A. Pengertian
Siklus pelaporan keuangan dimulai dari penyusunan neraca saldo yang merupakan
rangkuman dari saldo-saldo tiap buku besar dari masing-masing siklus transaksi. Setelah
menyelesaikan neraca saldo masih terdapat beberapa tahapan lanjutan untuk sampai pada
sebuah laporan keuangan yang final. Penyusunan neraca saldo ini merupakan bagian awal dari
penyusunan neraca lajur. Siklus pelaporan keuangan berakhir dengan penyajian laporan
keuangan, penutupan pembukuan, dan penyusunan neraca saldo akhir tahun yang menjadi
saldo awal tahun berikutnya.
Neraca lajur merupakan kertas kerja yang terdiri dari baris dan kolom sebagai dasar
untuk menyusun laporan keuangan akhir. Dalam praktiknya, dalam sebuah proses akuntansi
tahapan ini bersifat opsional.jika diperlukan boleh dibuat dan jika tidak maka tahapan ini boleh
juga diabaikan. Namun demikian untuk kepentingan proses belajar mengajar akuntansi dasar
tahapan ini selalu disajikan sebagai bahan yang tidak kalah penting. Hal itu dilakukan mengingat
para pemula tidak begitu mudah memahami penyusunan laporan keuangan yang langsung dari
saldo-saldo buku besar.
Neraca lajur memiliki 7 kolom utama. Lima kolom terakhir masing-masing dibagi
menjadi dua kolom debet dan kredit sehingga secara keseluruhan neraca lajur menjadi 13
kolom. Nama-nama kolom dan petunjuk umum penggunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut
a. Nomor akun. Nomor akun merupakan nomor identifikasi akun yang dirancang untuk
mengenali akun yang digunakan. Nomor-nomor ini sangat penting dalam proses akuntansi,
terutama jika proses akuntansi dikerjakan dengan bantuan perangkat lunak komputer
akuntansi.
b. Nama akun. Nama akun berasal dari nama-nama buku besar yang ada dari tiap-tiap siklus
transaksi. Nama dan nomor akun biasanya dirancang dalam satu paket yang disebut bagan akun.
c. Neraca saldo. Sampai dengan kolom ini boleh diadopsi dari neraca saldo seperti yang
diperlihatkan di atas. Mulai dari kolom ini sampai dengan kolom-kolom neraca lajur berikutnya
selalu terbagi dalam kolom-kolom debet dan kredit. Kolom debet diisi dengan angka saldo debet
dari buku besar dan kolom kredit diisi dengan angka saldo kredit dari buku besar.
d. Penyesuaian. Kolom ini digunakan untuk mencatat hal-hal yang harus disesuaiakn pada saldo
menurut neraca saldo. Penyesuaian tersebut dapat berupa penambahan dan pengurangan dari
saldo menurut neraca saldo yang diuraikan di atas. Misalnya saldo piutang, menurut neraca
saldo Rp1.000,-. Setelah dihitung kembali ternyata saldo piutang yang benar Rp750,-. Karena
saldo piutang terlalu besar menurut neraca saldo maka untuk membenarkannya piutang harus
dikurangi Rp250,-. Pengurangan ini dapat dilakukan melalui pengkreditan piutang yang
bersangkutan dalam kolom kredit penyesuaian sebesar selisih antara saldo menurut buku besar
dengan saldo menurut perhitungan terakhir.
e. Neraca saldo yang disesuaikan. Kolom ini digunakan untuk mengisi hasil penjumlahan dan
pengurangan antara saldo akun menurut kolom neraca saldo dan kolom penyesuaian. Misalnya
dari contoh piutang di atas. Saldo piutang Rp1.000,- dalam kolom debet neraca saldo, dikurangi
dengan kredit piutang dalam kolom penyesuaaian Rp250,-, maka saldo piutang menurut neraca
saldo disesuaikan menjadiRp750,- yang berasal dari Rp1.000,- -- Rp250,-
f. Laba rugi. Kolom ini juga terdiri dari kolom debet dan kolom kredit. Kolom kredit digunakan
untuk memindahkan saldo akun pendapatan yang sudah disesuaikan. Kolom debet digunakan
untuk memindahkan saldo biaya/beban yang sudah disesuaikan dari kolom neraca saldo yang
disesuaikan. Dalam tahapan ini tidak ada perhitungan. Pekerjaannya hanya memindahkan
angka-angka dari kolom kredit pada neraca saldo disesuaiakan ke kolom krdit laba rugi. Cara
yang sama dilakukan untuk angka-angka yang ada di kolom debet.
g. Neraca. Seperti kolom-kolom angka lainnya kolom ini juga dapat dibagi menjadi dua, yaitu
kolom debet dan koloom kredit. Cara pengisinannya sama dengan kolom laba rugi.
