Anda di halaman 1dari 15

CRITICAL JOURNAL REVIEW

PENDIDIKAN PANCASILA

DOSEN PENGAMPU: WILFIHANI, M.Pd

OLEH

Nama Mahasiswa : Meilin Simalango

Nim : 4193331026

Kelas : Kimia Dik A 2019

Dosen Pengampu : Wilfihani, M.Pd

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila

PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN


ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat-Nya
maka penulis dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini tepat pada waktunya. Adapun tugas
ini adalah tugas dalam mata kuliah Pendidikan Pancasila. Pembuatan tugas ini adalah syarat
dalam memenuhi tugas-tugas dalam mata kuliah tersebut.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu yang telah
membimbing penulis dalam pembuatan tugas ini. Tidak lupa juga kepada kedua orangtua dan
teman teman yang telah memberikan dukungan dan suport kepada penulis sehingga dapat
menuntaskan pembuatan tugas ini.

Tugas ini adalah critical journal review dimana tugas ini adalah berisi hasil peneliian
merupakan salah satu strategi untuk bisa mempermudah memahami memahami inti dari
jurnal ataupun hasil dari penelitian yang telah dilakukan. Dan jurnal yang dikaji adalah jurnal
yang berkaitan dengan topik-topik perkuliahan.

Dalam pembuatan tugas ini tentu masih ada kekurangan, oleh karena itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sekalian. Agar dalam
pembuatan tugas kedepannya dapat lebih baik lagi.

Semoga tugas ini dapat bermanfaaat bagi banyak orang.

Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Medan, 22 November 2020

Penulis

DAFTAR ISI

2 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB 1 4
PENDAHULUAN 4
A.Latar Belakang 4
B. Tujuan dan Manfaat 4
C. Identitas Jurnal 4
BAB 2 6
RINGKASAN ISI JURNAL 6
A.JURNAL UTAMA 6
B.JURNAL PEMBANDING 12
BAB 3 16
PENILAIAN JURNAL 16
A.JURNAL UTAMA 16
B.JURNAL PEMBANDING 16
BAB 4 17
PENUTUP 17
A. KESIMPULAN 17
B.SARAN 17

BAB 1
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Jurnal merupakan suatu sumber referensi pembelajaran, oleh karena itu
mahasiswa diharapkan dapat mengkritisi sebuah jurnal dengan baik guna
meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk menganalisa, membandingkan, dan
menilai dari sebuah jurnal yang mendukung proses pembelajaran di tingkat
perkuliahan.

3 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


B. Tujuan dan Manfaat
●Untuk memenuhi tugas tugas matakuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan
●Mempermudah memahami hasil dari sebuah peneitian melalui jurnal
●Meningkatkan kreativitas mahasiswa.
●Menguatkan tekad dan membiasakan mahasiswa dalam mengerjakan tugas.
●Sebagai salah satu media pembelajaran.
●Sebagai contoh atau pedoman dalam menyusun bentuk karya tulis berupa jurnal.
●Mengetahui struktur penyusunan jurnal.

C. Identitas Jurnal
a. . Jurnal Utama

Nama Jurnal Seminar Nasional Multidisiplin 2018

Judul Jurnal PENDIDIKAN MULTIKULTURAL: PENGUATAN IDENTITAS


NASIONAL DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Penulis Abdul Rohman, Yenni Eria Ningsih

Nomor ISSN ISSN : 2654-3184

Tahun Terbit 29 September 2018

b. Jurnal Pembanding

Judul Jurnal PENGUATAN IDENTITAS NASIONAL MELALUI


PENDIDIKAN MULTIKULTURAL BERBASIS KEARIFAN
LOKAL
Penulis Ari Setiarsih

Lembaga Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan Program


Penerbit Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta

4 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


BAB 2
RINGKASAN ISI JURNAL
A.JURNAL UTAMA
1. Pendahuluan

Konsep awal revolusi industri 4.0 pertama kali dikenalkan oleh Profesor Klaus Schwab
yang merupakan seoran ahli ekonomi melalui bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial
Revolution”. Dalam bukunya Profesor Klaus menjelaskan, bahwa revolusi industri 4.0 telah
mengubah hidup, pola pikir dan cara kerja manusia. Dalam perkembangannya, revolusi
industri 4.0 ini memberikan tantangan sekaligus dampak bagi generasi muda bangsa
Indonesia. Revolusi industri 4.0 juga berdampak pada dunia pendidikan di Indonesia, dimulai
dengan digitalisasi sistem pendidikan yang mengharuskan setiap elemen dalam bidang
pendidikan untuk mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi. Salah satu contoh
adalah sistem pembelajaran di dalam kelas, pembelajaran yang semula diselenggarakan
secara langsung di kelas bukan tidak mungkin akan digantikan melalui sistem pembelajaran

