Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PERMINTAAN ALAT ONCOPROBE PADA KASUS HIV/AIDS DI

KOTA BANDUNG PADA APOTEK Y


PENDAHULUAN
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat memberikan perhatian serius kepada
kelompok rentan tertular HIV/AIDS. Populasi kunci yang jadi target yakni wanita penjaja
seks (WPS), lelaki suka lelaki (LSL), waria, pengguna narkoba suntik (penasun), ibu
hamil pasien TB, serta warga binaan pemasyarakatan (WBP), serta orang dengan yang
pasangannya positif HIV di Bandung. Setiap tahunnya, Dinkes Jabar memberikan
fasilitas tes HIV dengan menggunakan Oncoprobe kepada kelompok rentan tersebut,
termasuk memfasilitasi pemberian pengobatan ARV kepada Orang dengan HIV/AIDS
atau ODHA. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jabar Nina Susana Dewi,
perhatian serius diberikan karena setiap tahun selalu saja ditemukan laporan baru
penderita HIV positif. Selain tindakan medis, kegiatan sosialisasi pencegahan juga terus
dilakukan. (Teguh, 2022)
Berdasar atas penelitian HIV terhadap individu dengan risiko tinggi disimpulkan
sebagian besar metode skrining rapid mempunyai sensitivitas dan spesifisitas di bawah
rekomendasi WHO. (WHO, 2014) Pada gay, biseksual, dan juga homoseksual lebih
sering menggunakan rapid HIV test (RHT) jika tersedia karena lebih nyaman,
menyenangkan, dan kurang stres. (Conway DP, 2015) Uji laboratorium serologi HIV
yang dianjurkan adalah ELISA yang mempunyai sensitivitas 93–98% dan spesifisitas 98–
99%. (NW, 2011) Berbagai penelitian memperlihatkan kombinasi metode ELISA dan atau
rapid test memberikan hasil setara dengan metode western blot dengan biaya lebih
rendah. (Djoerban Z, 2014) Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
241/Menkes/SK/IV/2006 reagen rapid test HIV tiga metode menjadi salah satu standar
diagnosis HIV/AIDS serta sudah dilaksanakan di Rumah Sakit.
Salah satu tempat penyedia Oncoprobe untuk tenaga medis adalah Apotek Y.
Apotek Y merupakan salah satu Apotek yang berada di Kota Bandung, Jawa Barat.
Apotek Y ini telah menjadi salah satu pemasok Oncoprobe di Kota Bandung. Dengan
semakin bertambahnya penderita, semakin banyak pula penyediaan Oncoprobe di Apotek
Y. Data-data tersebut dituliskan secara lengkap pada tabel 1.

Tabel 1. Data Jumlah Penderita HIV/AIDS dan Penyediaan Oncoprobe


Tahun

No 2021 2022
(Januari-Juni)

1 Jumlah Penderita 149 410


HIV/AIDS di Kota
Bandung:
Sumber: Dinkes Jabar

2 Jumlah Penjualan
Oncoprobe di Apotek Y: 1,380 2,900

Sumber: Data Apotek Y

Permintaan yang sedemikian besar dan meningkat jika tidak diimbangi dengan
penyediaan Oncoprobe yang sesuai, akan menjadi permasalahan tersendiri terhadap
terdeteksinya tingginya penularan HIV/AIDS di Kota Bandung. Dengan adanya
fenomena tersebut, perlu dilakukan analisa mengenai permintaan Oncoprobe untuk
tenaga medis dengan mengukur variabel-variabel pengaruh secara bersamaan atau
simultan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menganalisa permintaan Oncoprobe
untuk tenaga medis pada Apotek Y selama beredarnya berita penularan kasus HIV/AIDS
di Kota Bandung, yakni pada tahun 2021 hingga 2022 juni di mana kasus HIV/AIDS
sedang marak-maraknya di Kota Bandung.