Perbedaannya dalam kolom neraca dipindahkan angka-angka aktiva, kewajiban, dan ekuitas
yang tidak pindah ke kolom laba rugi. Angka –angka pendapatan dan biaya/beban dari kolom
neraca saldo yang disesuaikan yang sudah dipindahkan ke kolom-kolom laba rugi tidak boleh lagi
dipindahkan ke kolom neraca.
h. Baris total dan laba rugi. Setelah pengisian kolom-kolom selesai, pekerjaan selanjutnya
adalah menjumlahkan sisi debet dan sisi kredit pada tiap kolom harus sama hasil
penjumlahannya.
i. Khusus kolom laba rugi dan kolom neraca umumnya sisi kredit dan sisi debetnya tidak sama
jumlahnya pada penjumlahan pertama. Teruskan saja menjumlahkan sisi debet dan kredit tiap
kolom tersebut. Hitung selisih sisi kredit dan debet kolom laba rugi. Tempatkan selisih
penjumlahan tersebut pada salah satu sisi debet atau kredit – dimana yang lebih kecil. Lakukan
cara yang sama untuk kolom neraca.
j. Selisih sisi kredit dan sisi debet di kolom laba rugi harus sama dengan selisih sisi kredit dan sisi
debet di kolom neraca. Tetapi jika dalam kolom laba rugi terdapat sisi kredit yang lebih besar
jumlahnya, maka dalam kolom neraca sisai debet harus lebih besar jumlahnya. Sebaliknya jika
dalam kolom laba rugi terdapat sisi debet yang lebih besar jumlahnya, maka dalam kolom
neraca sisi kredit harus lebih besar jumlahnya.
k. Sebagai ilustrasi (Debet > Kredit), misalnya:
1. Jika sisi kredit dalam kolom laba rugi lebih besar maka berarti perusahaan mendapat laba.
Sebaliknya jika kolom debet lebih besar maka berarti perusahaan menderita rugi. Tuliskan
nama akun Laba Rugi pada baris yang sejajar dengan selisih tersebut di kolom nama akun
Jika terjadi perbedaan selisih kolom antara dua perhitungan 10 dan 11 tersebut maka berarti
ada kesalahan dalam proses sebelumnya. Silakan hitung kembali, atau telusuri penempatan
angka pada tiap akun.
Usahakan untuk selalu mereview neraca lajur yang baru saja diselesaikan sebelum masuk
pada tahapan pekerjaan berikutnya. Angka-angka yang sama pada sisi kredit dan sisi debet pada
tiap kolom tidak selalu menjadi jaminan bahwa pekerjaan tersebut sudah benar seluruhnya.
Setiap kolom dalam neraca lajur menjadi dasar perhitungan untuk menetukan nilai pada
kolom-kolom berikutnya. Kolom neraca saldo dan penyesuaian menjadi dasar perhitungan
untuk kolom neraca saldo yang disesuaikan. Kolom neraca saldo yang disesuaikan menjadi dasar
untuk mengisi kolom-kolom laba rugi dan kolom-kolom neraca.
B. Neraca saldo
Neraca saldo merupakan sebuah kertas kerja yang berisi daftar nama akun beserta
saldonya. Ikhtisar ini memuat nomor akun, nama akun dan kolom-kolom debet dan kredit.
Pengisian kolom debet dan kredit disesuaikan dengan saldo sesungguhnya yang terjadi dalam
tiap buku besar.
Untuk menghindari kesalahan proses akuntansi lebih lanjut maka sebaiknya melakukan
pengecekan ulang jika menemukan saldo buku besar yang berbeda dengan ketentuan saldo
normal dalam neraca saldo. Misalnya dalam ketentuan saldo normal ditetapkan bahwa piutang
bersaldo normal debet. Jika dalam pemindahan saldo buku besar ke dalam neraca saldo
ditemukan piutang bersaldo kredit. Atau utang seharusnya bersaldo kredit ditemukan bersaldo
debet.
Kesalahan bisa disebabkan keliru menjumlahkan, posting satu jurnal lebih dari satu kali,
adanya jurnal yang belum dipindahbukukan, atau kesalahan penempatan mutasi debet ke
kolom kredit buku besar, atau sebaliknya mutasi kredit ditempatkan di kolom debet dalam buku
besar.
1. Pengertian dan Tujuan
Neraca saldo (trial balance) adalah daftar yang berisi saldo (selisih antara total debet
dan kredit) setiap akun yang terdapat di buku besar utama (general ledger) pada tanggal
tertentu. Tujuan membuat neraca saldo adalah mengetahui saldo masing-masing akun dan
mengecek terjaganya keseimbangan PDA.
Neraca saldo terdiri dari dua (2) kolom, yaitu debet dan kredit. Sebagaimana namanya,
neraca saldo mencerminkan saldo setiap akun yang ada di buku besar utama pada tanggal
tertentu.
2. Langkah-langkah Pembuatan Neraca Saldo
Dengan berbekal akun-akun yang terdapat di buku besar utama yang telah dibuat, berikut
ini langkah-langkah pembuatan neraca saldo:
a. Menghitung saldo setiap akun di buku besar utama
b. Menuliskan nama-nama akun elemen aktiva, utang, modal, pendapatan, dan biaya secara
berurutan sebagaimana terdapat di buku besar utama ke kolom “Nama Akun”.
c. Menuliskan masing-masing saldo yang ada di buku besar utama ke neraca lajur sesuai
dengan nama akunnya.
d. Menghitung total kolom Debet dan kolom Kredit.
e. Mencocokkan total kolom Debet dan Kredit.