5 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


secara tidak langsung atau melalui jaringan internet. Hal lain yang perlu kita ketahui bahwa
dalam era revolusi industri 4.0 yang kita alami saat ini, jarak dan batasan wilayah tidak
menjadi hambatan setiap manusia untuk mengetahui dan mengakses dunia luar. Dalam dunia
pendidikan, dengan adanya revolusi industri 4.0 memberikan dampak positif dengan semakin
maju dan berkembangnya sistem pembelajaran kita, akan tetapi juga memberikan dampak
negatif bagi dunia pendidikan kita apabila tidak mampu menjawab tantangan yang muncul di
era sekarang.
Berbagai permasalah yang ditimbulkan oleh gagalnya pemahaman mengenai konsep
pendidikan multikultural, menuntut kita sebagai generasi muda sekaligus agent of change
untuk memberikan solusi-solusi terbaik dalam meminimalisir dampak negatif tersebut. Dalam
hal ini diperlukan konsep pengembangan pendidikan yang berwawasan multikultural secara
benar agar mampu menghasilkan generasi muda yang mempunyai kesadaran pluralisme [1].
Karena nilai utama dalam pendidikan multikultural adalah apresiasi tertinggi terhadap
pluralitas budaya yang ada dalam masyarakat, pengakuan terhadap bumi atau alam
semestanya dan berperan positif dalam meningkatkan identitas nasional sebagai bangsa
Indonesia. Melalui pemahaman pendidikan multikultural yang benar, dimulai dari kurikulum
berbasis multikultural, inovasi mata pelajaran pendidikan multikultural di setiap jenjang
pendidikan, peran guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai multikultural atau
keberagaman di sekolah, menumbuhkan sikap kepedulian sosial sejak dini pada siswa,
sensitifitas terhadap diskriminasi. Selain itu guru juga dapat mengintegrasikan konten yang
diberikan dalam hal ini pemanfaat teknologi yang berkembang seperti media televisi dan juga
media sosial sehingga konsep pendidikan multikultural akan dapat diterapkan oleh generasi
muda kita serta dapat menumbuhkan kembali identitas nasional yang mulai luntur di era
revolui industri 4.0. Pemahaman pendidikan multikultural bagi generasi muda kita memang
sangat penting dalam menumbuhkan identitas nasional, karena pada era revolusi industri 4.0
sendiri salah satu kompetensi yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah kemampuan
generasi muda untuk memecahkan masalah (problem solving). Dalam hal ini permasalahan-
permasahalan yang ditimbulkan dari gagalnya pendidikan multikultural di era revolusi
industri 4.0. Melihat berbagai permasalah yang telah dibahas, penulis memfokuskan pada
konsep pendidikan multikultural dalam pendidikan guna membangun kembali identitas
nasional generasi muda untuk dapat menjawab tantangan dan berbagai permasalah di era
revolusi industri 4.0. Sehingga dalam penulisan ini, penulis mengambil judul Pendidikan
Multikultural: Penguatan Identitas Nasional di Era Revolusi Industri 4.0.

2. Metode Penelitian

Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan
menggunakan pendekatan kepustakaan. Menurut Kirk dan Miller, Menjelaskan bahwa
penelitian kualitatif ialah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara
fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan
berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.
Sedangkan pendekatan kepustakaan adalah kajian yang menggunakan analisis data
berdasarkan bahan tertulis, bahan kepustakaan berupa catatan yang terpublikasikan, buku,
majalah, surat kabar, naskah, jurnal ataupun artikel

