DISUSUN OLEH :
SYAMSIDAH
FAKULTAS TEKNIK
2019
DAFTAR ISI
A. CHAPTER 1
Konsep Dasar Pelayanan Prima dan Pengetahuan Dasar Komunikasi ...................... 1
B. CHAPTER 2
Cara & Strategi Komunikasi secara Perorangan & Kelompok ................................. 9
C. CHAPTER 3
Penggunaan Sarana Komunikasi dan Kemampuan Berwawancara .......................... 23
D. CHAPTER 4
Hubungan Interpersonal dalam Pelayanan Prima ...................................................... 32
E. CHAPTER 5
Faktor-faktor yang Memperngaruhi Perilaku ............................................................ 39
F. CHAPTER 6
Membangun Motivasi Berdasarkan Budaya Layanan Prima .................................... 47
G. CHAPTER 7
Pelayanan Prima Berdasarkan Konsep Tindakan ...................................................... 59
H. CHAPTER 8
Etika dalam Pelayanan Prima .................................................................................... 68
I. CHAPTER 9
Publik Relation Sebagai Instrumen Pelayanan .......................................................... 72
i
CHAPTER 1
1
1. Sikap (Attitude)
Sikap (Attitude) adalah perilaku yang harus ditonjolkan ketika
menghadapi pelanggan, yang meliputi penampilan yang sopan dan serasi,
berpikir posotif, sehat dan logis, dan bersikap menghargai.
2. Perhatian (Attention)
Perhatian (Attention) adalah kepedulian penuh kepada
pelanggan, baik yang berkaitan dengan perhatian akan kebutuhan dan
keinginan pelanggan maupun pemahaman atas saran dan kritiknya, yang
meliputi mendengarkan dan memahami secara sungguh-sungguh
kebutuhan para pelanggan, mengamati dan menghargai perilaku para
pelanggan, dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan.
3. Tindakan (Action)
Tindakan (Action) adalah berbagai kegiatan nyata yang harus
dilakukan dalam memberikan layanan kepada pelanggan, yang meliputi
mencatat setiap pesanan para pelanggan, mencatat kebutuhan para
pelanggan, menegaskan kembali kebutuhan para pelanggan, mewujudkan
kebutuhan para pelanggan, dan menyatakan terima kasih dengan harapan
pelanggan mau kembali.
4. Kemampuan (Ability)
Kemampuan (Ability) adalah pengetahuan dan keterampilan
tertentu yang mutlak diperlukan untuk menunjang program pelayanan
prima, yang meliputi kemampuan dalam bidang kerja yang ditekuni,
melaksanakan komunikasi yang efektif, mengembangkan motivasi, dan
mengembangkan public relation sebagai instrument dalam membina
hubungan kedalam dan keluar organisasi atau perusahaan.
2
5. Penampilan (Appearance)
Penampilan (Appearance) adalah penampilan seseorang baik
yang bersifat fisik saja maupun fisik atau non fisik, yang mampu
merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain.
3
1.3 PENTINGNYA PELAYANAN PRIMA
4
4. Pemahaman yang semakin baik terhadap pelanggan
Perhatian terhadap kepentingan pelanggan dengan cara melihat
kebutuhan serta kepuasan atas pelayanan menjadi faktor kunci untuk
keberhasilan usaha di tengah iklim persaingan yang semakin ketat.
Memahami sudut pandang pelanggan menyadari kepuasan pelanggan tak
sekedar membeli produk, melainkan juga memenuhi berbagai unsur
emosi dan afeksi, seperti gaya hidup, jati diri, petualanagn, cinta dan
persahabatan, kedamaian serta kepercayaan.
5
2. Kualitas pelayanan berkaitan dengan akurasi atau kepetatan
pelayanan
3. Kualitas pelayanan berkaitan dengan kesopanan dan keramahan
pelaku bisnis
4. Kualitas pelayanan berkaitan dengan tanggung jawab dalam
penanganan keluhan pelanggan Kualitas pelayanan berkaitan dengan
sedikit banyaknya petugas yang melayani serta fasilitas pendukung
lainnya
5. Kualitas pelayanan berkaitan dengan lokasi, ruangan tempat
pelayanan, tempat parkir, ketersediaan informasi, dan
petunjuk/panduan lainnya.
