Anda di halaman 1dari 9

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-ISSN: 2548-964X

Vol. 4, No. 10, Oktober 2020, hlm. 3313-3321 http://j-ptiik.ub.ac.id

Evaluasi dan Perbaikan Desain Antarmuka Pengguna Sistem Informasi


Musyawarah Masjid menggunakan Goal-Directed Design (GDD)
(Studi Kasus : Masjid Ibnu Sina Jl.Veteran Malang)
Firdausia Indah Romadhanti1, Ismiarta Aknuranda2

Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Email: 1firdausia18@student.ub.ac.id, 2i.aknuranda@ub.ac.id

Abstrak
Masjid Ibnu Sina adalah salah satu masjid yang berada di kota Malang yang memiliki beberapa fungsi
masjid. Untuk mengontrol kegiatan masjid dibutuhkan musyawarah. Dalam pelaksaan musyawarah
terdapat notulis untuk mencatat semua kegiatan musyawarah yang masih dilakukan secara manual.
Sistem informasi musyawarah Masjid Ibnu Sina sudah dikembangkan, namun sistem masih belum
digunakan. Pada saat pengembangan pengembangan fokusnya pada segi fungsional sistem. Dalam
proses desain anatarmuka pengguna, desain hanya dilakukan berdasarkan sudut pandang pengembang
saja. Seharusnya, perlu disertakan peran dan partisipasi dari pengguna secara langsung dalam
pengembangan antarmuka pengguna dari sistem informasi tersebut dengan harapan mendapatkan timbal
balik terkait dengan pengalaman pengguna saat berinteraksi dengan sistem. Oleh karena itu, dalam
skripsi ini dilakukan evaluasi dan perbaikan desain sistem tersebut menggunakan Goal-Directed Design
(GDD). GDD adalah pendekatan yang dapat memberikan solusi desain sistem yang sesuai dengan tujuan
pengguna. Pada pengujian usability, partisipan diminta untuk menjalankan skenario tugas dan mengisi
kuesioner Single Ease Question (SEQ) dan System Usability Scale (SUS) untuk mengukur tingkat
kepuasan. Perbaikan desain antarmuka menghasilkan dua alternatif solusi. Desain yang dapat diterima
oleh pengguna adalah solusi pertama dengan nilai rata-rata 6.159 pada kuesioner SEQ dan 81 pada
kuesioner SUS, kategori acceptable dalam acceptable ranges, kategori B dalam grade scale, kategori
excellent dalam adjective rating, dan grade A dalam percentile rank.
Kata kunci: Goal directed design, system usability scale, single ease question, usability, pengujian usability.
Abstract
Ibnu Sina one of the mosques in Malang has several roles functions of the mosque. To control mosque
activities requires deliberation. In the implementation of the deliberations there is a notepad to record
all the activities of the deliberations that are still done manually. The Ibnu Sina Mosque consultation
information system has been developed, but the system is still not used. At the time of development the
focus was on the functional aspects of the system. In the process of user interface design, design is only
done based on the developer's perspective. Supposedly, it is necessary to include the role and
participation of users directly in the development of the user interface of the information system in the
hope of getting reciprocity related to user experience when interacting with the system. Therefore, in
this thesis an evaluation and improvement of the design of the system uses the Goal-Directed Design
(GDD). GDD is an approach that can provide a system design solution in accordance with user
objectives. In usability testing, participants are asked to carry out task scenarios and fill out the Single
Ease Question (SEQ) and System Usability Scale (SUS) questionnaire to measure the level of
satisfaction. Improvements to the interface design produce two alternative solutions. The user
acceptable design is the first solution with an average value of 6,159 on the SEQ questionnaire and 81
on the SUS questionnaire, acceptable categories in acceptable ranges, category B in grade scale,
excellent category in adjective rating, and grade A in percentile rank.
Keywords: Goal directed design, system usability scale, single ease question, usability, usability testing.

