Anda di halaman 1dari 61

LITERASI KEUANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP

PENGELOLAAN KEUANGAN GENERASI MILLENIAL

FIKRI AULIA RACHMAN

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Literasi Keuangan dan
Pengaruhnya terhadap Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial adalah benar
karya Saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juni 2019

Fikri Aulia Rachman


NIM H24150057
ABSTRAK
FIKRI AULIA RACHMAN. Literasi Keuangan dan Pengaruhnya terhadap
Pengelolaan Keuangan pada Generasi Millenial. Dibimbing oleh FARIDA RATNA
DEWI.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat hanya
mencapai 29.66% yang tergolong kedalam kelompok well literate. Jawa Barat
sebagai provinsi dengan jumlah penduduk Indonesia terbanyak menjadikan target
potensial bagi kegiatan edukasi keuangan OJK. Terlebih provinsi Jawa Barat
memiliki total 47% generasi millenial yang mendominasi tenaga kerja. Sebagai
generasi yang mendominasi tenaga kerja, generasi millenial dituntut untuk dapat
mengelola keuangannya dengan baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
tingkat literasi keuangan dan pengelolaan keuangan pada generasi millenial di Jawa
Barat serta menganalisis pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan
keuangan generasi millenial. Analisis data menggunakan analisis statistika
deskriptif dan analisis Structural Equation Modeling (SEM) LISREL. Hasil
penelitian menujukkan nilai literasi keuangan pada generasi millenial sebesar
74.09% yang termasuk kedalam kategori sufficient literate. Nilai pengelolaan
keuangan sebesar 3.47 yang termasuk kedalam kategori baik serta terdapatnya
pengaruh positif literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan pada generasi
millenial.

Kata kunci: literasi keuangan, millenial, pengelolaan keuangan

ABSTRACT

FIKRI AULIA RACHMAN. Financial Literacy and its Influence on Millenial


Financial Management. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.

The Financial Services Authority (OJK) through the National Survey on


Financial Literacy and Inclusion showed that the public financial literacy index only
reached 29.66% which was classified into the well literate group. West Java as the
province with the largest population of Indonesia makes a potential target for OJK
financial education activities. Moreover, West Java province has a total of 47% of
the millennial generation that dominates the workforce. As a generation that
dominates the workforce, millennials are required to be able to manage their
finances well. This study aims to analyze the level of financial literacy and financial
management on millenials in West Java and analyze the influence of financial
literacy on millennial financial management. Data analysis used descriptive
statistical analysis and analysis of Structural Equation Modeling (SEM) LISREL.
The results of the study show the value of financial literation in the millennial
generation is 74.09% (sufficient literate). Value of financial management is 3.47
which included into the good category and there is a positive influence of financial
literacy on financial management in the millenial.

Keywords: financial literacy, financial management, millenial


LITERASI KEUANGAN DAN PENARUHNYA TERHADAP
PENGELOLAAN KEUANGAN GENERASI MILLENIAL

FIKRI AULIA RACHMAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2019
PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2019 ini ialah
literasi keuangan, dengan judul Literasi Keuangan dan Pengaruhnya Terhadap
Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial.
Pertama-tama, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu saya
tercinta, Yayah Jumsiah, adik saya Firli Alfarizy dan seluruh keluarga besar saya
yang selalu memberikan semangat, motivasi dan dukungan dalam menjalankan
penelitian ini serta senantiasa memanjatkan doa terbaiknya hingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dengan sebaik-baiknya. Terima kasih juga saya
ucapkan kepada ayah saya Alm. Achmad Syamsuri Ishak, BA yang telah menjadi
inspirasi dan sumber semangat penulis. Selain itu, penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan arahan, masukkan, nasihat, kritik dan saran terhadap
penelitian ini. Tanpanya penelitian ini tidak akan terlaksana dengan baik.
2. Seluruh dosen dan staff Departemen Manajemen IPB yang telah
memberikan edukasi dan pengalaman selama masa perkuliahan
berlangsung.
3. Teman-teman sebimbingan yaitu Adhyn, Bella, Nofri dan Nuroh yang telah
berjuang bersama-sama dalam melakukan penelitian dan senantiasa
memberikan semangat, motivasi dan bantuan.
4. Teman-teman terdekat yaitu Asef, Brian, Util, Kiki dan Yolla yang selalu
memberikan bantuan, inspirasi, menyemangati dan mendorong penulis
dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. Teman-teman manajemen 52 yang telah membersamai selama masa
perkuliahan dan memberikan berbagai pengalaman berharga. Terima kasih
untuk semua bantuan dan motivasi yang telah diberikan.
6. Teman-teman manajemen 50, 51, 53 dan 54 yang telah menemani selama
masa perkuliahan dan memberikan inspirasi bagi penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2019

Fikri Aulia Rachman


DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Perumusan Masalah 4
Tujuan Penelitian 4
Manfaat Penelitian 4
Ruang Lingkup Penelitian 5
TINJAUAN PUSTAKA 5
Literasi Keuangan 5
Generasi Millenial 6
Pengelolaan Keuangan 7
Penelitian Terdahulu 9
METODE 10
Kerangka Penelitian 10
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Jenis dan Sumber Data 13
Metode Pengumpulan Data 13
Metode Penentuan Sampel 13
Metode Pengolahan dan Analisis Data 14
HASIL DAN PEMBAHASAN 18
Karakteristik Responden 18
Tingkat Literasi Keuangan Generasi Millenial 21
Tingkat Pengelolaan Keuangan 25
Hasil Uji SEM-LISREL 31
Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan pada Generasi
Millenial 33
Implikasi Manajerial 34
SIMPULAN DAN SARAN 36
DAFTAR PUSTAKA 38
LAMPIRAN 39
RIWAYAT HIDUP 49
DAFTAR TABEL
1 Penelitian terdahulu 9
2 Penilaian tingkat literasi keuangan 15
3 Rentang nilai pengelolaan keuangan 15
4 Variabel dan Indikator Penelitian 16
5 Karakteristik Responden 18
6 Hasil Uji Validitas 20
7 Hasil Uji Reliabilitas 21
8 Nilai Literasi Keuangan Generasi Millenial untuk Setiap Aspek 23
9 Nilai Rata-rata Setiap Aspek Pengelolaan Keuangan 26
10 Hasil Uji Goodness of Fit Model (After Hit) 31
11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas 32
12 Hasil Estimasi Regresi Model SEM 33

DAFTAR GAMBAR
1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 2008-2017 (dalam juta jiwa 2
2 Piramida Penduduk Jawa Barat 2018 3
3 Kerangka pemikiran 12
4 Model Struktural Penelitian 17
5 Tingkat Literasi Keuangan Generasi Millenial 22
6 Tingkat Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial 25
7 Perencanaan Pengeluaran Generasi Millenial 27
8 Frekuensi Generasi Millenial dalam Kehabisan Uang sebelum
Mendapatkan Pendapatan Berikutnya 27
9 Tingkat Peminjaman Uang Generasi Millenial 28
10 Tingkat Kesulitan dalam Membayar Peminjaman 28
11 Tingkat Menabung Generasi Millenial 29
12 Frekuensi Investasi Generasi Millenial 30
13 Frekuensi dalm Membayar Asuransi Generasi Millenial 30
14 Uji T After Hit 31
15 Estimate Loading Factor After Hit 32

DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil Uji Validitas 41
2 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Literasi Keuangan 42
3 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Pengelolaan Keuangan 42
4 Kuesioner Penelitian 43
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sebuah negara pastilah memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan


masyarakatnya. Menurut A Nordic Welfare Indicator System (2016), kesejahteraan
tersebut bisa dicapai melalui berbagai cara, salah satunya yaitu melalui
pertumbuhan ekonomi. Melalui pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan dapat
tercermin dari meningkatnya pendapatan, berkurangnya kemiskinan, serta
pelayanan kesehatan yang baik. Dalam rangka untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, pertumbuhan ekonomi juga bertujuan untuk menciptakan masyarakat
yang memiliki tingkat pendidikan dan pengetahuan yang baik. Terutama
pengetahuan dalam bidang keuangan.
Setiap individu dituntut harus memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai finansial. Menurut Dwiastanti (2015), pengetahuan keuangan sangat
penting dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan keuangan yang baik diperlukan
bagi setiap individu untuk mengelola keuangannya untuk mencapai kesejahteraan.
Untuk memiliki tingkat pengetahuan keuangan yang baik, individu harus memiliki
perilaku keuangan yang cerdas untuk membuat mereka memiliki keterampilan dan
kepercayaan diri dalam menggunakan pengetahuan untuk dapat mengidentifikasi
produk dan layanan keuangan. Perubahan dalam perilaku dapat dicapai melalui
proses pembiasaan awal serta sebuah usaha untuk meningkatkan kesadaran dan
kecerdasan masyarakat Indonesia terhadap keuangan.
Program literasi keuangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, kesadaran, sikap dan perilaku masyarakat Indonesia
terhadap keuangan dengan harapan meningkatkan pengetahuan masyarakat
Indonesia terhadap produk dan jasa keuangan beserta cara mengakses dan
memahami risiko serta manfaatnya dan membangun kepercayaan terhadap lembaga
keuangan. Bagi lembaga keuangan, meningkatnya literasi keuangan masyarakat
akan memberikan dampak meningkatnya permintaan terhadap produk dan jasa
keuangan yang ditawarkan. Oleh karena itu, Negara Indonesia merancang sebuah
strategi literasi keuangan nasional.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
nomor 76/POJK07/2016 membuat sebuah program literasi keuangan dengan visi
mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki indeks literasi keuangan yang
tinggi (well literate) sehingga dapat memanfaatkan produk dan layanan jasa
keuangan yang sesuai untuk mencapai kesejahteraan keuangan yang berkelanjutan.
OJK merancang tiga program strategis untuk mencapai visi dan misi tersebut.
Program tersebut adalah cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan serta akses
terhadap lembaga keuangan. Sasaran dari program ini adalah pelajar/mahasiswa
dan pemuda, profesi, karyawan, petani dan nelayan, TKI dan calon TKI,
masyarakat daerah tertinggal, terpencil dan terluar, penyandang disabilitas,
pensiunan, perempuan dan UMKM (SNLKI revisit 2017).
Literasi keuangan berdasarkan survei yang telah dilakukan OJK pada tahun
2016, hanya 29.7% masyarakat Indonesia yang masuk kedalam kelompok well
literate, yaitu kelompok yang memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang
lembaga jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban
2

terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan
produk dan jasa keuangan. Angka tersebut masih tergolong rendah apabila
dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya. Berdasarkan hasil survei
MasterCard’s Literacy Index yang dilakukan oleh MasterCard pada tahun 2015
terhadap 8 718 responden pada 17 negara Asia Pasifik, diperoleh hasil bahwa
Indonesia hanya menempati posisi ke 10 dari 17 negara dengan skor sebesar 62.
Indonesia berada pada posisi yang rendah apabila dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya seperti Singapura yang memperoleh skor 71, Malaysia 67 dan
Thailand 67. Sudah seharusnya Indonesia memiliki tingkat literasi keuangan yang
tinggi, dikarenakan Indonesia memiliki jumlah populasi yang besar dan terus
bertambah setiap tahunnya. Besarnya populasi ini memberikan peluang kepada
Indonesia untuk meningkatkan kecerdasan masyarakatnya. Hal tersebut
dikarenakan, jika semakin banyak masyarakat Indonesia yang cerdas dan memiliki
pengetahuan finansial yang baik, maka semakin mudah bagi Indonesia untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.

Jumlah Penduduk Indonesia


(Juta Jiwa)
265
260
255
250
Jumlah

245
240
235
230
225
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018
Tahun

Gambar 1 Jumlah penduduk Indonesia tahun 2008-2017 (dalam juta jiwa)


Sumber: BPS (2018)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada akhir tahun 2017, jumlah
Penduduk Indonesia mencapai 261.89 juta jiwa dengan laju pertumbuhan sebesar
1.1% per tahun. Jumlah tersebut menunjukkan tren kenaikkan jumlah penduduk
yang positif dan diproyeksikan akan menjadi 311.6 juta jiwa pada tahun 2045 (BPS,
Bappenas dan UNFPA 2018). Jumlah penduduk yang terus meningkat
mengindikasikan bahwa meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pemanfaatan,
kesadaran dan keterlibatan masyarakat atas produk dan jasa keuangan sangatlah
penting, terutama pada provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak. Jumlah
penduduk terbanyak berada di Provinsi Jawa Barat dengan jumlah 48 037 600 jiwa
pada tahun 2017 dan meningkat menjadi 48 683 861 jiwa pada tahun 2018 (BPS
Jawa Barat 2019).
Banyaknya jumlah penduduk di Jawa Barat menjadikan Jawa Barat menjadi
sasaran yang tepat apabila OJK ingin meningkatkan tingkat literasi keuangan
Indonesia. Alasan tersebut didukung oleh data bahwa banyaknya masyarakat usia
3

produktif yang dimiliki oleh Jawa Barat. Masyarakat usia produktif (pelajar,
mahasiswa, pekerja dan profesi) merupakan salah satu target sasaran yang menjadi
prioritas OJK. Provinsi Jawa Barat memiliki total masyarakat usia produktif
mencapai 33 150 152 jiwa. Sebanyak 47% diantaranya didominasi oleh penduduk
dengan rentang usia 19 sampai 37 tahun. Penduduk dengan rentang usia tersebut
lebih dikenal dengan generasi millenial. Mereka disebut millenial karena kedekatan
mereka dengan era Milenium Baru dan dibesarkan di era yang lebih digital (Kaifi
et al. 2012).