6. Kualitas pelayanan berhubungan dengan kondisi lingkungan,
kebersihan, ruang tunggu, fasilitas music, AC, alat komunikasi, dan
lain-lain. (Maddy, 2009; 10).
6
dengan baik, membantu mereka merasa penting, memberikan lingkungan
yang menyenagkan.
4. Ada pengakuan kepuasan dari pelanggan yang anda layani.
Langkah : tuntaskan semua kebutuhan pelanggan, ambil langkah
ekstra bagi pelayanan, beri sikap yang menjadikan pelanggan berada di
pihak anda.
7
berpegang pada prinsip efisiensi dan efektifitas
4. Partisipatif, yakni pelayanan yang dapat mendorong peran serta
masyarakat/pelanggan dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat
5. Kesamaan hak, yakni pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi
dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan,
status sosial, dan lain-lain
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang
mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima
pelayanan publik.
8
CHAPTER 2
9
2.2 CARA BERKOMUNIKASI SECARA PERORANGAN
Berkomunikasi secara perorangan adalah komunikasi yang dilakukan
oleh seseorang dengan seseorang lainnya. Atau, katakan saja sebagai
komunikasi yang dilakukan antara satu orang dengan satu orang lainnya.
Komunikasi secara perorangan dapat dilakukan dalam suasana yang formal
maupun tidak formal, antara lain ketika :
10
telegram, telex, fax, email, dan sebagainya. Respon atau tanggapan
dari suatu komunikasi verbal yang sifatnya lisan antara lain dapat
berupa :
a. Respon mendengarkan ( Listening Responses), merupakan salah
satu syarat mutlak dalam komunikasi. Respon mendengarkan
meliputi 3 hal, yaitu :
1. Menerima pesan,
2. Proses pengolahan pesan,
3. Pengiriman kembali pesan
11
kesungguhan komunikasi, mengulang pertanyaan
komunikasi, dan mengecek kembali pesan komunikan.
2. Parafrase
Parafrase, yaitu bentuk respon berupa pengembalian
isi pesan komunikasi. Bentuk kalimat pengembalian isi
pesan ini biasanya diawali dengan kata-kata seperti: “anda
mengatakan bahwa...”
Parafrase antara lain ditunjukkan untuk membantu
komunikan mampu memfokuskan isi pesan yang sudah
disampaikannya dan atau memperbaiki isi pesan yang ingin
disampaikan tetapi belum tersampaikan.
3. Refleksi perasaan
Refleksi perasaan, yaitu bentuk respon yang
berkaitan dengan perasaan pada pesan komunikan. Sebagai
contoh, digunakan awal kalimat seperti: “apakah
kekecewaan anda karena...”
Refleksi perasaan ini antara lain dimaksudkan untuk
mendorong komunikan agar dapat mengemukakan
perasaannya secara baik dan membantu komunikan untuk
menyadari perasaan-perasaan yang timbul dalam dirinya.
4. Penyimpulan
Penyimpulan, yaitu bentuk respon yang
menyimpulkan dua parafrase atau refleksi perasaan agar
pesan-pesan komunikan menjadi ringkas dan padat.
Sebagai contoh penyimpulan biasanya diawali dengan kata-
kata: “anda telah menyatakan bahwa...”
12
b. Respon tindakan (action responses)
Respon tindakan adalah respon dalam bentuk tindakan atau
reaksi langsung sehingga sifatnya lebih aktif dibandingkan dengan
respon mendengarkan. Respon tindakan didasarkan pada
pemahaman komunikator dan hipotesisnya terhadap pesan
komunikan.
Berkaitan dengan respon tindakan verbal, ada 4 cara yang
dapat digunakan oleh seorang komunikator, yaitu :
1. Pemeriksaan
Pemeriksaan (probe) atau penyidikan, yaitu bentuk
pernyataan yang sifatnya memeriksa atau menyidik untuk
mengetahui keadaan atau kesiapan komunikan. Probing
biasanya ditunjukan untuk membuka suatu percakapan atau
membentuk suasana tertentu dalam memulai hubangan antara
komunikator dengan komunikan.