Fakultas Ilmu Komputer


Universitas Brawijaya 3313
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3314

Design (GDD). GDD adalah metode yang


1. PENDAHULUAN memberikan solusi untuk memenuhi kebutuhan
Masjid sebagai tempat utama bagi kaum dan tujuan pengguna (Cooper, Reimann and
islam untuk menjalani ibadah (Rahman, Mastuki Noessel, 2014). Pada perancangan yang akan
and Yusof, 2015). Oleh karena itu, masjid dilakukan bertujuan untuk menghasilkan sebuah
memiliki beberapa fungsi dalam masyarakat rancangan yang sesuai dengan kebutuhan
muslim. Untuk menjalankan fungsi dari masjid pengguna serta mengoptimalkan usability dari
diperlukan pengurus masjid yang bertanggung segi antarmuka pengguna. sehingga pengguna
bisa menggunakan dan mendapatkan informasi
jawab terhadap seluruh kegiatan dalam masjid.
dari sistem dengan nyaman.
Musyawarah masjid adalah salah satu cara
untuk mempersiapkan kegiatan secara matang 2. LANDASAN KEPUSTAKAAN
dan membahas laporan perkembangan kerja 2.1 Goal-Directed Design (GDD)
masjid, agar terdapat peningkatan dalam Goal-Directed Design (GDD) adalah
menjalankan kegiatan ibadah. Pada saat metode yag berfokus pada tujuan pengguna.
musyawarah terdapat beberapa hambatan saat Metode ini menyediakan solusi yang memenuhi
berlangsungnya kegiatan musyawarah, seperti kebutuhan dan tujuan dari pengguna, juga
lupa terhadap keputusan yang ditetapkan mengalamatkan tujuan bisnis (Cooper, Reimann
sebelumnya, pembahasan yang sudah dibahas and Cronin, 2007). Proses ini dapat dibagi
masih menimbukan ambiguitas, dan memiliki menjadi enam fase yang harus dilaksanakan,
dua media pencatatan hasil musyawarah pada pada Gambar 1 disebutkan apa saja fase yang ada
buku serta media sosial yang menyebabkan pada GDD.
perbedaan isi dari hasil musyawarah dan sulitnya
untuk mencari informasi berdasarkan konteks
tertentu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut
maka dibutuhkan sistem informasi musyawarah
masjid. Gambar 1. Process Goal-Directed Design
Sistem informasi musyawarah Masjid Ibnu Sumber: Cooper, Reimann and Cronin (2007)
Sina Malang saat ini sudah dikembangkan
namun masih belum digunakan. Pada saat 2.2 Usability Testing
pengembangan pertama fokusnya adalah pada Menurut ISO 9241-11 (1998), usability
segi fungsional sistem. Dalam proses sebagai sejauh mana produk dapat digunakan
perancangan antarmuka pengguna, perancangan oleh pengguna tertentu untuk mencapai tujuan
hanya dilakukan berdasarkan sudut pandang yang ditentukan dengan efektivitas, efisiensi dan
pengembang saja. Seharusnya perlu disertakan kepuasan dalam konteks penggunaan tertentu.
peran dan partisipasi dari pengguna secara 1. Efektivitas
langsung dalam pengembangan antarmuka Efektivitas adalah keakuratan dan
pengguna dari sistem informasi tersebut dengan kelengkapan yang digunakan pengguna untuk
harapan terdapat umpan balik terkait dengan mencapai tujuan yang ditentukan ISO 9241-11
pengalaman pengguna saat berinteraksi dengan (1998).
sistem. Pengembangan yang melibatkan
pengguna dalam prosesnya dapat mempelajari 2. Efisiensi
kebutuhan pengguna dan membangun produk Menurut ISO 9241-11 (1998) efisiensi
dengan tingkat usability yang baik. Usability adalah sumber daya yang dikeluarkan terkait
yang baik merupakan faktor penting untuk dengan akurasi dan kelengkapan yang digunakan
semua model kualitas dari suatu sistem, dan pengguna untuk mencapai tujuan.
merupakan faktor utama dari kesuksesan dalam
pengembangan sistem interaktif. 3. Kepuasan

Maka dari itu perlu dilakukan penelitian Tingkat kepuasan dapat diukur dari sejauh
untuk mengevaluasi usability dari sistem mana pengguna bebas dari ketidaknyamanan
informasi Masjid Ibnu Sina dan membuat usulan data sedang menggunakan sistem, dan
rancangan perbaikan antarmuka sistem bagaimana perilaku pengguna dalam
informasi Masjid Ibnu Sina. Evaluasi ini akan menggunakan sistem (ISO 9241-11, 1998).
menggunakan pendekatan Goal-Directed 2.3 System Usability Scale (SUS)

