially folk songs in the
YouTube digital music service, is due to the lack of the understanding of a
musicians cover and the creators has not registered the songs and didn’t joined
as a member of collective management organization and publisher. So, the
infringement of folk songs still occur.

Keywords: Protection Law, Copyright, Folk Song, Cover, YouTube.

v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur alhamdulillah, saya ucapkan kepada Allah Subhanahu Wa

Ta'ala yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan karunia-Nya sehingga

penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi ini sebagai syarat

menyelesaikan studi dan memenuhi gelar Sarjana Hukum pada Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin. Penulis menyusun skripsi ini dengan judul

“Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu Daerah yang Dicover di Channel

YouTube untuk Tujuan Komersial”.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada orang tua penulis, yaitu Ayahanda Mansyur Achmad Madjid S.E., dan

Ibunda Andriani yang senantiasa mendidik, memberikan dukungan semangat

dengan penuh kasih sayang, dan kesabaran serta selalu mendoakan penulis.

Serta, terima kasih penulis ucapkan kepada Nenek penulis Hj. Hasimah dan

juga kepada saudara penulis, Marsha Awalia S.E. yang tanpa henti

memberikan dukungan serta nasihat untuk penulis. Selain itu, penulis juga

hendak menyampaikan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Hasanuddin, Prof. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA., Wakil

Rektor I Prof. Dr. Ir. Muh. Restu, MP., Wakil Rektor II Prof. Dr. Ir.

Sumbangan Baja, M.Sc., Wakil Rektor III Prof. Dr. drg. A. Arsunan, M.Kes.,

Wakil Rektor IV Prof. dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D.


2. Dekan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Farida Patittingi
S.H., M.Hum., Wakil Dekan I Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., Wakil

Dekan II Dr. Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H., dan Wakil Dekan III Dr. Muh.

Hasrul, S.H., M.H.

3. Dr. Maskun, S.H., LL.M. selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin dan Ketua Bagian Hukum Perdata Dr.

Winner Sitorus S.H., M.H., L.LM. beserta seluruh dosen bagian hukum

keperdataan.

4. Dr. Sakka Pati S.H., M.H. selaku Pembimbing Utama dan Amaliyah S.H.,

M.H. selaku Pembimbing Pendamping. Terima kasih atas waktu, tenaga,

dan pikiran yang diberikan selama membimbing penulis dalam melakukan

penelitian dan penulisan skripsi ini. Terima kasih banyak atas bimbingan

yang diberikan kepada penulis dengan penuh kesabaran sehingga skripsi

ini dapat diselesaikan.

5. Prof. Dr. Ahmadi Miru S.H., M.H. dan Dr. Winner Sitorus S.H., M.H., L.LM.

selaku penguji penulis. Terima kasih atas koreksi, masukan dan arahan

yang telah diberikan dalam menuntaskan skripsi ini.

6. Prof. Dr. Judhariksawan, S.H., M.H. selaku penasihat akademik penulis.

7. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

yang telah mengajarkan dan memberikan ilmu pengetahuan selama penulis

menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

vii
8. Seluruh Staf dan Pegawai Akademik Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin yang telah banyak membantu selama perkuliahan hingga

penyusunan skripsi ini.

9. Kadri Mohamad selaku Penasehat Hukum FESMI (Federasi Serikat Musisi

Indonesia), Bapak Miftah Faridh Oktofani selaku Co-Founder dari Indonesia

Digital Entertainment, Jasmir SL, Sarmana Putra, dan Muchlis Pareogi

selaku pencipta lagu daerah. Terima kasih telah meluangkan waktu dan

bersedia menjadi narasumber dalam penelitian untuk menyelesaikan skripsi

penulis.

10. Keluarga besar penulis, terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan

selama penulis menyusun skripsi ini.

11. Keluarga Besar Asosiasi Mahasiswa Hukum Keperdataan Hasanuddin

(AMPUH), baik dari senior-senior demisioner, dewan pertimbangan

organisasi dan teman-teman pengurus yang memberikan ruang untuk

mempelajari banyak mengenai ilmu-ilmu hukum keperdataan.

12. Pengurus AMPUH periode 2019/2020 yaitu Aswar, Imran, Justang, Ryas,

Wardiman, Anti, Kiki, dan Uma. Penulis mengucapkan terima kasih atas

suka-duka selama masa kepengurusan.

13. Sahabat dan teman seperjuangan kuliah penulis yakni Agustira Yanti Putri,

Anisah Luthfiyah S. Pajama, Meriyanti Djaka, Melkisedek Masoara, dan A.

Muh. Fiqih. Terima kasih telah menemani, mendengarkan cerita,

memberikan motivasi, serta membantu penulis dalam menyelesaikan

penulisan skripsi ini.


14. KKN UNHAS Gel. 102 khusunya teman seposko penulis Kel. Lumpue, Pare-

Pare, yaitu Savira, Tuti, Affan, Kak Tasyriq, Alif, Uma, Masyita, dan Dila.

Terima kasih telah memberikan pengalaman yang baru untuk penulis.

15. Muhammad Husni Ali H, terima kasih telah menemani dengan setia dan

sabar serta memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

penyusunan skripsi ini.

16. Semua pihak yang telah membantu penulis namun tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu. Terima kasih atas perhatian, bantuan, dan doa yang

telah diberikan kepada penulis selama ini.

Akhir kata, penulis berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan

membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Besar

harapan penulis agar kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

penulis dan pembaca dalam bidang hukum maupun untuk para musisi dan

masyarakat pada umumnya. Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini

masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati

penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik yang membangun agar

skripsi ini menjadi lebih baik.

Penulis,

Meirinda Dwirani

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... i
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI ........................................... ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................................... iii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
ABSTRACT................................................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................ 6
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................................ 7
E. Keaslian Penelitian ............................................................................................... 7
F. Metode Penelitian .................................................................................................. 10
BAB II PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU DAERAH ............... 13
A. Perlindungan Hukum .......................................................................................... 13
1. Pengertian Perlindungan Hukum.................................................................. 13
2. Teori Perlindungan Hukum............................................................................ 16
3. Bentuk Perlindungan Hukum ........................................................................ 17
B. Hak Cipta.............................................................................................................. 18
1. Pengertian Hak Cipta ..................................................................................... 18
2. Ruang Lingkup Hak Cipta.............................................................................. 20
4. Sifat Hak Cipta ................................................................................................ 25
5. Perlindungan Hak Moral, Hak Ekonomi, dan Hak Terkait ......................... 26
6. Lisensi .............................................................................................................. 32
C. Lagu Sebagai Ciptaan yang Dilindungi ............................................................ 35
1. Pengertian Lagu ............................................................................................. 35
2. Lagu Daerah.................................................................................................... 37
3. Proses Penciptaan Lagu................................................................................ 38
4. Pengaturan Hak Cipta Lagu .......................................................................... 39
D. Analisis Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu Daerah yang Dinyanyikan,
Direkam, dan Diunggah Ke Channel YouTube Untuk Tujuan Komersial .... 40
BAB III PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU DAERAH............................. 58
A. Bentuk Pelanggaran Hak Cipta ......................................................................... 58
B. Pengertian Cover Lagu ...................................................................................... 59
C. Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN) ............................................ 60
D. YouTube ............................................................................................................... 62
E. Penyelesaian Sengketa Pelanggaran Hak Cipta ............................................ 65
F. Analisis Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak Cipta Lagu Daerah Pada
YouTube. .............................................................................................................. 67
BAB IV ........................................................................................................ 78
PENUTUP ................................................................................................... 78
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 78
B. Saran .................................................................................................................... 79
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 80
LAMPIRAN ................................................................................................. 83

xi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hak Kekayaan Intelektual (selanjutnya disingkat HKI) adalah hak

yang berasal dari kegiatan kreatif kemampuan berpikir manusia yang

diungkapkan kepada masyarakat umum dalam berbagai bentuk yang

memiliki manfaat dan berguna dalam menunjang kehidupan manusia

serta memiliki nilai ekonomis.1 HKI memberikan perlindungan kepada

setiap orang yang menciptakan karya karena kemampuan intelektual

dan usahanya sendiri sehingga orang tersebut mempunyai hak untuk

memiliki serta dapat mengontrol karya yang diciptakannya. Pada Pasal

27 ayat (2) Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (Universal

Declaration of Human Rights), mengatur bahwa:

“Everyone has the right to the protect of the moral and material
interest resulting from any scientific, literary or artistic production of
which/she is the author”. (Setiap orang berhak untuk memperoleh
perlindungan atas keuntungan-keuntungan moral maupun material yang
diperoleh sebagai hasil karya ilmiah, kesusasteraan atau kesenian yang
diciptakannya).

Pasal tersebut secara tegas menyatakan bahwa karya cipta di

bidang ilmu pengetahuan, sastra, dan seni merupakan hasil karya

intelektual manusia yang diciptakan sebagai perwujudan kualitas rasa,

karsa, dan ciptanya. Penciptaan karya-karya tersebut pada akhirnya

tidak hanya memiliki makna sebagai karya yang hadir dan dapat kita lihat

1
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, 2010, Performing Right Hak Cipta Atas
Karya Musik dan Lagu Serta Aspek Hukumnya, Ind Hill Co, Jakarta, hlm. 1.

1
secara fisik, tetapi hadir juga sebagai sarana dalam pemenuhan

kebutuhan yang bersifat immateril.2 Pengelompokan HKI terbagi menjadi

dua kategori. Kategori pertama, Hak Kekayaan Industri yang meliputi

Paten, Merek, Desain Industri, Desain Tata Letak Sirkuit Terpadu,

Indikasi Geografis, dan Rahasia Dagang. Kategori kedua, Hak Cipta

yang meliputi Hak Cipta (atas seni, sastra, dan ilmu pengetahuan) dan

Hak-Hak yang Terkait dengan Hak Cipta.3

Hak cipta merupakan subsistem dari HKI yang secara Internasional

disebut dengan Intellectual Property Right (IPR).4 Pasal 1 Angka 1

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (selanjutnya

disingkat UU Hak Cipta) mengatur bahwa hak cipta adalah hak eksklusif

pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip deklaratif

setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi

pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Hak eksklusif tersebut terdiri dari hak moral dan hak ekonomi.

Dalam hak cipta dikenal adanya asas perlindungan otomatis

(automatical protection) yang memberikan perlindungan hak cipta secara

langsung terhadap karya cipta yang diciptakan oleh penciptanya tanpa

melakukan pendaftaran ciptaan terlebih dahulu. Hak cipta dapat

dikatakan sebagai hak milik yang melekat pada tiap karya cipta dalam

bidang ilmu pengetahuan, kesusasteraan dan seni, salah satunya adalah

2
Ibid, hlm. 3.
3
Otto Hasibuan, 2014, Hak Cipta Di Indonesia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Society, PT.Alumni, Bandung, hlm. 21.
4
Ibid.,
musik. Musik merupakan suatu karya cipta yang dilindungi. Namun,

istilah musik tidak bisa dipisahkan dengan istilah lagu yang cenderung

memiliki maksud yang sama. Dalam kepustakaan hukum internasional,

istilah yang lazim digunakan untuk menyebutkan lagu atau musik adalah

musical work. Konvensi Bern menyebutkan salah satu work yang

dilindungi adalah komposisi musik (music compositions) dengan atau

tanpa kata-kata (with or without words). Konvensi Bern tidak mengatur

secara tegas mengenai apa yang dimaksud dengan musical work itu.

Kesimpulannya bahwa terdapat dua jenis musik yang mendapat

perlindungan hak cipta, yaitu musik dengan kata-kata dan musik tanpa

kata-kata.5

Musik sebagai salah satu sub sektor ekonomi kreatif yang cukup

menjanjikan dari segi bisnis sehingga mendorong minat dan antusias

para musisi/pencipta lagu untuk berperan dalam bidang ini. Besarnya

potensi musik di tanah air, tidak terlepas dari permasalahan dan

tantangan yang harus segera diselesaikan. Salah satu tantangan

terbesar dan sangat kompleks adalah adanya aksi pembajakan sehingga

menghambat perkembangan industri musik dan juga menyebabkan

menurunnya aspresiasi dari masyarakat.6

Perkembangan teknologi juga berpengaruh dalam dunia musik,

tidak terkecuali dalam bidang perlindungan hak cipta. Perkembangan

5
Ibid, hlm.140.
6
I Gede Wyana Lokantara, 2019, Membangun Ruang Kreatif Di Era Digital
Memberdayakan Ide, Kreativitas, dan Potensi, CV Budi Utama, Yogyakarta, hlm. 35

3
dan kemajuan di era digital membawa dampak positif dan juga dampak

negatif bagi pencipta/pemegang hak cipta. Seringkali ditemukan

berbagai macam bentuk aktivitas pemanfaatan internet yang dapat

berdampak pada perlindungan hak cipta. Tindakan download, upload,

file sharing dan sejenisnya merupakan suatu realitas sehari-hari di era

digital. Praktik-praktik tersebut pada hakikatnya berhubungan dengan

berbagai karya digital yang terdapat di internet, salah satunya adalah

menyanyikan kembali (cover) lagu ke channel YouTube. Di satu sisi

memiliki dampak positif, yaitu teknologi mampu memuaskan

pencipta/pemegang hak cipta untuk melakukan penyebaran karya digital

seluas-luasnya, sedangkan di sisi lain dampak negatif teknologi, yaitu

ikut memfasilitasi bagi terjadinya perbanyakan dan pendistribusian karya

digital yang merugikan kepada pencipta/pemegang hak cipta. 7

Praktik-praktik dari pemanfaatan internet yang disebutkan di atas

merupakan hal yang wajar dan biasa selama informasi atau dokumen

tersebut bukan merupakan objek yang dilindungi hak cipta. Ketika

informasi atau dokumen tersebut merupakan suatu hak cipta yang

memiliki perlindungan, maka merupakan suatu pelanggaran dalam hak

cipta karena tidak memperhatikan aturan-aturan hukum yang berkaitan

7
Budi Agus Riswandi, 2016, Doktrin Perlindungan Hak Cipta Di Era Digital, FH UII
Press, Yogyakarta, hlm. 149. Lihat juga Dean S Marks and Bruce H. Turnbull, 1999, “Technical
Protection Measures: the Intersection of Technology, Law and Commercial Licenses,”
Workshop on Implementation Issues of the WIPO Copyright Treaty (WCT) and The WIPO
Performances and Phonograms Treaty (WPPT), Geneva, hlm. 2.
dengan perlindungan hak cipta. Hal tersebut kemudian menimbulkan

kerugian ekonomi kepada pencipta/pemegang hak cipta.

Siapapun yang ingin menggunakan lagu dan/atau musik dalam

kegiatan bisnis atau untuk tujuan yang terkait dengan kegiatan komersial

yang sering disebut sebagai pengguna lagu (user), harus terlebih dahulu

meminta izin dari pencipta dan pemegang hak cipta. 8 Contoh

pelanggaran hak cipta, yaitu kasus yang terjadi antara Jasmir SL selaku

pencipta lagu-lagu pop daerah dengan Alink Studio selaku pemakai lagu

(user) yang berdomisili di Kalimantan Timur. Alink studio merupakan

suatu grup musik electone atau organ tunggal yang menyanyikan secara

langsung lagu-lagu pop daerah bugis di acara hajatan. Lagu yang

dibawakan oleh grup musik Alink Studio merupakan suatu cover version,

yaitu kegiatan menyanyikan kembali suatu lagu milik orang lain. Salah

satu lagu yang pernah ditampilkan menggunakan lagu dari Jasmir SL

yang berjudul “Teana Rialemu” di sebuah acara yang kemudian aksi dari

pertunjukan tersebut direkam dan diunggah ke channel YouTube

miliknya. Postingan tersebut telah dilihat sebanyak 540.138 kali dan

mendapat like sebanyak 1.500 orang.9

Kegiatan yang dilakukan oleh Alink Studio pada kenyataannya tidak

dianggap sebagai suatu kegiatan yang salah di masyarakat. Masyarakat

8
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op. cit, hlm. 93.
9
Intcow, Diduga Langgar Hak Cipta Alink Musik Bakal Dilapor Polisi,
https://www.intcow.com/2020/03/diduga-langgar-hak-cipta-alink-musik.html. Diakses pada 3
Agustus 2020 pukul 10.38 WITA.

