DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Literasi Keuangan dan
Pengaruhnya terhadap Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial adalah benar
karya Saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2019
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat hanya
mencapai 29.66% yang tergolong kedalam kelompok well literate. Jawa Barat
sebagai provinsi dengan jumlah penduduk Indonesia terbanyak menjadikan target
potensial bagi kegiatan edukasi keuangan OJK. Terlebih provinsi Jawa Barat
memiliki total 47% generasi millenial yang mendominasi tenaga kerja. Sebagai
generasi yang mendominasi tenaga kerja, generasi millenial dituntut untuk dapat
mengelola keuangannya dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tingkat literasi keuangan dan pengelolaan keuangan pada generasi millenial di Jawa
Barat serta menganalisis pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan
keuangan generasi millenial. Analisis data menggunakan analisis statistika
deskriptif dan analisis Structural Equation Modeling (SEM) LISREL. Hasil
penelitian menujukkan nilai literasi keuangan pada generasi millenial sebesar
74.09% yang termasuk kedalam kategori sufficient literate. Nilai pengelolaan
keuangan sebesar 3.47 yang termasuk kedalam kategori baik serta terdapatnya
pengaruh positif literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan pada generasi
millenial.
ABSTRACT
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2019 ini ialah
literasi keuangan, dengan judul Literasi Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap
Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial.
Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu saya
tercinta, Yayah Jumsiah, adik saya Firli Alfarizy dan seluruh keluarga besar saya
yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan dalam menjalankan
penelitian ini serta senantiasa memanjatkan doa terbaiknya hingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada ayah saya Alm. Achmad Syamsuri Ishak, BA yang telah menjadi
inspirasi dan sumber semangat penulis. Selain itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, masukkan, nasihat, kritik dan saran terhadap
penelitian ini. Tanpanya penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik.
2. Seluruh dosen dan staff Departemen Manajemen IPB yang telah
memberikan edukasi dan pengalaman selama masa perkuliahan
berlangsung.
3. Teman-teman sebimbingan yaitu Adhyn, Bella, Nofri dan Nuroh yang telah
berjuang bersama-sama dalam melakukan penelitian dan senantiasa
memberikan semangat, motivasi dan bantuan.
4. Teman-teman terdekat yaitu Asef, Brian, Util, Kiki dan Yolla yang selalu
memberikan bantuan, inspirasi, menyemangati dan mendorong penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Teman-teman manajemen 52 yang telah membersamai selama masa
perkuliahan dan memberikan berbagai pengalaman berharga. Terima kasih
untuk semua bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
6. Teman-teman manajemen 50, 51, 53 dan 54 yang telah menemani selama
masa perkuliahan dan memberikan inspirasi bagi penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Literasi Keuangan 5
Generasi Millenial 6
Pengelolaan Keuangan 7
Penelitian Terdahulu 9
METODE 10
Kerangka Penelitian 10
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Jenis dan Sumber Data 13
Metode Pengumpulan Data 13
Metode Penentuan Sampel 13
Metode Pengolahan dan Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Karakteristik Responden 18
Tingkat Literasi Keuangan Generasi Millenial 21
Tingkat Pengelolaan Keuangan 25
Hasil Uji SEM-LISREL 31
Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan pada Generasi
Millenial 33
Implikasi Manajerial 34
SIMPULAN DAN SARAN 36
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 39
RIWAYAT HIDUP 49
DAFTAR TABEL
1 Penelitian terdahulu 9
2 Penilaian tingkat literasi keuangan 15
3 Rentang nilai pengelolaan keuangan 15
4 Variabel dan Indikator Penelitian 16
5 Karakteristik Responden 18
6 Hasil Uji Validitas 20
7 Hasil Uji Reliabilitas 21
8 Nilai Literasi Keuangan Generasi Millenial untuk Setiap Aspek 23
9 Nilai Rata-rata Setiap Aspek Pengelolaan Keuangan 26
10 Hasil Uji Goodness of Fit Model (After Hit) 31
11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 32
12 Hasil Estimasi Regresi Model SEM 33
DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 2008-2017 (dalam juta jiwa 2
2 Piramida Penduduk Jawa Barat 2018 3
3 Kerangka pemikiran 12
4 Model Struktural Penelitian 17
5 Tingkat Literasi Keuangan Generasi Millenial 22
6 Tingkat Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial 25
7 Perencanaan Pengeluaran Generasi Millenial 27
8 Frekuensi Generasi Millenial dalam Kehabisan Uang sebelum
Mendapatkan Pendapatan Berikutnya 27
9 Tingkat Peminjaman Uang Generasi Millenial 28
10 Tingkat Kesulitan dalam Membayar Peminjaman 28
11 Tingkat Menabung Generasi Millenial 29
12 Frekuensi Investasi Generasi Millenial 30
13 Frekuensi dalm Membayar Asuransi Generasi Millenial 30
14 Uji T After Hit 31
15 Estimate Loading Factor After Hit 32
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Uji Validitas 41
2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Literasi Keuangan 42
3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengelolaan Keuangan 42
4 Kuesioner Penelitian 43
PENDAHULUAN
Latar Belakang
terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan. Angka tersebut masih tergolong rendah apabila
dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya. Berdasarkan hasil survei
MasterCard’s Literacy Index yang dilakukan oleh MasterCard pada tahun 2015
terhadap 8 718 responden pada 17 negara Asia Pasifik, diperoleh hasil bahwa
Indonesia hanya menempati posisi ke 10 dari 17 negara dengan skor sebesar 62.