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3315

System Usability Scale (SUS) dibuat oleh terdapat satu tahap yaitu merancang kerangka
John Brooke pada tahun 1986, merupakan alat desain. Pada fase kelima terdapat dua tahap yaitu
yang digunakan untuk menilai usability yang pembangunan rancangan antarmuka mendetail
dirasakan dari suatu sistem atau produk (Brooke, dan mengevaluasi hasil. Setelah itu, dilakukan
2013). System Usability Scale (SUS) analisis perbandingan dengan tujuan untuk
memungkinkan untuk mengevaluasi berbagai mengetahui apakah terjadi peningkatan pada
macam produk dan jasa, termasuk hardware, hasil usability.
software, website dan aplikasi. System Usability
Scale (SUS) mencakup berbagai aspek sytem 4. RESEARCH, MODELING, DAN
usability, seperti kebutuhan untuk dukungan, REQUIREMENTS
pelatihan, dan kompleksitas yang memiliki 4.1 Menentukan Ruang Lingkup Sistem
tingkat validitas tinggi untuk mengukur system Identifikasi ruang lingkup sistem
usability. menguraikan tentang spesifikasi dari perangkat
2.4 Single Ease Question (SEQ) keras, perangkat lunak, serta kelengkapan lain
Single ease question (SEQ) merupakan salah yang harus dipenuhi agar aplikasi dapat
satu metode pengujian yang digunakan untuk digunakan. Identifikasi lingkungan sistem dapat
mengukur kemudahan yang dirasakan pengguna dilihat pada Tabel 1.
setelah menyelesaikan task yang diberikan Tabel 1. Ruang Lingkup Sistem
(Sauro and Lewis, 2012). SEQ terdiri dari satu No Karakteristik Sistem
pertanyaan dengan skala Likert 1 sampai 7 dari 1 Perangkat Komputer, laptop, tablet, atau
pilihan yaitu : sangat sulit, sulit, tidak mudah, Keras smartphone yang dapat
cukup, tidak sulit, mudah, dan sangat mudah. digunakan untuk mengakses
situs web.
2 Perangkat Berupa web browser yang
3. METODOLOGI
Lunak mendukung HTML 5
3 Kebutuhan Dapat berupa jaringan seluler
lain untuk atai wi-fi sebagai koneksi
mengakses internet agar sistem dapat
internet terhubung dengan server.
4.2 Evaluasi Awal
Untuk melakukan evaluasi awal terhadap
sistem saat ini, dilakukan pengujian usability.
Pengujian usability dilakukan kepada beberapa
partisipan dengan memberikan tugas sesuai
skenario tugas. Pengujian melibatkan lima orang
partisipan yang memungkinkan kita untuk
menemukan permasalahan usability yang
hampir sama banyaknya jika dibandingkan
dengan pengujian yang melibatkan lebih banyak
responden (Nielsen, 2012). Evaluasi melibatkan
5 partisipan yaitu remas, ketua takmir, sekretaris
takmir, ketua musyawarah, dan notulis
Gambar 2. Tahapan Metodologi musyawarah. Dalam melakukan usability testing
Gambar 2 merupakan tahapan metodologi peserta diberikan tugas untuk dilakukan.
yang dilakukan pada penelitian ini. Pada setiap Skenario tugas dibedakan berdasarkan
fase memiliki beberapa tahap yang dilalui. Pada pengelompokan pengguna. Skenario tugas
fase pertama yaitu research terdapat tiga tahap sekretaris takmir dapat dilihat pada Tabel 2.
yaitu menentukan scope, evaluasi awal, Tabel 2. Skenario Pengujian Usability oleh
melakukan observasi dan wawancara. Pada fase Sekretaris Takmir
kedua yaitu modelling terdapat dua tahap yaitu Tujuan Skenario Aktivitas
pemodelan karakteristik pola pengguna dan Melihat Anda ingin Cari
pemodelan proses bisnis. Pada fase ketiga yaitu daftar mengetahui tahu
requirement terdapat dua tahap yaitu membuat anggota anggota pengurus anggota
konteks skenario dan menyusun persyaratan pada masjid Ibnu yang
pengguna. pada fase keempat yaitu framework Sina terdaftar

