Anda di halaman 1dari 11

IBTIDA’: Media Komunikasi Hasil Penelitian

Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah p-ISSN: 2722-8452 (Print)


Volume 02, No. 01, April 2021, Hal. 69-79 e-ISSN: 2722-8290 (Online)

DOI: https://doi.org/10.37850/ibtida’.
https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

PEMBENTUKAN KARAKTER SOPAN SANTUN SISWA SEKOLAH DASAR


MELALUI BUDAYA JAGA REGOL

Allinda Hamidah1, Andina Nuril Kholifah2 .


1,2 Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyyah Al-fattah-Siman-Lamongan, 032231164
Pos-el: lindaalinda68@gmail.com1
dinaandinanuril@gmail.com2

Received date: 18 Maret 2021, Received date: 05 April 2021, Accepted date: 13 April 2021

Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) Mendeskripsikan implementasi pelestarian
budaya Jaga Regol siswa Sekolah Dasar di MI Thoriqotul Hidayah Gelap, (2)
mendeskripsikan dampak yang ditimbulkan dari pelestarian budaya Jaga Regol dalam
membentuk karakter sopan santun siswa MI Thoriqotul Hidayah Gelap. Untuk mencapai
tujuan di atas, digunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data diawali dengan
analisis sebelum di lapangan, analisis selama di lapangan, pertanyaan dan keabsahan
data yang meliputi uji kredibilitas, metode trianggulasi dan pengujian konfirmability.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi pelestarian budaya Jaga Regol
dalam membentuk sopan santun dilakukan dengan melakukan pembiasaan program
sekolah senyum, sapa, salam dan jabat tangan, kegiatan rutin dilakukan setiap hari,
pembiasaan dilaksanakan sesuai jadwal ynag ditentukan dan setiap waktu saat bertemu
dengan orang lain. (2) Dampak Implementasi Pelestarian Budaya Jaga Regol dalam
Membentuk Karakter Sopan Santun di sekolah: (a) Dampak di sekolah, siswa selalu
berbicara ramah kepada orang lain (kepala sekolah, guru, karyawan), tidak mengobrol
saat guru menerangkan materi, tidak mengejek teman lain. (b) Dampak di luar sekolah
yaitu di keluarga dan masyarakat (1) Di keluarga : siswa terbiasa mengucap salam ketika
akan keluar atau masuk rumah, menghormati pendapat antar anggota keluarga,
membantu dalam mengerjakan pekerjaan rumah. (2) Di masyarakat: siswa tidak
meludah di sembarang tempat, ikut bergotong royong, tidak meyela pembicaraan orang
lain dan membuang sampah pada tempatnya.

Kata kunci: Budaya sekolah, Jaga Regol, Pendidikan Karakter, Sekolah Dasar, Sopan Santun

Abstract
The objectives of this study were to: (1) describe the implementation of Jaga Regol cultural
preservation at MI Thoriqotul Hidayah Gelap, (2) describe the impact of preserving Jaga
Regol culture in shaping the character of courtesy of students at MI Thoriqotul Hidayah
Gelap To achieve the above objectives, a qualitative approach is used. The data collection
technique was done by means of observation, interviews, and documentation. Data analysis
begins with pre-field analysis, analysis during the field, questions and data validity which
includes credibility tests, triangulation methods and confirmability testing. The results
showed that: (1) the implementation of cultural preservation of Jaga Regol in shaping
courtesy in schools with routine school habits which are held every day starting from
activities before starting learning and activities while in the learning process. (2) the impact

69
70 Ibtida’, Volume 02, No. 01, April 2021, Hal. 69-79

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

of the implementation of handshake culture preservation in shaping the character of


courtesy in schools, namely the implementation of character education in schools, including
speaking friendly to others (principals, teachers, employees), not chatting when the teacher
explains the material, not mocking other friends, Second , the implementation of character
education outside of school is divided into 2, namely in the family and society, including: (a)
in the family: saying greetings when going out or entering the house, respecting the opinions
of family members, helping with household chores, (b) in the community: not spitting in any
place, cooperating with each other, not interrupting other people's conversations
Keywords: Character Education, Elementary School, Keep Regol, Polite Manners, School
Culture.