Indonesia berada pada posisi yang rendah apabila dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya seperti Singapura yang memperoleh skor 71, Malaysia 67 dan
Thailand 67. Sudah seharusnya Indonesia memiliki tingkat literasi keuangan yang
tinggi, dikarenakan Indonesia memiliki jumlah populasi yang besar dan terus
bertambah setiap tahunnya. Besarnya populasi ini memberikan peluang kepada
Indonesia untuk meningkatkan kecerdasan masyarakatnya. Hal tersebut
dikarenakan, jika semakin banyak masyarakat Indonesia yang cerdas dan memiliki
pengetahuan finansial yang baik, maka semakin mudah bagi Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
245
240
235
230
225
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada akhir tahun 2017, jumlah
Penduduk Indonesia mencapai 261.89 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar
1.1% per tahun. Jumlah tersebut menunjukkan tren kenaikkan jumlah penduduk
yang positif dan diproyeksikan akan menjadi 311.6 juta jiwa pada tahun 2045 (BPS,
Bappenas dan UNFPA 2018). Jumlah penduduk yang terus meningkat
mengindikasikan bahwa meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pemanfaatan,
kesadaran dan keterlibatan masyarakat atas produk dan jasa keuangan sangatlah
penting, terutama pada provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak. Jumlah
penduduk terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 48 037 600 jiwa
pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 48 683 861 jiwa pada tahun 2018 (BPS
Jawa Barat 2019).
Banyaknya jumlah penduduk di Jawa Barat menjadikan Jawa Barat menjadi
sasaran yang tepat apabila OJK ingin meningkatkan tingkat literasi keuangan
Indonesia. Alasan tersebut didukung oleh data bahwa banyaknya masyarakat usia
3
produktif yang dimiliki oleh Jawa Barat. Masyarakat usia produktif (pelajar,
mahasiswa, pekerja dan profesi) merupakan salah satu target sasaran yang menjadi
prioritas OJK. Provinsi Jawa Barat memiliki total masyarakat usia produktif
mencapai 33 150 152 jiwa. Sebanyak 47% diantaranya didominasi oleh penduduk
dengan rentang usia 19 sampai 37 tahun. Penduduk dengan rentang usia tersebut
lebih dikenal dengan generasi millenial. Mereka disebut millenial karena kedekatan
mereka dengan era Milenium Baru dan dibesarkan di era yang lebih digital (Kaifi
et al. 2012).
Generasi millenial, yang saat ini mendominasi usia produktif serta tenaga
kerja di Jawa Barat dinilai sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan
finansial mereka. Hal ini dikarenakan generasi tersebut telah masuk kedalam
angkatan kerja dalam jumlah yang besar dan berkontribusi secara efektif dalam
pertumbuhan perekonomian negara. Masuknya generasi millenial dalam angkatan
kerja menuntut mereka untuk dapat terus mengembangkan kemampuan dan
kompetensi diri. Menurut Twenge dan Champbell (2008) generasi millenial
mempunyai penghargaan diri dan kepuasan diri yang lebih tinggi dari generasi
sebelumnya, namun memiliki kompetensi diri yang lebih rendah. Termasuk
diataranya kompetensi yang rendah dalam mengelola keuangan pribadi. Rendahnya
pengelolaan keuangan generasi millenial didukung oleh penelitian Navy Federal
Credit Union (2017) yang telah melakukan survei terhadap 1 600 millenial.
Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa hanya 37% responden yang
menyatakan bahwa mereka fokus pada keuangan mereka. Selanjutnya, sebanyak
83% responden tidak memiliki dana darurat dan sebanyak 72% responden tidak
memiliki tabungan untuk hari tua. Survei tersebut mengindikasikan buruknya
kemampuan mengelola keuangan generasi millenial serta kecenderungan mereka
4
yang hanya berorientasi pada masa kini dan kurang memikirkan masa depan. Selain
itu, generasi millineal juga memiliki kendala keuangan yang lebih besar
dibandingkan dengan generasi sebelumnya dan terbebani dengan hutang (Kotler
dan Amstrong 2013).
Buruknya pengelolaan keuangan generasi millenial juga disebabkan oleh
perilaku generasi tersebut yang konsumtif. Rudiwantoro (2018) menjelaskan bahwa
generasi millenial memiliki daya beli yang kuat, identik dengan perilaku konsumtif
yang tinggi untuk menunjang gaya hidup mereka. Gaya hidup konsumtif tersebut
menjadikan generasi millenial sulit untuk menyisihkan dana untuk keperluan lain.
Akibatnya, mereka kesulitan mengelola keuangan dengan baik. Generasi millenial
dituntut untuk bisa mengelola keuangan pribadi untuk menciptakan keadaan
finansial yang mandiri dan cukup dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan masa
depan. Selain untuk kepentingan mereka sendiri, baiknya pengelolaan keuangan
dapat berakibat pada baiknya kualitas hidup yang memengaruhi sikap dan perilaku
di tempat kerja. Sehingga, mereka dapat berkontribusi lebih banyak terhadap
keberhasilan organisasi tempat mereka berkerja. Pada akhirnya, dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berujung pada naiknya
kesejateraan masyarakat Indonesia yang merupakan salah satu tujuan utama
program literasi keuangan nasional.