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3316

Menambah Terdapat anggota Tambahkan takmir, remas, notulis musyawarah, dan ketua
anggota baru pada anggota baru musyawarah yang merupakan pengurus pada
kepengurusan Masjid Ibnu Sina. Hal ini disesuaikan dengan
Masjid Ibnu Sina. dokumen penelitian sebelumnya mengenai
Agar anggota
pengembangan sistem informasi musyawarah
tersebut dapat aktif
dalam pada Masjid Ibnu Sina Jl. Veteran Malang
kepengurusan di (Novriansyah, Aknuranda and Purnomo, 2019)
Masjid Ibnu Sina, yang menyatakan bahwa orang tersebut adalah
anda dapat orang yang menggunakan sistem secara
melakukan langsung. Dapat dilihat padaTabel 3.
penambahan Tabel 3. Kelompok Pengguna Sistem
anggota. Pemangku Peran terhadap Sistem
Menghapus Seorang remas telah Hapus Kepentingan
anggota selesai masa akun Ketua Takmir Seseorang yang memiliki
kepengurusannya anggota tanggung jawab terhadap
pada Masjid Ibnu yang pekerjaan masjid.
Sina. Anggota telah
tersebut dapat selesai Sekretaris Takmir Seseorang yang memiliki
dihapus pada tanggung jawab terhadap
sistem. pengelolaan anggota
musyawarah masjid.
Mencari Anda ingin mencari Cari tahu
anggota seorang anggota Zhafran Notulis Seseorang yang memiliki
Zhafran pada tanggung jawab terhadap
sistem. pencatatan notulis saat
Dalam melakukan usability testing , musyawarah yang
setiap partisipan akan diminta untuk berinteraksi berlangsung.
dengan rancangan sistem dengan mengerjakan Ketua Musyawarah Seseorang yang memiliki
tugas sesuai dengan perannya masing-masing. tanggung jawab terhadap
Setelah mengerjakan tugas, partisipan diminta berlangsungnya
untuk menilai seberapa sulit atau mudah tugas musyawarah masjid dan
tersebut menggunakan kuesioner Single Ease pengambilan keputusan
musyawarah masjid.
Question (SEQ). kemudian partisipan akan
diberikan pertanyaan terbuka untuk menggali Takmir dan Remas Seseorang pengurus pada
wawasan tentang kendala yang dialami serta masjid.
saran yang ingin diberikan terkait rancangan Wawancara ini akan merepresentasikan
sistem berdasarkan interaksi yang telah kebutuhan yang sebenarnya, sehingga hasilnya
dilakukan. Pada akhir sesi tes, partisipan diminta dapat dijadikan acuan dalam membangun user
untuk menilai seberapa puas mereka terhadap persona. Hasil wawancara dapat dilihat pada
rancangan sistem menggunakan SUS. Tabel 4.
Hasil pengujian menunjukkan rata-rata skor Tabel 4. Hasil Wawancara
SEQ dari seluruh tugas adalah 3.3. Dari aspek Topik Pertanyaan Kesimpulan Jawaban
kepuasan pengguna didapatkan rata-rata skor Sistem yang di Sistem yang user friendly,
SUS 45.5 dan masuk kategori not acceptable inginkan mudah diakses, dan mudah
dalam acceptability ranges, kategori F dalam dipahami.
grade scale, dan kategori OK dalam adjective
Mengapa sistem Untuk membantu dalam
rating. Dari hasil percentile rank didapatkan harus dibuat pendataan pengurus,
nilai atau grade F. memudahkan pengguna
4.3 Melakukan Observasi dan Wawancara dalam mengetahui informasi
Tahap selanjutnya pada research adalah musyawarah ketika tidak
melakukan observasi dan wawancara. Observasi dapat hadir musyawarah,
yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan memudahkan dalam
mengikuti musyawarah yang dilaksanakan oleh pembagian pekerjaan, dan
pengurus Masjid Ibnu Sina. Sedangkan untuk memudahkan dalam
wawancara dilakukan terhadap pengurus Masjid proses pencatatan hasil
Ibnu Sina yaitu ketua takmir, sekretaris takmir, musyawarah.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3317

Siapa yang dapat Ketua musyawarah, notulis • Memperhatikan aspek desain.