PENDAHULUAN artinya sikap terhadap apa yang ia


Pendidikan dalam sistem lihat, ia rasakan dalam situasi dan
persekolahan selama ini hanya kondisi apapun. atau hormat kepada
mementingkan pengembangan orang lain, sopan santun terhadap
kemampuan intelektual saja, dan teman sebaya, tetangga, orang yang
kurang memberi perhatian pada aspek lebih tua dan kepada guru. Menurut
pengembangan karakter watak. Heni Pringgadini (2018) Karakter
Sementara karakter merupakan aspek sopan santun menjadi luntur
yang sangat penting dalam hal kualitas disebabkan oleh salah satu faktor yang
sumber daya manusia. Banyaknya begitu mudah dapat mengakses
orang yang mempunyai intelektual perilaku hidup bangsa dibelahan lain
yang tinggi akan tetapi tidak berguna yang cenderung hedonis dan egois, hal
bagi masyarakat bahkan dapat juga itu dianggap serta dipercaya sebagai
membahayakan masyarakat jika gaya hidup orang. Tentu saja hal ini
karakternya rendah. Oleh sebab itu berdampak negatif bagi
pendidikan karakter seharusnya perkembangan karakter bangsa di
ditempatkan sebagai bagian terpenting negara ini. Adapun cara menanamkan
dalam sistem pendidikan nasional. karakter sopan santun menurut
William dan Schnaps (Zubaedi, Damayanti (2012: 104-107)
2011:15) mendefinisikan pendidikan diperlukan langkah-langkah: (1) Beri
karakter sebagai usaha yang dilakukan kesempatan pada anak untuk
oleh para personel sekolah, bahkan mengungkapkan masalahnya (2) Tidak
yang dilakukan bersama sama dengan memaksa anak meminta maaf (3)
orang tua dan anggota masyarakat, Tumbuhkan empati pada anak (4)
untuk membantu anak-anak dan Berikan dorongan (5) Kenalkan aneka
remaja agar menjadi atau memiliki cara meminta maaf (6) Beri toleransi
sifat peduli, berpendirian, dan waktu.
bertanggung jawab. Berdasarkan Perpres nomor 87
Salah satu karakter paling tahun 2017 mengeluarkan peraturan
penting yang harus dimiliki oleh siswa tentang penguatan pendidikan
adalah sikap sopan santun yang karakter. Sopan santun dapat