3.Pembahasan

6 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Revolusi Industri 4.0 : Tantangan dan Problematika Pendidikan di Indonesia
Sejarah revolusi industri sendiri berjalan dengan berbagai tahap, dimulai dengan revolusi
industri 1.0, 2.0, 3.0, hingga 4.0 yang sedanng kita alami saat ini. revolusi industri 4.0 sendiri
pertama dicetuskan oleh pemerintah Jerman untuk mempromosikan komputerisasi
manufaktur. Tantangan pendidikan Indonesia sendiri adalah bagaimana pendidikan lebih
berniovasi dan kreatif dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada, pendidikan
yang memiliki nilai-nilai karakteristik budaya lokal. Heckeu et al menambahkan bahwa
tantangan revolusi industri 4.0 ini juga memberikan perubahan terhadap sistem sosial dalam
pendidikan di Indonesia dan juga dalam masyarakat. Pertama, perubahan demografi dan nilai
sosial. Kedua, pertumbuhan kompleksitas proses yang meliputi; ketereampilan teknis,
pemahaman proses, motivasi belajar, toleransi, pengambilan keputusan, penyelesaian
masalah dan keterampilan analisis.
Faktor-faktor dasar yang menyebabkan munculnya berbagai tindakan kekerasan dapat
dirumuskan sebagai berikut (Armando Ariyanto, 1998): 1. Kesenjangan atau kecemburuan
sosial yang tidak dapat dipecahkan dengan penggusuran atau menghilangkan orang lain 2.
Memperjuangkan demokrasi dan keadilan, walaupun antara demokrasi dan kekerasan adalah
sebuah kontradiksi. Karena demokrasi merupakan perwujudan kebebasan dalam mencapai
keadilan, sedangkan kekerasan justru menyebarkan ketakutan dan konflik yang tidak
menentu yang lebih berakar pada sempitnya pandangan individu. 3. Kekerasan bagian dari
skala besar reformasi dan pembangunan bangsa. 4. Kekerasan merupakan tindakan spontan
emosional individu atau kelompok 5. Konflik agama, organisasi, kelompok, suku, dan
fanatisme yang berlebihan.
Adapun faktor-faktor lain yang menyebabkan hilangnya identitas nasional bangsa Indonesia
adalah: 1. Permasalahan dengan negar-negara lain 2. Percampuran antara bahasa Indonesia
dengan bahasa asing atau bahasa daerah 3. Kecenderungan untuk lebih bangga menggunakan
apapun yang berasal dari luar 4. Lunturnya semangat generasi muda untuk mewarisi budaya
asli Indonesia 5. Kurangnya pemahaman mengenai pentingnya identitas nasional 6.
Terbukanya akses untuk mengetahui berbagai kebudayaan yang ada diluar Indonesia. Dengan
berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, nyatanya masih terdapat berbagai
permasalahan yang menghambat kemajuan pendidikan di Indonesia. salah satu upaya untuk
mencegah dan meminimalisir berbagai permasalahan tersebut adalah dengan pendidikan
multikultural yang benar akan membentuk identitas nasional Indonesia yang kuat. Karena
pendidikan multikultural disini berperan penting bagaimana membentuk individu atau
kelompok yang mempunyai nilai-nilai toleransi yang tinggi. Memberikan karakteristik sesuai
budaya Indonesia untuk memperkuat identitas nasional dikalangan pelajar dan generasi muda
kita dalam menghadapi tantangan di era revolusi industri 4.0.
Pendidikan Multikultural dan Identitas Nasional
Multikultural adalah kebudayaan, pengertian dalam kebudayaan menurut para ahli sangat
beragam, namun dalam konteks ini kebudayaan dilihat dalam perspektif fungsinya adalah
sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Dalam konteks perspektif kebudayaan tersebut,
maka multikultural adalah bentuk pandangan yang mengedepankan asas kebersamaan,
pandangan ini umumnya dipengaruhi dari realitas sejarah dan kondisi dari berbagai
perbedaan yang dapat dijadikan alat atau wahana untuk meningkatkan derajat manusia dan
kemanusiaanya
Lawrence Blum membagi tiga elemen dalam pendidikan multikultural, pertama, menegaskan
identitas kultural seseorang, mempelajari dan menilai warisan budaya seseorang. Kedua,
menghormati dan berkeinginan untuk memahami serta belajar tentang etnik atau kebudayaan-
kebudayaan selain kebudayaannya. Ketiga, menilai dan merasa senang dengan perbedaan
kebudayaan itu sendiri; yaitu memandang keberadaan dari kelompok-kelompok budaya yang
berbeda dalam masyarakat seseorang sebagai kebaikan yang positif untuk dihargai dan