5
menganggap kegiatan tersebut merupakan hal yang biasa saja, tetapi

pada kenyataannya berpotensi menimbulkan kerugian kepada pencipta

maupun pemegang hak cipta terkait hak esklusif yang terkandung di

dalam hak cipta. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang hak cipta

mengakibatkan terjadinya pelanggaran hak cipta yang tidak disadari baik

dari segi ekonomi maupun dari segi moral. Berdasarkan hasil riset yang

dilakukan oleh Skala Survei Indonesia (SSI) tentang jenis musik yang

paling disukai publik Indonesia, lagu daerah berada pada posisi ketiga

dengan presentase 3.9%. 10

Oleh karena itu, lagu daerah yang diciptakan dari hasil kreativitas

selain menyalurkan bakat juga dapat memberikan keuntungan bagi

pencipta sehingga harus mendapat perlindungan dan perhatian sebagai

aset yang bernilai ekonomi untuk menjaga eksistensi dan semangat dari

para pencipta lagu daerah untuk terus berkarya. Penelitian ini

menguraikan isu hukum terkait perlindungan hukum pencipta lagu

daerah yang lagunya dicover dan diunggah sebagai konten ke channel

YouTube untuk tujuan komersial tanpa izin pencipta dan/atau pemegang

hak cipta.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah bentuk perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu daerah

yang dinyanyikan, direkam, dan diunggah ke channel YouTube?

10
Skala Survei Indonesia, Jenis Musik yang Dicintai Publik Indonesia,
https://www.skalasurveiindonesia.com/jenis-musik-yang-dicintai-publik-indonesia/. Diakses
pada 14 April 2021 pukul 13.21 WITA
2. Apakah penyebab terjadinya pelanggaran hak cipta lagu daerah pada

YouTube?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menguraikan bentuk perlindungan hukum terhadap hak cipta

lagu daerah yang dinyanyikan, direkam, dan diunggah ke channel

YouTube.

2. Untuk menguraikan penyebab terjadinya pelanggaran hak cipta lagu

daerah pada YouTube.

D. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan teoretis, diharapkan dapat memberikan kontribusi

pemikiran terhadap pengembangan ilmu pengetahuan hukum

keperdataan dalam lingkup HKI khususnya hak cipta.

2. Kegunaan praktis, diharapkan sebagai bahan informasi bagi

masyarakat, akademisi, prakitisi hukum, dan mahasiswa yang ingin

mendalami kajian HKI khususnya hak cipta dalam mengantisipasi

terjadinya pelanggaran hak cipta lagu.

E. Keaslian Penelitian

Hasil penelurusan yang dilakukan, penulis mengemukakan

beberapa hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Terdapat

beberapa karya ilmiah yang memiliki relevansi dengan permasalahan

yang dikembangkan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Skripsi dengan judul Tinjauan Hukum Islam dan Hukum Positif

tentang Mengcover Lagu Tanpa Seizin Pencipta (Studi Pada

7
Channel YouTube SMULL), oleh Husnul Khatimah (1521030359),

2019, Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Raden Intan. Hasil

penelitian ini bahwa pandangan dari Hukum Islam mengenai praktik

cover lagu berakibat hukum mubah dan haram. Mubah apabila pihak

yang mempunyai lagu (Band Indie) telah memberikan izin karena

tidak mementingkan pembagian hasil. Haram apabila tidak meminta

izin terlebih dahulu kepada pemegang hak cipta. Sedangkan ditinjau

dari hukum positif, mengenai mekanisme hukum yang mengatur

karya seni musik yang dinyanyikan ulang menurut HKI, maka praktik

cover lagu yang dilakukan SMULL melanggar hukum positif karena

telah mengkomersialkan hasil cover lagu di YouTube dan tidak

melanggar hukum positif apabila tidak dikomersialkan.

2. Skripsi dengan judul Kriteria Pembatasan Hak Cipta Lagu dalam

Praktik Covering melalui YouTube, oleh Faghlaifi Naim, 2018,

Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta. Hasil

penelitian ini bahwa kriteria-kriteria pembatasan hak cipta lagu dalam

praktik covering melalui YouTube berdasarkan terms and conditions

yang terdapat dalam peraturan internal YouTube menjelaskan

bahwa penggunaan suatu karya yang digunakan dengan tujuan

komersial atau monetisasi, maka tidak termasuk sebagai

penggunaan yang wajar.

3. Skripsi dengan judul Monetasi Karya Seni Musik yang Dinyanyikan

Ulang (Cover Lagu) pada YouTube Tinjauan Fatwa DSN-MUI dan


Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, oleh

Dinda Qorina Iskandar (14220084), 2018, Fakultas Syariah

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim. Hasil penelitian

bahwa pandangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Undang-

Undang Hak Cipta terkait persoalan pengkomersilan karya musik

yang dikreasikan ulang tergantung pada kerelaan pemilik hak

ciptanya untuk menentukan ilegal atau tidaknya tindakan yang

dilakukan. Apabila pemegang hak cipta atau pemilik lagu merasa

tidak dirugikan dengan adanya eksploitasi karya berbentuk

penggandaan dalam bentuk video maupun audio cover, baik untuk

dinikmati sendiri maupun untuk dikomersialkan, maka tidak termasuk

sebagai pelanggaran hak cipta.

Berdasarkan hal di atas, maka terdapat perbedaan dengan

penelitian yang penulis lakukan, yaitu untuk menguraikan perlindungan

hukum terhadap hak cipta lagu daerah yang dicover dan diunggah ke

channel YouTube untuk tujuan komersial serta penyebab terjadinya

pelanggaran hak cipta lagu pada YouTube. Keaslian penelitian skripsi ini

dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan asas-asas keilmuan

yang harus dijunjung tinggi, yaitu kejujuran, rasional, objektif serta

terbuka.

9
F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif

yang memiliki objek kajian mengenai kaidah atau aturan hukum.

Penelitian ini menggunakan bahan pustaka atau ditujukan hanya

pada peraturan-peraturan yang tertulis atau dari buku-buku yang

berkaitan dengan masalah yang dibahas.

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Undang-Undang (Statute Approach) dengan

menelaah semua undang-undang dan regulasi yang bersangkut

paut dengan permasalahan hukum yang dibahas. Tujuan dari

pendekatan ini untuk mempelajari konsistensi dan kesesuaian

antara suatu undang-undang dengan undang-undang lainnya.11

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach), yaitu

pendekatan yang memberikan sudut pandang analisa

penyelesaian permasalahan dalam penelitian hukum dilihat dari

aspek konsep-konsep hukum yang melatarbelakanginya, atau

dapat dilihat dari nilai-nilai yang terkandung dalam penormaan

suatu peraturan. Pendekatan ini beranjak dari pandangan-

pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu

hukum untuk memperjelas ide-ide dengan memberikan

11
Peter Mahmud Marzuki, 2017, Penelitian Hukum, Edisi Revisi, Kencana, Jakarta,
hlm.133.
pengertian-pengertian hukum, konsep hukum maupun asas

hukum yang relevan dengan permasalahan. 12

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

a. Bahan hukum primer merupakan bahan-bahan hukum yang

berbentuk tertulis dan mengikat meliputi Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata (KUHPerdata), Undang-Undang No. 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta, Undang-Undang No. 19 Tahun 2016

tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2008

tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, dan Peraturan

Pemerintah No. 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti Hak

Cipta Lagu dan/atau Musik.

b. Bahan hukum sekunder merupakan bahan pendukung yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

misalnya pendapat para ahli hukum yang termuat dalam buku,

penelitian, jurnal hukum, dan segala bentuk tertulis yang memiliki

keterkaitan dengan permasalahan yang diteliti mengenai

perlindungan hak cipta.

c. Bahan hukum tersier merupakan penjelasan atau pelengkap

terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,

berupa buku teks non-hukum yang terkait dengan penelitian,

data sensus, KBBI, kamus hukum, serta wawancara dengan

12
Ani Purwati, 2020, Metode Penelitian Hukum Teori Dan Praktek, CV. Jakad Media
Publishing, Surabaya, hlm.88.

11
Bapak Kadri Mohamad salah satu penasehat hukum pada

FESMI (Federasi Serikat Musisi Indonesia), yang juga lawyer

sekaligus musisi, Miftah Faridh Oktofani selaku Co-Founder dari

Indonesia Digital Entertainment, dan tiga orang pencipta lagu

daerah Sulawesi Selatan.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pengumpulan bahan hukum yang dilakukan adalah studi

kepustakaan dengan cara mencari dan mempelajari peraturan

perundang-undangan, asas-asas, dan pandangan hukum yang

diperoleh melalui buku, literatur, maupun catatan yang berkaitan

dengan permasalahan yang dikaji.

5. Analisis Bahan Hukum

Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang berupa kumpulan dari

berbagai sumber bahan hukum dianalisis secara kualitatif untuk

memberikan argumentasi atas hasil penelitian yang bertujuan untuk

menghasilkan preskripsi mengenai benar atau salah atau apa yang

seyogyanya menurut hukum terhadap isu hukum yang dikaji dalam

penelitian ini.
BAB II

PERLINDUNGAN HUKUM HAK CIPTA LAGU DAERAH

A. Perlindungan Hukum

1. Pengertian Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo adalah

memberikan pengayoman terhadap Hak Asasi Manusia (HAM) yang

dirugikan oleh orang lain dan perlindungan itu diberikan kepada

masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh

hukum. Hukum dibutuhkan bagi masyarakat yang lemah dan belum

kuat secara sosial, ekonomi dan politik untuk memperoleh keadilan

sosial.13 Sedangkan pendapat Phillipus M. Hadjon, mengenai

perlindungan hukum adalah perlindungan bagi rakyat sebagai tindakan

pemerintah yang bersifat preventif dan represif. Perlindungan hukum

yang bersifat preventif adalah bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa yang mengarahkan tindakan pemerintah bersikap hati-hati

dalam pengambilan keputusan berdasarkan diskresi dan perlindungan

hukum yang bersifat represif adalah bertujuan untuk menyelesaikan

terjadinya sengketa.14

Adapun perlindungan hukum atas hak cipta diberikan kepada ide

atau gagasan yang memiliki karakteristik, bersifat pribadi dan

menunjukkan keaslian sebagai suatu ciptaan yang lahir dari

13
Satjipto Raharjo, 2000, Ilmu Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 55.
14
Phillipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia, PT. Bina
Ilmu, Surabaya, hlm. 29.

13
kemampuan, kreativitas serta keahlian sehingga dapat dinikmati. 15

Berbagai kepustakaan hak cipta dan ketentuan hukum hak cipta dapat

diketahui bahwa konsep dasar perlindungan hak cipta, sebagai

berikut:16

a. Hak cipta melindungi ide yang telah berwujud dan asli.

Adanya bentuk nyata dan berwujud dan sesuatu yang berwujud itu

adalah asli atau bukan hasil plagiat merupakan syarat yang harus

dipenuhi agar dapat menikmati perlindungan hukum hak cipta.

b. Hak cipta timbul dengan sendirinya (otomatis).

Hak cipta ada ketika pencipta mewujudkan idenya dalam bentuk

nyata yang dapat berupa lagu yang terdiri dari elemen melodi dan

syair atau lirik dan telah direkam atau ditulis dan ketika melakukan

pengumuman lagu (diperdengarkan kepada umum)

mencantumkan nama atau identitas pencipta pada ciptaannya yang

dilakukan pendaftaran pada lembaga yang berwenang. Namun,

pendaftaran suatu karya cipta tidak sepenuhnya wajib untuk

dilakukan. Pendaftaran dilakukan untuk memudahkan proses

pembuktian ketika terjadi sengketa mengenai kepemilikan hak

cipta.

15
Oksidelfa Yanto, (Konsep Perlindungan Hak Cipta Karya Musik Dalam Ranah
Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dari Tindak Pidana Pembajakan), 1 Juni 2015, Jurnal Cita
Hukum: Vol. 3 No. 1. ISSN: 2356-1440. https://media.neliti.com/media/publications/95470-ID-
konsep-perlindungan-hak-cipta-karya-musi.pdf. Diakses pada tanggal 19 Agustus 2020 Pukul
20.23 WITA.
16
Otto Hasibuan, Op. cit, hlm. 65.
c. Suatu karya cipta tidak selalu perlu diumumkan untuk memperoleh

hak cipta. Adanya wujud dari suatu ide mengakibatkan suatu

ciptaan telah lahir. Lahirnya suatu ciptaan dapat diumumkan (to

make public) dan tidak dapat diumumkan. Ciptaan yang

diumumkan maupun tidak diumumkan keduanya tetap memperoleh

hak cipta.

d. Hak cipta suatu ciptaan merupakan suatu hak yang diakui hukum

(legal right) yang harus dipisahkan dan harus dibedakan dari

penguasaan fisik suatu ciptaan. Seseorang yang telah membeli

kaset atau CD lagu, berarti orang tersebut adalah pemilik kaset atau

CD yang berisikan lagu-lagu itu, tetapi bukan pemilik hak cipta dari

lagu-lagu atau musik yang ada dalam kaset atau CD tersebut.

e. Hak cipta bukan hak mutlak (absolute).

Hak cipta adalah hak yang lebih ditujukan untuk mencegah orang

lain melakukannya. Pencipta menciptakan suatu ciptaan yang

sama dengan ciptaan yang terdahulu dan dia tidak dianggap

melanggar hak cipta ketika ciptaan yang muncul terakhir bukan

salinan dari ciptaan sebelumnya.

Secara umum kesadaran juga tidak bisa terlepas dari budaya

hukum masyarakat di suatu negara atau budaya hukum masyarakat di

suatu negara sangat menentukan tercapainya sistem KI (Kekayaan

Intelektual). Sistem KI yang merupakan hak individu (private rights).

Artinya dilindungi atau tidaknya suatu karya intelektual seseorang

15
sangat tergantung dari kesadaran dari orang tersebut sebagai pencipta

untuk mendaftarkannya sebagai upaya melindungi KI nya. 17

2. Teori Perlindungan Hukum

Teori perlindungan hukum berawal dari konsep pengakuan dan

perlindungan terhadap HAM yang berkembang pada abad ke 19 dan

sampai saat ini. Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah

upaya untuk mengorganisasikan berbagai kepentingan dalam

masyarakat supaya tidak terjadi tubrukan antara kepentingan dan dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum.18 Teori ini

terinsipirasi oleh pendapat Fitzgerald tentang tujuan hukum, yaitu untuk

mengintegrasikan dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan

dalam masyarakat dengan cara mengatur perlindungan dan

pembatasan terhadap berbagai kepentingan tersebut. Fitzgerald

menjelaskan bahwa tujuan hukum untuk mengkoordinasi dan

mengintegrasi beragam kepentingan yang ada pada masyarakat

dengan cara membatasi berbagai kepentingan tersebut karena dalam

suatu lalulintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan

tersebut hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi kepentingan

di lain pihak. Perlindungan hukum merupakan bentuk implementasi

atas prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap harkat dan martabat

17
Taufik H. Simatupang, (Sistem Hukum Perlindungan Kekayaan Intelektual Dalam
Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat), 30 Mei 2017, Jurnal Penelitian Hukum
De Jure: Vol 17, No 2, 2017. e-ISSN 2579-8561.
https://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/dejure/article/view/154/pdf. Diakses pada
tanggal 3 Mei 2021 Pukul 12:59 WITA.
18
Satjipto Raharjo, Op. cit, hlm. 53
manusia yang bersumber pada Pancasila dan prinsip negara hukum

yang berdasarkan Pancasila.

3. Bentuk Perlindungan Hukum

Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi

subjek-subjek hukum melalui peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi.

Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu sebagai

berikut:19

a. Perlindungan Hukum Preventif

Perlindungan yang oleh pemerintah diberikan untuk

mencegah pelanggaran sebelum terjadi. Hal ini terdapat

pada peraturan perundang-undangan yang dimaksudkan

untuk mencegah terjadinya pelanggaran serta memberikan

tanda atau batasan dalam pelaksanaan suatu kewajiban.

b. Perlindungan Hukum Represif

Perlindungan hukum represif adalah perlindungan terakhir

berupa sanksi seperti denda, pidana penjara, dan hukuman

tambahan yang dikenakan apabila telah terjadi perselisihan

atau pelanggaran.

19
Tedi Sudrajat dan Endra Wijaya, 2020, Perlindungan Hukum Terhadap Tindakan
Pemerintahan, Sinar Grafika, Jakarta Timur, hlm. 103.

17
B. Hak Cipta

1. Pengertian Hak Cipta

Hak cipta terdiri dari dua kata, yaitu hak dan cipta. Kata hak

sering dikaitkan dengan kewajiban, yang berarti kewenangan yang

diberikan kepada pihak tertentu yang sifatnya bebas digunakan atau

tidak. Sedangkan kata cipta tertuju pada hasil karya manusia. 20

Awal permulaan istilah hak cipta diusulkan oleh Prof. St. Moh

Syah sebagai pengganti istilah hak pengarang yang dianggap kurang

luas cakupannya karena istilah hak pengarang memberikan kesan

penyempitan makna. Seolah-olah apa yang dicakup oleh hak

pengarang hanyalah hak dari penulis yang ada hubungannya dengan

karang mengarang, maka kemudian diganti dengan menggunakan

istilah hak cipta yang dianggap cakupan perlindungannya lebih luas.21

Menurut Muhammad Djumhana, hak cipta ialah hak alam yang

menurut prinsip ini bersifat absolut dan dilindungi haknya selama

pencipta hidup dan beberapa tahun setelahnya. Hak tersebut pada

dasarnya dapat dipertahankan terhadap siapapun dan yang

mempunyai hak itu dapat menuntut tiap-tiap pelanggaran yang

dilakukan oleh siapapun.22

20
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op. cit, hlm. 41.
21
Arif Lutviansori, 2010, Hak Cipta dan Perlindungan Folklor Di Indonesia, Graha Ilmu,
Yogyakarta, hlm. 67. Lihat juga OK Saidin, 2006, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual
(Intelectual Property Right), Pt. Grafindo Persada, Jakarta, hlm. 58.
22
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. cit, hlm. 70.
Pada Pasal 1 Auteurswet 1912 mengatur bahwa hak cipta

adalah hak tunggal dari pencipta atau hak yang mendapat hak tersebut,

atas hasil ciptaannya dalam lapangan kesusastraan, pengetahuan dan

kesenian untuk mengumumkan dan memperbanyak dan mengingat

pembatasan-pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang.