Copyright © 2021, STIT Al-Fattah Siman Lamongan


Hamidah, pembentukan Karakter Sopan 71

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

diinterpretasikan kedalam budaya Jaga Berdasarkan latar belakang


Regol (jaga gerbang). yang artinya tersebut peneiti tertarik melakukan
penyambutan guru terhadap murid observasi tentang karakter sopan
berupa senyum, sapa, salam, dan santun siswa Sekolah Dasar diseluruh
berjabat tangan. senyum, sapa, salam, sekolah tingkat dasar di kecamatan
dan berjabat tangan merupakan hal Laren. Berdasarkan hasil observasi,
yang sangat lazim dilakukan dan telah peneliti menemukan salah satu
menjadi kebiasaan yang dilakukan sekolah yang mana siswa dan guru
untuk berinteraksi dengan sesama. memiliki karakter sopan santun yang
Pendidikan karakter dapat tinggi yakni di MI Thoriqotul Hidayah
terpentuk dari kebiasaan sebagaimana Gelap, Adapun yang peneliti temukan
pendapat Lickona (2012) bahwa adalah, anak sopan saat bertemu
pembentukan karakter yang baik perlu dengan guru, teman, dan tamu seperti
menekankan pada pembinaan perilaku peneliti misalnya, mereka sangat
secara berkelanjutan mulai dari proses ramah, tidak menutup peneliti juga
moral knowing (pengetahuan moral) , menemukan terdapat sebagian anak
moral feeling (sikap moral), dan moral yang masih melakukan pelanggaran-
action (perilaku moral) dari pelanggaran yang disengaja maupun
pendidikan karakter. Menurut Mikarsa tidak disengaja seperti datang
dalam Damayanti (2012: 108) terlambat, bicara yang tidak sopan,
mengajari sopan santun atau tata mengejek teman, dan sering kabur-
krama sebaiknya dilakukan sejak dini. kaburan saat berjabat tangan di
Terutama pada tingkat sekolah dasar gerbang bersama guru dan temanya.
menurut psikologi perkembangan Dari hasil observasi tersebut,
Dalam teorinya, Piaget menjelaskan peneliti melakukan penelitian lanjut
anak usia SD yang pada umumnya terkait bagaimana karakter sopan
berusia 7 sampai 11 tahun, berada santun siswa Sekolah Dasar dapat
pada tahap ketiga dalam tahapan terbentuk, di MI Thoriqotul Hidayah
perkembangan kognitif yang Gelap. Adapun tujuan penelitian ini
dicetuskannya yaitu tahap operasional untuk mendeskripsikan implementasi
konkret. Pada tahap ini, anak dinilai Pelestarian Budaya Jaga regol Sekolah
telah mampu melakukan penalaran sebagaimana Berdasarkan Perpres
logis terhadap segala sesuatu yang nomor 87 tahun 2017, selanjutnya
bersifat konkret, tetapi anak belum Untuk mendeskripsikan Dampak
mampu melakukan penalaran untuk Pembentukan Karakter Sopan Santun
hal-hal yang bersifat abstrak Siswa Melalui Budaya Jaga Regol di MI
(Trianingsih, 2016). Artinya pada Thoriqotul Hidayah Gelap.
tahap ini, anak masih sangat
terpengaruh dengan pembiasaan yang
ia lihat dan lakukan setiap hari. METODE PENELITIAN
72 Ibtida’, Volume 02, No. 01, April 2021, Hal. 69-79

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

Pendekatan yang dilakukan peneliti tanyakan kepada sumber


dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu kepala sekolah,
pendekatan kualitatif dengan jenis guru yang bertugas dalam Jaga
deskriptif. Regol, dan siswa MI Thoriqotul
Dalam penelitian ini sumber Hidayah Gelap. Dengan
data diperoleh dari peserta didik MI pertanyaan yang meliputi
Thoriqotul Hidayah Gelap, kepala pembentukan karakter sopan
sekolah, dan guru agama, sebagai data santun, bagaimana siswa bersikap,
primer informan untuk mendapatkan kebiasaan siswa saat bertemu
data langsung yang dikumpulkan oleh dengan guru dan sesama siswa
peneliti dari sumber pertamanya lainya, serta pelaksanaan budaya
dengan kegiatan wawancara yang Jaga Regol yang dilakukan setiap
dilakukan peneliti dengan mengamati paginya.
jawaban-jawaban dari informan. c. Dokumentasi
Peneliti kemudian mengumpulkan Peneliti menggunakan
data-data langsung sebagai data metode pengumpulan data
sekunder yang terkait dengan data mengenai hal-hal yang berupa
dokumentasi resmi lembaga, program leger, transkip dan sebagainya
sekolah, foto-foto kegiatan sebagai yang berkaitan dengan penelitian.
penguat dan pelengkap dari data Dalam penelitian ini peneliti
primer. menggunakan Teknik Penentuan
Untuk mendapatkan data-data Validitas dan Keabsahan Data
yang akurat dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang
menggunakan beberapa teknik valid dengan Uji kredibilitas,
pengumpulan data sebagai berikut: Metode Triangulasi dan Pengujian
a. Observasi Konfirmability.
Teknik ini dilakukan untuk Analisi data dalam penelitian
melihat situasi dan kondisi, proses ini dilakukan sejak sebelum
interaksi dan pergaulan siswa mamasuki lapangan, selama
serta kegiatan melakukan budaya berada dilapangan dan selesai
jaga regol dengan jabat tangan berada di lapangan. Sebagaimana
sebelum memasuki sekolah dan menurut Nasution bahwa analisis
sebelum memasuki kelas serta mulai sejak merumuskan dan
saat akan meninggalkan menjelaskan masalah, sebelum
sekolahan. Untuk mendapatkan terjun ke lapangan dan
data yang peneliti inginkan disini berlangsung terus sampai
peneliti menggunakan observasi penulisan dari hasil penelitian.
partisipatif dan observasi pasif.
b. Interview atau Wawancara HASIL DAN PEMBAHASAN
Peneliti memberikan 1. Implementasi pelestarian budaya
beberapa pertanyaan yang Jaga Regol dalam membentuk