Pentingnya literasi keuangan serta besarnya peran generasi millenial terhadap
perekonomian negara menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai literasi keuangan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan keuangan
pribadi pada generasi millenial. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat pengelolaan keuangan generasi millenial di Provinsi Jawa Barat.
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Literasi Keuangan
1. Well literate
Merupakan kelompok masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan dan
keyakinan tentang lembaga keuangan serta produk jasa keuangan. Mereka
paham dan yakin dengan fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Mereka juga telah terampil menggunakan produk
dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate
Kelompok ini memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, amnfaat dan
risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, mereka
tidak terampil menggunakan produk dan jasa keuangan itu.
3. Less literate
Kelompok masyarakat ini hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga
jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.
4. Not literate
Kelompok yang tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap
lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan. Mereka juga tidak
memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuagan.
Generasi Millenial
membentuk kepribadian, nilai-nilai, dan harapan generasi tersebut (Hauw dan Vos
2010). Terdapat dua hal utama yang mendasari yang mendasari pengelompokkan
generasi, yaitu faktor demografi khususnya kesamaan tahun kelahiran dan yang
kedua adalah faktor sosiologis khususnya adalah kejadian – kejadian yang historis.
Namun para ahli berpendapat generasi terbentuk lebih dikarenakan karena kejadian
yang bersejarah dibandingkan tahun kelahiran (Putra 2016).
Menurut Howe dan Strauss (2000), terdapat tiga atribut yang lebih jelas
mengindetifikasi generasi dibandingkan tahun kelahiran, atribut tersebut adalah:
Selama lebih dari 60 tahun, terdapat tiga generasi yang mendominasi angkatan
kerja, yaitu generasi baby boomer, generasi X dan generasi millenial. Namun, pada
saat ini generasi baby boomer keluar dari angkatan kerja dalam jumlah yang besar
sehingga angkatan kerja didominasi oleh generasi millenial. Generasi millenial
adalah generasi yang lahir pada tahum 1982 sampai 2000 yang diikuti oleh
kelangkaan generasi x (lahir tahun 1965 – 1982) yang lebih dahulu didahului oleh
generasi baby boomer (lahir 1946 – 1964) (Howe dan Krauss 2000). Mereka disebut
millenial karena kedekatan mereka dengan era Milenium Baru dan dibesarkan di
era yang lebih digital (Kaifi et al. 2012).
Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email,
SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter, dengan kata
lain generasi millenial adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming
(Lysons 2004). Lebih lanjut (Lyons 2004) mengungkapkan ciri – ciri dari generasi
millenial adalah karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana
ia dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola komunikasinya sangat
terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang
fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi,
lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat
sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya,
memiliki perhatian yang lebih terhadap kekayaan.
Pengelolaan Keuangan
keuangan keuangan pribadi adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya (money)
dari unit individual / rumah tangga.
Secara umum, tujuan dari pengelolaan keuangan meliputi (Bank Indonesia):
a) Mencapai target dana tertentu di masa yang akan datang
b) Melindungi dan meningkatkan kekayaan yang dimiliki
c) Mengatur arus kas (pemasukan dan pengeluaran uang)
d) Melakukan manajemen risiko dan mengatur risiko dengan baik
e) Mengelola utang piutang
Penelitian Terdahulu
METODE
Kerangka Penelitian
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan tahun 2016 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat
hanya mencapai 29.66% yang tergolong kedalam kelompok well literate. Nilai
tersebut tergolong rendah apabila dibandikan dengan negara ASEAN lainnya.
Diperlukan sebuah program untuk meningkatkan nilai literasi keuangan Indonesia.
OJK melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 76/POJK07/2016
menjelaskan program nasional literasi keuangan Indonesia dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, perilaku dan sikap masyarakat
terhadap produk dan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan.
Program tersebut adalah cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan serta akses
terhadap lembaga keuangan. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan
masyarakat terbanyak yang ada di Indonesia. Jawa Barat memiliki total penduduk
sebanyak 48 683 861 jiwa pada tahun 2018. Banyaknya penduduk yang dimiliki
oleh Provinsi Jawa Barat menjadikan Provinsi Jawa Barat sebagai target program
nasional literasi keuangan yang potensial. Selain itu, sebagai akibat dari banyaknya
11
penduduk yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat, menjadikan Provinsi Jawa Barat
memiliki penduduk dengan usia produktif yang banyak pula. Terhitung hingga
akhir tahun 2018, Provinsi Jawa Barat memiliki total 33 150 152 jiwa masyarakat
pada usia produktif dimana 47% diantaranya merupakan generasi millenial.