PIRAMIDA PENDUDUK JAWA BARAT 2018


75+
70 - 74
65 - 69
60 - 64
55 - 59
50 - 54
45 - 50
40 - 44
35 - 39
30 - 34 Generasi
25 - 29 Millenial
20 - 24
15 - 19
10 -14
5-9
0-4
3.000.000 2.000.000 1.000.000 00 1.000.000 2.000.000 3.000.000

Laki - laki Perempuan

Gambar 2 Piramida Penduduk Jawa Barat 2018


Sumber: BPS Jawa Barat 2019

Generasi millenial, yang saat ini mendominasi usia produktif serta tenaga
kerja di Jawa Barat dinilai sangat penting dalam meningkatkan pengetahuan
finansial mereka. Hal ini dikarenakan generasi tersebut telah masuk kedalam
angkatan kerja dalam jumlah yang besar dan berkontribusi secara efektif dalam
pertumbuhan perekonomian negara. Masuknya generasi millenial dalam angkatan
kerja menuntut mereka untuk dapat terus mengembangkan kemampuan dan
kompetensi diri. Menurut Twenge dan Champbell (2008) generasi millenial
mempunyai penghargaan diri dan kepuasan diri yang lebih tinggi dari generasi
sebelumnya, namun memiliki kompetensi diri yang lebih rendah. Termasuk
diataranya kompetensi yang rendah dalam mengelola keuangan pribadi. Rendahnya
pengelolaan keuangan generasi millenial didukung oleh penelitian Navy Federal
Credit Union (2017) yang telah melakukan survei terhadap 1 600 millenial.
Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa hanya 37% responden yang
menyatakan bahwa mereka fokus pada keuangan mereka. Selanjutnya, sebanyak
83% responden tidak memiliki dana darurat dan sebanyak 72% responden tidak
memiliki tabungan untuk hari tua. Survei tersebut mengindikasikan buruknya
kemampuan mengelola keuangan generasi millenial serta kecenderungan mereka
4

yang hanya berorientasi pada masa kini dan kurang memikirkan masa depan. Selain
itu, generasi millineal juga memiliki kendala keuangan yang lebih besar
dibandingkan dengan generasi sebelumnya dan terbebani dengan hutang (Kotler
dan Amstrong 2013).
Buruknya pengelolaan keuangan generasi millenial juga disebabkan oleh
perilaku generasi tersebut yang konsumtif. Rudiwantoro (2018) menjelaskan bahwa
generasi millenial memiliki daya beli yang kuat, identik dengan perilaku konsumtif
yang tinggi untuk menunjang gaya hidup mereka. Gaya hidup konsumtif tersebut
menjadikan generasi millenial sulit untuk menyisihkan dana untuk keperluan lain.
Akibatnya, mereka kesulitan mengelola keuangan dengan baik. Generasi millenial
dituntut untuk bisa mengelola keuangan pribadi untuk menciptakan keadaan
finansial yang mandiri dan cukup dalam memenuhi kebutuhan saat ini dan masa
depan. Selain untuk kepentingan mereka sendiri, baiknya pengelolaan keuangan
dapat berakibat pada baiknya kualitas hidup yang memengaruhi sikap dan perilaku
di tempat kerja. Sehingga, mereka dapat berkontribusi lebih banyak terhadap
keberhasilan organisasi tempat mereka berkerja. Pada akhirnya, dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berujung pada naiknya
kesejateraan masyarakat Indonesia yang merupakan salah satu tujuan utama
program literasi keuangan nasional.
Pentingnya literasi keuangan serta besarnya peran generasi millenial terhadap
perekonomian negara menjadikan penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai literasi keuangan dan pengaruhnya terhadap pengelolaan keuangan
pribadi pada generasi millenial. Selain itu, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat pengelolaan keuangan generasi millenial di Provinsi Jawa Barat.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang sudah ditulis, penelitian ini


merumuskan sejumlah masalah yaitu:
1. Bagaimana tingkat literasi keuangan pada generasi millenial di Jawa
Barat?
2. Bagaimana tingkat pengelolaan keuangan generasi millenial?
3. Bagaimana pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan
keuangan generasi millenial.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:


1. Menganalisis tingkat literasi keuangan pada generasi millenial di
Jawa Barat
2. Menganalisis tingkat pengelolaan keuangan generasi millenial
3. Menganalisis pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan
keuangan generasi millenial.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bisa memberikan berbagai manfaat bagi semua


pihak yang terlibat. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan
5

menambah pengetahuan mengenai literasi keuangan serta pengelolaan keuangan


pada generasi millenial. Bagi pemerintah terkait, penelitian ini diharapkan dapat
menjadi bahan pertimbangan dalam membuat sebuah kebijakan yang tepat yang
bertujuan untuk meningkatkan literasi keuangan pada generasi millenial. Bagi
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pihak otoritas, penelitian ini diharapkan
dapat memberikan gambaran mengenai kondisi literasi keuangan generasi millenial
yang berdomisili di Provinsi Jawa Barat dan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam pembuatan kebijkan dan program untuk meningkatkan tingkat
literasi keuangan generasi millenial di Jawa Barat. Selain itu, hasil penelitian ini
diharapkan mampu memberikan tambahan wawasan bagi pembaca mengenai
literasi keuangan serta pengelolaan keuangan pada generasi millenial. Terakhir,
penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan literatur untuk penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menekankan pada tingkat literasi keuangan serta pengelolaan


keuangan pada generasi millenial. Kelompok yang akan menjadi subjek penelitian
ini yaitu generasi millenial yang berdomisili di Jawa Barat yang berada pada
rentang usia 19 sampai 37 tahun. Pengambilan sampel menggunakan metode
purposive sampling dengan jumlah sampel 400 orang. Variabel yang digunakan
dalam mengukur tingkat literasi keuangan yaitu perencanaan keuangan, sikap dan
perilaku keuangan, dan pengetahuan keuangan. Penelitian ini dilaksanakan selama
bulan Februari sampai April 2019.

TINJAUAN PUSTAKA

Literasi Keuangan

Literasi keuangan adalah pengetahuan, perencanaan, dan pengelolaan


keuangan pribadi atau keluarga yang merupakan salah satu perilaku ekonomi yang
berkembang di masyarakat dengan sadar ataupun tidak sadar telah dijalani selama
bertahun-tahun. Literasi keuangan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang
agar terhindar dari kesulitan keuangan dan bagaimana mengelola keuangan serta
teknik dalam berinvestasi dengan tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi &
Mitchell 2007). Organization for Economic Co-operation and Development
(OECD) (2018) mendifinisikan literasi keuangan sebagai kombinasi dari
pengetahuan, keterampilan, sikap dan perilaku yang diperlukan untuk membuat
keputusan keuangan yang baik dan pada akhirnya mencapai kesejahteraan finansial
individu.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan literasi keuangan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan
dalam rangka mencapai kesejahteraan. Literasi keuangan merupakan ukuran sejauh
mana seseorang memahami konsep keuangan dan memiliki kemampuan yang
diperlukan untuk secara percaya diri untuk mengelola keuangan sendiri melalui
6

keputusan jangka panjang dan perencanaan jangka panjang, dengan


memperimbangkan peristiwa ekonomi dan kondisi yang berubah (Remund 2010).
Otoritas Jasa Keuangan membagi tingkat literasi menjadi empat kategori,
yaitu:

1. Well literate
Merupakan kelompok masyarakat yang sudah memiliki pengetahuan dan
keyakinan tentang lembaga keuangan serta produk jasa keuangan. Mereka
paham dan yakin dengan fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Mereka juga telah terampil menggunakan produk
dan jasa keuangan.
2. Sufficient literate
Kelompok ini memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa
keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, amnfaat dan
risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, mereka
tidak terampil menggunakan produk dan jasa keuangan itu.
3. Less literate
Kelompok masyarakat ini hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga
jasa keuangan, produk dan jasa keuangan.
4. Not literate
Kelompok yang tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan terhadap
lembaga jasa keuangan serta produk jasa keuangan. Mereka juga tidak
memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuagan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan


nomor 76/POJK07/2016 membuat sebuah program literasi keuangan dengan visi
mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki indeks literasi keuangan yang
tinggi (well literate) sehingga dapat memanfaatkan produk dan layanan jasa
keuangan yang sesuai untuk mencapai kesejahteraan keuangan yang berkelanjutan.
OJK merancang tiga program strategis untuk mencapai visi dan misi tersebut.
Program tersebut adalah cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan serta akses
terhadap lembaga keuangan. Sasaran dari program ini adalah pelajar/mahasiswa
dan pemuda, profesi, karyawan, petani dan nelayan, TKI dan calon TKI,
masyarakat daerah tertinggal, terpencil dan terluar, penyandang disabilitas,
pensiunan, perempuan dan UMKM.
OECD (2018) membagi indikator literasi keuangan menjadi 3 aspek yaitu
(1) perencanaan keuangan, (2) sikap dan perilaku keuangan, dan (3) pengetahuan
keuangan. Literasi keuangan memiliki tujuan jangka panjang bagi seluruh golongan
masyarakat, yaitu (1) meningkatkan literasi seseorang yang sebelumnya less
literate atau not literate menjadi well literate (2) meningkatkan jumlah pengguna
produk dan layanan jasa keuangan (SNLKI revisit 2017).

Generasi Millenial

Generasi adalah kelompok yang dapat diidentifikasi berdasarkan tahun


kelahiran, usia, lokasi dan peristiwa penting yang menciptakan kepribadian mereka
(Guha 2010). Generasi dapat dikembangkan oleh peristiwa kehidupan yang
signifikan seperti perang, teknologi baru atau transisi ekonomi. Peristiwa tersebut
7

membentuk kepribadian, nilai-nilai, dan harapan generasi tersebut (Hauw dan Vos
2010). Terdapat dua hal utama yang mendasari yang mendasari pengelompokkan
generasi, yaitu faktor demografi khususnya kesamaan tahun kelahiran dan yang
kedua adalah faktor sosiologis khususnya adalah kejadian – kejadian yang historis.
Namun para ahli berpendapat generasi terbentuk lebih dikarenakan karena kejadian
yang bersejarah dibandingkan tahun kelahiran (Putra 2016).
Menurut Howe dan Strauss (2000), terdapat tiga atribut yang lebih jelas
mengindetifikasi generasi dibandingkan tahun kelahiran, atribut tersebut adalah:

1. Percieved membership: persepsi individu terhadap sebuah kelompok


dimana mereka tergabung didalamnya, khususya pada masa – masa remaja
sampai dengan masa dewasa muda.
2. Common belief and behaviors: sikap terhadap keluarga, karir, kehidupan
personal, politik, agama dan pilihan – pilihan yang diambil terkait dengan
pekerjaan, pernikahan, anak, kesehatan, kejahatan.
3. Common location in history: perubahan pandangan politik, kejadian yang
bersejarah, contohnya seperti perang, bencana alam, yang terjadi pada
masa – masa remaja sampai dengan dewasa muda.

Selama lebih dari 60 tahun, terdapat tiga generasi yang mendominasi angkatan
kerja, yaitu generasi baby boomer, generasi X dan generasi millenial. Namun, pada
saat ini generasi baby boomer keluar dari angkatan kerja dalam jumlah yang besar
sehingga angkatan kerja didominasi oleh generasi millenial. Generasi millenial
adalah generasi yang lahir pada tahum 1982 sampai 2000 yang diikuti oleh
kelangkaan generasi x (lahir tahun 1965 – 1982) yang lebih dahulu didahului oleh
generasi baby boomer (lahir 1946 – 1964) (Howe dan Krauss 2000). Mereka disebut
millenial karena kedekatan mereka dengan era Milenium Baru dan dibesarkan di
era yang lebih digital (Kaifi et al. 2012).
Generasi ini banyak menggunakan teknologi komunikasi instan seperti email,
SMS, instant messaging dan media sosial seperti facebook dan twitter, dengan kata
lain generasi millenial adalah generasi yang tumbuh pada era internet booming
(Lysons 2004). Lebih lanjut (Lyons 2004) mengungkapkan ciri – ciri dari generasi
millenial adalah karakteristik masing-masing individu berbeda, tergantung dimana
ia dibesarkan, strata ekonomi, dan sosial keluarganya, pola komunikasinya sangat
terbuka dibanding generasi-generasi sebelumnya, pemakai media sosial yang
fanatik dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi,
lebih terbuka dengan pandangan politik dan ekonomi, sehingga mereka terlihat
sangat reaktif terhadap perubahan lingkungan yang terjadi di sekelilingnya,
memiliki perhatian yang lebih terhadap kekayaan.

Pengelolaan Keuangan

Howell (1993) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan pribadi merupakan


salah satu kompetensi yang paling mendasar yang dibutuhkan oleh masyarakat
modern, karena pilihan konsumen dari hari ke hari akan mempengaruhi keamanan
keuangan dan standar hidup seseorang. Masalah dalam pengelolaan keuangan
pribadi sering dianggap remeh, sehingga orang cenderung belajar tentang keuangan
pribadi melalui proses trial and error. Menurut Gitman (2002), pengelolaan
8

keuangan keuangan pribadi adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya (money)
dari unit individual / rumah tangga.
Secara umum, tujuan dari pengelolaan keuangan meliputi (Bank Indonesia):
a) Mencapai target dana tertentu di masa yang akan datang
b) Melindungi dan meningkatkan kekayaan yang dimiliki
c) Mengatur arus kas (pemasukan dan pengeluaran uang)
d) Melakukan manajemen risiko dan mengatur risiko dengan baik
e) Mengelola utang piutang

Senduk (2004) mengatakan bahwa manajemen keuangan pribadi meliputi


keputusan tentang:
1. Membeli dan memiliki sebanyak mungkin harta produktif
Tentukan harta produktif yang yang ingin dimiliki. Harta produktif
merupakan harta yang dapat menekan pengeluaran besar dalam kebutuhan
sehari-hari. Harta produktif harus diprioritaskan pembeliannya dan dibeli
pada saat mendapatkan uang. Prioritaskan harta-harta produktif yang benar-
benar mendukung aktivitas.
2. Mengatur pengeluaran
Mengatur pengeluaran agar tidak mengalami defisit. Membuat pengaturan
pengeluaran dengan cara membuat pos-pos pengeluaran dan mengakomodir
pengeluaran tetap. Membiasakan untuk mengeluarkan uang secara bijak dan
tidak boros.
3. Berhati-hati dengan hutang
Mengetahui waktu yang tepat untuk berhutang, dan waktu yang tidak tepat
untuk berhutang. Banyak perusahaan dapat memanfaatkan hutang di bank
sebagai modal usaha. Pada pengelolaan keuangan pribadi, jika mengalami
defisit dan memaksa untuk berhutang, maka usahakanlah hutang tersebut
tidak terlalu besar, dan mengganggu keuangan secara keseluruhan pada saat
pengembalian hutang tersebut.
4. Sisihkan untuk masa depan
Rencanakan masa depan secara sistematis. Karena dengan
merencanakannya, kita dapat menyisihkan pemasukan sebagian untuk
diinvestasikan bagi masa depan. Dengan membantu melakukan investasi
masa depan dalam pengelolaan keuangan, maka dapat mengurangi risiko
untuk bergerak jauh dari masa depan yang diinginkan.
5. Memiliki proteksi
Milikilah asuransi untuk melindungi dari berbagai bentuk risiko yang
kemungkinan dapat terjadi. Jika belum memiliki penghasilan yang tetap,
maka dapat membuka rekening tabungan dan menyisihkan uang sedikit dari
pemasukan untuk ditabung sebagai anggaran proteksi pada risiko yang tidak
diharapkan.

