Anda di halaman 1dari 130

SKRIPSI

ASPEK HUKUM PROSES PEMBENTUKAN HOLDING


COMPANY BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
KLASTER KAWASAN INDUSTRI

Disusun dan diajukan oleh

AMIROH ALIFIANI

B011181423

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2023
HALAMAN JUDUL

ASPEK HUKUM PROSES PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY

BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) KLASTER KAWASAN

INDUSTRI

OLEH

AMIROH ALIFIANI

B011 18 1 423

SKRIPSI

Dalam Rangka Penyelesaian Studi Sarjana pada

Departemen Hukum Keperdataan Program Studi Ilmu Hukum

PEMINATAN HUKUM EKONOMI DAN BISNIS

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2023

i
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Diterangkan bahwa skripsi mahasiswa:

Nama : AMIROH ALIFIANI

Nomor Induk Mahasiswa : B011181423

Departemen : Hukum Keperdataan

Judul : Aspek Hukum Proses Pembentukan Holding

Company Badan Usaha Milik Negara (BUMN)

Klaster Kawasan Industri

Telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan pada ujian skripsi.

Makassar, 6 Juni 2023

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dr. Oky Deviany, S.H., M.H. Andi Suci Wahyuni, S.H., M.Kn.
NIP. 196509061990022001 NIP. 198312132019032008

iiii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI

iv
PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Amiroh Alifiani

NIM : B011 18 1 423

Departemen : Hukum Keperdataan

Program Studi : Ilmu Hukum

Jenjang : S1

Menyatakan dengan ini bahwa Skripsi dengan judul “Aspek Hukum

Proses Pembentukan Holding Company Badan Usaha Milik Negara

(BUMN) Klaster Kawasan Industri” adalah BENAR merupakan hasil karya

saya sendiri dan bukan merupakan pengambil-alihan tulisan orang lain.

Apabila dikemudian hari Skripsi karya saya terbukti sebagian atau

keseluruhannya adalah hasil karya orang lain yang saya pergunakan

dengan cara melanggar hak cipta pihak lain, maka saya bersedia menerima

sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, 6 Juni 2023

Yang Menyatakan

Amiroh Alifiani

v
ABSTRAK

AMIROH ALIFIANI (B011181423) dengan Judul “Aspek Hukum


Proses Pembentukan Holding Company Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Klaster Kawasan Industri”. Dibimbing oleh Oky Deviany sebagai
Pembimbing Utama dan Andi Suci Wahyuni sebagai Pembimbing
Pendamping.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesesuaian proses
pengalihan saham pemerintah menjadi saham PT Danareksa (Persero)
dengan ketentuan perundang-undangan dan menganalisis perlindungan
hak-hak pemegang saham minoritas dalam proses holding company PT
Danareksa (Persero).
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif dengan
pendekatan undang-undang dan pendekatan konseptual. Pendekatan
undang-undang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang yang
berkaitan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Pendekatan
konseptual dilakukan karena belum atau tidak ada aturan hukum untuk
masalah yang dihadapi. Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini
ialah bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier
dan bahan nonhukum.
Adapun hasil penelitian ini, yaitu: 1) Pengalihan saham pemerintah
menjadi saham PT Danareksa (Persero) dilakukan dengan PP 72/2016,
namun pemberlakuan ketentuan dalam PP 72/2016 terkait penyertaan
modal negara tidak sinkron terhadap ketentuan yang mengatur keuangan
negara dan anak perusahaan BUMN. Terdapat juga praktik di sejumlah
holding BUMN yang membentuk virtual holding dan anak perusahaan pada
holding BUMN yang tetap diperlakukan seperti BUMN; 2) Proses holding
yang dilakukan oleh Kementerian BUMN bersama PT Danareksa (Persero)
belum memperhatikan hak pemegang saham minoritas, dalam hal ini
Pemerintah Provinsi/Kota, meskipun sudah jelas diatur dalam UUPT 2007
bahwa pemegang saham minoritas juga seharusnya ikut terlibat. Maka dari
itu diperlukan adanya upaya perlindungan hukum pemegang saham
minoritas.

Kata Kunci: Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Holding Company,


Kawasan Industri

vi
ABSTRACT

AMIROH ALIFIANI (B011181423) with the title "Legal Aspects of


the Process of Establishing a Holding Company of State-Owned
Enterprises (BUMN) Industrial Estate Cluster". Guided by Oky Deviany
as the Main Supervisor and Andi Suci Wahyuni as the Co-Supervisor.
This study aims to analyze the suitability of the process of transferring
government shares into shares of PT Danareksa (Persero) with statutory
provisions and analyze the protection of the rights of minority shareholders
in the holding company process of PT Danareksa (Persero).
This type of research uses normative legal research with a statutory
approach and conceptual approach. The statutory approach is carried out
by examining all laws related to the legal issues being addressed. The
conceptual approach is carried out because there is no or no rule of law for
the problem at hand. The legal materials used in this research are primary
legal materials, secondary legal materials, tertiary legal materials and non-
legal materials.
The results of this study, namely: 1) The transfer of government shares
into shares of PT Danareksa (Persero) is carried out with PP 72/2016, but
the enforcement of the provisions in PP 72/2016 related to state equity
participation is not synchronized with the provisions governing state
finances and subsidiaries of BUMN. There are also practices in a number
of SOE holding companies that form virtual holding companies and
subsidiaries in SOE holding companies that are still treated like SOEs; 2)
The holding process carried out by the Ministry of SOEs together with PT
Danareksa (Persero) has not paid attention to the rights of minority
shareholders, in this case the Provincial / City Government, although it is
clearly regulated in the 2007 Company Law that minority shareholders
should also be involved. Therefore, there is a need for legal protection of
minority shareholders.
Keywords: Holding Company, Industrial Estate, State-Owned
Enterprises (BUMN),

vii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT. Tuhan semesta alam, atas segala rahmat, karunia, dan

hidayah-Nya yang melimpah sehingga penulis mampu menyelesaikan

karya ilmiah skripsi yang berjudul “Aspek Hukum Proses Pembentukan

Holding Company Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Klaster Kawasan

Industri”, sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan Program Strata Sarja

Satu di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

Salam dan shalawat tak lupa untuk senantian penulis kirimkan kepada

Baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Semoga Allah senantiasa

merahmati beliau beserta seluruh keluarganya, sahabat-sahabatnya dan

umatnya.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada kedua orangtua tercinta,

Ayahanda Ir. Alif Abadi, M.M. dan Ibunda Dr. Aulia Rifai, S.H., M.H. yang

penuh kesabaran, ketulusan dan kasih sayang mendoakan, membesarkan,

dan tak henti-hentinya memberikan semangat kepada penulis dalam

menjalani studi ini. Begitu pula dengan ketiga saudara penulis, Rezasyah

Alifiadi, S.T., M.T., Muhammad Ar-Razi Alifiansyah dan Anasya Alifiah.

Ketiga saudara penulis telah memberikan banyak dukungan dan motivasi

yang tak henti-hentinya bagi penulis. Dari lubuk hati penulis yang paling

dalam, penulis mengucapkan terima kasih kepada orangtua dan saudara

penulis yang senantiasa menemani penulis.

viii
Melalui kesempatan ini, penulis juga mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada para pihak yang telah sangat berjasa dalam

proses penyusunan karya ilmiah ini. Penghargaan dan ucapan terima kasih

penulis ucapkan kepada:

1. Prof. Dr. Dwia Aries Tina Pulubuhu, M.A. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin periode 2018 – 2022, beserta jajarannya.

2. Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, M.Si. selaku Rektor Universitas

Hasanuddin periode 2022 – 2026, beserta jajarannya.

3. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin periode 2018 – 2022, beserta para

wakil dekan Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., M.A.P., Dr.

Syamsuddin Muchtar, S.H., M.H., Dr. Muhammad Hasrul, S.H., M.H.

4. Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H., M.A.P. selaku Dekan Fakultas

Hukum Universitas Hasanuddin periode 2022 – 2026, beserta para

wakil dekan, Prof. Dr. Maskun, S.H., M.H., LL.M., Prof. Dr. Iin Karita

Sakharina, S.H., M.A., dan Dr. Ratnawati, S.H., M.H.

5. Prof. Dr. Maskun, S.H., M.H., LL.M. selaku Ketua Program Studi Strata

Satu Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin periode

2018 – 2022.

6. Dr. Muhammad Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn. selaku Ketua Program

Studi Strata Satu Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin

periode 2022 – 2026.

ix
7. Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin periode 2015 –

2022.

8. Dr. Aulia Rifai, S.H., M.H. selaku Ketua Departemen Hukum

Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin dan Amaliyah,

S.H., M.H. selaku Sekretaris Departemen Hukum Keperdataan

Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin.

9. Dr. Oky Deviany, S.H., M.H. selaku Pembimbing Utama dan Andi Suci

Wahyuni, S.H., M.Kn. selaku Pembimbing Pendamping atas segala

bantuan, masukan, arahan, motivasi, dan dukungan yang sangat

berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Dr. Winner Sitorus, S.H., M.H., LL.M. selaku Penilai Pertama dan Dr.

Sakka Pati, S.H., M.H. selaku Penilai Kedua atas segala masukan,

arahan, perbaikan dan dukungan yang sangat berarti sehingga penulis

dapat belajar dan memperbaiki tulisan ini menjadi lebih baik.

11. Dr. Muhammad Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn. selaku Pembimbing

Akademik penulis.

12. Segenap Dosen Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin yang

namanya tidak bisa disebutkan satu per satu namun sangat berjasa

dalam mendidik dan memberikan dukungan kepada mahasiswanya,

termasuk penulis.

x
13. Seluruh Staf Pegawai Akademik Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin yang telah banyak membantu melayani peradministrasian

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Plt. Direktur Utama PT Danareksa (Persero); Plt. Direktur Utama PT

Kawasan Industri Medan; Direktur Utama PT Kawasan Berikat

Nusantara; Direktur Utama PT Kawasan Industri Wijayakusuma;

Direktur Utama PT Kawasan Industri Makassar; Direktur Utama PT

Surabaya Industrial Estate Rungkut; Direktur Utama PT Jakarta

Industrial Estate Pulogadung yang telah memberikan kesempatan

kepada penulis untuk melakukan wawancara agar terpenuhinya data

dan informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

15. Staf Bagian Ekonomi Pemerintah Kota Makassar yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara

agar terpenuhinya data dan informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

16. Kepala Badan Pembinaan dan Pengawasan Badan Usaha Milik Daerah

Provinsi DKI Jakarta beserta jajarannya yang telah memberikan

kesempatan kepada penulis untuk melakukan wawancara agar

terpenuhinya data dan informasi yang dibutuhkan dalam skripsi ini.

17. Keluarga besar Amandemen 2018 Fakultas Hukum Universitas

Hasanuddin atas segala suka dan duka selama berkuliah.

18. Teman-teman sejawat KKN Unhas Gel. 106 Wilayah Banten-DKI

Jakarta-Yogyakarta-Bali atas segala inspirasi, dukungan dan motivasi

bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

xi
19. Sahabat-sahabat pejuang S.H. yaitu, Andi Numratil Hidayah, Andi

Wildah Fajriah Sani, S.H., Arlisa Ditami, S.H., dan Nadila Salsabila, atas

segala inspirasi, motivasi, dan dukungan yang tulus serta selalu

menemani penulis dari awal perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi.

20. Teman-teman Angkatan Basis 12, SMA Islam Al-Azhar 12 Makassar,

atas segala cerita, keluh-kesah, motivasi serta dukungannya kepada

penulis.

21. Sahabat terbaik penulis, anggota Genk Padalle, Dinda Humayrah,

S.Ked., Dhayen Aura Salsabillah, S.Ked., Erza Ghina Athirah, BA

(Hons), Iftikareen Rayhane Soeyatno, S.I.Kom., Nur Inayah Magfirah,

dan Sarah Cesar, S.Tr.Pel., yang telah menemani penulis sejak SMA

dalam keadaan tawa serta tangis. Semoga sahabat-sahabat penulis

senantiasa diberikan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup.

22. Teman-teman peserta magang dan mentor Pinter Hukum atas segala

ilmu, dukungan, motivasi, inspirasi dan sarannya kepada penulis.

Penulis sadar bahwa karya ilmiah ini masih sangat jauh dari kata

sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya kritikan dan

saran yang membangun dari berbagai pihak agar karya ilmiah penulis

menjadi lebih baik. Akhir kata, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi

banyak pihak.

Makassar, 6 Juni 2023

Amiroh Alifiani

xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL………………………………………………………….. i
PENGESAHAN SKRIPSI…………………………………………………... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………………………… iii
PERSETUJUAN MENEMPUH UJIAN SKRIPSI…………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN………………………………... v
ABSTRAK……………………………………………………………………. vi
ABSTRACT………………………………………………………………….. vii
KATA PENGANTAR……………………………………………………….. viii
DAFTAR ISI…………………………………………………………………. xiii
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. xv
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………… xvi
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah………………………………………………. 10
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 11
D. Kegunaan Penelitian…………………………………………….. 11
E. Keaslian Penelitian………………………………………………. 12
F. Metode Penelitian………………………………………………... 14
BAB II PROSES PENGALIHAN SAHAM PEMERINTAH DARI
BEBERAPA BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN)
PADA PEMBENTUKAN HOLDING COMPANY PT
DANAREKSA (PERSERO) BERDASARKAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG
BERLAKU……………………………………………………...…... 21
A. Tinjauan Tentang Perseroan Terbatas…………………………. 21
1. Pengertian dan Pengaturan Perseroan Terbatas………..... 21
2. Pendirian dan Organ-Organ Perseroan Terbatas…………. 23
B. Tinjauan Tentang Badan Usaha Milik Negara…………………. 32
1. Pengertian dan Pengaturan Badan Usaha Milik Negara…. 32
2. Bentuk-Bentuk Badan Usaha Milik Negara………………... 35
3. Pendirian Badan Usaha Milik Negara………………………. 36

xiii
4. Tingkat Kesehatan Pada Badan Usaha Milik Negara…….. 38
C. Tinjauan Tentang Holding Company……………………………. 39
1. Pengertian dan Pengaturan Holding Company……………. 39
2. Tujuan dan Manfaat Holding Company Badan Usaha
Milik Negara (BUMN)…………………..…………………….. 44
3. Mekanisme Pelaksanaan Holding Company………………. 46
D. Tinjauan Tentang Holding Company PT Danareksa
(Persero)…………………………………………………………… 50
E. Analisis Proses Pengalihan Saham Pemerintah Menjadi
Saham PT Danareksa (Persero) Berdasarkan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku……………… 55
1. Holding Company dalam Peraturan Perundang-Undangan
yang Berlaku…………………………………………………... 55
2. Pengalihan Saham Pemerintah Menjadi Saham PT
Danareksa (Persero)………………………………………... 61
BAB III HAK-HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS YANG
MENDAPATKAN PERLINDUNGAN HUKUM DALAM
PROSES HOLDING COMPANY PT DANAREKSA
(PERSERO)…........................................................................... 75
A. Tinjauan Tentang Klasifikasi Saham…………………………. 75
B. Tinjauan Tentang Pemegang Saham………………………… 78
C. Tinjauan Tentang Pemegang Saham Minoritas…………….. 83
1. Pengertian dan Pengaturan Pemegang Saham
Minoritas…………………………………………………….. 83
2. Pemegang Saham Minoritas Pada Holding Danareksa
Klaster Kawasan Industri………………………………….. 84
D. Tinjauan Tentang Upaya Perlindungan Hukum
Pemegang Saham Minoritas……..…………………….…... 89
E. Analisis Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas yang
Mendapatkan Perlindungan Hukum dalam Proses Holding
Company PTDanareksa (Persero)………………………….. 92
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………... 107
A. Kesimpulan…………………………………………………….. 107
B. Saran…………………………………………………………… 107
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………… 109

xiv
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1 Tingkat Kesehatan BUMN……………………………………….. 38
Tabel 2.2 Tim Percepatan Konsolidasi BUMN Klaster Danareksa-PPA... 63
Tabel 2.3 Sub Klaster Kawasan Industri…………………………………… 65
Tabel 2.4 Perbandingan Holding Perkebunan dengan Holding
Danareksa………………………………………………………… 72
Table 3.1 Komposisi Saham PT KIW………………………………………. 98

xv
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 3.1 Struktur Holding Danareksa Tahap Pertama……………… 92
Gambar 3.2 Struktur Holding Danareksa Tahap Kedua………………... 93

xvi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) merupakan aktor ekonomi

yang sangat penting perannya, maka kemampuan dan kinerja BUMN

menjadi tumpuan harapan untuk dapat menyelenggarakan fungsi

kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan jasa yang bermutu

tinggi dan berdaya saing kuat, serta sebagai penghasil keuntungan bagi

negara. Namun pada kenyataannya, keadaan tersebut sangat sulit

diraih dikarenakan seringkali beberapa BUMN mengalami kerugian

dalam penyelenggaraannya sehingga membebani anggaran belanja

negara melalui subsidi maupun penambahan penyertaan modal negara

(PMN) dalam BUMN yang bersangkutan. Dengan realitas seperti itu,

maka upaya pembenahan dan penyempurnaan penyelenggaraan

BUMN adalah hal yang tepat dan mendesak untuk dijalankan.1

Restrukturisasi sebagai upaya untuk merampingkan dan

menyempurnakan BUMN dilakukan dengan membentuk perusahaan

grup atau holding company. Perusahaan grup merupakan suatu

kesatuan ekonomi yang tersusun dari perusahaan-perusahaan

berbadan hukum mandiri yang ditandai sebagai induk dan anak

perusahaan. Kemunculan perusahaan grup ditandai oleh perubahan

1
Aminuddin Ilmar, 2004, Privatisasi BUMN di Indonesia, Hasanuddin University Press,
Makassar, hlm. 3 – 4.

1
struktur organisasi perusahaan tunggal dengan model bisnis yang

sederhana menjadi perusahaan grup dengan model bisnis yang lebih

kompleks. Perusahaan grup ini terdiri dari perseroan-perseroan tunggal

yang mempunyai kemandirian yuridis, tetapi terkait secara ekonomi

oleh suatu kepemimpinan sentral.2

Sejarah gagasan Holding BUMN setidaknya sudah ada sejak

tahun 1970 yang digagas oleh Duta Besar Indonesia untuk Jepang,

Sayidiman Suryohadiprojo dan Menteri Perdagangan yang dijabat oleh

Radius Prawiro. Kemudian Tanri Abeng yang menjabat sebagai Menteri

BUMN pada akhir pemerintahan Soeharto meneruskan dan

menyempurnakan gagasan holding tersebut. Holding BUMN baru

terlaksana oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan pada era Susilo Bambang

Yudhoyono, dengan dibentuknya Holding Semen Indonesia. Perjalanan

proses holding BUMN diteruskan oleh Pemerintahan Joko Widodo

dengan disetujuinya pembentukan 6 (enam) holding BUMN yang terdiri

dari pertambangan, minyak dan gas bumi, perumahan, jasa tol, jasa

keuangan dan pangan.3

Kementerian BUMN di bawah pimpinan Menteri BUMN Erick

Thohir, melakukan strategi restrukturisasi dan klasterisasi sehingga

merampingkan profil BUMN dari semula berjumlah 157 (seratus lima

2
Sulistiowati, 2010, Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di Indonesia,
Penerbit Erlangga, Jakarta, hlm. 23 – 31.
3
Reza Triarda & Rafli Zulfikar, Revitalisasi Indonesia Incorporated: Super Holding dan
Internasionalisasi BUMN Indonesia, Jurnal Transformasi Global, Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Vol. 6, Nomor 1, Juni 2019, hlm. 42.

2
puluh tujuh) perusahaan menjadi 41 (empat puluh satu) perusahaan

saja4, dibagi dalam 12 (dua belas) klaster dengan merujuk kesamaan

sektor dan rantai pasok.

Salah satu holding yang terbentuk yaitu Holding Danareksa yang

ditunjuk untuk menjadi induk dari BUMN yang bermasalah, dalam hal

ini ialah BUMN tidak sehat dan/atau BUMN kurang sehat. Merujuk pada

Pasal 3 Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-

100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha

Milik Negara, penilaian tingkat kesehatan BUMN ditetapkan

berdasarkan atas penilaian kinerja dari 3 (tiga) aspek yaitu keuangan,

operasional dan administrasi.5 Anggota Holding Danareksa terdiri atas

20 (dua puluh) perusahaan dari berbagai sektor usaha, seperti

infrastruktur, pengolahan air, kawasan industri, manufaktur, konsultan,

dan media, dimana ke-20 (dua puluh) BUMN tersebut tergolong

sebagai BUMN kurang sehat dan tidak sehat.6

Keputusan PT Danareksa (Persero) ditetapkan sebagai holding

telah disahkan oleh Presiden Joko Widodo melalui Peraturan

Pemerintah Nomor 113 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 25 Tahun 1976 tentang Penyertaan Modal Negara

4
Ridwan Nanda Mulyana, “Danareksa Jadi Holding BUMN, Ini Sederet Anggotanya”,
https://newssetup.kontan.co.id/news/danareksa-jadi-holding-bumn-ini-sederet-
anggotanya, Diakses pada 17 Desember 2021 pukul 20.16 WITA.
5
Ketentuan Pasal 3 ayat (1) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
100/MBU/2002 Tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara,
penilaian tingkat kesehatan BUMN digolongkan menjadi 3 (tiga), yaitu sehat, kurang sehat,
dan tidak sehat.
6
Ridwan Nanda Mulyana, Loc.Cit.