Copyright © 2021, STIT Al-Fattah Siman Lamongan


Hamidah, pembentukan Karakter Sopan 73

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

karakter sopan santun siswa Sopan santun bukanlah sikap


Sekolah Dasar di MI Thoriqotul yang muncul secara tiba-tiba, tetapi
Hidayah Gelap perlu diajarkan kepada anak. Salah
Salah satu poin penting dari satu metode atau cara yang tepat
tugas pendidikan adalah dalam penanaman karakter pada
membangun karakter (character siswa adalah dengan melakukan
building) siswa. Karakter pembiasaan-pembiasaan kepada
merupakan standar-standar batin siswa.
yang terimplementasi dalam Metode pembiasaan ini
berbagai bentuk kualitas diri. bertujuan untuk membiasakan
Karakter diri dilandasi nilai-nilai siswa berperilaku terpuji, disiplin
serta cara berpikir berdasarkan dan giat belajar, kerja keras dan
nilai-nilai tersebut dan terwujud di ikhlas, jujur dan tanggung jawab
dalam perilaku. Sesuai dengan atas segala tugas yang dilakukan.
pemikiran ini, menurut Simon Hal ini perlu dilakukan oleh guru
Philips, karakter adalah kumpulan dalam rangka pembentukan
tata nilai yang menuju pada suatu karakter untuk membiasakan
sistem, yang melandasi pemikiran, siswa melakukan perilaku terpuji
sikap, dan perilaku yang (akhlak mulia).
ditampilkan. Karakter adalah sifat Pendidikan dengan
kejiwaan, akhlak, atau budi pekerti pembiasaan menurut Mulyasa
yang menjadi ciri khas seseorang dapat dilaksanakan secara
atau sekelompok orang. terprogram dalam pembelajaran
Karakter penting yang harus atau dengan tidak terprogram
dimiliki oleh setiap siswa adalah dalam kegiatan sehari-hari.
sikap sopan santun kepada orang Kegiatan pembiasaan dalam
lain. Sopan santun tersebut dapat pembelajaran secara terprogram
diinterpretasikan ke dalam budaya dapat dilaksanakan dengan
jabat tangan. Jabat tangan perencanaan khusus dalam kurun
merupakan hal lazim yang waktu tertentu, untuk
dilakukan dan telah menjadi mengembangkan pribadi siswa
kebiasaan yang dilakukan untuk secara individu dan kelompok.
berinteraksi dengan sesama. Adapun kegiatan pembiasaan
Seseorang melakukan jabat tangan siswa yang dilakukan secara tidak
untuk menjalin hubungan dengan terprogram dapat dilaksanakan
orang lain. Biasanya jabat tangan dengan cara-cara berikut:
dilakukan ketika bertemu dan a. Kegiatan Rutin, yaitu
berpisah dengan sesama muslim pembiasaan yang dilakukan
sebagai wujud rasa menghormati secara terjadwal.
yang lebih tua begitu juga b. Kegiatan yang dilakukan secara
sebaliknya. spontan, yaitu pembiasaan yang
74 Ibtida’, Volume 02, No. 01, April 2021, Hal. 69-79

