Anda di halaman 1dari 11

Cindy Mariani

1910112021
Analisa Laporan Keuangan (C)

Analisa Liabilitas dan Kewajiban Kontinjensi pada Laporan Keuangan PT Bank


Rakyat Indonesia Tbk tahun 2019

A. LIABILITAS
• Liabilitas di Laporan Posisi Keuangan
• CALK mengenai Liabilitas
Penjelasan:
Berdasarkan pada laporan keuangan tahun 2019 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk pada
bagian liabilitas dapat diketahui dan dianalisis bahwa PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sendiri telah
melakukan penyajian liabilitas yaitu pada Laporan Posisi Keuangan atau Neraca, dimana hal
tersebut sesuai dengan apa yang dimuat dalam PSAK 1 yaitu entitas diwajibkan untuk menyajikan
liabilitas dalam laporan posisi keuangan atau neraca.
Selain itu, mengenai klasifikasi dari liabilitas sendiri, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
mengklasifikasikan liabilitas keuangannya berdasarkan kategori sebagai berikut pada saat
pengakuan awal pertama yaitu, diukur pada nilai wajar melalui laba rugi, yang memiliki 2 (dua)
sub-klasifikasi, yaitu liabilitas keuangan yang ditetapkan demikian pada saat pengakuan awal dan
liabilitas keuangan yang telah diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan; kedua, liabilitas
keuangan lain yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi ; ketiga liabilitas
keuangan yang tidak dimiliki untuk dijual atau ditentukan sebagai nilai wajar melalui laba rugi
saat pengakuan liabilitas disebut liabilitas keuangan lainnya (Catatan Atas Laporan Keuangan
Bagian C. Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan, pada (i) Klasifikasi). Dimana dengan begitu,
apa yang dilakukan oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk mengenai klasifikasi liabilitas sudah
sesuai dengan apa yang diatur dalam PSAK 50 Instrumen Keuangan Penyajian. Dari segi
pengukuran setelah pengakuan awal pada bagian liabilitas, PT Bank Rakyat Indonesia mengukur
liabilitas keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual pada nilai wajar melalui laba rugi diukur
pada nilai wajarnya dan liabilitas dimiliki hingga jatuh tempo diukur r pada biaya perolehan
diamortisasi diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan metode suku bunga
efektif (Catatan Atas Laporan Keuanagn Bagian C. Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan, pada
(iii) Pengukuran Setelah Pengakuan Awal), yang mana hal ini juga sudah sesuai dengan apa yang
diatur dalam PSAK 71 (Pengganti PSAK 50) yaitu dimana Setelah pengakuan awal, entitas
mengukur liabilitas keuangan sesuai dengan Biaya perolehan diamortisasi; Nilai wajar melalui
penghasilan komprehensif lain; atau Nilai wajar melalui laba rugi.
Selain itu, dari segi penghentian pengakuannya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
menjelaskan bahwa Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut
berakhir, yaitu ketika liabilitas yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan, dibatalkan atau
kadaluarsa (Catatan Atas Laporan Keuanagn Bagian C. Aset Keuangan dan Liabilitas Keuangan,
pada (iv) Penghentian Pengakuan), yang mana hal ini juga telah sesuai dengan apa yang diatur
didalam PSAK 72 (Pengganti PSAK 50) Instrumen Keuangan Penyajian yaitu Entitas
mengeluarkan liabilitas keuangan dari laporan posisi keuangan, jika dan hanya jika, liabilitas
keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau
dibatalkan atau kedaluwarsa. Selain itu, dari segi pertukaran pinjaman PT Bank Rakyat Indonesia
Tbk mengatur jika suatu liabilitas keuangan yang ada digantikan dengan yang lain oleh pemberi
pinjaman yang sama pada keadaan yang secara substansial berbeda, atau berdasarkan suatu
liabilitas yang ada yang secara substansial telah diubah, maka pertukaran atau modifikasi tersebut
diperlakukan sebagai penghentian pengakuan liabilitas awal dan pengakuan liabilitas baru dan
perbedaan nilai tercatat masing-masing diakui dalam laporan laba rugi dan penghasilan
komprehensif lain konsolidasian, yang mana hal tersebut juga sudah sesuai dengan apa yang diatur
dalam PSAK 71 (Pengganti PSAK 50) Instrumen Keuangan Penyajian mengenai prinsip
pertukaran pinjaman dan penyajian selisih antara jumlah tercatat liabilitas keuangan yang berakhir
atau yang dialihkan ke pihak lain.
Kemudian terakhir yaitu dari segi liabilitas saling hapus, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
mengungkapkan bahwa liabilitas keuangan dilakukan saling hapus dan nilai neto-nya disajikan
dalam laporan posisi keuangan konsolidasian jika dan hanya jika BRI memiliki hak yang
berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut dan
adanya maksud untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan
menyelesaikan liabilitasnya secara simultan (Catatan Atas Laporan Keuanagn Bagian C. Aset
Keuangan dan Liabilitas Keuangan, pada (vii) Saling Hapus) dimana aturan yang diterapkan oleh
PT Bank Rakyat Indonesia Tbk tersebut sudah sesuai dengan apa yang diatur oleh PSAK 71
(Pengganti PSAK 50) Instrumen Keuangan Penyajian yaitu dimana asset keuangan dan liabilitas
keuangan disalinghapuskan dan nilai netonya disajikan dalam laporan posisi keuangan jika, dan
hanya jika, entitas : pertama saat ini memiliki hak yang dapat dipaksakan secara hukum untuk
melakukan saling hapus atas jumlah yang telah diakui tersebut; kedua, berintensi untuk
menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan asset dan menyesuaikan liabilitasnya secara
simultan.
B. KEWAJIBAN KONTIJENSI
Penjelasan:
Kewajiban atau liabilitas kontinjensi sendiri menurut PSAK 57 (Penyesuaian 2014) yaitu
suatu kewajiban potensial yang timbul dari suatu peristiwa di masa lalu dan keberadaannya
menjadi pasti dengan terjadi atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa depan yang
tidak sepenuhnya berada dalam kendali entitas atau suatu kewajiban kini yang timbul karena
akibat peristiwa di masa lalu tetapi pada saat itu tidak diakui dikarenakan tidak terdapat
kemungkinan entitas mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomik untuk
menyelesaikan kewajibannya atau jumalah atau besaran kewajibannya tidak dapat diukur secara
andal. Suatu kontinjensi tidak dapat diungkapkan atau disajikan di laporan keuangan apabila
nilai transaksi kontinjensinya tidak material, dengan begitu kontinjensi sedniri tidak
berpengaruh pada laporan posisi keuangan secara keseluruhan.