menggunakan musyawarah, sekretaris
produk takmir, takmir, remas, dan • Menyukai suatu desain yang
ketua takmir sederhana namun tetap
menarik, mudah dibaca dan
Kapan produk Saat melaksanakan dipahami, dan pemilihan
digunakan musyawarah, dan setiap saat warna tidak kontras.
Fitur yang di Pencatatan, Pekerjaan, dam Aptitudes Rentang Pendidikan SMA – S3
inginkan dalam pendataan pengurus masjid
sistem Goals & • Notulis dapat dikelompokkan
Permasalahan yang Pekerjaan lebih terkontrol, Motivations dan dicari untuk
ingin diselesaikan dan Lebih mudah mempermudah takmir masjid
dengan sistem ini mendapatkan pencatatan mengetahui informasi secara
hasil notula musyawarah cepat.

Dampak apa yang Sistemik • Dapat memaksimalkan dalam


diharapkan dengan melakukan pemantauan dan
adanya sistem manajemen pekerjaan dari
4.4 Pemodelan Karakteristik Pengguna Masjid Ibnu Sina.
Tahap kedua yaitu modeling. Aktivitas yang • Mengurangi kesalahan dalam
pertama pada modeling yaitu melakukan melakukan pekerjaan tertentu
pemodelan karakteristik pengguna. Persona yang sudah ditetapkan.
dibuat berdasarkan hasil pengelompokan • Keanggotaan pada pengurus
pengguna pada Tabel 5. Hasil dari user persona Masjid Ibnu Sina dapat
membantu dalam merancang produk yang sesuai mudah terdata sehingga
karena dapat mengenali pengguna dengan berdampak pada pembagian
berbagai kebutuhan dan ekspektasinya. pekerjaan.
Tabel 5. Persona Pengguna • Mempermudah dalam
Persona Pengguna pencatatan hasil notulis
musyawarah karena
pencatatan dikerjakan oleh
satu orang, sehingga tidak
akan terjadi kerancuan
notulis.
Nama Furqon Skill • Bisa menggunakan laptop
dan handphone
Demographic Umur : 18 – 55 tahun, Jenis
kelamin : Laki-laki, Peran : • Lebih suka menggunakan
Takmir dan Remas, Tempat Bahasa Indonesia
tinggal : Malang
4.5 Pemodelan Proses Bisnis
Device Laptop dan handphone Pemodelan proses bisnis dilakukan untuk
Activities Pengurus pada Masjid Ibnu Sina memodelkan aktivitas yang dijalankan oleh
Masjid Ibnu Sina dalam menjalankan kegiatan
Attitudes • Menganggap suatu sistem
musyawarah masjid. Musyawarah masjid adalah
merupakan hal yang dapat
memudahkan dalam proses
kegiatan penyampaian laporan mingguan yang
pengelolaan. diadakan oleh pengurus Masjid Ibnu Sina.
Gambar 3 merupakan pemodelan proses bisnis
• Menggunakan sistem untuk musyawarah yang saat ini.
memudahkan dalam proses
pekerjaan dan memudahkan
dalam mendapatkan
informasi.
• Familiar terhadap
penggunaan situs web
maupun sosial media untuk
kebutuhan sehari-hari.
Gambar 3. Proses bisnis saat ini musyawarah