2. Potensi kemampuan
Potensi kemampuan (ability potential), yaitu bentuk
pernyataan dari komunikator yang dapat menunjukkan atau
menggambarkan kemampuan komunikan dalam melakukan
sesuatu. Bentuk pernyataan itu bisa berupa penyampaian
pendapat atau memberitahukan suatu hasil. Respon potensi
kemampuan bukan bertujuan memuji tetapi untuk mendorong
agar komunikan lebih percaya diri, menyadari kemampuan
yang ada pada dirinya, dan mendorong orang yang kurang
inisiatifnya agar mampu memberdayakan dirinya secara
optimal.
13
3. Konfrontasi
Konfrontasi (confrontation), yaitu tindakan untuk
mengungkapkan atau menghadapkan kemungkinan lain dari
yang sedang dihadapi komunikan. Pernyataan yang sifatnya
konfrontasi sebaiknya tidak disampaikan pada awal
pembicaraan tetapi pada pertengahan acara, misal ketika
sedang diskusi/ memberikan contoh. Respon konfrontatif
dimaksudkan untuk memberikan keluasan wawasan,
menghadapkan komunikan kepada berbagai fakta, sehingga ada
pemahaman atas berbagai kenyataan yang mungkin dihadapi,
dan menajamkan daya analisis komunikan.
4. Interpretasi
Interpretasi (interpretation), yaitu bentuk respon berupa
pemberian penjelasan atau pemahaman terhadap berbagai
informasi yang disampaikan komunikan. Bentuk respon seperti
ini biasanya berkaitan dengan tujuan untuk pengidentifikasian
hubungan antar pesan komunikan dengan perilakunya dan
penganalisisan perilaku komunikan dari beberapa gambaran
yang berbeda.
14
1. Respon intruksi
2. Respon rangkaian verbal
3. Pemberian informasi
2. Kesiapan (immediacy)
Kesiapan, yaitu respon yang menggambarkan kesiapan
atau perasaan komunikator sekarang, baik yang mengenai
dirinya atau komunikan dalam hubungannya dengan masalah
yang sedang dihadapi. Respon kesiapan pada umumnya
ditunjukan untuk menciptakan situasi terbuka dengan
membangun hubungan personal yang akrab sehingga mudah
mendapatkan umpan balik mengenai keadaan dan perasaan
masing-masing.
15
2. Komunikasi non verbal
Komunikasi non verbal yaitu komunikasi yang diungkapkan
melalui pakaian dan setiap kategori beda lainnya, komunikasi dengan
gerak, sebagai sinyal, dan komunikasi dengan tindakan atau gerak
tubuh. Walaupun komunikasi non-verbal dapat digunakan tersendiri,
namun dalam prakteknya, komunikasi non verbal seringkali terungkap
pada saat terjadi komunikasi tatap muka langsung, melengkapi dan
memperkaya makna komunikasi yang disampaikan secara lisan pada
saat bertatap muka.
Dalam prakteknya ada 3 tingkah laku non-verbal yang sering
mewarnai komunikasi, yaitu :
a. Perilaku kinetik
Perilaku kinetik meliputi gerak tubuh (fungsi tubuh) seperti
gerakan badan, gerakan anggota tubuh, ekspresi wajah, gerak
mata, dan sebagainya perilaku kinetik banyak terkait dengan
keadaan diri manusia sebagai sumber gerak, yaitu yang mencakup
ciri-ciri fisik.
Perasaan atau keadaan seseorang seringkali dapat kita baca
(ketahui) melalui perilaku kinetik yang ditampilkannya. Dengan
didasarkan pada literatur yang ada, berikut akan di sebutkan
beberapa perilaku kinetik yang tertampilkan oleh seseorang melalui
anggota tubuhnya.
1. Tampilan mata
2. Tampilan mulut
3. Tampilan wajah
4. Tampilan kelapa
5. Penampilan bahu
6. Tampilan tangan
7. Tampilan kaki
8. Tampilan keseluruhan tubuh
16
b. Paralinguistik
Paranlinguistik ialah jenis komunikasi yang berkaitan
dengan cara bagaimana seseorang mengucapkan atau
menyampaikan pesan. Paralinguistik dapat menunjukkan
bagaimana suatu pembicaraan disampaikan dan sekaligus
menunjukkan tentang keadaan emosi dan sikapnya. Ada beberapa
isyarat vokal yang dapat disimak oleh pendengarnya, antara lain:
1. Tingkat suara
2. Lancar tidaknya berbicara
c. Proksemik
Proksemik adalah yang berhubungan dengan komunikasi,
proksemik meliputi keterkaitan indra dengan lingkungan atau
ruang, seperti pengguna ruang, pengaturan peralatan dan
perlengkapan ruangan, atau jarak antara komunikator dengan
komunikan.