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

dilakukan tidak terjadwal Sekolah Dasar sebagai lembaga


dalam kejadian khusus, resmi awal pembelajaran seorang
misalnya pembentukan anak.
perilaku memberi salam, Selanjutnya dalam pelestarian
membuang sampah pada budaya Jaga Regol dalam
tempatnya, melakukan antre membentuk karakter sopan santun
dan sebagainya. siswa yang telah dilaksanakan di MI
c. Kegiatan dan Keteladanan, ialah Thoriqhotul Hidayah Gelap sesuai
pembiasaan dalam bentuk dengan teori menurut Mulyasa
perilaku sehari-hari, seperti diatas dimana dalam
berpakaian rapi, berbahasa pelaksanaannya kegiatan
yang baik dan santun, rajin pembiasaan secara tidak
membaca, memuji kebaikan terprogram khususnya dalam
atau kebersihan orang lain, kegiatan sehari-hari. Dalam proses
datang ke sekolah dengan tepat pelaksanaan pelestarian budaya
waktu dan sebagainya. Jaga Regol dilaksanakan dengan
Dalam pelaksanaan pendidikan pembiasaan kegiatan sehari-hari
karakter, pembiasaan siswa akan dimana kegiatan tersebut
lebih efektif jika ditunjang dengan disesuaikan dengan nilai-nilai
keteladanan dari tenaga pendidik. karakter yang dilakukan secara
Oleh karenanya, metode tidak terprogram diantaranya:
pembiasaan ini tidak terlepas dari Pertama, kegiatan jabat tangan di
keteladanan. Dimana ada gerbang sekolah, jabat tangan
pembiasaan disana ada sebelum memulai pelajaran yaitu
keteladanan. Kebiasaan yang jabat tangan sebelum
dilakukan secara terus menerus pembelajaran, jabat tangan
dalam teori pendidikan akan sebelum memasuiki ruang kelas,
membentuk karakter. jabat tangan pada waktu pulang
Implementasi pelestarian sekolah, jabat tangan secara
budaya Jaga Regol tentunya spontan, Kedua, kegiatan jabat
bertujuan untuk membentuk tangan di luar pembelajaran
karakter siswa terutama karakter berlangsung yaitu jabat tangan
sopan santun siswa. Proses antar guru dengan siswa, jabat
pembentukan sopan santun tidak tangan antar siswa dengan siswa,
mudah dilakukan, oleh karena itu jabat tangan antar guru dengan
dibutuhkan lembaga sosial yang guru.
menangani secara khusus Dari kegiatan wawancara yang
pembentukan karakter pada anak. peneliti lakukan dengan bapak
Pendidikan yang mengawali Muhammad Ubaidillah selaku
pembentukan karakter tersebut Kepala Sekolah beliau menyatakan
antara lain dapat dilakukan di bahwa:

Copyright © 2021, STIT Al-Fattah Siman Lamongan


Hamidah, pembentukan Karakter Sopan 75

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

“Awal memasuki gerbang sopan santun siswa MI Thoriqhotul


sekolah, sudah diadakan Hidayah Gelap telah selaras dengan
kegiatan-kegiatan rutin pagi teori mulyasa, dimana semua pihak
setiap harinya, sebelum masuk sekolah tidak hanya terfokus dalam
gerbang sekolah siswa aspek pengetahuan saja yang harus
dibiasakan berjabat tangan diajarkan kepada siswa namun juga
dengan guru dan teman- kegiatan pembiasaan siswa yang
temanya. Guru menyambut dilakukan secara tidak terprogram
dengan perasaan gembira diantaranya: Pertama, kegiatan
disertai dengan senyuman jabat tangan di gerbang sekolah,
yang hangat begitu juga jabat tangan sebelum memulai
dengan siswa terkadang ada pelajaran yaitu jabat tangan
yang menyambut dengan sebelum pembelajaran, jabat
senyuman dan terkadang ada tangan sebelum memasuiki ruang
pula yang menyambut dengan kelas, jabat tangan pada waktu
ucapan salam secara pulang sekolah, jabat tangan secara
bergantian dengan bapak ibu spontan, Kedua, kegiatan jabat
guru yang bertugas di depan.” tangan di luar pembelajaran
Ibu Nur Qori’ah selaku wali berlangsung yaitu jabat tangan
kelas 5 beliau juga menyatakan: antar guru dengan siswa, jabat
“Disini jabat tangan tidak tangan antar siswa dengan siswa,
dilakukan pada saat memasuki jabat tangan antar guru dengan
gerbang sekolah saja, sebelum guru.
masuk ke ruang kelas anak- Hasil wawancara dengan
anak juga dilatih untuk Guru Agama Bapak Sholihan yang
melakukan jabat tangan dengan menyatakan bahwa:
cara berbaris yang rapi di depan “Jadi guru lebih akrab dengan
kelas dengan dipimpin oleh siswa ketika berjabat tangan
ketua kelas. Kemudian guru dengan mengucapkan salam
yang memulai pembelajaran di atau hanya sekedar senyum
awal menyambut dengan saja. Begitu pula sebaliknya,
senyuman dan guru siswa juga lebih terbuka
menyempatkan memberi dengan kehadiran pembiasaan
motivasi kepada siswa- ini karena sudah terbiasa di
siswanya agar siswa-siswanya ajarkan di rumah dan
lebih siap dalam menghadapi diajarkan di sekolah mulai
pembelajaran dikelas.” sedini mungkin. Kemudian
Berdasarkan dari hasil data guru juga dapat menilai dari
diatas, maka dapat disimpulakan pembiasaan ini bagaimana
bahwa pelestarian budaya jaga sikap siswa kelas yang sopan.
Regol dalam membentuk karakter Jadi antara guru dan siswa
76 Ibtida’, Volume 02, No. 01, April 2021, Hal. 69-79