Jika semua saldo sudah benar maka neraca saldo akan tampak sebagai berikut:-
C. Jurnal Penyesuain
a. Pengertian
Siklus pelaporan keuangan dimulai dari kompilasi neraca saldo dengan menggunakan
data dari saldo buku-buku besar dalam tiap siklus transaksi. Di muka telah dibahas siklus-siklus
transaksi pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus keuangan. Dari tiap siklus tersebut telah
tersedia saldo masing-masing buku besar yang disajikan dalam neraca saldo parsial.
Dalam praktiknya tidak ada tahapan akuntansi untuk menyiapkan neraca saldo parsial.
Neraca saldo parsial yang disiapkan dalam buku ini hanya untuk memudahkan mengambil saldo
dari tiap siklus untuk digabung ke dalam neraca saldo dalam siklus pelaporan keuangan. Jika
sudah mahir maka pemindahan saldo dari buku besar dapat dilakukan secara langsung ke dalam
kolomkolom neraca saldo yang sesua.
Nama akun yang dicantumkan di sini hanya yang mempunyai saldo saja. Akun-akun yang
tidak mempunyai saldo sampai pada tahap ini boleh diabaikan. Jika dalam proses selanjutnya
ternyata masih ada akun yang masih harus dimasukkan maka dapat disiapkan baris-baris kosong
di bagian bawah lembar kerja.
Untuk menyelesaikan siklus keuangan maka neraca-neraca saldo parsial tersebut
digabungkan menjadi sebuah neraca saldo yang lengkap di bawah ini. sesudah memasukkan
saldo buku-buku besar dengan benar, langkah selanjutnya menjumlahkan kolom debet dan
kolom kredit sehingga kesalahan penulisan angka. Jika hasilnya sudah sama maka selanjutnya
boleh melangkah ke proses terlihat jumlahnya sama. Jika hasilnya belum sama, ulangi dan
lakukan koreksi untuk menemukan kemungkinan kesalahan pemindahan saldo dari buku besar
atau kesalahan- pengisian kolom-kolom penyesuaian.
Sebagai ilustrasi kolom neraca saldo pada bagian neraca lajur dapat dipahami dalam
gambar dibawah ini:
b. Transaksi Penyesuaian
Dalam beberapa akun neraca saldo yang disajikan di atas masih terdapat unsur
akun neraca dan akun laba rugi di dalamnya. Atau sebaliknya dalam akun laba rugi
terdapat unsur neraca. Akunakun tersebut dapat diidentifikasi sebagai kelompok yang
terdiri dari:
1. Pembayaran di muka. Pembayaran sudah dilakukan, tetapi masih terdapat sisa
masa manfaatnya sampai dengan periode akuntansi berikutnya. Termasuk dalam
kelompok ini adalah pembayaran sewa, premi asuransi, uang muka pajak, uang muka
pembelian, dan pembayaran di muka lainnya.
2. Biaya yang terutang atau biaya yang masih harus dibayar. Termasuk dalam
kelompok ini adalah biaya-biaya yang timbul sebagai akibat menggunakan sumber daya
ekonomi tertentu, tetapi sampai tanggal laporan keuangan biaya tersebut belum
dibayarkan uangnya kepada yang berhak menerima. Misalnya gaji pegawai yang belum
dibayar, biaya listrik, telepon, dan air PDAM, dan lain sebagainya. Jasa atau barangnya
sudah dipakai tetapi uangnya belum dibayarkan.
3. Alokasi harga perolehan aktiva. Harga perolehan aktiva tetap atau aktiva yang
mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dialokasikan ke dalam periode
akuntansi di mana aktiva tersebut memberikan manfaat. Misalnya sebuah komputer
harganya Rp5.000.000,- ditaksir berumur 5 tahun. Setiap tahun akan diperhitungkan
alokasi harga perolehan sebesar 1/5 x Rp5.000.000,- = Rp1.000.000,- yang dibebankan
sebagai biaya tahun yang berjalan.
4. Kerugian. Kerugian bisa terjadi karena kesalahan pengelolaan. Misalnya kerugian
karena piutang yang tidak bisa ditagih, kerugian karena persediaan barang dagangan
yang rusak. Kerugian bisa juga karena pengaruh faktor luar yang tidak diinginkan.
Misalnya penurunan kurs rupiah terhadap mata uang asing.
5. Pendapatan diterima dimuka. Termasuk dalam kelompok ini adalah sejumlah uang
yang diterima dari pelanggan untuk pembayaran dimuka atas barang yang diserahkan
kemudian. Misalnya PT X menerima uang Rp50.000.000,- dari Tn Paijo seorang
pelanggan untuk pembelian sejumlah mobil BMW seri terbaru. Karena jumlah
barangnya terbatas maka Tn Paijo harus menunggu selama 3 bulan. Sampai tanggal 31
Desember PT X belum menyerahkan mobil. Karena itu uang yang Rp50.000.000,-
dianggap sebagai utang yang diberi nama pendapatan diterima di muka. Uangnya sudah
diterima, tetapi barangnya belum diserahkan.