Universal Copyright Convention dalam Pasal V menyatakan bahwa hak

cipta meliputi hak tunggal si pencipta untuk membuat, menerbitkan dan

memberi kuasa untuk membuat terjemahan dari karya yang dilindungi

perjanjian ini.23

Dalam WIPO, hak cipta adalah “copyright is a legal from

deserbing right given to creator for their literary and artistic work” (hak

cipta ialah terminologi hukum yang menggambarkan hak-hak yang

diberikan kepada pencipta untuk karya-karya mereka dalam bidang

seni dan sastra). Di Indonesia hak cipta diatur dalam Undang-Undang

Hak Cipta. Pengertian hak cipta diatur pada Pasal 1 angka 1 UU Hak

Cipta, bahwa:

“Hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara


otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan
diwujudkan dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan”

Hak eksklusif yang dimaksud, yaitu tidak ada pihak lain yang

dapat memanfaatkan hak tersebut kecuali dengan izin dari penciptanya

atau dibenarkan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

23
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op.cit, hlm.44.

19
yang berlaku.24 Sesuai dengan rumusan dalam UU Hak Cipta di atas,

maka hak cipta adalah hak ekslusif, yaitu suatu hak semata-mata

diperuntukkan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang

dapat memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta atau pemegang

hak ciptanya. Hak eksklusif terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

2. Ruang Lingkup Hak Cipta

Pada dasarnya sistem hak cipta adalah untuk melindungi wujud

hasil karya manusia yang lahir dari kemampuan intelektualnya.

Perlindungan hukum ini berlaku pada ciptaan yang telah berwujud

secara khas sehingga dapat dinikmati seperti dilihat, didengar atau

dibaca. Hak cipta mempunyai syarat substantif yang terdiri dari tiga

elemen, yaitu originalitas, kreativitas, dan fiksasi.25

Ciptaan dikatakan memiliki unsur originalitas dan merupakan

suatu bentuk kreativitas jika merupakan hasil kreasi sendiri walaupun

bisa saja terinsipirasi dari karya orang lain. Elemen fiksasi adalah suatu

karya berhak untuk mendapatkan hak cipta ketika telah tertuang dalam

bentuk yang nyata bukan masih dalam bentuk ide. Dalam Pasal 1 UU

Hak Cipta disebutkan, bahwa dalam undang-undang ini ciptaan yang

dilindungi adalah ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan

sastra. Hampir semua hasil karya yang merupakan ciptaan mendapat

24
Budi Riswandi et al, 2017, Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta di Era Digital,
PT. Citra Aditya Bakti, Yogyakarta, hlm. 5.
25
Muhammad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op. cit, hlm.59.
perlindungan dari undang-undang. Namun, ada juga ciptaan yang tidak

mendapat perlindungan hak cipta.

3. Subjek dan Objek Hak Cipta

a. Subjek Hak Cipta

OK. Saidin berpendapat bahwa yang menjadi subjek dari

hak.cipta adalah pencipta atau orang atau badan hukum yang

secara sah memperoleh hak tersebut melalui pewarisan, hibah,

wasiat atau pihak lain dengan perjanjian.26 Sedangkan UU Hak

Cipta mengatur bahwa yang menjadi subjek hak cipta ialah

pencipta dan pemegang hak cipta yang diatur pada Pasal 1 angka

2 dan Pasal 1 angka 4, yaitu:

Pencipta adalah seorang atau beberapa orang yang secara


sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan suatu ciptaan
yang bersifat khas dan pribadi.

Pemegang hak cipta adalah pencipta sebagai pemilik hak


cipta, pihak yang menerima hak tersebut secara sah dari pencipta,
atau pihak lain yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang
menerima hak tersebut secara sah.

Selain itu, pada Pasal 31 UU Hak Cipta yang dianggap sebagai

pencipta ialah orang yang namanya:

a. Disebut dalam ciptaan;


b. Dinyatakan sebagai pencipta pada suatu ciptaan;
c. Disebutkan dalam surat pencatatan ciptaan; dan/atau
d. Tercantum dalam daftar umum ciptaan sebagai pencipta.

26
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op. cit, hlm. 53. Lihat juga OK Saidin, 2006,
Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Right), Pt. Grafindo Persada,
Jakarta, hlm. 58.

21
Dalam konteks hukum bagi ciptaan yang penciptanya tidak

diketahui dan belum dilakukan pengumuman, hak cipta atas ciptaan

tersebut dipegang oleh negara untuk kepentingan pencipta. Namun,

apabila telah dilakukan pengumuman tetapi tidak diketahui siapa

penciptanya atau hanya menggunakan nama samaran, maka yang

menjadi pemegang hak cipta dari ciptaan tersebut ialah pihak yang

melakukan pengumuman untuk kepentingan pencipta. Selain itu, untuk

ciptaan yang telah diterbitkan, namun tidak diketahui pencipta dan

pihak yang melakukan pengumuman, maka negara memegang hak

cipta atas ciptaan tersebut untuk kepentingan pencipta.

b. Objek Hak Cipta

Hak cipta pada prinsipnya melindungi karya cipta yang

dihasilkan oleh individu atau badan hukum. Karya cipta yang

mendapatkan perlindungan hak cipta yang kemudian menjadi objek dari

hak cipta.27 Pada dasarnya yang dapat dijadikan objek hukum adalah

benda yang dinyatakan dalam Pasal 499 KUHPerdata bahwa

kebendaan ialah tiap-tiap barang dan tiap-tiap hak yang dikuasai oleh

hak milik. Dalam kaitannya dengan hak cipta yang menjadi objek hak

cipta adalah ciptaan. Ciptaan adalah hasil karya pencipta yang

diekspresikan dalam bentuk nyata dan merupakan hasil pikiran sendiri

dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra.

27
Sujana Donandi S, 2019, Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia, CV Budi
Utama, Yogyakarta, hlm. 26
Menurut Miller dan Davis, pemberian hak cipta didasarkan pada

kriterium keaslian atau kemurnian ciptaan. Hal yang menjadi catatan

untuk harus diperhatikan adalah ciptaan tersebut benar-benar berasal

dari pencipta yang bersangkutan. Hak cipta merupakan hasil karya

intelektual pencipta bukan hasil dari menyalin atau meniru karya orang

lain. Hak cipta sudah cukup jika bisa menunjukkan apabila ciptaan

tersebut dibuat sendiri oleh pencipta, walaupun tidak baru. 28

Sebagaimana yang diatur di dalam UU Hak Cipta bahwa yang

menjadi objek perlindungan dari hak cipta diatur pada Pasal 2, yaitu:

a. Semua ciptaan dan produk hak terkait warga negara,


penduduk dan badan hukum Indonesia;
b. Semua ciptaan dan produk hak terkait bukan warga negara
Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan bukan badan
hukum Indonesia yang untuk pertama kali dilakukan
Pengumuman di Indonesia;
c. Semua ciptaan dan/atau produk hak terkait dan pengguna
ciptaan dan/atau produk hak terkait bukan warga negara
Indonesia, bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan:
1. Negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara
Republik Indonesia mengenai pelindungan hak cipta dan
hak terkait; atau
2. Negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan
pihak atau peserta dalam perjanjian multilaretal yang sama
mengenai pelindungan hak cipta dan hak terkait.

Ciptaan yang dilindungi meliputi ciptaan yang ada dalam bidang

ilmu pengetahuan, seni, dan sastra diatur pada Pasal 40 UU Hak Cipta

yang meliputi karya:

a. “Buku, pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan


semua hasil karya tulis lainnya;”
b. “Ceramah, kuliah, pidato, dan ciptaan sejenis lainnya;”

28
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op. cit, hlm. 59.

23
c. “Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan
ilmu pengetahuan;”
d. “Lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks;”
e. “Drama, drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan
pantomim;”
f. “Karya seni rupa dalam segala bentuk seperti lukisan,
gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung, atau kolase;”
g. “Karya seni terapan;”
h. “Karya arsitektur;”
i. “Peta”
j. “Karya seni batik atau seni motif lain;”
k. “Karya fotografi;”
l. “Potret;”
m. “Karya sinematografi;”
n. “Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, basis data,
adaptasi, aransemen, modifikasi dan karya lain dari hasil
transformasi;”
o. “Terjemahan, adaptasi, aransemen, transformasi, atau
modifikasi ekspresi budaya tradisional;”
p. “Kompilasi ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat
dibaca dengan program komputer maupun media lainnya;”
q. “Kompilasi ekspresi budaya tradisional selama kompilasi
tersebut merupakan karya yang asli;;”
r. “Permainan video; dan”
s. “Program komputer.”

Ciptaan yang tidak dilindungi hak cipta diatur pada Pasal 41 UU

Hak Cipta, meliputi:

a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;


b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan
atau data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan,
digambarkan, dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah
ciptaan; dan
c. Alat, benda,atau produk yang diciptakan hanya untuk
menyelesaikan masalah teknis atau yang bentuknya hanya
ditujukan untuk kebutuhan fungsional.

Sedangkan, ciptaan yang tidak mengandung hak cipta berupa:

a. “Hasil rapat terbuka lembaga negara;”


b. “Peraturan perundang-undangan;”
c. “Pidato kenegaraan atau pidato pejabat pemerintah;”
d. “Putusan pengadilan atau penetapan hakim;”
e. “Kitab suci atau simbol keagamaan.”
4. Sifat Hak Cipta

Berkenaan dengan sifat hak cipta, Otto Hasibuan berpendapat

bahwa terdapat keunikan dari hak cipta. Hak cipta itu ada, tetapi tidak

nyata. Hak cipta mempunyai bentuk, tetapi sebenarnya tidak berwujud.

Buku, karya lagu, lukisan dan sebagainya memiliki bentuk yang dapat

dilihat, dibaca atau didengar. Semua itu adalah karya cipta, tetapi bukan

hak cipta. Hak cipta adalah suatu hak yang timbul setelah adanya karya

yang memiliki bentuk dengan kata lain telah nyata atau berwujud.29

Lebih lanjut, Otto Hasibuan mengemukakan bahwa dari segala

keunikan dan kekhasannya, diketahui beberapa ciri atau sifat dasar

yang melekat pada hak cipta, yaitu: 30

1. Hak Cipta sebagai Hak Milik (property right);


2. Hak cipta adalah hak yang terbatas waktunya (limited
duration);
3. Hak cipta adalah sebuah hak yang bersifat eksklusif
(exclusive right); dan
4. Hak cipta adalah sebuah kumpulan hak didalam sebuah karya
(a multiple right, a bundle of rights in one work).

Sedangkan secara khusus Abdulkadir Muhammad

mengemukakan bahwa sifat hukum hak cipta, sebagai berikut:31

1. Benda bergerak immateril;


2. Hak cipta dapat dibagi;dan
3. Tidak dapat disita.

29
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op.cit, hlm. 71.
30
Ibid, hlm. 72.
31
Ibid, hlm. 69.

25
Hukum Indonesia secara jelas mengatur mengenai sifat hak

cipta yang dapat dilihat pada Pasal 16 ayat (1) UU Hak Cipta yang

menentukan bahwa hak cipta merupakan benda bergerak yang tidak

berwujud. Hak cipta dapat beralih dan dialihkan baik seluruhnya

maupun sebagian karena pewarisan, hibah, wakaf, wasiat, perjanjian

tertulis atau sebab lain yang dibenarkan sesuai dengan peraturan

perundang-undangan.

5. Perlindungan Hak Moral, Hak Ekonomi, dan Hak Terkait

a. Hak Moral

Hak cipta sebagai hak eksklusif mengandung dua esensi hak,

yang terdiri atas hak moral (moral rights) dan hak ekonomi

(economic rights). Hak moral lebih diarahkan kepada hak yang

melindungi kepentingan pribadi dari si pencipta. Konvensi Bern

mengatur seperangkat hak yang dikenal dengan hak-hak moral

yang diatur pada Pasal 6 bis, yaitu:32

“Hak pencipta untuk dinyatakan sebagai pencipta (right to be


identified as the author/maternity right) dan hak pencipta untuk
keberatan atas modifikasi-modifikasi tertentu dan tindakan-
tindakan lain yang merendahkan ciptaan (integrity right).”

Hak moral adalah hak pencipta yang terdiri dari dua jenis hak

meliputi:33

1. Hak Maternitas

32
R. Diah Imaningrum Susanti, 2017, Hak Cipta Kajian Filosofis dan Historis, Setara
Press, Malang, hlm. 40.
33
Ibid, hlm 41.
Hak maternitas atau maternity right adalah hak pencipta untuk

diidentifikasi sebagai pencipta (right to be identified as the

author). Suatu identitas tidak dapat dialihkan termasuk

pewarisan karena bersifat melekat pada person pencipta. Hak

moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta yang

bersifat abadi, walaupun pencipta telah meninggal dunia

setidaknya sampai berakhirnya hak-hak ekonomi.

2. Hak Integritas

Hak integritas adalah hak pencipta atas keutuhan karya yang

berperan untuk melindungi reputasi pencipta. Hak atas

integritas dianggap sebagai hak moral yang berkepentingan

praktis amat besar, dan hak ini biasanya dibatasi untuk

tindakan-tindakan yang merendahkan dari pencipta. Dalam

Pasal 6 bis Konvensi Bern bahwa hak atas integritas hanya

mengizinkan pencipta untuk protes terhadap perubahan karya

yang bisa berdampak pada “kehormatan atau reputasi”.

Oleh karena itu, Pasal 7 UU Hak Cipta melindungi hak moral

pencipta yang dapat memiliki:

1. informasi manajemen hak cipta; meliputi informasi tentang


metode atau sistem yang dapat mengidentifikasi originalitas
substansi ciptaan dan penciptanya serta kode informasi dan
kode akses.
2. informasi elektronik hak cipta; meliputi informasi tentang suatu
ciptaan yang muncul dan melekat secara elektronik dalam
hubungan dengan kegiatan pengumuman ciptaan, nama
pencipta aliasnya atau nama samaran, pencipta sebagai
pemegang hak cipta, masa dan kondisi pengunaan ciptaan,
nomor dan kode informasi.

27
Pelaksanaan hak moral bergantung pada inisiatif pencipta

karya, orang yang mungkin memiliki motivasi terkuat untuk

mengintervensi kepentingan sendiri. Maka dari itu, hak moral

diejawantahkan untuk mendukung kelangsungan hidup pencipta

dengan hak ekonomi dalam hak cipta. 34

Mengenai masa berlaku hak moral pencipta berlaku tanpa

batas dalam hal tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan

namanya pada salinan yang sehubungan dengan pemakaian

ciptaannya untuk umum, menggunakan nama alias atau samaran,

dan mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan,

mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal lain yang bersifat

merugikan kehormatan diri atau reputasi pencipta. Sedangkan, hak

moral untuk mengubah ciptaan sesuai dengan kepatutan dalam

masyarakat, mengubah judul dan anak judul ciptaan, masa berlaku

hak moral selama berlangsungnya jangka waktu hak cipta atas

ciptaan yang bersangkutan.

b. Hak Ekonomi

Hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta atau pemegang

hak cipta untuk memperoleh manfaat ekonomi. Menurut Mira. T.

Sunjana, hak ekonomi adalah bagian dari generasi kedua dari hak

“kesejahteraan”, yang posisinya adalah sama mendasarnya

34
Ibid, hlm. 53.
dengan hak politik.35 Pada Pasal 9 UU Hak Cipta diatur mengenai

hak ekonomi dari pencipta atau pemegang hak cipta, yaitu:

1. Penerbitan ciptaan;
2. Penggandaan ciptaan dalam segala bentuknya;
3. Penerjemahan ciptaan;
4. Pengadaptasian, pengaransemenan, atau
pentransformasian ciptaan;
5. Pendistribusian ciptaan atau salinannya;
6. Pertunjukan ciptaan;
7. Pengumuman ciptaan;
8. Komunikasi ciptaan; dan
9. Penyewaan ciptaan.