Bank Indonesia menjelaskan lebih lanjut mengenai tahapan dalam


pengelolaan keuangan yang meliputi:
1) Pencatatan aset/harta yang dimiliki
Harta produktif adalah harta yang memberikan penghasilan rutin atau
keuntungan pada saat harta tersebut dijual kembali. Adapun harta konsumtif
9

merupakan harta yang tidak memberikan penghasilan, baik penghasilan


secara rutin maupun keuntungan ketika dijual kembali.
2) Pencatatan semua pemasukan dan pengeluaran
Kegiatan mencatat semua pemasukan dan pengeluaran akan memberikan
informasi tentang banyaknya uang yang telah masuk dan yang dikeluarkan.
Hal tersebut menjadi pertimbangan bagi seseorang untuk mengontrol
pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.
3) Identifikasi pengeluaran rutin bulanan, dan tahunan
Setelah memiliki catatan pengeluaran, identifikasi hal yang menjadi
pengeluaran rutin dan bagaimana frekuensinya. Kegiatan ini dilakukan
untuk membuat pemetaan pengeluaran, apakah pengeluaran tersebut
sifatnya rutin bulanan atau tahunan.
4) Menyusun rencana pengeluaran
Dalam menyusun rencana pengeluaran, harus dapat membedakan
kubutuhan dan keinginan serta memilih prioritas pengeluaran.
5) Menabung secara periodik
Menabung sebaiknya dilakukan segera setelah mendapatkan penghasilan.
Dengan demikian, setelah menerima pendapatan, sesuai rencana yang telah
dibuat, segera simpan sejumlah tertentu untuk ditabung.
6) Perencanaan program untuk masa depan
Rencanakan keperluan atau rencana khusus untuk masa depan. Perkirakan
target periode pencapaian dan dana yang dibutuhkan. Setelah itu tentukan
target dana yang harus disisihkan perhari atau perbulan.
7) Menabung secara periodik untuk masa depan
Persiapkan tabungan untuk keperluan atau rencana khusus untuk masa
depan. Perkirakan jumlah tabungan yang di sisihkan, sehingga mencapai
jumlah yang cukup ketika waktunya tiba.

Penelitian Terdahulu

Tabel 1 Penelitian terdahulu


No Nama Judul Metode Hasil
1. Maulidia Literasi Analisis Hasil penelitian menunjukkan
(2018) Keuangan deskriptif bahwa tingkat literasi keuangan
Syariah pada dan syariah sebesar 54 persen berada
Mahasiswa analisis dalam kategori well literate.
Program Studi uji Chi Sementara itu, untuk perilaku
Ekonomi Square keuangan mahasiswa sebesar 47
Syariah di persen berada dalam kategori
Bogor sedang.
2. Siregar Pengaruh Analisis Tingkat literasi keuangan pemilik
(2018) Literasi statistik UMKM di Kota Bogor tergolong
Keuangan deskriptif sedang. Secara kumulatif, seluruh
terhadap dan variabel literasi keuangan
Pengelolaan analisis berpengaruh terhadap pengelolaan
Keuangan regresi keuangan usaha. Secara masing-
UMKM di linear masing seluruh variabel
Kota Bogor berganda berpengaruh secara positif
10

Tabel 1 Penelitian Terdahulu (lanjutan)


No Nama Judul Metode Hasil
3. Utomo Pengaruh Analisis Tingkat literasi keuangan
(2017) Literasi deskriptif mahasiswa Bidikmisi FEM
Keuangan dan IPB tergolong sedang.
terhadap analisis Secara kumulatif, seluruh
Manajemen regresi variabel literasi keuangan
Keuangan linear berpengaruh terhadap
Pribadi pada berganda manajemen keuangan
Mahasiswa pribadi. Secara parsial,
Bidikmisi masing-masing variabel
berpengaruh secara positif
kecuali literasi keuangan
tentang asuransi.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu indikator literasi


keuangan yang digunakan serta alat analisis yang digunakan. Penelitian ini
menggunakan indikator literasi keuangan menurut Organization for Economic Co-
operation and Development (OECD) (2018). Indikator tersebut adalah (1)
perencanaan keuangan, (2) sikap dan perilaku keuangan, dan (3) pengetahuan
keuangan. Selanjutnya, alat analisis yang digunakan adalah Structural Equation
Model – Linear Structural Relationship (SEM-LISREL) dengan menggunakan
software LISREL 8.8. Penggunaan SEM-LISREL dilakukan untuk mengetahui
pengaruh literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan. Selain itu, penelitian
ini memiliki objek penelitian generasi millenial berusia 19-37 tahun yang
berdomisili di Jawa Barat.

METODE

Kerangka Penelitian

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui Survei Nasional Literasi dan Inklusi
Keuangan tahun 2016 menunjukkan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat
hanya mencapai 29.66% yang tergolong kedalam kelompok well literate. Nilai
tersebut tergolong rendah apabila dibandikan dengan negara ASEAN lainnya.
Diperlukan sebuah program untuk meningkatkan nilai literasi keuangan Indonesia.
OJK melalui Peraturan Otoritas Jasa Keuangan nomor 76/POJK07/2016
menjelaskan program nasional literasi keuangan Indonesia dengan tujuan
meningkatkan pengetahuan, pemahaman, kesadaran, perilaku dan sikap masyarakat
terhadap produk dan jasa keuangan yang disediakan oleh lembaga keuangan.
Program tersebut adalah cakap keuangan, sikap dan perilaku keuangan serta akses
terhadap lembaga keuangan. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi dengan
masyarakat terbanyak yang ada di Indonesia. Jawa Barat memiliki total penduduk
sebanyak 48 683 861 jiwa pada tahun 2018. Banyaknya penduduk yang dimiliki
oleh Provinsi Jawa Barat menjadikan Provinsi Jawa Barat sebagai target program
nasional literasi keuangan yang potensial. Selain itu, sebagai akibat dari banyaknya
11

penduduk yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Barat, menjadikan Provinsi Jawa Barat
memiliki penduduk dengan usia produktif yang banyak pula. Terhitung hingga
akhir tahun 2018, Provinsi Jawa Barat memiliki total 33 150 152 jiwa masyarakat
pada usia produktif dimana 47% diantaranya merupakan generasi millenial.
Generasi millenial dituntut untuk dapat memiliki kompetensi dan pengetahuan
finansial yang baik. Hal tersebut dikarenakan mereka mendominasi usia produktif
dan tenaga kerja. Baiknya kompetensi dan pengetahuan finansial mereka akan
berakibat pada meningkatnya produktivitas pekerjaan mereka yang pada akhirnya
akan berefek pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun pada
faktanya, generasi millenial belum bisa mengelola keuangan pribadinya dengan
baik. Menurut penelitian Navy Federal Credit Union (2017) yang telah melakukan
survei terhadap 1.600 millenial. Penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa
hanya 37% responden yang menyatakan bahwa mereka fokus pada keuangan
mereka. Selanjutnya, sebanyak 83% responden tidak memiliki dana darurat dan
sebanyak 72% responden tidak memiliki tabungan untuk hari tua. Oleh karena itu,
akan diteliti mengenai literasi keuangan dan pengaruhnya terhadap generasi
millenial di Jawa Barat. Menggunakan alat analisis statistika deskriptif dan
Structural Equation Modeling – Linear Structural Relationship (SEM-LISREL)
sehingga akan memberikan hasil akhir berupa tingkat literasi keuangan generasi
millenial dan pengaruhnya terhadap pengelolaan keuangan generasi millenial.
12

Hasil Survei Nasional Literasi Keuangan (SNLK) OJK


menyatakan hanya 29,7% Penduduk Indonesia yang masuk
kedalam tingkat well literate

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No. 76/POJK07/2016


tentang Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan pada
Masyarakat

Provinsi Jawa Barat


(Provinsi dengan penduduk terbanyak di Indonesia)

Generasi Millenial
(Penyumbang 47% dari penduduk usia produktif,
belum bisa mengelola keuangan dengan baik)

Pengelolaan keuangan dengan


Literasi Keuangan dengan variabel berikut (Senduk
variabel berikut (OECD 2004):
2018): 1. Membeli dan memiliki
1. Perencanaan Keuangan
harta produktif
2. Sikap dan Perilaku
2. Mengatur pengeluaran
Keuangan
3. Hutang
3. Pengetahuan Keuangan 4. Tabungan dan investasi
5. Asuransi

Analisis statistik deskriptif Analisis SEM-LISREL

Hasil Literasi Keuangan dan Pengaruhnya terhadap


Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial

Implikasi Manajerial

Saran

Gambar 3 Kerangka
Kerangka pemikiran
Pemikiran
13

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Jawa Barat dengan mengambil sampel pada


generasi millenial dengan rentang usia 19 sampai 37 tahun. Pemilihan lokasi
dikarenakan Jawa Barat memiliki penduduk terbanyak se-Indonesia dan sebanyak
47% usia produktif Jawa Barat di dominasi oleh generasi millenial. Sehingga,
menjadikan generasi millenial yang berdomisili di Jawa Barat menjadi sasaran yang
tepat bagi program literasi keuangan nasional. Penelitian ini dilakukan selama
Bulan Februari sampai April 2019.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer
adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh organisasi yang menerbitkan
atau menggunakannya. Data primer dicari, dikumpulkan, diolah dan digunakan
sendiri (Soeratno dan Arsyad 1993). Data primer dalam penelitian ini didapatkan
dengan menyebarkan kuisioner kepada responden baik secara langsung maupun
secara online melalui google form. Data sekunder adalah data yang diteritkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya Soeratno dan Arsyad 1993).
Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dengan cara studi pustaka melalui
referensi dari buku, jurnal, skripsi, dokumen Badan Pusat Statistik (BPS), dokumen
OJK dan dokumen lain yang berhubungan dengan penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah


penyebaran kuisioner baik secara langsung maupun melalui google form serta studi
literatur. Kuisioner dibagikan kepada responden yang merupakan sampel dalam
penelitian ini yaitu generasi millenial yang berdomisili di Provinsi Jawa Barat
dengan rentang usia 19 sampai 37 tahun. Studi literatur digunakan untuk
mengumpulkan data-data yang diperlukan yang berasal dari buku-buku, jurnal
publikasi, publikasi Badan Pusat Statistik dan sumber lainnya.

Metode Penentuan Sampel

Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti. Sementara itu,


sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti (Priyono 2016). Menurut
Soeratno dan Arsyad (1993) populasi adalah jumlah keseluruhan dari objek yang
diteliti. Sedangkan sampel adalah bagian yang menjadi objek yang sesungguhnya
dari penelitian tersebut. Metode pengambilan sampel yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling dengan tingkat kepercayaan 95%.
Teknik penarikan sampel purposive atau yang disebut juga judgmental
sampling merupakan teknik penarikan sampel yang digunakan dengan menentukan
kriteria khusus terhadap sampel, terutama orang-orang yang dianggap ahli (Priyono
2016). Kriteria khusus yang digunakan yaitu responden dengan rentang usia 21
sampai 34 tahun dan berdomisili di Provinsi Jawa Barat. Pada penelitian ini,
populasi yang digunakan adalah jumlah generasi millenial yang berdomisili di
Provinsi Jawa Barat dengan jumlah populasi sebanyak 15 655 033 jiwa. Terdapat
beberapa rumus yang dapat digunakan untuk menentukan besaran sampel, yaitu
14

rumus Slovin (Priyono 2016). Penentuan ukuran sampel menggunakan rumus


Slovin dan perhitungan jumlah sampel dapat dilihat pada persamaan dibawah ini:
𝑁
𝑛 = (1+𝑁𝑒 2 ) ........................................................................................................ (1)

Keterangan:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan yang digunakan 5%

15.655.033
𝑛= = 399,99 ≈ 400
(1 + 15.655.033(0,052 ))

Berdasarkan perhitungan menggunakan rumus slovin tersebut, diperoleh


jumlah sampel sebanyak 399,99 responden yang dibulatkan menjadi 400 responden
dengan tingkat kesalahan yang dapat ditolerir adalah 5%.

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
statistika deskriptif dan analisis Structural Equation Modelling – Linear Structuural
Relationship (SEM-LISREL). Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui
tingkat literasi keuangan serta tingkat pengelolaan keuangan pada generasi
millenial. Analisis SEM-LISREL digunakan untuk mengetahui hubungan antara
literasi keuangan dengan pengelolaan keuangan. Pengelolahan data dilakukan
dengan menggunakan software IBM SPSS 22 dan LISREL 8.8.

Uji Validitas

Validitas berkaitan dengan kesesuaian antara suatu konsep dengan indikator-


indikator yang digunakan untuk mengukurnya, dan berkaitan dengan ketepatan
penggunaan indikator untuk menjelaskan arti konsep yang sedang diteliti (Priyono
2016). Menurut Singarimbun dan Effendi (2006) validitas menunjukkan sejauh
mana alat pengukur itu mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas pada
penelitian ini menggunakan bantuan software IBM SPSS 22. Jika r hitung lebih
besar sama dengan r tabel, maka instrumen memiliki nilai atau arah yang positif.

Uji Reabilitas

Reabilitas berkaitan dengan keandalan dan konsistensi suatu indikator.


Artinya, informasi yang terdapat pada indikator tidak berubah-ubah dan apabila
pengamatan diukur dengan perangkat ukur yang sama lebih dari satu kali, akan
memberikan hasil yang sama (Priyono 2016). Singarimbun dan Effendi (2016)
mendefinisikan reabilitas sebagai indeks yang menujukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reabilitas pada penelitian ini
menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan bantuan software SPSS 24. Reabilitas
suatu konstruk variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha >
0.60 (Priyatno 2012).
15

Uji Statistika Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data


dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Termasuk dalam statistik deskriptif antara lain adalah
penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan
modus, median, mean (pengukuran tedensi sentral), perhitungan desil, persentil,
deviasi, dan perhitungan prosentase (Sugiyono 2010).
Analisis deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menentukan tingkat
literasi keuangan dan tingkat pengelolaan keuangan pada generasi millenial.
Golongan dan penilaian literasi keuangan mengacu pada kategori yang telah
ditetapkan oleh OJK dengan menjumlahkan semua jawaban benar lalu membaginya
dengan total skor masimal kemudian di presentasekan dan dikelompokkan. Pada
penelitian ini, penulis mencoba melakukan pembobotan secara proporsional sebesar
25% untuk setiap kategori. Sedangkan pada penilaian pengelolaan keuangan
dengan menjumlahkan semua jawaban benar kemudian membaginya dengan total
skor maksimal kemudian di presentasekan.