Menurut PSAK 31, suatu kontinjensi dalam perbankan dapat berupa tagihan atau
kewajiban, baik berupa rupiah ataupun dalam valuta asing. Di dalam PSAK 31 juga dijelaskan
terdapat dua macam kontinjensi yaitu kontinjensi tagihan dan kewajiban kontinjensi.
Kontinjensi tagihan terdiri dari Bank Garansi, Pembelian Opsi Valuta Asing dan Pendapatan
Bungan dalam Penyelesaian. Dan Kewajiban Kontinjensi terdiri dari: Garansi yang diberikan,
Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) yang dapat dibatalkan (recovable L/C)
dalam rangka perdagangan dalam negeri, dan penjualan opsi valuta asing.

Berdasarkan laporan keuangan tahun 2019 PT Bank Rakyat Indonesia, hal yang terkait
dengan kontinjensi telah dijelaskan dalam Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian pada
Bab 2. Ikhtisar Kebijakan Akuntansi bagian (am). Penggunaan Pertimbangan, Estimasi dan
Asumsi Akuntansi yang Signifikan serta pada Bab 45. Perjanjian, Komitmen, dan Kontinjensi
Signifikan bagian (b). Liabilitas Kontinjensi. Dimana BRI sendiri telah membuat estimasi
terkait kontinjensi, yaitu berupa kontinjensi tagihan dalam bentuk Tagihan bunga dalam
penyelesaian sebesar 126.871, serta Liabilitas/Kewajiban Kontinjensi berupa Garansi yang
diterbitkan dalam bentuk Stand by L/C sebesar 15.848.438 dan Garansi Bank sebesar
29.202.927. Dengan begitu apa yang telah dilakukan BRI mengenai Kontinjensi telah sesuai
dengan apa yang diatur dalam PSAK 31 Akuntansi Perbankan serta BRI juga telah
melaksanakan aturan dalam Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia mengharuskan entitas
untuk membuat estimasi dan asumsi yang mempengaruhi jumlah aset dan liabilitas yang
dilaporkan dan pengungkapan aset dan liabilitas kontinjensi pada tanggal pelaporan.

Anda mungkin juga menyukai