Di antara sembilan hak ekonomi yang dimiliki oleh pencipta

atau pemegang hak cipta, hak yang paling banyak dilanggar oleh

masyarakat adalah hak untuk melakukan pengumuman ciptaan

utamanya terkait hak cipta lagu/musik. Pada Pasal 1 angka 11 UU

Hak Cipta memberikan definisi mengenai pengumuman atau

dikenal dengan hak untuk mengumumkan (performing right) adalah

pembacaan, penyiaran, pameran, suatu ciptaan dengan

menggunakan alat apapun baik elektronik atau non elektronik atau

melakukan dengan cara apapun sehingga suatu ciptaan dapat

dibaca, didengar, atau dilihat orang lain. Hak untuk melakukan

pengumuman hanya dapat dilakukan oleh pencipta lagu/pemegang

hak cipta sebagai pemilik dari suatu lagu/musik.

Hak ekonomi suatu ciptaan tetap berada ditangan pencipta

atau pemegang hak cipta selama seluruh hak ekonomi tersebut

35
Ibid, hlm. 53.

29
tidak dialihkan kepada penerima pengalihan hak atas ciptaan.

Sedangkan mengenai masa berlaku hak ekonomi atas ciptaan

buku, pamflet, dan semua hasil karya tulis lainnya, ceramah, kuliah,

pidato, dan ciptaan sejenis lainnya, alat peraga yang dibuat untuk

kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan, lagu atau musik

dengan atau tanpa teks, drama, drama musikal, tari, koreografi,

pewayangan, dan pantomim, karya seni rupa dalam segala bentuk

seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung atau

kolase, karya arsitektur, peta dan karya seni batik atau seni motif

lain berlaku selama pencipta hidup dan terus berlangsung selama

70 (tujuh puluh) tahun setelah pencipta meninggal dunia, terhitung

mulai tanggal 1 Januari tahun berikutnya.

Ciptaan yang dipegang atau dimiliki oleh badan hukum

berlaku selama 50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan

pengumuman. Untuk jenis ciptaan ekspresi budaya tradisional yang

dipegang oleh negara masa berlakunya tanpa batas waktu. Untuk

ciptaan yang penciptanya tidak diketahui, dipegang oleh negara

dan ciptaan yang dilaksanakan oleh pihak yang melakukan

pengumuman, maka masa berlakunya selama 50 tahun sejak

ciptaan tersebut pertama kali dilakukan pengumuman.

c. Hak Terkait

Selain memunculkan hak moral dan hak ekonomi, dalam hak

cipta juga dikenal hak terkait. Hak terkait ditujukan bukan kepada
penciptanya, melainkan kepada pihak-pihak yang turut serta dalam

publikasi suatu ciptaan.

Ciptaan yang dilindungi hak terkait sangat banyak

berhubungan dengan perangkat teknologi, misalnya fasilitas

rekaman, fasilitas pertunjukan, dan sebagainya. Perlindungan hak

terkait atau neighbouring right ini secara khusus tertuju hanya

kepada orang-orang yang berkecimpung dalam bidang

pertunjukan, perekaman dan badan penyiaran. Ketiga pihak yang

dilindungi tersebut mempunyai hak tertentu.36 Elemen-elemen hak

terkait meliputi:37

a. Hak moral pelaku pertunjukan ialah hak yang melekat dan tidak

dapat dihilangkan pada pelaku pertunjukan untuk alasan apapun

meskipun telah dialihkan hak ekonominya, meliputi hak untuk

tetap mencantumkan namanya sebagai pelaku pertunjukan serta

tidak dilakukannya distorsi ciptaan, mutilasi ciptaan, modifikasi

ciptaan atau hal-hal yang bersifat merugikan reputasinya.

b. Hak ekonomi pemain pertunjukan mencakup hak untuk

melaksanakan sendiri, memberikan izin atau melarang pihak lain

untuk melakukan penyiaran atas pertunjukan, fiksasi dari

pertunjukannya yang belum difiksasi, penggandaan atas fiksasi

pertunjukannya dengan cara atau bentuk apapun,

36
Muhamad Djumhana dan Djubaedillah, Op. cit, hlm. 95.
37
Tim Visi Yustisia, Op. cit, hlm. 6.

31
pendistribusian atas fiksasi pertunjukan atau salinannya kepada

publik, dan penyediaan atas fiksasi pertunjukan yang diakses

publik.

c. Hak ekonomi produser fonogram meliputi hak melaksanakan

sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk

melakukan penggandaan atas fonogram dengan cara atau

bentuk apapun, pendistribusian atas fonogram asli atau

salinannya, penyewaan kepada publik atas salinan fonogram,

dan penyediaan atas fonogram yang dapat diakses ke publik.

d. Hak ekonomi lembaga penyiaran meliputi hak melaksanakan

sendiri, memberikan izin, atau melarang pihak lain untuk

melakukan penyiaran ulang siaran, komunikasi siaran, fiksasi

siaran dan/atau penggandaan fiksasi siaran.

Hukum Indonesia mengatur secara jelas mengenai

perlindungan hak ekonomi berlaku selama 50 tahun bagi pelaku

pertunjukan sejak pertunjukan difiksasi dalam bentuk fonogram

atau audiovisual. Pada produser fonogram perlindungan hak

ekonomi berlaku selama 50 tahun sejak fonogramnya difiksasi.

Sedangkan, pada lembaga penyiaran perlindungan berlaku selama

20 tahun sejak karya siarannya pertama kali disiarkan.

6. Lisensi

Pada Pasal 1 angka 20 UU Hak Cipta bahwa lisensi merupakan

izin tertulis yang diberikan oleh pemegang hak cipta atau pemilik hak
terkait kepada pihak lain untuk melaksanakan hak ekonomi atas

ciptaannya atau produk hak terkait dengan syarat tertentu.38 Pemegang

hak cipta atau pemilik hak terkait dapat melaksanakan sendiri atau

memberikan lisensi kepada pihak ketiga untuk melaksanakan hak

eksklusif yang berlaku selama jangka waktu tertentu dan tidak melebihi

masa berlaku hak cipta dan hak terkait.

Perjanjian lisensi hak cipta harus dibuat secara tertulis yang

bertujuan untuk memudahkan pembuktian bahwa adanya perjanjian

lisensi hak cipta.39 Bentuk lisensi berupa suatu perjanjian sehingga

harus memenuhi syarat sah perjanjian yang telah ditetapkan pada

Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu:

1. Kesepakatan;
2. Kecakapan;
3. Hal tertentu;
4. Sebab yang halal.

Selain itu, perjanjian lisensi tidak boleh bertentangan dengan

aturan hukum yang berlaku baik hukum internasional, hukum nasional

ataupun hukum adat. Pelaksanaan perjanjian lisensi disertai dengan

kewajiban bagi pihak penerima lisensi untuk memberikan royalti kepada

pemegang hak cipta atau pemilik hak terkait selama jangka waktu

lisensi dengan penentuan besaran dan tata cara pemberian royalti

dilakukan berdasarkan perjanjian lisensi dengan memperhatikan

38
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,
Pasal 1 Angka 20.
39
Gatot Supramono, 2018, Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya, PT. Rineka Cipta,
Jakarta, hlm. 50.

33
kelaziman praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan. Royalti

menurut UU Hak Cipta adalah imbalan atas pemanfaatan hak ekonomi

suatu ciptaan atau produk hak terkait yang diterima oleh pencipta atau

pemilik hak terkait. Adapun hal-hal yang dilarang dalam perjanjian

lisensi, yaitu:

a. Memuat ketentuan yang mengakibatkan kerugian

perekonomian Indonesia.

b. Isi perjanjian bertentangan dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

c. Menjadi sarana untuk menghilangkan atau mengambil alih

seluruh hak pencipta atas ciptaannya.

Pada Pasal 84 UU Hak Cipta diatur mengenai lisensi wajib yang

merupakan izin untuk melakukan penerjemahan atau penggandaan

ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra yang diberikan

berdasarkan keputusan menteri atas dasar permohonan untuk

kepentingan pendidikan atau ilmu pengetahuan dan juga kegiatan

penelitian dan pengembangan. Pengajuan permohonan lisensi wajib

dapat diajukan terhadap ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan dan

sastra untuk suatu kepentingan. Pelaksanaan lisensi wajib

dilaksanakan setelah 3 (tiga) tahun sejak ciptaan tersebut telah

dilakukan pengumuman dan belum pernah dilakukan penerjemahan ke

dalam Bahasa Indonesia.


C. Lagu Sebagai Ciptaan yang Dilindungi

1. Pengertian Lagu

Dalam UU Hak Cipta tidak ditemukan definisi dari hak cipta lagu

dan/atau musik. Pada Pasal 40 ayat (1) huruf d UU Hak Cipta

dicantumkan bahwa lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks

merupakan salah satu karya yang dilindungi. Terhadap lagu dan/atau

musik berlaku semua aturan umum yang juga berlaku untuk karya

lainnya kecuali diatur secara khusus tidak berlaku.

Secara etimologi, lagu atau musik pada dasarnya memiliki arti

yang berbeda. Lagu adalah kesatuan musik yang terdiri dari susunan

beberapa nada yang berurutan. Tiap lagu ditentukan oleh panjang-

pendek dan tinggi rendahnya nada-nada tersebut. Selain itu,

irama juga memberi corak tertentu pada sebuah lagu. 40

Bintang Sanusi mengemukakan bahwa istilah populer, musik

diartikan sebagai cetusan ekspresi isi hati yang dikeluarkan secara

teratur dalam bentuk bahasa bunyi (lagu). Apabila cetusan ekspresi isi

hati dikeluarkan melalui mulut disebut vokal, dan apabila dikeluarkan

melalui alat musik disebut instrumental.41 Dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia, lagu adalah:

1) Ragam suara yang berirama (dalam bercakap, bernyanyi,

membaca dan sebagainya);

40
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga, Op. cit, hlm. 86.
41
Ibid, hlm. 87

35
2) Nyanyian;

3) Ragam nyanyi (musik, gamelan dan sebagainya);

4) Tingkah laku, cara, lagak;

Sedangkan, musik adalah:

1) Ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan

kombinasi dan hubungan temporal untuk menghasilkan

komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan;

2) Nada atau suara yang disusun demikian rupa sehingga

mengandung irama, lagu dan keharmonisan (terutama yang

menggunakan alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi

itu).

Walaupun pengertian lagu dan musik berbeda, tetapi kepustakaan

hak cipta tidak membedakannya. Di dalam kepustakaan hukum

internasional, istilah yang lazim digunakan untuk menyebutkan lagu

atau musik adalah musical work. Konvensi Bern menyebutkan salah

satu work yang dilindungi adalah komposisi musik (music compositions)

dengan atau tanpa kata-kata (with or without words). Tidak dijelaskan

secara tegas dalam Konvensi Bern tentang apa yang dimaksud dengan

musical work tersebut. Namun, dari ketentuan yang ada dapat

disimpulkan bahwa terdapat dua jenis kreasi musik yang dilindungi oleh

hak cipta, yaitu musik dengan kata-kata dan musik tanpa kata-kata.

Musik dengan kata-kata ialah lagu yang unsurnya terdiri dari melodi,
lirik, arransemen, dan notasi, sedangkan musik tanpa kata-kata adalah

musik yang hanya terdiri dari unsur melodi, arransemen, dan notasi.42

2. Lagu Daerah

Lagu daerah merupakan salah satu bentuk gambaran kebudayaan

suatu daerah yang biasanya tidak dapat dinikmati secara maksimal dan

luas oleh masyarakat di luar kebudayaan yang melahirkan lagu tersebut

sehingga bersifat eksklusif. Lagu daerah berkembang di dalam

kehidupan masyarakat, identik dengan syair yang menggunakan

bahasa daerah dari pencipta lagu. Perkembangan teknologi saat ini,

tidak jarang orang yang berada jauh dari daerah asalnya

mendengarkan lagu-lagu daerah melalui YouTube sebagai salah satu

cara untuk melepas kerinduan dengan kampung halaman. Adapun

fungsi dari lagu daerah yang diciptakan sebagai berikut: 43

a. Sarana hiburan.
b. Sarana ekspresi diri.
c. Sarana komunikasi.
d. Pengiring tarian.
e. Sarana ekonomi.

Lagu daerah yang diciptakan dengan lirik dari lagu tersebut terdiri

atas kata-kata yang menggunakan bahasa daerah atau bahasa

tradisional suatu daerah dengan pilihan kata yang bernuansa puitis

serta memperhatikan unsur bunyi dalam lagu. Berbagai kebudayaan

42
Ibid, hlm. 89.
43
Ketut Wisnawa, 2020, Seni Musik Tradisi Nusantara, Nilacakra, Bali, hlm.13.

37
yang terdapat di Indonesia menghasilkan lagu-lagu yang berbeda di

setiap daerah dengan ciri dan khasnya masing-masing.

Karl-Edmund menjelaskan mengenai perkembangan lagu atau

musik di Indonesia diawali dengan kedatangan orang Hindu ke Jawa

pada abad ke-4 yang telah menemukan berbagai macam alat musik.

Seni mendapatkan penghargaan yang tinggi di Jawa. Keberadaan seni

dapat dilihat dari banyaknya gambar alat musik yang tertera pada relief-

relief di zaman itu serta naskah-naskah kuno yang menyebutkan nama

alat musik.

3. Proses Penciptaan Lagu

Proses penciptaan lagu sampai ke konsumen, dapat diuraikan

sebagai berikut:44

a. Penciptaan lagu

Sebuah lagu diciptakan mulai dari elemen melodi yang dibuat oleh

musisi, kemudian olehnya atau dengan bantuan orang lain membuat

lirik yang sesuai. Terkadang seorang musikus menulis syair terlebih

dahulu kemudian membuat melodinya. Setelah itu, pencipta lagu

kemudian merekam lagu ciptaannya (dinyanyikan dengan iringan

musik, gitar, piano, atau keyboard) dalam pita kaset. Adanya

rekaman lagu pada kaset dengan atau tanpa iringan musik, maka

pada saat itu lahirlah sebuah ciptaan lagu dan secara otomatis

44
Otto Hasibuan, Op. cit, hlm. 155.
muncul hak cipta atas lagu yang mendapat perlindungan hukum hak

cipta.

b. Perekaman lagu

Pencipta lagu biasanya mendatangi produser rekaman suara dan

menawarkan lagunya untuk direkam. Terkadang, produser rekaman

suara yang meminta atau memesan lagu pada pencipta disertai

dengan pembayaran di muka. Jika produser rekaman tertarik dengan

lagu yang ditawarkan pencipta kepadanya, maka dia akan menerima

lagu tersebut untuk kemudian direkam dan menandatangani

perjanjian dengan penulis lagu sebagai pencipta lagu.

c. Perbanyakan dan distribusi lagu

Penggandaan rekaman lagu dalam bentuk kaset, CD, VCD, atau

DVD ada kalanya dilakukan sendiri oleh produser rekaman suara

dan bertindak sebagai distributor atau menyerahkan kepada pihak

lain sebagai distributor untuk melakukan perbanyakan rekaman lagu.

4. Pengaturan Hak Cipta Lagu

Hak cipta hanya memberi perlindungan atas ide yang telah

berwujud atau memiliki bentuk (psycal form) dan asli (original). Dalam

penjelasan UU Hak Cipta juga dijelaskan bahwa perlindungan hak cipta

tidak diberikan pada ide atau gagasan karena karya cipta harus

memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan menunjukkan keaslian

39
sebagai ciptaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreativitas dan

keahlian sehingga ciptaan itu dapat dilihat, dibaca dan didengar. 45

Hal terkait dengan hak cipta adalah bentuk nyata dari karya

intelektual, bukan terletak pada ide yang melatarbelakanginya. Orang-

orang bernyanyi dengan nada dan syair sembarangan atau memainkan

musik dengan nada-nada yang tidak jelas, kemudian tidak ada bentuk

nyata yang dapat didengar ataupun dilihat lagi, misalnya tidak ada

rekaman suara yang dapat didengar kembali ataupun lirik yang dapat

dibaca sehingga nyanyian dan musik semacam itu tidak termasuk

dalam perlindungan hak cipta. 46

D. Analisis Perlindungan Hukum Hak Cipta Lagu Daerah yang

Dinyanyikan, Direkam, dan Diunggah Ke Channel YouTube Untuk

Tujuan Komersial

Perkembangan ekonomi kreatif perlu dibentengi dengan

perlindungan hukum. Untuk melindungi subjek hukum dan menjadi

dorongan bagi para pencipta lagu ataupun seniman lainnya untuk

menghasilkan karya cipta. Pasal 1 angka 1 UU Hak Cipta mengatur bahwa

hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam

bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Sedangkan, hak cipta lagu adalah hak

45
Ibid, hlm. 147.
46
Ibid, hlm. 148.
eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis berdasarkan prinsip

deklaratif setelah suatu lagu dapat didengar. Ketentuan ini menjelaskan

fungsi dari hak cipta adalah untuk melindungi hak pencipta dari kegiatan

yang memanfaatkan ciptaannya khususnya untuk hak cipta lagu. Lagu

daerah yang dibahas dalam penelitian ini adalah lagu pop daerah yang

penciptanya diketahui serta tiap lirik lagu menggunakan bahasa daerah

asal dari pencipta sendiri sebagai ciri dari lagu tersebut.