1. Jarak
2. Posisi tempat duduk dalam ruangan
17
2. To Establish Aceptance : Ketika komunikan telah mengerti dan
menerima, penerimanya itu harus dibina (to establishacceptance).
3. To Motivate Action : Pada akhirnya, kegiatan komunikasi dimotivasikan
(tomotivate action).Dengan demikian, strategi komunikasi merupakan
keseluruanperencanaan, taktik dan cara yang dipergunakan untuk
melancarkankomunikasi dengan memperhatikan keseluruhan aspek yang
ada pada proses komunikasi untuk mencapai tujuanyang diinginkan.
1. Menetapkan Metode
Dalam dunia komunikasi, metode penyampaian dapat dilihatdari 2
aspek:
a. Menurut cara pelaksanaannya, yaitu semata-mata melihat komunikasi
dari segi pelaksanaannya dengan melepaskan perhatian dari isi
pesannya. Menurut cara pelaksanaannya metode komunikasi
diwujudkan dalambentuk :
1. Metode redudancy, yaitu cara mempengaruhi khalayak dengan
jalan mengulang pesan kepada khalayak. Pesan yang diulang akan
menarik perhatian. Selain itu khalayak akan lebih mengingat pesan
yang telah disampaikan secara berulang. Komunikatordapat
memperoleh kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dalam
penyampaian sebelumnya.
2. Metode Canalizing, pada metode ini, komunikator terlebih dahulu
mengenal khalayaknya dan mulai menyampaikan ide sesuai
dengan kepribadian, sikapsikap dan motif khalayak.
18
b. Menurut bentuk isi yaitu melihat komunikasi dari segi pernyataan atau
bentuk pesan danmaksud yang dikandung. Menurut bentuk isinya
metode komunikasi diwujudkan dalam bentuk :
1. Metode Informatif, dalam dunia publisistik atau komunikasi
massadikenal salah satu bentuk pesan yang bersifat informative,
yaitu suatu bentuk isi pesan, yang bertujuan mempengaruhi
khalayak jalan memberikan penerangan. Penerangan
berartimenyampaikan sesuatu apa adanya, apa sesungguhnya,
diatas fakta-fakta dan data-data yang benar serta pendapat-
pendapat yang benar pula.
2. Metode Edukatif, diwujudkan dalam bentuk pesan yang berisi
pendapat, fakta dan pengalaman yang merupakan kebenaran dan
dapat dipertanggungjawabkan. Penyampaian isi pesan disusun
secara teratur dan berencana dengan tujuan mengubah perilaku
khalayak.
3. Metode Koersif, yaitu mempengaruhi khalayak dengan jalan
memaksa, dalam hal ini khalayak dipaksa untuk menerima
gagasan atau ide oleh karena itu pesan dari komunikasi ini selain
berisi pendapat juga berisi ancaman.
4. Metode Persuasif, merupakan suatu cara untuk mempengaruhi
komunikan, dengan tidak terlalu banyak berpikir kritis, bahkan
kalau dapat khalayak itu dapat terpengaruh secara tidak sadar.
19
tersebut (Deddy Mulyana, 2005). Kelompokini misalnya adalah keluarga,
kelompok diskusi, kelompok pemecahan masalah,atau suatu komite yang
tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan.Pada komunikasi kelompok,
juga melibatkankomunikasiantarpribadi, karena itu kebanyakan teori
komunikasi antarpribadi berlaku juga bagikomunikasi kelompok.
Baik yang dilakukan secara formal maupun non formal, dalam bentuk
komunikasi verbal maupun non verbal. Kelompok komunikasi yang
didalamnya hanya terdiri dari sedikit orang disebut komunikasi kelompok
kecil sedangkan kelompok komunikasi yang didalamnya terdiri dari banyak
orang disebut komunikasi kelompok besar.