Generasi millenial dituntut untuk dapat memiliki kompetensi dan pengetahuan
finansial yang baik. Hal tersebut dikarenakan mereka mendominasi usia produktif
dan tenaga kerja. Baiknya kompetensi dan pengetahuan finansial mereka akan
berakibat pada meningkatnya produktivitas pekerjaan mereka yang pada akhirnya
akan berefek pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun pada
faktanya, generasi millenial belum bisa mengelola keuangan pribadinya dengan
baik. Menurut penelitian Navy Federal Credit Union (2017) yang telah melakukan
survei terhadap 1.600 millenial. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa
hanya 37% responden yang menyatakan bahwa mereka fokus pada keuangan
mereka. Selanjutnya, sebanyak 83% responden tidak memiliki dana darurat dan
sebanyak 72% responden tidak memiliki tabungan untuk hari tua. Oleh karena itu,
akan diteliti mengenai literasi keuangan dan pengaruhnya terhadap generasi
millenial di Jawa Barat. Menggunakan alat analisis statistika deskriptif dan
Structural Equation Modeling – Linear Structural Relationship (SEM-LISREL)
sehingga akan memberikan hasil akhir berupa tingkat literasi keuangan generasi
millenial dan pengaruhnya terhadap pengelolaan keuangan generasi millenial.
12
Generasi Millenial
(Penyumbang 47% dari penduduk usia produktif,
belum bisa mengelola keuangan dengan baik)
Implikasi Manajerial
Saran
Gambar 3 Kerangka
Kerangka pemikiran
Pemikiran
13
Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan
atau menggunakannya. Data primer dicari, dikumpulkan, diolah dan digunakan
sendiri (Soeratno dan Arsyad 1993). Data primer dalam penelitian ini didapatkan
dengan menyebarkan kuisioner kepada responden baik secara langsung maupun
secara online melalui google form. Data sekunder adalah data yang diteritkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya Soeratno dan Arsyad 1993).
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara studi pustaka melalui
referensi dari buku, jurnal, skripsi, dokumen Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen
OJK dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.
Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan yang digunakan 5%
15.655.033
𝑛= = 399,99 ≈ 400
(1 + 15.655.033(0,052 ))
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistika deskriptif dan analisis Structural Equation Modelling – Linear Structuural
Relationship (SEM-LISREL). Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
tingkat literasi keuangan serta tingkat pengelolaan keuangan pada generasi
millenial. Analisis SEM-LISREL digunakan untuk mengetahui hubungan antara
literasi keuangan dengan pengelolaan keuangan. Pengelolahan data dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS 22 dan LISREL 8.8.
Uji Validitas
Uji Reabilitas
X21
λ4
X11 λ5 X22
λ1
λ2 γ λ6
X12 X23
λ7
λ3
X13 X24
Literasi Keuangan
Pengelolaan λ8
Keuangan
(ξ)
(η)
X25
Definisi Operasional
Karakteristik Responden
Total responden pada penelitian ini sejumlah 400 orang yang berada pada
rentang umur 19 sampai 37 tahun dan berdomisili di Jawa Barat. Responden
didominasi oleh perempuan sejumlah 243 orang atau 61% dan laki-laki sejumlah
157 orang atau sebanyak 39%. Responden didominasi oleh kelompok usia 19
sampai 22 tahun sebanyak 251 orang (62.8%) diikuti oleh kelompok usia 23 sampai
26 tahun sebanyak 86 orang (21.5%). Selanjutnya diikuti oleh kelompok usia 27
sampai 30 tahun sejumlah 36 orang (9%). Kelompok usia 31 sampai 34 tahun
sejumlah 16 orang (4%) dan terakhir kelompok usia 35 sampai 37 tahun sejumlah
11 orang (2.8%). Responden pada penelitian ini didominasi oleh responden yang
berdomisili di Kabupaten Bogor sejumlah 123 orang (30.8%) selanjutnya diikuti
oleh Kota Bogor 82 orang (20.5%), Kota Bekasi 44 orang (11%). Mayoritas
responden memiliki pendapatan kurang dari Rp 1 500 000.00 per bulannya dan
hanya sebanyak 46 orang yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 6 000 000.00.
Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir SLTA/sederajat atau
sedang menempuh pendidikan di tingkat universitas. Sebanyak 41% responden
20
memiliki pendidikan terakhir S1, 7% diploma (D3), 4,5% S2, 1% SLTP dan 1%
responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S3. Pekerjaan yang
mendominasi responden adalah pelajar/mahasiswa sejumlah 53,8%. Pekerjaan
lainnya yang muncul yaitu dosen, pilot, konsultan, polisi serta pekerja honorer.
Uji Validitas
Uji Realibilitas
38%
57%
indikator ini diperoleh oleh aspek tujuan finansial dengan skor 91.75. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa 92 dari 100 orang telah memiliki tujuan finansial. Tujuan
finansial yang paling banyak dijumpai pada responden pelajar/mahasiswa yaitu
dapat memiliki pendapatan serdiri agar dapat meringankan beban orang tua dalam
membiayai perkuliahan serta dapat membiayai semua pengeluaran sendiri tanpa
meminta kepada orang tua. Sedangkan bagi responden yang sudah bekerja tujuan
finansial mereka seperti memiliki rumah pribadi, memiliki kendaraan pribadi,
mandiri secara finansial serta memiliki tabungan yang cukup untuk dapat
membiayai pendidikan anak. Aspek dengan nilai terendah dimiliki oleh
perencanaan masa pensiun. Aspek ini hanya memperoleh skor 34.54. Rendahnya
skor tersebut mengindikasikan bahwa generasi millenial belum terlalu memikirkan
dan mempersiapkan diri mereka untuk masa pensiun. Generasi millenial masih
berorientasi pada masa kini dan belum memikirkan jauh tentang masa depan.