3
Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero)

“Dana Reksa” (selanjutnya disebut PP 113/2021) yang diundangkan

dan mulai berlaku pada tanggal 10 November 2021. Ketetapan ini

mengubah maksud dan tujuan PT Danareksa (Persero) dengan

pertimbangan untuk mendukung kebijakan pemerintah dalam

pembangunan perekonomian nasional, khususnya peningkatan

kapasitas usaha BUMN dan/atau badan usaha lain.7 Ketentuan Pasal

2 ayat (2) huruf (a) PP 113/2021 mengubah maksud dan tujuan PT

Danareksa (Persero) yaitu untuk melaksanakan kegiatan usaha

sebagai perusahaan holding, termasuk mendirikan atau turut serta

dalam badan lain.

PT Danareksa (Persero) diresmikan sebagai Holding Pengelola

BUMN Lintas Sektor atau disebut juga Holding Danareksa pada tanggal

20 Juli 2022 oleh Menteri BUMN Erick Thohir.8 Sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penambahan

Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danareksa (selanjutnya disebut

PP 7/2022), terdapat 10 (sepuluh) perusahaan BUMN yang bergabung

menjadi anggota Holding Danareksa tahap pertama, yakni PT

Perusahaan Pengelola Aset, PT Kawasan Industri Medan (KIM), PT

Kawasan Berikat Nusantara (KBN), PT Kawasan Industri Makassar

7
Ibid.
8
PT Danareksa (Persero). “Holding Danareksa, BUMN Spesialis Transformasi Pertama di
Indonesia”, https://www.danareksa.co.id/publikasi/holding-danareksa-bumn-spesialis-
transformasi-pertama-di-indonesia, Diakses pada 6 Agustus 2022 pukul 17.48 WITA.

4
(KIMA), PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), PT Surabaya

Industrial Estate Rungkut (SIER), PT Jakarta Industrial Estate

Pulogadung (JIEP), PT Balai Pustaka, PT Nindya Karya, dan PT Kliring

Berjangka Indonesia. Sementara 10 (sepuluh) perusahaan lainnya

akan bergabung dalam Holding Danareksa tahap kedua. PT Danareksa

(Persero) sebagai induk perusahaan mengelompokkan anggota

holding-nya berdasarkan sektor dan lini usahanya sehingga terbentuk

Sub Klaster Kawasan Industri yang terdiri dari 6 (enam) kawasan

industri tersebut.

Diatur dalam Pasal 4 PP 7/2022 bahwa dengan ditambahnya

penyertaan modal negara pada PT Danareksa (Persero),

mengakibatkan status 10 (sepuluh) perseroan yang bergabung dalam

Holding Danareksa berubah menjadi perseroan terbatas yang tunduk

sepenuhnya pada UUPT 2007 dan PT Danareksa (Persero) menjadi

pemegang saham pada 10 (sepuluh) anggota holding tersebut.

Pengaturan holding maupun klasterisasi secara khusus belum

diatur dalam regulasi, namun terdapat beberapa pasal yang mengatur

mengenai anak perusahaan sebagaimana tertera dalam Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

(selanjutnya disebut UU BUMN), Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT 2007),

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha

5
Milik Negara dan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PP

44/2005), serta Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang

Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan

Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PP

72/2016).

Dibentuknya holding company pada BUMN ini mengakibatkan

terjadinya konsep baru pada mekanisme pengalihan hak atas saham.

Frasa pengalihan saham yang digunakan dalam UUPT 2007 ialah

pemindahan hak atas saham.

Dasar hukum dilakukannya holding BUMN diatur melalui PP

72/2016 yang merupakan perubahan dari Peraturan Pemerintah Nomor

44 Tahun 2005. Mekanisme pengalihan hak atas saham dilakukan

dengan penyertaan modal negara. Ditentukan dalam Pasal 3 ayat (1)

PP 44/2005 bahwa setiap penyertaan modal negara atau penambahan

penyertaan modal negara ke dalam BUMN dan perseroan terbatas

yang dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ditetapkan dengan peraturan pemerintah.

Namun Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 mengatur

ketentuan yang berbeda mengenai mekanisme penyertaan modal

negara. Ketentuan Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 mengizinkan

penyertaan modal negara dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa

melalui mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

6
(APBN), mengesampingkan peran pengawasan dan fungsi audit Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) terhadap BUMN.9 Pasal 2A ayat (7) yang

mengatur status anak perusahaan BUMN, mengatur ketentuan yang

berbeda dengan Pasal 1 angka 1 UU BUMN bahwa anak perusahaan

BUMN bukanlah BUMN.

Selain itu, sebelum ditetapkannya Holding Danareksa, BUMN

Kawasan Industri yang akan menginduk ke PT Danareksa membentuk

virtual holding atau pra holding yang membahas rencana strategis dan

standarisasi masing-masing sub klaster agar ketika holding terjadi,

sudah ada konsolidasi di antara kawasan industri. Pembentukan virtual

holding ini dilaksanakan tanpa dasar peraturan disebabkan belum

tersedianya standar tata cara persiapan holding di Indonesia. Adapun

berdasarkan wawancara pada pra penelitian yang penulis lakukan,

dalam rangka pelaksanaan Holding Danareksa, PT KBN selaku

anggota holding mengadakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)

secara tidak tuntas disebabkan Pemerintah RI selaku pemegang

saham mayoritas pada PT KBN mengisyaratkan untuk segera

bergabung dalam holding.10

Kemudian, dalam kepemilikan saham pada kawasan industri

tersebut, selain kepemilikan saham pemerintah, terdapat pula

9
Agus Triyono, “Aturan Holding BUMN Menuai Kritik”,
https://amp.kontan.co.id/news/aturan-holding-bumn-menuai-kritik, Diakses pada 16 Juni
2022 pukul 15.30 WITA.
10
Pra Penelitian pada tanggal 14 Juli 2022, wawancara dengan Bapak Armen Amir, Tim
Ahli Hukum PT Kawasan Berikat Nusantara.

7
kepemilikan pemerintah provinsi atau pemerintah daerah di dalamnya,

misalnya PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau KBN dimiliki

oleh Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar 73,15% (tujuh

puluh tiga koma lima belas persen) dan dimiliki oleh Pemerintah

Provinsi DKI Jakarta melalui pemilikan saham sebesar 26,85% (dua

puluh enam koma delapan puluh lima persen),11 sedangkan pada PT

Kawasan Industri Makassar (KIMA), dimiliki oleh pemerintah RI melalui

kepemilikan saham sebesar 60% (enam puluh persen), dimiliki oleh

Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan melalui pemilikan saham

sebesar 30% (tiga puluh persen), dan dimiliki oleh Pemerintah Kota

Makassar melalui pemilikan saham sebesar 10% (sepuluh persen).12

Ketetapan Pasal 14 ayat (1) UU BUMN mengatur Menteri

bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero dimiliki oleh

negara dan bertindak selaku pemegang saham pada Persero dan

perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh

negara. Maka dapat diketahui bahwa Menteri bertindak sebagai

pemegang saham mayoritas, sementara Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Daerah pada kawasan industri berperan sebagai

pemegang saham minoritas.

11
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero), “Pemegang Saham Mendukung Penuh
Upaya KBN Selamatkan Aset Negara”, https://kbn.co.id/article/pemegang-saham-
mendukung-penuh-upaya-kbn-selamatkan-aset-negaraNTQ1NA, Diakses pada 16
September 2021 pukul 09.26 WIB.
12
Nurul Hidayat, “RUPS KIMA Setujui Bagikan Dividen ke Pemegang Saham”,
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190520/925044/rups-kima-
setujui-bagikan-dividen-ke-pemegang-saham, Diakses pada 16 September 2021 pukul
09.23 WIB.

8
Kementerian BUMN selaku pemegang saham mayoritas pada ke-

6 (enam) kawasan industri tersebut melakukan sosialisasi bersama PT

Danareksa (Persero) kepada para pemegang saham minoritas, dalam

hal ini ialah pemerintah provinsi dan pemerintah kota. Sosialisasi

dilakukan dengan pemaparan nilai tambah dari holding dan rencana

pengalihan saham Pemerintah RI.

Namun setelah sosialisasi tersebut, Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta selaku pemegang saham minoritas pada PT KBN

menyampaikan bahwa mereka tidak dilibatkan lagi pada tahap-tahap

selanjutnya.13 Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilibatkan kembali saat

diajukannya permintaan persetujuan pelaksanaan holding yang

merupakan tahap terakhir. Hal yang serupa juga terjadi pada

Pemerintah Kota Makassar selaku pemegang saham minoritas pada

PT KIMA, yang menyampaikan bahwa mereka hanya terlibat saat

proses sosialisasi oleh Kementerian BUMN bersama PT Danareksa

(Persero) di tahap awal kemudian tidak terlibat lagi dalam tahap

selanjutnya.14 Padahal pemegang saham minoritas seharusnya

dilibatkan pada setiap proses holding ini, sebagaimana diatur dalam

Pasal 53 ayat (2) UUPT 2007 bahwa setiap saham dalam klasifikasi

yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang sama.

13
Pra Penelitian pada tanggal 14 Juli 2022, wawancara dengan Bapak Armen Amir, Tim
Ahli Hukum PT Kawasan Berikat Nusantara.
14
Pra Penelitian pada tanggal 23 September 2022, wawancara dengan informan yang
tidak dapat disebutkan namanya, Bagian Perekonomian Pemerintah Kota Makassar.

9
Berdasarkan uraian di atas, penulis melihat holding company

BUMN Klaster Kawasan Industri terdapat permasalahan mengenai

pengalihan saham Pemerintah Pusat ke PT Danareksa (Persero)

disebabkan belum adanya peraturan perundang-undangan tentang

holding company secara khusus di Indonesia, mengenai pelaksanaan

virtual holding oleh BUMN Kawasan Industri sebelum terbentuknya

Holding Danareksa yang tidak pernah diatur sebelumnya dalam

peraturan perundang-undangan, dan mengenai perlindungan

pemegang saham minoritas yang tidak dilibatkan dalam proses

pengalihan saham Pemerintah RI menjadi saham PT Danareksa

(Persero). Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut

tentang proses pengalihan saham pada PT Danareksa (Persero) serta

perlindungan hukum pemegang saham minoritas dalam proses holding

ini.

B. Rumusan Masalah:

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah proses pengalihan saham pemerintah dari beberapa Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) pada pembentukan holding company

PT Danareksa (Persero) telah sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan yang berlaku?

10
2. Apakah hak-hak pemegang saham minoritas telah mendapatkan

perlindungan hukum dalam proses holding company PT Danareksa

(Persero)?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka

tujuan yang ingin dicapai oleh penulis ialah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis dan menentukan kesesuaian proses

pengalihan saham pemerintah dari beberapa Badan Usaha Milik

Negara (BUMN) pada pembentukan holding company PT

Danareksa (Persero) telah sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan.

2. Untuk menganalisis dan mendeskripsikan perlindungan hak-hak

pemegang saham minoritas dalam proses holding company PT

Danareksa (Persero).

D. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penulisan yang diharapkan melalui penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

pengetahuan serta pemahaman ilmu hukum mengenai hukum

perusahaan, secara khusus tentang holding company Badan

Usaha Milik Negara.

2. Manfaat Praktis

11
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi

bahan rujukan serta pertimbangan hukum bagi para praktisi hukum

maupun instansi terkait dalam merumuskan kebijakan, peraturan

dan saran hukum mengenai aksi korporasi holding company pada

Badan Usaha Milik Negara.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian dibutuhkan sebagai bukti bahwa tidak adanya

plagiasi antara penelitian sebelumnya dengan penelitian yang

dilakukan oleh penulis. Terdapat beberapa kemiripan antara penelitian

terdahulu dengan usulan penelitian penulis. Berikut penelitian terdahulu

sebagai perbandingan dengan penelitian penulis, yaitu:

1. Skripsi yang ditulis oleh Arya Devendra Fatzgani dari Program

Sarjana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, tahun

2017, dengan judul “Tinjauan Hukum Terhadap Pembentukan

Induk Perusahaan (Holding) Pada Badan Usaha Milik Negara”.

Permasalahan dalam skripsi ini adalah: (1) Bagaimana pengaturan

hukum holding BUMN pada sistem hukum nasional di Indonesia;

dan (2) Bagaimana hubungan hukum induk perusahaan (holding)

terhadap anak perusahaan pada BUMN. 15

Terdapat kemiripan antara kajian Arya Devendra Fatzgani dengan

penelitian penulis, yakni mengenai holding company pada BUMN

15
Arya Devendra Fatzgani, 2017, Tinjauan Hukum Terhadap Pembentukan Induk
Perusahaan (Holding) Pada Badan Usaha Milik Negara, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas
Hukum, Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan, hlm. 10.

12
sesuai dengan yang diatur dalam PP 72/2016. Namun terdapat pula

perbedaan yaitu, Arya Devendra Fatzgani mengkaji tentang studi

kasus pada Holding Pupuk, Holding Kehutanan dan Holding

Perkebunan, yang mana seluruh sahamnya dimiliki oleh

Pemerintah Pusat sedangkan penulis meneliti Holding Danareksa

Klaster Kawasan Industri yang sahamnya dimiliki oleh Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Kota/Daerah.

2. Skripsi yang ditulis oleh Ivo Eriska Ginting dari Program Sarjana

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, tahun 2019,

dengan judul “Implementasi Holding Company Pada PT

Perkebunan Nusantara III Medan”. Permasalahan pada skripsi ini

adalah: (1) Bagaimana pengaturan hukum holding company dalam

Perseroan Terbatas sebagai Badan Usaha Milik Negara; (2)

Bagaimana pembentukan holding company dalam Perseroan

Terbatas di Indonesia; dan (3) Bagaimana implementasi holding

company pada PT Perkebunan Nusantara III di Medan.16

Terdapat persamaan antara kajian Ivo Eriska Ginting dengan

penelitian penulis, yakni mengenai pembentukan holding company

di Indonesia yang belum diatur secara spesifik dalam ketentuan

hukum. Namun terdapat pula perbedaan, yaitu Ivo Eriska Ginting

mengkaji pengaturan holding company di Indonesia dengan

16
Ivo Eriska Ginting, 2019, Implementasi Holding Company Pada PT Perkebunan
Nusantara III Medan, Skripsi, Sarjana Hukum, Fakultas Hukum Universitas Sumatera
Utara, Sumatera Utara, hlm. 9.

13
implementasinya pada PT Perkebunan Nusantara III yang merujuk

pada kesamaan sektor dengan Pemerintah Pusat sebagai

pemegang sahamnya, sedangkan penulis meneliti mengenai

Holding Danareksa yang terdiri dari berbagai sektor dan lini usaha,

salah satunya ialah Klaster Kawasan Industri, dengan pemegang

saham yang terbagi atas Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,

dan Pemerintah Kota/Daerah.

F. Metode Penelitian

Penelitian hukum adalah serangkaian kegiatan dengan metode

ilmiah dalam mencari kebenaran dengan cara sistematis, utuh, dan

konsisten.17 Penelitian hukum pada umumnya bertujuan untuk

mendapatkan pengetahuan tentang gejala hukum agar diperoleh

rumusan masalah dan hipotesis, kemudian mengusahakan pemecahan

berdasarkan gejala hukum yang timbul tersebut.18

Metode penelitian berisi tentang jenis penelitian, metode

pendekatan, jenis dan sumber bahan hukum, pengumpulan bahan

hukum, dan analisis bahan hukum. Adapun metode penelitian yang

penulis lakukan dijabarkan sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian

hukum normatif atau dikenal dengan istilah penelitian hukum

17
Irwansyah, 2020, Penelitian Hukum: Pilihan Metode & Praktik Penulisan Artikel, Mirra
Buana Media, Yogyakarta, hlm. 65.
18
Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, hlm. 49.

14
doktrinal, yaitu sebuah penelitian untuk menguji suatu ketentuan

atau norma yang berlaku dengan meneliti bahan pustaka atau data

sekunder.19 Penelitian ini berfokus pada kajian tertulis yakni

menggunakan data sekunder seperti peraturan perundang-

undangan, teori hukum, prinsip hukum, asas hukum, dan hasil

karya ilmiah para sarjana (doktrin).20

2. Pendekatan Penelitian

Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan

pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan

konseptual (conceptual approach).

Pendekatan undang-undang dilakukan dengan menelaah

semua undang-undang dan regulasi yang bersangkutan dengan isu

hukum yang sedang ditangani. Pendekatan ini mempelajari

konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang dengan

undang-undang lainnya atau antara regulasi dan undang-undang.21

Pendekatan konseptual dilakukan karena belum atau tidak

ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi.22 Pendekatan ini

mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin dalam ilmu

hukum, sehingga penulis memperoleh ide-ide yang melahirkan

19
Irwansyah. Loc.Cit., hlm. 42.
20
Ibid., hlm. 94 – 98.
21
Peter Mahmud Marzuki, 2010, Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta, hlm. 133.
22
Ibid., hlm. 177.

15
pengertian hukum, konsep hukum, dan asas hukum yang sesuai

dengan isu yang dihadapi.23

3. Bahan Hukum

Jenis dan sumber bahan hukum yang penulis gunakan dalam

penelitian ini terbagi ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer diartikan sebagai bahan hukum

yang mengikat dan terdiri dari norma dasar atau kaidah dasar

seperti peraturan perundang-undangan.

Adapun bahan hukum primer yang penulis gunakan

dalam penyusunan skripsi yaitu:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara;

3) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan

Usaha Milik Negara;

4) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas;

5) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta

Kerja;

23
Ibid., hlm. 135.

16
6) Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada

Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas;

7) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun

2005 Tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan

Modal Negara Pada Badan Usaha Milik Negara dan

Perseroan Terbatas;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 113 Tahun 2021 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

1976 tentang Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan

(Persero) “Dana Reksa”;

9) Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang

(Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja;

10) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2022 tentang

Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Danareksa;

11) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-

100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan

Badan Usaha Milik Negara.

17
12) Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-

385/MBU/12/2020 tentang Pembentukan Tim Percepatan

Konsolidasi Badan Usaha Milik Negara Klaster Danareksa-

PPA;

13) Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013;

14) Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013.

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder merupakan bahan-bahan yang

memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer,

seperti rancangan undang-undang, hasil karya dari kalangan

hukum dan pendapat para sarjana hukum. Bahan hukum

sekunder yang penulis gunakan dalam penelitian ini yaitu buku-

buku, jurnal, dan media massa yang berkaitan dengan hukum

perusahaan, dalam hal ini tentang holding company dan

BUMN.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier merupakan bahan hukum pelengkap

dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan

hukum tersier yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi

ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan kamus

hukum.

18
d. Bahan Nonhukum

Bahan nonhukum merupakan bahan yang membantu

mengidentifikasi dan menganalisis fakta kompleks. Bahan

nonhukum yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini

ialah buku yang berkaitan dengan ekonomi serta wawancara

kepada pihak-pihak terkait seperti, Plt. Direktur Utama PT

Danareksa (Persero) dan PT Kawasan Industri Medan, Direktur

Utama PT Kawasan Berikat Nusantara, Kawasan Industri

Wijayakusuma, Kawasan Industri Makassar, Surabaya

Industrial Estate Rungkut, Jakarta Industrial Estate

Pulogadung, Plt. Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik

Daerah DKI Jakarta, dan Staf Bagian Ekonomi Pemerintah

Kota Makassar.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

Penulis melakukan pengumpulan bahan hukum primer

pada penelitian ini dengan cara studi kepustakaan (library

research). Penulis menelaah peraturan perundang-undangan

maupun peraturan lainnya yang berkaitan dengan hukum

perusahaan, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), holding

company dan proses pengalihan saham.

19
b. Bahan Hukum Sekunder

Pengumpulan bahan hukum sekunder dalam penelitian ini

dilakukan dengan penelusuran pada buku, jurnal, media

massa, dan berbagai literatur lain yang berkaitan.

c. Bahan Hukum Tersier

Pengumpulan bahan hukum tersier oleh penulis dilakukan

dengan mencari bahan-bahan pendukung yang dapat

melengkapi sekaligus memperkuat bahan hukum primer dan

bahan hukum sekunder dalam penelitian ini.

d. Bahan Nonhukum

Pengumpulan bahan nonhukum oleh penulis yaitu dengan

melakukan metode wawancara kepada pihak-pihak terkait.

5. Analisis Bahan Hukum

Penulis menganalisis bahan hukum yang diperoleh dari hasil

penelitian secara kualitatif dengan melakukan penggabungan

pendekatan undang-undang (statute approach) dan pendekatan

konseptual (conceptual approach) untuk memecahkan

permasalahan dari aspek hukum yang diteliti. Berdasarkan hasil

analisis tersebut didapatkan kesimpulan dan penafsiran yang dapat

digunakan untuk menjawab permasalahan pada skripsi ini.

20
BAB II
PROSES PENGALIHAN SAHAM PEMERINTAH DARI BEBERAPA
BADAN USAHA MILIK NEGARA (BUMN) PADA PEMBENTUKAN
HOLDING COMPANY PT DANAREKSA (PERSERO) BERDASARKAN
KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU

A. Tinjauan Tentang Perseroan Terbatas

1. Pengertian dan Pengaturan Perseroan Terbatas

Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UUPT 2007). Pasal 1

angka 1 UUPT 2007 menetapkan bahwa Perseroan Terbatas, yang

selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian,

melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya

terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan

dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya.