20
2.5 KLASIFIKASI KELOMPOK DAN KARAKTERISTIK KOMUNIKASINYA
Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan karakteristik
komunikasinya menurut para ahli:
1. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley pada tahun 1909 (dalam Jalaludin
Rakhmat, 1994)mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggota - anggotanya berhubungan akrab, personal, dan
menyentuh hati dalam asosiasi dankerja sama. Sedangkan kelompok
sekunder adalah kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak
akrab, tidak personal, dan tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan
karakteristik komunikasinya :
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan
meluas. Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling
tersembunyi, menyingkap unsur -unsur backstage (perilaku yang kita
tampakkan dalam suasana pribadi saja). Meluas, artinya sedikit sekali
kendala yang menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada
kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan
daripada aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
c. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan
kelompok sekunder formal.
21
1. Strategy as a plan (Strategi sebagai rencana)
Strategi ini merupakan suatu rencana yang menjadi pedoman bagi
organisasi untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
22
CHAPTER 3
Dari kenyataan sehari - hari dapat kita lihat, bahwa komunikasi ada
yang dapat dilangsungkan tanpa menggunakan alat bantu dan ada pula
yang harus dilangsungkan dengan menggunakan alat bantu. Alat bantu
tersebut dinamakan media komunikasi atau sarana komunikasi, yaitu
berupa suatu alat atau seperangkat alat yang dapat digunakan untuk
menunjang kelancaran proses komunikasi.
23
8. Komunikator dan komunikan tidak bertatap muka langsung karena
masing-masing berada pada tempatyang berlainan denganjarak
yang sangat jauh.
24
a. Media Komunikasi Audio (Pendengaran)
25
surat, imel (e-mail); untuk sasaran kelompok antara lain berupa:
surat, telegram, imel, telegram, brosur, plakat, spanduk, dan
internet; untuk sasaran massa, antara lain berupa: brosur, spanduk,
internet, surat kabar, majalah, radio, televisi, video, dan film.
26
3.5 TEKNIK WAWANCARA
27
dibuat garis besar dari masalah yang akan dibicarakan, kemudian
menyusun perkiraan alur pembicaraan dan kemungkinan - kemungkinan
perkembangannya. Pelajari secara baik sebelum wawancara sebagai
persiapan, dan kemudian dikembangkan pada saat dilaksanakan
wawancara
4. Memeriksa pemahaman
28
yang mampu berinteraksi dan memiliki wawasan di bidang - bidang
tertentu. Penyiapan tenaga pewawancara ini ditujukan untuk
memudahkan memilih pewawancara yang sesuai saat diperlukan
pelaksanaan wawancara.
b. Pembukaan wawancara
29
percakapan di awal wawancara. Pembukaan yang baik dan
mengesankan dapat disebutkan sebagai kunci sukses wawancara.
c. Penyusunan pertanyaan
30
e. Kesimpulan hasil wawancara
f. Mengakhiri wawancara
31
CHAPTER 4
32
terhadap mereka perlu diberikan bekal pengetahuan dasar mengenai
hubungan interpersonal.
1. Sifat kepribadian
Sifat atau tipe kepribadian seseorang akan sangat mempengaruhi
dalam caranya melihat orang lain. Para psikolog mengungkapkan
33
bahwa seseorang cenderung untuk beranggapan bahwa orang lain
akan berperilaku sama dengan dirinya sendiri. Orang yang
berkepribadian tertutup (introvert) biasanya kurang suka bergaul, ia
lebih suka menyendiri dan mengarahkan perhatian pada dunianya
sendiri sehingga sulit berinteraksi dengan pihak lain. Sedangkan orang
yang bertipe kepribadian terbuka (extovert) sangat suka bergaul dan
seringkali lebih banyak mengarahkan perhatian ke luar dirinya,
sehingga sangat mudah untuk berinteraksi dengan pihak lain. Jadi,
membina hubungan pribadi dengan orang-orang yang bersifat tertutup
lebih sulit untuk dilakukan dibandingkan dengan membina hubungan
pribadi dengan orang-orang yang bersifat terbuka.
34
atau fungsi yang dipegang seseorang seringkali mempengaruhi
caranya melihat orang lain. Misalnya, kalau seseorang menjadi pejabat
yang bertanggung jawab terhadap kelancaran organisasi, seringkali
kritik yang dilontarkan orang lain kepadanya dianggap sebagai suatu
hambatan atau upaya menjatuhkan dirinya, walaupun sebenarnya
pelontar kritikan itu bertujuan baik.