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3318

Proses ini dimulai dengan dibukanya agenda pekerjaan tersebut diverifikasi oleh ketua takmir.
musyawarah oleh ketua musyawarah. Lalu Setelah diverifikasi, Furqon dapat melaksanakan
notulis membuka aplikasi untuk menambah tanggung jawab tersebut dan setelah pekerjaan
notula baru yang akan disimpan. Ketua tersebut selesai Furqon tidak perlu melaporkan
musyawarah kemudian membuka pembahasan secara langsung, namun Furqon dapat melaporkan
pekerjaan tersebut menggunakan sistem dengan
musyawarah. Penyampaian laporan dimulai dari mengubah status pekerjaan selesai.
masing-masing peserta musyawarah secara
bergiliran. Gambar 4 merupakan pemodelan 4.7 Menyusun Persyaratan Pengguna
proses bisnis musyawarah yang diusulkan Aktivitas yang kedua pada requierement
yaitu Menyusun persyaratan pengguna.
Persyaratan pengguna yang sudah teridentifikasi
dijadikan acuan dalam merancang sistem.
Terdapat dua persyaratan pengguna yaitu
persyaratan fungsional dan nonfungsional.
Persyaratan fungsional dapat dilihat pada Tabel
7 dan persyaratan nonfungsional dapat dilihat
pada Tabel 8 .
Gambar 4. Proses bisnis usulan musyawarah
Tabel 7. Persyaratan Fungsional
4.6 Menentukan Konteks Skenario Kode Persyaratan Fungsional
Tahap ketiga yaitu requirement. Aktivitas
yang pertama pada requirement adalah FR_01 Sistem harus dapat mengautentikasi
menentukan konteks skenario. Konteks skenario pengguna dan memulai sesi, serta
yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 6. menyediakan hak akses sesuai dengan
identitas pengguna yang telah
Tabel 6. Konteks Skenario
tersimpan di dalam sistem.
Konteks Skenario
FR_02 Sistem harus memungkinkan penguna
Furqon seorang pengurus masjid pada masjid Ibnu keluar dari sistem untuk mengakhiri
Sina. Musyawarah masjid dilaksanakan setiap sesinya.
minggu pada hari sabtu setelah sholat subuh. Pada FR_03 Sistem harus memungkinkan
saat musyawarah berlangsung Furqon ditunjuk sekretaris takmir untuk mengelola
untuk menjadi notulis musyawarah. Kemudian keanggotaan pengurus masjid yang
Furqon membuka sistem masjid Ibnu sina dan meliputi menambah anggota baru,
menggunakan sistem tersebut untuk memudahkan menghapus anggota yang ada, serta
dalam proses pencatatan hasil musyawarah. mengubah jabatan anggota.
Furqon tidak dapat hadir pada musyawarah yang FR_04 Sistem harus dapat menampilkan
diadakan pada minggu sebelumnya. Furqon ingin seluruh pengurus masjid yang aktif dan
mengetahui pembahasan apa saja yang dibahas pengurus alumni.
pada musyawarah tersebut. Untuk mendapatkan
informasi tersebut Furqon membuka sistem masjid FR_05 Sistem harus memunginkan pengguna
Ibnu Sina. Kemudian Furqon mencarinya dengan untuk mencari nama pengurus dengan
memasukkan kata kunci tanggal dilaksanakan memasukkan kata kunci tertentu atau
musyawarah tersebut. pengelompokkan pengurus
berdasarkan jabatan.
Terdapat anggota baru pada kepengurusan masjid
Ibnu Sina. Furqon sebagai seorang sekretaris yang FR_06 Sistem harus dapat menampilkan
bertugas untuk mendata keanggotaan pengurus seluruh daftar pengurus kepada
masjid membuka sistem, kemudian menambahkan pengguna yang berkaitan dengan kata
nama anggota baru tersebut untuk memudahkan kunci yang dimasukkan atau
dalam proses pendataan anggota serta pengelompokkan pengurus
memudahkan dalam pembagian tanggung jawab berdasarkan jabatan.
pekerjaan.
FR_07 Sistem harus dapat menampilkan detail
Furqon mendapat tanggung jawab pekerjaan untuk informasi dari nama pengurus yang
membeli peralatan kebersihan. Furqon tidak dapat dipilih oleh pengguna.
langsung membelinya, namun harus menunggu
FR_08 Sistem harus memungkinkan
persetujuan dari ketua takmir. Maka untuk
pengguna untuk mengelola pekerjaan
memudahkan dalam proses disetujuinya, Furqon
yang meliputi menambah pekerjaan
membuka sistem kemudian menambahkan
baru, menampilkan detail pekerjaan,
pekerjaan baru dan kemudian Furqon menunggu