Berdasarkan pengertian di atas dapat, dijabarkan unsur-unsur

yang melekat pada Perseroan Terbatas (PT), yakni:24

a. PT adalah Badan Hukum

Pada dasarnya badan hukum adalah suatu badan yang

dapat memiliki hak dan kewajiban untuk melakukan suatu

perbuatan seperti manusia, memiliki kekayaan sendiri, dan

digugat serta menggugat di depan pengadilan.

24
Ridwan Khairandy,2013, Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia, FH UII Press,
Yogyakarta, hlm. 74.

21
b. PT adalah Persekutuan Modal

Penegasan ini diartikan dengan PT tidak mementingkan

sifat kepribadian para pemegang saham yang ada di dalamnya.

Hal ini juga ditujukan untuk membedakan substansi atau sifat

badan usaha PT dibandingkan dengan badan usaha lainnya.

c. PT sebagai Badan Hukum Didirikan Berdasarkan Perjanjian

Pendirian PT harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang

diatur dalam hukum perjanjian. Oleh karena PT dinyatakan

sebagai badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian,

maka pendirian PT selain tunduk pada UUPT 2007, harus pula

tunduk kepada persyaratan sahnya perjanjian yang ditentukan

Burgerlijk Wetboek (BW) atau disebut juga Kitab Undang-

Undang Hukum Perdata (KUH Perdata).

d. PT Melakukan Kegiatan Usaha

Diketahui bahwa PT merupakan persekutuan modal, maka

tujuan PT ialah mencari keuntungan. Untuk mencapai

keuntungan itu, PT harus melakukan kegiatan usaha atau

menjalankan perusahaan.

e. Modal Dasar PT Terdiri dari Saham-Saham

Agar badan hukum dapat berinteraksi dalam pergaulan

hukum, misalnya membuat perjanjian, diperlukan modal. Modal

awal badan hukum berasal dari kekayaan pendiri yang

dipisahkan, yang kemudian menjadi kekayaan badan hukum.

22
Ditetapkan dalam Pasal 31 ayat (1) UUPT 2007 bahwa

modal perseroan terdiri dari seluruh nilai nominal saham. Modal

dasar merupakan keseluruhan nilai nominal saham yang ada

dalam perseroan. Pasal 32 ayat (1) UUPT 2007 menentukan

bahwa modal dasar Perseroan paling sedikit sejumlah Rp

50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah).25 Namun pada Pasal

32 ayat (2) UUPT 2007 menentukan pula bahwa untuk bidang

usaha tertentu berdasarkan undang-undang atau peraturan

pelaksanaan usaha tertentu tersebut, jumlah minimum modal

perseroan dapat diatur berbeda. Misalnya pengaturan jumlah

modal bagi perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan

kegiatan pasar modal diatur berdasarkan UU Nomor 8 Tahun

1995 tentang Pasar Modal, dimana penentuan jumlah modal

minimum jauh lebih tinggi daripada yang ditentukan dalam UUPT

2007.

2. Pendirian dan Organ-Organ Perseroan Terbatas

Syarat-syarat sahnya pendirian suatu perseroan terbatas di

Indonesia diatur dalam UUPT 2007, yaitu sebagai berikut:

a. Memiliki nama dan tempat kedudukan dalam wilayah negara

Republik Indonesia (Pasal 5 ayat (1) UUPT 2007).

25
Ketentuan Pasal 109 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja jo.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja mengubah ketentuan Pasal 32 UUPT bahwa perseroan wajib memiliki modal
dasar, namun besaran modal dasar tersebut ditentukan berdasarkan keputusan pendiri
perseroan.

23
b. PT harus didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih (Pasal 7 ayat

(1) UUPT 2007).26

c. Pendiri wajib mengambil bagian dalam saham (Pasal 7 ayat (3)

UUPT 2007).

d. Dibuatnya akta pendirian dalam bentuk akta notaris yang

memuat anggaran dasar dan keterangan lain berkaitan dengan

pendirian perseroan (Pasal 8 ayat (1) UUPT 2007), yang

kemudian diumumkan oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi

Manusia (HAM) (Pasal 30 ayat (1) UUPT 2007).

e. Adanya modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor

(Pasal 31 – 33 UUPT 2007).

f. Organ-organ PT terdiri dari Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris (Pasal 1 angka 2 UUPT

2007).

g. Menteri Hukum dan HAM menyelenggarakan pendaftaran

perseroan kemudian diumumkan dalam Tambahan Berita

Negara Republik Indonesia (Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 30

ayat (1) UUPT 2007).

Adapun PT merupakan bentuk ciptaan hukum, yang tentunya

berwujud artifisial dan sudah pasti tidak bisa melakukan kegiatan

26
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja jo. Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja
menyisipkan Pasal 153A di antara Pasal 153 dan Pasal 154 pada bagian Perseroan
Terbatas, bahwa perseroan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dan Kecil dapat
didirikan oleh 1 (satu) orang.

24
apapun karena tidak memiliki wujud nyata. Maka dari itu, agar PT

dapat melakukan tindakan hukum dalam mencapai tujuannya,

diperlukan organ untuk menjalankan kegiatan usahanya.27

Ketentuan Pasal 1 angka 2 UUPT 2007 secara tegas

mengatur bahwa organ-organ PT terdiri atas Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS), Direksi, dan Dewan Komisaris.

Berdasarkan organ-organ tersebut, diberikan penjelasan sebagai

berikut:

a. Rapat Umum Pemegang Saham

Pemegang saham di dalam perseroan tidak memiliki

kekuasaan apapun. Mereka tidak boleh mencampuri

pengelolaan perseroan. Pemegang saham tersebut dapat

melakukan kontrol terhadap perusahaan ketika

diselenggarakan forum yang disebut Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS). Forum ini merupakan metode terbaik untuk

mengambil keputusan dengan tujuan agar pemegang saham

memiliki kesempatan untuk mengetahui dan mengevaluasi

kegiatan perseroan dan manajemen perseroan pada waktu

yang tepat tanpa turut campur tangan terhadap perseroan

ketika perseroan melakukan kegiatan bisnis.28

27
Agus Sardjono (dkk), 2014, Pengantar Hukum Dagang, Rajagrafindo Persada, Depok,
hlm. 79.
28
Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm. 106 – 107.

25
Ditetapkan dalam Pasal 1 angka 4 UUPT 2007 bahwa

RUPS merupakan organ perseroan yang mempunyai

wewenang yang tidak diberikan kepada direksi atau dewan

komisaris dalam batas yang ditentukan dalam undang-undang

ini dan/atau anggaran dasar.

RUPS sebagai organ PT memiliki kewenangan-

kewenangan eksklusif yang diberikan UUPT 2007, antara lain:

1) Penetapan perubahan anggaran dasar (Pasal 19 ayat (1)

UUPT 2007);

2) Pembelian kembali saham oleh perseroan atau

pengalihannya (Pasal 38 ayat (1) UUPT 2007);

3) Penambahan modal perseroan (Pasal 41 ayat (1) UUPT

2007);

4) Pengurangan modal perseroan (Pasal 44 ayat (1) UUPT

2007);

5) Persetujuan rencana kerja tahunan (Pasal 64 ayat (2)

UUPT 2007);

6) Pengesahan neraca dan laporan keuangan perseroan

(Pasal 68 ayat (1) dan (2) UUPT 2007);

7) Persetujuan laporan tahunan dan pengesahan laporan

keuangan serta laporan pengawasan dewan komisaris

(Pasal 69 ayat (1) UUPT 2007);

8) Penetapan penggunaan laba (Pasal 71 UUPT 2007);

26
9) Pengangkatan dan pemberhentian direksi dan komisaris

(Pasal 94, 105, dan 111 UUPT 2007);

10) Penetapan mengenai penggabungan, peleburan, dan

pengambilalihan (Pasal 105 UUPT 2007); dan

11) Penetapan pembubaran perseroan (Pasal 123 UUPT

2007).

Mengenai penyelenggaraan RUPS, berdasarkan Pasal

75 ayat (2) UUPT 2007, dalam forum RUPS pemegang saham

berhak memperoleh keterangan yang berkaitan dengan

perseroan dari direksi dan/atau dewan komisaris, sepanjang

berhubungan dengan mata acara rapat dan tidak bertentangan

dengan kepentingan perseroan. Ketentuan Pasal 76 ayat (1)

hingga ayat (6) mengatur bahwa RUPS diadakan di tempat

kedudukan perseroan atau di tempat perseroan melakukan

kegiatan usaha utamanya yang ditentukan dalam anggaran

dasar. RUPS diselenggarakan oleh direksi selaku organ PT

yang memiliki kewenangan tersebut.

Dalam penyelenggaraannya, forum RUPS memiliki

pemenuhan jumlah minimal pemegang saham yang hadir atau

disebut kuorum. Adapun kuorum RUPS sebagai berikut:

1) RUPS secara umum, berdasarkan Pasal 86 ayat (1) UUPT

2007, dapat dilangsungkan apabila kehadiran lebih dari 1/2

(satu perdua) bagian dari jumlah seluruh saham dengan

27
hak suara hadir atau diwakili, kecuali undang-undang

dan/atau anggaran dasar menentukan jumlah kuorum yang

lebih benar.

2) RUPS untuk mengubah anggaran dasar, diatur dalam

Pasal 88 UUPT 2007, dapat dilangsungkan jika dihadiri

paling sedikit 2/3 (dua pertiga) bagian dari seluruh saham

dengan hak suara, hadir atau diwakili dan keputusan

tersebut sah jika disetujui paling sedikit 2/3 (dua pertiga)

bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.

3) RUPS untuk persetujuan aksi korporasi, ditentukan dalam

Pasal 89 UUPT 2007, dapat dilangsungkan jika dihadiri

paling sedikit 3/4 (tiga perempat) bagian dari jumlah seluruh

saham dengan hak suara, hadir atau diwakili, yang mana

keputusan tersebut sah apabila disetujui paling sedikit 3/4

(tiga perempat) bagian dari jumlah suara yang dikeluarkan.

Adapun aksi korporasi sebagaimana dimaksud ialah:

a) Menyetujui aksi korporasi (penggabungan, peleburan,

pengambilalihan, atau pemisahan);

b) Pengajuan permohonan agar perseroan dinyatakan

pailit;

c) Perpanjangan jangka waktu berdirinya perseroan; dan

d) Pembubaran perseroan.

28
Selain metode pengambilan keputusan melalui RUPS

tersebut, dikenal juga pengambilan keputusan di luar RUPS

yaitu keputusan sirkuler atau circular resolution. Mekanisme

pengambilan keputusan ini dilakukan dengan mengirimkan

secara tertulis usul yang akan diputuskan kepada semua

pemegang saham agar usul tersebut disetujui secara tertulis

oleh seluruh pemegang saham. Persetujuan seluruh

pemegang saham merupakan syarat mutlak keabsahan dari

suatu circular resolution.29 Ketentuan circular resolution

diatur dalam Pasal 91 UUPT 2007, bahwa pemegang saham

dapat juga mengambil keputusan yang mengikat di luar

RUPS dengan syarat semua pemegang saham dengan hak

suara menyetujui secara tertulis dengan menandatangani

usul yang bersangkutan.

b. Direksi

Direksi merupakan dewan direktur (board of directors)

yang dapat terdiri atas satu atau beberapa orang direktur. Pasal

1 angka 5 UUPT 2007 menentukan bahwa direksi adalah organ

perseroan yang berwenang dan bertanggung jawab penuh atas

pengurusan untuk kepentingan perseroan, sesuai dengan

29
Hukum Online, “RUPS Fisik, RUPS Elektronik, dan Circular Resolution; Ini Beda
Ketiganya!”, https://www.hukumonline.com/klinik/a/rups-fisik--rups-elektronik--dan-
icircular-resolution-i--ini-beda-ketiganya-lt5ea07aa579ba5#_ftn10, Diakses pada 8
September 2022 pukul 01.43 WITA.

29
maksud dan tujuan perseroan baik di dalam maupun di luar

pengadilan sesuai dengan ketentuan anggaran dasar.

Kemudian diatur pada Pasal 92 ayat (1) UUPT 2007

bahwa direksi menjalankan pengurusan perseroan sesuai

dengan maksud dan tujuan perseroan. Pasal 92 ayat (2) UUPT

2007 menentukan bahwa direksi berwenang menjalankan

pengurusan tersebut sesuai dengan kebijakan yang dipandang

tepat, dalam batas yang ditentukan dalam UUPT 2007 dan/atau

anggaran dasar. “Kebijakan yang dipandang tepat” dituliskan

dalam Penjelasan Pasal 92 ayat (3) UUPT 2007, yaitu

kebijakan yang antara lain didasarkan pada keahlian, peluang

yang tersedia, dan kelaziman dalam dunia usaha yang sejenis.

Adapun kewajiban direksi yang berkaitan dengan

perseroan ialah:30

1) Mengusahakan pendaftaran akta pendirian atas akta

perubahan anggaran dasar perseroan secara lengkap;

2) Mengadakan dan menyimpan daftar pemegang saham dan

daftar khusus yang memuat keterangan mengenai

kepemilikan saham dari anggota direksi atau komisaris

beserta keluarganya pada perseroan tersebut atas

perseroan lain;

30
Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm. 132.

30
3) Mencatat setiap pemindahan hak atas saham disertai

dengan tanggal dan hari pemindahan hak dalam daftar

pemegang saham atau daftar khusus;

4) Menjalankan tugas pengurusan perseroan untuk

kepentingan dan usaha perseroan berdasarkan iktikad baik

dan tanggung jawab penuh;

5) Menyelenggarakan pembukuan perseroan;

6) Membuat laporan tahunan dan dokumen keuangan

perseroan;

7) Memelihara seluruh daftar, risalah, dan dokumen

keuangan perseroan;

8) Direksi atau anggota direksi wajib melaporkan kepada

perseroan mengenai kepemilikan sahamnya beserta

keluarganya pada perseroan tersebut dan perseroan lain.

Ditentukan dalam Pasal 94 UUPT 2007, anggaran dasar

PT mengatur tata cara pengangkatan, penggantian, dan

pemberhentian anggota direksi serta dapat juga mengatur

tentang tata cara pencalonan anggota direksi.

c. Dewan Komisaris

Pengertian komisaris ditentukan dalam Pasal 1 angka 6

UUPT 2007 dimana dewan komisaris adalah organ perseroan

yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan/atau

khusus sesuai dengan anggaran dasar serta memberi nasihat

31
kepada direksi. Dilanjutkan pada Pasal 108 ayat (1) UUPT

2007 yang mengatur bahwa dewan komisaris melakukan

pengawasan atas kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan

pada umumnya, dan memberi nasihat kepada direksi.

Kemudian pada Pasal 108 ayat (2) UUPT 2007 ditentukan

bahwa pengawasan dan pemberian nasihat dilakukan untuk

kepentingan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan

perseroan.

Ketentuan Pasal 108 ayat (3) UUPT 2007 mengatur

dewan komisaris terdiri atas 1 (satu) orang anggota atau lebih.

Pada Pasal 108 ayat (4) UUPT 2007 ditentukan lagi bahwa

dewan komisaris terdiri atas lebih dari 1 (satu) orang yang

merupakan majelis dan setiap anggota dewan komisaris tidak

dapat bertindak sendiri-sendiri, melainkan berdasar keputusan

dewan komisaris.

B. Tinjauan Tentang Badan Usaha Milik Negara

1. Pengertian dan Pengaturan Badan Usaha Milik Negara

Badan Usaha Milik Negara diatur dalam Undang-Undang

Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara

(selanjutnya disebut UU BUMN). Pengertian BUMN sebagaimana

diatur dalam Pasal 1 angka 1 adalah badan usaha yang seluruhnya

atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

32
penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara

yang dipisahkan.

Berdasarkan pengertian BUMN di atas, maka penjabaran

unsur-unsur dari BUMN ialah:31

a. Badan Usaha

Menurut Pemerintah Belanda ketika membacakan Memorie

van Toelichting (Penjelasan) Rencana Perubahan Undang-

Undang Wetboek van Koophandel di muka parlemen,

perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan

secara terus menerus, dengan terang-terangan dalam

kedudukan tertentu, dan untuk mencari laba bagi dirinya sendiri.

Jika makna perusahaan tersebut mengacu kepada kegiatan

yang tujuan akhirnya mencari keuntungan, badan usaha adalah

wadah atau organisasi bisnis untuk mengelola atau

melaksanakan kegiatan yang bermaksud mencari keuntungan

tersebut. Jadi, BUMN adalah organisasi bisnis yang bertujuan

mengelola bisnis.

b. Seluruh atau Sebagian Besar Modalnya Dimiliki oleh Negara

Sebuah badan usaha dapat dikategorikan sebagai BUMN

jika modal badan usaha seluruhnya atau 100% (seratus persen)

dimiliki oleh negara atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh

negara. Jika modal tersebut tidak seluruhnya dikuasai negara,

31
Ridwan Khairandy, Op.Cit., hlm. 184.

33
maka agar tetap dikategorikan sebagai BUMN, negara minimum

harus menguasai 51% (lima puluh satu persen) modal tersebut.

c. Penyertaan Secara Langsung

Menurut Penjelasan Pasal 4 ayat (3) UU BUMN, pemisahan

kekayaan negara untuk dijadikan penyertaan modal negara ke

dalam BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara penyertaan

langsung negara ke BUMN, sehingga setiap penyertaan tersebut

harus ditetapkan dengan peraturan pemerintah (PP). Sebagai

contoh, PT Pertamina (Persero) adalah BUMN karena sebagian

besar modal perseroan tersebut berasal dari modal penyertaan

langsung di negara Republik Indonesia, tetapi PT Pertamina

Geothermal Energy tidak dapat dikategorikan sebagai BUMN

karena modal penyertaannya berasal dari PT Pertamina

(Persero). Perseroan tersebut merupakan anak perusahaan dari

PT Pertamina (Persero).

d. Modal Penyertaan Berasal dari Kekayaan Negara yang

Dipisahkan

Kekayaan yang dipisahkan di sini mengacu pada pemisahan

kekayaan negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara (APBN) untuk dijadikan penyertaan modal negara pada

BUMN untuk pembentukan BUMN. Setelah itu pembinaan dan

pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun

pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat. Sebagai

34
konsekuensi pemisahan kekayaan tersebut, maka begitu negara

telah melakukan penyertaan ke dalam BUMN, kekayaan

tersebut telah menjadi milik BUMN.

2. Bentuk-Bentuk Badan Usaha Milik Negara

Berdasarkan UU BUMN, BUMN dikelompokkan menjadi 2

(dua) bentuk, yaitu:

a. Perusahaan Perseroan

Pengertian perusahaan perseroan ditentukan dalam Pasal

1 angka 2 UU BUMN, yaitu BUMN yang berbentuk perseroan

terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh

atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya

dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya

mengejar keuntungan. Pasal tersebut dengan tegas

mengidentikkan perusahaan perseroan dengan perseroan

terbatas.

Persero didirikan dengan usulan Menteri kepada Presiden

disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama

dengan menteri yang secara teknis membawa BUMN tersebut

dan Menteri Keuangan.

b. Perusahaan Umum.

Perusahaan Umum yang selanjutnya disingkat menjadi

Perum, diatur dalam Pasal 1 angka 3 UU BUMN, yaitu BUMN

yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak terbagi atas

35
saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan

sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip

pengelolaan perusahaan. Pada dasarnya proses pendirian

Perum sama dengan pendirian Persero.

3. Pendirian Badan Usaha Milik Negara

Maksud dan tujuan pendirian BUMN diatur dalam Pasal 2 ayat

(1) UU BUMN, yaitu:

a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian

nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada

khususnya;

b. Mengejar keuntungan;

c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan

barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi

pemenuhan hajat hidup orang banyak;

d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat

dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; dan

e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada

pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

Ketentuan Pasal 4 ayat (1) UU BUMN menegaskan bahwa

modal Persero berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.

Dalam konsep hukum perseroan, pemisahan kekayaan negara

yang dimasukkan dalam modal persero disebut sebagai

36
penyertaan modal. Penyertaan modal berdasarkan Pasal 5

Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara

Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan Usaha

MIlik Negara dan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PP

44/2005), dapat dilakukan oleh negara antara lain dalam hal

pendirian BUMN atau Persero.

