Anda di halaman 1dari 18

12

MAKALAH BERFIKIR ILMIAH


({MENJELASKAN SILOGISME, GENERALISASI, & ANALOGI})
{Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Berfikir Ilmiah}
Dosen : Muh. Hosnie Mubarak., SKM.M.Kes

D
I
S
U
S
U
N
OLEH: KELOMPOK 5
1. Dian Nurazizah (B0522508)
2. Muh. Eislan Denni (B0522503)
3. Selviana (B0522509)
4. Reskilda (B0522510)
5. Joenny Sambo Bulawan (B0522502)
6. Hariyani (B0522513)
ADMINKES KELAS C
FAKULTAS ILMU KESEHATAN (FIKES)
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
TAHUN AJARAN
2022 / 2023

P a g e 1 | 18
12

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yg atas rahmat, karunia,


serta limpahan kesehatannya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat
pd waktunya. Adapun tema dari makalah ini adalah “MENJELASKAN
SILOGISME,GENERALISASI,& ANALOGI”.

Pada kesempatan ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih yg


sebesar-besarnya kepada dosen ibu Muh. HosnieMubarak., SKM.M.Kes
Mata kuliah BERFIKIR ILMIAH yg telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami jg ingin mengucapkan terima kasih kepada teman” kelompok yg turut
membantu dlm mengumpulkan data” pemembuatan makalah ini.

Makalah ini disusun sebagai tugas kelompok matakuliah akidah akhlaq,


kami berusaha menyusun makalah ini dengan segala kemampuan, namun
kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak memiliki kekurangan
baik dari segi penulisan maupun segi penyusunan, kami terima dengan
senang hati demi perbaikan makalah selanjutnya.

Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi para pembacanya.


Kami jauh dari kata sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik &
studi yang sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu &
kemampuan kami, maka kritik & saran yg bersifat membangun yg
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami
pada khususnya u/ teman sekalian. Akhir kata kami ucapkan banyak terima
kasih.

Majene, 21 November 2022

Kelompok 7

P a g e 2 | 18
12

DAFTAR ISI
Daftar Isi...............................................................................................................3
Kata Pengantar.....................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................... 4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................6
C. Tujuan..............................................................................................................6
D. Manfaat………………………………………………………………………………………………….……6

BAB 2 PEMBAHASAN............................................................................................6
A. Definisi SILOGISME, GENERALISASI, & ANALOGI ……………..………………….……...6
B. Jenis”/Macam” Silogisme, Generalisasi, & Analogi ……………..……………….....….7
C. Pengujian Mengenai Silogisme, Generalisasi, & Analogi.…………………………..11
D. Aturan” Dalam Silogisme, Generalisasi ………………….…………………………………14

BAB III PENUTUP................................................................................................17


A. Kesimpulan....................................................................................................17
B. Saran..............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA……………………..…………………………………………………………………..18

P a g e 3 | 18
12

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Seiring dgn perkembangan zaman, manusia sering mengabaikan tentangkelogisan dlm
berpikir / berbicara di depan khalayak umum. Kebanyakan orang tertentu menganggap
bahwa kelogisan adalah suatu hal yg rumit dan sulit u/ dipelajari, mereka menginginkan
suatu hal yg mudah & praktis. Sehingga ketika mereka diberikan suatu pernyataan tentang
silogisme, Generalisasi, & Analogi terkadang mereka tdk memeperhatikan aturan” dlm
silogisme, Generalisasi, & Analogi, bentuk”, & pelanggaran” yg menimbulkan kesalahan.
Sehingga dlm membuat sebuah pernyataan, terkadang seseorang tdk memperhatikan
aturan” dlm sebuah silogisme. Khususnya dlm membuat suatu pernyataan
silogismekategoris, seseorang sering tdk memperhatikan aturan” dlm pembuatannya,
sehingga kebenaran dari pernyataan dari silogisme kategoris tersebut tdk dapat terbukti /
terjamin & pernyataan silogisme tersebut akan menghasilkan suatu kesimpulan yg salah.

Oleh karena itu manusia perlu mengetahui aturan” dlm membuat pernyataan mengenai
silogisme, Generalisasi. Analogi, kategoris & bentuk” dari silogisme, Generalisasi, Analogi.
Dlm kesempatan kali ini kami membawakan tema Pemahaman Mengenai silogisme,
Generalisasi, Analogi kategoris & pelanggaran” yg menimbulkan kesalahan serta bentuk”
terkait silogisme, Generalisasi, & Analogi”. Tema ini mungkin terkesan terlalu umum jika
dilihat, namunmempunyai daya tarik tersendiri bagi masyarakat, khususnya bagi para
pelajar & juga mahasiswa dlm membuat suatu pernyataan tentang silogisme / logis. Tentu
hal ini sangatlah menjadi perhatian masyarakat dlm berpikir.

Dalam keseharian kita bermasyarakat sering kita manusia melakukan suatu analisa, kita
sadari maupun tdk manusia sering melakukan itu. Mungkin saja kegiatan analisa terjadi saat
mereka mengamati sesuatu / hanya sekedar ingin tahu apa yg terjadi. Manusia adalah
makhluk yg berpikir, banyak ilmu pengetahuan yg mereka miliki akan tetapi terkadang
mereka tidak menyadari sepenuhnya. Saat seseorang melakukan analisa dari suatu
fenomena yg menjurus pada suatu kesimpulan yg bersifat umum. Di saat itulah dlm kajian
ilmu logika di sebut dgn generalisasi.

Dalam menjelaskan suatu hal yg baru kita terkadang kesulitan u/ mencari kata yg tepat
yg dapat membuat orang yg kita ajak bicara paham akan apa yg sedang kita jelaskan, u/ itu
kita perlu padanan kata yg sudah ada u/ membuat sesuatu yg baru itu mudah dipahami.
Metode menyamakan satu hal dgn hal yg lain inilah yg disebut dgn analogi. Jika dlm
penyimpulan generalisasi kita bertolak dari sejumlah peristiwa pada penyimpulan, maka
pada analogi kita bertolak dari satu / sejumlah peristiwa menuju kepada 1 peristiwa lain yg
sejenis.