6. Pendapatan yang baru diperhitungkan. Misalnya PT X mempunyai piutang wesel
Rp1.000,-. Bunga tahunan 12%. Jika sampai tanggal 31 Desember wesel sudah berumur
1 bulan maka perusahaan berhak mengakui pendapatan sebesar 1/12 x 12% x Rp1.000,-
= Rp10,-
Untuk menghasilkan neraca saldo yang benar maka atas akun-akun seperti ini
masih harus dilakukan penyesuaian dalam proses penyelesaian kertas kerja laporan
keuangan. Tiap jurnal penyesuaian selalu mempengaruhi satu akun neraca dan satu
akun laporan laba rugi. Hubungan antara jenis penyesuaian, alasan penyesuaian, akun
sebelum penyesuaian akun sebelum penyesuaian, dan jurnal penyesuaian secara singkat
Weygandt, Kieso dan Kimmel menyederhanakannya sebagai berikut:
1. Memisahkan akun laba rugi (nominal) dan akun neraca (riil) dari suatu akun.
2. Membebankan biaya dengan tepat atas pemanfaatan sumber daya ekonomi tertentu.
1. Menurut hasil perhitungan fisik ditemukan sisa persediaan bahan pembantu Rp1.200,-.
2. Biaya asuransi bulan Desember Rp60,-.
3. Biaya penyusutan bulan Desember Rp48,-.
4. Pendapatan diterima di muka Rp480,-.
5. Pendapatan yang belum tercatat Rp240,-
6. Pemberitahuan dari bank bahwa biaya bunga bank bulan Desember Rp60,-
7. Gaji pegawai bulan Desember 2009 belum dibayar Rp1.400,-
Untuk membuat jurnal atas transaksi-transaksi di atas maka langkah pertama harus
mengidentifikasi jenis penyesuaian seperti digambarkan dalam ilustrasi/peraga di atas. Setelah
mengidentifikasi jenis penyesuaian selanjutnya untuk membuat jurnal penyesuaian
masingmasingtransaksi menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menurut hasil perhitungan fisik ditemukan sisa persediaan bahan pembantu Rp1.200,-.
Analisis dan jurnal:
• Menurut kolom debet neraca saldo per 31 Desember 2009 persediaan bahan pembantu
berjumlah Rp3.000,-
• Menurut hasil perhitungan fisik barang di gudang hanya terdapat persediaan bahan
pembantu dengan nilai Rp1.200,-.
• Ini berarti saldo menurut buku besar lebih besar dari kenyataannya di gudang. Untuk
kepentingan pelaporan keuangan, saldo menurut hasil perhitungan fisik harus lebih
dipercaya atau dianggap lebih benar daripada saldo menurut catatan.
• Oleh karena itu saldo persediaan bahan pembantu menurut catatan dianggap terlalu besar
sehingga harus dikurangi supaya menjadi Rp1.200,- saja. Besarnya penguarangan adalah
Rp1.800,- yang berasal dari Rp3.000,- - Rp1.200,- = Rp1.800,-.
• Selisih persediaan menurut catatan dan menurut hasil perhitungan fisik dicatat sebagai
tambahan biaya pembantu, sehingga biaya bahan pembantu dicatat disebelah debet
sebesar Rp1.800,-. Karena jumlah sisi debet dan kredit harus sama dalam jurnal maka sisi
kredit ditambah juga Rp1.800,- dan diberi nama persediaan bahan pembantu. Dalam jurnal
ini Persediaan bahan pembantu dianggap berkurang karena jumlah fisik lebih kecil dari
jumlah menurut catatan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai
berikut: Biaya bahan pembantu ....................................................Rp1.800,-
Persediaan bahan pembantu..................................................Rp1.800,-
b. Biaya asuransi bulan Desember Rp60,-. Nilai biaya ini diperoleh dari bagian asuransi dibayar
di muka yang sudah habis masa manfaatnya.
Analisis dan jurnal:
• Menurut kolom debet neraca saldo per 31 Desember 2009 Asuransi dibayar di muka
berjumlah Rp720,-.
• Menurut hasil review dokumen masih harus diperhitungkan biaya asuransi bulan
Desember 2009 Rp60,-
• Jumlah Rp60,- belum diperhitungkan dalam neraca saldo. Sehingga nilai asuransi dibayar
di muka per 31 Desember 2009 sebesar Rp720,- menurut neraca saldo dianggap terlalu
besar.
• Supaya nilai asuransi dibayar di muka dari neraca saldo menjadi benar maka akun ini harus
dikurangi Rp60,-. Caranya; biaya asuransi di debet karena ada penambahan biaya asuransi,
dan asuransi dibayar di muka di kredit karena ada pengurangan asuransi dibayar di muka;
masing-masing sebesar Rp60,-. Nilai asuransi dibayar di muka Rp60,- bergeser menjadi nilai
biaya asuransi.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Biaya asuransi .............................................................Rp60,-
Asuransi dibayar di muka ...............................................Rp60,-
c. Biaya penyusutan bulan Desember Rp100,-. Biaya ini diperoleh dari bagian nilai aktiva tetap
yang dianggap habis terpakai dalam periode berjalan.