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3319

serta menambah informasi detail


pekerjaan.
FR_09 Sistem harus dapat menampilkan rekap
pekerjaan masjid kepada ketua takmir.
FR_10 Sistem harus memugkinkan ketua
takmir untuk mengelola pekerjaan
masjid yang meliputi mengubah status
pekerjaan, serta menghapus pekerjaan
yang tidak sesuai.
FR_11 Sistem harus memungkinkan notulis Gambar 5. Wireframe halaman beranda
musyawarah untuk menambah notula 5.2 Prototipe High Fidelity
musyawarah baru. Tahap yang kelima adalah refinement. Pada
tahap ini akan dikembangkan sebuah prototipe
Tabel 8. Persyaratan Nonfungsional
yang menghasilkan 2 solusi desain. Prototipe
Kode Persyaratan Nonfungsional
halaman beranda pada desain solusi pertama
FR_01 Sistem harus dapat menciptakan dapat dilihat pada Gambar 6 dan desain solusi
pengalaman pengguna yang kedua pada Gambar 7.
menyenangkan.
FR_02 Sistem harus memiliki antarmuka
pengguna yang mudah untuk
digunakan.

5. PERANCANGAN SOLUSI
Perancangan solusi yang akan dibuat
meliputi perancangan wireframes dan prototype Gambar 6. Desain Solusi 1 Halaman Beranda
high fidelity berdasarkan hasil persyaratan
fungsional dan nonfungsional. Untuk
melakukan proses perancangan wireframe
sistem yang akan dibangun, diperlukan guideline
yang dijadikan pedoman dalam tahap framework
dan refinement. Guideline yang digunakan
adalah usability guidelines yang diterbitkan oleh
Pemerintah Amerika dengan judul bukunya
Research-Based Web Design & Usability
Guidelines (2006). Prototipe high fidelity Gambar 7. Desain Sousi 2 Halaman Beranda
menghasilkan dua rancangan solusi desain.
6. EVALUASI DESAIN
5.1 Wireframe
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan
Tahap yang keempat yaitu framework. prototipe interaktif yang sudah dirancang. Pada
Pada tahap ini dilakukan proses perancangan evaluasi desain solusi, dilakukan pengujian
ke dalam bentuk wireframes Hasil rancangan usability dengan partisipan diminta untuk
wireframe selanjutnya dikomunikasikan dengan mengerjakan tugas-tugas dalam bentuk skenario
pengguna untuk mendapatkan timbal balik tugas. Pengujian dilakukan dengan
mengenai apakah rancangan solusi perbaikan menggunakan dua kuesioner yaitu Single Ease
yang ditawarkan sudah memenuhi persyaratan Question (SEQ) dan System Usability Scale
pengguna. Hasil rancangan wireframe desain (SUS). Pengujian melibatkan lima partisipan
solusi untuk halaman beranda dapat dilihat pada yang memungkinkan untuk menemukan
Gambar 5 adalah wireframe halama beranda. permasalahan usability yang hampir sama
banyaknya jika dibandingkan dengan pengujian
yang melibatkan lebih banyak responen
(Nielsen, 2012).
Pada desain solusi pertama menggunakan
kuesioner SEQ mendapatkan nilai rata-rata