KAJIAN LITERATUR
Oncoprobe
Test ini meliputi deteksi antibody HIV-1, HIV-2 dan Subtype O dalam darah,
serum, plasma oleh protein immunodominant pada virus HIV yang sudah dilemahkan
dalam membran. Prinsip Pemeriksan: Reaksi antara Antibody HIV-1,HIV-2 dan Subtype
O pada serum atau darah dengan Antigen yang berasal dari protein immonodominant
HIV yang sudah dilemahkan, akan membentuk garis ungu kemerahan pada membran
(region T). Tujuannya adalah mendekteksi adanya antibody HIV-1. HIV-2 dan Subtype
O dalam serum penderita.
Kebijakan mengenai alat rapid test ini tertuang dalam SK Kepala Puskesmas Nusa
Penida I No. 133 Tahun 2016 Tentang Pemberlakuan Standar Operasional Prosedur unit
Laboratorium UPT. Puskesmas Nusa Penida I dan SK Kepala Puskesmas Nusa Penida I
No. 38 Tahun 2015 Tentang Pelayanan Laboratorium dan Jenis Pemeriksaan.
Teori Permintaan
Permintaan dianggap dengan sebuah asa yang didukung oleh daya beli serta akses
untuk membeli. Permintaan akan berlangsung bila didukung dengan kemampuan
finansial konsumen untuk dibelanjakan barang atau jasa. Kemampuan daya beli
konsumen bisa diukur dari tingkat pendapatannya. Permintaan dipengaruhi oleh akses
buat memperoleh barang atau jasa yg ditawarkannya, terutama problem di lokasi yg
mudah dijangkau atau di pihak perusahaan yang melakukan saluran distribusi dengan
tepat. Jumlah permintaan konsumen terhadap barang dan jasa di berbagai tingkat harga di
suatu saat tertentu juga diartikan sebagai permintaan. Ada beberapa faktor yang
mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa, yaitu sebagai berikut.
1. Harga barang itu sendiri;
2. Harga barang lain yg mempunyai hubungan (barang pengganti atau barang
pelengkap);
3. Selera;
4. Jumlah penduduk;
5. Faktor khusus;
Pada hakikatnya, makin rendah harga suatu barang maka makin banyak
permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, makin tinggi harga suatu barang maka
makin sedikit permintaan terhadap barang tersebut. Oleh karena itu, pernyataan tersebut
dapat disimpulkan, bahwa:
1. apabila harga suatu barang naik, maka pembeli akan mencari barang lain yang dapat
digunakan sebagai pengganti barang tersebut, dan sebaliknya apabila barang tersebut
turun, konsumen akan menambah pembelian terhadap barang tersebut;
2. kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil konsumsn berkurang, sehingga
memaksa konsumen mengurangi pembelian, terutama barang yang akan naik
harganya.

METODE
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif. Bungin (2013) mengemukakan bahwa penelitian kuantitatif dengan format
deskriptif bertujuan untuk menjelaskan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi,
atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian
berdasarkan apa yang terjadi, pada umumnya penelitian ini menggunakan statistik
induktif untuk menganalisis data penelitian.
2. Populasi dan Sampe
Populasi dalam penelitian ini adalah penyitas gangguan pernapasan di rumah sakit
umum XY Kota Malang, teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria yaitu, kelengkapan pada data yang dipublikasikan. Sumber data
yang diperoleh yaitu data rekam penyitas gangguan pernafasan.
3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda,
yaitu untuk menguji hipotesis atau yang terdiri dari variable harga alat (X1), Jumlah
penderita HIV/AIDS (X2), jumlah kelahiran (X3), secara bersama ataupun secara
tersendiri terhadap permintaan alat oncobrobe (Y) Adapun model persamaan regresi
linier berganda sebagai berikut:

Y= a+b1X1+b2X2 + b3X3+e

Keterangan :
Y = Permintaan Alat Oncobrobe
a = Konstanta
b = Koefisienregresi
X1= Harga Alat
X2= Jumlah Penderita HIV/AIDS
X3= Jumlah Kelahiran