Apa yg terdapat pada fenomena peristiwa pertama, disimpulkan terdapat juga pada
fenomena peristiwa yg lain karena keduanya mempunyai persamaan prinsipal. Berdasarkan
persamaan prinsipal pada ke-2nya itulah maka mereka akan sama pula dlm aspek” lain yg
mengikutinya. Pada makalah ini selain membahas tentang pengertian analogi, juga akan
sedikit menjabarkan mengenai pemahaman terkait Silogisme, Generalisasi & analogy

P a g e 4 | 18
12

A. Rumusan masalah
1. Bagaimana Definisi Silogisme, Generalisasi, & Analogi?
2. Apa Saja Jenis”/Macam” Silogisme, Generalisasi, & Analogi?
3. Bagaimana Pengujian Mengenai Silogisme, Generalisasi, & Analogi?
4. Bagaimana Aturan” Dalam Silogisme, Generalisasi?

B. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Silogisme, Generalisasi, & Analogi!
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis”/Macam” Silogisme, Generalisasi, & Analogi!
3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengujian Mengenai Silogisme, Generalisasi, &
Analogi!
4. Untuk Mengetahui Bagaimana Aturan” Dalam Silogisme, Generalisasi!

C. Manfaat
A}. Kegunaan Teoritis
1. Yg dilakukan u/ menambah kajian & permasalahan dlm bidang ilmu komunikasi
terutama yg menggunakan pendekatan fenomenologi, sebagai landasan serta
pengalaman bagi penulis agar Dapat melakukan penelitian selanjutnya.

B}. Kegunaan Praktis


1. Menambah pengetahuan & memperluas wawasan peneliti terkait mengenai
SILOGISME, GENERALISASI, & ANALOGI serta berguna sebagai bahan untuk penerapan
ilmu yang telah didapat selama perkuliahan.

2. Dapat menjadi referensi bagi mahasiswa sebagai bahan pertimbangan bagi yg


melakukan penelitian

3. Hasil penelitian ini diharapkan Dapat memperkaya khasanah keilmuan, khususnya


bidang Filsafat masyarakat dgn peminatan (Berfikir Ilmiah) serta dapat berguna sebagai
referensi bahan pustaka u/ pengembangan penelitian/tugas selanjutnya.

P a g e 5 | 18
12

BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi Silogisme, Generalisasi, & Analogi
 Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari 2 proposisi (pernyataan) & sebuah konklusi (kesimpulan). Sebagian para ahli
logika menyebut silogisme sebagai penyimpulan tidak langsung (immediate inference),
karena dlm silogisme menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya diambil
secara sintesis. Silogisme berasal dari bahasa Yunani, yg berarti kesimpulan. Kesimpulan
tersebut bisa dibangun dan ditemukan melalui dua permasalahan yg terdiri dari premis
khusus dan premis umum. Silogisme menjadikan cara berpikir sistematis dan jelas, hal ini
dikarenakan silogisme memberikan ruang u/ berpikir kritis agar bisa membedakan
argumen yang valid / tidak. Secara umum silogisme juga dibagi ke dlm beberapa bagian
seperti Silogisme kategorik, silogisme hipotetik, & silogisme disjungtif. Penalaran deduktif
silogisme mengandung tiga proposisi. Diantara tiga proposisi itu adalah premis, minor &
kesimpulan. Premis mayor biasanya mengandung generalisasi sedangkan premis minor
memuat pernyataan peristiwa kemudian kesimpulan sebagai bentuk pernyataan
keseluruhan yg berlaku. Dalam silogisme terdapat berbagai bentuk penyimpulan tidak
langsung dua proposisi / premis dengan mengambil proposisi baru. Silogisme ini
terstruktur dalam penilaian atau yg disebut premis dari deduksi produk antara 2 premis
atau kesimpulan
o Aspek” yg berkaitan dgn tempat & konsekuensinya. Susunan silogisme itu antara lain :
1. Premis utama / yg menempati urutan pertama dlm bentuk silogisme. Predikat /
simbolnya (P) yg disertai dgn jangka menengah (M).
2. Premis Minor di mana pernyataan ini menempati urutan ke-2 & bersubjek (S) &
ditengahnya berisikan (m) dari kesimpulan sebagai konsekuensi.
 Generalisasi adalah pernyataan tentang hubungan diantara konsep. Generalisasi
mengungkapkan sejumlah besar informasi. Kebenaran suatu generalisasi ditentukan oleh
rujukan pembuktian konsep. Generalisasi berisi banyak konsep. Berikut ini kutipan
sebuah generalisasi yang dikutip dari Savage dan Armstrong "Ketika suatu masyarakat
meningkat menjadi masyarakat terdidik & masyarakat industri, maka angka kelahiran
akan menurun".

Perlu dipahami bahwa fakta menyediakan contoh” bagi konsep & generalisasi yg
spesifik. Namun demikian, jika fakta” itu tdk terkait dengan konsep & generalisasi yg
penting maka fakta” tersebut hanyalah menjadi setumpuk hal yg sepele dimana sedikit
kegunaannya.

Generalisasi dlm logika adalah suatu proses penalaran yg bertolak dari sejumlah
fenomena individual menuju kesimpulan umum yg mengikat seluruh fenomena sejenis
dgn fenomena individual yg diselidiki. Generalisasi tidak pernah sampai kepada
kebenaran pasti, tetapi kebenaran kemungkinan besar (probability.) Sama halnya dlm
buku Dasar” Logika yg menyatakan bahwa generalisasi adalah suatu penalaran yg
menyimpulkan suatu kesimpulan yg bersifat umum dari premis” yg berupa proposisi
empiris. Prinsip yg menjadi penalaran generalisasi dapat dirumuskan “sesuatu yg

P a g e 6 | 18
12

beberapa kali terjadi dlm kondisi tertentu. Dapat di harapkan akan selalu terjadi apabila
kondisi yg sama” terpenuhi.

Kesimpulan itu hanya suatu harapan, suatu kepercayaan, karena konklusi penalaran
induktif tdk mengandung nilai kebenaran yg pasti, akan tetapi hanya suatu probabilitas
suatu peluang. Dan hasil penalaran generalisasi induktif itu sendiri juga di sebut
generalisasi. Kebanyakan generalisasi didasarkan pada pemeriksaan / suatu sample /
contoh dari seluruh golongan yg di selidiki. Oleh karena itu, generalisasi juga biasa
disebut induksi tdk sempurna / tdk lengkap. Jadi dapat di tarik kesimpulan bahwa
generalisasi adalah suatu pernyataan umum yg menyimpulkan sejumlah premis” yg sama
kondisinya.
 Analogi adalah kesimpulan yg ditarik dgn jalan menyampaikan / memperbandingkan
suatu fakta khusus dgn fakta khusus lain. Pemikiran ini juga biasa disebut pemikiran
melalui persamaan / pemikiran melalui analogi, / disebut analogi logis. Analogi kadang”
disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari / fenomena menuju fenomena
lain yg sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yg terjadi pada fenomena yg pertama
akan terjadi juga pada fenomena yg lain, demikian pengertian analogi jika kita hendak
memformulasikan dlm suatu batasan. Dengan demikian dlm setiap tindakan penyimpulan
analogik terdapat 3 unsur yaitu: peristiwa pokok yg menjadi dasar analogi, persamaan
prinsipal yg menjadi pengikat, & ketiga fenomena yg hendak kita analogikan.