Analisis dan jurnal:
• Menurut neraca saldo per 31 Desember 2009 tidak ada nilai biaya penyusutan.
• Berdasarkan hasil perhitungan dari nilai perolehan aktiva tetap Rp6.000,- biaya
penyusutan untuk bulan Desember 2007 adalah sebesar Rp100,-.
• Biaya penyusutan belum ada sebelumnya. Dengan demikian, biaya penyusutan harus di
debet karena ada penambahan. Penambahan biaya penyusutan juga menambah akumulasi
penyusutan dengan jumlah penyusutan yang sama.
Akumulasi penyusutan bertambah dicatat di sisi kredit dalam jurnal. Akumulasi penyusutan
merupakan aktiva yang mengurangi harga perolehan aktiva tetap dalam laporan keuangan.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai
berikut:
Biaya penyusutan .........................................................Rp100,-
Akumulasi penyusutan ....................................................Rp100,-
d. Pendapatan diterima di muka Rp480,-. Uangnya sudah diterima tetapi belum diakui sebagai
pendapatan. Hal ini terjadi karena adanya penerimaan uang muka sebelum memberikan
jasa kepada pelanggan.
Analisis dan jurnal:
Menurut kolom kredit neraca saldo per 31 Desember 2009 Pendapatan diterima di muka
berjumlah Rp1.440,-. Pendapatan diterima di muka sebenarnya merupakan utang, tetapi
kreditur tidak mengharapkan untuk mendapat pelunasan dengan uang. Kreditur
mengharapkan pendapatan diterima di muka dilunasi dengan barang atau jasa.
• Menurut hasil review dokumen, dari pendapatan diterima di muka sebesar Rp1.440,-
selama bulan Desember 2009 sudah diserahkan sebagian jasanya dengan nilai Rp480,-.
• Dengan demikian, pendapatan diterima di muka berkurang sebesar Rp480,- sehingga
harus di debet dalam kolom penyesuaian. Pendapatan diterima di muka dibayar dengan
memberikan jasa. Bagi perusahaan pemberian atau penyerahan jasa menghasilkan
pendapatan. Dengan demikian, pendapatan harus di kredit karena bertambah sebesar
Rp480,-
• Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Pendapatan diterima di muka .......................Rp480,-
Pendapatan jasa ..................................................Rp480,-
e. Pendapatan yang belum tercatat Rp240,-. Transaksi perolehan pendapatan sudah selesai,
tetapi belum dicatat dalam akuntansi pendapatan maupun piutang. Analisis dan jurnal :
Menurut kolom kredit neraca saldo per 31 Desember 2009 pendapatan berjumlah
Rp3.000,-.
Menurut hasil review dokumen, selama bulan Desember masih ada pendapatan
sebesar Rp240,- yang belum tercatat dalam pembukuan perusahaan.
• Karena pendapatan belum dicatat, maka supaya pembukuan menjadi benar,
pendapatan hartus dikredit Rp240,- karena ada penambahan pendapatan yang baru
diketemukan. Karena pendapatan baru diketahui maka berarti piutangnya juga baru
diketahui. Dengan demikian, piutang juga harus ditambah. Untuk itu piutang harus di
debet dengan jumlah yang sama
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai
berikut:
Piutang usaha ..................................Rp240,
Pendapatan jasa ..........................................Rp240,-
f. Pemberitahuan dari bank bahwa biaya bunga bank bulan Desember Rp60,-. Biaya ini
menimbulkan utang biaya atau biaya yang masih harus dibayar.
Analisis dan jurnal:
• Menurut kolom debet neraca saldo per 31 Desember 2009 tidak ada saldo biaya bunga.
• Dari hasil review dokumen ditemukan surat pemberitahuan dari bank bahwa untuk bulan
Desember 2009 perusahaan berutang bunga Rp60,- di bank.
• Dengan demikian, berarti ada penambahan biaya bunga untuk bulan Desember.
Penambahan biaya bunga dicatat di debet. Karena biaya bunga ini belum dibayar maka
berarti perusahaan berutang. Karena utang bersumber dari bunga maka diberi nama utang
bunga. Biaya bunga dan utang bunga masing-masing bertambah Rp60,-. Penambahan utang
bunga dicatat di sisi kredit
• Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut:
Biaya bunga ................................Rp60,-
Utang bunga........................Rp60,-
g. Gaji pegawai bulan Desember 2009 belum dibayar Rp1.400,-. Biaya ini menimbulkan utang
biaya yang masih harus dibayar.
Analisis dan jurnal:
• Menurut kolom debet neraca saldo per 31 Desember 2009 saldo biaya gaji Rp4.800,-.
• Menurut hasil review dokumen penggajian, untuk bulan Desember 2009 masih ada gaji
pegawai Rp1.400,- yang belum diperhitungkan atau dibayarkan kepada pegawai yang
bersangkutan.
• Dengan demikian, saldo biaya gaji dalam neraca saldo harus ditambah sebesar Rp1.400,- .