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

kelas juga sudah ada mengerjakan PR padahal


komunikasi di awal sebelum sudah selesai.”
pembelajaran berlangsung. Hasil wawancara di atas
Guru juga mengawasi siswa dapat disimpulkan bahwa, jabat
satu dengan lainnya dalam hal tangan selain membentuk
berkomunikasi apakah akrab karakter sopan santun juga
bila bertemu dengan siswa dapat memupuk keakraban
kelas yang lainnya seperti antara guru dengan siswa-
akrab dengan gurunya.” siswanya. Karena guru dan
Hasil wawancara tersebut siswa saling memberikan kasih
dapat disimpulkan bahwa dalam sayang dan saling menghormati
pembentukan karakter sopan antar guru dan siswa. Selain itu,
santun di MI Thoriqhotul Hidayah jabat tangan bisa berfungsi
Gelap melakukan pembiasaan yang sebagai alat komunikasi dan
telah mereka lakukan selaras menjalin hubungan yang baik
dengan teori yang dikemukakan dengan sesama.
oleh Thomas Lickona, bahwa Pelaksanaan budaya
karakter kita terbentuk dari Jaga Regol dengan berjabat
kebiasaan kita. Kebiasaan kita saat tangan merupakan bentuk dari
anak-anak biasanya bertahan saat karakter sopan santun yang
masa remaja. Orang tua bisa setiap hari dilaksanakan di
mempengaruhi baik buruk, sekolah dapat menimbulkan
pembentukan kebiasaan anak-anak kebiasaan silaturahmi antar
mereka. siswa dengan guru maupun
Hasil wawancara dari salah siswa dengan siswa lainnya.
satu siswa MI Thoriqotul Hidayah Pembiasaan ini juga tidak luput
Gelap, Salsa Ayunda Ramadhani dari salah satu program sekolah
yang menyatakan bahwa: agar siswa tertanam nilai
“Saya senang ketika sebelum keagamaan sejak dini, maka
memulai pembelajaran dari itu sekolah menerapkan
berbaris di depan gerbang dan pembiasaan budaya Jaga Regol
di depan kelas di situ saya bisa sejak awal
mengecek kerapian saat akan 2. Dampak Pelestarian Budaya Jaga
memasuki kelas. Biasanya juga Regol di MI Thoriqotul Hidayah
sering saya dikasih motivasi Gelap
oleh guru-guru ketika hendak Pendidikan karakter di
memulai pelajaran. Saya sekolah sangat diperlukan,
terkadang juga iseng tanya walaupun dasar dari pendidikan
apakah hari ini ada PR atau karakter adalah di dalam keluarga.
tidak. Pura-pura belum Jika seorang anak mendapat
pendidikan karakter yang baik di