Analogi dlm Bahasa Indonesia adalah kias. Berbicara tentang analogi adalah berbicara
tentang 2 hal yg berlainan, yg 1 bukan yg lain, dan 2 hal yg berlainan itu dibandingkan yg
1 dgn yg lain. Dalam mengadakan perbandingan, orang mencari persamaan & perbedaan
diantara hal” yg dibandingkan. Analogi dapat dimanfaatkan sebagai penjelasan / sebagai
sebagai dasar penalaran

Analogi kadang” disebut juga analogi induktif yaitu proses penalaran dari
satufenomena menuju fenomena lain yg sejenis kemudian disimpulkan bahwa apa yg
terjadi pada fenomena yg pertama akan terjadi juga pada fenomena yg lain, demikian
pengertian analogi jika kita hendak memformulasikan dlm suatu batasan. Dengan
demikian dlm setiap tindakan penyimpulan analogik terdapat 3 unsur yaitu: peristiwa
pokok yg menjadi dasar nalogi, persamaan prinsipal yg menjadi pengikat, & ke-3
fenomena yg hendak kitaa nalogikan

o Contoh dari penyimpulan analogik adalah:


Kita mengetahui betapa kemiripan yg terdapat antara bumi yg kita tempati inidengan
planet-planet lain, seperti Saturnus, Mars, Yupiter, Venus, Merkurius. Planet-planet
inikesemuanya mengelilingi matahari sebagaimana bumi, meskipun dalam jarak dan
waktu yg berbeda, semuanya meminjam sinar matahari, sebagaimana bumi, sehingga
padanya juga berlaku pergantian siang & malam. Sebagiannya mempunyai bulan yg
memberikan sinar manakala matahari tidak muncul & bulan”ini meminjam sinar matahari
sebagaimana bulan pada bumi. Mereka semua sama, merupakan subyek dari hukum
gravitasi sebagaimana bumi. Atas dasar persamaan yg sangat dekat antara bumi dgn
planet” tersebut maka kita tidak salah menyimpulkan bahwa kemungkinan besar planet”
tersebut dihuni oleh berbagai jenis makhluk hidup
B. Jenis”/Macam” Silogisme, Generalisasi, & Analogi
P a g e 7 | 18
12

A. Silogisme :
o Pada dasarnya silogisme mempuyai empat bagian :
Bagian pertama adalah keputusan pertama, yg biasanya disebut premis mayor. Premis
mempuyai arti kalimat yg di jadikan dasar penarikan kesimpulan
ada juga yg mengatakan primes
adalah kata” / tulisan sebagai pendahulu untuk menariksuatu kesimpulan /dapat juga
diartikan sebagai pangkal pikiran. Mayor artinya besar. Primis mayor artinya pangkal pikir yg
mengandung term mayor dari silogisme itu, dimana nantinya akan muncul menjadi predikat
dalamkongklusi (kesimpulan).
Contoh : Semua makhluk mempuyai mata.

Bagian ke-2 adalah keputusan kedua, yg umumnya disebut dgn premis minor. Premis minor
artinya pangkal pikiran yg mengandung term minor (kecil) dari silogisme ini, dimana
nantinya akan muncul menjadi subjek dlm kongklusi.
Contoh : Si Kacong adalah seorang makhluk.

Bagian ke-3 adalah bagian” yg sama dlm duakeputusan tersebut, yg biasanya disebut
medium / term menengah (middle term), karen ia terdapat ada ke-2 premis (mayor &
minor), maka bertindak sebagai penghubung (medium) antara ke-2nya, tetapi tdk muncul
dlm kongklusi.

Bagian ke-4 adalah keputusan ke-3 yg disebut kongklusiatau kesimpulan, adalah merupakan
keputusan baru ( dari 2 keputusan sebelumnya ) yg mengatakan bahwa apa yg benar dlm
mayor , juga benar dlm term minor Artinya kalaumiming benar. Semua makhluk mempuyai
mata, maka Sikacong yg menjadi bagian dari mahkluk adalah mempuyai mata

a. Silogisme Katagorial
Silogisme kategorial adalah silogisme yg semua proposisinya merupakan kategorial.
Proposisi yg mendukung silogisme disebut dgn premis yg kemudian dapat dibedakan
menjadi premis mayor (premis yg termnya menjadi predikat), & premis minor ( premis yang
termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan di antara ke-2 premis tersebut adalah term
penengah (middle term).
Contoh :
 Semua makhluk hidup pasti mati (premis mayor/premis umum)
 Komodo adalah hewan yg dilindungi (premis minor/premis khusus)
 Komodo pasti akan mati (konklusi/kesimpulan)

b. Silogisme Hipotetik
Yang dimaksud dengan silogisme hipotetik itu adalah suatu argumen/pendapat yg
premis mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.
Contoh :
 Apabila lapar saya makan nasi (mayor)
P a g e 8 | 18
12

 Sekarang lapar (minor)


 Saya lapar makan nasi (konklusi)

c. Silogisme Alternatif
Silogisme alternatif adalah silogisme yg terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif itu bila premis minornya membenarkan salah 1 alternatifnya.
Contoh :
 Adi tinggal di Jakarta atau Malang
 Adi tinggal di Jakarta
 Jadi, Adi tidak tinggal di Malang

d. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dlm kehidupan sehari-hari. Baik dlm tulisan maupun lisan.
yg dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulannya.
Contoh :
 Fajar berhak mendapatkan peringkat 1 karena dia telah berusaha keras dlm belajar
 Fajar telah berusaha keras dlm belajar, karena itu Fajar layak mendapatkan peringkat
satu.