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Alat Oncoprobe Pada Kasus


Hiv/Aids di Kota Bandung Pada Apotek Y
Pengujian faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Alat Oncoprobe dianalisis
menggunakan regresi linier berganda. Analisis regresi berganda menggunakan uji asumsi
klasik untuk melihat keseluruhan variabel harus memenuhi sifat BLUE (Best Linier
Unbiased Estimator) atau tidak agar dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Berikut
merupakan hasil asumsi klasik tersebut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan suatu pengujian dengan tujuan untuk melihat apakah
nilai residual pada model regresi terdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji
asumsi normalitas digunakan grafik Normal P-P Plot dan Uji Kolmogorov-Smirnov.
Dari hasil analisis dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar disekitar garis dan
mengikuti garis diagonal, maka nilai residual tersebut dinyatakan terdistribusi normal.
Menurut hasil pengujian dengan metode One-Sample Kolmogrov-Smirnov dapat
dilihat bahwa nilai Asymp sig 2-tailed diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,089. Maka
dapat disimpulkan bahwa uji normalitas data telah terdistribusi normal karena nilai
signifikan lebih besar dari 0,05 sehingga asumsi normalitas terpenuhi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas merupakan suatu pengujian dengan tujuan untuk melihat
apakah terdapat varian residual yang berbeda di semua pengamatan pada model
regresi. Untuk menguji asumsi heteroskedastisitas digunakan grafik Scatterplot antara
Regression Standardized Predicted Value (ZPRED) dengan Regression Standardized
Residual (SRESID) dan uji Glejzer dari hasil analisis dapat dilihat bahwa titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y dan titik-titik tidak membentuk
pola yang teratur, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada uji asumsi klasik tidak
terjadi heteroskedastisitas. Menurut hasil penelitian dengan meode Glejser, dapat
dilihat bahwa nilai signifikansi dari ketiga variabel bebas lebih besar dari 0,05, maka
artinya bebas dari heteroskedastisitas pada model sehingga asumsi heteroskedastisitas
terpenuhi.
3. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji ada atau tidak korelasi yang tinggi
antara variabel-variabel bebas dalam model regresi linier berganda yang diperoleh.
Tabel 1 Nilai VIF Fungsi Permintaan Alat Oncoprobe

Variabel Independen VIF


Harga_Alat_X1 1,65
1
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_ 1,57
X2 6
Jumlah_Kelahiran_X3 1,55
6
Sumber: Data Penelitian Diolah, 2022
Hasil uji multikolinieritas, dapat dilihat bahwa nilai VIF dari ketiga variabel
bebas bernilai lebih kecil dari 10,00, maka tidak terdapat multikolinieritas antar
variabel-variabel bebas.
4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi merupakan analisis regresi yang digunakan untuk megetahui
adanya pengaruh atara variabel X (Harga, Jumlah Penderita HIV/AIDS dan Jumlah
kelahiran) dengan variabel Y (Permintaan). Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai
DW sebesar 1,885, nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel signifikansi 5%,
dengan jumlah sampel 100 (n) dan jumlah variabel independen 3 (k = 3), maka
diperoleh nilai du sebesar 1,7364, dan nilai DW sebesar 1,885 lebih kecil dari batas
atas (du) yakni 1,7364 dan kurang dari (4-du) atau 4 - 1,7364 = 0,2636. Jadi dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.

Permintaan Alat Oncoprobe sebagai variabel terikat (Y) dengan tiga variabel bebas
yaitu Harga (X1), jumlah penderita ISPA (X2), dan jumlah kelahiran (X3). Hasil analisis
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Alat Oncoprobe dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Hasil Pengujian Permintaan Alat Oncoprobe

Unstandardized Standardized Collinearity


Coefficients Coefficients Statistics
Toleranc
Model B Std. Error Beta t Sig. e VIF
1 (Constant) -122,518 70,309 1,743 ,103
Harga_Alat_X1 ,002 ,001 ,345 2,780 ,015 ,606 1,651
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_X 1,341 ,354 ,460 3,790 ,002 ,634 1,576
2
Jumlah_Kelahiran_X3 ,130 ,050 ,314 2,607 ,021 ,643 1,556
T-tabel = 2,36582