Kegiatan menyanyikan, merekam, dan mengunggah ke channel

YouTube yang dilakukan oleh Alink Studio merupakan hak eksklusif

Jasmir SL sebagai pencipta lagu. Hak eksklusif pada hak cipta berupa hak

khusus bagi yang ingin melakukan pemanfaatan atas suatu karya cipta,

dimana harus mendapatkan izin terlebih dahulu dari pencipta maupun

pemegang hak cipta. Perlindungan hukum mengenai lagu dengan atau

tanpa teks sebagai karya yang dilindungi diatur pada Pasal 58 huruf (d)

UU Hak Cipta. Berdasarkan dasar hukum tersebut, pencipta lagu atau

pemegang hak cipta memiliki hak moral dan hak ekonomi dari hasil

ciptaannya.

1. Perlindungan Hak Moral Berdasarkan UU Hak Cipta

Hak moral memberikan gambaran perilaku sosial dari kreativitas

pencipta dan melekat sepanjang jangka waktu perlindungan hak cipta

masih ada serta tidak dapat dihapus maupun dihilangkan pada diri

pencipta dengan alasan apapun. Nilai perlindungan dari hak moral baik

hak maternitas maupun hak integritas bertujuan untuk melindungi

41
kemampuan pencipta untuk melihat proses kreatif hingga tercapainya

tujuan yang diinginkan, dengan mempublikasikan karyanya,

mencantumkan namanya, dan menjaga dari distorsi, mutilasi, atau

modifikasi. Perlindungan ini dibutuhkan untuk mencapai pemenuhan

kebutuhan sebagai orang yang mengungkapkan kreativitasnya,

mengungkapkan diri mereka dan kemampuan terbaik mereka kepada

masyarakat.47 Hak moral diatur pada Pasal 5 ayat (1) UU Hak Cipta,

yaitu:

a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya


pada salinan sehubungan dengan pemakaian ciptaannya
untuk umum;
b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya;
c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam
masyarakat;
d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan; dan
e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan,
mutilasi ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal lain yang
bersifat merugikan kehormatan dan reputasinya.

Berdasarkan hal di atas, menurut penulis masih terdapat pihak-

pihak yang tidak memperhatikan serta menghargai hak moral dari

pencipta sebagai hak yang melekat pada diri pencipta. Hak moral

merupakan manifetasi pengakuan terhadap ciptaan yang bersifat non-

ekonomis. Pada tindakan pengunggahan hasil rekaman cover sebagai

bentuk dokumentasi ke YouTube yang dilakukan oleh Alink Studio

dengan tetap mencantumkan nama dari pencipta lagu, yaitu Jasmir SL.

Namun, tidak mempunyai izin untuk mengunggah konten tersebut

47
R. Diah Imaningrum Susanti, Op. cit, hlm. 47.
karena terdapat hak dari pencipta untuk menentukan di mana

karya/ciptaannya dapat dipublikasikan sehingga tindakan ini berpotensi

melanggar hak moral yang telah diatur pada Pasal 5 UU Hak Cipta.

Selain itu, pada platform digital YouTube dapat ditemukan

konten yang berisikan dokumentasi atau hasil rekaman dari suatu

acara, misalnya hajatan yang menyanyikan lagu-lagu pop daerah tanpa

memperhatikan hak moral pencipta dengan tidak mencantumkan nama

dari pencipta lagu tersebut, melainkan menuliskan nama orang lain

sebagai pencipta dari lagu yang dinyanyikan. Akibatnya hak moral yang

melekat pada diri pencipta menjadi terabaikan dan tidak dihargai

dengan meniadakan atau tidak menyebutkan nama pencipta lagu

ketika dipublikasikan. Terlebih lagi konten yang diunggah merupakan

hasil dokumentasi dari menyanyikan lagu orang lain (cover) secara

langsung di depan publik yang dilakukan tanpa meminta izin hak

performing rights dan hak sinkronisasi dari pencipta.

UU Hak Cipta dibuat untuk membangun keseimbangan

kepentingan antara pencipta/pemegang hak cipta dengan masyarakat.

Pengaturan mengenai hak moral pada Pasal 4 sampai dengan Pasal 7

UU Hak Cipta yang berisikan aturan untuk memberikan perlindungan

kepada pencipta dengan mengadopsi doktrin personality. Doktrin

personality mengemukakan bahwa hak kekayaan intelektual dapat

dibenarkan dengan alasan bahwa mereka menciptakan kondisi sosial

dan ekonomi yang kondusif bagi kegiatan intelektual kreatif, yang

43
kemudian penting untuk perkembangan peradaban manusia. Inti dari

doktrin personality berorientasi kepada pengakuan hak moral pencipta

atas suatu ciptaan yang dilindungi seperti Jasmir sebagai pencipta lagu

daerah agar lagu yang diciptakannya dihormati dan dihargai dari

tindakan mengcover lagu tanpa izin yang bertujuan untuk kepentingan

komersial dan menimbulkan kerugian bagi pencipta.

Seorang pencipta memiliki hak untuk tetap dicantumkan nama

atau nama samaran di dalam ciptaannya atau salinan yang

berhubungan dengan penggunaan secara umum dan untuk mencegah

terjadinya bentuk perubahan lain seperti distorsi, mutilasi, dan

modifikasi ciptaan yang dapat merugikan kehormatan serta reputasi

dari pencipta. Menurut Stewart terdapat tiga dasar dari hak moral,

yaitu:48

a. Droit de divulgation (the right of publication) is the right to


decide whether the work is to be made public. Hak ini
menjelaskan bahwa yang berhak memutuskan apakah dan
di manakah karyanya akan dipublikasikan hanya dapat
dilakukan oleh pencipta atau pengarang.
b. Droit de paternite (the right of paternity) is the right to claim
authorship of published works. Hak ini berkaitan dengan
penerbitan suatu karya yang dapat dibagi menjadi tiga hak,
yaitu hak menuntut pencantuman nama pencipta atau
pengarang pada semua hasil perbanyakan karya untuk
selamanya, hak mencegah orang lain menyebut dirinya
sebagai pencipta karya, dan hak mencegah penggunaan
atau pencantuman namanya pada karya orang lain.
c. Droit de respect de l’oeuvre (the right of integrity) is the right
of the author to safeguard his reputation by preserving the
integrity of the work. Hak pencipta atau pengarang untuk
mengubah karyanya atau melarang orang lain untuk
melakukan modifikasi atas ciptaannya. Intinya adalah hak

48
Otto Hasibuan, Op. cit, hlm. 70.
untuk mencegah dilakukannya pendistorsian atas suatu
karya.
Inti dari hak moral bahwa hak yang tidak dapat dipisahkan dan

hanya dapat dijalankan oleh penciptanya. Perlindungan terkait hak

moral dilakukan untuk memberikan pembatasan terhadap pihak lain

dengan memberikan penghormatan terhadap integritas dan identitas

pencipta terhadap jerih payah dan upaya yang telah dilakukan oleh

Jasmir sebagai pencipta. Kurangnya pemahaman masyarakat yang

cenderung mengabaikan hak-hak moral dari pencipta menjadi faktor

dan penyebab terjadinya pelanggaran hak tanpa adanya tindakan atau

pihak yang mengingatkan. Oleh karena itu, perlindungan dan

pemenuhan hak moral perlu diperhatikan agar hak dari pencipta lebih

dihargai.

2. Perlindungan Hak Ekonomi Berdasarkan UU Hak Cipta

Hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan dari

suatu karya yang diciptakan yang kemudian menjadi nilai komersial dari

hak cipta. Hak cipta memberikan cara untuk mengeksploitasi suatu

karya secara ekonomis. Pencipta atau pemegang hak cipta memiliki

hak ekonomi untuk melakukan, antara lain: 49

a. Penerbitan ciptaan;
b. Penggandaan ciptaan;
c. Penerjemahan ciptaan;
d. Pengadaptasian, pengaransemenan, pentransformasian
ciptaan; atau
e. Pendistribusian ciptaan atau salinannya;
f. Pertunjukan ciptaan;

49
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Pasal 9 ayat (1)

45
g. Pengumuman ciptaan;
h. Komunikasi ciptaan; dan
i. Penyewaan ciptaan.
Stewart berpendapat bahwa terdapat enam macam hak yang

dapat dipandang sebagai dasar hak ekonomi pencipta atau pelaku,

yaitu:50

a. The reproduction right atau hak reproduksi adalah hak dasar

dari semua hak ekonomi pencipta. Hak ini pada dasarnya

adalah memberikan izin kepada pihak lain untuk memproduksi

atau menyalin atau menduplikasi jumlah karya dengan

berbagai cara, misalnya dengan mencetak (print) atau secara

mekanik. Hak reproduksi ini sering dibagi menjadi printing

right dan mechanical right.

b. The adaptation right adalah hak untuk memberikan izin untuk

melakukan adaptasi, aransemen, atau tindakan lain untuk

mengubah bentuk suatu karya. Seperti menerjemahkan satu

karya dari satu bahasa ke bahasa lain, atau membuat

aransemen musik.

c. The distribution right adalah hak yang memberikan izin untuk

mendistribusikan (menyebarkan) hasil penggandaan suatu

karya kepada masyarakat. Diantaranya seperti menjual,

menyewakan, dan bentuk lain pengalihan hasil perbanyakan

dari suatu karya.

50
Otto Hasibuan, Op. cit, hlm. 72.
d. The public performance right atau dikenal dengan performing

right adalah hak yang memberikan izin untuk menampilkan

suatu karya kepada publik baik secara langsung (live) maupun

melalui penyiaran (broadcast).

e. The broadcasting right adalah hak untuk memberikan izin

dalam menyiarkan suatu karya dengan pentransmisian tanpa

kabel. Misalnya melalui radio dan televisi serta berbagai

bentuk pengkomunikasian karya kepada masyarakat secara

tidak langsung tanpa menggunakan kabel.

f. The cablecasting right adalah hak untuk memberikan izin

menyiarkan suatu karya dengan menggunakan kabel.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Stewart, pencipta

lagu atau pemegang hak cipta memiliki beberapa hak yang menjadi

dasar hak ekonomi, meliputi hak reproduksi, adaptasi, distribusi, dan

komunikasi yang harus diperhatikan ketika ciptaannya digunakan oleh

orang lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa hak ekonomi merupakan

hak pencipta untuk dapat merasakan manfaat ekonomi atas

ciptaannya.

Sedangkan, menurut berbagai sumber kepustakaan, istilah yang

digunakan untuk berbagai hak ekonomi yang dimiliki pencipta lagu

sebagai berikut:51

51
Ibid, hlm. 169.

47
a. Hak merekam (the mechanical right);
b. Hak memperbanyak (the reproduction right);
1. Memperbanyak secara mekanis (mechanical reproduction)
2. Memperbanyak secara cetak/tertulis (printing reproduction)
3. Memperbanyak untuk karya audio visual (syncronization
rights)
c. Hak mengalihwujudkan (the adaptation right);
d. Hak menyiarkan (the broadcasting and cablecasting right)
atau hak mengumumkan (the performing rights);
e. Hak menjual (the seling right);
f. Hak mengedarkan (the distribution right); dan
g. Hak menyebarkan (the publication right).

Menurut analisis penulis, pencipta atau pemegang hak cipta lagu

daerah memiliki kebebasan menggunakan atau memanfaatkan

ciptaannya untuk memperoleh keuntungan ekonomi dengan

memberikan izin kepada pihak yang ingin memanfaatkan lagu yang

diciptakannya. Izin sangat dibutuhkan bagi pengguna/pihak yang ingin

memanfaatkan hak ekonomi pemegang hak cipta untuk penggunaan

secara komersial, baik itu dengan cara penyerahan hak cipta ataupun

dengan cara memberikan lisensi. Dalam melaksanakan hak ekonomi

atas suatu ciptaan, maka setiap orang wajib mendapatkan izin dari

pencipta atau pemegang hak cipta. Hal ini sesuai dengan teori

perlindungan hukum menurut Satjipto Raharjo52 bahwa perlindungan

hukum sebagai upaya agar tidak terjadi benturan kepentingan sehingga

para pihak dapat memanfaatkan dan menikmati hasil karya cipta tanpa

merugikan pihak manapun. Hal penting yang harus diperhatikan adalah

larangan untuk melakukan penggandaan dan/atau penggunaan secara

52
Satjipto Raharjo, Op. cit, hlm. 53
komersial tanpa izin dari pencipta maupun pemegang hak cipta. Pada

Pasal 1 angka (20) UU Hak Cipta diatur terkait pemberian lisensi.

Pemberian lisensi berkaitan dengan pembayaran royalti.

Penentuan besaran royalti, berdasarkan kesepakatan dari kedua belah

pihak yang melakukan perjanjian lisensi, yaitu pemegang hak cipta atau

pemilik hak terkait dan penerima lisensi sesuai dengan kelaziman

praktik yang berlaku dan memenuhi unsur keadilan. Tarif royalti untuk

pengguna yang melakukan pemanfaatan komersial ciptaan dan/atau

produk hak terkait musik dan lagu diatur pada Keputusan Menteri

Hukum dan HAM RI No. HKI.02.OT.03.01-02 Tahun 2016 bahwa

besaran tarif royalti telah ditetapkan secara proporsional dan

merupakan tarif resmi yang dapat ditarik oleh pemegang hak cipta dan

lembaga manajemen kolektif (LMK).

Berdasarkan hasil wawancara yang penulis peroleh dengan

Bapak Kadri Mohamad salah satu penasehat hukum pada FESMI

(Federasi Serikat Musisi Indonesia), yang juga berprofesi sebagai

lawyer sekaligus musisi53 berpendapat bahwa kegiatan menyanyikan

lagu orang lain (cover) yang dilakukan oleh tim organ tunggal secara

langsung di depan masyarakat yang kemudian direkam dan diunggah

ke channel YouTube miliknya merupakan suatu pelanggaran hak cipta

dilihat dari tujuan pengunggahan konten adalah untuk mendapatkan

53
Kadri Mohamad, Wawancara via telepon, Federasi Serikat Musisi Indonesia,
Makassar, 7 Juli 2021.

49
viewers yang banyak untuk memperoleh manfaat ekonomi dari hasil

rekaman yang diunggah. Selain itu, terdapat perbedaan antara

lagu/musik daerah tradisi murni atau pop daerah. Untuk lagu tradisi

murni merupakan public domain dan untuk pop daerah memiliki hak

cipta. Adapun yang dimaksud dengan lagu yang bersifat public domain

ialah dapat menggunakan suatu lagu untuk kepentingan apapun tanpa

meminta izin dari pencipta maupun pemegang hak cipta dengan

kewajiban tetap menghormati hak moral dan menjaga kehormatan lagu

tersebut. Selanjutnya, untuk kegiatan menyanyikan lagu orang lain

disebuah kegiatan baik memungut biaya maupun tanpa biaya dan

kemudian direkam dan diunggah ke channel YouTube sebagai konten

tanpa izin, maka terdapat pelanggaran hak ekonomi pencipta, antara

lain:54

1. The performing rights atau hak mengumumkan, yaitu ketika

seseorang tampil di atas panggung dengan menyanyikan

suatu lagu di depan khalayak umum, maka orang tersebut

telah melakukan pengumuman ciptaan.

2. The syncronization right atau hak memperbanyak untuk suatu

karya audiovisual (suara dan gambar). Dokumentasi yang

dilakukan yang kemudian diunggah ke channel YouTube

tanpa izin dari pencipta lagu merupakan suatu pelanggaran

54
Kadri Mohamad, Wawancara via telepon, Federasi Serikat Musisi Indonesia,
Makassar, 7 Juli 2021.
hak ekonomi yang dimiliki oleh pencipta lagu terlebih lagi

apabila mendapatkan keuntungan dari hasil konten video

yang diunggah.

Kedua hak di atas dapat dilakukan apabila telah meminta izin

kepada pencipta, walaupun tidak memutar lagu asli seperti yang diputar

pada hotel dan restoran. Kegiatan cover lagu yang dibawakan secara

vokal atau instrumental oleh pihak yang bukan penyanyi atau

instrumentalis original tetap harus memperhatikan hak-hak dari

pencipta lagu. Tindakan menyanyikan lagu milik Jasmir SL yang

dilakukan oleh tim organ tunggal Alink Studio di acara hajatan dengan

membawakan lagu-lagu pop daerah yang kemudian direkam dan

diunggah ke channel YouTube milik Alink Studio, maka memberikan

keuntungan bagi pihak Alink Studio dengan mendapatkan dua kali

manfaat ekonomi, yaitu honorarium yang diberikan oleh pihak

penyelenggara hajatan dan Alink Studio selaku pemilik channel

YouTube yang dapat memonetisasi kontennya.