7 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


dipelihara [9]. Hal lain dijelaskan oleh Callary Sada bahwa pendidikan multikultural itu
mempunyai empat makna: 1. Pengajaran tentang keragaman budaya sebuah pendekatan
asimilasi kultural 2. Pengajaran tentang berbagai pendekatan dalam tata hubungan sosial 3.
Pengajaran untuk memajukan nilai pluralisme tanpa membedakan status sosial dalam
masyarakat 4. Pengajaran tentang refleksi keragaman untuk meningkatkan nilai pluralisme
dan nilai persamaan.
Penguatan Pendidikan Multikultural dan Identitas Nasional Era Revolusi Industri 4.0
Pada era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini, berdampak pada semakin berkembangnya
berbagai aspek kehidupan dalam lingkungan masyarakat, mulai dari bidang ekonomi, sosial,
budaya, pendidikan, dan politik. Hal tersebut dipengaruhi oleh semakin majunya ilmu dan
teknologi yang digunakan manusia. Pada kondisi sekarang menciptakan pola ketergantungan
antara sesama manusia, dan wilayah, karena pada era saat ini batasan wilayah sudah bukan
menjadi penghalang untuk saling berinteraksi dan bertukar budaya antar sesama manusia,
golongan, dan wilayah. Melihat kondisi tersebut dan segala permasalahan serta tantangan
yang dihadapi bangsa Indonesia utamanya dalam hal pendidikan, mengharuskan pendidikan
di Indonesia untuk terus berkembang dan mampu bersaing dengan bangsa lain, dimana
diperlukannya pendidikan yang kreatf, inovatif dan berorientasi pada pemanfaatan teknologi.
Salah satu permasalahan utama pendidikan di Indonesia di era revolu industri 4.0 ini adalah
pendidikan multikultural mampu menjadi pemecah berbagai masalah pendidikan di Indonesia
seperti tawuran, paham radikalisme, diskriminasi, stereotipe budaya, toleransi, dan tindakan
kriminal yang dilakukan oleh anak usia sekolah. Dampak langsung dari berbagai
permasalahan tersebut adalah semakin lunturnya identitas nasional sebagai bangsa Indonesia.
Salah satu upaya atau konsep awal dalam penanganan masalah dan tantangan pendidikan di
Indonesia pertama bagaimana proses penanaman nilai etika dalam diri anak usia sekolah atau
generasi muda Indonesia, ada beberapa aspek yang dipadang penting dipertimbangkan
berkenaan dengan pemilihan etika dalam konteks pluralisme atau hubungan antar sesama
manusia. Pertama, karena masalah hubungan sosial antar sesama manusia merupakan wilayah
kajian etika, yakni bagaimana sikap manusia memperlakukan manusia lain yang berbeda latar
belakang. Kedua, dari segu etika sendiri menekankan bahwa etika sangat penting karena
merupakan solusi untuk dalam mengatasi berbagai pertimbangan, keputusan, dan kepastian
moral secara rasional dan objektif tentang hal-hal yang harus dilakukan dalam bersosial
dalam lingkungan baik di lingkungan keluarga, pendidikan, dan masyarakat
Hal tersebut senada dengan karya dari K.H Hasyim Asy’ari tentang pendidikan, yakni kitab
Adab Al-Alim Wa al-Muta’alim Fima Yahtaj Ilah al-Muta’alim Fi Ahuwal Ta’allum wa mat
Yataqaffu’allim Fi Maqamat Ta’alimih. Kitab tersebut berisikan etika pengajar dan pelajar
dalam hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pelajar selama belajar. Bahwa dalam
permasalahan pendidikan hal utama yang harus diperhatikan adalah bagaimana proses
pendidikan etika, dalam hal ini pendidikan etika sangat diperlukan dalam membentuk
generasi muda yang multikultural serta menjunjung tinggi toleransi antar sesama manusia.
Kitab tersebut juga digunakan untuk menanamkan nilai moral, seperti menjaga tradisi yang
baik dan perilaku santun dalam masyarakat. Akan tetapi, dalam artian ini bukan untuk
menolak kemajuan atau menolak perubahan zaman seperti perubahan yang terjadi dalam
revolusi industri 4.0. Mengajarkan bagaimana melestarikan nilai-nilai lokal yang baik dan
mengambil nilai-nilai baru yang lebih baik.Kitab Adab al-Alim wa al-Muta’alim sendiri
terdiri atas delapan bab yang membahas mengenai etika, yakni: 1. Keutamaan imu dan
ilmuwan serta keseluruhan belajar mengajar; 2. Etika yang harus diperhatikan dalam belajar
mengajar; 3. Etika seorang murid terhadap guru; 4. Etika seorang murid terhadap pelajaran
dan hal-hal yang harus dijadikan pedoman bersama guru; 5. Etika yang harus dipegang guru;
6. Etika guru ketika dan akan mengajar; 7. Etika guru terhadap murid-muridnya; 8. Etka
terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya.