Mempersiapkan diri untuk masa pensiun sangat penting dilakukan agar terciptanya
kondisi keuangan yang baik untuk memenuhi kebutuhan kita saat sudah tidak lagi
mendapatkan penghasilan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengikuti program asuransi hari tua.
Indikator sikap dan perilaku keuangan memperoleh skor rata-rata sebesar
74.64 yang termasuk kedalam kategori sufficient literate. Nilai tertinggi pada
indikator ini dimiliki oleh aspek pertimbangan pengeluaran dengan skor 97.75.
Hampir semua responden selalu melakukan pertimbangan sebelum melakukan
pengeluaran. Hal ini mengindikasikan bahwa sebelum melakukan pembelian atau
pembayaran, generasi millenial mempertimbangkan kondisi keuangannya saat ini
apakah mampu untuk melakukan pengeluaran tersebut tanpa mengalami defisit.
Selain itu, 53% dari responden merupakan mahasiswa yang masih mendapatkan
pendapatan dari orang tua. Sehingga mereka fokus pada pendapatan tersebut yang
berefek pada dilakukannya perencanaan pengeluaran agar pengeluaran mereka
tidak melebihi pendapatan yang diterima. Sedangkan nilai terendah dimiliki oleh
aspek kepuasan terhadap kondisi keuangan dengan skor 37.75. Mayoritas generasi
millenial merasa tidak puas dengan kondisi keuangan mereka. Ketidakpuasan
mereka dikarenakan keterbatasan kondisi keuangan mereka yang menyebabkan
ketidakmampuan dalam memenuhi segala keinginan mereka dalam rangka untuk
mengikuti perkembangan tren. Penyebab lainnya yaitu karena mereka merasa tidak
dapat mengelola pendapatan mereka dengan baik dan belum mencapai tujuan
finansial mereka.
Indikator pengetahuan keuangan memperoleh skor rata-rata sebesar 74.93
yang masuk kedalam kategori sufficient literate. Tingginya skor rata-rata yang
didapatkan mengindikasikan generasi millenial yang sudah memiliki pengetahuan
keuangan yang cukup baik. Aspek pengetahuan keuangan dalam indikator ini
meliputi pemahaman mengenai time value of money, inflasi, investasi serta
tabungan dan deposito. Aspek dengan skor tertinggi didapatkan oleh aspek
pengetahuan mengenai inflasi. Generasi millenial sudah memiliki pengetahuan
yang baik mengenai inflasi serta efeknya bagi keuangan mereka. Sedangkan aspek
dengan skor terendah dimiliki oleh aspek pengetahuan mengenai time value of
money. Skor yang didapatkan pada aspek ini sebesar 58.94. Bagi responden
mahasiswa/pelajar dengan latar belakang non-ekonomi cukup merasa kesulitan
dalam memahami konsep ini sehingga mereka tidak dapat menjawab pertanyaan.
Sedangkan pada responden mahasiswa/pelajar dengan latar belakang ekonomi
25
dapat menjawab pertanyaan pada aspek ini dikarenakan mereka mendapatkan teori
di bangku perkuliahan. Pada responden yang sudah memiliki pekerjaan, mereka
tidak mengalami kesulitan yang besar dalam menjawab pertanyaan walaupun latar
belakang pendidikan mereka bukan berasal dari bidang ekonomi. Hal ini
disebabkan konsep time value of money sudah mereka pahami dalam kegiatan
sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan mereka.
Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik
31 41
166
162
Aspek membeli dan memiliki harta produktif memiliki nilai 3.67 yang
termasuk kedalam kategori baik. Hal ini berarti generasi millenial sudah memiliki
kesadaran terhadap manfaat harta produktif yang dapat memberikan manfaat
berupa dapat menekan pengeluaran besar dalam kehidupan sehari-hari. Dari 400
responden, sebanyak 72.5% atau sejumlah 290 orang sudah memiliki harta
produktif dan sisanya 110 responden belum memiliki harta produktif. Tingkat
kepemilikan harta produktif pada generasi millenial sudah tinggi namun dalam
proses pembeliannya generasi millenial belum memprioritaskan harta produktif.
Mayoritas generasi millenial di Jawa Barat belum memprioritaskan untuk membeli
harta produktif pada saat mereka mendapatkan uang. Mayoritas responden
menghabiskan uang untuk kebutuhan sehari-hari lalu kemudian menyimpan sisa
uang tersebut untuk ditabung dan dibelikan harta produktif. Dari 400 responden,
hanya 176 orang yang menyisihkan uangnya terlebih dahulu untuk ditabung dan
dibelikan harta produktif baru kemudian menggunakan sisanya untuk kebutuhan
sehari-hari. Dan sebanyak 22 responden selalu menghabiskan seluruh uang yang
didapatkannya untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak menyisakan apapun.