1. Ciri-ciri fisik
Tampilan atau ciri fisik seseorang, seperti bentuk tubuh, wajah
atau rupa dan kelengkapan anggota tubuh lainnya merupakan hal yang
mempengaruhi pembentukan kesan seseorang terhadap orang lainnya.
Dalam pergaulan yang kita alami, pada umumnya orang-orang sering
kali berenggapan bahwa orang yang rupanya menarik akan dinilai
lebih baik dari orang yang rupanya jelek. Orang yang berpenampilan
gagah, ganteng, atau cantik, mudah menarik perhatian pihak lain,
sehingga pihak lain mempunyai kesan baik kepadanya. Karena ciri-
ciri fisiknya menarik, mereka sering kali dianggap memiliki sifat-sifat
yang baik, cerdas, jujur, hangat, dan mudah bergaul. Sedangkan
orang-orang yang ciri-ciri fisiknya tidak menarik dianggap
mempunyai sifat sebaliknya. Demikian pula halnya apabila diri
seseorang menunjukkan ada kecacatan fisik. Gabungan penampilan
jelek dan cacat fisik seringkali memperkokoh kesan jelek, sedangkan
penampilan biasa dan kecacatan fisik seringkali menimbulkan rasa
iba. Padahal, tidak semua ciri fisik itu identic dengan perilaku
seseorang. Orang yang gagah atau cantik belum tentu berkelakuan
baik dan orang berpenampilan jelek belum tentu berkelakuan jelek.
35
2. Genitalia
Genitalia (jenis kelamin) seseorang mempengaruhi terhadap
pembentukan kesan. Misalnya, masyarakat banyak beranggapan
bahwa jenis genus wanita dianggap lemah, emosional, kurang
rasional, dan kurang mandiri. Sebaliknya, genus laki-laki dianggap
sebagai pribadi yang kuat, rasional, dan mandiri. Kesan seperti ini
sampai sekarang masih tetap ada. Namun, walaupun kebanyakan
ditemukan bukti seperti, tetapi dalam kenyataan tidak selalu demikian.
4. Usia (Umur)
Usia (umur) adalah salah satu yang menentukan pembentukan
kesan seseorang terhadap orang lainnya. Pada umumnya, orang yang
berusia tua dianggap lebih matang dan berpengalaman daripada orang
yang masih muda. Dalam kenyataannya tidak selalu demikian karena
kita sering pula menemukan seorang muda usia lebih matang atau
berpengalaman dari orang yang lebih tua usianya. Dalam hal tertentu,
seringkali pula orang-orang menganggap anak muda kurang penting
dibandingkan dengan orang tua. Padahal penting tidaknya seseorang
bukan ditentukan oleh bilangan usia tetapi oleh posisi atau perannya.
36
keberhasilan dalam hubungan baik. Sebagai contoh, kita tidak mungkin
bernegosiasi bisnis dengan mitra kita yang sedang berduka, suasananya
tidak menunjang. Negosiasi itu mungkin lebih baik bila dilakukan pada
saat kita melakukan acara makan siang bersama atau ketika kitasedang
bermain golf.
37
ukuran yang berlaku pada produk atau jasa tersebut yang dipengaruhi oleh
perilaku karyawan untuk memenuhi harapan dan kebutuhan pelanggan.
Lima dimensi kualitas pelayanan kepada pelanggan menurut Zeithaml dan
Bitner (2000), yaitu :
38
CHAPTER 5
Perilaku yang berbeda antara orang yang satu dengan yang lainnya
di sebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi diri seseorang.
Secara garis besar perwujudan perilaku di tentukan oleh faktor seperti
yang dinyatakan dalam rumus berikut (Atep Adya Barata, 2004) :
1. Kepribadian
39
2. Sistem nilai
40
b. Faktor yang ada di luar diri manusia ( Faktor L)
41
tertentu yang berpengaruh langsung kepada orang-orang yang ada
di dalam ruangan itu.
4. Kondisi ekonomi
1. Keyakinan
42
dalam melayani pelanggan; Ketetapan dan kecepatan layanan.
Contoh keyakinan negatif terhadap layanan: Pelayanan yang tidak
ramah; Kelambatan dalam melayani pelanggan.