Tabel 2 Penilaian tingkat literasi keuangan


Kategori Skor Penilaian
Well literate 76 – 100
Sufficient literate 51 – 75
Less literate 26 – 50
Not literate < 25

Tabel 3 Rentang nilai pengelolaan keuangan


Rentang Nilai Keterangan
1.00 – 1.80 Sangat tidak baik
1.81 – 2.60 Tidak baik
2.61 – 3.40 Kurang baik
3.41 – 4.20 Baik
4.21 – 5.00 Sangat Baik

Analisis Structural Equation Modeling – Linear Structural Relationship (SEM-


LISREL)

Metode pengolahan yang digunakan pada penelitian ini adalah Structural


Equation Model (SEM). SEM merupakan teknik statistik yang digunakan untuk
membangun dan menguji model statistik yang biasanya dalam bentuk model-model
sebab akibat. Analisis SEM mempertimbangkan pemodelan interaksi,
nonlinieritas, variabel-variabel bebas yang berkolerasi, kesalahan pengukuran,
gangguan kesalahan-kesalahan yang berkolerasi, beberapa variabel bebas laten di
mana masing-masing diukur dengan menggunakan banyak indikator, dan satu atau
dua variabel tergantung laten yang juga masing-masing diukur dengan beberapa
indikator (Sarwono 2017). Teknis analitis SEM yang digunakan adalah Linear
Structural Relationship (LISREL) menggunakan perangkat lunak Lisrel 8.8.
16

Dalam SEM, terdapat istilah unobserved variable dan observed variable.


Unobserved variabel atau yang sering disebut variabel laten merupakan variabel
yang tidak dapat diukur atau diobservasi secara langsung tetapi melalui indikator
atau manifest variabelnya. Unobserved variabele dapat berupa variabel eksogen,
variabel endogen atau variabel moderating maupun intervening (Latan 2013).
Variabel laten pada penelitian ini adalah literasi keuangan sebagai variabel eksogen
dan pengelolaan keuangan sebagai variabel endogen. Variabel eksogen adalah
variabel penyebab atau variabel yang memengaruhi sedangkan variabel endogen
adalah variabel akibat atau variabel yang dipengaruhi (Kusnendi 2008). Observed
variable merupakan variabel yang dapat diukur secara langsung atau variabel yang
menjelaskan unobserved variable untuk diukur. Observed variable dapat disebut
juga dengan istilah variabel manifest, indikator atau variabel teramati (Latan 2013).
Pada penelitian ini, variabel laten literasi keuangan dijelaskan oleh indikator (1)
perencanaan keuangan (2) sikap dan perilaku keuangan dan (3) pengetahuan
keuangan. Sedangkan variabel laten pengelolaan keuangan di jelaskan oleh
indikator (1) membeli dan memiliki harta produktif (2) mengelola keuangan (3)
hutang (4) tabungan dan investasi dan (5) asuransi. Indikator yang digunakan
adalah indikator reflektif. Hubungan antar variabel digambarkan dalam model
struktural. Menurut Kusnendi (2008) model struktural menjelaskan prediksi atau
hipotesis hubungan antar variabel penyebab terhadap variabel akibat.
Adapun model struktural penelitian seperti gambar dibawah ini:

Tabel 4 Variabel dan Indikator Penelitian


Variabel Definisi Indikator Notasi Sumber
Eksogen
Literasi Kombinasi dari 1. Perencanaan X11 Organization for
Keuangan pengetahuan, keuangan X12 Economic Co-
keterampilan, 2. Sikap dan X13 operation and
sikap dan Perilaku Development
perilaku yang Keuangan (2018)
diperlukan 3. Pengetahuan
untuk membuat Keuangan
keputusan
keuangan yang
baik dan pada
akhirnya
mencapai
kesejahteraan
finansial
individu
17

Tabel 4 Variabel dan Indikator Penelitian (lanjutan)


Endogen
Pengelolaan Seni dan ilmu 1. Memiliki X21 Senduk (2004),
Keuangan mengelola Harta X22 Gitman (2002)
sumber daya Produktif X23
(money) dari 2. Mengelola X24
unit Pengeluaran X25
individual / 3. Hutang
rumah tangga 4. Tabungan
dan
Investasi
Asuransi

X21

λ4
X11 λ5 X22
λ1
λ2 γ λ6
X12 X23
λ7
λ3
X13 X24
Literasi Keuangan
Pengelolaan λ8
Keuangan
(ξ)
(η)
X25

Gambar 4 Model Struktural Penelitian

Berdasarkan model struktural tersebut, maka akan diteliti pengaruh literasi


keuangan terhadap pengelolaan keuangan. Menurut penelitian Utomo (2017)
menunjukkan bahwa variabel literasi keuangan berpengaruh positif terhadap
pengelolaan keuangan. Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Literasi keuangan tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan
H1 : Literasi keuangan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan

Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai berikut:


1. Tingkat literasi keuangan adalah suatu indeks yang menujukkan literasi
keuangan pada generasi millenial di Jawa Barat.
2. Tingkat literasi keuangan dinilai berdasarkan tiga indikator, yaitu perencanaan
keuangan, sikap dan perilaku keuangan dan pengetahuan keuangan.
3. Tingkat pengelolaan keuangan merupakan suatu indeks yang menunjukkan
tingkat pengelolaan keuangan pada generasi millenial di Jawa Barat.
4. Tingkat pengelolaan keuangan dinilai berdasarkan lima indikator. Indikator
tersebut yaitu memiliki dan membeli harta produktif, mengelola pengeluaran,
hutang, tabungan dan investasi, serta asuransi.
18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Responden pada penelitian ini merupakan 400 generasi millenial yang


berdomisili di Provinsi Jawa Barat. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,
usia, kota atau kabupaten domisili, pendidikan terakhir, pendapatan dan pekerjaan.

Tabel 5 Karakteristik Responden


Karakteristik Keterangan Jumlah (orang)
Jenis Kelamin Laki - Laki 157
Perempuan 243
Usia 19 - 22 Tahun 251
23- 26 Tahun 86
27 - 30 Tahun 36
31 - 34 Tahun 16
35 - 37 Tahun 11
Domisili Kabupaten Bogor 123
Kabupaten Sukabumi 3
Kabupaten Cianjur 5
Kabupaten Bandung 21
Kabupaten Garut 3
Kabupaten Tasikmalaya 3
Kabupaten Ciamis 1
Kabupaten Kuningan 11
Kabupaten Cirebon 2
Kabupaten Majalengka 3
Kabupaten Sumedang 5
Kabupaten Indramayu 2
Kabupaten Subang 2
Kabupaten Purwakarta 5
Kabupaten Karawang 3
Kabupaten Bekasi 6
Kabupaten Bandung Barat 5
Kabupaten Pangandaran 3
Kota Bogor 82
Kota Sukabumi 3
Kota Bandung 18
Kota Cirebon 2
Kota Bekasi 44
19

Tabel 5 Karakteristik Responden (lanjutan)


Karakteristik Keterangan Jumlah (orang)
Kota Depok 33
Kota Cimahi 5
Domisili
Kota Tasikmalaya 5
Kota Banjar 2
SLTP 4
SLTA 185
Diploma (D3) 28
Pendidikan Terakhir
Strata 1 (S1) 164
Strata 2 (S2) 18
Strata 3 (S3) 1
< Rp. 1.500.000 161
Rp. 1.500.001 - Rp. 84
3.000.000
Rp. 3.000.001 - Rp. 55
Pendapatan
4.500.000
Rp. 4.500.001 - Rp. 54
6.000.000
> Rp. 6.000.001 46
Pegawai Negeri Sipil 13
Pegawai Swasta 79
Wiraswasta 19
Pelajar / Mahasiswa 215
Pekerjaan BUMN 22
Petani 0
Ibu Rumah Tangga 14
Buruh 3
Lainnya 35

Total responden pada penelitian ini sejumlah 400 orang yang berada pada
rentang umur 19 sampai 37 tahun dan berdomisili di Jawa Barat. Responden
didominasi oleh perempuan sejumlah 243 orang atau 61% dan laki-laki sejumlah
157 orang atau sebanyak 39%. Responden didominasi oleh kelompok usia 19
sampai 22 tahun sebanyak 251 orang (62.8%) diikuti oleh kelompok usia 23 sampai
26 tahun sebanyak 86 orang (21.5%). Selanjutnya diikuti oleh kelompok usia 27
sampai 30 tahun sejumlah 36 orang (9%). Kelompok usia 31 sampai 34 tahun
sejumlah 16 orang (4%) dan terakhir kelompok usia 35 sampai 37 tahun sejumlah
11 orang (2.8%). Responden pada penelitian ini didominasi oleh responden yang
berdomisili di Kabupaten Bogor sejumlah 123 orang (30.8%) selanjutnya diikuti
oleh Kota Bogor 82 orang (20.5%), Kota Bekasi 44 orang (11%). Mayoritas
responden memiliki pendapatan kurang dari Rp 1 500 000.00 per bulannya dan
hanya sebanyak 46 orang yang memiliki pendapatan lebih dari Rp 6 000 000.00.
Mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan terakhir SLTA/sederajat atau
sedang menempuh pendidikan di tingkat universitas. Sebanyak 41% responden
20

memiliki pendidikan terakhir S1, 7% diploma (D3), 4,5% S2, 1% SLTP dan 1%
responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir S3. Pekerjaan yang
mendominasi responden adalah pelajar/mahasiswa sejumlah 53,8%. Pekerjaan
lainnya yang muncul yaitu dosen, pilot, konsultan, polisi serta pekerja honorer.

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk kesesuaian antara suatu konsep dengan


indikator-indikator yang digunakan untuk mengukurnya, dan berkaitan dengan
ketepatan penggunaan indikator untuk menjelaskan arti konsep yang sedang diteliti.
Pertanyaan dinilai valid apabila memiliki nilai r hitung > r tabel. Nilai r tabel yang
diperoleh adalah 0,2324 dengan jumlah responden 100 dan tingkat kepercayaan
90%.

Tabel 6 Hasil Uji Validitas


Butir Pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
PK1 0.421 0.2324 Valid
PK2 0.467 0.2324 Valid
PK3 0.564 0.2324 Valid
PK4 0.499 0.2324 Valid
PK5 0.442 0.2324 Valid
PK6 0.685 0.2324 Valid
SP1 0.296 0.2324 Valid
SP2 0.342 0.2324 Valid
SP3 0.433 0.2324 Valid
SP4 0.482 0.2324 Valid
SP5 0.258 0.2324 Valid
SP6 0.314 0.2324 Valid
SP7 0.356 0.2324 Valid
SP8 0.492 0.2324 Valid
SP9 0.363 0.2324 Valid
FK2 0.285 0.2324 Valid
FK3 0.562 0.2324 Valid
FK4 0.481 0.2324 Valid
FK5 0.707 0.2324 Valid
FK6 0.520 0.2324 Valid
FK7 0.673 0.2324 Valid
FK8 0.658 0.2324 Valid
FM1 0.868 0.2324 Valid
FM2 0.600 0.2324 Valid
FM3 0.750 0.2324 Valid
FM4 0.757 0.2324 Valid
21

Tabel 6 Hasil Uji Validitas (lanjutan)


Butir Pertanyaan R Hitung R tabel Keterangan
FM5 0.884 0.2324 Valid
FM6 0.846 0.2324 Valid
FM7 0.787 0.2324 Valid
FM8 0.890 0.2324 Valid
FM9 0.892 0.2324 Valid
FM10 0.853 0.2324 Valid

Berdasarkan Tabel 6 diatas, semua pertanyaan memiliki nilai r hitung lebih


dari 0.2324. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner
valid.

Uji Realibilitas

Uji reabilitas digunakan untuk mengukur dan konsistensi suatu indikator.


Pertanyaan indikator dinyatakan reliabel apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha
> 0.6.
Tabel 7 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach’s Alpha N of Items
Literasi Keuangan 0.643 22
Pengelolaan Keuangan 0.601 8

Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa nilai cronbach’s alpha untuk literasi


keuangan dan pengelolaan keuangan berturut-turut adalah 0.643 dan 0.601. Nilai
Cronbach’s Alpha untuk kedua variabel tersebut lebih besar dari 0.600 sehingga
dapat disimpulkan bahwa semua pertanyaan dalam kuesioner sudah reliabel.