F-hitung = 31,010

Sig. = 0,000

F-tabel = 2,70

R2 = 0,841

Sumber: Data Penelitian Diolah, 2022


Menurut hasil Koefisien Determinasi pada tabel 2. dapat dilihat bahwa diperoleh
nilai koefisien determinasi sebesar 0,674 atau 67,4 persen, maka hal ini menunjukkan
bahwa pengaruh variabel pengetahuan, komorbid penyakit dan harga terhadap
permintaan alat oncoprobe yaitu berpengaruh sebesar 67,4 persen.
Fungsi persamaan regresi linier bergandan dapat dirumuskan sebagai berikut:
Y = -122,518+ 0,002X1 + 1,341 X2 + -0,130 X3 + 70,309
Interpretasi dari persamaan tabel 2 adalah sebagai berikut:
1. Y (permintaan) memiliki nilai konstanta sebesar -122,518, menyatakan bahwa tanpa
faktor seperti pengetahuan, komorbid penyakit dan harga maka jumlah permintaan
jahe adalah sebesar -122,518.
2. Koefisien regresi variabel Harga Alat (X1) sebesar 0,002; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap mengalami kenaikan satuan, maka permintaan (Y’)
akan mengalami kenaikan sebesar 0,002. Koefisien bernilai positif artinya terjadi
pengaruh positif terhadap permintaan.
3. Koefisien regresi variabel Jumlah Penderita HIV/AIDS (X2) sebesar 1,341; artinya
jika variabel independen lain nilainya tetap mengalami kenaikan satuan, maka
permintaan (Y’) akan mengalami kenaikan sebesar 1,341. Koefisien bernilai positif
artinya terjadi pengaruh positif terhadap permintaan.
4. Koefisien regresi variabel Jenis Kelamin (X1) sebesar 0,130; artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap mengalami kenaikan satuan, maka permintaan (Y’)
akan mengalami penurunan sebesar 0,130. Koefisien bernilai positif artinya terjadi
pengaruh positif terhadap permintaan.
5. Nilai standart error adalah 70,309 untuk meminimalkan kesalahan.

Nilai F hitung sebesar 31,010 dengan taraf signifikansi 5 persen diketahui F tabel
2,70. Nilai F hitung lebih besar dari nilai F tabel dan nilai signifikansi 0,000 lebih kecil
dari 0,05 maka hipotesis diterima. Jadi variabel bebas (pengetahuan, komorbid penyakit
dan harga) secara simultan memiliki pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat
(permintaan).
Berdasarkan hasil uji t pada tabel 2 maka dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Harga Alat (X1)
Pada variabel Harga Alat (X1) diperoleh nilai t hitung sebesar 2,780 lebih kecil
dari nilai t tabel 2,36582 dan nilai signifikansi 0,000 lebih besar dari 0,05, maka H0
diterima dan H1 ditolak. Jadi artinya variabel Harga Alat (X1) secara parsial memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap permintaan Alat Oncoprobe.
2. Jumlah Penderita HIV/AIDS (X2)
Pada variabel Jumlah Penderita HIV/AIDS (X2) diperoleh nilai t hitung sebesar
3,790 lebih kecil dari nilai t tabel 2,36582 dan nilai signifikansi 0,000 lebih besar dari
0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi artinya variabel Jumlah Penderita
HIV/AIDS (X2) secara parsial memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
permintaan Alat Oncoprobe.
3. Jumlah Kelahiran (X3)
Pada variabel Jumlah Kelahiran (X3) diperoleh nilai t hitung sebesar 2,607 lebih
kecil dari nilai t tabel 2,36582 dan nilai signifikansi 0,000 lebih besar dari 0,05, maka
H0 diterima dan H1 ditolak. Jadi artinya variabel Jumlah Kelahiran (X3) secara parsial
memiliki pengaruh secara signifikan terhadap permintaan Alat Oncoprobe.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah:
a. Berdasarkan hasil penelitian, variabel Harga alat (X1) memiliki pengaruh positif
signifikan terhadap variabel permintaan Alat Oncoprobe (Y), yang artinya semakin
tinggi pengetahuan yang dimiliki masyarakat, maka permintaan Reagen Alat
Oncoprobe semakin meningkat.
b. Berdasarkan hasil penelitian, variabel jumlah penderita HIV/AIDS (X2) memiliki
pengaruh positif signifikan terhadap variabel permintaan Alat Oncoprobe (Y), yang
artinya semakin tinggi komorbid penyakit pada masyarakat, maka permintaan Alat
Oncoprobe semakin meningkat.
c. Berdasarkan hasil penelitian, variabel Jumlah kelahiran (X3) memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap variabel permintaan Alat Oncoprobe (Y), yang artinya
semakin rendah harga Alat Oncoprobe, maka permintaan Alat Oncoprobe semakin
meningkat