Sedangkan pencipta lagu yang mempunyai perlindungan

terhadap hak ekonomi, tidak mendapatkan keuntungan atas

pemanfaatan ciptaannya. Perlindungan hukum terhadap hak ekonomi

ini dimaksudkan untuk melindungi hak yang dimiliki oleh pencipta, hak

ekonomi khususnya yang berkaitan dengan tujuan komersial dengan

mengadopsi doktrin labour. Labour theory atau doktrin labour adalah

51
teori yang dikembangkan oleh John Locke55 yang berisi pemikiran

bahwa pentingnya pemberian penghargaan kepada orang yang telah

melakukan pengorbanan serta berusaha untuk menemukan dan

menciptakan suatu ciptaan dalam bentuk hak milik. Locke juga

menyarankan agar insentif ekonomi diberikan dalam perlindungan hak

milik.

Menurut penulis apabila dikaitkan dengan perlindungan hukum

terhadap pencipta lagu daerah yang lagunya dimanfaatkan secara

komersial tanpa meminta izin kepada Jasmir selaku pencipta lagu,

maka berdasarkan doktrin labour, Jasmir berhak untuk memperoleh

keuntungan ekonomi atas manfaat yang digunakan oleh Alink Studio

terhadap lagu yang diciptakannya. Keuntungan yang diperoleh oleh

Jasmir kemudian dianggap sebagai tindakan pengakuan atas karya

yang diciptakannya. Perlindungan terhadap individu yang

menghasilkan ciptaan ditujukan sebagai cara untuk memperoleh

kehidupan yang layak, meningkatkan harkat dan martabat dari

pencipta, serta manfaat dari ciptaan yang dihasilkan. Konsep tersebut

sesuai dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara RI

Tahun 1945 yang mengatur mengenai setiap orang berhak untuk

mendapatkan pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian

hukum yang adil serta diperlakukan sama dihadapan hukum.

55
Abd Thalib dan Muchlisin, 2018, Hak Kekayaan Intelektual, PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta, hlm. 29.
3. Perlindungan Berdasarkan PP Nomor 56 Tahun 2021 tentang

Royalti

Dalam upaya perlindungan hak cipta di Indonesia, dibentuk

lembaga manajemen kolektif yang bertujuan untuk mengumpulkan

royalti dari pencipta lagu. Terkait performing right pada acara hajatan

masih sering terjadi kesalahpahaman mengenai siapa yang harus

membayarkan royalti. Pihak yang wajib membayar royalti adalah pihak

penyelenggara acara, bukan penyanyi atau tim organ tunggal. Pihak

penyelenggara membayar royalti kepada Lembaga Manajemen Kolektif

Nasional sebagai bentuk apresiasi atas lagu yang turut serta

meramaikan keberlangsungan kegiatan dengan melampirkan daftar

lagu yang diperdengarkan ke publik. Adapun kegiatan hajatan atau

wedding diklasifikasikan ke dalam suatu pertunjukan musik hidup/live

music. Berikut 14 sektor pelayanan publik komersial yang diwajibkan

untuk membayar royalti atas pemanfaatan dari lagu/musik yang diatur

pada Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik 56 Tahun 2021 tentang

Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik, yaitu:

a. Seminar dan konferensi komersial;


b. Restoran, kafe, pub, bar, bistro, kelab malam, dan diskotik;
c. Konser musik;
d. Pesawat udara, bus, kereta api, dan kapal laut;
e. Pameran dan bazar;
f. Bioskop;
g. Nada tunggu telepon;
h. Bank dan kantor;
i. Pertokoan;
j. Pusat rekreasi;
k. Lembaga penyiaran televisi;
l. Lembaga penyiaran radio;

53
m. Hotel, kamar hotel, dan fasilitas hotel;
n. Usaha karaoke.

Aturan ini sebagai upaya untuk menegaskan pemenuhan hak

ekonomi bagi pencipta lagu. Pentingnya hak ekonomi dari suatu

ciptaan, maka pemerintah Indonesia berusaha untuk menyesuaikan diri

dengan perkembangan yang ada baik dalam bidang ekonomi maupun

di bidang teknologi sebagai bentuk perlindungan hukum terhadap hak

cipta dalam upaya mendukung serta mewujudkan iklim yang lebih baik

untuk perkembangan hak cipta utamanya dalam memberikan

perlindungan terkait pemanfaatan hak ekonomi untuk suatu karya cipta

lagu. Selain diatur dalam UU Hak Cipta, pemerintah mengeluarkan

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 56 Tahun 2021

tentang Pengelolaan Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik untuk

mengoptimalkan fungsi dari pengelolaan royalti hak cipta atas

pemanfaat ciptaan dan produk terkait. PP ini merupakan amanah dari

pasal 87, 89 dan 90 UU Hak Cipta.

Menurut Edward W. Ploman dan L.Clark Hamilton menyatakan

bahwa pencipta pada umumnya tidak mempunyai kapasitas yang

memadai untuk menciptakan uang dari seluruh hak yang dimilikinya. 56

Sehingga dibutuhkan peran dan kehadiran lembaga

pengadministrasian hak atau pengumpul royalti. LMK diharapkan dapat

mewakili pencipta lagu untuk memberi lisensi kepada pemakai (user)

56
Bernard Nainggolan, 2011, Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga
Manajamen Kolektif, PT Alumni Bandung, Bandung, hlm. 174
lagu dan memungut royalti dari mereka. Adapun hal yang diatur dalam

PP No. 56 Tahun 2021 ialah mengenai sektor usaha dan kegiatan yang

wajib membayar royalti, serta pembentukan pusat data dan sistem

informasi lagu dan musik yang bertujuan agar pengumpulan royalti lebih

efektif dan pembagiannya lebih adil. PP No. 56 Tahun 2021 dalam

perlindungannya mempertimbangkan hal yang paling utama, yaitu hak

untuk melakukan pengumuman/menggunakan karya ciptaan ke publik

(tempat dan/atau tujuan komersial). Oleh karena itu, pelaku/pengguna

wajib membayar royalti seperti yang telah diatur pada PP ini.

4. Perlindungan Berdasarkan UU ITE

Perlindungan hak cipta juga diatur dalam UU ITE. Pada Pasal 32

ayat (1) UU ITE, mengatur mengenai larangan:

“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum dengan cara apapun mengubah, menambah, mengurangi,
melakukan transmisi, merusak, menghilangkan, memindahkan,
dan/atau dokumen elektronik milik orang lain atau milik publik”.

Selanjutnya, pada Pasal 32 ayat (2) UU ITE diatur mengenai

larangan:

“Setiap orang yang dengan sengaja dan tanpa hak atau melawan
hukum dengan cara apapun memindahkan atau mentransfer informasi
elektronik dan/atau dokumen elektronik kepada sistem elektronik orang
lain yang tidak berhak”.

Apabila dilihat dari sudut pandang hak cipta, maka Pasal 32 ayat

(1) dan ayat (2) merupakan bentuk larangan untuk tidak melakukan

kegiatan pengumuman dan perbanyakan yang dilakukan tanpa

55
persetujuan dari pencipta sebagai pemegang hak. Kegiatan tersebut

termasuk ke dalam hak ekonomi pencipta yang diatur dalam UU Hak

Cipta.

Menurut penulis bahwa perlindungan terhadap suatu ciptaan

diatur juga dalam UU ITE mengenai pengumuman dan perbanyakan

suatu ciptaan yang terkait dengan pemanfaatan teknologi. Adapun

konsep yang mendasari perlindungan hak cipta, yaitu hak eksklusif

yang dimiliki oleh pencipta. Kegiatan melakukan cover atau

menyanyikan lagu milik orang lain khususnya dengan tujuan secara

komersial yang diunggah ke YouTube boleh saja dilakukan selama

telah meminta izin kepada pencipta lagu dan terjadi pelanggaran hak

cipta ketika melakukan cover lagu tanpa izin dari pemegang hak cipta.

Hal tersebut sesuai dengan ketentuan yang telah diatur pada Pasal 58

huruf (d) UU Hak Cipta yang juga secara jelas dan tegas telah mengatur

perlindungan hukum terhadap pemegang hak cipta lagu, baik secara

perdata maupun pidana.

Selain itu, perlindungan juga diberikan dalam UU ITE mengenai

larangan untuk tidak melakukan kegiatan pengumuman dan

perbanyakan yang dilakukan tanpa persetujuan dari pencipta. Izin yang

diperlukan adalah izin hak mengumumkan yang sering disebut

performing rights. Apabila ingin mengunggah ke channel YouTube

sebagai konten yang bersifat stay/tetap pada platform digital, maka

pencipta/pemegang hak cipta berhak untuk mendapatkan hak ekonomi.


Sebaiknya pencipta lagu melindungi ciptaannya dengan mendaftarkan

diri sebagai anggota LMK agar royalti dari orang yang telah melakukan

penggunaan secara komersial lagu dan/atau musik dalam bentuk publik

dapat dilakukan penarikan royalti oleh LMK yang kemudian akan

disalurkan kepada para pencipta untuk menikmati hasil dari hak

mengumumkan (performing rights). Perlindungan hukum yang diatur

oleh pemerintah bertujuan untuk melindungi pemegang hak cipta.

Namun, pelanggaran hak cipta masih banyak terjadi di masyarakat

dikarenakan masih kurangnya pemahaman mengenai hak cipta.

57
BAB III

PELANGGARAN HAK CIPTA LAGU DAERAH

A. Bentuk Pelanggaran Hak Cipta

Pelanggaran hak cipta adalah penggunaan sebuah ciptaan yang

dilindungi yang melanggar hak eksklusif dari pemegang hak cipta, seperti

hak untuk mereproduksi, mendistribusikan, menampilkan atau

memamerkan, atau membuat karya turunan tanpa seizin dari pemegang

hak cipta.57 Hal tersebut sesuai dengan sifat hak cipta yang bersifat

eksklusif. Eksklusif dalam artian bahwa setiap orang yang ingin

memanfaatkan hak cipta harus mendapat izin terlebih dahulu dari pencipta

atau pemegang hak cipta.

Pada dasarnya, pelanggaran hak cipta terjadi dalam proses

penggunaan atau pemanfaatan hak cipta antara pemegang hak cipta

dengan pihak yang memanfaatkan hak cipta tersebut. Hak cipta dilanggar

jika seluruh atau sebagian substansial dari suatu ciptaan yang dilindungi

hak cipta diperbanyak. 58 Adapun beberapa bentuk tindakan pelanggaran

atas ciptaan musik, yaitu: 59

1. Cover lagu yang diunggah ke situs/platform tidak resmi yang

dapat diakses publik.

2. Cover lagu yang diunggah ke beberapa situs/platform.

57
Tim Visi Yustisia, Op. cit, hlm. 34.
58
Arif Lutviansori, Op. cit, hlm. 83.
59
Agustinus Pardede, 2020, Modul Kekayaan Intelektual Tingkat Dasar Bidang Hak
Cipta, DJKI, Jakarta, hlm. 54
3. Cover lagu yang diaransemen ulang atau dinyanyikan dengan

teknik berbeda.

4. Cover lagu yang mana pelaku mendapatkan keuntungan

ekonomi atasnya.

5. Pengunggahan secara ilegal ke situs yang dapat diakses secara

gratis.

6. Pengunggahan secara ilegal ke situs yang dapat diakses secara

berbayar atau terdapat iklan.

7. Penyebaran/pembagian bootleg.

8. Penjualan hasil bootleg.

B. Pengertian Cover Lagu

Cover version atau cover lagu merupakan hasil dari reproduksi atau

kegiatan membawakan/menyanyikan kembali sebuah lagu yang pernah

direkam dan dibawakan oleh penyanyi/artis lain. Sebuah lagu cover

version tidak sedikit menjadi lebih terkenal dari pada lagu yang dibawakan

oleh penyanyi aslinya. Beberapa artis atau musisi baru mencoba

peruntungan dengan menyanyikan kembali atau membawa lagu cover

version dengan tujuan agar lebih cepat sukses dan terkenal. Unsur-unsur

dalam cover version, yaitu:60

1. Hasil rekaman baru;


2. Membawakan ulang sebuah lagu yang dibawakan penyanyi lain;

60
I Putu Adi gunawan dan I made dedy priyanto, (Perlindungan Hukum Karya Lagu
dan Musik Yang Dibawakan Oleh Wedding Singer Untuk Kepentingan Komersial), 18 Juli
2019, Kerta Semaya: Jurnal Ilmu Hukum: Vol 6 No 3, Juli 2019. ISSN 2302-0569.
https://ojs.unud.ac.id/index.php/kerthasemaya/article/view/54314. Diakses pada tanggal 26
Agustus 2020 Pukul 11.37 WITA.

59
3. Menambahkan kontribusi kreatif tertentu seperti misalnya
menambah irama atau aransemen;
4. Mengatur ulang notasi musik;
5. Menuliskan dan menerjemahkan kembali suatu musik ke dalam
gaya musik lain yang berbeda.

Cover lagu merupakan kegiatan dengan menyanyikan kembali lagu

milik orang lain (cover) baik dengan menggunakan aransemen musik

maupun tidak atau dinyanyikan dengan ciri khas si penyanyi. Pada

perkembangan di era digital saat ini, aktivitas seperti menyanyikan

kembali sebuah lagu kemudian merekam dan mengunggah ke channel

YouTube semakin sering dilakukan. Namun, yang perlu diingat dan

diperhatikan adalah adanya hak yang melekat pada sebuah lagu yang

dinyanyikan tersebut. Setiap orang yang ingin meng-cover lagu milik orang

lain harus mencantumkan nama penyanyi asli serta meminta izin terlebih

dahulu agar tidak menghilangkan hak moral dan hak ekonomi

penciptanya.

C. Lembaga Manajemen Kolektif Nasional (LMKN)

Lembaga Manajemen Kolektif Nasional disingkat LMKN adalah

sebuah lembaga yang dibentuk berdasarkan UU Hak Cipta yang

mengutamakan kepentingan nasional serta memperhatikan

keseimbangan antara kepentingan pencipta, pemegang hak cipta, atau

pemilik hak terkait dengan masyarakat untuk menangani pengumpulan

royalti penggunaan karya cipta lagu dan musik di Indonesia. Sesuai

dengan ketentuan UU Hak Cipta Pasal 88 ayat (2), LMKN adalah institusi

berbentuk badan hukum nirlaba yang diberi kuasa oleh pencipta,


pemegang hak cipta, dan/atau pemilik hak terkait untuk mengelola hak

ekonomi dalam bentuk menghimpun dan mendistribusikan.

LMKN berfungsi untuk mengoleksi atau mengumpulkan royalti atas

penggunaan karya cipta lagu dan musik dari para pengguna komersial

dengan tarif yang telah ditetapkan dan disahkan dalam Keputusan Menteri

Hukum dan HAM Republik Indonesia dan mendistribusikannya kepada

para pencipta, pemegang hak dan pemilik hak terkait melalu lembaga

manajemen kolektif.61 Hasil dari pengumpulan royalti akan dibagi kepada

LMK sesuai dengan laporan pembayaran royalti yang masuk, kemudian

LMK menyalurkan royalti kepada para pencipta dan/atau pemegang hak

cipta yang berhak menerima. Cara untuk mendapatkan hak ekonomi atas

suatu karya cipta, setiap pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak

terkait harus menjadi anggota dari lembaga manajemen kolektif agar

dapat menarik imbalan yang wajar dari pengguna yang telah

memanfaatkan hak cipta dalam bentuk layanan publik yang bersifat

komersial.

LMK terbagi menjadi LMK Pencipta seperti Karya Cipta Indonesia

(KCI), Wahana Musik Indonesia (WAMI), dan Perkumpulan Royalti

Anugerah Indonesia (Rai) dan dan LMK Hak Terkait, yaitu Sentra Lisensi

Musik Indonesia (SELMI), Anugrah Royalti Dangdut Indonesia (ARDI),

Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia

61
LMKN, Pemilik Hak. (https://www.lmkn.id/pemilik-hak/). Diakses pada 19 Juli 2021
pukul 13:59 WITA.

61
(PAPPRI), Anugerah Royalti Musik Indonesia (ARMINDO), dan STAR

Music Indonesia.

D. YouTube

YouTube adalah situs web yang menyediakan berbagai jenis video.

YouTube didirikan tahun 2005 oleh tiga mantan karyawan PayPal pada

bulan Februari, yaitu Chad Hurley, Steve Chen, dan Jawed Karim.