8 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Untuk mengatasi berbagai tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia era revolusi
industri 4.0, pengintegrasian pendidikan multikultural dengan identitas nasional dapat
dilakukan dengan cara berikut ini: 1. Integrasi pendidikan multikultural dengan berbasis
local wisdom dalam desain kurikulum. Maka pendekatan multikultural untuk kurikulum
diartikan sebagai suatu prinsip yang menggunakan keragaman kebudayaan peserta didik
dalam mengembangkan filosofi, misi, tujuan, dan komponen kurikulum, serta lingkungan
belajar sehingga siswa dapat menggunakan kebudayaan pribadinya untuk memahami dan
mengembangkan berbagai wawasan, konsep, keterampilan, nilai, sikap, dan moral yang
diharapkan. Teori belajar dalam kurikulum multikultural yang memperhatikan keragaman
sosial, budaya, ekonomi, dan politik tidak boleh lagi hanya mendasarkan diri pada teori
psikologi belajar yang bersifat individualistik dan menempatkan siswa dalam suatu kondisi
value free, tetapi harus pula didasarkan pada teori belajar yang menempatkan siswa sebagai
makhluk sosial, budaya, politik, dan hidup sebagai anggota aktif masyarakat, bangsa, dan
dunia. 2. Optimalisasi pendidikan kewarganegaraan dalam upayanya memperkuat identitas
nasional dengan berlandaskan multikultural dan local wisdom yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia. 3. Penempatan pendidikan multikultural sebagai filosofi pendidikan, pendekatan
pendidikan, bidang kajian dan bidang studi [15]. Penempatan pendidikan multikultural
sebagai falsafah pendidikan memiliki arti bahwa pandangan terhadap kekayaan keberagaman
budaya Indonesia hendaknya dimanfaatkan sebaikbaiknya untuk mengembangkan dan
meningkatkan sistem pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar di Indonesia. Pendidikan
multikultural sebagai pendekatan pendidikan berarti penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendidikan yang kontekstual dan memperhatikan keragaman budaya Indonesia. Pendidikan
multikultural sebagai bidang kajian dan bidang studi berarti disiplin ilmu yang dibantu oleh
sosiologi dan antropologi pendidikan untuk menelaah dan mengkaji aspek-aspek kebudayaan,
terutama nilai-nilai budaya dan perwujudannya untuk atau dalam penyelenggaraan dan
pelaksanaan pendidikan. Melalui penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural yang benar,
diharapkan generasi muda Indonesia yang merupakan penerus bangsa mampu menjawab
berbagai tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0. Membentuk generasi muda yang
kreatif, inovatif, berkarakter, berintegritas dan menjunjung tinggi toleransi sesuai dengan
nilai-nilai identitas nasional sebagai bangsa Indonesia dengan segala keanekaragaman
budayanya.

9 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


B.JURNAL PEMBANDING

A. PENDAHULUAN Dewasa ini Indonesia dihadapkan pada beberapa persoalan seperti


krisis identitas, konflik horizontal, konflik multikultur, disintegrasi bangsa, instabilitas
politik, kekerasan, dan kriminalitas sebagai gejala krisis multidimensional. Hal yang tak
kalah penting adalah lunturnya nilai-nilai kebangsaan, nilai-nilai kebudayaan dan nilai-nilai
moral dikalangan generasi muda. Gejala kemerosotan moral dapat dilihat dari beberapa
fenomena sosial seperti kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, seks bebas, tawuran
pelajar, kebiasaan merokok, aksi kriminal dan kasus kenakalan remaja lainnya. Badan
Narkotika Nasional menunjukkan data bahwa tersangka narkoba kategori pelajar pada tahun
2013 mengalami kenaikan dengan persentase 61,29% yaitu dari 695 orang yang ditangkap
pada tahun 2012 menjadi 1.121 orang pada tahun 2013 (BNN, 2014).

Hal yang krusial lainnya adalah lunturnya nilai-nilai kebangsaan dan nilainilai budaya
bangsa. Fenomena sosial menunjukkan bahwa saat ini kegiatan gotong royong, musyawarah
untuk mufakat, dan rasa saling menghargai semakin hilang dikalangan generasi muda dan
masyarakat secara luas. Budaya sopan santun, tolong menolong, kerukunan, toleransi,
solidaritas sosial, saling menghargai semakin hanyut dilanda derasnya arus modernisasi dan
globalisasi.