Menurut aturan jurnal, kalau biaya bertambah maka akun biaya yang bersangkutan harus di
debet. Adanya biaya yang belum dibayar menimbulkan tambahan utang. Namanya biaya
yang masih harus dibayar. Menurut aturan jurnal, kalau utang bertambah maka akun utang
yang bersangkutan harus dikredit.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka harus dibuat jurnal penyesuaian sebagai
berikut:
Biaya gaji ................................Rp1.400,-
Utang gaji....................................Rp1.400,-
Sesudah mengisi jurnal-jurnal di atas dengan benar ke dalam kolom-kolom debet dan
kredit jurnal penyesuaian maka langkah selanjutnya adalah menjumlahkan kedua kolom
tersebut ke bawah. Hasil penjumlahan kolom debet harus sama dengan hasil penjumlahan
kolom kredit. Setelah memindahkan angka-angka penyesuaian dalam kolom masing-masing
maka bentuk neraca lajur sampai dengan kolom penyesuaian dapat disajikan sebagai berikut:
Untuk menyelesaikan tahapan pekerjaan ini maka untuk transaksi a sampai dengan g
harus dibuat menjadi jurnal. Namanya jurnal penyesuaian dan diisi pada sisi kredit dan sisi debet
dalam kolom penyesuaian neraca lajur. Perlu diketahui bahwa dalam tahapan ini tidak ada
proses transaksi baru dalam siklus-siklus transaksi yang dibahas di muka. Semua transaksi
dengan pihak luar dianggap selesai dan data penyesuaian ini diperoleh dari review dokumen dan
perhitungan fisik. Hal seperti itu bisa dipahami karena dalam praktiknya, penyusunan laporan
keuangan akhir tahun selalu berlangsung setelah periode akuntansi berakhir, atau pada awal
periode berikutnya.
Aturan pembuatan jurnal dalam kolom penyesuaian sama dengan aturan pembuatan
jurnal untuk mencatat transaksi dalam siklus-siklus pendapatan, pengeluaran, dan keuangan.
Untuk itu pembuat jurnal harus familiar dengan pengelompokan elemen laporan keuangan ke
dalam kelompok aktiva, kewajiban, modal, pendapatan dan beban. Pembuat jurnal penyesuaian
harus memahami kronologis transaksi atau saldo sebuah akun dalam neraca saldo. Sesudah itu
baru memikirkan beberapa langkah sistematis sampai menghasilkan jurnal penyesuaian.
Untuk menghasilkan saldo buku besar setelah penyesuaian maka semua jurnal yang
dihasilkan pada tahap ini dipindah bukukan ke dalam buku besar yang sesuai. Caranya, cukup
menambahkan posting jurnal ini ke dalam buku besar masing-masing. Sesudah itu dilakukan
mekanisme penambahan dan pengurangan seperti yang dilakukan pada saat menghitung saldo
buku besar sebelum penyesuaian. Hasilnya adalah saldo buku besar setelah penyesuaian.
1. Laporan Laba/Rugi
a. Definisi Laporan Laba/ Rugi
Laporan laba/rugi (income statement) menyajikan informasi keuangan hasil
kegiatan bisnis yang diperoleh perusahaan selama satu periode. Berdasar laporan
laba/rugi ini maka perusahaan mengetahui apakah kegiatan bisnisnya menguntungkan
atau sebaliknya, merugikan. Berdasar laporan laba/rugi ini diharapkan perusahaan juga
dapat melakukan evaluasi tentang kegiatan bisnisnya di masa datang.
b. Akun-akun Pembentuk Laporan Laba/Rugi
Laporan laba/rugi terdiri dari akun-akun pendapatan dan akun-akun biaya.
Selisih antara total nilai rupiah pendapatan dan total nilai rupiah biaya merupakan laba
atau rugi. Jika pendapatan lebih besar daripada biaya maka perusahaan menghasilkan
laba. Sedangkan jika pendapatan lebih kecil daripada biaya maka perusahaan menderita
rugi.
Gambar 1.
Pendapatan dapat berasal dari kegiatan bisnis utama (operasional) maupun dari
kegiatan lain-lain (non-operasional). Contoh pendapatan adalah pendapatan usaha,
penjualan, pendapatan sewa gudang, untung penjualan aktiva tetap, dsb. Demikian
pula, biaya dapat berasal dari biaya operasional maupun non-operasional. Contoh biaya
adalah biaya listrik, biaya gaji, biaya sewa kendaraan, rugi penjualan aktiva tetap, dsb.
2. Perubahan Modal
a. Pembuatan Laporan Perubahan Modal
Setelah pencatatan laporan laba-rugi maka perusahaan membuat laporan
perubahan modal. Laporan ini menyajikan informasi keuangan tentang perubahan
modal selama satu periode. Perubahan modal terjadi karena penambahan setoran dari
pemilik selama periode berjalan, pengambilan aktiva oleh pemilik yang dicatat di akun
Pribadi, dan laba/rugi bersih yang diperoleh selama satu periode; laba menambah
modal, sedangkan rugi mengurangi modal.
b. Langkah-langkah Pembuatan Laporan Perubahan Modal
Berikut ini langkah-langkah pelaporan perubahan modal:
1. Tulislah nama perusahaan, phrasa “Laporan Perubahan Modal” dan periode laporan.
2. Tulislah saldo awal periode akun Modal (nilai rupiah diperoleh dari saldo awal periode
akun Modal).