e. Silogisme Disjungtif
Silogisme Disjungtif merupakan silogisme yg premis mayornya merupakan disjungtif,
sedangkan premis minornya bersifat kategorik yg mengakui atau mengingkari salah 1
alternatif yg disebut oleh premis mayor.
Contoh :
 Seno masuk sekolah / tdk. (premis 1)
 Ternyata Seno tdk masuk sekolah. (premis 2)
 Ia tdk masuk sekolah. (konklusi).
B. Generalisasi :
o Dalam segi kuantitas yg menjadi dasar penyimpulan, generalisasi ada 2 yaitu:
1. Generalisasi sempurna
Generealisasi yg seluruh fenomena menjadi dasar penyimpulan yang diselidiki, seperti:
Setelah kita melihat & menyelidiki dari keseluruhan bulan masehi kemudian disimpulkan
bahwa semua bulan Masehi mempunyai hari tidak lebih dari 31. Dalam penyimpulan ini,
keseluruhan fenomena yaitu jumlah hari setiap bulan kita setelah kita selidiki tanpa ada yg
ketinggalan.
2. Generalisasi tidak Sempurna.
Generalisasi yg kesimpulannya diambil berdasarkan sebagian fenomena & kesimpulanya
berlaku juga bagi fenomena sejenis yg belum diselidiki. Misalnya, setelah kita menyelidiki
sebagian bangsa Indonesia adalah menusia yg suka bergotong-royong kemudian diambil
kesimpulan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yg suka bergotong- royong, maka
penyimpulan ini adalah generalisasi tidak sempurna.

P a g e 9 | 18
12

Generalisasi tidak sempurna tdk dapat menghasilkan kesimpulan hingga tingkat pasti,
sebagaimana generalisasi sempurna. Akan tetapi, corak generalisasi ini jauh lebih praktis &
lebih ekonomis dibandingkan dgn generalisasi sempurna. Jika kita berbicara tentang
generalisasi, yg dimaksud adalah generalisasi tdk sempurna. Karena populernya generalisasi
ini oleh para ahli logika disebut sebagai induksi tidak sempurna u/ menyebut bahwa tehnik
ini paling banyak digunakan dlm penyusunan pengetahuan.

o Dari segi sifat yg dimilikinya, induksi tidak sempurna dibagi menjadi 2 macam yaitu :
Dalam ilmu alam (sciences) putusan yg tercapai melalui induksi tidak sempurna ini
berlaku umum, mutlak jadi tak ada kecualinya. Hukum alam berlaku dgn pasti. Hukum alam
juga boleh disebut berlaku umum-mutlak (dalam lingkungan alam itu). Hukum kepastian &
kemutlakan ini hanya berlaku dlm bidang alamiah saja.
Contoh: Hukum pembekuan air. Air akan membeku jika didinginkan. Dan ilmu alam tdk
ragu-ragu u/ meramalkan tentang pembekuan air ini karena bersifat pasti & mutlak.

Dan ilmu lain itu disebut dgn ilmu sosial serta obyek penyelidikannya, yg mungkin
terpengaruhi oleh kehendak manusia. Kalau pada prinsipnya hukum alam tdk ada
pengecualiannya maka hokum”pada ilmu sosial ini selalu ada kemungkinan kekecualiannya.

Ilmunya disebut ilmu sosial serta obyek penyelidikannya mungkin terpengaruhi oleh
kehendak manusia. Kalau pada prinsipnya hukum alam tdk ada pengecualiannya maka
hokum” pada ilmu sosial ini selalu ada kemungkinan kekecualiannya.
Contoh: mahasiswa UNSULBAR, ada yang suka makan nasi kucing, justru banyak yg suka
makan nasi kucing. Dgn adanya contoh tersebut jangan segera diambil keputusan umum,
bahwa mahasiswa UNSULBAR itu semuanya suka makan nasi kucing. Sebab suka / tdk
makan nasi kucing itu sama sekali bukan sifat mutlak manusia, di mana pun juga.

o Generalisasi juga bisa dibedakan dari segi bentuknya ada 2, yaitu:


1. Loncatan Induktif
Generalisasi yg bersifat loncatan induktif tetap bertolak dari beberapa fakta, namun fakta
yg digunakan belum mencerminkan seluruh fenomena yg ada. Fakta” tersebut / proposisi yg
digunakan itu kemudian dianggap sudah mewakili seluruh persoalan yg diajukan.
Contoh: Bila ahli”filologi Eropa, melakukan pengamatan terhadap Bahasa” German,
kemudian mereka menarik kesimpulan bahwa di dunia terdapat 3.000 bahasa. Maka ini
telah melakukan suatu loncatan.
2. Tanpa Loncatan Induktif
Sebuah generalisasi, apabila fakta” yg diberikan cukup banyak & menyakinkan, sehingga
tidak terdapat peluang u/ menyerang kembali.
Contoh: U/ menyelidiki bagaimana sifat” orang Indonesia pada umumnya, diperlukan
ratusan fenomena u/ menyimpulkannya.

C. Analogi :
o Analogi dibedakan menjadi 2 macam yaitu:
P a g e 10 | 18
12

a. Analogi Deklaratif
Analogi deklaratif / biasa disebut dgn analogi penjelas merupakan metode u/
menjelaskan atau menegaskan sesuatu yg belum dikenal atau masih samar, dgn sesuatu yg
sudah dikenal. Sejak zaman dahulu analogi deklaratif / cara yg amat bermanfaat untuk
menjelaskan masalah yg hendak diterangkan.
Contoh: Ilmu pengetahuan itu dibangun oleh fakta” sebagaimana rumah itu dibangun oleh
batu”. Tetapi tdk semua kumpulan pengetahuan itu ilmu, sebagaimana tdk semua
tumpukan batu adalah rumah. Otak itu menciptakan pikiran sebagaimana buah ginjal
mengeluarkan air seni. Di sini orang hendak menjelaskan struktur ilmu yg masih asing bagi
pendengar gn struktur rumah yg sudah begitu dikenal. Begitu pula penjelasaan tentang
hubungan antara pikiran & otak yg masih samar dijelaskan dgn hubungan antara buah ginjal
& air seni.