Guna memperkokoh identitas nasional, maka penyelenggaraan sistem pendidikan dapat


mengadopsi semangat multikultural yang berakar pada nilai-nilai kearifan lokal. Pendidikan
multikultural berbasis kearifan lokal adalah pendidikan yang melindungi, menghargai, dan
memelihara kearifan lokal untuk memperkuat identitas nasional dalam bangunan
kemajemukan bangsa. Melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal diharapkan
akan lahir dan berkembang generasi penerus bangsa yang memiliki karakter
kewarganegaraan multikutural untuk memperkuat identitas nasional bangsa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis bermaksud memaparkan kajian secara konseptual tentang
penguatan identitas nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal. Karya
tulis ini bertujuan untuk menggambarkan strategi yang dapat dilakukan untuk memperkuat
identitas nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal. Metode penelitian
yang digunakan dalam karya tulis ini adalah metode kepustakaan (library research) yang
dilakukan dengan mengkaji ilmu secara teoritik dan didukung data-data yang relevan.

B. PEMBAHASAN

10 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Identitas Nasional Bangsa Indonesia

Identitas nasional berasal dari kata identity yang berarti ciri, tanda atau jati diri yang melekat
pada sesuatu yang membedakan dengan yang lain dan kata nasional yang berarti kelompok
lebih besar yang diikat oleh kesamaan fisik seperti budaya, agama, dan bahasa dan kesamaan
non fisik seperti keinginan, cita-cita dan tujuan (Widodo, dkk. 2015: 2-3). Pada hakikatnya
identitas nasional merupakan manifestasi nilai-nilai budaya yang tumbuh dan berkembang
dalam berbagai aspek kehidupan dengan suatu ciri khas yang menjadikannya berbeda dengan
bangsa lain (Monteiro, 2015: 27). Dengan demikian, identitas nasional menunjuk pada jati
diri yang bersumber dari nilai-nilai budaya suatu bangsa sehingga identitas nasional memiliki
hubungan yang erat dengan kebudayaan nasional.

Unsur-unsur pembentuk identitas nasional, meliputi (Rahayu, 2007: 66-68): 1. Suku bangsa
yaitu kelompok sosial dan kesatuan hidup yang mempunyai sistem interaksi, sistem norma,
kontinuitas, dan rasa identitas yang mempersatukan semua anggota dan memiliki sistem
kepemimpinan sendiri. 2. Agama yang tumbuh dan berkembang di Indonesia antara lain
Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Kong Hu Cu. 3. Bahasa yaitu anak kebudayaan
yang menjadi sarana manusia untuk meneruskan nilai-nilai budaya dari generasi ke generasi.
4. Budaya nasional. Kebudayaan adalah kegiatan dan penciptaan batin manusia berisi nilai
yang dijadikan sebagai rujukan hidup. 5. Wilayah nusantara yaitu wilayah Indonesia yang
terdiri dari beribu-ribu pulau yang terbentang dikhatulistiwa. 6. Ideologi Pancasila sebagai
ideologi dan dasar negara.

Selanjutnya unsur identitas nasional dirumuskan menjadi 3 bagian yaitu: 1. Identitas


fundamental, yaitu Pancasila sebagai falsafah bangsa, dasar negara dan ideologi negara. 2.
Identitas instrumental, yaitu UUD 1945 dan tata perundangannya, bahasa Indonesia, lambang
negara, bendera negara, lagu kebangsaan“Indonesia Raya”. 3. Identitas alamiah, yaitu ruang
hidup bangsa sebagai negara kepulauan yang pluralis dalam suku, bahasa, agama, dan
kepercayaan (Rahayu, 2007: 68-69).

Konsep dan Tujuan Pendidikan Multikultural Kemajemukan dalam bidang budaya, ras, suku,
agama, bahasa, sumber daya merupakan tantangan bagi identitas nasional Indonesia. Jika
dapat dikelola dengan baik, maka kemajemukan akan mendatangkan kemakmuran dan
memperkokoh persatuan dan kesatuan. Akan tetapi, jika tidak dapat dikelola dengan baik,
maka kemajemukan berpotensi menimbulkan disintegrasi bangsa dan instabilitas

11 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


multidimensional. Oleh karena itu, kemajemukan menuntut sikap dan perilaku masyarakat
Indonesia yang berwawasan multikultural dan bertoleransi tinggi.