Diatur dalam Pasal 12 PP 44/2005 bahwa setelah

dilaksanakan kajian tentang pentingnya dilakukan penyertaan,

Presiden menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang

Pendirian Persero, yang memuat pendirian, maksud dan tujuan,

dan jumlah kekayaan yang dipisahkan untuk modal Persero. Dalam

PP pendirian juga dimuat bahwa penyertaan modal negara adalah

kekayaan negara yang dipisahkan yang berasal dari APBN Tahun

Anggaran tertentu.32

Setelah proses pemisahan kekayaan negara melalui PP

Pendirian selesai dilakukan, pendirian Persero selanjutnya

dilakukan melalui prosedur hukum privat/hukum perseroan. Melalui

prosedur ini berubahlah penyertaan negara menjadi modal Persero

yang berwujud saham-saham. Sejak Persero berdiri, Persero

dianggap mempunyai hak dan kewajiban sendiri lepas dari

negara.33

32
Ibid., hlm. 19.
33
Ibid., hlm. 20.

37
4. Tingkat Kesehatan Pada Badan Usaha Milik Negara

Penilaian tingkat kesehatan merupakan salah satu cara yang

dilakukan oleh pihak manajemen untuk mengetahui kinerja

perusahaan. Penilaian ini menentukan perlu tidaknya suatu

prosedur yang baru untuk memperbaiki tiap bagian, proses atau

produksi dalam perusahaan tersebut agar mencapai hasil yang

lebih baik pada periode yang akan datang.34

Penilaian tingkat kesehatan BUMN berlaku bagi seluruh

BUMN yang diatur dalam Keputusan Menteri Badan Usaha Milik

Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tentang Penilaian Tingkat

Kesehatan Badan Usaha Milik Negara. Merujuk pada Pasal 3

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-

100/MBU/2002, ditentukan tingkat kesehatan BUMN sebagai

berikut:

Tabel 2.1. Tingkat Kesehatan BUMN


No. Indikator Tingkat Kesehatan Total Skor

AAA Total Skor > 95

1. SEHAT AA 80 < Total Skor ≤ 95

A 65 < Total Skor ≤ 80

KURANG BBB 50 < Total Skor ≤ 65


2.
SEHAT BB 40 < Total Skor ≤50

34
Nurul Azizah & Zaidatun Ekastuti, Analisis Penilaian Tingkat Kesehatan Perusahaan
BUMN Sektor Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air Panas dan Udara Dingin Periode Tahun
2014-2018, Jurnal Universitas Gunadarma, Fakultas Ekonomi Universitas Gunadarma,
Maret 2020, hlm. 3.

38
B 30 < Total Skor ≤ 40

CCC 20 < Total Skor ≤ 30


TIDAK
3. CC 10 < Total Skor ≤ 20
SEHAT
C Total Skor ≤ 10

Sumber data: Pasal 3 KEP-100/MBU/2002 yang diolah.

Penilaian tingkat kesehatan BUMN ditetapkan berdasarkan

atas penilaian kinerja dari 3 (tiga) aspek yaitu keuangan,

operasional dan administrasi, serta ditetapkan setiap tahun.

C. Tinjauan Tentang Holding Company

1. Pengertian dan Pengaturan Holding Company

Keberadaan suatu perseroan terbatas sebagai subyek yang

mandiri memiliki kecenderungan membentuk suatu grup

konglomerasi. Kondisi ini terjadi karena bisnis dari suatu

perusahaan sudah semakin besar sehingga perlu dikelompokkan

menurut kegiatan bisnisnya. Grup perusahaan adalah sekelompok

perusahaan yang tergabung menjadi satu wadah/organisasi dan

dikendalikan oleh Perusahaan Induk atau Holding Company.

Perusahaan Induk (Holding Company) ialah perusahaan utama

yang menjadi pemimpin dari suatu grup perusahaan. Sebagai

pemimpin dari grup, maka perusahaan tersebut bertanggung jawab

dalam perencanaan, koordinasi, hingga pengendalian anak

39
perusahaannya. Hal ini dilakukan agar seluruh tujuan dari awal

dibentuknya holding dapat tercapai oleh seluruh perusahaan.35

Grup usaha terdiri dari beberapa perseroan terbatas yang

masing-masing berdiri sendiri, tetapi dengan kepemilikan yang

masih sama serta pengontrolan yang masih tersentralisasi, yang

dilakukan oleh suatu induk atau perusahaan asal dari perseroan

tersebut.36 Anak perusahaan dan perusahaan induk tidak harus

berlokasi di area yang sama, atau mengelola bisnis yang sama pula.

Bahkan sangat dimungkinkan keduanya bersaing.

Para ahli hukum memberikan pengertian holding company atau

perusahaan grup sebagai berikut:

a. Menurut Emmy Pangaribuan, perusahaan grup adalah

perusahaan dalam bentuk jamak secara yuridis dengan

kesatuan ekonomi.37

b. Menurut M. Manullang, holding company adalah suatu badan

usaha yang berbentuk corporation yang memiliki sebagian dari

saham-saham beberapa badan hukum.38

c. Menurut Munir Fuady, holding company adalah suatu

perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu

35
Dhaniswara K. Harjono, 2021, Kedudukan Hukum Perusahaan Induk (Holding
Company), UKI Press, Jakarta, hlm. 24.
36
Ibid.
37
Ibid., hlm. 26.
38
M. Manullang, 1984, Pengantar Ekonomi Perusahaan, BLKM, Yogyakarta, hlm. 70.

40
atau lebih perusahaan lain atau mengatur satu atau lebih

perusahaan lain tersebut.39

Pengertian holding company dalam Black’s Law Dictionary

diartikan sebagai “A company that usually confines its activities to

owning stock in, and supervising management of, other companies.”

Berdasarkan pengertian di atas, holding company merupakan

sebuah perusahaan yang memiliki saham pada perusahaan lain

yang menjadi targetnya sehingga perusahaan tersebut menjadi

pengendali di perusahaan lain yang menjadi targetnya tersebut.40

Istilah holding company pertama kali ditemukan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan

Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut

PP 72/2016). Sebelum diterbitkannya PP 72/2016, istilah yang

digunakan tentang perusahaan grup dikatakan sebagai perusahaan

induk. PP 72/2016 ini dibuat karena peraturan pemerintah

sebelumnya yakni PP 44/2005 dinilai tidak cukup mengatur tentang

inisiasi pembentukan holding sektoral di Indonesia.41

39
Munir Fuady, 2008, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hlm. 84.
40
Dhaniswara K. Harjono, Op.Cit., hlm. 25 – 26.
41
Arya Devendra Fatzgani, 2017, Tinjauan Hukum Terhadap Pembentukan Induk
Perusahaan (Holding) Pada Badan Usaha Milik Negara, Skripsi, Ilmu Hukum, Fakultas
Hukum, Universitas Hasanuddin, Makassar, hlm. 69.

41
Terdapat beberapa pasal yang diubah dan ditambahkan pada

PP 72/2016 terkait penyertaan modal negara dalam pelaksanaan

proses restrukturisasi BUMN, pasal-pasal tersebut antara lain:

a. Ketentuan Pasal 1 angka 8 diubah, sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Penatausahaan adalah rangkaian kegiatan pengadministrasian

penyertaan negara dalam BUMN dan Perseroan Terbatas.

b. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu) pasal yakni

Pasal 2A yaitu sebagai berikut:

(1) Penyertaan Modal Negara yang berasal dari kekayaan


negara berupa saham milik negara pada BUMN atau
Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) huruf d kepada BUMN atau Perseroan terbatas lain,
dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
(2) Dalam hal kekayaan negara berupa saham milik negara pada
BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf
d dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN lain
sehingga sebagian besar saham dimiliki oleh BUMN lain,
maka BUMN tersebut menjadi anak perusahaan BUMN
dengan ketentuan negara wajib memiliki saham dengan hak
istimewa yang diatur dalam anggaran dasar.
(3) Kekayaan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (2) yang dijadikan penyertaan modal negara pada
BUMN atau Perseroan Terbatas, bertransformasi menjadi
saham/modal negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas
tersebut.
(4) Kekayaan negara yang bertransformasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), menjadi kekayaan BUMN atau
Perseroan Terbatas tersebut.
(5) Kepemilikan atas saham/modal negara pada BUMN atau
Perseroan Terbatas dicatat sebagai investasi jangka panjang
sesuai dengan presentase kepemilikan Pemerintah pada
BUMN atau Perseroan Terbatas.
(6) Anak perusahaan BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), kepemilikan sebagian besar saham tetap dimiliki oleh
BUMN lain tersebut.

42
(7) Anak perusahaan BUMN sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diperlakukan sama dengan BUMN untuk hal sebagai
berikut:
a. mendapatkan penugasan Pemerintah atau
melaksanakan pelayanan umum; dan/atau
b. mendapatkan kebijakan khusus negara dan/atau
Pemerintah, termasuk dalam pengelolaan sumber daya
alam dengan perlakuan tertentu sebagaimana
diberlakukan bagi BUMN.

Belum ada pasal yang mengatur holding company secara rinci,

namun istilah holding ditemukan dalam Penjelasan Pasal 9 ayat (1)

huruf d PP 72/2016 yang ditentukan sebagai berikut:

Restrukturisasi dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk


memperbaiki struktur permodalan, seperti kuasi reorganisasi,
pengurangan persentase kepemilikan saham oleh negara
sebagai akibat pengeluaran saham baru yang tidak diambil
bagian oleh negara (dilusi), dan pergeseran atau pengalihan
saham milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas
kepada BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya sebagai
Penyertaan Modal Negara antara lain dalam rangka
pembentukan perusahaan induk BUMN (holding).

Holding company sebagai suatu induk perusahaan memiliki

saham dalam anak-anak perusahaannya dan memiliki berbagai

kewenangan sebagai pemegang saham yang diberikan oleh UUPT

2007. Berbagai macam kewenangan yang dimiliki sebagai

pemegang saham antara lain kewenangan untuk memanggil,

menyelenggarakan dimana perlu, menghadiri dan mengeluarkan

suara dalam RUPS. Berdasarkan ketentuan UUPT 2007, holding

company melalui RUPS dapat melakukan perbuatan-perbuatan

hukum sebagai berikut:

a. Menentukan anggota direksi perseroan;

43
b. Menentukan dewan komisaris;

c. Melakukan pengawasan terhadap jalannya perseroan;

d. Dan hal lain-lain yang diwajibkan dalam undang-undang.

Terdapat 2 (dua) bentuk pengendalian perusahaan grup

ditinjau dari kegiatan usaha induk perusahaan, yaitu:42

a. Investment Holding Company

Pada investment holding company, induk perusahaan

hanya melakukan penyertaan pada anak perusahaan, tanpa

melakukan kegiatan pendukung ataupun kegiatan operasional.

Induk perusahaan memperoleh pendapatan hanya dari dividen

yang diberikan oleh anak perusahaan.

b. Operating Holding Company

Pada operating holding company, induk perusahaan

menjalankan kegiatan usaha atau mengendalikan anak

perusahaan. Kegiatan usaha induk perusahaan biasanya akan

menentukan jenis izin usaha yang harus dipenuhi oleh induk

perusahaan tersebut.

2. Tujuan dan Manfaat Holding Company Badan Usaha Milik

Negara (BUMN)

Holdingisasi akan memberikan dampak signifikan terhadap

perekonomian. BUMN didorong untuk meningkatkan kapasitas

dalam rangka mendukung program pembangunan infrastruktur

42
Ibid., hlm. 25.

44
yang sedang berjalan. Selain itu, kontribusi BUMN dalam hal

penerimaan pajak dan dividen diharapkan juga meningkat.43

Bergabungnya beberapa perusahaan sekaligus

mengakibatkan perusahaan holding dapat memperoleh dan

mengerjakan proyek dengan skala lebih besar dibandingkan jika

perusahaan-perusahaan tersebut masih berdiri sendiri. Hal ini

dimungkinkan karena adanya pemusatan sumber daya pada

holding, yaitu sumber daya modal dan sumber daya manusia untuk

menghasilkan keuntungan lebih besar. Persaingan di antara

perusahaan yang tadinya berdiri sendiri tidak lagi terjadi karena

dibentuknya holding. Kini mereka justru dapat memadukan

kekuatan bersama terutama apabila mereka masuk dalam lini usaha

yang sama.44

Pendirian holding company pada umumnya bertujuan untuk

membuat suatu kelompok usaha yang kuat dengan satu induk

pemilik saham mayoritas sehingga kegiatan dari anak perusahaan

lebih terkontrol dan terarah. Manfaat dari keberadaan holding

company yaitu konstruksi perusahaan grup dalam bentuk holding

dianggap sebagai bentuk usaha yang paling mampu memenuhi

43
Toto Pranoto, 2017, Holding Company BUMN: Konsep, Implementasi, dan
Benchmarking, Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Indonesia, Jakarta, hlm. 88.
44
Ibid., hlm. 89.

45
kebutuhan kegiatan usaha berskala besar dan memiliki lini usaha

terdiversifikasi secara efektif. 45

3. Mekanisme Pelaksanaan Holding Company

Terdapat 3 proses dalam pembentukan holding company di

Indonesia, antara lain:46

a. Prosedur residu, dimana perusahaan akan dipecah-pecah

sesuai dengan sektor usaha masing-masing. Perusahaan yang

dipecah tersebut menjadi perusahaan yang mandiri sementara

sisanya (residu) dari perusahaan asal dikonversi menjadi

perusahaan holding yang juga memegang saham pada

perusahaan pecahan tersebut dan perusahaan-perusahaan

lainnya jika ada.

b. Prosedur penuh, yang biasanya dilakukan jika sebelumnya tidak

terlalu banyak terjadi pemecahan atau pemandirian perusahaan,

tetapi masing-masing perusahaan dengan kepemilikan yang

sama atau bersama hubungan saling terpencar, tanpa

terkonsentrasi dalam suatu perusahaan induk. Dalam hal ini,

yang menjadi perusahaan induk bukan sisa dari perusahaan asal

seperti pada prosedur residu, tetapi perusahaan penuh dan

mandiri.

45
Munir Fuady, 1996, Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek, Citra Aditya Bakti, Bandung,
hlm.91 – 93.
46
Neni Sri Imaniyati, 2009, Hukum Bisnis: Telaah Tentang Pelaku dan Kegiatan Ekonomi,
Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 195.

46
c. Prosedur terprogram, yang dilakukan jika sejak awal pemilik

telah menyadari pentingnya perusahaan holding sehingga sejak

awal sudah terpikir untuk membentuk suatu perusahaan holding.

Maka dari itu perusahaan yang didirikan pertama kali dalam

grupnya merupakan perusahaan holding/ induk. Kemudian untuk

setiap bisnis yang dilakukan, akan dibentuk atau mengakuisisi

perusahaan lain dimana perusahaan induk sebagai pemegang

saham biasanya bersama-sama dengan pihak lain sebagai

rekan bisnis.

Ketentuan dalam UUPT 2007 yang memberikan legitimasi bagi

pendirian atau pembentukan perusahaan grup terdapat pada pasal-

pasal berikut:47

a. Pendirian Suatu Perseroan oleh Perseroan Lain

Pasal 7 ayat (1) menetapkan bahwa Perseroan didirikan

oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat

dalam bahasa Indonesia. Kemudian Penjelasan Pasal 7 ayat (1)

menentukan yang dimaksud dengan “orang” adalah orang

perseorangan, baik warga Negara Indonesia maupun asing, atau

badan hukum Indonesia atau asing. Pasal ini mengatur legitimasi

bagi suatu badan hukum perseroan untuk mendirikan perseroan

lain. Pendirian suatu perseroan oleh perseroan lain

47
Sulistiowati, Op.Cit., hlm. 111.

47
menimbulkan keterkaitan antara induk dan anak perusahaan

yang selanjutnya membentuk suatu perusahaan grup.

b. Pembentukan Perusahaan Grup Melalui Pengambilalihan

Ketentuan Pasal 1 angka 11 UUPT 2007 mengatur bahwa

perusahaan grup dapat dibentuk melalui pengambilalihan

kepemilikan saham anak perusahaan oleh induk perusahaan

dengan implikasi yuridis berupa beralihnya pengendalian atas

perseroan tersebut. Pendapat ahli hukum Munir Fuady,

pengambilalihan atau yang sering disebut dengan akuisisi

menurut Pasal 125 ayat (3) UUPT 2007 akan mengakibatkan

secara hukum adanya peralihan pengendalian oleh pihak yang

mengambil alih perseroan, atau pihak yang mengakuisisi, dan

perseroan yang diambil alih sahamnya tidak menjadi bubar dan

tetap eksis seperti sediakala.

c. Pembentukan Perusahaan Grup Melalui Pemisahan

Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 angka 12 UUPT 2007,

pemisahan adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh

Perseroan untuk memisahkan usaha yang mengakibatkan

seluruh aktiva dan pasiva Perseroan beralih karena hukum

kepada 2 (dua) Perseroan atau lebih atau sebagian aktiva dan

pasiva Perseroan beralih karena hukum kepada 1 (satu)

Perseroan atau lebih.

48
Adanya pembentukan holding BUMN ini maka terjadi sebuah

konsep baru yang muncul pada mekanisme pengalihan hak atas

saham. Istilah pengalihan hak atas saham yang digunakan dalam

UUPT 2007 ialah pemindahan hak atas saham.

Proses pengalihan hak atas saham melalui penyertaan modal

negara yang dilakukan dalam pembentukan holding BUMN adalah

pengambilalihan hak atas saham langsung dari pemegang saham,

dalam hal ini negara sebagai pemegang sahamnya dengan

mengikuti ketentuan PP 72/2016.

Ketentuan Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 menentukan bahwa

penyertaan modal negara yang berasal dari kekayaan negara

berupa saham milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas

lain, dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui mekanisme

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Pasal ini

memberikan pengertian bahwa pemerintah tidak perlu melibatkan

Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga perwakilan

rakyat yang mempunyai fungsi anggaran dan fungsi pengawasan.

Pasal ini tidak dapat menjadi dasar hukum penyertaan modal negara

tanpa mekanisme APBN karena secara prinsip, ketentuan ini

mengubah ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara (selanjutnya disebut UU Keuangan

Negara).48

48
Agus Triyono, Op.Cit.

49
Diatur dalam Pasal 2A ayat (7) PP 72/2016 bahwa anak

perusahaan BUMN diperlakukan sama dengan BUMN untuk

mendapatkan kebijakan khusus negara/pemerintah, termasuk dalam

pengelolaan sumber daya alam. Pasal ini mengatur ketentuan yang

berbeda dengan UU BUMN, sebagaimana Pasal 1 angka 1 bahwa

BUMN menetapkan badan usaha yang seluruh atau sebagian besar

modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung

yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. Pasal ini juga

mengatur ketentuan yang berbeda dengan Pasal 33 ayat (3) UUD

1945 yang mengatur bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan

sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Hal ini berarti sumber

daya alam harus dikelola oleh negara melalui BUMN sebagai bentuk

penguasaan negara dalam aspek pengelolaan.

D. Tinjauan Tentang Holding Company PT Danareksa (Persero)

PT Danareksa (Persero) dipercaya Pemerintah menjadi Holding

Pengelola BUMN Lintas Sektor berdasarkan Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1976 tentang Penyertaan

Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan

Perseroan (Persero) “Dana Reksa”.

BUMN yang tidak dapat diklasterisasi dan BUMN bermasalah,

dalam hal ini ialah BUMN yang berstatus kurang sehat dan/atau tidak

50
sehat, ditunjuk untuk menginduk ke PT Danareksa (Persero).

Perusahaan-perusahaan yang menginduk ke PT Danareksa (Persero)

terdiri dari berbagai sektor lini usaha, seperti konstruksi, pengolahan

air, kawasan industri, manufaktur, konsultan dan media. 20 (dua puluh)

BUMN anggota holding tersebut tergolong sebagai BUMN kurang sehat

dan BUMN tidak sehat.49

Adapun anggota BUMN yang menginduk ke PT Danareksa

(Persero) antara lain PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau

PPA, PT Nindya Karya (Persero), PT Industri Kapal Indonesia (Persero)

atau IKI, PT Balai Pustaka (Persero), PT Kliring Berjangka Indonesia

(Persero) atau KBI, PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau

KBN, PT Kawasan Industri Medan (Persero) atau KIM, PT Kawasan

Industri Makassar (Persero) atau KIMA, PT Kawasan Industri

Wijayakusuma (Persero) atau KIW, PT Surabaya Industrial Estate

Rungkut (Persero) atau SIER, PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung

(Persero) atau JIEP, PT Virama Karya (Persero), PT Yodya Karya

(Persero), PT Indra Karya (Persero), PT Bina Karya (Persero), Perum

Jasa Tirta I (Persero), Perum Jasa Tirta II (Persero), PT Lembaga

Kantor Berita Nasional Antara (Persero) atau LKBN Antara, PT Barata

Indonesia (Persero), dan PT Boma Bisma Indra (Persero) atau BBI.50

49
Ridwan Nanda Mulyana, Op.Cit.
50
Ibid.

51
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2022 tentang

Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam

Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danareksa, telah

ditetapkan anggota Holding Danareksa tahap pertama ialah PT Nindya

Karya (Persero), PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero), PT

Kawasan Industri Medan (Persero) atau KIM, PT Kawasan Industri

Wijayakusuma (Persero) atau KIW, PT Kawasan Industri Makassar

(Persero) atau KIMA, PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau

KBN, PT Balai Pustaka, PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero), PT

Jakarta Industrial Estate Pulogadung (Persero) atau JIEP, dan PT

Surabaya Industrial Estate Rungkut (Persero) atau SIER.51 Sisa

perusahaan lainnya akan bergabung pada tahap kedua.

PT Danareksa (Persero) selaku induk perusahaan

mengelompokkan BUMN Kawasan Industri yang tergabung dalam

Holding Danareksa ke dalam sub Klaster Kawasan Industri, yang terdiri

dari PT KBN, PT KIMA, PT KIM, PT KIW, PT SIER, dan PT JIEP.

Sebelum Holding Danareksa diresmikan, 6 (enam) BUMN Kawasan

Industri ini membentuk virtual holding atau holding maya sebagai tahap

pra holding. Virtual holding ini membahas rencana strategis dan

standarisasi masing-masing sub klaster yang dilakukan setiap 2 (dua)

minggu, dengan tujuan ketika holding terjadi maka sudah terdapat

51
PT Danareksa (Persero). “Holding Danareksa, BUMN Spesialis Transformasi Pertama
di Indonesia”, Op.Cit.

52
konsolidasi di antara kawasan industri. Setelah holding diresmikan,

virtual holding ini hilang.52 Namun pembentukan virtual holding ini

dilaksanakan tanpa peraturan, disebabkan belum ada dasar yang

mengatur tata cara persiapan holding di Indonesia.