2. Saran

Berdasarkan simpulan yang dipaparkan di atas, saran yang di harapkan adalah perlu
adanya penyuluhan kesehatan kepada masyarakat mengenai Alat Oncoprobe agar
proteksi diri terhadap HIV/AIDS semakin meningkat sehingga terjadi keseimbangan pada
permintaan Alat Oncoprobe.
DAFTAR PUSTAKA
Conway DP, G. R. (2015). Rapid HIV testing is highly acceptable and preferred among
high-risk gay and bisexual men after implementation. Sydney: PloS One.
Djoerban Z, D. S. (2014). HIV/AIDS diIndonesia Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata KM, Setiyohadi B, Syam. Jakarta: Interna.
NW, D. (2011). nfeksi HIV & AIDS. Dalam: Daili SF, Zubier F, penyunting. . Jakarta:
Badan Penerbit.
Teguh, R. (2022, 09 2). Dinkes Jabar Rutin Tes HIV pada Kelompok Rentan . Retrieved
10 7, 2022, from /jabarprov.go.id: https://jabarprov.go.id/berita/dinkes-jabar-
rutin-tes-hiv-pada-kelompok-rentan-6801
WHO, W. H. (2014). Regional Office for the Eastern Mediterranean Use of rapid HIV
tests in HIV. Cairo: EMRO Publication.
Uji asumsi Klasik
Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardize
d Residual
N 18
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 28,35531934
Most Extreme Absolute ,113
Differences
Positive ,087
Negative -,113
Test Statistic ,113
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.

Uji Multikol

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1(Constant)
Harga_Alat_X1 ,606 1,651
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_X2,634 1,576
Jumlah_Kelahiran_X3 ,643 1,556
a. Dependent Variable: Permintaan_Alat_Oncoprobe_Y

Uji Heteros
Uji Autokorelasi

Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,932a ,869 ,841 31,24604 1,885
a. Predictors: (Constant), Jumlah_Kelahiran_X3,
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_X2, Harga_Alat_X1
b. Dependent Variable: Permintaan_Alat_Oncoprobe_Y

Uji Regresi/ Uji T


Coefficientsa
Standardize
Unstandardize d Collinearity
d Coefficients Coefficients Statistics
Std.
Model B Error Beta t Sig. ToleranceVIF
1(Constant) - 70,309 - ,103
122,518 1,743
Harga_Alat_X1 ,002 ,001 ,345 2,780,015,606 1,651
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_X 1,341 ,354 ,460 3,790,002,634 1,576
2
Jumlah_Kelahiran_X3 ,130 ,050 ,314 2,607,021,643 1,556
a. Dependent Variable: Permintaan_Alat_Oncoprobe_Y

Ujik F

ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 90826,034 3 30275,345 31,010 ,000b
Residual 13668,410 14 976,315
Total 104494,444 17
a. Dependent Variable: Permintaan_Alat_Oncoprobe_Y
b. Predictors: (Constant), Jumlah_Kelahiran_X3,
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_X2, Harga_Alat_X1

Uji Koefisien Determinasi


Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of Durbin-
Model R R Square Square the Estimate Watson
1 ,932a ,869 ,841 31,24604 1,885
a. Predictors: (Constant), Jumlah_Kelahiran_X3,
Jumlah_Penderita_HIV_AIDS_X2, Harga_Alat_X1
b. Dependent Variable: Permintaan_Alat_Oncoprobe_Y

Anda mungkin juga menyukai