b. Analogi Argumentatif
Analogi Argumentatif metode yg didasarkan pada kesimpulan bahwa apabila suatu hal
mempunyai satu / lebih ciri yg sama seperti terdapat pada suatu hal lain. Maka ciri”lainnya
dari hal yg pertama itu juga dimiliki oleh hal yg ke-2 tersebut. Dgn kata lain, analogi jenis ini
merupakan analogi yg disusun berdasarkan persamaan principal yg ada pada 2 fenomena,
kemudia ditarik kesimpulan bahwa apa yg ada pada fenomena pertama ada juga pada
fenomena yg ke-2. Analogi argumentatif juga biasa disebut dgn analogi induktif.
Contoh:
- Anjing hitam menyalak, mengejar orang & menggigit.
- Anjing coklat menyalak & mengejar orang.
Walaupun analogi argumentatif tdk pernah dapat dikatakan “valid”, dlm arti bahwa
kesimpulan dari argument” itu bersumber pada premis”-nya dgn keniscayaan analogikal,
namun terhadap argument” analogikal itu kita dapat menyatakan bahwa argument yg 1
lebih meyakinkan ketimbang yg lainnya. Analogi argumentatif dapat dinilai berdasarkan
probabilitas tentang sejauh mana argument tersebut mendukung kesimpulannya.

C. Pengujian Mengenai Silogisme, Generalisasi, & Analogi


a. Silogisme
o Pengujian silogisme kategoris dengan menggunakan Diagram Venn Ada 3 macam untuk
mengetahui sahih atau tidak sahihnya suatu silogisme kategoris:
(1) menguji silogisme kategoris tersebut dengan menggunakan hukum-hukum silogisme
kategoris, baik mengenai term maupun mengenai proposisi. Apabila 1 saja dari hukum
tersebut dilanggar, sudah dapat dipastikan bahwa silogisme kategoris tersebut tidak sahih.
(2) menguji silogisme kategoris tersebut dengan melihat figur dan modusnya, dgn catatan
terlebih dahulu kita harus memastikan bahwa silogisme kategoris yg akan kita uji itu tidak
melanggar hukum pertama & kedua mengenai term. Sebab, bisa saja terjadi suatu silogisme
kategoris dengan figur pertama, misalnya mempunyai modus AAA (kalau kita hanya melihat
figur dan modusnya saja, kita dapat jatuh ke dlm anggapan bahwa silogisme kategoris
tersebut sahih karena modus AAA adalah modus yg sahih dlm figur pertama), ternyata
mengandung kurang atau lebih dari tiga term atau ternyata term tengahnya muncul dalam
kesimpulan, yg berarti silogisme kategoris tsb dgn menggunakan Diagram Venn, asalkan
tetap diingat bahwa pengujian dgn cara ini mengandaikan juga kepastian bahwa hukum
pertama & ke-2 mengenai term tidak dilanggar. Sudah kita ketahui bahwa dlm Diagram
P a g e 11 | 18
12

Venn, suatu term diwujudkan dlm sebuah lingkaran. Hubungan antara 2 term dlm sebuah
proposisi diwujudkan dlm 2 lingkaran yg saling beriringan. Dlm silogisme kategoris ada 3
term dgn begitu ada 3 lingkaran yg saling berhubungan, yaitu : S – M – P. hubungan yg saling
berpotongan itu sedemikian rupa sehingga menghasilkan 8 bagian. Bentuk 3 lingkaran yg
saling berpotongan, yg melambangkan silogisme kategoris itu adalah demikian:
(3) Cara meneliti apakah suatu silogisme kategoris sahih / tidak adalah sebagai berikut.
Mula” hubungan ke-2 term dari premis yg universal diwujudkan dlm bentuk diagram 3
lingkaran yg saling berpotongan itu dgn memberi tanda arsiran / tanda silang pada bagian”
yg bersangkutan. Hal yang sama dikerjakan juga u/ mewujudkan premis yang selanjutnya.
Kalau dgn demikian tanpa tambahan / perubahan lain proposisi kesimpulannya juga sudah
ikut terwujudkan, maka silogisme kategoris itu adalah sahih. Kalau u/ mewujudkan proposisi
kesimpulannya masih diperlukan tambahan / perubahan lain, maka silogisme kategoris itu
tidak sahih. Hal ini diharapkan akan menjadi lebih jelas dgn contoh” yg akan dipaparkan di
bawah ini.

b. Generalisasi
o Evaluasi evaluasi yg dapat digunakan u/ menguji apakah generalisasi yg dihasilkan cukup
akurat adalah Sbg :
1. Apakah sampel yg digunakan secara kuantiatif cukup mewakili. U/ menentukan
golongan darah seseorang cukup dgn 1 tetes darah darinya. Semakin banyak jumlah
fenomena / sampel yg digunakan, semakin kuat kesimpulan / hasil yg dihasilkan.
Meskipun kita tidak boleh menyimpulkan bahwa 2 kali fenomena Individual akan
menghasilkan 2 kali kadar keterpercayaan.

2. Apakah sampel yang digunakan bervariasi. U/ menentukan kadar minat dan kesadaran
berkoprasi sebagai sistem ekonomi yang diharapkan bagi bangsa Indonesia, berbagai
lapisan penghidupan, berbagai pendidikan, dan berbagai usia. Semakin banyak variasi
sampel, semakin kuat kesimpulan yang dihasilkan.

3. Apakah dalam genealisasi iu diperhitungkan hal” yg menyimpang dgn fenomena umum


/ tidak. Kekecualian” harus diperhitungkan juga, terutama jika kekecualian itu cukup
besar jumlahnya. Dlm hal kekecualian yg besar tdk mungkin diadakan generalisasi. Bila
kekecualian sedikit jumlahnya harus dirumuskan dgn hati” kata” seperti semua, setiap,
selalu, tdk pernah, selamanya & sebagainya harus dihindari. Pemakaian kata: hampir,
seluruhnya, sebagian besar, kebanyakan; harus didasarkan atas pertimbangan rasional yg
cermat. Semakin cermat faktor-

4. Apakah kesimpulan yg dirumuskan konsisten dgn fenomena individual. Kesimpulan yg


dirumuskan haruslah merupakan kensekuen logis dari fenomena yg dikumpulkan, tdk
boleh memberikan tafsiran menyimpang dari data yg ada. Misalnya penyelidikan tentang
faktor utama rendahnya prestasi akademik mahasiswa IAIN. Apabila ditemukan factor”
lemahnya akibat lemahnya penguasaan bahasa asing, miskin literatur, kurang berdiskusi
& banyaknya jenis matakuliah, lalu disimpulkan bahwa penyebab rendahnya prestasi itu
adalah lemahnya penguasaan bahasa asing & miskin literatur, ini tidak merupakan
konsekuensi logis dari fenomena yg dikumpulkan. Kesimpulan ini lemah karena
meninggalkan 2 faktor analogik, yakni kurang beriskusi dan banyaknya jenis mata kuliah.
Semakin banyak faktor analogik ditinggalkan, semakin lemah kesimpulan yg dihasilkan.
P a g e 12 | 18
12

c. Analogi
Dalam sebuah analogi, diperlukan alat ukur u/ mengukur keterpercayaan dari analogi tsb.
Adapun u/ mengukur keterpercayaan sebuah analogi dapat diketahui dgn alat berikut:

1. Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yang dianalogikan.