Selain itu, berdasarkan wawancara pada pra penelitian yang

penulis lakukan, dalam rangka pelaksanaan Holding Danareksa, PT

KBN selaku anggota holding mengadakan RUPS secara tidak tuntas

disebabkan tekanan dari Pemerintah RI selaku pemegang saham

mayoritas pada PT KBN yang mengisyaratkan untuk segera bergabung

dalam holding.53

Penambahan penyertaan modal negara (PMN) ke dalam modal

saham PT Danareksa (Persero) berasal dari pengalihan seluruh saham

Pemerintah pada 10 (sepuluh) BUMN anggota Holding Danareksa.54

Penyertaan modal negara pada Persero maupun Perseroan

Terbatas selalu diikuti dengan pengaturan hukum, dalam hal ini

Peraturan Pemerintah. Setiap kegiatan administrasi atau restrukturisasi

pada BUMN akan selalu diiringi dengan diterbitkannya Peraturan

Pemerintah, sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (3) dan ayat

(4) UU BUMN:

(3) Setiap penyertaan modal negara dalam rangka pendirian BUMN


atau perseroan terbatas yang dananya berasal dari Anggaran

52
Pra Penelitian pada tanggal 23 September 2022, wawancara dengan Bapak Alif Abadi,
Direktur Utama PT Kawasan Berikat Nusantara.
53
Pra Penelitian pada tanggal 14 Juli 2022, wawancara dengan Bapak Armen Amir, Tim
Ahli Hukum PT Kawasan Berikat Nusantara.
54
Ridwan Nanda Mulyana, Op.Cit.

53
Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah.
(4) Setiap perubahan penyertaan modal negara sebagaimana
dimaksud dalam ayat (2), baik berupa penambahan maupun
pengurangan, termasuk perubahan stuktur kepemilikan negara
atas saham Persero atau perseroan terbatas, ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Sebagaimana pula diatur dalam Pasal 3 ayat (1) PP 44/2005

bahwa:

Setiap Penyertaan Modal Negara atau penambahan Penyertaan


Modal Negara ke dalam BUMN dan Perseroan Terbatas yang
dananya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a ditetapkan
dengan peraturan pemerintah.
Diresmikannya Holding Danareksa oleh Menteri BUMN Erick

Thohir pada 20 Juli 2022, dilaksanakan dengan terbitnya 2 (dua)

peraturan pemerintah yaitu PP Nomor 113 Tahun 2021 tentang

Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1976 tentang

Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian

Perusahaan Perseroan (Persero) "Dana Reksa" dan PP Nomor 7

Tahun 2022 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT

Danareksa.

54
E. Analisis Proses Pengalihan Saham Pemerintah dari Beberapa
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada Pembentukan Holding
Company PT Danareksa (Persero) Berdasarkan Ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan yang Berlaku

1. Holding Company dalam Peraturan Perundang-Undangan


yang Berlaku

Holding company merupakan sebuah perusahaan yang

memiliki saham pada perusahaan lain yang menjadi targetnya

sehingga perusahaan tersebut menjadi pengendali di perusahaan

lain yang menjadi targetnya tersebut. Dibentuknya holding pada

BUMN merupakan salah satu upaya pemerintah untuk

merevitalisasi kinerja BUMN, dengan tujuan untuk membuat suatu

kelompok usaha yang kuat dengan satu induk pemilik saham

mayoritas sehingga kegiatan dari anak perusahaan lebih terkontrol

dan terarah.

Istilah holding company pertama kali ditemukan dalam

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan

atas Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata

Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan

Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas (PP 72/2016). Adapun

istilah holding tersebut tertuang dalam Penjelasan Pasal 9 ayat (1)

huruf d PP 72/2016 yaitu sebagai berikut:

Restrukturisasi dalam ketentuan ini dimaksudkan untuk


memperbaiki struktur permodalan, seperti kuasi reorganisasi,
pengurangan persentase kepemilikan saham oleh negara
sebagai akibat pengeluaran saham baru yang tidak diambil
bagian oleh negara (dilusi) dan pergeseran atau pengalihan
saham milik negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas
kepada BUMN dan/atau Perseroan Terbatas lainnya sebagai

55
Penyertaan Modal Negara antara lain dalam rangka
pembentukan perusahaan induk BUMN (holding).

Dibuatnya PP 72/2016 ini karena peraturan sebelumnya yakni

PP 44/2005 dinilai tidak cukup mengatur tentang inisiasi

pembentukan holding sektoral di Indonesia. PP 72/2016 ini sering

disebut dengan PP Holding sebab pembentukan holding didasari

oleh peraturan pemerintah ini. Namun PP 72/2016 sebagai dasar

hukum dilakukannya holding mengatur ketentuan yang berbeda

dengan peraturan perundang-undangan lainnya. Adapun beberapa

ketentuan tersebut antara lain:

a. Ketentuan Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016 menetapkan bahwa

penyertaan modal negara yang berasal dari kekayaan negara

berupa saham milik negara pada BUMN atau Perseroan

Terbatas lain, dilakukan oleh Pemerintah Pusat tanpa melalui

mekanisme Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Pasal

ini memberikan pengertian bahwa pemerintah tidak perlu

melibatkan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai lembaga

perwakilan rakyat yang mempunyai fungsi anggaran dan fungsi

pengawasan. Pasal ini tidak dapat menjadi dasar hukum

penyertaan modal negara tanpa mekanisme APBN karena

secara prinsip, ketentuan ini berbeda dengan ketentuan

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara (UU Keuangan Negara). Adapun Penjelasan Bagian

Umum Angka 9 UU Keuangan Negara menetapkan bahwa

56
laporan keuangan pertanggungjawaban pelaksanaan

APBN/APBD disampaikan berupa laporan keuangan yang

telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan

harus disampaikan kepada DPR. Kemudian, Pasal 1 UU BUMN

telah mengatur bahwa modal BUMN berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan, yakni kekayaan yang berasal dari

APBN untuk dijadikan penyertaan modal negara pada Persero.

b. Ketentuan Pasal 2A ayat (7) PP 72/2016 menetapkan bahwa

anak perusahaan BUMN diperlakukan sama dengan BUMN

untuk mendapatkan kebijakan khusus negara/pemerintah,

termasuk dalam pengelolaan sumber daya alam. Kemudian

diatur dalam Penjelasan Pasal 2A ayat (7), yang termasuk

dalam perlakuan yang sama dalam kebijakan khusus negara

dan/atau Pemerintah antara lain terkait dengan proses dan

bentuk perizinan, hak untuk memperoleh hak pengelolaan

lahan, kegiatan perluasan lahan dan/atau keikutsertaan dalam

kegiatan-kegiatan kenegaraan atau pemerintahan yang

melibatkan BUMN. Adapun pasal ini mengatur ketentuan yang

berbeda dengan UU BUMN, sebagaimana disebut dalam Pasal

1 angka 1 bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau

sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui

penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan

negara yang dipisahkan. Pasal ini juga mengatur ketentuan

57
yang berbeda dengan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 bahwa

bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besarnya

untuk kemakmuran rakyat. Hal ini berarti sumber daya alam

harus dikelola oleh negara melalui BUMN sebagai bentuk

penguasaan negara dalam aspek pengelolaan.

Menurut Pemerintah, pada hakikatnya saham milik negara

yang ada pada BUMN atau Perseroan Terbatas merupakan

kekayaan negara yang sudah dipisahkan dari APBN sehingga

pengalihan saham dimaksud untuk dijadikan penyertaan pada

BUMN atau perseroan terbatas tidak memerlukan mekanisme

APBN, sesuai dalam Pasal 2A ayat (1) PP 72/2016. Namun

demikian, UU Keuangan Negara memiliki perspektif yang

berbeda,55 sebagaimana diatur dalam Pasal 2 UU Keuangan

Negara sebagai berikut:

Keuangan Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1


angka 1, meliputi:
a. Kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau
oleh pihak lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang,
serta hak-hak lain yang dapat dinilai dengan uang, termasuk
kekayaan yang dipisahkan pada perusahaan negara/
perusahaan daerah.

Terdapat 2 (dua) putusan Mahkamah Konstitusi terkait

kekayaan negara, yakni Putusan MK Nomor 48/PUU-XI/2013 dan

55
Nano Tresna Arfana, “M. Guntur Hamzah Paparkan Kekayaan BUMN dalam Putusan
MK”, https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=16511, Diakses pada 25 Maret
2023 pukul 17.05 WITA.

58
Putusan MK Nomor 62/PUU-XI/2013. Putusan MK Nomor 48/PUU-

XI/2013 dalam perkara pengujian UU Keuangan Negara terhadap

UUD 1945 yang diajukan oleh Pusat Kajian Masalah Strategis

Universitas Indonesia, mengatur bahwa keuangan negara dalam

Pasal 1 angka 1 UU Keuangan Negara menggunakan rumusan

pengertian yang bersifat luas dengan tujuan untuk mengamankan

kekayaan negara yang bersumber dari uang rakyat melalui pajak,

retribusi maupun penerimaan negara bukan pajak. Ketentuan Pasal

2 huruf g UU Keuangan Negara ditujukan agar negara tetap dapat

mengawasi pengelolaan keuangan negara secara terbuka dan

bertanggung jawab, dengan demikian BUMN yang berbentuk

perseroan terbatas atau badan lain yang menggunakan kekayaan

negara seharusnya tetap diawasi.56

Sedangkan Putusan MK Nomor 62/PUU-XI/2013 dalam

perkara pengujian UU Keuangan Negara dan UU Nomor 15 Tahun

2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan terhadap UUD 1945

yang diajukan oleh Forum Hukum Badan Usaha Milik Negara dan

perorangan yaitu Drs. Omay Komar Wiraatmadja dan Sutrisno,

menentukan hakikat BUMN, BUMD, atau badan lain sejenisnya,

yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh negara,

merupakan perpanjangan tangan negara, dalam hal ini pemerintah

56
Ibid.

59
atau pemerintah daerah, yang seluruh atau sebagian besar modal

atau sahamnya berasal dari keuangan negara yang dipisahkan.57

Berdasarkan putusan tersebut, diketahui bahwa UU

Keuangan Negara menetapkan kekayaan BUMN merupakan

bagian dari kekayaan negara, meskipun kekayaan negara pada

BUMN tersebut telah dipisahkan menjadi wilayah privat. Hal ini pun

diikuti dengan adanya 2 (dua) Putusan Mahkamah Konstitusi terkait

harta kekayaan negara.

Kemudian, setelah disahkannya holding pada suatu BUMN,

anak perusahaan dari holding tersebut bukan lagi merupakan

BUMN. Hal ini sudah jelas ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 UU

BUMN dalam frasa penyertaan modal secara langsung. Berarti

Pasal 2A ayat (7) PP 72/2016 mengatur ketentuan yang berbeda

dengan UU BUMN. Namun Pemerintah mengemukakan bahwa

walaupun telah terjadi pengalihan saham suatu BUMN kepada

BUMN lain, BUMN yang kemudian menjadi anak perusahaan tetap

harus dianggap sebagai BUMN sebab masih terdapat kepemilikan

negara berupa Saham Seri A Dwiwarna sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2A ayat (2) PP 72/2016.

Mahfud M. D. selaku Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi

(MK) mengemukakan bahwa PP 72/2016 mengatur ketentuan yang

berbeda dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan,

57
Ibid.

60
yakni UU Keuangan Negara dan UU BUMN. Menurutnya, regulasi

holding BUMN sebaiknya diatur dalam suatu undang-undang

sebagai dasar hukum. Mahfud juga beranggapan bahwa sebuah

undang-undang hanya boleh diubah dengan undang-undang lain,

bukan dalam bentuk peraturan pemerintah. 58

Jika Pemerintah ingin mengubah ketentuan dalam UU

Keuangan Negara dan UU BUMN terkait pengaturan holding

company, sebaiknya dijalankan dengan mengikuti aturan dalam UU

Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan bahwa sebuah undang-undang tidak bisa

diubah hanya dengan peraturan pemerintah, harus dalam bentuk

undang-undang lainnya.

PP 72/2016 tersebut hanya merupakan perubahan atas

beberapa pasal dari PP 44/2005, namun mengatur ketentuan yang

berbeda dengan aturan hukum yang sudah lebih dahulu ada.

Perubahan peraturan tersebut belum mengatur mekanisme

pembentukan holding secara konkrit. Adapun, pengaturan holding

company seharusnya diatur dalam undang-undang tersendiri.

2. Pengalihan Saham Pemerintah Menjadi Saham PT Danareksa


(Persero)

Transformasi BUMN yang dilakukan oleh Menteri BUMN Erick

Thohir telah berjalan selama 3 (tiga) tahun. Salah satu bentuk

58
Rosa Panggabean, “PP Penyertaan Modal Negara Pada BUMN Bertentangan Dengan
3 UU”, https://m.bisnis.com/amp/read/20170207/9/626399/pp-penyertaan-modal-negara-
pada-bumn-bertentangan-dengan-3-uu, Diakses pada 2 Maret 2023 pukul 18.26 WITA.

61
transformasi tersebut ialah ditunjuknya PT Danareksa (Persero)

menjadi salah satu holding BUMN yang telah diresmikan pada

tanggal 20 Juli 2022 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun

2022 tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik

Indonesia ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan

(Persero) PT Danareksa sebagai dasarnya.

Pada awalnya, PT Danareksa (Persero) ditargetkan untuk

menjadi induk Holding Perbankan, namun setelah dikaji lebih lanjut,

dirasa kurang tepat jika PT Danareksa (Persero) menjadi holding

company pada perbankan. Akhirnya PT Danareksa (Persero)

ditunjuk sebagai multisektor holding transformasi dan scale up.59

Anggota Holding Danareksa terdiri dari 20 perusahaan yang

peresmiannya dibagi dalam 2 (dua) tahap. Tahap pertama

beranggotakan PT Perusahaan Pengelolaan Aset, PT Nindya

Karya, PT Kliring Berjangka Indonesia, PT Balai Pustaka, PT

Kawasan Berikat Nusantara (KBN), PT Kawasan Industri Medan

(KIM), PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), PT Kawasan

Industri Makassar (KIMA), PT Surabaya Industrial Estate Rungkut

(SIER), dan PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP).

Pada 1 Desember 2020, Kementerian BUMN menetapkan

Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia

59
Penelitian pada tanggal 14 Desember 2022, wawancara dengan Bapak R. Muhammad
Irwan, Plt. Direktur Utama PT Danareksa (Persero).

62
Nomor SK-385/MBU/12/2020 tentang Pembentukan Tim

Percepatan Konsolidasi Badan Usaha Milik Negara Sub Klaster

Danareksa-PPA60 (selanjutnya disebut Surat Keputusan (SK) Tim)

yang menentukan agar dibentuknya tim percepatan konsolidasi

Holding Danareksa, dengan susunan Tim Pengarah (Steering

Committee), Tim Kerja (Organizing Committee), dan Project

Management Office (PMO).

Berikut adalah susunan beserta nama dan jabatan dalam Tim

Pengarah, Tim Kerja, dan PMO berdasarkan SK Tim:

Tabel 2.2 Tim Percepatan Konsolidasi BUMN Klaster Danareksa-PPA


No. Nama Jabatan dalam Tim
I Tim Pengarah (Steering Committee)
1. Menteri BUMN Anggota
2. Wakil Menteri BUMN II Anggota
3. Deputi Keuangan dan Sekretaris
Manajemen Risiko
II Tim Kerja (Organizing Committee)
1. Direktur Utama PT Danareksa Ketua
(Persero)
2. Direktur Utama PT Perusahaan Anggota
Pengelola Aset (Persero)
3. Direktur Utama PT Surabaya Anggota
Industrial Estate Rungkut
4. Direktur Utama PT Nindya Karya Anggota
5. Direktur Utama Perum Jasa Tirta Anggota
II
6. Direktur Utama PT Kliring Anggota
Berjangka Indonesia (Persero)

60
Pada awalnya disebut Holding Danareksa-PPA karena PT Perusahaan Pengelola Aset
(PPA) yang akan menginduk di PT Danareksa (Persero) memiliki fungsi untuk
merestrukturisasi BUMN tidak sehat yang juga akan menjadi anak perusahaan PT
Danareksa (Persero). Namun lambat laun penyebutan tersebut diganti dengan Holding
Danareksa.

63
7. Direktur Utama Barata Anggota
Indonesia (Persero)
8. Direktur Utama PT Virama Karya Anggota
(Persero)
III Project Management Office (PMO)
1. Direktur Investasi PT Danareksa Ketua
(Persero)
2. Asisten Deputi Bidang Sarana Wakil Ketua
dan Prasarana Perhubungan
3. Staf Wakil Menteri BUMN II Sekretaris
Sumber data: Keputusan Menteri BUMN RI Nomor SK-385/MBU/12/2020

Adapun Project Management Office (PMO), sesuai dalam

Dikum Kedua SK tersebut, memiliki tanggung jawab sebagai

berikut:

a. Menyusun program kerja tim;

b. Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam

pelaksanaan percepatan konsolidasi BUMN Klaster

Danareksa-PPA;

c. Mengimplementasikan program percepatan konsolidasi BUMN

Klaster Danareksa-PPA.

d. Melaporkan kepada Tim Kerja untuk hal-hal yang perlu

mendapatkan arahan/keputusan dari Tim Kerja;

e. Menunjuk dan menggunakan konsultan, narasumber, dan/atau

membentuk tim pendukung lainnya sesuai dengan kebutuhan

untuk mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Tim; dan

f. Melakukan tugas-tugas lain yang berkaitan dengan

implementasi pengelolaan dan percepatan konsolidasi BUMN

Klaster Danareksa-PPA.

64
PT Danareksa selaku PMO diberikan tanggung jawab untuk

mengelompokkan anak perusahaannya dengan membentuk sub

klaster, salah satunya ialah Sub Klaster Kawasan Industri yang

terdiri dari PT KBN, PT KIM, PT KIW, PT KIMA, PT SIER, dan PT

JIEP. Pembentukan sub klaster ini mendapat persetujuan prinsip

oleh Presiden RI Joko Widodo dan jajaran 16 (enam belas) Menteri

melalui rapat terbatas pada tanggal 8 Maret 2021.61 Adapun sub

klaster tersebut sebagaimana tertuang di dalam SK Tim adalah

sebagai berikut:

Tabel 2.3 Sub Klaster Kawasan Industri


Nama Jabatan dalam Tim
Sub Klaster Kawasan Industri
1. Direktur Utama PT Kawasan Berikat Ketua
Nusantara (Persero)
2. Pengendali Kelompok pada Asisten Sekretaris
Deputi Bidang Sarana dan Prasarana
Perhubungan
3. Direktur Utama PT Kawasan Industri Anggota
Medan (Persero)
4. Direktur Utama PT Kawasan Industri Anggota
Wijayakusuma (Persero)
5. Direktur Utama PT Kawasan Industri Anggota
Makassar (Persero)
6. Direktur Utama PT Jakarta Industrial Anggota
Estate Pulogadung
7. Direktur Operasi PT Surabaya Anggota
Industrial Estate Rungkut
Sumber data: Keputusan Menteri BUMN RI Nomor SK-385/MBU/12/2020

Sub Klaster Kawasan Industri tersebut kemudian membentuk

virtual holding atau holding maya sebagai program percepatan

61
Bersumber dari data konsultan Holding Danareksa.

65
konsolidasi holding dalam tahap pra holding. Virtual holding ini

membahas rencana strategis dan standarisasi masing-masing sub

klaster yang dilakukan setiap 2 (dua) minggu, dengan tujuan ketika

holding terjadi maka sudah terdapat konsolidasi di antara kawasan

industri. Setelah holding diresmikan, virtual holding ini ditiadakan.

Peraturan perundang-undangan tidak mengenal virtual

holding, namun virtual holding ini sering digunakan sebagai

mekanisme pelaksanaan konsolidasi terjadinya holding. Sebagai

contoh, mekanisme virtual holding ini telah dilaksanakan saat

dilakukannya holding pada PT Perusahaan Listrik Negara

(Persero)62 dan pada Holding Maritim dengan PT Pelabuhan

Indonesia II (Persero) sebagai induknya. 63

Adapun, pembentukan virtual holding harus diatur lebih lanjut

agar dapat ditentukan secara jelas kewenangan penggunaan

anggaran perusahaan calon anggota holding. Tanpa tata cara

proses pembentukan holding, maka akan muncul potensi

pelanggaran penggunaan biaya perusahaan. Perusahaan tidak

boleh mengeluarkan dana tanpa anggaran, penggunannya harus

diatur agar dapat dipertanggungjawabkan.

62
Monica Wareza, “Catat! Virtual Holding dan Sub Holding PLN Berjalan Mei 2022”,
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220126150250-4-310654/catat-virtual-holding-
dan-sub-holding-pln-berjalan-mei-2022/amp, Diakses pada 21 Februari 2023 pukul 18.52
WITA.
63
Feby Dwi Sutianto, “Penggabungan BUMN Dimulai dari Virtual Holding Company”,
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3051717/penggabungan-bumn-dimulai-
dari-virtual-holding-company, Diakses pada 1 Maret 2023 pukul 15.36 WITA.

66
Penyediaan anggaran dana perusahaan tersebut belum

teranggarkan karena mekanisme virtual holding hanya dikeluarkan

oleh SK Tim Kementerian BUMN yang bersifat parsial dan tidak

mengatur kewenangan virtual holding secara menyeluruh. SK Tim

tersebut cenderung mengarahkan pembentukan tim kerja

persiapan holding.