2. Perasaan
3. Kecenderungan perilaku
a. Pembetukan sikap
43
1. Proses belajar sosial
2. Pengalaman langsung
44
b. Tingkat perubahan sikap
1. Prinsip kepatuhan
Pada tingkatan ini, perubahan sikap terjadi karena rasa takut
dihukum. Komunikan berubah sikpanya karena takut mendapat
hukuman dari pemberi komunikasi bila dia tidak mematuhi apa-apa
yang dikatakan oleh komunikator.
2. Prinsip identifikasi
Pada tingkatan ini, seseorang berubah sikapnya karena rasa
hormat atau segan kepada komunikator.
3. Proses internalisasi
Pada tingkatan ini, seseorang berubah sikapnya karena keyakinan
dan kepercayaan bahwa isi pesan yang disampaikan baik dan
bermanfaat.
45
I In viting guest to return (mengundang tamu untuk kembali)
E Eye contact that shows we care (kontak mata yang menunjukkan kita
peduli).
46
CHAPTER 6
MEMBANGUN MOTIVASI BERDASARKAN BUDAYA
LAYANAN PRIMA
47
2. Kedua, didasarkan pada kelompok dari orang-orang yang mempunyai
tujuan yang sama (common purpose) seperti kelompok orang dalam
partai politik, perikatan agama, dan organisasi buruh.
1. Kebutuhan Dasar/Fisik
Perwujudan yang tampak dari kebutuhan fisiologis antara
lain sandang, papan, dan pangan. Kebutuhan ini dipandang sebagai
kebutuhan yang paling mendasar dan setiap orang pasti
membutuhkannya secara terus menerus, sehingga tidak bisa
diabaikan melainkan untuk dipenuhi atau dipuaskan. Disamping
itu, pentingnya pemenuhan akan kebutuhan ini sekaligus sebagai
pembeda hakekat manusia dengan hewan atau makhluk yang lain
yang tidak membutuhkan sandang seperti halnya manusia pada
umumnya.
48
3. Kebutuhan Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial yang bekerja di suatu
organisasi dan hidup di tengah-tengah masyarakat, sangat
membutuhkan pengakuan atas keberadaan dan kodratnya sebagai
manusia. Kebutuhan sosial tercermin dari bentuk perasaan diterima
orang lain serta sense of belong yang tinggi, yang dapat membantu
menaikkan motivasi, usaha, dan moral kerja bagi organisasi. Orang
yang bekerja di suatu organisasi juga membutuhkan pengakuan
dibutuhkan (sense of importance), sanjungan, dan apresiasi
sehingga tidak merasa diremehkan, diacuhkan atau disepelekan
dalam memberikan pemikiran, ide, dan gagasan-gagasannya.
Kebutuhan sosial juga dipengaruhi oleh perasaan ingin maju,
berhasil, dan berkembang sesuai apa yang menjadi cita-cita
hidupnya. Secara kategorikal tidak ada seorangpun yang senang
jika menghadapi kegagalan, sebaliknya setiap orang akan merasa
senang dan bahagia jika mengalami keberhasilan dan kemajuan
dalam pekerjaannya. Disamping itu manusia kerja juga
membutuhkan perasaan diikutsertakan (sense of participation)
dalam proses pengambilan keputusan organisasi.
4. Kebutuhan Penghargaan
Pada prinsipnya semua orang memerlukan status,
penghargaan, pengakuan, dan keberadaan (eksistensi) dari orang
lain. Keberadaan dan status seseorang pada umumnya tercermin
pada berbagai lambang atau simbol yang penggunaannya sering
dipandang sebagai hak seseorang, baik di dalam maupun di luar
organisasi. Dalam hal ini semakin tinggi kedudukan seseorang,
maka semakin banyak hal yang digunakan sebagai simbol
statusnya. Bentuk fasilitas atau penghargaan seseorang dalam
organisasi adalah jabatan, wewenang, dan tanggungjawab yang
diberikan oleh masing-masing pimpinan. Semakin tinggi
kedudukan seseorang dalam suatu organisasi, maka akan semakin
49
besar pula penghargaan atau fasilitas yang diterimanya. Dalam
kehidupan masyarakat, pada umumnya orang yang terpandang
dengan memiliki kekayaan, kedudukan, jabatan, pendidikan yang
tinggi senang jika merasa dihargai, dihormati, dan dijadikan
sebagai orang yang mempunyai pengaruh luas di masyarakat.