Teknologi yang digunakan adalah adobe flash video dan HTML5 untuk

menampilkan berbagai macam konten video seperti klip film, tv, video

musik serta konten amatir seperti blog video, video orisinal pendek, dan

video pendidikan. Pengguna tidak harus terdaftar agar dapat menonton

video, namun bagi pengguna yang ingin mengunggah video dalam jumlah

tak terbatas harus melakukan pendaftaran terlebih dahulu dan membuat

akun YouTube. Video pertama yang diunggah ke YouTube berjudul Me at

the zoo. Pada November 2006, YouTube, LLC dibeli oleh Google dan

resmi beroperasi sebagai anak perusahaan Google dengan nilai harga beli

US$1,65 miliar.62 Adapun fitur-fitur tersedia di YouTube, yaitu:63

1. Autoplay, fitur yang berfungsi untuk menjalankan video

selanjutnya secara otomatis ketika video yang sedang diputar

telah selesai. Hal ini membantu ketika sedang melihat dan

mendengarkan video klip musik.

62
https://id.m.wikipedia.org/wiki/YouTube , Diakses pada tanggal 30 Agustus Pukul
16.02 WITA
63
Galerinfo (galeri informasi online seputar teknologi), Pengertian YouTube, Fitur,
Manfaat, Kekurangan dan Kelebihannya, https://www.galerinfo.com/pengertian-youtube/ ,
Diakses pada tanggal 30 Agustus 2020 pukul 16.15 WITA.
2. Anotasi, merupakan link yang berbentuk video ataupun kotak

yang berada dalam video yang sedang diputar agar

menguntungkan bagi si pengunggah video yang dimanfaatkan

agar video lain milik pengunggah ikut ditonton juga.

3. Mengatur kecepatan video, fitur ini digunakan dalam mengatur

kecepatan video yang dinonton. Pemanfaatan mempercepat

atau memperlambat video ini biasa digunakan ketika menonton

video tutorial.

4. Subtitel, fitur ini membantu menyediakan terjemahan arti dari

perkataan video yang menggunakan bahasa asing sesuai

dengan bahasa yang diinginkan. Seperti video klip lagu, trailer

film, video tutorial, dan lain-lain.

5. Download video, fitur ini memungkinkan kita untuk mendownload

video YouTube yang bisa ditonton secara offline. Fitur ini

disediakan oleh YouTube pada aplikasi di smartphone.

Selain itu, salah satu manfaat dari YouTube sebagai sumber

penghasilan. Semenjak tahun 2013, YouTube dapat memberikan

penghasilan kepada para pengunggah video yang jumlah penontonnya

banyak melalui program yang dinamakan AdSense.64 Pengunggah video

memperoleh penghasilan dengan cara mendaftarkan akun/channel

YouTubenya ke Google AdSense. Google AdSense adalah salah satu

64
Hamid Sakti Wibowo, 2020, Cara Express Menjadi YouTuber, Universitas Wahid
Hasyim Press, Semarang, hlm. 1.

63
program periklanan online yang memberikan penawaran kepada setiap

individu yang memiliki website atau blog untuk menampilkan iklan

AdSense pada website atau blog mereka dan apabila pengunjung

mengklik iklan AdSense tersebut, maka pemilik website atau blog akan

mendapatkan penghasilan atau komisi. YouTube mendapatkan

penghasilan dari iklan yang ditampilkan sebelum atau saat video-video

YouTube diputar. Berikut adalah fitur yang disediakan oleh YouTube untuk

mendapatkan penghasilan berdasarkan jumlah subscriber dan jumlah

penayangan, yaitu:

1. Pendapatan iklan, pendapatan iklan diterima dari iklan display,

overlay, dan video.

2. Langganan channel, pelanggan melakukan pembayaran bulanan

berulang dengan imbalan berupa keuntungan yang ditawarkan.

3. Galeri merchandise, penggemar dapat mencari dan membeli

merchandise bermerek resmi yang ditampilkan di halaman

tonton.

4. Super chat & super stickers, penggemar harus membayar agar

pesannya diperjelas dalam streaming chat.

5. Pendapatan YouTube premium, mendapatkan bagian dari biaya

langganan YouTube Premium saat pelanggan menonton konten

yang disediakan.
E. Penyelesaian Sengketa Pelanggaran Hak Cipta

UU Hak Cipta telah mengantisipasi terhadap kemungkinan

munculnya pelanggaran hak cipta dan memberikan jalan penyelesaian

bagi pihak yang bersengketa dengan mengatur bagaimana penyelesaian

perkara yang timbul di antara para pihak. Hal tersebut dapat dilihat dari

jalur-jalur hukum yang dapat dilakukan oleh pencipta, antara lain:

a. Gugatan Perdata (Pasal 96, 97, 98, dan 99 UU Hak Cipta)

Gugatan perdata dapat dilakukan dengan 2 cara oleh pencipta.

Pertama, pencipta yang sah secara hukum berhak menuntut

pembatalan atas pencatatan pihak yang tidak berhak kepada

pengadilan niaga. Ketentuan ini menunjukkan bahwa pihak yang sah

menuntut keadilan dengan kemungkinan terjadinya pembatalan.

Kedua, pencipta dengan ahli warisnya berhak untuk mengklaim ganti

rugi berupa pembayaran sejumlah uang yang dibebankan kepada

pelaku pelanggaran hak ekonomi pencipta, pemegang hak cipta,

dan/atau pemilik hak terkait berdasarkan putusan pengadilan perdata

atau pidana dengan kekuatan hukum tetap atas kerugian yang diderita

oleh pencipta, pemegang hak cipta dan/atau pemilik hak terkait.

Selain itu, ahli waris juga memiliki hak untuk menggugat pihak yang

telah sengaja dan tanpa hak dan tanpa persetujuan dari pencipta yang

melanggar hak moral.

b. Penetapan Sementara Pengadilan (Pasal 106-Pasal 109 UU Hak

Cipta)

65
Dengan adanya penetapan sementara, pencipta setidak-

tidaknya dapat merasakan keadilan dengan adanya penetapan

sementara, hingga perkara yang sementara berjalan dan diproses di

pengadilan niaga selesai. Inti dari adanya penetapan sementara

adalah untuk mencegah berlarut-larutnya penderitaan dan kerugian

pencipta terhadap perbuatan pihak lain yang telah melanggar hak

moral dan hak ekonomi dari pencipta.

c. Laporan Pidana (Pasal 105 juncto 110 UU Hak Cipta)

Hak untuk mengajukan gugatan keperdataan atas pelanggaran

hak cipta tidak mengurangi hak pencipta dan/atau pemilik hak terkait

untuk menuntut secara pidana. Pada Pasal 120 UU Hak Cipta

mengatur tindak pidana hak cipta merupakan suatu delik aduan.

Ketentuan tersebut menjelaskan bahwa suatu delik hak cipta hanya

dapat dituntut apabila diadukan oleh orang yang merasa dirugikan

(pencipta). Hal ini yang kemudian menjadi syarat utama yaitu harus

ada aduan dari pihak yang dirugikan. Oleh karena itu, pencipta harus

aktif untuk melaporkan apabila terjadi pelanggaran yang merugikan

dirinya.

d. Arbitrase (Pasal 95 UU Hak Cipta)

Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) adalah salah satu

lembaga penyelesaian perkara di luar pengadilan. Pada Pasal 1

angka (1) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa, diatur bahwa arbitrase adalah cara


penyelesaian sengketa perdata di luar peradilan umum yang

didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh

para pihak yang bersengketa. Perjanjian arbitrase berupa suatu

klausula yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat

oleh para pihak sebelum timbulnya sengketa, atau suatu perjanjian

arbitrase tersendiri yang dibuat oleh para pihak setelah timbul

sengketa.65 Putusan arbitrase bersifat final dan mengikat, yang berarti

bahwa putusan arbitrase adalah yang pertama dan yang terakhir

sehingga tidak terdapat upaya lain yang dapat dilakukan.

F. Analisis Penyebab Terjadinya Pelanggaran Hak Cipta Lagu Daerah

Pada YouTube.

YouTube adalah salah satu platform yang sangat digemari oleh

masyarakat karena menyediakan berbagai macam video seperti video

cover version, video pendidikan, video vlog, video review, dan lain-lain

yang memberikan fasilitas kepada penggunanya untuk menikmati atau

mengunggah video. Video yang diunggah ke YouTube biasa disebut

sebagai konten, sedangkan orang yang mengunggah disebut sebagai

kreator atau youtuber. Tujuan mengunggah konten video di YouTube ialah

untuk sekedar berbagi informasi atau untuk tujuan komersial

mendapatkan uang dari iklan YouTube. Hal ini menjadi sumber baru untuk

mendapatkan penghasilan.

65
Ahmad M. Ramli, 2018, Hak Cipta Disrupsi Digital Ekonomi Kreatif, Penerbit PT.
Alumni, Jakarta, hlm. 46.

67
Pemilik akun YouTube sebagai kreator pada umumnya

memfokuskan untuk terus mengunggah dan menampilkan konten-konten

musik yang dapat dinikmati oleh viewersnya. Aturan terkait hak cipta pada

YouTube bahwa kreator hanya diizinkan untuk mengunggah/mengupload

video pribadi atau orang lain yang telah mendapatkan izin sebelumnya.

Hal tersebut menunjukkan bahwa kreator tidak memiliki hak untuk

menggunggah video yang bukan hasil ciptaannya, atau menggunakan

konten yang berhak cipta milik orang lain, seperti trek musik, video buatan

orang lain, ataupun cuplikan program ke dalam videonya tanpa memiliki

izin dari pemilik hak cipta.66

Perlindungan hak cipta bertujuan agar penggunaan atau

pemakaian dari hasil karya hanya dapat dilakukan dengan izin dari

pemegang hak cipta untuk mencegah terjadinya pelanggaran. Hak cipta

memegang peran penting dalam menentukan siapa saja yang dapat

menggunakan lagu yang diciptakan oleh orang lain selaku pencipta. Pihak

YouTube menyadari pentingnya hak cipta untuk melindungi dan

menghargai hak eksklusif dari pencipta dengan tidak mengizinkan kreator

untuk mengunggah konten yang di dalamnya terdapat hak orang lain

tanpa izin dari pemilik hak. Checks adalah salah satu tools baru yang

disediakan oleh YouTube untuk memindai konten video terkait

66
YouTube, Aturan Pertama Hak Cipta,
https://www.youtube.com/intl/ALL_id/howyoutubeworks/policies/copyright/?utm_source=paid
search&utm_medium=txt&utm_campaign=ytgen&utm_content=idco&gclid=EAIaIQobChMI-
ajj4PSw8gIVRVlgCh00IAscEAAYASAAEgJEVvD_BwE. Diakses pada tanggal 16 Juli 2021
pukul 18.44 WITA.
pelanggaran hak cipta yang bekerja ketika pengguna mengunggah video.

Melalui tools ini, apabila terdapat pelanggaran hak cipta, maka pihak

kreator akan diberi tahu mengenai hal tersebut dan akan diberikan

kesempatan untuk memperbaiki masalah sebelum video tersebut

diunggah.

YouTube telah mengatur hal-hal yang dilarang untuk diunggah,

namun pelanggaran terhadap hak cipta masih tetap ada. Salah satu

permasalahan yang timbul dari kemajuan teknologi pada platform digital

YouTube mengenai cover version yang diunggah oleh kreator yang

kemudian menjadi pelanggaran hak cipta bagi pencipta karena masih

terdapat beberapa cover yang melanggar hak eksklusif dari pencipta. Hal

ini berkaitan dengan penggunaan lagu dari pemilik hak cipta yang

diunggah tanpa meminta izin dan juga membayar royalti. Khususnya untuk

lagu-lagu daerah yang memiliki hak cipta, terdapat banyak konten cover

version yang diunggah tanpa sepengetahuan dari pencipta lagu dan

kemudian dimonetisasi. Menurut Widyono Pramono dalam bukunya

mengenai tindak pidana hak cipta muncul dengan berbagai bentuk jenis,

kualitas maupun kuantitasnya, merupakan sikap tidak menghargai hasil

karya orang lain dan bahkan para pelaku tindak pidana hak cipta

cenderung untuk memanfaatkan hasil ciptaan yang diakui dan dilindungi

oleh UU Hak Cipta untuk mencari keuntungan pribadi. Hal ini menjadi

perhatian khusus karena konten tersebut berhasil diunggah tanpa

terdeteksi adanya pelanggaran hak cipta di YouTube.

69
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan tiga orang pencipta

lagu daerah, dengan melihat kasus antara Jasmir Sl dengan Alink Studio,

maka dapat disimpulkan bahwa izin dan pelaksanaan pembayaran royalti

dari pengguna kepada pencipta masih mengalami kendala. Masih terbatas

sosialisasi ke daerah untuk memberikan gambaran dan pemahaman

kepada seniman serta masyarakat mengenai aturan hukum hak cipta yang

kemudian menjadi penyebab masih banyak pelanggaran yang terjadi

untuk lagu-lagu daerah khususnya di YouTube sehingga merugikan

pencipta. Para seniman daerah hanya terus berkarya tanpa memahami

dan mengikuti perkembangan hak cipta di era digital saat ini. Hal itu dapat

dilihat dari masih minimnya bentuk upaya perlindungan yang diberikan

untuk lagu yang diciptakannya sehingga masih terdapat lagu yang tidak

terdeteksi oleh sistem yang disediakan oleh YouTube. Hal ini

mengakibatkan terabaikannya hak-hak yang melekat pada diri pencipta.

Selain itu, faktor budaya menjadi penyebab terjadinya pelanggaran hak

cipta lagu di daerah karena perbuatan menyanyikan kembali atau meng-

cover lagu dianggap sebagai sesuatu yang wajar dan biasa saja dalam

masyarakat padahal termasuk sebagai pelanggaran hak cipta.

Berdasarkan hal di atas, pelanggaran hak cipta umumnya

mengabaikan kepentingan dari pemegang hak cipta. Upaya yang dapat

dilakukan oleh pencipta lagu untuk melindungi dan mencegah terjadinya

pelanggaran hak cipta dalam layanan musik digital YouTube, yaitu:


1. Permohonan Pencatatan Ciptaan

Perlindungan hak cipta menganut sistem perlindungan secara

otomatis sehingga tidak mengharuskan pencipta maupun

pemegang hak cipta melakukan pencatatan, ketentuan ini diatur

pada Pasal 64 ayat (2) UU Hak Cipta bahwa pencatatan ciptaan

bukan merupakan syarat untuk memperoleh hak cipta. Akan tetapi

pencatatan hak cipta lagu dibutuhkan sebagai alat bukti

kepemilikan apabila terjadi sengketa dikemudian hari terhadap

suatu karya cipta dan juga memudahkan dalam prosedur

pengalihan hak. Perlindungan hukum terkait hak cipta lagu dapat

dilakukan dengan melakukan pencatatan hak cipta lagu ke

Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual baik secara elektronik

maupun non-elektronik. Tata cara melakukan pencatatan hak cipta,

yaitu:

1. Daftar akun
Registrasi akun hak cipta online (https://e-
hakcipta.dgip.go.id/index.php/register) untuk mendapatkan
username dan password.
2. Upload File
a. Surat pernyataan: mencantumkan semua nama
pencipta sesuai dengan nama yang tercantum pada
contoh ciptaan.
b. Surat pengalihan hak: dilampirkan jika nama pencipta
dan pemegang hak cipta berbeda, maka harus
melampirkan surat pengalihan hak dan surat pernyataan
dibuat atas nama pemegang hak cipta.
c. Contoh ciptaan: untuk jenis ciptaan lagu atau musik
dengan atau tanpa teks, melampirkan file contoh ciptaan
rekaman/partitur (notasi angka/notasi balok) dalam
bentuk mp4 atau pdf.
3. Pembayaran, 1 kode pembayaran untuk 1 pencatatan
ciptaan.

71
4. Pemeriksaan formalitas, pengecekan file persyaratan
pendaftaran dan pencatatan ciptaan
5. Approve, pendaftaran pencatatan ciptaan telah disetujui
6. Pencetakan sertifikat, sertifikat dapat diundah dan dicetak
sendiri oleh pemohon melalui akun pemohon.

2. Bergabung sebagai anggota Lembaga Manajemen Kolektif.

Pencipta sebagai pemilik hak berhak untuk mendapatkan

royalti atas penggunaan komersial terhadap karya ciptaan yang

dimiliki. Hal ini diatur pada Pasal 87 ayat (1) UU Hak Cipta bahwa

pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait untuk dapat

menarik imbalan yang wajar dari pengguna yang memanfaatkan

hak cipta dan hak terkait yang bersifat komersial dalam layanan

publik harus menjadi anggota LMK untuk mendapatkan hak

ekonominya.

3. Bergabung sebagai anggota Music Publisher

Music publisher atau penerbit musik adalah pihak yang

dipercayakan dan diberikan kuasa oleh pemegang hak cipta untuk

mengurus royalti atas hak penggunaan karya cipta pencipta secara

komersial, yaitu:67

a. Mechanical, ketika komposisi lagu digunakan oleh artist

tertentu, (misalnya untuk kebutuhan cover version (hanya

audio)). Adapun mechanical license adalah surat izin dari

pemegang hak cipta kepada user untuk melakukan cover

67
Netrilis, Music Publisher. (https://www.netrilis.com/2019/06/digital-music-publisher-
indonesia.html). Diakses pada 22 Juli 2021 pukul 17:06 WITA.
lagu dan/atau kegiatan komersial, dengan menghubungi

pihak penerbit musik yang mewakili pencipta.

b. Performing, didapat dari kerjasama dengan LMK dari

pengkoleksian hak komposer atas penggunaan penyiaran

musiknya (misalnya live concert, hotel, mall, dan lain-lain).

c. Synchronization, ketika komposisi lagu digunakan di film,

video, tv, advertisements, dan lain-lain (audio+visual).