Tingkat Literasi Keuangan Generasi Millenial

Penilaian literasi keuangan pada generasi millenial memiliki tujuan untuk


menganalisis tingkatan pengetahuan dan kepercayaan generasi millenial terhadap
lembaga dan jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan. Penilaian tingkat
literasi keuagan pada generasi millenial menggunakan kuesioner dengan total
pertanyaan sejumlah 23 pertanyaan pilihan berganda dengan indikator perencanaan
keuangan, sikap dan perilaku keuangan dan pengetahuan keuangan. Hasilnya
adalah tingkat literasi keuangan pada generasi millenial terbagi menjadi 4 kategori
yaitu well literate, sufficient literate, less literate dan not literate. Sebanyak 229
orang atau 57.25% responden masuk kedalam kategori well literate. Sebanyak 152
orang atau 38% responden masuk kedalam kategori sufficient literate. Sebanyak 18
orang atau 4.5% responden masuk kedalam kategori less literate dan 1 orang atau
0.25% responden yang masuk kedalam kategori not literate.
22

Well Literate Sufficient Literate Less Literate Not Literate


0%
5%

38%
57%

Gambar 5 Tingkat Literasi Keuangan Generasi Millenial

Rata-rata tingkat literasi keuangan generasi millenial sebesar 74.34% atau


berada pada tingkatan sufficient literate (50% sampai 75%). Rata-rata tersebut
hampir mencapai batas optimum kategori sufficient literate dan sangat mendekati
kategori well literate. Berada pada tingkatan kategori sufficient literate
menandakan bahwa generasi millenial yang berdomisili di Jawa Barat sudah
memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk
dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait
produk dan jasa keuangan. Namun, mereka tidak terampil menggunakan produk
dan jasa keuangan tersebut. Hal ini didukung oleh data yang menunjukkan bahwa
tingkat pengetahuan dan keyakinan generasi millenial terhadap produk dan jasa
keuangan memiliki nilai sebesar 53% atau berada pada rentang yang sama yaitu
termasuk dalam kategori sufficient literate. Responden memiliki tingkat
pengetahuan dan kepercayaan yang tinggi terhadap produk tabungan sebesar 89%
dan tingkat pengetahuan serta kepercayaan responden terendah dimiliki oleh
produk investasi pasar uang (forex) sebesar 30%.
Ketidakterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan salah
satunya disebabkan oleh kurangnya praktik langsung terhadap produk dan jasa
keuangan tersebut. Mereka sudah cukup mendapatkan edukasi dan sudah memiliki
kepercayaan namun masih belum bisa menggunakan produk dan jasa keuangan
secara langsung terutama pada produk investasi pasar uang. Nilai literasi terendah
yang didapatkan sebesar 20% sedangkan nilai tertinggi yang didapatkan sebesar
100%. Nilai setiap indikator dan aspeknya dijelaskan secara lebih rinci pada tabel
8.
23

Tabel 8 Nilai Literasi Keuangan Generasi Millenial untuk Setiap Aspek


Kategori
Not Less Sufficient Well literate
Indikator Nilai literate literate literate (76% -
(0% - (26% - (51% - 100%)
25%) 50%) 75%)
Perencanaan Keuangan (LK1)
Keputusan keuangan 88.25 88.25
Perencanaan 79.75 79.75
pengeluaran dan
pemasukan
Pengingat tagihan 61.5 61.5
Dana darurat 85 85
Tujuan finansial 91.75 91.75
Rencana keuangan 34.5 34.5
pensiun
Rata - rata LK1 73.46 73.46
Sikap dan Perilaku Keuangan (LK2)
Sikap menabung 80.25 80.25
Penerimaan risiko 81.75 81.75
investasi dan tabungan
Kepuasan terhadap 37.75 37.75
kondisi keuangan
Penggunaan smartphone 68.75 68.75
dalam transaksi
keuangan
Memiliki dan berusaha 93.75 93.75
mencapai tujuan
keuangan
Kepercayaan pada bank 45.25 45.25
Pertimbangan 97.75 97.75
pengeluaran
Kepemilikan hutang 81 81
Pembayaran tagihan 74.64 74.64
Rata - rata LK2 74.64 74.64
Pengetahuan Keuangan (LK3)
Pernyataan pengetahuan
keuangan
Inflasi 82.44 82.44
Time value of money 58.94 58.94
Tabungan dan deposito 82.13 82.13
Investasi 79.83 79.83
Rata - rata LK3 74.93 74.93
Rata - rata Literasi 74.34 74.34
Keuangan

Indikator perencanaan keuangan memperoleh skor rata-rata sebesar 73.54


yang termasuk kedalam kategori sufficient literate. Hal ini berarti generasi millenial
sudah cukup pandai dalam melakukan perencanaan keuangan. Nilai tertinggi pada
24

indikator ini diperoleh oleh aspek tujuan finansial dengan skor 91.75. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa 92 dari 100 orang telah memiliki tujuan finansial. Tujuan
finansial yang paling banyak dijumpai pada responden pelajar/mahasiswa yaitu
dapat memiliki pendapatan serdiri agar dapat meringankan beban orang tua dalam
membiayai perkuliahan serta dapat membiayai semua pengeluaran sendiri tanpa
meminta kepada orang tua. Sedangkan bagi responden yang sudah bekerja tujuan
finansial mereka seperti memiliki rumah pribadi, memiliki kendaraan pribadi,
mandiri secara finansial serta memiliki tabungan yang cukup untuk dapat
membiayai pendidikan anak. Aspek dengan nilai terendah dimiliki oleh
perencanaan masa pensiun. Aspek ini hanya memperoleh skor 34.54. Rendahnya
skor tersebut mengindikasikan bahwa generasi millenial belum terlalu memikirkan
dan mempersiapkan diri mereka untuk masa pensiun. Generasi millenial masih
berorientasi pada masa kini dan belum memikirkan jauh tentang masa depan.
Mempersiapkan diri untuk masa pensiun sangat penting dilakukan agar terciptanya
kondisi keuangan yang baik untuk memenuhi kebutuhan kita saat sudah tidak lagi
mendapatkan penghasilan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan
mengikuti program asuransi hari tua.
Indikator sikap dan perilaku keuangan memperoleh skor rata-rata sebesar
74.64 yang termasuk kedalam kategori sufficient literate. Nilai tertinggi pada
indikator ini dimiliki oleh aspek pertimbangan pengeluaran dengan skor 97.75.
Hampir semua responden selalu melakukan pertimbangan sebelum melakukan
pengeluaran. Hal ini mengindikasikan bahwa sebelum melakukan pembelian atau
pembayaran, generasi millenial mempertimbangkan kondisi keuangannya saat ini
apakah mampu untuk melakukan pengeluaran tersebut tanpa mengalami defisit.
Selain itu, 53% dari responden merupakan mahasiswa yang masih mendapatkan
pendapatan dari orang tua. Sehingga mereka fokus pada pendapatan tersebut yang
berefek pada dilakukannya perencanaan pengeluaran agar pengeluaran mereka
tidak melebihi pendapatan yang diterima. Sedangkan nilai terendah dimiliki oleh
aspek kepuasan terhadap kondisi keuangan dengan skor 37.75. Mayoritas generasi
millenial merasa tidak puas dengan kondisi keuangan mereka. Ketidakpuasan
mereka dikarenakan keterbatasan kondisi keuangan mereka yang menyebabkan
ketidakmampuan dalam memenuhi segala keinginan mereka dalam rangka untuk
mengikuti perkembangan tren. Penyebab lainnya yaitu karena mereka merasa tidak
dapat mengelola pendapatan mereka dengan baik dan belum mencapai tujuan
finansial mereka.
Indikator pengetahuan keuangan memperoleh skor rata-rata sebesar 74.93
yang masuk kedalam kategori sufficient literate. Tingginya skor rata-rata yang
didapatkan mengindikasikan generasi millenial yang sudah memiliki pengetahuan
keuangan yang cukup baik. Aspek pengetahuan keuangan dalam indikator ini
meliputi pemahaman mengenai time value of money, inflasi, investasi serta
tabungan dan deposito. Aspek dengan skor tertinggi didapatkan oleh aspek
pengetahuan mengenai inflasi. Generasi millenial sudah memiliki pengetahuan
yang baik mengenai inflasi serta efeknya bagi keuangan mereka. Sedangkan aspek
dengan skor terendah dimiliki oleh aspek pengetahuan mengenai time value of
money. Skor yang didapatkan pada aspek ini sebesar 58.94. Bagi responden
mahasiswa/pelajar dengan latar belakang non-ekonomi cukup merasa kesulitan
dalam memahami konsep ini sehingga mereka tidak dapat menjawab pertanyaan.
Sedangkan pada responden mahasiswa/pelajar dengan latar belakang ekonomi
25

dapat menjawab pertanyaan pada aspek ini dikarenakan mereka mendapatkan teori
di bangku perkuliahan. Pada responden yang sudah memiliki pekerjaan, mereka
tidak mengalami kesulitan yang besar dalam menjawab pertanyaan walaupun latar
belakang pendidikan mereka bukan berasal dari bidang ekonomi. Hal ini
disebabkan konsep time value of money sudah mereka pahami dalam kegiatan
sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan mereka.

Tingkat Pengelolaan Keuangan

Penilaian tingkat pengelolaan keuangan dilakukan untuk mengetahui


bagaimana generasi millenial memperlakukan pendapatan dan pengeluarnya.
Penilaian dilakukan dengan cara memberikan 10 pertanyaan yang terdiri dari aspek
membeli dan memiliki harta produktif, mengelola pengeluaran, hutang, investasi
dan tabungan serta asuransi. Hasil dari masing-masing responden akan
dikelompokkan menjadi 5 kategori, yaitu sangat baik, baik, kurang baik, tidak baik
dan sangat tidak baik. Hasil yang didapatkan adalah terdapat 41 responden yang
termasuk dalam kategori sangat baik, 162 responden termasuk dalam kategori baik,
166 responden termasuk dalam kategori kurang baik, 31 responden termasuk dalam
kategori tidak baik dan tidak ada responden yang termasuk kedalam kategori sangat
tidak baik.

Sangat Baik Baik Kurang Baik Tidak Baik Sangat Tidak Baik

31 41

166
162

Gambar 6 Tingkat Pengelolaan Keuangan Generasi Millenial

Nilai rata-rata tingkat pengelolaan keuangan generasi millenial mencapai


3.47 yang termasuk kedalam kategori baik. Hal tersebut sejalan dengan nilai rata-
rata literasi keuangan generasi millenial yang masuk kedalam kategori sufficient
literate. Nilai rata-rata untuk setiap aspek dijelaskan dalam tabel 9.
26

Tabel 9 Nilai Rata-rata Setiap Aspek Pengelolaan Keuangan


Indikator Nilai Kategori
Sangat Tidak Kurang Baik Sangat
Tidak Baik Baik (3.41 Baik
Baik (1.81 – (2.61 - – 4.2) (4.21 -
(1 -1.8) 2.6) 3.4) 5)
Membeli dan Memiliki 3.67 3.67
Harta Produktif
Mengelola 3.49 3.49
Pengeluaran
Hutang 4.31 4.31
Investasi dan 3.01 3.01
Tabungan
Asuransi 2.89 2.89
Rata - rata Pengelolaan 3.47 3.47
Keuangan

Aspek membeli dan memiliki harta produktif memiliki nilai 3.67 yang
termasuk kedalam kategori baik. Hal ini berarti generasi millenial sudah memiliki
kesadaran terhadap manfaat harta produktif yang dapat memberikan manfaat
berupa dapat menekan pengeluaran besar dalam kehidupan sehari-hari. Dari 400
responden, sebanyak 72.5% atau sejumlah 290 orang sudah memiliki harta
produktif dan sisanya 110 responden belum memiliki harta produktif. Tingkat
kepemilikan harta produktif pada generasi millenial sudah tinggi namun dalam
proses pembeliannya generasi millenial belum memprioritaskan harta produktif.
Mayoritas generasi millenial di Jawa Barat belum memprioritaskan untuk membeli
harta produktif pada saat mereka mendapatkan uang. Mayoritas responden
menghabiskan uang untuk kebutuhan sehari-hari lalu kemudian menyimpan sisa
uang tersebut untuk ditabung dan dibelikan harta produktif. Dari 400 responden,
hanya 176 orang yang menyisihkan uangnya terlebih dahulu untuk ditabung dan
dibelikan harta produktif baru kemudian menggunakan sisanya untuk kebutuhan
sehari-hari. Dan sebanyak 22 responden selalu menghabiskan seluruh uang yang
didapatkannya untuk kebutuhan sehari-hari dan tidak menyisakan apapun.
Aspek mengelola pegeluaran mendapatkan skor rata-rata sebesar 3.49 yang
masuk kedalam kategori baik. Hal ini menjunjukkan bahwa generasi millenial telah
dapat mengelola pengeluarnya dengan bijak dan tidak boros agar tidak terjadinya
defisit. Baiknya pengelolaan pengeluaran juga disebabkan oleh kondisi keuangan
mereka. Kondisi keuangan menuntut mereka untuk dapat mengelola
pengeluarannya agar tidak melebihi pendapatan yang mereka terima. Sehingga
mereka berhati-hati dalam melakukan pengeluaran dan selalu mempertimbangkan
kondisi keuangannya sebelum melakukan pengeluaran. Selain itu, mayoritas dari
responden merupakan pelajar/mahasiswa yang belum mendapatkan pendapatan
sendiri. Mereka masih mengandalkan pendapatan dari orang tua mereka. Oleh
sebab itu, mereka berfokus terhadap pendapatan yang mereka terima agar
pengeluaran mereka tidak lebih besar dari pendapatannya dengan cara
menganggarkan pengeluaran yang akan mereka lakukan.
27

Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah

2%
9%
21%

40%
28%

Gambar 7 Perencanaan Pengeluaran Generasi Millenial

Dalam melakukan penganggaran atau perencanaan pengeluaran, terdapat 84


responden yang selalu melakukan penganggaran atau perencanaan terhadap
pengeluarannya. Hanya terdapat 37 responden yang sangat jarang melakukan
penganggaran dan 6 responden yang tidak pernah sekalipun melakukan
penganggaran atau perencanaan pengeluaran. Mayoritas responden belum
konsisten dalam membuat penganggaran atau perencanaan terhadap
pengeluarannya. Ketidakkonsistenan dalam penganggaran pengeluaran berimbas
pada ketidakkosistenan terhadap kepemilikan sisa uang sebelum mereka
mendapatkan pendapatan di minggu atau bulan berikutnya tiba. Hanya terdapat 54
responden yang tidak pernah mengalami kehabisan uang setiap bulannya dan 120
responden yang sangat jarang mengalami hal tersebut. Ketidakkonsistenan tersebut
disebabkan sering terdapatnya pengeluaran tidak terduga yang sebelumnya belum
dianggarkan.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah

2%
14% 13%

30%

41%

Gambar 8 Frekuensi Generasi Millenial dalam Kehabisan Uang

Aspek hutang mendapatkan skor rata-rata sebesar 4.31 yang tergolong


kedalam kategori sangat baik. Hal ini berarti generasi millenial sudah dengan sangat
28

baik memerlakukan hutang mereka. Generasi millenial telah mengetahui saat yang
tepat untuk melakukan pinjaman untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah

4%

16%

51%

29%

Gambar 9 Tingkat Peminjaman Uang Generasi Millenial

Mayoritas responden tidak pernah melakukan peminjaman uang untuk


memenuhi kebutuhan mereka. Hal ini menggambarkan kondisi keuangan yang
sangat baik karena terpenuhinya kebutuhan tanpa harus melakukan peminjaman
yang dapat memberatkan jika tidak dapat membayarkan peminjaman tersebut
dengan baik. Tidak pernahnya melakukan peminjaman juga menggambarkan
generasi millenial yang sudah dapat menyeimbangkan pengeluaran serta
pemasukannya. Rendahnya tingkat hutang juga disebabkan karena mayoritas dari
responden merupakan mahasiswa yang masih memiliki pengeluaran yang rendah
sehingga mereka belum membutuhkan pinjaman. Sedangkan bagi pekerja,
peminjaman dilakukan untuk membiayai pengeluaran yang sifatnya besar seperti
kredit KPR. Hanya 1 dari 400 responden yang selalu melakukan peminjaman untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Selanjutnya jika melakukan peminjaman,
mayoritas dari responden tidak pernah merasakan kesulitan dalam membayar
peminjaman tersebut. Hanya 4 responden yang selalu mengalami kesulitan
membayar peminjamannya.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah
1% 2%

14%

55%
28%

Gambar 10 Tingkat Kesulitan dalam Membayar Pinjaman


29

Pada aspek investasi dan tabungan, mendapatkan skor rata-rata sebesar 3.01
yang termasuk kedalam kategori kurang baik. Hal ini mengindikasikan masih
belum konsistennya generasi millenial dalam menyisihkan pendapatannya untuk
ditabung serta sikap dan perilaku yang masih belum memikirkan kondisi masa
depan.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah

3%
7%
22%

36%

32%

Gambar 11 Tingkat Menabung Generasi Millenial

Sejalan dengan bagaimana generasi millenial dalam memerlakukan


pengeluarannya. Mayoritas responden cenderung untuk menggunakan
pendapatannya untuk keperluan sehari-harinya terlebih dahulu baru kemudian
disisihkan sisanya untuk ditabung. Akibatnya, sisa uang yang dihasilkan tidak
menentu. Hal ini juga sejalan dengan sikap generasi millenial yang memiliki
kecenderungan untuk bersikap konsumtif dalam membelanjakan pendapatan
mereka untuk kebutuhan yang tidak mendesak. Serta perilaku “life for today”
dimana generasi millenial hanya berfokus atau berorientasi pada masa kini dan
kurang memperhatikan masa depan mereka. Sifat konsumtif generasi millenial
sesuai dengan penjelasan Rudiwantoro (2018) yang menerangkan bahwa generasi
millenial memiliki daya beli yang kuat, identik dengan perilaku konsumtif yang
tinggi untuk menunjang gaya hidup mereka Hanya 88 responden yang selalu
menyisihkan uangnya untuk ditabung dan terdapat 10 responden yang tidak pernah
menyisihkan uangnya selama setahun terakhir untuk ditabung.
Mayoritas responden juga tidak pernah melakukan investasi terhadap sisa
uang yang mereka miliki baik investasi secara riil maupun investasi keuangan.
Bahkan, hanya terdapat 39% responden yang telah mengetahui dan memiliki
produk investasi keuangan seperti pasar modal dan pasar uang. Sedikitnya
responden yang mengetahui produk investasi mengindikasikan masih kurangnya
edukasi dan pemahaman terhadap produk investasi. Mereka membutuhkan edukasi
dan praktik secara langsung dalam melakukan investasi dalam pasar modal dan
pasar uang agar lebih mudah untuk memahaminya. Dengan melakukan investasi
dengan benar, mereka dapat mempersiapkan masa depan mereka dengan lebih baik.
Hanya terdapat 35 responden yang selalu melakukan investasi terhadap sisa
uangnya.
30

Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah

9%

13%
37%

24%

17%

Gambar 12 Frekuensi Investasi Generasi Millenial

Aspek yang terakhir yaitu asuransi. Aspek asuransi mendapatkan skor rata-
rata terendah yaitu hanya sebesar 2.89 yang tergolong kedalam kategori kurang baik.
Hal ini mengindikasikan masih rendahnya kesadaran generasi millenial terhadap
risiko yang mungkin saja terjadi dimasa depan yang dapat memberikan kerugian
yang besar. Rendahnya aspek asuransi juga menggambarkan generasi millenial
yang belum memikirkan masa depan mereka.
Selalu Sering Kadang - kadang Sangat jarang Tidak pernah

19%

9%
57%
10%

5%

Gambar 13 Frekuensi dalam Membayar Asuransi Generasi Millenial

Mayoritas responden sudah memiliki asuransi yang dapat memberikan


mereka proteksi saat terjadinya risiko. Rata-rata mereka yang memiliki asuransi
hanya memiliki asuransi kesehatan saja dan sisanya tidak. Total responden yang
memiliki asuransi kesehatan sebanyak 286 orang sedangkan asuransi jiwa hanya
dimiliki oleh 120 orang. Mayoritas responden tidak pernah menyisihkan uangnya
untuk membayar asuransi. Hal ini disebabkan mayoritas yang menjawab tidak
pernah merupakan mahasiswa/pelajar yang pembayaran asuransinya masih
ditanggung oleh orang tua mereka. Terdapat 47 responden yang selalu menyisihkan
uangnya untuk membayar asuransi. Mayoritas mereka merupakan pekerja dan
31

sudah memiliki keluarga sehingga memiliki tanggung jawab untuk membiayai


asuransinya sendiri.

Hasil Uji SEM-LISREL

Goodness of Fit Model Pengukuran (Measurements Model)

Pengujian goodness of fit model pengukuran dilakukan untuk mengetahui


kesesuaian perbandingan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan.

Tabel 10 Hasil Uji Goodness of Fit Model (After Hit)


Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Kesimpulan
X² - Chi-square Diharapkan kecil 12.93 goodness of fit
Significance ≥ 0.05 P = 0.22763
RMSEA ≤ 0.08 0.027 goodness of fit
GFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit
NFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit
CFI Mendekati 1 1.00 goodness of fit

Pada tabel diatas, hasil pengolahan untuk pengujian goodness of fit


menunjukkan dengan menggunakan pengujian chisquare diperoleh kesimpulan p-
value 0.22763 > 0.05 sehingga menunjukkan bahwa model sudah baik. Salain itu,
SEM memberikan alternatif penggunaan indikator goodness of fit yang lain yaitu
kriteria RMSEA, GFI, NFI dan CFI. Kriteria RMSEA menghasilkan nilai 0.027 ≤
0.08 yang artinya model yang dihasilkan sudah goodnes of fit. Penggunaan kriteria
goodness of fit yang lain yaitu GFI, NFI dan CFI menghasilkan nilai mendekati 1
yang artinya model yang dihasilkan sudah goodness of fit. Karena hasil kesimpulan
beberapa indikator menghasilkan kesimpulan model goodness of fit maka pengujian
hipotesis teori dapat dilakukan.

Gambar 14 Uji T After Hit


32

Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Laten

Kriteria kecocokan model pengukuran diukur berdasarkan validitas variabel


indikator terhadap variabel latennya. Suatu variabel indikator dikatakan valid ketika
memiliki nilai standardized loading factor lebih dari batas loading factor yang
dapat ditoleransi yaitu ≥ 0.30 (Igbaria et al. 1997), memiliki nilai t-value diatas
1.96 (Wijanto 2008) serta memiliki nilai variance extracted (VE) diatas 0.50. Selain
itu, dilakukan pengujian tingkat konsistensi pengukuran atau rebilitas melalui nilai
composite reability (CR). Sebuah indikator dinyatakan baik apabila memiliki nilai
composite reability (CR) lebih dari 0.70.

Tabel 11 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas


Laten Konstruk/Indikator LF T Error Variance CR > 0.70 VE > 0.5
X1 0.95 15.65 0.10
X X2 0.90 25.80 0.19 0.93 0.82
X3 0.87 21.65 0.25
Y1 1.00 - 0.00
Y2 1.00 22.98 0.00
Y Y3 0.78 4.29 0.39 0.93 0.70
Y4 0.74 4.00 0.46
Y5 0.70 13.56 0.51

Berdasarkan hasil pada diagram standardized loading factor dan diagram t-


values dapat dilihat bahwa semua variabel memenuhi syarat validitas dengan
ditunjukkan oleh nilai standardized loading factor lebih dari 0.3, dan nilai t-value
di atas 1.96 (signifikan). Serta nilai variance extracted diatas 0,50 dan composite
reability diatas 0,70.

Gambar 15 Estimate Loading Factor After Hit


33

Analisis Model Struktural

Analisis model struktural dilakukan untuk mengetahui hubungan antara


variabel laten eksogen terhadap variabel laten endogennya. Variabel laten eksogen
pada penilitian ini adalah literasi keuangan dan variebel endogen adalah
pengelolaan keuangan. Sebuah hipotesis akan diterima apabila nilai t-hitung
melebihi nilai t-tabel. Nilai t-tabel yang ditentukan adalah 1.96. Dalam penelitian
ini hanya terdapat satu hipotesis yaitu:

H0 : Literasi keuangan tidak berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan


H1 : Literasi keuangan berpengaruh terhadap pengelolaan keuangan

Hasil pada tabel 10 menyatakan bahwa hipotesis yang telah dibagun


diterima. Dari hasil pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 0.230 yang
artinya semakin tinggi literasi keuangan maka akan semakin tinggi tingkat
pengelolaan keuangan secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan
bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai t-hitung sebesar 7.470 >
t-table 1.96 yang artinya H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh positif dari literasi keuangan terhadap pengelolaan keuangan secara
signifikan.

Tabel 12 Hasil Estimasi Regresi Model SEM


Estim |t-hit| > Kesimp
Path S.E.
ate 1.96 ulan
Pengaruh Literasi Keuangan terhadap 0.0 Signifik
0.220 10.040
Pengelolaan Keuangan 22 an

Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan pada Generasi


Millenial

Berdasarkan tabel 10, menjelaskan bahwa terdapat pengaruh positif literasi


keuangan terhadap pengelolaan keuangan dengan koefisien estimasi sebesar 0.220
dan t-hitung sebesar 10.040. Hasil tersebut menandakan bahwa tingkat literasi
keuangan yang baik mencerminkan tingkat pengelolaan keuangan yang baik pula.
Sehingga, agar dapat mengelola keuangan dengan baik, generasi millenial haruslah
memiliki pengetahuan keuangan yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian
Utomo (2017) yang melakukan penelitian terhadap pengaruh literasi keuangan dan
pengaruhnya terhadap pengelolaan keuangan pribadi pada mahasiswa bidikmisi
IPB.
Pada literasi keuangan, indikator yang paling dominan sebagai pembentuk
literasi keuangan pada generasi millenial merupakan indikator perencanaan
keuangan. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai loading factor serta t-hitung yang
lebih besar daripada indikator lainnya. Nilai loading factor dan t-hitung untuk
indikator ini berturut-turut sebesar 0.95 dan 15.65. Dominannya indikator
perencanaan keuangan dikarenakan perencanaan merupakan dasar bagi melakukan
aktivitas keuangan. Melaui perencanaan keuangan yang baik, generasi millenial
akan bisa mengelola keuangannya dengan baik untuk mencapai kesejahteraan
finansial.
34

Pada pengelolaan keuangan, indikator yang paling dominan sebagai


pembentuk pengelolaan keuangan merupakan indikator pengelolaan pengeluaran.
Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai loading factor sebesar 1.00 dan t-hitung sebesar
22.98 yang merupakan nilai terbesar dibandingkan indikator lainnya. Dominannya
indikator ini menandakan perencanaan terhadap pengeluaran merupakan hal yang
sangat penting dilakukan dalam rangka terciptanya pengelolaan keuangan yang
baik. Melalui perencanaan pengeluaran, generasi millenial memiliki batasan untuk
melakukan pengeluaran dan membatasi sifat konsumtif mereka dalam melakukan
pengeluaran yang tidak dibutuhkan.

Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial pada penelitian ini dilakukan melalui pendekatan


Planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pengarahan)
dan Controlling (pengawasan). Berikut implikasi manajerial pada penelitian ini:

1. Perencanaan (Planning)
Generasi millenial dituntut untuk dapat melakukan perencanaan
terhadap pemasukan dan pengeluaran mereka. Perencanaan dilakukan
sesaat setelah menerima pendapatan dengan cara membuat pos-pos
pengeluaran dan mengakomodir pengeluaran tetap. Perencanaan
pengeluaran juga bisa dilakukan dengan cara membaginya berdasarkan
kebutuhan, yaitu kebutuhan kebutuhan primer dan kebutuhan tersier.
Kebutuhan primer seperti membayar cicilan dan tagihan, biaya konsumsi
bulanan, transportasi dan sebagainya. Sedangkan kebutuhan tersier
merupakan kebutuhan untuk hiburan. Selain itu, generasi millenial juga
harus membuat perencanaan prioritas untuk membayar semua tagiahan di
awal mendapatkan pendapatan. Hal tersebut agar tagihan tidak menumpuk
dan mengganggu biaya kebutuhan lainnya. Generasi millenial juga dapat
mengikuti berbagai pelatihan perencanaan keuangan agar dapat melakukan
perencanaan dengan lebih baik. Perencanaan penting dilakukan agar dapat
mengelola pendapatan dengan baik dan tidak terjadinya defisit.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pihak otoritas, dapat
melakukan perencanaan dalam pembuatan program-program edukasi untuk
meningkatkan tingkat literasi keuangan pada generasi millenial. Program
dibentuk dalam bentuk yang menarik dan tidak monoton serta menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti. OJK juga dapat menggunakan platform
media sosial seperti twitter, youtube, instagram, facebook dan yang lainnya
dalam bentuk yang menarik untuk menyebarkan materi edukasi.