Berdasarkan Prinsip Good Corporate Governance (GCG)

atau Tata Kelola Perusahaan yang Baik, setiap peranggaran

keuangan perusahaan harus dilakukan secara terukur, transparan

dan akuntabel.64 Sebagai antisipasi pertanggungjawaban

penggunaan keuangan perusahaan BUMN yang akan holding,

maka Prinsip GCG harus benar-benar dipenuhi dan bersifat

menyeluruh, tidak cukup hanya dengan SK Tim Kementerian

BUMN saja, namun seharusnya melalui mekanisme peraturan yang

lebih tinggi dari SK Kementerian, mengingat banyaknya program

holdingisasi yang masih akan terus digulirkan dengan tujuan agar

jumlah BUMN nantinya akan semakin berkurang di bawah holding

BUMN.

Virtual holding memang perlu dilakukan demi percepatan

konsolidasi holding, namun untuk saat ini belum ada payung hukum

secara menyeluruh. Pemerintah perlu segera membuat undang-

undang tentang holding yang tentunya juga membahas dasar

64
Adrian Sutedi, 2011, Good Corporate Governance, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 4.

67
hukum dilaksanakannya virtual holding, bukan hanya berdasar dari

surat keputusan parsial dari Kementerian BUMN. Kementerian

BUMN membentuk holding didasari pada standar di beberapa

negara lain yang juga membentuk holding company, seperti Korea

Selatan, Amerika Serikat, Prancis, hingga Malaysia.65

Holding Danareksa tahap pertama telah diresmikan oleh

Menteri BUMN, Erick Thohir, pada 20 Juli 2022. Diresmikannya

holding tersebut mengakibatkan hilangnya virtual holding yang

kemudian berganti bentuk menjadi sub klaster dalam Holding

Danareksa.

Proses peresmian Holding Danareksa dibagi menjadi 2 (dua)

tahap dalam rangka pecepatan proses pembentukan holding serta

menghindari adanya urutan proses yang terlalu panjang. Maka dari

itu Kementerian BUMN mengusulkan pembentukan holding tahap

pertama mengikutsertakan anggota holding yang tidak memiliki

hambatan yang kompleks. Tahap pertama pembentukan holding

berisikan 10 (sepuluh) anak perusahaan, mengingat tidak adanya

aturan spesifik yang kritikal untuk diselesaikan sebelum inbreng.66

Adapun rangkaian proses pembentukan Holding Danareksa

adalah sebagai berikut:67

65
Monica Wareza, Op.Cit.
66
Bersumber dari data konsultan Holding Danareksa.
67
Bersumber dari data konsultan Holding Danareksa.

68
a. Kementerian BUMN menerbitkan Surat Penunjukan PT

Danareksa (Persero) sebagai induk holding;

b. Kementerian BUMN melaksanakan Rapat Pimpinan;

c. Kementerian BUMN menerbitkan surat kepada Kementerian

Keuangan terkait usulan holding;

d. PT Danareksa (Persero) mengusulkan Perluasan Peraturan

Pemerintah No. 25 Tahun 1976 tentang Penyertaan Modal

Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan

Perseroan (Persero) “Dana Reksa”;

e. Konsultan Holding Danareksa membuat Buku Kajian

Pengalihan Saham;

f. Kementerian BUMN membuat Draft Rancangan Peraturan

Pemerintah (PP) Pengalihan Saham;

g. Kementerian BUMN membahas Buku Kajian Pengalihan

Saham bersama Kementerian Keuangan;

h. Kementerian Keuangan mengajukan Surat Permohonan Izin

Prakarsa Pengalihan Saham kepada Kementerian Sekretariat

Negara;

i. Kementerian Keuangan mengusulkan untuk dilaksanakannya

pembahasan antar kementerian;

j. Kementerian Keuangan mengirim surat kepada Kementerian

Hukum dan HAM terkait Harmonisasi Rancangan PP;

k. Harmonisasi oleh Kementerian Hukum dan HAM;

69
l. Penetapan Peraturan Pemerintah oleh Presiden;

m. Laporan Valuasi Kantor Jasa Penilai Publik yang diusulkan oleh

Konsultan Holding Danareksa;

n. Kementerian terkait menyetujui Rancangan PP;

o. Penandatanganan PP Pengalihan Saham oleh Presiden;

p. Pengundangan PP oleh Kementerian Hukum dan HAM;

q. Kementerian Keuangan membuat Kredit Modal Kerja (KMK)

tentang Penetapan Nilai Definitif Penambahan Modal Negara

(PMN) ke Induk Holding;

r. BUMN Anggota Holding Danareksa melakukan perubahan

Anggaran Dasar dan/atau Anggaran Rumah Tangga;

s. Kementerian BUMN mengeluarkan Akta Pengalihan Saham

dan RUPS.

Terkait pelaksanaan RUPS pada BUMN Kawasan Industri,

yaitu PT KBN, PT KIM, PT KIW, PT KIMA, PT SIER dan PT JIEP,

dijelaskan bahwa RUPS tersebut tidak dilaksanakan secara tuntas.

Seharusnya RUPS dilakukan berkali-kali pada Kawasan Industri

beserta masing-masing pemegang sahamnya yaitu Pemerintah

Pusat dan Pemerintah Provinsi/Daerah. Namun karena adanya

tuntutan dari Negara, dalam hal ini Kementerian BUMN, RUPS

tersebut hanya dilaksanakan 1 (satu kali).68

68
Pra Penelitian pada tanggal 14 Juli 2022, wawancara dengan Bapak Armen Amir, Tim
Ahli Hukum PT Kawasan Berikat Nusantara.

70
Kementerian BUMN melihat bahwa dengan terlaksananya

RUPS tersebut, BUMN Kawasan Industri telah siap untuk

melakukan perubahan status menjadi anak perusahaan PT

Danareksa (Persero). Kementerian BUMN lalu mengisyaratkan

pada BUMN Kawasan Industri untuk segera bergabung ke dalam

Holding Danareksa.69 Kemudian diterbitkanlah Peraturan

Pemerintah No. 7 Tahun 2022 tentang Penambahan Penyertaan

Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal Saham

Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danareksa.

Padahal, berdasarkan informasi yang penulis terima, ke-6

(keenam) kawasan industri tersebut belum siap bergabung ke

dalam holding dikarenakan perlunya persiapan dan pemaparan

yang lebih jelas dari Pemerintah Pusat, dalam hal ini Kementerian

BUMN. Kesepakatan belum tercapai dalam RUPS yang hanya

dilaksanakan sebanyak 1 (satu) kali. Adanya tuntutan dari

Kementerian BUMN untuk segera meresmikan Holding Danareksa

membuat ke-6 (keenam) kawasan industri menyetujui holding

ketika RUPS.

Sebagai pembanding, berikut persamaan maupun perbedaan

terbentuknya Holding Perkebunan dengan Holding Danareksa:70

69
Pra Penelitian pada tanggal 14 Juli 2022, wawancara dengan Bapak Armen Amir, Tim
Ahli Hukum PT Kawasan Berikat Nusantara.
70
Ivo Eriska Ginting, Op.Cit., hlm. 94.

71
Tabel 2.4. Perbandingan Holding Perkebunan dengan Holding Danareksa.
No. Holding Perkebunan Holding Danareksa

Sebelum holding

Tidak membentuk virtual diresmikan, dibentuk terlebih

holding dalam tahap pra dahulu virtual holding


1.
holding untuk proses sebagai tahap pra holding

konsolidasinya. untuk proses percepatan

konsolidasi.

Pemegang saham pada

anak-anak perusahaan

Holding Danareksa Sub

Pemegang saham pada Klaster Kawasan Industri

anak-anak perusahaan terdiri dari pemegang saham

2. Holding Perkebunan mayoritas yaitu Pemerintah

hanya terdiri dari RI, beserta pemegang

Pemerintah RI. saham minoritas yaitu

Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah

Kabupaten/Kota.

Terbentuk melalui adanya Terbentuk melalui prosedur

prosedur terpogram, penuh, dimana masing-


3.
dimana pemerintah dalam masing perusahaan berdiri

hal ini Kementerian BUMN secara mandiri. Perusahaan

72
telah menyadari dengan lini bisnis yang

pentingnya holding berhubungan saling

company, sehingga sejak terpencar tanpa

awal sudah terpikir untuk terkonsentrasi dalam suatu

membentuk suatu perusahaan induk.

perusahaan holding. Kemudian dibentuklah

Holding Danareksa oleh

Kementerian BUMN.

PT Perkebunan Nusantara

III Medan (Persero) selaku PT Danareksa (Persero)

induk holding tidak hanya selaku induk holding juga

mengendalikan dan mengendalikan dan

mengawasi anak mengawasi anak

3. perusahaan, tetapi juga perusahaannya, sekaligus

menjalankan kegiatan menjalankan kegiatan

usaha. Bentuk holding usaha. Holding Danareksa

yang dijalankan ialah berbentuk operating holding

operating holding company.

company.

Holding Perkebunan Holding Danareksa

dilakukan melalui terbentuk melalui


4.
pengambilalihan, sesuai pengambilalihan, dimana

Pasal 1 angka 11 UUPT saham anak-anak

73
2007, yang perusahaannya dialihkan

mengakibatkan beralihnya oleh pemerintah, dalam hal

pengendalian atas ini Kementerian BUMN,

perseroan tersebut. kepada PT Danareksa

(Persero).

Sumber: Bahan Hukum Sekunder, diolah, 2023.

74
BAB III

HAK-HAK PEMEGANG SAHAM MINORITAS YANG MENDAPATKAN


PERLINDUNGAN HUKUM DALAM PROSES HOLDING COMPANY PT
DANAREKSA (PERSERO)

A. Tinjauan Tentang Klasifikasi Saham

Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun

2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut UUPT 2007),

perseroan adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal,

didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan

modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan

pelaksanaannya.

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

saham merupakan bukti penyetoran modal kepada perseroan.

Pemegang saham di dalam perusahaan memiliki bagian saham yang

dinyatakan dengan angka dan bilangan yang tertulis pada surat saham

yang dikeluarkan oleh perseroan dan ditetapkan dalam anggaran

dasar.71

Klasifikasi saham ditetapkan dalam anggaran dasar. Yang

dimaksud dengan klasifikasi saham ialah kelompok saham yang satu

dengan yang lain mempunyai karakteristik sama dan karakteristik

tersebut membedakannya dengan saham yang merupakan kelompok

71
I. G. Rai Widjaya, 2002, Hukum Perusahaan: Undang-Undang dan Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang di Bidang Usaha, Kesaint Blanc, Bekasi, hlm. 193.

75
saham dari klasifikasi berbeda. Setiap klasifikasi saham yang sama

memberikan hak yang sama kepada pemegangnya. Jika terdapat lebih

dari 1 (satu) klasifikasi saham, maka anggaran dasar menetapkan 1

(satu) klasifikasi sebagai “saham biasa” yang artinya saham yang

memberikan hak suara untuk mengambil keputusan dalam RUPS

mengenai segala hal yang berkaitan dengan pengurusan perseroan,

hak menerima pembagian dividen dan sisa kekayaan dalam proses

likuidasi. Hak saham yang dimiliki oleh pemegang saham biasa dapat

juga dimiliki oleh pemegang saham klasifikasi lain.72

Ketentuan UUPT 2007 tidak mengenal jenis-jenis pemegang

saham, namun setiap pemegang saham dibedakan dari haknya dalam

sebuah perusahaan. Hak dari pemegang saham tersebut diatur dalam

klasifikasi saham berdasarkan Pasal 53 ayat (4) UUPT 2007, yaitu:

a. Saham dengan hak atau tanpa hak suara;

b. Saham dengan hak khusus untuk mencalonkan anggota Direksi

dan/atau anggota Dewan Komisaris;

c. Saham yang setelah jangka waktu tertentu ditarik kembali atau

ditukar dengan klasifikasi saham lain;

d. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk

menerima dividen lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi

lain atas pembagian dividen secara kumulatif atau non kumulatif;

dan

72
Ibid., hlm. 196.

76
e. Saham yang memberikan hak kepada pemegangnya untuk

menerima lebih dahulu dari pemegang saham klasifikasi lain atas

pembagian sisa kekayaan Perseroan dalam likuidasi.

Di Indonesia, dikenal juga Saham Dwiwarna. Saham ini dimiliki

oleh Pemerintah Indonesia dan berjumlah hanya 1 (satu) lembar. Jadi,

pemerintah selain menjadi pemegang saham mayoritas pada BUMN,

juga memiliki 1 (satu) lembar saham istimewa atau saham dwiwarna.73

Saham dwiwarna diatur dalam Pasal 2A ayat (2) PP 72/2016 yang

menentukan “Dalam hal kekayaan negara berupa saham milik negara

pada BUMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf d

dijadikan penyertaan modal negara pada BUMN lain sehingga

sebagian besar saham dimiliki oleh BUMN lain, maka BUMN tersebut

menjadi anak perusahaan BUMN dengan ketentuan negara wajib

memiliki saham dengan hak istimewa yang diatur dalam anggaran

dasar.”

Saham dwiwarna terbagi menjadi Saham Seri A Dwiwarna dan

Saham Seri B Dwiwarna. Secara singkat, Saham Seri A Dwiwarna

adalah saham khusus yang memiliki hak yang lebih dibandingkan

saham biasa, meliputi hak preferen untuk mengusulkan dan

mencalonkan anggota direksi dan dewan komisaris. Ciri khusus dari

klasifikasi saham ini bahwa saham ini tidak dapat diperjualbelikan. Pada

73
Hukum Online, “Program Standarisasi Anggaran Dasar BUMN”
https://www.hukumonline.com/klinik/ulasan.lt595ca7d8aee70/program-standarisasi-
anggaran-dasar-bumn-/, Diakses pada 19 April 2022 pukul 21.23 WITA.

77
umumnya pemegang saham Seri A ini adalah pendiri perusahaan.74

Berdasarkan Lampiran S-BUMN No. 163/MBU/03/2017 tentang

Penyampaian Draft Standar Anggaran Dasar BUMN Tbk Sektor Non

Perbankan menyatakan bahwa saham Seri A Dwiwarna adalah saham

yang dimiliki khusus oleh Negara Republik Indonesia yang memberikan

kepada pemegangnya hak istimewa sebagai pemegang saham Seri A

Dwiwarna. Sedangkan saham Seri B Dwiwarna merupakan saham

yang dapat diperjualbelikan kepada publik.

B. Tinjauan Tentang Pemegang Saham

Ditentukan dalam Pasal 1 angka 1 UUPT 2007 bahwa perseroan

adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan

berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal

dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi

persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan

pelaksanaannya. Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat

dikatakan bahwa saham merupakan bukti penyetoran modal kepada

perseroan. Pemegang saham di dalam perusahaan memiliki bagian

saham yang dinyatakan dengan angka dan bilangan yang tertulis pada

surat saham yang dikeluarkan oleh perseroan dan ditetapkan dalam

anggaran dasar.75

74
Ibid.
75
I. G. Rai Widjaya, Op.Cit., hlm. 193.

78
Ketentuan Pasal 84 ayat (1) UUPT 2007 mengatur bahwa setiap

saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak suara, kecuali anggaran

dasar menentukan lain. Pasal ini memberikan pengertian asas one

share one vote (satu orang satu suara), dimana setiap pemegang

saham berhak mengeluarkan suaranya sebanyak saham yang

dimilikinya di dalam perseroan. Asas inilah yang melahirkan pemegang

saham mayoritas dan pemegang saham minoritas.76 Suatu PT terdiri

dari 2 (dua) atau lebih pemegang saham. Seringkali pembagian saham

tersebut tidak sama rata, sehingga terdapat pemegang saham

mayoritas dan pemegang saham minoritas.

Pada dasarnya, setiap pemegang saham, baik pemegang saham

mayoritas maupun pemegang saham minoritas memiliki hak sebagai

berikut:

1. Hak Meminta Penyelenggaraan RUPS

Ditentukan dalam Pasal 79 ayat (2) UUPT bahwa 1 (satu)

orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili

1/10 (satu persepuluh) atau lebih dari jumlah seluruh saham

dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan jumlah

yang lebih kecil, dapat meminta direksi menyelenggarakan RUPS.

76
Maya Sari, Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas yang Tidak
Dilibatkan dalam Proses Akuisisi, Jurnal Yuridika, Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
Volume 32, Nomor 3, September 2017, hlm. 446.

79
2. Hak Menggugat atas Nama Perseroan

Diatur dalam Pasal 97 ayat (6) UUPT 2007, atas nama

perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10

(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak

suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri

terhadap anggota direksi atau anggota dewan komisaris yang

karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada

perseroan.

3. Hak Menggugat Perseroan

Setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan

terhadap perseroan melalui pengadilan negeri yang daerah

hukumnya meliputi kedudukan perseroan, jika tindakan perseroan

yang merugikan kepentingannya dianggap tidak adil dan dilakukan

tanpa alasan yang wajar sebagai akibat dari keputusan RUPS,

direksi dan/atau dewan komisaris, sebagaimana ditentukan dalam

Pasal 61 ayat (1) UUPT 2007.

4. Hak Angket

Ditentukan dalam Pasal 138 UUPT 2007, apabila pemegang

saham minoritas merasa bahwa perseroan telah melakukan

perbuatan melawan hukum, maka dapat diajukan permohonan

pemeriksaan terhadap perseroan. Hal ini dilakukan agar

didapatkan data atau keterangan yang dapat menginformasi atau

membantah dugaan tersebut. Permohonan dapat diajukan oleh

80
satu pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 1/10

(satu persepuluh) bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak

suara.

5. Hak Meminta Sahamnya Dibeli Perseroan dengan Harga Wajar

Tidak semua pemegang saham akan selalu menyetujui setiap

tindakan persereoan. Maka Pasal 62 ayat (1) UUPT 2007

menetapkan bahwa setiap pemegang saham berhak meminta

kepada perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar

apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan

yang merugikan pemegang saham atau perseroan.

6. Hak Atas Informasi Perusahaan

Ketentuan Pasal 100 ayat (3) UUPT 2007 mengatur bahwa

pemegang saham dapat meminta kepada direksi melalui

permohonan tertulis untuk memeriksa daftar pemegang saham,

daftar khusus, risalah RUPS dan salinannya, serta laporan tahunan

dan salinannya.

7. Hak Mengajukan Pembubaran Perseroan

Pasal 144 ayat (1) UUPT 2007 mengatur bahwa direksi,

dewan komisaris atau 1 (satu) pemegang saham atau lebih yang

mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian dari jumlah

seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul

pembubaran perseroan kepada RUPS.

81
Pada BUMN, dengan adanya Saham Seri A Dwiwarna yang dimiliki

khusus oleh Negara Republik Indonesia, maka pemerintah memiliki hak

veto yang besar terhadap pengendalian dan rencana bisnis

perusahaan. Hak-hak istimewa pemegang Saham Seri A Dwiwarna

adalah:77

1. Hak untuk menyetujui dalam RUPS mengenai hal-hal sebagai

berikut:

a. Persetujuan perubahan anggaran dasar;

b. Persetujuan perubahan permodalan;

c. Persetujuan pengangkatan dan pemberhentian anggota direksi

dan dewan komisaris;

d. Persetujuan terkait penggabungan, peleburan,

pengambilalihan, pemisahan dan pembubaran;

e. Persetujuan remunerasi anggota direksi dan dewan komisaris;

f. Persetujuan pemindahtanganan aset yang berdasarkan

anggaran dasar perlu persetujuan RUPS;

g. Persetujuan mengenai penyertaan dan pengurangan

prosentase penyertaan modal pada perusahaan lain yang

berdasarkan anggaran dasar perlu persetujuan RUPS;

h. Persetujuan penggunaan laba; dan

77
Hukum Online, “Program Standarisasi Anggaran Dasar BUMN”, Op.Cit.

82
i. Persetujuan mengenai investasi dan pembiayaan jangka

panjang yang tidak bersifat operasional yang berdasarkan

anggaran dasar perlu persetujuan RUPS.

2. Hak untuk mengusulkan calon anggota direksi dan calon anggota

dewan komisaris;

3. Hak untuk mengusulkan agenda RUPS;

4. Hak untuk meminta dan mengakses data dan dokumen perusahaan

dengan mekanisme penggunaan hak dimaksud sesuai dengan

ketentuan dalam anggaran dasar dan peraturan perundang-

undangan.

C. Tinjauan Tentang Pemegang Saham Minoritas

1. Pengertian dan Pengaturan Pemegang Saham Minoritas

Pemegang saham mayoritas maupun pemegang saham

minoritas tidak diatur secara tegas dalam UUPT 2007. Namun jika

ditinjau mengenai beberapa hak pemegang saham dalam UUPT,

pemegang saham minoritas diartikan sebagai pemegang saham

yang mewakili sebanyak 1/10 (satu per sepuluh) jumlah seluruh

saham.78 Maka pemegang saham minoritas menurut UUPT 2007

adalah pemegang saham yang memiliki sebagian kecil saham pada

suatu perseroan, sedangkan pemegang saham mayoritas adalah

pemegang saham yang memiliki lebih dari 50% (lima puluh persen)

saham pada suatu perseroan.