3. Tambahkan perubahan yang merupakan penambahan-penambahan modal beserta
nilai rupiahnya selama periode berjalan (nilai rupiah diperoleh dari sisi kredit akun
Modal yang terjadi selama periode berjalan).
4. Kurangkan perubahan yang merupakan pengurangan modal dari pengambilan pribadi
(nilai rupiah diperoleh dari akun Pribadi).
5. Tambahkan (kurangkan) modal dari laba (rugi) selama satu periode yang dihasilkan
perusahaan.
6. Tulislah keterangan “Saldo Akhir” dari hasil penghitungan no. 1 s/d 5.
c. Aplikasi Pembuatan Laporan Perubahan Modal
Modal awal 1/12 sebesar Rp12.000,- diambil dari saldo modal dalam kolom kredit
neraca pada neraca lajur. Laba atau rugi berasal dari laporan laba rugi tahun berjalan.
Prive Rp600,- berasal dari kolom debet neraca lajur. Hasil pengurangan Laba dengan
prive menjadi tambahan modal tahun berjalan.
Dari neraca lajur yang dibuat pada Bab sebelumnya dapat dibuat laporan perubahan
modal sebagai berikut.
e. Kolom Neraca
Tahap terakhir dalam penyiapan neraca lajur sebagai kertas kerja penyusunan
laporan keuangan adalah pengisian kolom-kolom debet dan kredit dalam kolom neraca.
Kolom-kolom ini diisi dengan saldo buku besar menurut neraca saldo yang disesuaikan
yang belum dipindahkan ke dalam kolom laba rugi.
Akun yang tersisa terdiri dari kelompok aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Aktiva dapat
dikenali dengan saldonya yang debet dalam neraca saldo yang disesuaikan. Kewajiban
dan ekuitas dapat dikenali dengan saldonya yang kredit. Pengecualian dalam kasus ini
adalah akumulasi penyusutan yang merupakan akun aktiva yang bersaldo normal kredit.
Kolom-kolom debet dan kredit neraca dapat diisi dengan prosedur sebagai berikut:
1. Memindahkan akun aktiva dari kolom debet neraca saldo yang disesuiakan ke
kolom debet neraca.
2. Memindahkan akun kewajiban, ekuitas, dan akumulasi penyusutan dari kolom
kredit neraca saldo yang disesuaikan ke kolom kredit neraca.
3. Jumlahkan ke bawah kolom-kolom debet dan kredit. Jika sisi debet lebih besar
jumlahnya dibanding sisi kredit maka perusahaan mendapat laba. Sebaliknya jika sisi
kredit lebih besar hasil penjumlahannya dari kolom debet maka berarti perusahaan
menderita rugi.
4. Selisih debet dan kredit kolom laba rugi harus sama dengan selisih kolom debet
dan kredit kolom neraca. Tetapi jika hasil penjumlahan kolom laba rugi menunjukkan
kolom kredit yang lebih besar maka dalam kolom neraca harus kolom debetnya yang
lebih besar. Sebaliknya jika kolom laba rugi menunjukkan kolom debet yang lebih besar
maka dalam kolom neraca harus kolom kreditnya yang lebih besar.
5. Tempatkan selisih penjumlahan pada kolom yang hasil penjumlahannya lebih
kecil, sehingga jika dijumlahkan menjadikan sama dengan jumlah kolom yang lebih
besar jumlahnya. Dalam kasus ini tempatkan selisih sebesar Rp3.420,- pada kolom kredit
sehingga Rp23.420,- ditambah dengan Rp3.420,- menjadi Rp26.940,-. Jumlah kolom
debet dan kredit akhirnya menjadi sama. Proses penyamaan ini berfungsi sebagai alat
kontrol bagi kebenaran hasil penjumlahan dan pembuatan neraca lajur secara
keseluruhan.
Dengan selesainya kolom-kolom neraca tersebut maka tahap penyusunan kertas kerja
sudah dapat dianggap selesai. Namun demikian, masih perlu diketahui bahwa format
neraca tidak selalu sama persis seperti yang terlihat dalam neraca lajur di atas. Beberapa
hal yang masih harus ditempatkan kembali adalah:
1. Akun aktiva yang bersaldo normal kredit. Akun ini terdiri dari piutang tak tertagih,
akumulasi penyusutan, dan amortisasi aktiva tetap tidak berwujud jika ada.
2. Akun-akun pengurang pendapatan yang bersaldo debet. Termasuk akun ini adalah
potongan penjualan, dan retur penjualan.
3. Dalam perusahaan perorangan masih terdapat akun prive di kolom debet neraca.
Akun ini merupakan akun pengurang laba dalam laporan perubahan modal.
4. Perubahan tempat ini menyebabkan perbedaan jumlah debet dengan jumlah aktiva
dalam neraca, dan jumlah kredit tidak sama dengan jumlah kewajiban dan ekuitas.