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara memprioritaskan
sebagian pendapatan pada saat mendapatkannya untuk ditabung atau
diinvestasikan. Lalu setelahnya dialokasikan untuk berbagai pengeluaran
tetap, konsumsi, dana darurat, hiburan dan biaya lainnya. Dalam
pelaksanaannya, generasi millenial haruslah mengacu pada perencanaan
yang telah dibuat pada awal mendapatkan pendapatan. Hal tersebut agar
generasi millenial dapat mengurangi sifat konsumtif dalam membeli
35

barang-barang yang tidak dibutuhkan. Selain itu, generasi millenial dapat


membuat laporan keuangan harian. Laporan keuangan harian berguna agar
generasi millenial mengetahui pengeluaran apa saja yang telah dilakukan
pada hari itu serta membantu menganalisisa pengeluaran-pengeluaran yang
tidak harus dilakukan pada hari atau bulan berikutnya tiba. Generasi
millenial juga dapat memiliki dua atau lebih rekening bank yang berbeda.
Hal ini bertujuan untuk memudahkan dalam mengelola keuangan. Satu
rekening bank dikhususkan untuk menabung dan yang lainnya khusus untuk
menerima pendapatan, membayar tagihan dan melakukan pengeluaran. Hal
ini juga bertujuan agar generasi millenial tidak menggunakan dana
tabungannya untuk pengeluaran yang tidak diharuskan. Generasi millenial
juga dituntut untuk dapat menggunakan kartu kredit dengan bijak. Generasi
millenial juga harus membatasi penggunaan kartu kredit dengan
mengurangi sifat konsumtif terhadap pengeluaran-pengeluaran yang tidak
diperlukan.
Bagi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pengorganisasian dapat
dilakukan dengan menyusun materi edukasi dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan tampilan yang menarik generasi millenial. Materi edukasi
mengenai dunia investasi keuangan dapat dijadikan prioritas dikarenakan
masih sedikitnya generasi millenial yang mengerti dan memiliki investasi
keuangan.

3. Pengarahan (Actuating)
Generasi millenial dapat mengacu pada materi edukasi yang telah
dikeluarkan oleh OJK dalam meningkatkan pengetahuan literasi keuangan
mereka. Materi edukasi yang telah dikeluarkan oleh OJK akan sangat
membantu generasi millenial untuk mengetahui langkah yang tepat untuk
mengelola keuangan mereka secara efektif dan efisien agar mereka dapat
mencapai tujuan finansial yang telah dibuat. Selain itu, materi edukasi juga
membantu generasi millenial dalam meningkatkan pengetahuan finansial
sehingga dapat meningkatkan tingkat literasi keuangan pribadi. Generasi
millenial juga dapat berpartisipasi secara aktif dalam berbagai program
literasi keuangan yang telah dirancang oleh OJK. Keterlibatan generasi
millenial dalam berbagai program yang telah dirancang OJK penting agar
generasi millenial memiliki kesadaran dan pengetahuan terhadap
pentingnya literasi keuangan bagi mereka serta dampaknya terhadap negara.
Selain itu, pengalaman, pengetahuan dan keterampilan yang telah mereka
dapatkan dari berbagai program OJK dapat mereka sebarkan dan mereka
aplikasikan pada lingkungan sekitar sehingga dapat membantu
meningkatkan literasi keuangan pada lingkungan sekitar. Bagi generasi
millenial yang berstatus mahasiswa, dapat pula aktif pada kegiatan galeri
investasi yang terdapat di kampus. Galeri investasi merupakan sarana yang
efektif dalam meningkatkan tingkat pengetahuan dan pengalaman
mahasiswa terhadap produk investasi keuangan. Terlebih, mayoritas dari
generasi millenial khususnya mahasiswa masih belum mengetahui investasi
keuangan dan cara menggunakannya.
Selain dengan memberikan materi edukasi kepada generasi millenial,
OJK juga dapat memberikan pengarahan secara langsung kepada generasi
36

millenial. Pengarahan secara langsung dapat memberikan kesadaran kepada


generasi millenial terhadap pentingnya pengelolaan keuangan serta
membangun kepercayaan terhadap lembaga keuangan. OJK juga dapat
memaksimalkan pengarahan kepada galeri investasi yang terdapat di
berbagai kampus.

4. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan menjadi tanggung
jawab pribadi setiap individu. Generasi millenial dituntut untuk memiliki
kesadaran terhadap kondisi keuangan pribadi agar dapat memprioritaskan
dalam membuat pengeluaran yang sudah atau belum dianggarkan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk mengawasi keuangan pribadi adalah
melalui aplikasi pengelola keuangan yang diunduh di perangkat smartphone
meraka. Melalui aplikasi tersebut generasi millenial dapat mencatat setiap
pengeluaran dan pendapatan mereka dengan mudah dan mengawasinya agar
tidak menyimpang dari perencanaan yang telah dibuat. Generasi millenial
juga dapat meminta bantuan kepada teman, keluarga, kerabat atau pasangan
untuk saling mengingatkan dan mengawasi pengeluaran.
Bagi OJK, pengawasan dilakukan dengan mengevaluasi terhadap
program yang telah dilakukan dan mencatat setiap hasil yang diperoleh dari
program tersebut. OJK juga memiliki tanggung jawab untuk melakukan
tindakan korektif terhadap program apabila terdapat penyimpangan dan
ketidaksesuaian pada program tersebut.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik


kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 57.25% responden generasi millenial tergolong kedalam kategori
well literate, 38% tergolong kedalam kategori sufficient literate, 4.5%
termasuk kedalam kategori less literate dan 0.25% responden tergolong
kedalam kategori not literate. Secara keseluruhan, tingkat literasi keuangan
pada generasi millenial memiliki nilai rata-rata sebesar 74.34 yang tergolong
kedalam kategori sufficient literate. Berada pada tingkatan kategori sufficient
literate menandakan bahwa generasi millenial yang berdomisili di Jawa Barat
sudah memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan
serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan
kewajiban terkait produk dan jasa keuangan. Namun, mereka tidak terampil
menggunakan produk dan jasa keuangan tersebut.
2. Tingkat pengelolaan keuangan pada generasi millenial masuk kedalam
kategori baik karena memiliki nilai rata-rata sebesar 3.47. Sebanyak 10.25%
responden generasi millenial tergolong dalam kategori sangat baik, 40.5%
tergolong dalam kategori baik, 41.5% tergolong dalam kategori kurang baik,
7.75% tergolong dalam kategori tidak baik dan tidak ada responden yang
termasuk kedalam kategori sangat tidak baik.
37

3. Secara keseluruhan, literasi keuangan memiliki pengaruh yang positif terhadap


pengelolaan keuangan pada generasi millenial. Indikator yang paling dominan
terhadap literasi keuangan adalah perencanaan keuangan. Sedangkan pada
pengelolaan keuangan, indikator yang paling dominan dimiliki oleh indikator
pengelolaan pengeluaran.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan


saran yang dapat diberikan sebagai berikut:
1. Generasi millenial, sebagai individu yang mendominasi angkatan kerja,
diharapkan dapat terus meningkatkan pengetahuan keuangan terutama dalam
pengelolaan keuangan pribadi. Pengelolaan keuangan yang baik dapat
menciptakan kondisi finansial yang baik agar tercapainya semua tujuan
finansial yang telah direncanakan. Meningkatkan literasi keuangan dan
pengelolaan keuangan dapat dimulai dengan melakukan perencanaan terhadap
pengeluaran pada awal mendapatkan pendapatan. Memprioritaskan sebagian
pendapatan untuk ditabung lalu setelahnya membaginya untuk semua
pengeluaran. Menjadikan perencanaan yang telah dibuat sebagai acuan dan
batasan agar tidak mengeluarkan pengeluaran yang tidak diperlukan dan
mengurangi sifat konsumtif. Selanjutnya, aktif dalam berbagai kegiatan yang
telah dirancang oleh berbagai institusi khususnya OJK dalam rangka untuk
meningkatkan literasi keuangan dan pengelolaan keuangan. Selanjutnya yaitu
generasi millenial harus memiliki kesadaran terhadap kondisi keuangan dan
mengawasi semua pengeluaran yang telah dilakukan demi terciptanya kondisi
keuangan yang baik dan mencapai kesejahteraan finansial.
2. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pihak otoritas, dapat membuat program-
program edukasi yang lebih interaktif dan menarik untuk generasi millenial.
Terutama untuk memperkenalkan produk keuangan investasi keuangan.
Pemberian edukasi tidak hanya dilakukan melalui seminar atau menyuluhan,
tetapi melalui praktik langsung dalam kegiatan investasi keuangan seperti
langsung melakukan kegiatan jual beli saham di pasar modal. OJK dapat
memaksimalkan fungsi galeri investasi pada semua kampus dalam rangka
untuk meningkatkan kesadaran dan daya tarik mahasiswa terhadap produk
investasi. Hal lainnya yang penting dilakukan adalah membuat sebuah program
aplikasi pengelola keuangan pribadi agar generasi millenial dapat dengan
mudah pengelola keuangan pribadi mereka.
3. Bagi pihak perguruan tinggi maupun perusahaan, dapat mempertimbangkan
untuk menyediakan program sosialisasi dan pelatihan penggunaan produk dan
jasa keuangan serta pelatihan dalam mengelola keuangan dengan baik.
4. Bagi penelitian selanjutnya, metode pengumpulan sampel dapat menggunakan
cluster sampling atau quota sampling agar terdapat jumlah sampel yang merata
pada setiap kabupaten/kota di Jawa Barat. Selain itu, penelitian selanjutnya
juga bisa memilih petani, pedagang dan nelayan sebagai sampel utama dalam
pengukuran tingkat literasi keuangan.
38

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson A & F. Messy, 2012. Measuring financial literacy: result of the


OECD/International Network on Financial Education (INFE) pilot study.
OECD Working Papers on Finance, Insurance and Private Pension, No. 15,
OECD Publishing, Paris
Azwar S. 2008. Reabilitas dan Validitas. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar
[BI] Bank Indonesia. 2014. Modul Pelatihan: Pengelolaan Keuangan [internet].
[diunduh 2019 Februari 4]. Tersedia pada https://bi.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Indonesia 2018 [internet]. [diunduh
2019 Januari 25]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Proyeksi Penduduk Indonesia 2015-2045
[internet]. [diunduh 2019 Januari 25]. Tersedia pada: https://www.bps.go.id
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2019. Statistik Jawa Barat Terkini [internet]. [diunduh
2019 Februari 04]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id
Chen, Volpe. 1998. An Analysis of Financial Literacy Among College Students.
Financial Services Review. 7(3): 229-236
Dalkilic N, Kirkbesoglu E. 2015. The Role of Financial Liateracy on The
Development Insurance Awareness. International Journal of Economics and
Finance. 7(8)
Dwiastanti A. 2015. Financial Literacy as The Foundation for Individual Financial
Behavior. Journal of Educational and Practice. 6(33)
Gitman, Lawrence J. 2003. Principles of Managerial Finance, Seventeenth edition.
Massachusetts (AS): Addison-Wesley Publishing Company
Guha A. 2010. Motivators and Hygiene Factors of Generation X and Generation Y-
the Test of Two-factor Theory. Vilakshan: The XIMB Journal of Management.
7(2):121-132
Hauw S, Vos A. 2010. Millennials’ Career Perspective and Psychological Contract
Expectations: Does the Recession Lead to Lowered expectations. Journal of
Business & Psychology. 25(2): 293-302
Howe N, Strauss W. (2000). Millenials Rising: The Next Great Generation. New
York: Vintage
Howell J. 1993. Transformasional Leadership, Transactional Leadership, Locus of
Control, and Support for Innovation: Key predictors of Consolidated Business-
unit Performance. Journal of Applied Pshycology. 78(6)
Igbaria M., Zinatelli, N., Cragg, P. & Cavaye, L.M. 1997. Personal Computing
Acceptance Factors in Small Firms: A Structural Equation Model. MIS
Quarterly. 21(3): 279-302
Kaifi B. A., Nafei, W. A., Khanfar, N. M., & Kaifi, M. M. 2012. A Multi-
generational Workforce: Managing and Understanding Millennials.
International Journal of Business & Management.
7(24), 88-93
Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Structural. Bandng (ID): Alfabeta
Kotler P, Armstrong G. 2013. Fundamentos de Marketing. Mexico (MX): Pearson
Latan H. 2013. Stuctural Equation Modeling Konsep dan Aplikasi Menggunakan
Program LISREL 8.80. Bandung(ID): Alfabeta
39

Lusardi A, Mitchell O. 2007. Baby Boomer Retirement Security: The Roles of


Planning, Financial Literacy, and Housing Wealth. Journal of Monetary
Economics. 54(4): 205 – 224
Lyson S. 2004. An Exploration of Generational Values in Life and at Work
[disertasi]. Ottawa (CA): Carlenton University
Mastercard. 2016. Singapore Tops Financial Literacy Index in Asia Pacific
[internet]. [diakses 2019 Februari 04] Tersedia pada:
http://newsroom.mastercard.com
Maulida Y. 2018. Literasi Keuangan Syariah pada Mahasiswa Program Studi
Ekonomi Syariah di Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Ministry of Welfare Iceland. 2016. A Nordic Welfare Indicator System (NOVI) –
Report for the Nordic Council Minister [internet]. [diunduh 2019 Maret 23].
Tersedia pada: www.stjornarradid
Muizzuddin, Taufik, Ghasarma R, Putri L, Adam M. 2017. Financial Literacy:
Strategies and Concepts in Understanding the Financial Planning with Self-
Efficacy Theory and Goal Setting Theory of Motivation Approach.
International Journal of Economic and Financial Issues. 7(4): 182-188
Navy Federal Credit Union. 2017. Millenials and Their Money [internet]. [diakses
2019 Ferbruari 04]. Tersedia pada: https://www.navyfederal.org/
[OECD] Organization of Economic Co-operation and Development. 2017.
G20/OECD INFE report on adult fiancial literacy in G20 countries [internet].
[diunduh pada 2019 Januari 25]. Tersedia pada: http://www.oecd.org
[OECD] Organization of Economic Co-operation and Development. 2006. The
Importance of Financial Education [internet]. [diunduh pada 2019 Januari
25]. Tersedia pada: http://www.oecd.org
[OECD INFE] Organization of Economic Co-operation and Development /
International Network on Financial Education.Measuring Financial Literacy:
Core Questionnaire in Measuring Financial Literacy: Questionnaire and
Guidance Notes for Conducting an Internationally Comparable Survey of
Financial Literacy. Paris: OECD
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2018. Seri Literasi Keuangan Indonesia:
Pengelolaan Keuangan [internet]. [diunduh 2018 Desember 15]. Tersedia
pada: http://www.ojk.go.id
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2017. Strategi Nasional Literasi Keuangan
Indonesia (Revisit 2017) [internet]. [diunduh 2018 Desember 15]. Tersedia
pada: http://www.ojk.go.id
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2016. Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 82 Tahun 2016 tentang Strategi Nasional Keuangan Inklusif
[internet]. [diunduh 2018 Desember 15]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id
[OJK] Otoritas Jasa Keuangan. 2013. Literasi Keuangan [internet]. [diunduh 2018
Desember 15]. Tersedia pada: http://www.ojk.go.id
Putra. 2016. Theoritical Review: Teori Perbedaan Generasi. Jurnal Ilmiah Among
Markati. 9(18)
Priyatno. 2012. Cara Kilat Belajar Analisis Data dengan SPSS 20. Jogyakarta (ID):
Andi Offset.
Priyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif. Surabaya (ID): Zifatama Publishing
40