78
Ibid., hlm. 445.

83
Mengingat jumlah suara yang dimilikinya, pemegang saham

mayoritas memiliki keunggulan dengan dapat mengambil

keputusan dalam RUPS tanpa kehadiran dari pemegang saham

minoritas bila jumlah kuorum sudah tercukupi. Selain itu,

dikarenakan dalam membuat keputusan berlaku asas pemungutan

suara (voting), maka kedudukan pemegang saham minoritas tentu

akan kalah dalam pemungutan suara. Pemegang saham minoritas

juga lemah kedudukannya karena terdapat konsep separate legal

entity yaitu pemegang saham minoritas tidak boleh mencampuri

manajemen perusahaan.79 Dengan demikian, pemegang saham

minoritas bisa saja dirugikan oleh tindakan-tindakan manajemen

yang diambil oleh perusahaan karena tidak dapat turut campur.

Dalam hubungan inilah sangat diperlukan adanya perlindungan

pemegang saham minoritas.

2. Pemegang Saham Minoritas Pada Holding Danareksa Sub


Klaster Kawasan Industri

PT Danareksa (Persero) sebagai induk Holding BUMN Lintas

Sektor mengelompokkan anggota holding-nya dalam sub klaster

sesuai dengan sektor dan lini usahanya. Salah satu sub klaster

yang terbentuk yaitu Sub Klaster Kawasan Industri, yang terdiri dari

PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau KBN, PT Kawasan

Industri Medan (Persero) atau KIM, PT Kawasan Industri Makassar

79
Rudhi Prasetya, 1995, Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas (Disertai dengan Ulasan
Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995), Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 230.

84
(Persero) atau KIMA, PT Kawasan Industri Wijayakusuma

(Persero) atau KIW, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut

(Persero) atau SIER, dan PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung

(Persero) atau JIEP.

Kawasan-kawasan industri anggota Holding Danareksa

sebagai perseroan, di dalamnya terdapat kepemilikan saham

Pemerintah Republik Indonesia dan saham pemerintah provinsi

serta pemerintah daerah, yaitu:

a. Pada PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) atau KBN,

dimiliki oleh Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar

73,15% (Tujuh Puluh Tiga Koma Lima Belas Persen) dan

dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui pemilikan

saham sebesar 26,85% (Dua Puluh Enam Koma Delapan

Puluh Lima persen);80

b. Pada PT Kawasan Industri Medan (KIM), dimiliki oleh

Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar 60% (Enam

Puluh Persen), dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sumatera

Utara melalui pemilikan saham sebesar 30% (Tiga Puluh

Persen), dan dimiliki oleh Pemerintah Kota Medan melalui

pemilikan saham sebesar 10% (Sepuluh Persen);81

80
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero), Op.Cit.
81
PT Kawasan Industri Medan, “PT Kawasan Industri Medan”, https://kim.co.id/new/,
Diakses pada 16 September 2021 pukul 09.31 WIB.

85
c. Pada PT Kawasan Industri Makassar (KIMA), dimiliki oleh

Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar 60% (Enam

Puluh Persen), dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan melalui pemilikan saham sebesar 30% (Tiga Puluh

Persen), dan dimiliki oleh Pemerintah Kota Makassar melalui

pemilikan saham 10% (Sepuluh Persen);82

d. Pada PT Kawasan Industri Wijayakusuma (KIW), dimiliki oleh

Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar 51,09% (Lima

Puluh Satu Koma Nol Sembilan Persen), dimiliki oleh

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah melalui pemilikan saham

sebesar 40,39% (Empat Puluh Koma Tiga Puluh Sembilan

Persen), dan dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Cilacap

melalui pemilikan saham sebesar 8,52% (Delapan Koma Lima

Puluh Dua Persen);83

e. Pada PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), dimiliki

oleh Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar 50%

(Lima Puluh Persen), dimiliki oleh Pemerintah Provinsi Jawa

Timur melalui pemilikan saham sebesar 25% (Dua Puluh Lima

Persen), dan dimiliki oleh Pemerintah Kota Surabaya melalui

pemilikan saham sebesar 25% (Dua Puluh Lima Persen);84 dan

82
Nurul Hidayat, Op.Cit.
83
PT KIW, “PT KIW (Persero)”, https://kiw.co.id/tentang-perusahaan/, Diakses pada 16
September 2021 pukul 09.48 WIB.
84
PT SIER, “Memaksimalkan Transformasi, Laporan Tahunan 2018”,
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sier.id/assets/document/l
aporan-tahunan-2017-

86
f. Pada PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP), dimiliki

oleh Pemerintah RI melalui pemilikan saham sebesar 50%

(Lima Puluh Persen) dan dimiliki oleh Pemerintah Provinsi DKI

Jakarta melalui pemilikan saham sebesar 50% (Lima Puluh

Persen).85

Ketentuan Pasal 14 ayat (1) UU BUMN menetapkan Menteri

bertindak selaku RUPS dalam hal seluruh saham Persero dimiliki

oleh negara dan bertindak selaku pemegang saham pada Persero

dan perseroan terbatas dalam hal tidak seluruh sahamnya dimiliki

oleh negara. Maka diketahui bahwa Menteri bertindak sebagai

pemegang saham mayoritas pada ke-6 (enam) kawasan industri di

atas, dan Pemerintah Provinsi serta Pemerintah Daerah bertindak

sebagai pemegang saham minoritas.

Diresmikannya Holding Danareksa mengakibatkan pemilikan

saham Pemerintah RI pada 6 (enam) kawasan industri tersebut

telah dialihkan ke PT Danareksa (Persero) melalui peralihan

saham, sehingga PT Danareksa (Persero) menjadi pemegang

saham mayoritas pada 6 (enam) kawasan industri yakni PT KBN,

PT KIM, PT KIMA, PT KIW, PT SIER, dan PT JIEP.

tahunan.pdf%ved=2ahUKEwjYs4TyuYLzAhWGSH0KHdSbC7UQFnoECAcQAQ&usg=A
OVVaw3DOyFabGzUNptxe1e10uZN&cshid=1631759638846, Diakses pada 16
September 2021 pukul 09.40 WIB.
85
JIEP Ecogreen Industrial Estate, “Profil Perusahaan”, https://jiep.co.id/company-
profile/, Diakses pada 16 September 2021 pukul 09.43 WIB.

87
Namun sebelum Holding Danareksa terbentuk, Kementerian

BUMN selaku pemegang saham mayoritas pada ke-6 (enam)

kawasan industri tersebut melakukan sosialisasi bersama PT

Danareksa (Persero) kepada para pemegang saham minoritas,

dalam hal ini ialah pemerintah provinsi dan pemerintah kota.

Sosialisasi dilakukan dengan pemaparan nilai tambah dari holding,

rencana pengalihan saham Pemerintah RI dengan pertimbangan

PP 72/2016, serta hasil kajian dari konsultan terkait inisiatif strategis

pada saat pra holding dan pasca holding.86

Setelah sosialisasi tersebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

selaku pemegang saham minoritas pada PT KBN dan PT JIEP

menyampaikan bahwa mereka tidak dilibatkan lagi pada tahap-

tahap selanjutnya. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dilibatkan

kembali saat diajukannya permintaan persetujuan dilaksanakan

holding yang merupakan tahap terakhir.87 Hal serupa juga terjadi

pada Pemerintah Kota Makassar selaku pemegang saham

minoritas pada PT KIMA, yang menyampaikan bahwa mereka

hanya terlibat saat proses sosialisasi oleh Kementerian BUMN

bersama PT Danareksa (Persero) di tahap awal kemudian tidak

terlibat lagi dalam tahap selanjutnya.88 Padahal pemegang saham

86
Pra Penelitian pada tanggal 23 September 2022, wawancara dengan Bapak Alif Abadi,
Direktur Utama PT Kawasan Berikat Nusantara.
87
Pra Penelitian pada tanggal 14 Juli 2022, wawancara dengan Bapak Armen Amir, Tim
Ahli Hukum PT Kawasan Berikat Nusantara.
88
Pra Penelitian pada tanggal 23 September 2022, wawancara dengan informan yang
tidak dapat disebutkan namanya, Bagian Perekonomian Pemerintah Kota Makassar.

88
minoritas seharusnya dilibatkan pada setiap proses holding ini,

sebagaimana ditentukan dalam Pasal 53 ayat (2) UUPT 2007

bahwa setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan

kepada pemegangnya hak yang sama. Pasal ini mengartikan

adanya unsur equal protection atau perlindungan setara antar

pemegang saham, khususnya antar pemegang saham dalam

klasifikasi yang sama.

D. Tinjauan Tentang Upaya Perlindungan Hukum Pemegang Saham


Minoritas

Perlindungan hukum merupakan suatu perlindungan yang

diberikan kepada subyek hukum sesuai dengan aturan hukum, baik

yang bersifat represif (pemaksaan) maupun yang bersifat preventif

(pencegahan), baik secara tertulis maupun tidak tertulis. Pemegang

saham minoritas tidak jarang hanya dijadikan sebagai pelengkap dalam

sebuah perusahaan. Dalam mekanisme pengambilan keputusan di

perusahaan, dapat dipastikan jika pemegang saham minoritas akan

selalu kalah dibanding pemegang saham mayoritas sebab

pengambilan keputusan didasarkan atas besarnya persentase saham

yang dimiliki. Untuk mendapatkan keadilan dalam penyelenggaraan

perseroan, dibutuhkan keseimbangan terhadap para pihak pemegang

saham, baik itu pemegang saham mayoritas maupun pemegang saham

minoritas.89

89
Rahmat Setiawan & Risno Mina, Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham
Minoritas Dikaitkan Dengan Penerapan Good Corporate Governance (GCG), Jurnal

89
Konsep perlindungan pemegang saham minoritas merupakan hal

yang belum mendapatkan perhatian secara khusus dalam peraturan

perundang-undangan di Indonesia, disebabkan oleh:90

1. Prinsip bahwa yang dapat mewakili serta bertindak untuk dan atas

nama perseroan adalah direksi;

2. Pendapat bahwa yang dimaksud dengan demokratis adalah pihak

yang mayoritas yang berkuasa; dan

3. Keengganan dari pengadilan untuk mencampuri masalah bisnis

sebuah perusahaan.

UUPT 2007 pada dasarnya mengatur hak-hak pemegang saham

minoritas secara terpisah. Hak-hak tersebut ialah:

1. Hak meminta penyelenggaraan RUPS (Pasal 79 ayat (2) huruf a

UUPT 2007);

2. Hak menggugat atas nama perseroan (Pasal 97 ayat (6) UUPT

2007);

3. Hak menggugat perseroan (Pasal 62 ayat (1) UUPT 2007);

4. Hak angket (Pasal 138 UUPT 2007);

5. Hak meminta sahamnya dibeli perseroan dengan harga wajar

(Pasal 62 ayat (1) UUPT 2007); dan

Yustisiabel, Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Luwuk, Vol. 3, Nomor 2, Oktober


2019, hlm. 137.
90
Syailendra Wisnu Wardhana, Upaya Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Dalam
Perusahaan Holding, Jurnal Dharmasisya, Program Studi Magister Hukum Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Vol. 1, Nomor 4, Desember 2021, hlm. 2165.

90
6. Hak mengajukan pembubaran perseroan (Pasal 144 ayat (1) UUPT

2007).

Namun demikian, hak di atas baru timbul ketika pemegang saham

memiliki paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian lembar saham

dari seluruh saham yang diterbitkan perseroan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengaturan dalam UUPT 2007 baru melindungi

pemegang saham minoritas dengan jumlah kepemilikan saham

tertentu.91

91
Ibid., hlm. 2170.

91
E. Analisis Hak-Hak Pemegang Saham Minoritas yang Mendapatkan
Perlindungan Hukum dalam Proses Holding Company PT
Danareksa (Persero)

Struktur kepemilikan saham pada anak perusahaan Holding

Danareksa Sub Klaster Kawasan Industri tidak hanya dimiliki oleh

Pemerintah Republik Indonesia, melainkan terdapat pula saham

Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Adapun

ilustrasinya adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1. Struktur Holding Danareksa Tahap Pertama

Sumber data: Data Konsultan Holding Danareksa.

92
Gambar 3.2. Struktur Holding Danareksa Tahap Kedua

Sumber data: Data Konsultan Holding Danareksa.

Holding Danareksa diresmikan berdasarkan PP No. 7 Tahun 2022

tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia

Ke Dalam Modal Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT

Danareksa. Ketentuan Pasal 1 ayat (2) huruf b peraturan ini mengatur

bahwa penambahan penyertaan modal negara kepada PT Danareksa

(Persero) berasal dari pengalihan seluruh saham Seri B milik Negara

Republik Indonesia pada:

1. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kawasan Industri Medan


yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
1984 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam Bidang Usaha
Kawasan Industri Medan;
2. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kawasan Industri
Wijayakusuma yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 3 Tahun 1986 tentang Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam
Bidang Usaha Kawasan Industri Cilacap;

93
3. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kawasan Industri Makassar
yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
1986 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk
Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) dalam Bidang Usaha
Kawasan Industri Ujung Pandang;
4. Perusahaan Perseroan (Persero) PT Kawasan Berikat Nusantara
yang didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun
1986 tentang Pembubaran Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Bonded Warehouses Indonesia dan Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Sasana Bhanda serta Pendirian Perusahaan
Perseroan (Persero) dalam Bidang Pengusahaan Kawasan Berikat
(Bonded Zone);
Selanjutnya, ketentuan Pasal 2 ayat (2) huruf c PP 7/2022

mengatur mengenai pengalihan seluruh saham milik Negara Republik

Indonesia pada:

1. PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung yang didirikan


berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1973 tentang
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) dalam Bidang Industrial Estate;
dan
2. PT Surabaya Industrial Estate Rungkut yang didirikan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1974 tentang Penyertaan
Modal Negara Republik Indonesia untuk Pendirian Perusahaan
Perseroan (Persero) dalam Bidang Usaha Wilayah Industri
(Industrial Estate).

Struktur kepemilikan saham pada ke-6 (keenam) kawasan industri

tersebut pada dasarnya tidak ada yang berubah persentasenya.

Pemerintah RI selaku pemegang saham mayoritas pada ke-6 (keenam)

kawasan industri tersebut mengalihkan seluruh Saham Seri B milik

Pemerintah RI kepada PT Danareksa (Persero) yang mengakibatkan

beralihnya kontrol perusahaan dan menjadikan PT Danareksa

(Persero) sebagai pemegang saham mayoritas pada 6 (enam) kawasan

industri tersebut. Namun Pemerintah RI tetap menyisakan 1 (satu)

lembar saham Seri A Dwiwarna sebagai saham yang dimiliki khusus

94
oleh negara dan mempunyai hak istimewa dibandingkan saham biasa

dalam pengontrolan perusahaan.

Pemegang saham minoritas pada ke-6 (keenam) kawasan industri

tersebut pun tidak mengalami perubahan komposisi saham, mereka

tetap memiliki Saham Seri B sesuai jumlahnya semula. Adapun struktur

kepemilikan saham tertuang pada Anggaran Dasar masing-masing

perusahaan.

Namun pada kenyataannya, dalam merealisasikan holding ini,

beberapa pemegang saham minoritas dari kawasan industri tersebut

mengungkapkan keberatannya. Adapun keberatan tersebut penulis

rangkum sebagai berikut:

1. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selaku pemegang saham

minoritas pada PT KBN dan PT JIEP92 mengungkapkan

keberatannya terhadap Holding Danareksa ketika Kementerian

BUMN mengajukan permohonan persetujuan holding kepada

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Kementerian BUMN bersama PT

Danareksa (Persero) hanya melakukan sosialisasi sebanyak 1

(satu) kali terkait rencana Holding Danareksa, setelah itu

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tidak dilibatkan lagi dalam tahap-

tahap holding lebih lanjut. Mereka dilibatkan kembali ketika

persetujuan holding dibutuhkan. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta

92
Penelitian pada tanggal 17 Desember 2022, wawancara dengan Bapak Landi Rizaldi
Mangaweang, Direktur Utama PT Jakarta Industrial Estate Pulogadung.

95
lalu melaporkan kebertannya terhadap holding ini kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi DKI Jakarta.93

2. Pemerintah Kota Makassar selaku pemegang saham minoritas

pada PT KIMA juga menyampaikan hal yang sama, bahwa mereka

hanya dilibatkan pada proses sosialisasi oleh Kementerian BUMN

bersama PT Danareksa (Persero) sebagai tahap awal, namun tidak

terlibat lagi dalam tahap-tahap selanjutnya, yang mereka ketahui

adalah tiba-tiba holding sudah resmi terbentuk. Namun Pemerintah

Kota Makassar berpendapat bahwa hal tersebut bukanlah sebuah

masalah sebab mereka hanya memiliki 10% (Sepuluh Persen)

saham PT KIMA. Menurut mereka, Pemerintah Provinsi Sulawesi

Selatan selaku pemegang saham minoritas yang memiliki 30%

(Tiga Puluh Persen) saham pada PT KIMA lebih berkepentingan

dalam proses holding ini.94 Padahal mereka adalah pemegang

saham dengan kepemilikan hak yang sama, sesuai yang diatur

dalam Pasal 53 ayat (2) UUPT 2007 bahwa setiap saham dalam

klasifikasi yang sama memberikan kepada pemegangnya hak yang

sama.

3. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara beserta Pemerintah Kota

Medan selaku pemegang saham minoritas pada PT KIM

93
Penelitian pada tanggal 9 Desember 2022, wawancara dengan Bapak Budi Purnomo,
Plt. Kepala Badan Pembinaan Badan Usaha Milik Daerah Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta.
94
Pra Penelitian pada tanggal 23 September 2022, wawancara dengan informan yang
tidak dapat disebutkan namanya, Bagian Perekonomian Pemerintah Kota Makassar.

96
mengungkapkan tingkat kepercayaan mereka yang rendah

terhadap holding ini ketika Kementerian BUMN bersama PT

Danareksa (Persero) melakukan sosialisasi. Pada dasarnya, PT

KIM telah berkali-kali terlibat dalam rencana holding oleh

Kementerian BUMN. PT KIM pernah direncanakan untuk

bergabung dengan PT Pelindo II (Persero) dalam Holding Maritim,

namun tidak terlaksana. Kemudian PT KIM diarahkan kembali

untuk menjadi anak perusahaan PT Rajawali Nusantara Indonesia

(Persero) dalam Holding Pangan namun hal ini juga tidak

terealisasikan. Maka Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan

Pemerintah Kota Medan beranggapan bahwa PT KIM tidak akan

terlibat dalam Holding Danareksa, sama seperti yang lalu. Mereka

kurang tertarik untuk mengikuti pembahasan holding ini.95

4. Sosialisasi Holding Danareksa pada PT KIW dilakukan oleh

Kementerian BUMN beserta PT Danareksa (Persero) kepada

Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten

Cilacap. Setelah itu, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan

Pemerintah Kabupaten Cilacap menyampaikan kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Tengah. Terkait

rencana holding, para pemegang saham minoritas PT KIW tidak

memberikan penolakan, namun bersamaan dengan proses

95
Penelitian pada tanggal 17 Desember 2022, wawancara dengan Bapak Daly Mulyana,
Plt. Direktur Utama PT Kawasan Industri Medan.

97
holding, terdapat juga penyertaan modal negara (PMN) dari PT

Kawasan Industri Terpadu Batang (PT KITB) ke dalam saham PT

KIW sebanyak Rp 1.000.000.000.000.000,00 (Satu Triliun Rupiah).

Dengan adanya penyertaan modal negara tersebut maka berubah

lah komposisi saham PT KIW. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

berencana untuk melakukan injeksi saham agar tidak terjadi delusi

saham, namun hal tersebut tidak dilanjutkan sebab Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah hanya boleh melakukan injeksi saham

sebesar Rp 60.000.000.000,00 (Enam Puluh Miliar Rupiah), yang

mana jumlah tersebut tidak akan memberikan efek apa pun.

Adapun perubahan komposisi saham pada PT KIW yaitu:96

Tabel 3.1. Komposisi Saham PT KIW


Komposisi Saham Komposisi Saham
Pemegang PT KIW sebelum PT KIW setelah
Saham PT KIW mendapat PMN dari mendapat PMN dari
PT KITB PT KITB
Pemerintah RI 51,09% 86%
Pemerintah
Provinsi Jawa 40,39% 11,5%
Tengah
Pemerintah
Kabupaten 8,52% 2,5%
Cilacap
Sumber: Bahan Nonhukum, diolah, 2023.

Sementara itu, sosialisasi Holding Danareksa pada PT SIER

beserta para pemegang saham minoritasnya berjalan tanpa hambatan.

Kementerian BUMN bersama PT Danareksa (Persero) pertama-tama

melakukan sosialisasi kepada Pemerintah Kota Surabaya terkait

96
Penelitian pada tanggal 6 Januari 2023, wawancara dengan Bapak Ahmad Fauzie Nur,
Direktur Utama PT Kawasan Industri Wijayakusuma.

98
holding. Setelah disetujui, sosialisasi dilanjutkan kepada Pemerintah

Provinsi Jawa Timur yang juga langsung menyetujui rencana holding

tersebut.97

Dapat diketahui bahwa proses holding yang dilakukan oleh

Kementerian BUMN bersama PT Danareksa (Persero) belum

memperhatikan pemegang saham minoritas, dalam hal ini Pemerintah

Provinsi/Kota. Meskipun sudah jelas diatur dalam Pasal 53 ayat (2)

UUPT bahwa setiap saham dalam klasifikasi yang sama memberikan

kepada pemegangnya hak yang sama, yang artinya pemegang saham

minoritas juga seharusnya ikut terlibat.