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya


Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3320

6.159. Dan kuesioner SUS didapatkan nilai rata- rancangan antarmuka dilakukan dengan
rata 81 dan masuk dalam kategori acceptable menjadikan hasil evaluasi awal dan wawancara
dalam acceptable ranges, kategori B dalam sebagai acuan dalam pembangunan desain
grade scale dan kategori Excellent Dalam antarmuka. Perbaikan rancangan antarmuka
adjective rating. Dari hasil percentile rank dirancang dengan dua desain. Setelah
mendapatkan nilai atau grade A. rekomendasi perbaikan dibuat, dilakukan
Sedangkan pada desain solusi kedua pengujian usability pada desain solusi dan
menggunakan kuesioner SEQ mendapatkan nilai dilakukan perbandingan terhadap hasil dari
rata-rata 5.885. Dan kuesioner SUS didapatkan pengujian pada desain awal dan desain solusi.
nilai rata-rata 71.5 dan masuk dalam kategori Pada desain solusi pertama dengan kuesioner
acceptable dalam acceptable ranges, kategori B SEQ, diperoleh nilai rata-rata 6.159 dan terdapat
dalam grade scale dan kategori Good Dalam peningkatan sebesar 87% dari desain awal.
adjective rating. Dari hasil percentile rank Sedangkan pada kuesioner SUS diperoleh nilai
mendapatkan nilai atau grade C. rata-rata 81 dan terdapat peningkatan sebesar
78%. Peningkatan yang terjadi pada semua
7. ANALISIS PERBANDINGAN aspek pengujian menandakan bahwa desain
Hasil perbandingan menggunakan kuesioner solusi yang dibuat memiliki tingkat usability
Single Ease Question (SEQ) pada kelima yang lebih baik dari desain lama dan partisipan
partisipan mendapatkan nilai rata-rata 3.3 untuk lebih merasa puas pada desain solusi pertama.
desain sebelum perbaikan, 6.159 pada desain Saran untuk penelitian selanjutnya adalah
solusi pertama, dan 5.885 pada desain solusi perlu dilakukan implementasi dari desain solusi
kedua. Sehingga tingkat penerimaan pengguna yang telah dibuat, perlu dilakukan pengujian
pada desain sebelum perbaikan dan dua desain efisiensi terhadap waktu penyelesaian tugas pada
solusi perbaikan, pengguna lebih dapat saat sistem sudah dalam tahap impelementasi
menerima desain solusi pertama. dan telah beroperasi untuk mendapatkan hasil
Tabel 9. Perbandingan Kuesioner SUS Pada waktu yang sesuai berdasarkan kondisi
Desain Sebelum Perbaikan, Desain Solusi lingkungan sistem, Hasil evaluasi dan perbaikan
Pertama, dan Desain Solusi Kedua rancangan antarmuka sistem informasi
musyawarah Masjid Ibnu Sina Malang pada
Kategori SUS Hasil Hasil Hasil desain solusi pertama yang dapat diterima oleh
Desain Desain Desain pegguna walaupun sudah mendapatkan nilai
Sebelu Solusi Solusi acceptable, grade B dan excellent namun masih
m Pertam Kedua
berada dibawah grade A dan best imaginable.
Perbai a
kan
Tingkat usability desain tersebut masih bisa
ditingkatkan agar menghasilkan nilai rata-rata
Rata-rata 45.5 81 71.5 diatas 90, dan Dari hasil evaluasi akhir, yang
Gra Acceptab Not Accepta Accepta perlu dilakukan perbaikan adalah desain pada
de ility accepta ble ble fitur keanggotaan dan fitur pekerjaan.
Range ble
9. DAFTAR PUSTAKA
Grade F B C
Scale Brooke, J., 2013. SUS: A Retrospective. Journal
Adjective OK Excelle Good of Usability Studies, 8(2), pp.29–40.
Rating nt Cooper, A., Reimann, R. and Cronin, D., 2007.
Percentile Rank F A C About Face 2.0: The Essentials of
Interaction Design. Information
Visualization, .
8. KESIMPULAN DAN SARAN
Cooper, A., Reimann, R. and Noessel, C., 2014.
Hal yang dapat disimpulkan pada penelitian
About Face 4: The Essentials of
ini dengan menggunakan metode GDD
Interaction Design. 4th ed. John Wiley &
menggunakan kuesioner SEQ dan SUS. Pada
Sons, 2014.
evaluasi desain awal didapatkan nilai rata-rata
3.3 untuk kuesioner SEQ dan kuesioner SUS International Standards Office, 1998. ISO 9241-
didapatkan nilai rata-rata 45.5. Perbaikan 11: Ergonomic requirements for office
work with visual display terminals
Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya
Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer 3321

(VDTs). International Organization for


Standardization.
Nielsen, J., 2012. Usability 101: Introduction to
Usability. [online] Available at:
<https://www.nngroup.com/articles/usabi
lity-101-introduction-to-usability/>.
Novriansyah, R., Aknuranda, I. and Purnomo,
W., 2019. Pengembangan Sistem
Informasi Musyawarah Dengan Metode
Iteratif ( Studi Kasus : Masjid Ibnu Sina Jl
. Veteran , Malang ). Jurnal
Pengembangan Teknologi Informasi dan
Ilmu Komputer (JPTIIK) Universitas
Brawijaya, 3(6).
Rahman, M.F.B.A., Mastuki, N. and Yusof,
S.N.S., 2015. Performance Measurement
Model of Mosques. Procedia Economics
and Finance, [online] 31(15), pp.26–35.
Available at:
<http://dx.doi.org/10.1016/S2212-
5671(15)01128-4>.
Sauro, J. and Lewis, J.R., 2012. Quantifying the
User Experience.

Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya

Anda mungkin juga menyukai