Copyright © 2021, STIT Al-Fattah Siman Lamongan


Hamidah, pembentukan Karakter Sopan 77

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

keluarganya, anak tersebut akan Guru sebagai tenaga


berkarakter baik mementingkan profesional mempunyai visi
aspek kecerdasan otak ketimbang terwujudnya penyelenggaraan
pendidikan karakter. Selain itu, pembelajaran sesuai dengan
Daniel Goeleman, juga mengatakan prinsip-prinsip profesionalitas
bahwa banyak orang tua yang gagal untuk memenuhi hak yang sama
dalam mendidik karakter anak- bagi setiap warga negara dalam
anaknya baik karena kesibukan memperoleh pendidikan yang
maupun karena lebih bermutu. Dalam konteks
mementingkan aspek kognitifnya pendidikan karakter, peran guru
anak. Meskipun demikian, kondisi sangat vital sebagai sosok yang
ini dapat ditanggulangi dengan diidolakan, serta menjadi sumber
memberikan pendidikan karakter inspirasi dan motivasi murid-
di sekolah. muridnya. Sikap dan perilaku
Pendidikan karakter sangat seorang guru sangat membekas
penting bagi sistem pendidikan di dalam diri seorang murid, sehingga
negara ini. Pendidikan karakter ucapan, karakter dan kepribadian
akan dijadikan sebagai landasan guru menjadi cermin murid.
dalam upaya pembentukan kualitas Guru memiliki tanggung
karakter bangsa Indonesia. jawab bahwa siswa yang datang ke
Kemampuan kognitif tanpa sekolah, telah mempelajari
pendidikan karakter yang kuat pendidikan karakter di keluarga
akan menghasilkan pribadi yang dan masyarakat. Ini bermakna
mudah dihasut, sehingga akan siswa-siswi telah mempunyai
menghambat kemajuan bangsa sikap, kepercayaan dan tabiat
Indonesia. Pentingnya pendidikan tentang moral yang dipelajari
karakter bermanfaat untuk mereka daripada berbagai sumber
menghasilkan pribadi yang tidak sebelum mereka ke sekolah. Latar
mengabaikan nilai sosial, seperti belakang ini mewujudkan berbagai
toleransi, tanggung jawab, dan persoalan karakter dari segi
yang lainnya sehingga terciptalah pengetahuan dan prinsip hidup
pribadi yang berkarakter unggul. anak-anak. Guru juga harus sadar
Kualitas manusia Indonesia bahwa sekolah itu sendiri
tersebut dihasilkan melalui merupakan sumber pembelajaran
penyelenggaraan pendidikan yang karakter secara tidak langsung.
bermutu oleh pendidik profesional. Suasana sosial di sekolah dan
Oleh karena itu, guru sebagai bagaimana guru-guru bertingkah
pendidik profesional mempunyai laku akan memberikan pengaruh
fungsi, peran, dan kedudukan yang secara tidak langsung kepada
sangat strategis. pembelajaran karakter anak-anak
di sekolah.
78 Ibtida’, Volume 02, No. 01, April 2021, Hal. 69-79

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

Pendidikan karakter sangat otak anak sehingga


penting diterapkan di setiap dipraktekkan oleh si anak
sekolah. Hal ini mempunyai tersebut untuk membantu
peranan penting dalam sesama tanpa membeda-
membentuk karakter yang baik dan bedakan antar golongan.”
erat kaitannya dengan Dari hasil diatas, maka dapat
keberhasilan akademik dalam disimpulkan bahwa dampak
belajar di sekolah. pelestarian budaya Jaga Regol
Adapun faktor-faktor yang dalam membentuk karakter
mempengaruhi diantaranya: sopan santun siswa MI Thoriqotul
Pertama, contoh perilaku di Hidayah Gelap telah selaras
sekolah yaitu berbicara ramah dengan teori diatas, dimana
kepada sesama teman, guru semua komponen mulai dari
maupun karyawan di sekolah dan sekolah sampai luar sekolah ikut
tidak mengobrol saat guru andil dalam pendidikan karakter
menerangkan, Kedua, contoh tersebut. Karena, anak-anak
perilaku di luar sekolah di bagi masih rentan terhadap hal-hal
antara keluarga yaitu tidak yang mereka lihat dan cenderung
berbicara kasar kepada anggota cepat menirukan tanpa
keluarga dan menghargai pendapat mengetahui hal itu bernilai positif
antar anggota keluarga sedangkan atau tidak. Karakter yang bersifat
di masyarakat yaitu tidak positif akan melahirkan generasi
membuang sampah sembarangan. yang unggul dan terhindar dari
Hasil wawancara dengan Ibu kejahatan. Dengan adanya
Nur Qoriah juga dengan Bapak pendidikan karakter tersebut,
Muhammad Ubaidillah yang hal-hal negatif dapat ditangani
mempunyai kemiripan dalam dengan tepat.
jawabanya yaitu:
“Jika anak sudah dibiasakan KESIMPULAN DAN SARAN
pendidikan karakter sejak Berdasarkan hasil penelitian dan
dini, maka lambat laun akan pembahasan dapat ditarik kesimpulan
kelihatan bedanya. Dia akan bahwa pelestarian budaya Jaga Regol
terhindar dari perbuatan yang dalam membentuk karakter sopan
tidak baik. Contohnya saja, sebagai santun siswa sebagai berikut:
ketika ban sepeda vira 1. Implementasi pelestarian budaya
kempes, maka ada saja orang Jaga Regol dalam membentuk
lain yang mau menolong anak sopan santun dilakukan dengan
tersebut. Karena didikan dari melakukan pembiasaan program
orang tuanya yang selalu sekolah senyum, sapa, salam dan
menanamkan budi pekerti, jabat tangan, yang dilakukan pada
maka akan terbenak di dalam waktu tertentu diantaranya:

Copyright © 2021, STIT Al-Fattah Siman Lamongan


Hamidah, pembentukan Karakter Sopan 79

https://journal.stitaf.ac.id/index.php/ibtida

a. Pada Waktu yang sembarang tempat, ikut


terjadwalkan yakni jabat bergotong royong, tidak
tangan saat memasuki meyela pembicaraan orang
gerbang, jabat tangan lain dan membuang sampah
sebelum pembelajaran, jabat pada tempatnya.
tangan sebelum memasuki
kelas, jabat tangan pada DAFTAR PUSTAKA
waktu pulang sekolah, Arikunto, Arikunto. 2002. Prosedur
b. Setiap waktu artinya jabat Penelitian Suatu Praktek,
tangan dilakukan secara Jakarta: Rhineka Cipta
spontan setiap waktu Ketika Suryabrata.
bertemu dengan orang lain, Bagus Subhi, Mohammad. 2016.
diluar proses pembelajaran Implementasi Pendidikan
sperti; jabat tangan antar guru Karakter dalam Membentuk
dengan siswa, jabat tangan Sikap Sosial Peserta Didik
antar siswa dengan siswa, Melalui Pembelajaran Ips
jabat tangan antar guru Terpadu Kelas VIII di Smpn 1
dengan guru. Purwosaro, skripsi. Depdiknas,
2. Dampak Implementasi kamus Besar Bahasa Indonesia,
Pelestarian Budaya Jaga Regol Jakarta: Balai Pustaka.
dalam Membentuk Karakter Depdiknas. 2005. kamus Besar Bahasa
Sopan Santun di sekolah: Indonesia, Jakarta: Balai
a. Dampak di sekolah, siswa Pustaka
selalu berbicara ramah Permendikbud no 20 tahun 2018,
kepada orang lain (kepala tentang Penguatan Pendidikan
sekolah, guru, karyawan), Karakter.
tidak mengobrol saat guru Prepres nomor 87 tahun 2017, tentang
menerangkan materi, tidak Penguatan Pendidikan
mengejek teman lain. Karakter.
b. Dampak di luar sekolah yaitu Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
di keluarga dan masyarakat Pendidikan Bandung: Alfabeta.
(1) Di keluarga : siswa Suyardi. 1983. Metode Penelitian
terbiasa mengucap salam Jakarta:Raja Grafindo Persada.
ketika akan keluar atau masuk Undang-Undang Republik Indonesia
rumah, menghormati No. 20 Th. 2003 tentang Sistem
pendapat antar anggota Pendidikan Nasional.
keluarga, membantu dalam Zuhaerini et. 1992. al, Filsafat
mengerjakan pekerjaan Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi
rumah. (2) Di masyarakat: Aksara.
siswa tidak meludah di

Anda mungkin juga menyukai