Remund D. 2010. Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer Definition
in an Increasingly Complex Economy. The Journal of ConsumerAffairs.
44(2)
Rudiwantoro A. 2018. Langkah Penting Generasi Millenial Menuju Kebebasan
Finansial Melalui Investasi. Jurnal Moneter. 5(1): 44-51
Sarwono J. 2017. Structural Equation Modelling (SEM). Bogor (ID): STIE
Binaniaga
Senduk S. 2004. Siapa Bilang Jadi Karyawan Ngak Bisa Kaya; Lima Kiat Praktis
Mengelola Gaji agar Bisa Kaya. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo
Singarimbun M, Effendi S. 2006. Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES
Siregar I. 2018. Pengaruh Literasi Keuangan terhadap Pengelolaan Keuangan
UMKM di Kota Bogor [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Soeratno, Arsyad L. 2003. Metode Penelitian untuk Ekonomi Bisnis. Yogyakarta
(ID): UPP AMP YKPN
Subha M, Priya P. 2014. A Study on the Factors Determining Financial Literacy of
Household. International Journal of Advanced Information Science and
Technology (IJAIST). 22(22)
Strauss W, Howe N. 1991. Generation: The History of America’s Future, 1584 to
2069. New York (US): William Morrow & Co
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung (ID):
Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Bisnis. Bandung (ID): Alfabeta
Twenge JM., Campbell SM. 2008. Generational Differences in Psychological Traits
and Their Impact on the Workplace. Journal of Managerial Psychology.
23(8): 862–877
Utomo I. 2017. Pengaruh Tingkat Literasi Keuangan terhadap Manajemen
Keuangan Pribadi pada Mahasiswa Bidikmisi IPB [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor
Wijanto S. 2008. Structural Equation Modelling dengan Lisrel 8.8. Yogyakarta
(ID): Graha Ilmu
Yuliadi I, Rose N. 2017. The Factors Influencing Economic Growth in Indonesia
Period 1981-2014 Error Correction Model Approach. International Journal
of Arts and Commerce. 6(7)
41

LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Uji Validitas
Butir Pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
PK1 0.421 0.2324 Valid
PK2 0.467 0.2324 Valid
PK3 0.564 0.2324 Valid
PK4 0.499 0.2324 Valid
PK5 0.442 0.2324 Valid
PK6 0.685 0.2324 Valid
SP1 0.296 0.2324 Valid
SP2 0.342 0.2324 Valid
SP3 0.433 0.2324 Valid
SP4 0.482 0.2324 Valid
SP5 0.258 0.2324 Valid
SP6 0.314 0.2324 Valid
SP7 0.356 0.2324 Valid
SP8 0.492 0.2324 Valid
SP9 0.363 0.2324 Valid
FK2 0.285 0.2324 Valid
FK3 0.562 0.2324 Valid
FK4 0.481 0.2324 Valid
FK5 0.707 0.2324 Valid
FK6 0.520 0.2324 Valid
FK7 0.673 0.2324 Valid
FK8 0.658 0.2324 Valid
FM1 0.868 0.2324 Valid
FM2 0.600 0.2324 Valid
FM3 0.750 0.2324 Valid
FM4 0.757 0.2324 Valid
FM5 0.884 0.2324 Valid
FM6 0.846 0.2324 Valid
FM7 0.787 0.2324 Valid
FM8 0.890 0.2324 Valid
FM9 0.892 0.2324 Valid
FM10 0.853 0.2324 Valid
.
42

Lampiran 2 Hasil Uji Reliabilitas Literasi Keuangan

Lampiran Hasil 3 Uji Reliabilitas Pengelolaan Keuangan


43

Lampiran 4 Kuesioner Penelitian


KUESIONER

LITERASI KEUANGAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP


PENGELOLAAN KEUANGAN GENERASI MILLENIAL

Assalamualaikum wr. wb

Selamat pagi / siang / sore responden yang terhormat. Kuesioner ini


merupakan instrumen penelitian dalam rangka mendukung penelitian skripsi
program sarjana yang sedang dilakukan oleh
Nama : Fikri Aulia Rachman
NIM : H24150057
Departemen : Manajemen
Fakultas : Ekonomi dan Manajemen
Universitas : Institut Pertanian Bogor

DATA RESPONDEN
Nama : ....................................................................(L / P)
Usia : ..............................................................................
Email : ..............................................................................
Alamat Domisili
: .............................................................................
.
Pendidikan Terakhir :
a. SLTP/Sederajat
b. SLTA/Sederajat
c. Diploma (D3)
d. Strata 1 (Sarjana)
e. Strata 2 (Master)
f. Strata 3 (Doktor)
Pendapatan :
a. < Rp. 1.500.000,-
b. Rp. 1.500.001 – Rp. 3.000.000
c. Rp. 3.000.001 – Rp. 4.500.000
d. Rp. 4.500.001 – Rp. 6.000.000
e. > Rp. 6.000.001
Pekerjaan :
a. PNS
b. Pegawai Swasta
c. Wiraswasta
d. Pelajar / Mahasiswa
e. BUMN
f. Petani
g. Ibu Rumah Tangga
h. Buruh
i. Lainnya......
44

I. LITERASI KEUANGAN
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendefinisikan literasi keuangan sebagai
pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang memengaruhi sikap dan perilaku
untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan
dalam rangka mencapai kesejahteraan. Penilaian literasi keuangan ditentukan oleh
indikator (1) Perencanaan keuangan, (2) Sikap dan Perilaku keuangan, dan (3)
Pengetahuan keuangan (Organization for Economic Co-operation and
Development (OECD) 2018)

Petunjuk Pengisian: Pilihlah satu jawaban yang sesuai dengan diri Anda
(Ya / Tidak) dengan memberikan tanda silang atau centang pada kolom yang
tersedia. Untuk pertanyaan pilihan ganda, berikan tanda silang atau lingkaran pada
pilihan abjad yang tersedia pada pilihan yang paling sesuai dengan diri Anda.
TIDAK DIPERKENANKAN mencari jawaban di internet atau di buku terkait.
Identitas, hasil dan privasi lainnya akan dijaga oleh peneliti dan hanya digunakan
untuk kegiatan akademis.

A. Perencanaan Keuangan
No Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah Anda membuat keputusan keuangan sehari-
hari?
2. Apakah Anda membuat perencanaan untuk
mengelola pesamasukan dan pengeluaran?
3. Apakah Anda membuat pengingat untuk membayar
tagihan yang akan datang?
4. Apakah anda menyimpan uang untuk digunakan
sebagai dana darurat?
5. Apakah anda memiliki tujuan finansial?
6. Apakah Anda sudah membuat rencana keuangan
untuk masa pensiun anda?

B. Sikap dan Prilaku Keuangan


No Pertanyaan Ya Tidak
1. Saya lebih senang mengeluarkan uang daripada
menyimpannya untuk kebutuhan yang akan datang
2. Saya siap menerima risiko akibat aktivitas investasi
atau tabungan
3. Saya puas dengan kondisi keuangan Saya saat ini
4. Saya menggunakan handphone untuk melakukan
transaksi keuangan (seperti mobile payment, e-
banking, sms banking, dll)
5. Saya memiliki tujuan keuangan dan berusaha untuk
mencapainya
45

6. Saya percaya bahwa aman untuk menyimpan uang di


bank bahkan ketika bank tersebut memiliki masalah
7. Sebelum Saya membeli sesuatu, Saya
mempertimbangkan apakah Saya mampu untuk
membelinya
8. Saya memiliki sisa uang di akhir bulan
9. Saya membayar tagihan tepat waktu

C. Pengetahuan Keuangan
No. Pertanyaan Jawaban
1. Menurut Anda, bagaimana pengetahuan keuangan a) Sangat baik
Anda? b) Baik
c) Rata-rata
d) Kurang baik
e) Sangat kurang baik
2. Apabila Anda diberikan uang sebesar Rp. 1.000.000, a) Lebih besar
namun Anda diharuskan menunggu selama 2 tahun b) Sama besar
untuk menerima uang tersebut dan tidak terjadi c) Lebih kecil
kenaikan inflasi, maka jumlah uang yang akan Anda
terima setelah dua tahun tersebut sebesar?
3. Jika anda menabung Rp. 2.500.000 dengan bunga a) Benar
sebesar 5% per tahun dan tidak melakukan b) Salah
pengambilan atau penambahan uang. Dengan c) Saya kesulitan
asumsi tidak memperhitungkan biaya administrasi, menjawab
pajak, dan lain-lain. Uang yang ada pada rekening pertanyaan ini
Anda pada akhir tahun adalah sebesar Rp.
2.725.000,-
4. Berdasarkan pertanyaan diatas, jumlah uang a) Benar
direkening Anda setelah 10 tahun adalah b) Salah
Rp.4.072.237,- c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini
5. Tabungan dan deposito adalah instrumen simpanan a) Benar
perbankan yang berbeda. Deposito hanya dapat b) Salah
diambil saat jatuh tempo dan tabungan memberikan c) Saya kesulitan
bunga yang lebih kecil dari deposito. menjawab
pertanyaan ini
6. Investasi dengan tingkat pengembalian tinggi akan a) Benar
memiliki risiko yang tinggi b) Salah
c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini
7. Risiko dalam berinvestasi saham dapat dikurangi a) Benar
dengan membeli berbagai macam saham b) Salah
c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini
46

8. Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan biaya a) Benar


hidup meningkat b) Salah
c) Saya kesulitan
menjawab
pertanyaan ini

D. Pemilihan dan Penggunaan Produk dan Layanan Jasa Keuangan


Mengetahui Memiliki
No Jenis Produk dan Jasa Keuangan
Ya Tidak Ya Tidak
1. Tabungan
2. Deposito
3. Kredit tanpa Agunan
4. Kredit kendaraan bermotor
5. Investasi riil (toko, online shop dll)
6. Investasi pasar modal (saham)
7. Investasi pasar uang (forex)
8. Reksadana
9. Asuransi jiwa
10. Asuransi kesehatan
47

II. PENGELOLAAN KEUANGAN


Gitman (2002) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan dapat diartikan
sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya (money) dari unit individu ataupun
keluarga. Senduk (2004) mengatakan bahwa pengelolaan keuangan meliputi (1)
Membeli dan memiliki harta produktif, (2) Mengatur Pengeluaran, (3) Hutang dan
Kredit, (4) Tabungan dan Investasi dan (5) Asuransi.

Petunjuk Pengisian: Pilihlah satu jawaban yang menurut Anda paling


benar dengan memberikan tanda silang atau lingkaran pada pilihan abjad yang
tersedia. Internet atau di buku terkait. Identitas, hasil dan privasi lainnya akan dijaga
oleh peneliti dan hanya digunakan untuk kegiatan akademis.

No. Pertanyaan Jawaban


A. Membeli dan Memiliki Harta Produktif
1. Apakah Anda memiliki harta produktif? a. Ya
b. Tidak
2. Bagaimana Anda mengelola pendapatan a. Saya menyisihkan uang
Anda? untuk disimpan serta
dibelikan harta produktif
lalu menghabiskan uang
tersebut untuk kebutuhan
sehari-hari
b. Saya menghabiskan uang
untuk kebutuhan sehari-
hari lalu meyimpan sisa
uang tersebut untuk
ditabung dan dibelikan
harta produktif
c. Saya menghabiskan seluruh
sisa uang untuk kebutuhan
sehari-hari dan tidak
menyisakan apapun

B. Mengelola Pengeluaran
3. Saya membuat penganggaran atau a. Selalu
perencanaan terhadap pengeluaran Saya. b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
4. Selama satu tahun terakhir, Saya a. Selalu
mengalami kehabisan uang sebelum b. Sering
bulan/minggu berikutnya tiba. c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
C. Hutang dan Kredit
48

5. Selama satu tahun terakhir, Saya a. Selalu


melakukan peminjaman uang untuk b. Sering
memenuhi kebutuhan Saya. c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
6. Saya merasa kesulitan membayar hutang a. Selalu
Saya. b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
D. Investasi dan Tabungan
7. Selama satu tahun terakhir, Saya a. Selalu
menabung dari sisa uang b. Sering
bulanan/mingguan Saya. c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
8. Selama satu tahun terakhir, Saya a. Selalu
melakukan investasi dari sisa uang b. Sering
bulanan/mingguan Saya. c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
E. Asuransi
9. Saya mengikuti program asuransi a. Ya
b. Tidak
10. Saya menyisihkan uang saya setiap a. Selalu
minggu/bulan untuk membayar asuransi b. Sering
c. Kadang-kadang
d. Sangat Jarang
e. Tidak Pernah
49

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor, 28 Juni 2019. Lahir dari pasangan Achmad Syamsuri
Ishak dan Yayah Jumsiah dan menjadi anak pertama dari dua bersaudara. Penulis
menghabiskan masa kecil hingga dewasa di Kota Bogor. Pendidikan penulis
dimulai sejak tahun pada tahun 2002 di TKIT Yaa-Bunayya Bogor. Pada tahun
2003 – 2009 penulis menempuh pendidikan pada jenjang sekolah dasar di SD
Negeri Panaragan 2, kemudian pada tahun 2009 – 2012 menempuh pendidikan pada
jenjang sekolah mengengah pertama di SMP Negeri 7 Bogor. Selanjutnya penulis
melanjutkan pendidikan pada jenjang sekolah menengah atas pada tahun 2012 –
2015 di SMA Negeri 5 Kota Bogor, kemudian pada tahun 2015 penulis melanjutkan
studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada Program Studi Manajemen, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen melalui jalur SNMPTN.
Selama masa perkuliahan, penulis aktif pada berbagai kepanitian dan
organisasi. Penulis mulai bergabung kedalam organisasi himpunan profesi Centre
of Management (COM@) pada tahun 2016 sebagai staf On the Job Training (OJT)
pada Direktorat Finance. Selanjutnya pada tahun 2016/2017 menjadi staf
Direktorat Finance dan berhasil meraih gelar staff of the month serta menjadi staff
terajin. Dan terakhir pada tahun 2017/2018 penulis menjadi Wakil Presiden
Direktur COM@.

Anda mungkin juga menyukai