Teknis pengkoleksian dilakukan dengan pengadaan lisensi oleh

publisher kepada pihak user/pengguna komposisi lagu. Menurut Miftah

Faridh Oktofani selaku Co-Founder dari Indonesia Digital Entertainment68

yang merupakan salah satu YouTube partner berpendapat bahwa untuk

untuk konten video yang merupakan rekaman dari aksi panggung

membawakan lagu orang lain yang kemudian diunggah ke YouTube,

maka yang harus dipahami adalah mengenai izin performing (menyiarkan)

dan mechanical. Untuk live komersial izin performing tidak harus dilakukan

di depan, namun melaporkan langsung untuk pembayaran royalti kepada

LMKN. Beda halnya ketika diunggah ke YouTube, maka harus membayar

Synchronization lisence atau izin sinkronisasi ke pemegang hak cipta.

YouTube bekerjasama dengan beberapa publisher untuk melakukan klaim

komposisi secara otomatis, sedangkan untuk pelanggaran hak lainnya

bisa dilaporkan ke YouTube Support untuk kemudian diinvestigasi.

68
Miftah Faridh Oktofani, Wawancara via telepon, Makassar, 31 Mei 2021.

73
Bentuk tanggung jawab yang diberikan oleh pihak YouTube kepada

pencipta atas pelanggaran hak cipta yang terjadi adalah memberikan

akses ke alat pengelolahan hak cipta YouTube untuk membuat klaim hak

cipta, sebagai berikut: 69

1. Formulir web

Cara ini dilakukan dengan mengirim pemberitahuan hak cipta

secara manual melalui formulir web DMCA (Digital Millennium

Copyright Act). Alat ini dapat diakses oleh siapa saja khususnya

pemegang hak cipta atau pemegang hak cipta dan cocok untuk

sebagian besar pengguna

2. Copyright Match Tool

Memanfaatkan kecanggihan teknologi pencocokan Content

ID untuk menemukan video yang diupload ulang di YouTube.

Kreator dapat menentukan tindakan yang akan dilakukan seperti

mengirimkan pesan kepada uploader video, mengarsipkan

kecocokan jika tidak ingin mengambil tindakan apapun, atau

meminta agar video tersebut dihapus. Adapun pengguna dapat

meminta akses dengan mengisi formulir publik apabila sebelumnya

pernah berhasil mengajukan penghapusan berdasarkan DMCA

melalui formulir web.

69
YouTube, Aturan dan Kebijakan Hak Cipta.
(https://www.youtube.com/intl/ALL_id/howyoutubeworks/policies/copyright/?utm_source=pai
dsearch&utm_medium=txt&utm_campaign=ytgen&utm_content=idco&gclid=CjwKCAjw092IB
hAwEiwAxR1lRqvTbPSF9Y_uPvExXnjmuYyNJn-
wZRVVBm0JdGJExYHDMjfznw4GeRoCEmMQAvD_BwE#making-claims). Diakses pada
tanggal 22 Juli 2021 Pukul 12:57 WITA.
3. Content ID

YouTube hanya memberikan Content ID kepada pemilik hak

cipta yang memenuhi kriteria tertentu. Agar disetujui, mereka harus

memegang hak eksklusif atas bagian substansial dari materi asli

yang sering diupload oleh komunitas kreator YouTube. Sistem sidik

jari digital yang memungkinkan pemilik hak cipta untuk

mengunggah konten yang hak eksklusifnya mereka miliki sebagai

file referensi, kemudian memindai video yang diunggah ke

YouTube untuk menemukan kesamaan dalam video yang

diunggah. Apabila ditemukan, dapat mengambil tindakan sesuai

dengan aturan ataupun kebijakan yang dipilih oleh pemilik konten

seperti melakukan pemblokiran secara keseluruhan agar video

tidak dapat ditonton, monetisasi video dengan mengaktifkan iklan

pada video, dan melacak statistik penayangan video. Biasanya

pemilik hak cipta tidak perlu mengajukan penghapusan video

karena pelanggaran hak cipta, dan sebagai gantinya memonetisasi

dan menjalankan iklan untuk video yang ditayangkan atau pemilik

hak cipta dapat berbagi pendapatan dengan kreator.

Pihak YouTube hanya memberikan sebatas laporan untuk

mengklaim pelanggaran. YouTube tidak dapat memediasi sengketa

kepemilikan hak cipta dan akan menghapus konten sesuai dengan hukum

yang berlaku pada saat menerima pemberitahuan penghapusan yang

lengkap dan valid. Pada saat menerima permintaan pemulihan yang valid,

75
akan diteruskan terhadap orang yang meminta penghapusan konten.

Selanjutnya, masalah kemudian diserahkan terhadap para pihak untuk

melakukan penyelesaian sengketa.

Menurut penulis mengenai seberapa jauh YouTube memberikan

perlindungan terhadap hak cipta adalah hanya membantu sebatas

mengklaim pelanggaran kepemilikan dan untuk penyelesaian sengketa

selanjutnya diserahkan kepada masing-masing pihak dengan menempuh

upaya hukum. Dibutuhkan adanya pusat data lagu untuk pencatatan lagu-

lagu yang ada agar memberikan kemudahan untuk mengetahui asal-usul

suatu lagu. Selanjutnya, rendahnya pemahaman dan kesadaran

mengenai hak cipta mengakibatkan terjadinya pelanggaran. Jika dikaitkan

dengan Recovery Theory mengenai perbuatan yang dilakukan oleh Alink

Studio kepada Jasmir selaku pencipta lagu, maka terdapat

ketidaksesuaian antara apa yang harus dilakukan dengan fakta yang ada.

Recovery theory menjelaskan bahwa pencipta atau penemu berhak

untuk mendapatkan timbal balik sehingga menghasilkan sesuatu, dimana

dalam prosesnya telah mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya berupa

perolehan kembali penemuan yang bermanfaat untuk publik. Faktanya

bahwa pihak pengguna tidak memberikan timbal balik bahkan tidak

mendapatkan izin untuk menggunakan lagu dari pencipta untuk kegiatan

yang dilakukannya sehingga memberikan kesan tidak menghargai usaha

yang telah dilakukan oleh pencipta. Upaya yang dapat dilakukan oleh

pencipta lagu daerah agar hak eksklusifnya mendapatkan perlindungan


dan aman di platform layanan musik digital serta untuk mencegah

terjadinya pelanggaran hak cipta di YouTube, yaitu meningkatkan

pengawasan dengan bergabung sebagai anggota LMK dan juga

bergabung bersama publisher yang sudah menjadi partner YouTube

seperti APMINDO dan PAPPRI dalam hal pengkoleksian royalti atas

manfaat hak ekonomi secara komersial sebagai pencipta.

Kelebihan lain yang dapat diperoleh adalah terkait klaim content id

hanya bisa dilakukan oleh publisher yang bekerjasama dengan YouTube,

maka bagi pencipta yang tidak bergabung dengan publisher hanya bisa

melakukan klaim manual untuk penurunan konten, tidak untuk melakukan

klaim pendapatan.

77
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan terhadap pencipta lagu

meliputi larangan untuk melakukan pengumuman atau memperbanyak

ciptaan atas hak cipta lagu daerah yang dinyanyikan (cover) dan

diunggah ke channel YouTube dengan tujuan komersial tanpa izin.

Adapun bentuk perlindungan hukum terhadap hak cipta lagu daerah

yang dinyanyikan, direkam, dan diunggah ke channel YouTube diatur

dalam Undang-Undang Hak Cipta, Undang-Undang ITE, dan Peraturan

Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 yang mengatur tentang Pengelolaan

Royalti Hak Cipta Lagu dan/atau Musik. Terkait hak moral dan hak

ekonomi, dibutuhkan izin performing right, mechanical lisence, dan

syncronization lisence dari pencipta atau pihak yang mewakili pencipta

yaitu LMK sebagai lembaga yang diberikan kuasa untuk mengurus

royalti atas suatu ciptaan khususnya hak mengumumkan lagu yang

bertujuan komersial.

2. Penyebab terjadinya pelanggaran hak cipta khususnya lagu daerah

hasil cover pada YouTube karena masih terbatasnya informasi

mengenai hak cipta di era digital yang diterima oleh pencipta dan

minimnya pengawasan yang dilakukan oleh pencipta lagu sehingga

perlindungan terhadap lagu yang diciptakan belum maksimal. Cara

untuk melindungi suatu lagu dengan melakukan permohonan


pencatatan ciptaan lagu, bergabung sebagai anggota LMK dan anggota

publisher.

B. Saran

1. Diperlukan adanya sosialisasi dan edukasi oleh Dirjen HKI, pemerintah,

dan pihak terkait hak cipta kepada para pencipta lagu dan masyarakat

mengenai bentuk perlindungan hukum hak cipta, pentingnya hak cipta

untuk dihormati sebagai hak eksklusif. Selain itu, dibutuhkan partisipasi

dari semua pihak untuk turut serta dalam mematuhi aturan terkait hak

cipta agar tidak ada pihak yang dirugikan atas pemanfaatan suatu karya

cipta.

2. Pihak YouTube perlu meningkatkan dan memperketat perlindungan

deteksi pelanggaran hak cipta khususnya untuk konten cover lagu yang

bermaksud untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas unggahan

hasil cover tanpa izin dari pencipta lagu sebagai pemegang hak cipta.

Selain itu, diperlukan adanya pusat data lagu untuk mengetahui

kebenaran dari kepemilikan hak cipta yang akan digunakan dan untuk

mempermudah proses pendeteksian lagu.

79
DAFTAR PUSTAKA
Buku

Abd Thalib dan Muchlisin. 2018. Hak Kekayaan Intelektual. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Agustinus Pardede. 2020. Modul Kekayaan Intelektual Tingkat Dasar Bidang
Hak Cipta. DJKI. Jakarta.
Ahmad M. Ramli. 2018. Hak Cipta, Disrupsi Digital Ekonomi Kreatif. PT.
Alumni. Bandung.
Ani Purwati. 2020. Metode Penelitian Hukum Teori dan Praktek. CV. Jakad
Media Publishing. Surabaya.
Arif Lutviansori. 2010. Hak Cipta dan Perlindungan Folklor di Indonesia. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
Bernard Nainggolan. 2011. Pemberdayaan Hukum Hak Cipta dan Lembaga
Manajamen Kolektif. PT Alumni Bandung. Bandung.

Budi Agus Riswandi. 2016. Doktrin Perlindungan Hak Cipta di Era Digital. FH
UII Press. Yogyakarta.
Budi Riswandi. 2017. Pembatasan dan Pengecualian Hak Cipta di Era Digital.
PT. Citra Aditya Bakti. Yogyakarta.
Eddy Damian. 2019. Hukum Hak Cipta. PT. Alumni. Bandung.
Gatot Supramono. 2018. Hak Cipta dan Aspek-Aspek Hukumnya. Rineka
Cipta. Jakarta.
Hamid Sakti Wibowo. 2020. Cara Express Menjadi YouTuber. Universitas
Wahid Hasyim Press. Semarang.
Henry Soelistyo. 2011. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
Hulman Panjaitan dan Wetmen Sinaga. 2010. Performing Right Hak Cipta
Atas Karya Musik dan Lagu Serta Aspek Hukumnya. Ind Hill Co. Jakarta.
I Gede Wyana Lokantara. 2019. Membangun Ruang Kreatif Di Era Digital
Memberdayakan Ide, Kreativitas dan Potensi. CV Budi Utama.
Yogyakarta.
Ketut Wisnawa. 2020. Seni Musik Tradisi Nusantara. Nilacakra. Bali.
Muhamad Djumahana dan Djubaedillah. 2014. Hak Milik Intelektual Sejarah,
Teori, dan Praktiknya di Indonesia. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Otto Hasibuan. 2014. Hak Cipta di Indoneia Tinjauan Khusus Hak Cipta Lagu,
Neighbouring Rights, dan Collecting Soecity. PT. Alumni. Bandung.
Peter Mahmud Marzuki. 2017. Penelitian Hukum. Kencana. Jakarta.
Phillipus M. Hadjon. 1987. Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Di Indonesia. PT.
Bina Ilmu. Surabaya.
Primadina Yunita. 2019. HaKI dan Masyarakat Ekonomi Asean. Cempluk
Aksara. Malang.
R. Diah Imaningrum Susanti. 2017. Hak Cipta Kajian Filosofis dan Historis.
Setara Press. Malang.
Satjipto Raharjo. 2000. Ilmu Hukum. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.
Sujana Donandi S. 2019. Hukum Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. CV
Budi Utama. Yogyakarta.
Tedi Sudrajat dan Endra Wijaya. 2020. Perlindungan Hukum Terhadap
Tindakan Pemerintahan. Sinar Grafika. Jakarta Timur.
Tim Visia Yustisia. 2015. Panduan Resmi Hak Cipta Dari Mendaftar,
Melindungi, hingga Menyelesaikan Sengketa. Visimedia. Jakarta
Selatan.
Jurnal
I Putu Adi gunawan dan I made dedy priyanto. Perlindungan Hukum Karya
Lagu dan Musik Yang Dibawakan Oleh Wedding Singer Untuk
Kepentingan Komersial. 18 Juli 2019, Kerta Semaya: Jurnal Ilmu Hukum:
Vol 6 No 3, Juli 2019. ISSN 2302-0569.
Oksidelfa Yanto. Konsep Perlindungan Hak Cipta Karya Musik Dalam Ranah
Hukum Hak Kekayaan Intelektual Dari Tindak Pidana Pembajakan.1 Juni
2015, Jurnal Cita Hukum: Vol. 3 No. 1. ISSN: 2356-1440.
Taufik H. Simatupang. Sistem Hukum Perlindungan Kekayaan Intelektual
Dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat. 30 Mei 2017,
Jurnal Penelitian Hukum De Jure: Vol 17, No 2, 2017. e-ISSN 2579-8561.

Internet
Anonim. Youtube. (https://id.m.wikipedia.org/wiki/YouTube). Diakses pada
tanggal 30 Agustus 2020 pukul 16.02 WITA.

Galeriinfo. Pengertian Youtube, Fitur, Manfaat, Kekurangan dan


Kelebihannya. (https://www.galerinfo.com/pengertian-youtube/). Diakses
pada tanggal 30 Agustus 2020 pukul 16.15 WITA.

81
Intcow. Diduga Langgar Hak Cipta Alink Musik Bakal Dilapor Polisi.
(https://www.intcow.com/2020/03/diduga-langgar-hak-cipta-alink-
musik.html). Diakses pada 3 Agustus 2020 pukul 10.38 WITA.

LMKN. Pemilik Hak. (https://www.lmkn.id/pemilik-hak/). Diakses pada 19 Juli


2021 pukul 13:59 WITA.

Netrilis. Music Publisher. (https://www.netrilis.com/2019/06/digital-music-


publisher-indonesia.html). Diakses pada 22 Juli 2021 pukul 17:06 WITA.

Skala Survei Indonesia. Jenis Musik Yang Dicintai Publik Indonesia.


(https://www.skalasurveiindonesia.com/jenis-musik-yang-dicintai-publik-
indonesia/). Diakses pada 14 April 2021 pukul 13.21 WITA

YouTube. Aturan dan Kebijakan Hak Cipta.


(https://www.youtube.com/intl/ALL_id/howyoutubeworks/policies/copyrig
ht/?utm_source=paidsearch&utm_medium=txt&utm_campaign=ytgen&
utm_content=idco&gclid=CjwKCAjw092IBhAwEiwAxR1lRqvTbPSF9Y_
uPvExXnjmuYyNJn-
wZRVVBm0JdGJExYHDMjfznw4GeRoCEmMQAvD_BwE#making-
claims). Diakses pada tanggal 22 Juli 2021 Pukul 12:57 WITA.

YouTube. Aturan Pertama Hak Cipta.


https://www.youtube.com/intl/ALL_id/howyoutubeworks/policies/copyrig
ht/?utm_source=paidsearch&utm_medium=txt&utm_campaign=ytgen&
utm_content=idco&gclid=EAIaIQobChMI-
ajj4PSw8gIVRVlgCh00IAscEAAYASAAEgJEVvD_BwE. Diakses pada
tanggal 16 Juli 2021 pukul 18.44 WITA.

Peraturan Perundang-Undangan Republik Indonesia


Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2021 tentang Pengelolaan Royalti
Hak Cipta Lagu dan/atau Musik
LAMPIRAN

83

Anda mungkin juga menyukai