Semakin besar peristiwa sejenis yg dianalogikan, semakin besar pula taraf
keterpercayaanya. Semisal si A menggunakan jasa sebuah biro penerbangan & ternyata
pelayanannya tdk memberikan kepuasan pada si A, maka atas dasar analogi, si A
menyarankan kepada temannya u/ tdk menggunakan biro penerbangan yg sama dgn yg
digunakan tadi. Analogi si A akan semakin kuat dgn adanya si B yg juga tdk merasa puas dgn
biro penerbangan tersebut. Analogi menjadi semakin kuat lagi setelah ternyata si C, D, E, F &
G juga mengalami hal yg serupa.

2. Sedikit banyaknya aspek-aspek yang menjadi dasar analogi.


Contohnya: Tentang sepatu yg telah kita beli pada sebuah toko. Bahwa sepatu yg baru
saja kita beli tentu akan awet & enak dipakai karena sepatu yg dulu dibeli di toko ini juga
awet & enak dipakai. Analogi ini menjadi lebih kuat lagi misalnya diperhitungkan juga
persamaan harganya, mereknya, & bahannya.

3. Sifat dari analogi yang kita buat.


Sebagai contohnya apabila kita mempunyai mobil & satu liter bahan bakarnya dapat
menempuh 10 km, kemudian kita menyimpulkan bahwa mobil B yang sama dgn mobil kita
akan bisa menempuh jarak 10 km tiap satu liternya, maka analogi demikian cukup kuat.
Analogi ini akan lebih kuat jika kita mengatakan bahwa mobil B akan menempuh 8 km setiap
liter bahan bakarnya, & menjadi lemah jika kita mengatakan bahwa mobil B akan dapat
menempuh 15 km setiap liter bahan bakarnya. Jadi semakin rendah taksiran yg kita
analogikan semakin kuat analogi itu.

4. Mempertimbangkan ada tidaknya unsur” yg berbeda pada peristiwa yg dianalogikan.


Semakin banyak pertimbangan atas unsu’nya yg berbeda semakin kuat keterpercayaan
analoginya. Konklusi yg kita ambil bahwa Zaini pendatang baru di Universitas X akan menjadi
sarjana yg ulung krn beberapa tamatan dari universitas tersebut juga merupakan sarjana
ulung. Analogi ini menjadi lebih kuat jika kita mempertimbangkan juga perbedaan yg ada
pada para lulusan sebelumnya. A,B,C,D dan E yg mempunyai latar belakang yg berbeda dlm
ekonomi, pendidikan SLTA, daerah, agama, pekerjaan orang tua toh kesemuanya adalah
sarjana yg ulung.

5. Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.


Bila tdk relevan sudah barang tentu analogikanya tidak kuat & bahkan bias gagal. Bila kita
menyimpulkan bahwa mobil yg baru kita beli setiap liter bahan bakarnya akan menempuh 15
km berdasarkan analogi mobil B yg sama modelnya serta jumlah jendela & tahun
produksinya sama dgn mobil yg kita beli ternyata dapat menempuh 15 km setiap liter bahan
nakarnya, maka analogi serupa adalah analogi yg tidak relevan. Seharusnya u/ menyimpulkan
demikian harus didasarkan atas unsur” yg relevan yaitu banyaknya silinder, kekuatan daya
tariknya serta berat dari bodinya.

P a g e 13 | 18
12

Analogi yg mendasarkan pada suatu hal yg relevan jauh lebih kuat dari pada analogi yg
mendasarkan pada selusin persamaan yg tidak relevan. Penyimpulan seorang dokter bahwa
u/ mengobati tuan B adalah sebagaimana yg telah dilakukan terhadap tuan C karena
keduanya menderita tanda” terserang penyakit yg sama & arena jenis darahnya sama, jauh
lebih kuat disbanding jika mendasrkan pada paersamaan lebih banyak tetapi tdk relevan,
misalnya karena umurnya, bintang kelahirannya, latar belakang pendidikannya, warna
kulitnya, jumlah anaknya dan kesukaannya.

Analogi yg relevan biasanya terdapat pada peristiwa yang mempunyai hubungan kausal.
Meskipun hanya mendasarkan pada 1/2 persamaan, analogi ini cukup terpercaya
kebenarannya. Kita mengetahui bahwa sambungan rel kereta api dibuat tidak rapat u/
menjaga kemungkinan mengembangnya bila kena panas, rel tetap pada posisinya, maka kita
akan mendapat kemantapan yg kuat bahwa rangka rumah yang kita buat dari besi juga akan
terlepas dari bahaya melengkung bila kena panas, karena kita telah menyuruh tukang u/
memberikan jarak pada tiap sambungannya. Di sini kita hanya mendasarkan pada 1
hubungan kausal bahwa karena besi memuai bila kena panas, maka jarak yg dibuat antara 2
sambungan besi akan menghindarkan bangunan dari bahaya melengkung. Namun begitu
analogi yg bersifat kausal memberikan keterpercayaan yg kokoh.

D. Aturan “ Dalam Silogisme, Genralisasi


a. Silogisme
 Aturan I:
Tiap-tiap silogisme pastilah terdiri atas 3 term. Aturan itu berguna u/ menentukan cara
penarikan konklusi dlm bentuk silogisme / bukan. Suatu bentuk silogisme harus mempunyai
3 term yaitu: term mayor, term minor & term penengah yg masing”-nya disebut 2 kali.
Pelanggaran terhadap aturan ini akan berdampak kesalahan adanya 4 buah term /
kesalahan pembolakbalikan (fallacy of equivocation). Contohnya pada:
1. Semua manusia pasti mati Semua monyet adalah binatang Jelaslah bahwa dari 2 premis
di atas, tdk terdapat konklusi yg dapat diambil.
2. Kaki saya menyentuh sofa” menyentuh lantai. Kaki saya menyentuh lantai.