Diatur dalam Pasal 57 ayat (1) UUPT 2007 mengenai proses

pengalihan saham atau pemindahan hak atas saham, yakni:

Dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan


hak atas saham, yaitu:
a. keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham
dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya;
b. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari Organ
Perseroan; dan/atau
c. keharusan mendapatkan persetujuan terlebih dahulu dari instansi
yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pada pembentukan Holding Danareksa, Kementerian BUMN

menugaskan pembentukan holding, kemudian ditunjuk konsultan untuk

membuat studi kajian. Setelah studi kajian tersebut selesai,

Kementerian BUMN bersama PT Danareksa mengadakan road show

atau berdiskusi pada masing-masing calon anggota holding-nya,

97
Penelitian pada tanggal 6 Maret 2023, wawancara dengan Bapak Didik Prasetiyono,
Direktur Utama PT Surabaya Industrial Estate Rungkut.

99
namun tidak terjadi penawaran kepada pemegang saham lainnya

dalam road show tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 57 ayat (1)

huruf a UUPT 2007, melainkan langsung dalam bentuk pengalihan

saham.

Terdapat 3 (tiga) indikator tidak terpenuhinya Pasal 57 ayat (1)

UUPT 2007 pada proses pembentukan Holding Danareksa, yakni:

1. Kebijakan holding ditetapkan langsung oleh Pemerintah, dalam hal

ini Kementerian BUMN.

2. Studi dari konsultan tidak mengindikasikan adanya penawaran

saham, melainkan langsung dilalihkan ke PT Danareksa (Persero).

Hal ini terlihat dari mekanisme proses holding tersebut yang baru

menyertakan pihak pemegang saham minoritas setelah proses

virtual holding berjalan 1 (satu) tahun.

3. Pada saat road show tidak ada mekanisme untuk menawarkan

pemegang saham minoritas untuk turut serta mengambil bagian

dalam saham tersebut, hanya diinfokan. Hal ini didapatkan dari

informasi segenap kawasan industri.

Aksi holding ini hanya melibatkan Kementerian BUMN dan PT

Danareksa (Persero) sebagai pemegang saham mayoritas. Pemegang

saham minoritas lainnya hanya dilibatkan pada road show sebagai

tahap awal dan tahap akhir untuk persetujuan. Hal ini menggambarkan

tidak terlindunginya pemegang saham minoritas dalam proses

pembentukan Holding Danareksa.

100
Sehingga diperlukan adanya upaya perlindungan hukum

pemegang saham minoritas agar tercipta keseimbangan dan keadilan

di antara pemegang saham. Pemegang saham minoritas dapat

melakukan upaya untuk menghindari potensi kerugian yang timbul

akibat tindakan induk perusahaan pada perusahaan holding serta untuk

melindungi kepentingan hukum pemegang saham minoritas. Upaya-

upaya tersebut antara lain:

1. Pembuatan Perjanjian Pemegang Saham

Sebelum menempatkan investasinya pada perusahaan yang

merupakan anggota perusahaan holding, pemegang saham

minoritas dapat meminta kepada para pemegang saham untuk

disusun sebuah Perjanjian Pemegang Saham. Perjanjian ini dibuat

dengan tujuan untuk menyepakati hal-hal mengenai pengelolaan

perusahaan oleh para pemegang saham. Dalam perjanjian

pemegang saham, kepentingan para pemegang saham, termasuk

pemegang saham minoritas dapat diakomodir.

2. Penyusunan Anggaran Dasar Perseroan yang Melindungi

Kepentingan Pemegang Saham Minoritas

Pengurusan perseroan oleh direksi dapat dibatasi melalui

ketentuan sebagaimana diatur dalam anggaran dasar perseroan.

Para pemegang saham dalam RUPS dapat menetapkan anggaran

dasar perseroan dengan pembatasan terhadap kewenangan

direksi saat akan melakukan tindakan tertentu yang dianggap dapat

101
berpotensi merugikan perseroan atau pemegang saham minoritas.

Tindakan pembatasan dalam anggaran dasar ini merupakan

tindaklanjut atas kesepakatan para pemegang saham dalam

perjanjian pemegang saham mengingat para pemegang saham

dalam perjanjian pemegang saham hanya mengikat pemegang

saham dan tidak mengikat perseroan. Dengan dimasukkannya

batasan tindakan perseroan dalam anggaran dasar, perseroan

akan turut terikat dan tidak akan dapat melakukan transaksi yang

dapat berpotensi merugikan perseroan atau pemegang saham

tanpa mekanisme persetujuan dari pemegang saham minoritas

baik melalui dewan komisaris maupun RUPS.

3. Pengoptimalan Hak Dalam Undang-Undang

UUPT 2007 mengatur hak-hak pemegang saham minoritas

secara terpisah. Hal ini menunjukkan bahwa UUPT 2007 tidak

bermaksud mengatur hak-hak pemegang saham minoritas dalam

bab tersendiri dan tidak terintegrasi pengaturannya. Hak-hak

tersebut mencakup hak meminta penyelenggaraan RUPS (Pasal

79 ayat (2) huruf a UUPT 2007), hak menggugat atas nama

perseroan (Pasal 97 ayat (6) UUPT 2007), hak menggugat

perseroan (Pasal 62 ayat (1) UUPT 2007), hak angket (Pasal 138

UUPT 2007), hak meminta sahamnya dibeli perseroan dengan

harga wajar (Pasal 62 ayat (1) UUPT 2007), dan hak mengajukan

pembubaran perseroan (Pasal 144 ayat (1) UUPT 2007).

102
Namun demikian hak di atas baru timbul ketika pemegang saham

memiliki paling sedikit 1/10 (satu per sepuluh) bagian lembar saham

dari seluruh saham yang diterbitkan perseroan. Hal tersebut

menunjukkan bahwa pengaturan dalam UUPT 2007 baru melindungi

pemegang saham minoritas dengan jumlah kepemilikan saham

tertentu.98

Dikenal pula prinsip dalam ilmu hukum perusahaan yang dapat

melindungi pemegang saham minoritas, yaitu prinsip Piercing the

Corporate Veil atau Menyibak Tabir Korporasi yaitu hapusnya tanggung

jawab terbatas pemegang saham. Prinsip ini membebani tanggung

jawab ke pundak orang lain atas suatu perbuatan hukum yang

dilakukan oleh perusahaan pelaku, tanpa melihat kepada fakta bahwa

perbuatan tersebut sebenarnya dilakukan oleh perusahaan pelaku

tersebut.99

Prinsip piercing the corporate veil diakui oleh UUPT 2007,

sebagaimana diatur dalam Pasal 3 UUPT 2007 bahwa:

(1) Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara


pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak
bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang
dimiliki.
(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
apabila:
a. Persyaratan Perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi;
b. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung dengan itikad buruk memanfaatkan Perseroan
untuk kepentingan pribadi;
98
Syailendra Wisnu Wardhana, Op.Cit., hlm. 2170.
99
Munir Fuady, 2002, Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan Eksistensinya
dalam Hukum Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 8.

103
c. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh Perseroan; atau
d. Pemegang saham yang bersangkutan baik langsung maupun
tidak langsung secara melawan hukum menggunakan
kekayaan Perseroan, yang mengakibatkan kekayaan
Perseroan menjadi tidak cukup untuk melunasi utang
Perseroan.

Pengaturan prinsip piercing the corporate veil yang ditentukan

oleh Pasal 3 UUPT 2007 menyebabkan hapusnya tanggung jawab

terbatas pemegang saham perseroan menjadi tanggung jawab yang

tidak terbatas, meliputi harta pribadi pemegang saham. Hal ini bertujuan

untuk mencegah adanya penyalahgunaan perlindungan hukum yang

diberikan kepada pemegang saham. Seiring berkembangnya waktu,

tanggung jawab hukum tidak terbatas ini juga dapat dibebankan kepada

organ perseroan lainnya, seperti dewan komisaris atau direksi jika

terlibat dalam pelanggaran prinsip piercing the corporate veil.100

Berdasarkan pendapat Munir Fuady, prinsip piercing the corporate

veil juga dapat diterapkan dalam holding company sebab sangat

dimungkinkan terjadinya tindakan-tindakan yang menimbulkan

kerugian terhadap pemegang saham minoritas. Dengan diterapkannya

piercing the corporate veil, pemegang saham minoritas dapat meminta

pertanggungjawaban dari pihak perusahaan holding ketika timbul

kerugian.101

Menurut pendapat Yahya Harahap, prinsip piercing the corporate

veil juga dapat diberlakukan pada holding company apabila perusahaan

100
Ibid., hlm. 23.
101
Ibid., hlm. 15.

104
holding maupun pemegang sahamnya memperalat anak perusahaan

untuk kepentingan dirinya sehingga anak perusahaan tersebut

mengalami kerugian. Perusahaan holding patut bertanggung jawab

terhadap utang anak perusahaan yang telah diperalat atau

diperlakukan sebagai alter ego (diri lain) dari pemegang saham

perusahaan holding.102

Berdasarkan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang

tentang Perseroan Terbatas yang diusung pada tahun 2016, diatur

pada bagian kajian teoretis mengenai piercing the corporate veil.

Tujuan utama penerapan prinsip ini adalah agar tercapainya keadilan,

terutama bagi pihak pemegang saham minoritas dan pihak ketiga yang

mempunyai hubungan tertentu dengan pihak perusahaan. Adapun

naskah akademik ini menetapkan kriteria dasar universal agar prinsip

piercing the corporate veil secara hukum dapat dijatuhkan, yaitu

sebagai berikut:

a. Terjadinya penipuan;

b. Terjadinya ketidakadilan;

c. Adanya suatu penindasan;

d. Tidak terpenuhi unsur legal;

e. Dominasi pemegang saham yang berlebihan; dan

f. Perusahaan adalah agen dari pemegang saham mayoritas.

102
M. Yahya Harahap, 2019, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 78
– 82.

105
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang

Perseroan Terbatas secara jelas telah memisahkan pemegang saham

mayoritas dan pemegang saham minoritas, sebagaimana hal tersebut

tidak diatur lebih lanjut dalam UUPT 2007.

UUPT 2007 perlu diubah agar mengatur perlindungan hukum

pemegang saham minoritas perseroan terbatas secara adil. Ditambah

juga dengan dilakukannya aksi holding company oleh Pemerintah RI

yang mengakibatkan hak-hak pemegang saham minoritas semakin

diabaikan.

106
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengalihan saham pemerintah menjadi saham PT Danareksa

(Persero) dilakukan sesuai dengan PP 72/2016. Namun

pemberlakuan ketentuan dalam PP 72/2016 terkait penyertaan

modal negara tidak sinkron terhadap ketentuan yang mengatur

keuangan negara dan anak perusahaan BUMN. Terdapat juga

praktik di sejumlah holding BUMN yang membentuk virtual holding

tanpa dasar peraturan dan anak perusahaan pada holding BUMN

yang tetap diperlakukan seperti BUMN.

2. Proses holding yang dilakukan oleh Kementerian BUMN bersama

PT Danareksa (Persero) belum memperhatikan hak pemegang

saham minoritas, dalam hal ini Pemerintah Provinsi/Kota, meskipun

sudah jelas diatur dalam Pasal 53 ayat (2) UUPT 2007 bahwa

pemegang saham minoritas juga seharusnya mendapat hak yang

sama dan Pasal 57 ayat (1) UUPT 2007 terkait mekanisme

pemindahan hak atas saham.

B. Saran

1. Pengaturan holding company seharusnya diatur dalam undang-

undang tersendiri dengan memperhatikan peraturan perundang-

undangan lain yang telah lebih dulu ada. Diperlukan segera payung

hukum holding company yang tentunya membahas dasar hukum

107
dilaksanakannya virtual holding dan juga status hukum anak

perusahaan dari holding BUMN.

2. Ketentuan UUPT 2007 perlu diubah agar mengatur perlindungan

hukum pemegang saham minoritas perseroan terbatas secara adil.

Kemudian, dalam holding company yang terdapat pemegang

saham lain selain pemerintah pusat, diperlukan adanya

pengkondisian antara pemegang saham calon anggota holding

dengan induk holding nantinya. Maka dari itu diperlukan upaya

perlindungan hukum pemegang saham minoritas.

108
DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Adrian Sutedi. 2011. Good Corporate Governance. Sinar Grafika: Jakarta.


Agus Sardjono et al. 2014. Pengantar Hukum Dagang. Rajagrafindo
Persada: Depok.
Aminuddin Ilmar. 2004. Privatisasi BUMN di Indonesia. Hasanuddin
University Press: Makassar.
Dhaniswara K. Harjono. 2021. Kedudukan Hukum Perusahaan Induk
(Holding Company). UKI Press: Jakarta.
I. G. Rai Widjaya. 2002. Hukum Perusahaan: Undang-Undang dan
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang di Bidang Usaha.
Kesaint Blanc: Bekasi.
Irwansyah. 2020. Penelitian Hukum: Pilihan Metode & Praktik Penulisan
Artikel. Mirra Buana Media: Yogyakarta.
M. Yahya Harahap. 2019. Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika:
Jakarta.
Manullang M. 1984. Pengantar Ekonomi Perusahaan. BLKM: Yogyakarta.
Man S. Sastrawijaya dan Rai Mantili. 2008. Perseroan Terbatas Menurut
Tiga Undang-Undang. Alumni: Bandung.
Munir Fuady. 1996. Hukum Bisnis Dalam Teori dan Praktek. Citra Aditya
Bakti: Bandung.
------------------. 2002. Doktrin-Doktrin Modern dalam Corporate Law dan
Eksistensinya dalam Hukum Indonesia. Citra Aditya Bakti:
Bandung.
------------------. 2005. Perlindungan Pemegang Saham Minoritas. Utomo:
Bandung.
------------------. 2008. Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis.
Citra Aditya Bakti: Bandung.
Neni Sri Imaniyati. 2009. Hukum Bisnis: Telaah Tentang Pelaku dan
Kegiatan Ekonomi. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Peter Mahmud Marzuki. 2010. Penelitian Hukum (Edisi Revisi), Kencana
Prenadamedia Group: Jakarta.
Ridwan Khairandy. 2013. Pokok-Pokok Hukum Dagang Indonesia. FH UII
Press: Yogyakarta.

109
Rudhi Prasetya. 1995. Kedudukan Mandiri Perseroan Terbatas (Disertai
dengan Ulasan Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995).
Citra Aditya Bakti: Bandung.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press: Jakarta.
Sulistiowati. 2010. Aspek Hukum dan Realitas Bisnis Perusahaan Grup di
Indonesia. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Toto Pranoto. 2017. Holding BUMN: Konsep, Implementasi, dan
Benchmarking. Lembaga Management Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Indonesia: Jakarta.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.


Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan
Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2005 tentang Tata Cara
Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara Pada Badan
Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.
Peraturan Pemerintah Nomor 113 Tahun 2021 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1976 tentang
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan (Persero) “Dana Reksa”.
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 2 Tahun
2022 tentang Cipta Kerja.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2022 tentang Penambahan
Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia ke Dalam Modal
Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Danareksa.
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-100/MBU/2002
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Badan Usaha Milik Negara.

110
Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor SK-
385/MBU/12/2020 tentang Pembentukan Tim Percepatan
Konsolidasi Badan Usaha Milik Negara Klaster Danareksa-PPA.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 48/PUU-XI/2013.
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 62/PUU-XI/2013.
Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Perseroan
Terbatas.

Skripsi:

Arya Devendra Fatzgani. 2017. Tinjauan Hukum Terhadap Pembentukan


Induk Perusahaan (Holding) Pada Badan Usaha Milik Negara.
Skripsi. Sarjana Hukum. Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin. Sulawesi Selatan.
Ivo Eriska Ginting. 2019. Implementasi Holding Company Pada PT
Perkebunan Nusantara III Medan. Skripsi. Sarjana Hukum.
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara.

Jurnal:

Maya Sari. 2017. “Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Saham Minoritas


yang Tidak Dilibatkan Dalam Proses Akuisisi”, Jurnal Yuridika,
Fakultas Hukum Universitas Airlangga, Volume 32, Nomor 3,
September 2017.
Nurul Azizah. Zaidatun Ekastuti. 2020. “Analisis Tingkat Kesehatan
Perusahaan BUMN Sektor Pengadaan Listrik, Gas, Uap/Air
Panas dan Udara Dingin Periode Tahun 2014-2018”, Jurnal
Universitas Gunadarma, Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma, Maret 2020.
Rahmat Setiawan. Risno Mira. 2019. “Perlindungan Hukum Terhadap
Pemegang Saham Minoritas Dikaitkan Dengan Penerapan Good
Corporate Governance (GCG)”, Jurnal Yustisiabel, Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Luwuk, Volume 3, Nomor 2,
Oktober 2019.
Reza Triarda. Rafli Zulfikar. 2019. “Revitalisasi Indonesia Incorporated:
Super Holding dan Internasionalisasi BUMN Indonesia”, Jurnal
Transformasi Global, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Brawijaya. Volume 6, Nomor 1, Juni 2019.
Syailendra Wisnu Wardhana. 2021. “Upaya Perlindungan Pemegang
Saham Minoritas Dalam Perusahaan Holding”, Jurnal

111
Dharmasisya, Program Studi Magister Hukum Fakultas Hukum
Universitas Indonesia. Volume 1, Nomor 4, Desember 2021.

Media Daring:

Agus Triyono. “Aturan Holding BUMN Menuai Kritik”.


https://amp.kontan.co.id/news/aturan-holding-bumn-menuai-kritik. Diakses
pada 16 Juni 2022 pukul 15.30 WITA.
Feby Dwi Sutianto. “Penggabungan BUMN Dimulai dari Virtual Holding
Company”. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
3051717/penggabungan-bumn-dimulai-dari-virtual-holding-company.
Diakses pada 1 Maret 2023 pukul 15.36 WITA.
Hukum Online. “Program Standarisasi Anggaran Dasar BUMN”.
https://www.hukumonline.com/klinik/ulasan.lt595ca7d8aee70/program-
standarisasi-anggaran-dasar-bumn-/. Diakses pada 19 April 2022 pukul
21.23 WITA.
Hukum Online. “RUPS Fisik, RUPS Elektronik, dan Circular Resolution; Ini
Beda Ketiganya!”, https://www.hukumonline.com/klinik/a/rups-fisik--rups-
elektronik--dan-icircular-resolution-i--ini-beda-ketiganya-
lt5ea07aa579ba5#_ftn10. Diakses pada 8 September 2022 pukul 01.43
WITA.
JIEP Ecogreen Industrial Estate. “Profil Perusahaan”.
https://jiep.co.id/company-profile/. Diakses pada 16 September 2021 pukul
09.43 WIB.
Monica Wareza. “Catat! Virtual Holding dan Sub Holding PLN Berjalan Mei
2022”. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220126150250-4-310654-
catat-virtual-holding-dan-sub-holding-pln-berjalan-mei-2022/amp. Diakses
pada 21 Februari 2023 pukul 18.52 WITA.
Nano Tresna Arfana. “M. Guntur Hamzah Paparkan Kekayaan BUMN
dalam Putusan MK”,
https://www.mkri.id/index.php?page=web.Berita&id=16511. Diakses pada
25 Maret 2023 pukul 17.05 WITA.
Nurul Hidayat. “RUPS KIMA Setujui Bagikan Dividen ke Pemegang
Saham”.
https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190520/925044/
rups-kima-setujui-bagikan-dividen-ke-pemegang-saham. Diakses pada 16
September 2021 pukul 09.23 WIB.
PT Danareksa (Persero). “Holding Danareksa BUMN Spesialis
Transformasi Pertama di Indonesia”.
https://www.danareksa.co.id/publikasi/holding-danareksa-bumn-spesialis-

112
transformasi-pertama-di-indonesia. Diakses pada 6 Agustus 2022 pukul
17.48 WITA.
PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero). “Pemegang Saham Mendukung
Penuh Upaya KBN Selamatkan Aset Negara”.
https://kbn.co.id/article/pemegang-saham-mendukung-penuh-upaya-kbn-
selamatkan-aset-negaraNTQ1NA. Diakses pada 16 September 2021 pukul
09.26 WIB.
PT Kawasan Industri Medan. “PT Kawasan Industri Medan”,
https://kim.co.id/new/. Diakses pada 16 September 2021 pukul 09.26 WIB.
PT SIER. “Memaksimalkan Transformasi, Laporan Tahunan 2018”.
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://sier.id/ass
ets/document/laporan-tahunan-2017-tahunan.pdf%ved-
2ahUKEwjYs4TyuYLzAhWGSH0KHdSbC7UQFnoECAcQAQ&usg=AOVV
aw3DOyFabGzUNptxe1e10uZN&cshid=1631759638846. Diakses pada 16
September 2021 pukul 09.40 WIB.
Ridwan Nanda Mulyana. “Danareksa Jadi Holding BUMN, Ini Sederet
Anggotanya”.
https://www.google.com/amp/s/amp.kontan.co.id/news/danareksa-jadi-
holding-bumn-ini-sederet-anggotanya. Diakses pada 17 Desember 2021
pukul 20.16 WITA.
Rosa Panggabean. “PP Penyertaan Modal Negara Pada BUMN
Bertentangan Dengan 3 UU”.
https://m.bisnis.com/amp/read/20170207/9/626399/pp-penyertaan-modal-
negara-pada-bumn-bertentangan-dengan-3-uu. Diakses pada 16 Juni 2022
pukul 18.26 WITA.

113

Anda mungkin juga menyukai