Aspek mengelola pegeluaran mendapatkan skor rata-rata sebesar 3.49 yang
masuk kedalam kategori baik. Hal ini menjunjukkan bahwa generasi millenial telah
dapat mengelola pengeluarnya dengan bijak dan tidak boros agar tidak terjadinya
defisit. Baiknya pengelolaan pengeluaran juga disebabkan oleh kondisi keuangan
mereka. Kondisi keuangan menuntut mereka untuk dapat mengelola
pengeluarannya agar tidak melebihi pendapatan yang mereka terima. Sehingga
mereka berhati-hati dalam melakukan pengeluaran dan selalu mempertimbangkan
kondisi keuangannya sebelum melakukan pengeluaran. Selain itu, mayoritas dari
responden merupakan pelajar/mahasiswa yang belum mendapatkan pendapatan
sendiri. Mereka masih mengandalkan pendapatan dari orang tua mereka. Oleh
sebab itu, mereka berfokus terhadap pendapatan yang mereka terima agar
pengeluaran mereka tidak lebih besar dari pendapatannya dengan cara
menganggarkan pengeluaran yang akan mereka lakukan.
27
2%
9%
21%
40%
28%
2%
14% 13%
30%
41%
baik memerlakukan hutang mereka. Generasi millenial telah mengetahui saat yang
tepat untuk melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah
4%
16%
51%
29%
14%
55%
28%
Pada aspek investasi dan tabungan, mendapatkan skor rata-rata sebesar 3.01
yang termasuk kedalam kategori kurang baik. Hal ini mengindikasikan masih
belum konsistennya generasi millenial dalam menyisihkan pendapatannya untuk
ditabung serta sikap dan perilaku yang masih belum memikirkan kondisi masa
depan.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah
3%
7%
22%
36%
32%
9%
13%
37%
24%
17%
Aspek yang terakhir yaitu asuransi. Aspek asuransi mendapatkan skor rata-
rata terendah yaitu hanya sebesar 2.89 yang tergolong kedalam kategori kurang baik.
Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kesadaran generasi millenial terhadap
risiko yang mungkin saja terjadi dimasa depan yang dapat memberikan kerugian
yang besar. Rendahnya aspek asuransi juga menggambarkan generasi millenial
yang belum memikirkan masa depan mereka.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah
19%
9%
57%
10%
5%
Implikasi Manajerial
1. Perencanaan (Planning)
Generasi millenial dituntut untuk dapat melakukan perencanaan
terhadap pemasukan dan pengeluaran mereka. Perencanaan dilakukan
sesaat setelah menerima pendapatan dengan cara membuat pos-pos
pengeluaran dan mengakomodir pengeluaran tetap. Perencanaan
pengeluaran juga bisa dilakukan dengan cara membaginya berdasarkan
kebutuhan, yaitu kebutuhan kebutuhan primer dan kebutuhan tersier.
Kebutuhan primer seperti membayar cicilan dan tagihan, biaya konsumsi
bulanan, transportasi dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan tersier
merupakan kebutuhan untuk hiburan. Selain itu, generasi millenial juga
harus membuat perencanaan prioritas untuk membayar semua tagiahan di
awal mendapatkan pendapatan. Hal tersebut agar tagihan tidak menumpuk
dan mengganggu biaya kebutuhan lainnya. Generasi millenial juga dapat
mengikuti berbagai pelatihan perencanaan keuangan agar dapat melakukan
perencanaan dengan lebih baik. Perencanaan penting dilakukan agar dapat
mengelola pendapatan dengan baik dan tidak terjadinya defisit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pihak otoritas, dapat
melakukan perencanaan dalam pembuatan program-program edukasi untuk
meningkatkan tingkat literasi keuangan pada generasi millenial. Program
dibentuk dalam bentuk yang menarik dan tidak monoton serta menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti. OJK juga dapat menggunakan platform
media sosial seperti twitter, youtube, instagram, facebook dan yang lainnya
dalam bentuk yang menarik untuk menyebarkan materi edukasi.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara memprioritaskan
sebagian pendapatan pada saat mendapatkannya untuk ditabung atau
diinvestasikan. Lalu setelahnya dialokasikan untuk berbagai pengeluaran
tetap, konsumsi, dana darurat, hiburan dan biaya lainnya. Dalam
pelaksanaannya, generasi millenial haruslah mengacu pada perencanaan
yang telah dibuat pada awal mendapatkan pendapatan. Hal tersebut agar
generasi millenial dapat mengurangi sifat konsumtif dalam membeli
35
3. Pengarahan (Actuating)
Generasi millenial dapat mengacu pada materi edukasi yang telah
dikeluarkan oleh OJK dalam meningkatkan pengetahuan literasi keuangan
mereka. Materi edukasi yang telah dikeluarkan oleh OJK akan sangat
membantu generasi millenial untuk mengetahui langkah yang tepat untuk
mengelola keuangan mereka secara efektif dan efisien agar mereka dapat
mencapai tujuan finansial yang telah dibuat. Selain itu, materi edukasi juga
membantu generasi millenial dalam meningkatkan pengetahuan finansial
sehingga dapat meningkatkan tingkat literasi keuangan pribadi. Generasi
millenial juga dapat berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program
literasi keuangan yang telah dirancang oleh OJK. Keterlibatan generasi
millenial dalam berbagai program yang telah dirancang OJK penting agar
generasi millenial memiliki kesadaran dan pengetahuan terhadap
pentingnya literasi keuangan bagi mereka serta dampaknya terhadap negara.