5. Perubahan-perubahan cara penyajian laporan keuangan dari kertas kerja yang berupa
neraca lajur di atas diperlukan untuk menyesuaikan laporan keuangan yang harus disajikan
dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum (PABU). PABU di Indonesia secara rinci diatur
dalam Standar Akuntansi Keuangan yang dipublikasikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
PELAPORAN KEUANGAN
A. Pentingnya Laporan Keuangan
Dengan selesainya neraca lajur maka semua tahapan penyusunan kertas kerja pembuatan
laporan keuangan dianggap selesai. Tahap selanjutnya adalah membuat laporan keuangan
pokok yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi dan laporan perubahan modal.
Sekalipun ketiga laporan ini lazim disebut dengan urutan seperti itu, tetapi dalam
pembuatannya justru neraca selalu diselesaikan pada tahap paling akhir. Hal itu disebabkan
data neraca sebagian berasal dari hasil penyusunan laporan laba rugi. Sebagian lagi berasal
dari hasil penyusunan laporan perubahan modal. Sebagian besar datanya dapat diperoleh
langsung dari saldo akhir buku besar atau hasil perhitungan dalam neraca lajur.
Bentuk dasar tiap laporan keuangan hubungan antara laporan laba rugi, laporan
perubahan modal dan neraca dalam suatu sistem pelaporan keuangan dapat digambarkan
seperti Gambar 4-1. Dari peraga tersebut dapat dilihat gambar arah anak panah (1) yang
menunjukkan pemindahan saldo laba rugi dari laporan laba rugi ke laporan perubahan
modal. Setelah menghitung perubahan modal awal periode dan memasukkan unsur laba
setelah prive maka hasilnya membentuk modal akhir. Modal akhir ini menjadi nilai modal
yang disajikan dalam neraca. Perpindahannya dapat dilihat pada arah anak panah nomor 2.
Pendapatan dapat berasal dari kegiatan bisnis utama (operasional) maupun dari
kegiatan lain-lain (non-operasional). Contoh pendapatan adalah pendapatan usaha,
penjualan, pendapatan sewa gudang, untung penjualan aktiva tetap, dsb. Demikian pula,
biaya dapat berasal dari biaya operasional maupun non-operasional. Contoh biaya adalah
biaya listrik, biaya gaji, biaya sewa kendaraan, rugi penjualan aktiva tetap, dsb.
Dari neraca lajur yang dibuat dalam Bab sebelumnya dapat dibuat laporan laba rugi
sebagai berikut
Dalam laporan laba rugi tersebut terdapat jumlah pendapatan Rp12.750,- dan jumlah
beban Rp9.340,-. Pendapatan tersebut dikurangi dengan jumlah beban menghasilkan laba
Rp3.420,-. Dengan ini UD. MUSTIKA disebut mendapat laba pada tahun 2012 .
Neraca (disebut juga laporan posisi keuangan) menunjukkan saldo akun-akun aktiva,
utang, dan modal pada tanggal tertentu. Berdasar neraca ini, para pengguna laporan
keuangan dapat mengetahui saldo/posisi keuangan setiap akun aktiva, utang, dan modal
pada tanggal tertentu. Terdapat dua istilah neraca, yaitu neraca awal dan neraca akhir.
Neraca awal menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada awal periode sebelum
perusahaan memulai kegiatan bisnisnya di periode tertentu. Sedangkan neraca akhir
menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada akhir periode, setelah diperhitungkan
laba/rugi selama satu periode.
Neraca merupakan ikhtisar yang digunakan untuk melaporkan jumlah kekayaan atau
aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang meliputi unsur-unsur kekayaan bersih pemilik
perusahaan. Ekuitas disebut kekayaan bersih pemilik karena terdiri dari selisih antara total
kekayaan perusahaan dengan utang-utang yang harus dibayarkan kepada pihak ketiga atau
pihak luar perusahaan. Jika perusahaan ditutup maka pemilik perusahaan akan mendapatkan
pembayaran dari perusahaan sebesar nilai ekuitas ini.
Unsur-unsur aktiva dan kewajiban disajikan dengan menggunakan nilai saldo buku besar
yang ada dalam kolom-kolom neraca lajur. Unsur ekuitas disajikan sebesar nilai modal akhir
dari laporan perubahan modal.
3. Jumlahkan saldo akun-akun yang ada di sisi debet dan kredit. Total saldo kedua sisi
harus sama.
Kolom debet dan kredit dalam neraca saldo masing-masing berjumlah Rp26.240,-.
Dalam neraca di atas total aktiva berjumlah Rp26.240,-. Demikian juga total kewajiban
dan ekuitas. Selisihnya Rp700,-. Selisih ini berasal dari prive yang mengurangi modal
Rp6.00,- dan akumulasi penyusutan yang mengurangi total aktiva tetap Rp100,-. Kedua
duanya menyebabkan total aktiva lebih rendah Rp700,- dibanding total sisi debet dalam
kolom neraca dalam neraca lajur.
Perbedaan saldo menurut neraca lajur dan neraca di atas menujukkan bahwa tidak
semua akun bersaldo debet pada kolom neraca dalam neraca lajur merupakan aktiva.
Demikian juga tidak semua akun bersaldo kredit dalam kolom neraca pada neraca lajur
merupakan unsur kewajiban atau ekuitas.