Dalam contoh (2) terdapat 4 butir term yaitu kaki saya, menyentuh sofa, sofa“
menyentuh lantai. Karena itu, tdk ada konklusi yg dapat ditarik. Berdasarkan penjelasan di
atas, kita dapat menarik kenyataan bahwa term yg dipakai dlm silogisme tdk boleh ada yg
bermakna ganda (ambigu). Jika salahsatu term bermakna ganda, maka kita akan membuat
kesalahan equivocation. Kata” yg dimiliki makna ganda merupakan beberapa term sesuai
dengan jumlah makna yg terkandung di dlmnya. Jika term mayor bermakna ganda,
kesalahanakan menjadi bermakna ganda mayor. Jika term minor / term penengah yg
bermakna ganda, maka kesalahan akan menjadi bermakna ganda minor / bermakna ganda
penengah. Berikut ini merupakan contoh kesalahan argumen & pemakaian term yg
bermakna ganda. Bermakna ganda mayor

Dalam contoh (1) term mayor terbang (flies) dipakai dgn makna ganda. Dalam premis
mayor artinya ‘hilang dari perasaan’. Dalam konklusi artinya‘terbang di udara Pada contoh
diatas term nimor pages dipergunakan dengan arti yg tidak sama.Pada premis artinya
‘pelayan’. Sedangkan dalam konklusi artinya ‘halaman buku.’Bermakna ganda penengah-
Semua perbuatan kriminal harus dihukum dgn undang” Pendakwan terhadap pencuri
P a g e 14 | 18
12

adalah perbuatan criminal. Pendakwaan terhadap pencurian harus dihukum dgn


undang”.Perbuatan kriminal dlm premis mayor artinya ‘kejahatan’ & dlm premisminor
artinya ‘perkara kriminal’.

 Aturan II : Silogisme mestilah terdiri dari hanya 3 proposisi


Dalam aturan II sama halnya dgn aturan I yakni hanya u/ membedakan silogismedari
bentuk” penarikan konklusi tidak langsung lainnya. Aturan inisebenarnya telah dinyatakan
dalam definisi silogisme oleh karena itu, tidak adayang harus dibahas lagi.

 Aturan III: Term penengah mestilah tersebar dlm premis, paling kurang 1 kali.
Karena term penengah menyebabkan term mayor dan term minor
mempunyaihubungan, maka ia mestilah tersebar DLM salah 1 premis, paling kurang 1 kali.
Jika term penengah itu tak tersebar, jelas tdk akan terdapat hubungan antara KE-2 premis
itu & karena itu konklusi tdk akan dapat ditetapkan. Oleh karena itu, jika sebagian term
penengah berhubungan DGN term mayor, & sebagian lainnya berhubungan dgn term minor,
maka tdk ada konklusi yg dapat diambil. Misalnya dari 2 proposisi di bawah ini tdk ada
koklusi yg dapat diambil.

Semua manusia pasti matiSemua anjing pasti mati Kesalahan yg terjadi akibat tdk
mengikuti aturan III ini disebut kesalahan penengah yg tdk tersebar (the fallacy of
undistributed middle). Berikut ini contoh kesalahanny: Sebagian manusia pasti adalah
guruSemua binatang yg padai melacak pencuri adalah manusia. Semua binatang yg pandai
melacak pencuri adalah guru.

 Aturan IV: Tak 2 pun yg dapat tersebar dlm konklusi bila tak tersebar dlm premis.
Oleh karena silogisme adalah bentuk penarikan konklusi secara deduktif, makakonklusi
tdk dapat lebih umum dari premis”nya. Itulah sebabnya term yg tdk diambil dari
keseluruhan denotasi, yaitu term yg tdk tersebar dlm premis, tidak dapat pula tersebar dlm
denotasi konklusi. Pelanggaran terhada paturan ini menimbulkan kesalahan proses yg tdk
sah (the fallacy of elicit process). Jika term mayor tersebar dlm konklusi tanpa tersebar dlm
premis, kesalahan disebut elicit mayor, & jika term minor tersebar dlm koklusi tanpa
tersebar dlm premis kesalahan disebut illicit minor, misalnya: Illicit mayor Semua lembua
adalah binatang berkaki 4. Tdk seekor pun anjing adalah embu

tdk seekor pun anjung adalah binatang berkaki empat. Argumen di atas ini mempunyai
kesalahan illicit mayor, karena term binatang berkaki 4 tersebar dlm konklusi sedangkan
dalam premis ia tdk tersebar.Illicit minor tdk seorang pun manusia adalah sempurna Semua
manusia adalah binatang tdk seekor pu binatang adalah sempurna. Argument ini
mempunyai kealahan illicit minor, karena term binatang tersebar dlm konklusi, sedangkan
dlm prenmis tdk tersebar.
 Aturan V: Dari 2 premis negatif tdk ada konklusi yg dapat diambil Proposisi
negative
menyatakan bahwa P menyangkal (negasi) S, yaitu tak adahubungan antara S dan P. Jika
kedua premis negatif, baik mayor maupun minor tdk akan mempunyai hubungan dgn term
penengah. Jika tdk ada hubungandengan term penengah / antara minor & penengah, maka
tdk ada hubungan antara mayor & minor. Akibatnya, tdk ada konklusi yg dapat diambil.
Konklusi hanya dapat diambil jika paling kurang 1 dari mayor dan minor mempunyai
P a g e 15 | 18
12

hubungan penengah krn, atas dasar perhubungan itulah kita dapatmenarik konklusi.
Misalnya dari segi premis berikut ini tdk dapat ditarik konklusi .Tidak seorang pun manusia
adalah binatang. Tidak seekor pun binatang adalah mahluk pandai berfikir Kesalahan” yg
timbul karena pelanggaran terhadap aturan ini dinamika kesalahan tentang premis”negatif
(the fallacy of negative premis).
b. Generalisasi
Mengemukakan suatu proposisi dpt dikatakan generalisasi apabila memenuhi 3 syarat,
yaitu:
1. Generalisasi harus tidak terbatas secara numerik.