Selain itu, pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka
dapatkan dari berbagai program OJK dapat mereka sebarkan dan mereka
aplikasikan pada lingkungan sekitar sehingga dapat membantu
meningkatkan literasi keuangan pada lingkungan sekitar. Bagi generasi
millenial yang berstatus mahasiswa, dapat pula aktif pada kegiatan galeri
investasi yang terdapat di kampus. Galeri investasi merupakan sarana yang
efektif dalam meningkatkan tingkat pengetahuan dan pengalaman
mahasiswa terhadap produk investasi keuangan. Terlebih, mayoritas dari
generasi millenial khususnya mahasiswa masih belum mengetahui investasi
keuangan dan cara menggunakannya.
Selain dengan memberikan materi edukasi kepada generasi millenial,
OJK juga dapat memberikan pengarahan secara langsung kepada generasi
36
4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan menjadi tanggung
jawab pribadi setiap individu. Generasi millenial dituntut untuk memiliki
kesadaran terhadap kondisi keuangan pribadi agar dapat memprioritaskan
dalam membuat pengeluaran yang sudah atau belum dianggarkan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengawasi keuangan pribadi adalah
melalui aplikasi pengelola keuangan yang diunduh di perangkat smartphone
meraka. Melalui aplikasi tersebut generasi millenial dapat mencatat setiap
pengeluaran dan pendapatan mereka dengan mudah dan mengawasinya agar
tidak menyimpang dari perencanaan yang telah dibuat. Generasi millenial
juga dapat meminta bantuan kepada teman, keluarga, kerabat atau pasangan
untuk saling mengingatkan dan mengawasi pengeluaran.
Bagi OJK, pengawasan dilakukan dengan mengevaluasi terhadap
program yang telah dilakukan dan mencatat setiap hasil yang diperoleh dari
program tersebut. OJK juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan
tindakan korektif terhadap program apabila terdapat penyimpangan dan
ketidaksesuaian pada program tersebut.
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Remund D. 2010. Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer Definition
in an Increasingly Complex Economy. The Journal of ConsumerAffairs.
44(2)
Rudiwantoro A. 2018. Langkah Penting Generasi Millenial Menuju Kebebasan
Finansial Melalui Investasi. Jurnal Moneter. 5(1): 44-51
Sarwono J. 2017. Structural Equation Modelling (SEM). Bogor (ID): STIE
Binaniaga
Senduk S. 2004. Siapa Bilang Jadi Karyawan Ngak Bisa Kaya; Lima Kiat Praktis
Mengelola Gaji agar Bisa Kaya. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES
Siregar I. 2018. Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan
UMKM di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Soeratno, Arsyad L. 2003. Metode Penelitian untuk Ekonomi Bisnis. Yogyakarta
(ID): UPP AMP YKPN
Subha M, Priya P. 2014. A Study on the Factors Determining Financial Literacy of
Household. International Journal of Advanced Information Science and
Technology (IJAIST). 22(22)
Strauss W, Howe N. 1991. Generation: The History of America’s Future, 1584 to
2069. New York (US): William Morrow & Co
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung (ID):
Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta
Twenge JM., Campbell SM. 2008. Generational Differences in Psychological Traits
and Their Impact on the Workplace. Journal of Managerial Psychology.
23(8): 862–877
Utomo I. 2017. Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan terhadap Manajemen
Keuangan Pribadi pada Mahasiswa Bidikmisi IPB [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor
Wijanto S. 2008. Structural Equation Modelling dengan Lisrel 8.8. Yogyakarta
(ID): Graha Ilmu
Yuliadi I, Rose N. 2017. The Factors Influencing Economic Growth in Indonesia
Period 1981-2014 Error Correction Model Approach. International Journal
of Arts and Commerce. 6(7)
41
LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Uji Validitas
Butir Pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
PK1 0.421 0.2324 Valid
PK2 0.467 0.2324 Valid
PK3 0.564 0.2324 Valid
PK4 0.499 0.2324 Valid
PK5 0.442 0.2324 Valid
PK6 0.685 0.2324 Valid
SP1 0.296 0.2324 Valid
SP2 0.342 0.2324 Valid
SP3 0.433 0.2324 Valid
SP4 0.482 0.2324 Valid
SP5 0.258 0.2324 Valid
SP6 0.314 0.2324 Valid
SP7 0.356 0.2324 Valid
SP8 0.492 0.2324 Valid
SP9 0.363 0.2324 Valid
FK2 0.285 0.2324 Valid
FK3 0.562 0.2324 Valid
FK4 0.481 0.2324 Valid
FK5 0.707 0.2324 Valid
FK6 0.520 0.2324 Valid
FK7 0.673 0.2324 Valid
FK8 0.658 0.2324 Valid
FM1 0.868 0.2324 Valid
FM2 0.600 0.2324 Valid
FM3 0.750 0.2324 Valid
FM4 0.757 0.2324 Valid
FM5 0.884 0.2324 Valid
FM6 0.846 0.2324 Valid
FM7 0.787 0.2324 Valid
FM8 0.890 0.2324 Valid
FM9 0.892 0.2324 Valid
FM10 0.853 0.2324 Valid
.
42
Assalamualaikum wr. wb
DATA RESPONDEN
Nama : ....................................................................(L / P)
Usia : ..............................................................................
Email : ..............................................................................
Alamat Domisili
: .............................................................................
.