Pendidikan multikultural merupakan salah satu langkah dalam merespon multikulturalisme.


Banks (dalam Maulani, 2012: 32) mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai konsep,
ide atau falsafah dari suatu rangkaian kepercayaan (set of believe) dan penjelasan yang
mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis di dalam membentuk gaya
hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan-kesempatan pendidikan dari
individu, kelompok maupun negara. Dengan kata lain, pendidikan multikultural merupakan
pendidikan yang menjunjung tinggi persamaan hak, harkat dan martabat individu atau
kelompok sebagai respon terhadap keberagaman dalam masyarakat majemuk.

Kearifan Lokal Sebagai Jati Diri Bangsa Kebudayaan lokal yang dimiliki setiap daerah
merupakan pilar kebudayaan nasional. Kebudayaan lokal atau yang disebut kearifan lokal
(local wisdom) adalah usaha manusia dengan menggunakan akal budinya (kognisi) untuk
bertindak dan bersikap terhadap sesuatu, objek, atau peristiwa yang terjadi dalam ruang
tertentu (Ridwan, 2007: 28). Sementara itu, Wagiran (2012: 330) mendefinisikan kearifan
lokal diantaranya: 1) kearifan lokal adalah sebuah pengalaman panjang, yang diendapkan
sebagai petunjuk perilaku seseorang; 2) kearifan lokal tidak lepas dari lingkungan
pemiliknya; dan 3) kearifan lokal bersifat dinamis, lentur, terbuka, dan senantiasa
menyesuaikan dengan zamannya. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal
adalah kemampuan manusia menggunakan akal budi sesuai dengan lingkungannya sebagai
pedoman hidup yang bersifat dinamis dan fleksibel dalam berinteraksi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya.

Kesadaran terhadap urgensi kearifan lokal dapat digali melalui proses pendidikan yang
disebut pendidikan berbasis kearifan lokal. Pendidikan berbasis kearifan lokal adalah
pendidikan yang mengajarkan peserta didik untuk selalu lekat dengan situasi konkret yang
mereka hadapi. Pilar pendidikan kearifan lokal menurut Suwito (dalam Wagiran, 2012: 333)
meliputi: 1) membangun manusia berpendidikan harus berlandaskan pengakuan eksistensi
manusia sejak dalam kandungan; 2) pendidikan harus berbasis kebenaran dan keluhuran budi;
(3) pendidikan harus mengembangkan ranah moral, spiritual bukan sekedar kognitif dan
ranah psikomotorik; dan (4) sinergitas budaya, pendidikan dan pariwisata perlu
dikembangkan secara sinergis dalam pendidikan yang berkarakter.

Penguatan Identitas Nasional melaui Pendidikan Multikultural Berbasis Kearifan Lokal

12 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


Sistem pendidikan yang berakar pada kebudayaan nasional adalah sistem pendidikan yang
dinilai tepat untuk mengajarkan ilmu pengetahuan tentang kemajemukan bangsa.Integrasi
pendidikan dan kebudayaan nasional akan memperkokoh identitas nasional yang dapat
menumbuhkan rasa kebanggaan, sikap nasionalisme dan sikap patriotisme terhadap bangsa
dan negara. Hal ini tentu akan memperkuat persatuan dan kesatuan dalam bingkai satu nusa,
satu bangsa, dan satu bahasa. Oleh karena itu, integrasi pendidikan multikultural dan
pendidikan berbasis kearifan lokal memiliki kontribusi yang penting karena kearifan lokal
atau local wisdom adalah pilar dari kebudayaan nasional yang diadopsi menjadi nilai-nilai
luhur Pancasila.

Penguatan identitas nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal


bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang memiliki kesadaran kewarganegaraan
multikultural yaitu warga negara yang sadar terhadap arti penting identitas nasional,
persamaan harkat dan martabat manusia, serta penghargaan terhadap keberagaman dan
kebhinekaan dengan tetap mengakui, melindungi dan memelihara nilai-nilai kearifan lokal
dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini dapat
dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya: 1. Integrasi pendidikan multikultural berbasis
kearifan lokal dalam desain kurikulum. 2. Optimalisasi pendidikan kewarganegaraan berbasis
multikultural dan kearifan lokal. 3. Penempatan pendidikan multikultural sebagai falsafah
pendidikan, pendekatan pendidikan, bidang kajian dan bidang studi.

C. KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan di atas, dapat direduksi beberapa konklusi dalam karya tulis ini,
bahwa penguatan identitas nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal
dapat dilakukan melalui beberapa cara, diantaranya:1) Integrasi pendidikan multikultural
berbasis kearifan lokal dalam desain kurikulum yang dilakukan melalui 4 pendekatan yaitu
pendekatan kontribusi, aditif, transformasi, dan aksi sosial; 2) Optimalisasi pendidikan
kewarganegaraan berbasis multikultural dan kearifan lokal melalui pengajaran wawasan
kebangsaan berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal yang didukung dengan ilmu pengetahuan
sebagaialat pengendali konflik antar budaya daerah; 3) Penempatan pendidikan multikultural
sebagai falsafah pendidikan, pendekatan pendidikan, bidang kajian dan bidang studi.

13 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


BAB 3
PENILAIAN JURNAL
A.JURNAL UTAMA
Kelebihan ●Metode yang dilakukan lumayan tepat pemilihannya, untuk
mengumpulkan data tentang seputar identitas nasional dan pendidikan
multikultural di Indonesia

●Jurnal ini mendeskripsikan secara lengkap mengenai kajian teorinya.

●Materi yang disampaikan sangat berbobot dan bagus, sehingga cocok


digunakan sebagai sumber referensi belajar.
Kekuranga ●Menurut saya daftar pustakanya kurang banyak.
n
● Materinya hanya berupa tulisan dan bacaan semata sehingga pembaca
cepat bosan terhadap jurnal.

B.JURNAL PEMBANDING
Kelebihan ●Metode yang dilakukan lumayan tepat bagus, untuk mengumpulkan data
tentang Pendidikan Multikultural berbasis Kearifan Lokal

● Jurnal ini mendeskripsikan cukup lengkap mengenai isi penelitian

●Materi yang disampaikan dan bagus, sehingga cocok digunakan sebagai


sumber referensi belajar.

Kekuranga ●Daftar pustakanya terlalu sedikit.


n
●Tidak ada identitas jurnal yang lengkap seperti nomor volume, nomor
ISSN,edisi terbit dan waktu terbit.

● Materinya hanya berupa tulisan dan bacaan semata sehingga pembaca cepat
bosan terhadap jurnal.

14 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


BAB 4
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal sangat diperlukan dan dilaksanakan olen
Bangsa Indonesia ini, karena hal tersebut akan menandakan seberapa kita mencintai tanah air
kita ini. Hendaknya pendidikan multikultural ini mu;ai ditanamkan kepada seluruh pelajar
mulai dari tingkat yang paling rendah dalam jenjang satuan pendidikan yaitu Sekolah Dasar.
Kemudian pada perguruan tinggi dilakukan spesialisasi keilmuan agar penerapan nilai-nilal
dan Identitas Nasional Bangas Indonesia dapat diterapkan lebih baik lagi. Penguatan identitas
nasional melalui pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal dapat dilakukan melalui
beberapa cara, diantaranya:1) Integrasi pendidikan multikultural berbasis kearifan lokal
dalam desain kurikulum yang dilakukan melalui 4 pendekatan yaitu pendekatan kontribusi,
aditif, transformasi, dan aksi sosial; 2) Optimalisasi pendidikan kewarganegaraan berbasis
multikultural dan kearifan lokal melalui pengajaran wawasan kebangsaan berdasarkan nilai-
nilai kearifan lokal yang didukung dengan ilmu pengetahuan sebagaialat pengendali konflik
antar budaya daerah; 3) Penempatan pendidikan multikultural sebagai falsafah pendidikan,
pendekatan pendidikan, bidang kajian dan bidang studi.

B.SARAN
Hendaknya penelitian semacam ini terlebih mengenai Identitas nasional dan Konsepsi
wawasan Kebangsaan harus diperbanyak lagi di banyak daerah di Indonesia. Karena
wawasan kebangsaan merupakan modal utama kita dalam mempertahankan budaya kita
sebagai identitas nasional. Kita harus bangsa sebagai bangsa yang majemuk dan beragam
Dan kepada para pelajar dan mahasiswa agar dapat menjaga dan mengawal terciptanya dan
terealisasinya nilai-nilai luhur pancasila di tengah-tengah masyarakat. Karena masyarakat itu
sendiri adalah hati dan pikiran dari masyarakat Indonesia yang harus tanggap dan kritis dalam
berbangsa dan bernegara.

15 | PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

Anda mungkin juga menyukai