Artinya tidak boleh terikat pada jumlah tertentu. Kalau dikatakan bahwa “semua A adalah
B”, maka proposisi itu harus benar, berapapun jumlah A. Dengan kata lain proposisi itu
berlaku u/ setiap dan semua subyek yg memenuhi A.
2. Generalisasi harus tidak terbatas secara spasio-temporal:
Artinya tdk boleh terbatas dlm ruang & waktu. Jadi harus berlaku di mana saja & kapan
saja.
3. Generalisasi harus dapat dijadikan dasar pengandaian.
Yang dimaksud dengan “dasar pengandaian” adalah: dasar dari yang disebut ‘contrary-
to-facts conditionals’ / ‘unfulfilled conditionals’. Salah 1 contoh yg jelasnya sebagai berikut:
Faktanya: x, y dan z masing” bukan unsur di B
Ada generalisasi: Semua unsur di A adalah juga unsur di B Pengandaiannya: Andaikan x,
y dan z masing-masing unsur di A atau dengan kata lain andaikata x, y dan z itu masing”
memenuhi kondisi A, maka pastilah x,y dan z itu masing-masing unsur di B. Ini adalah
pembuktian dgn kontradiksi. Sehingga dapat disimpulkan x, y dan z bukan unsur di A.
Generalisasi yg seperti inilah yg dapat dijadikan dasar u/ pengandaian.

P a g e 16 | 18
12

BAB 3
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
 Silogisme adalah suatu cara u/ melahirkan deduksi .Silogisme mengajarkan pada kita
merumuskan,menggolongkan pikiran sehingga kita dapat melihat hubungannya dgn mudah,
Dgn demikian kita belajar berfikir tertib, jelas , tajam . Ini diperlukan krn, mengajarkan kita
u/ dapat melihat akibat dari suatu pendirian / penyataan yg telah kita lontarkan. Banyak
orang merumuskan pendirian / membuat pernyataan yg apabila ditelaah lebih lanjut ,
sebenarnya pendirian / pernyataannya tadi kurang tepat / kurang benar. Mungkin saja hal
itu karena tdk mau menghargai kebenaran dari suatu tradisi / tdk dapat menilai kegunaan
yg besar dari sesuatu yg berasal dari masa lampau. Akan tetapi kita generasi penerus, proses
pemikiran kita menurut kenyataannya mengikuti pola silogisme jauh lebih sering dari pada
yg kita duga & dari proses tersebut pemikiran kita lebih terbuka tertib & jelas
 Generalisasi dlm logika adalah suatu proses penalaran yg bertolak dari sejumlahfenomena
individual menuju kesimpulan umum yg mengikat seluruh fenomena sejenis dgn fenomena
individual yg diselidiki. Dlm segi kuantitas yg menjadi dasar penyimpulan, generalisasi ada 2
yaitu generalisasi sempurna, & generalisasi tdk sempurna. Generalisasi yg salah adalah
ketika membuat generalisasi berdasarkan fenomena yg sangat sedikit sehingga tdk
mencukupi syarat u/ dibuat generalisasi. Hal ini juga bisa disebut sebagai generalisasi
tergesa-gesa. Generalisasi Empirik adalah generalisasi yg hanya menjelaskan fenomenanya
saja, tanpa disertai penjelasan "mengapayg Generalisasi penjelasan (explained
generalization) adalah generalisasi yg menjelaskan mengapa fenomena itu terjadi & apa yg
menyebabkannya & didapatkan suatu kesimpulan yg dapat dipercaya. Generalisasi ilmiah
adalah suatu pernyataan umum yg menyimpulkan sejumlah premis” yg sama kondisinya,
akan tetapi dari segi metode, kualitas data & ketepatan dlm perumusanya sangat ditata rapi
& terperinci demi menghasilkan kesimpulan yg tepat.
 Analogi adalah kesimpulan yg ditarik dgn jalan menyampaikan / mem perbandingkan suatu
fakta khusus dgn fakta khusus lain. Terdapat 3 unsur dlm penyimpulan analogik, yaitu:
peristiwa pokok yg menjadi dasaranalogi, persamaan principal yg menjadi pengikat, & ke-3
fenomena yg hendak kitaanalogikan. Macam analogi ada 2, yakni analogi deklaratif &
analogi argumentatif. Dlm menilai keterpercayaan suatu analogi hendaknya melihat factor”
berikut: Sedikit banyaknya peristiwa sejenis yg dianalogikan, sedikit banyaknya aspek” yg
menjadi dasar analogi, sifat dari analogi yg kita buat, ada tidaknya unsur” yg berbeda pada
peristiwa yg dianalogikan, serta Relevan tidaknya masalah yang dianalogikan.Analogi yg

P a g e 17 | 18
12

pincang merupakan penalaran induktif yg tdk memenuhi syarat / tdk dapat diterima krn,
membuat persamaan yg tdk tepat.
B. Saran
 Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan & harapan penulis
makalah ini tdk hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua
pembaca.Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis
mengharapkan kritik & saran u/ perbaikan di kemudian hari. Penulis menyadari tulisan ini
jauh dari kesempurnaan, u/ itu penulis menyarankan kepada pembaca u/ pemahaman yg
lebih dlm dapat membaca tentang hal tersebut lebih banyak lagi dari sumber” yg lain. Dan
penulis mengharapkan masukkan yg konstruktif kepada kita semua, demi penyempurnaan
tulisan ini serta lebih memahami makna & arti dari silogisme, generalisasi, & analogi

DAFTAR PUSTAKA
o http://anaozen.blogspot.com/2018/01/hakikat-analogi-dan-macam-macamnya.html
o https://www.psychologymania.com/2022/04/pengertian-berpikir-analogi.html
o https://pkbh.uad.ac.id/penafsiran-undang-undang-secara-analogi/
o https://www.scribd.com/doc/27418136/Aturan-Aturan-Silogisme-Kategoris-Dan-Pelanggaran-
pelanggaran-Yang-Menimbulkan-Kesalahan-Serta-Bentuk-bentuk-Silogisme
o https://psikologi.uma.ac.id/jenis-jenis-kekeliruan-beserta-contohnya/
o http://p2k.unkris.ac.id/id3/1-3065-2962/Generalisasi_49961_s2-unkris_p2k-unkris.html
o https://fauziauzhe.wordpress.com/2014/11/03/pengertian-silogisme-generalisasi-dan-
analogi/
o https://www.academia.edu/38945218/MAKALAH_ANALOGI
o https://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
o http://adhiesuseno.blogspot.com/2014/10/definisi-silogisme-generalisasi-dan_6.html
o https://www.academia.edu/28954062/Makalah_Generalisasi_Logika

P a g e 18 | 18

Anda mungkin juga menyukai