Pendidikan Terakhir :
a. SLTP/Sederajat
b. SLTA/Sederajat
c. Diploma (D3)
d. Strata 1 (Sarjana)
e. Strata 2 (Master)
f. Strata 3 (Doktor)
Pendapatan :
a. < Rp. 1.500.000,-
b. Rp. 1.500.001 – Rp. 3.000.000
c. Rp. 3.000.001 – Rp. 4.500.000
d. Rp. 4.500.001 – Rp. 6.000.000
e. > Rp. 6.000.001
Pekerjaan :
a. PNS
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d. Pelajar / Mahasiswa
e. BUMN
f. Petani
g. Ibu Rumah Tangga
h. Buruh
i. Lainnya......
44
I. LITERASI KEUANGAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan literasi keuangan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan
dalam rangka mencapai kesejahteraan. Penilaian literasi keuangan ditentukan oleh
indikator (1) Perencanaan keuangan, (2) Sikap dan Perilaku keuangan, dan (3)
Pengetahuan keuangan (Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) 2018)
Petunjuk Pengisian: Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan diri Anda
(Ya / Tidak) dengan memberikan tanda silang atau centang pada kolom yang
tersedia. Untuk pertanyaan pilihan ganda, berikan tanda silang atau lingkaran pada
pilihan abjad yang tersedia pada pilihan yang paling sesuai dengan diri Anda.
TIDAK DIPERKENANKAN mencari jawaban di internet atau di buku terkait.
Identitas, hasil dan privasi lainnya akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan
untuk kegiatan akademis.
A. Perencanaan Keuangan
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda membuat keputusan keuangan sehari-
hari?
2. Apakah Anda membuat perencanaan untuk
mengelola pesamasukan dan pengeluaran?
3. Apakah Anda membuat pengingat untuk membayar
tagihan yang akan datang?
4. Apakah anda menyimpan uang untuk digunakan
sebagai dana darurat?
5. Apakah anda memiliki tujuan finansial?
6. Apakah Anda sudah membuat rencana keuangan
untuk masa pensiun anda?
C. Pengetahuan Keuangan
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut Anda, bagaimana pengetahuan keuangan a) Sangat baik
Anda? b) Baik
c) Rata-rata
d) Kurang baik
e) Sangat kurang baik
2. Apabila Anda diberikan uang sebesar Rp. 1.000.000, a) Lebih besar
namun Anda diharuskan menunggu selama 2 tahun b) Sama besar
untuk menerima uang tersebut dan tidak terjadi c) Lebih kecil
kenaikan inflasi, maka jumlah uang yang akan Anda
terima setelah dua tahun tersebut sebesar?
3. Jika anda menabung Rp. 2.500.000 dengan bunga a) Benar
sebesar 5% per tahun dan tidak melakukan b) Salah
pengambilan atau penambahan uang. Dengan c) Saya kesulitan
asumsi tidak memperhitungkan biaya administrasi, menjawab
pajak, dan lain-lain. Uang yang ada pada rekening pertanyaan ini
Anda pada akhir tahun adalah sebesar Rp.
2.725.000,-
4. Berdasarkan pertanyaan diatas, jumlah uang a) Benar
direkening Anda setelah 10 tahun adalah b) Salah
Rp.4.072.237,- c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini
5. Tabungan dan deposito adalah instrumen simpanan a) Benar
perbankan yang berbeda. Deposito hanya dapat b) Salah
diambil saat jatuh tempo dan tabungan memberikan c) Saya kesulitan
bunga yang lebih kecil dari deposito. menjawab
pertanyaan ini
6. Investasi dengan tingkat pengembalian tinggi akan a) Benar
memiliki risiko yang tinggi b) Salah
c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini
7. Risiko dalam berinvestasi saham dapat dikurangi a) Benar
dengan membeli berbagai macam saham b) Salah
c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini
46
B. Mengelola Pengeluaran
3. Saya membuat penganggaran atau a. Selalu
perencanaan terhadap pengeluaran Saya. b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
4. Selama satu tahun terakhir, Saya a. Selalu
mengalami kehabisan uang sebelum b. Sering
bulan/minggu berikutnya tiba. c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
C. Hutang dan Kredit
48
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Bogor, 28 Juni 2019. Lahir dari pasangan Achmad Syamsuri
Ishak dan Yayah Jumsiah dan menjadi anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Kota Bogor. Pendidikan penulis
dimulai sejak tahun pada tahun 2002 di TKIT Yaa-Bunayya Bogor. Pada tahun
2003 – 2009 penulis menempuh pendidikan pada jenjang sekolah dasar di SD
Negeri Panaragan 2, kemudian pada tahun 2009 – 2012 menempuh pendidikan pada
jenjang sekolah mengengah pertama di SMP Negeri 7 Bogor. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas pada tahun 2012 –
2015 di SMA Negeri 5 Kota Bogor, kemudian pada tahun 2015 penulis melanjutkan
studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen melalui jalur SNMPTN.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada berbagai kepanitian dan
organisasi. Penulis mulai bergabung kedalam organisasi himpunan profesi Centre
of Management (COM@) pada tahun 2016 sebagai staf On the Job Training (OJT)
pada Direktorat Finance. Selanjutnya pada tahun 2016/2017 menjadi staf
Direktorat Finance dan berhasil meraih gelar staff of the month serta menjadi staff
terajin. Dan terakhir pada tahun 2017/2018 penulis menjadi Wakil Presiden
Direktur COM@.