50
6.3 METODE & PROSES MOTIVASI
1. Metode Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:149), mengatakan bahwa ada dua
metode motivasi adalah sebagai berikut :
a. Motivasi Langsung (Direct Motivation)
Motivasi langsung adalah motivasi (materiil dan Non
Materiil) yang diberikan secara langsung kepada setiap
individu karyawan untuk memenuhi kebutuhan serta
kepuasannya, jadi sifatnya khusus, seperti pujian, penghargaan,
tunjangan hari raya, bonus dan bintang jasa.
b. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation)
Motivasi Tidak langsung adalah motivasi yang
diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung
serta menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas sehingga
para karyawan betah dan bersemangat melakukan
pekerjaannya. Misalnya ruangan kerja yang nyaman, suasana
pekerjaan yang serasi dan sejenisnya.
2. Proses Motivasi
Malayu S.P. Hasibuan (2005:151), mengatakan bahwa proses
motivasi adalah sebagai berikut :
a. Tujuan
Dalam proses motivasi perlu ditetapkan terlebih dahulu
tujuan organisasi. Baru kemudian para karyawan dimotivasi
kearah tujuan.
b. Mengetahui kepentingan
Hal yang penting dalam proses motivasi adalah
mengetahui keinginan karyawan dan tidak hanya melihat dari
sudut kepntingan pimpinan atau perusahaan saja.
c. Komunikasi efektif
Dalam proses motivasi harus dilakukan komunikasi
yang baik dengan bawahan. Bawahan harus mengetahui apa
51
yang akan diperolehnya dan syarat apa saja yang harus
dipenuhinya supaya insentif tersebut diperolehnya.
d. Integrasi tujuan
Proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan
organisasi dan tujuan kepentingan karyawan. Tujuan organisasi
adalah needscomplex yaitu untuk memperoleh laba serta
perluasan perusahaan. Sedangkan tujuan individu karyawan
ialah pemenuhan kebutuhan dan kepuasan. Jadi, tujuan
organisasi dan tujuan karyawan harus disatukan dan untuk itu
penting adanya penyesuaian motivasi.
e. Fasilitas
Manajer penting untuk memberikan bantuan fasilitas
kepada organisasi dan individu karyawan yang akan
mendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Seperti
memberikan bantuan kendaraan kepada salesman.
f. Team Work
Manajer harus membentuk Team work yang
terkoordinasi baik yang bisa mencapai tujuan perusahaan.
Team Work penting karena dalam suatu perusahaan biasanya
terdapat banyak bagian.
52
Untuk kepentingan berhasilnya pembinaan kearah tradisi atau
budaya layanan prima, walaupun organisasi/perusahaan sebagai suatu
institusi birokrasi telah mendesain jaringan kerja formal dalam
berkomunikasi dan berinteraksi untuk penyelesaian pekerjaan-pekerjaan
yang dihadapi, bukan berarti harus terus menerus terpaku pada situasi
formal yang kaku, yang memasung kedinamisan interaksi social dan
meninggalkan rasa manusiawi. Tanggung jawab social (social
responbility) harus tetap diketengahkan dan diterapkan dengan baik dan
benar. Upayakanlah untuk membangun suasana yang dinamis dan
harmonis, dan menghindarkan terjadinya suasana yang terlalu formal dan
kaku.
53
atau para atasan berbuat sesuatu dengan melontarkan kalimat “Pikirkan
apa yang mereka pikirkan, rasakan apa yang mereka rasakan.
Bertindaklah seperti apa yang anda ingin bagaiaman mereka bertindak!
(Think what they think. Feel what they feel. Act what you want them
to act).
Dengan ungkapan seperti di atas berarti kita juga belajar untuk
mampu memahami persoalan dan sekaligus memberikan suatu jalan
keluar yang memadai. Inilah empati, yaitu manakala kita meposisikan
diri sebagai pihak yang mampu memahami dan memberikan solusi
bagi pihak lain.
Membangun motivasi bukanlah sesuatu hal yang mudah karena
tindakan memotivasi bukan sekedar bercerita (telling) untuk
mempengaruhi seseorang tetapi merupakan tindakan bagaimana kita
mapu mejual (selling) ide, keyakinan atau dapat kita, sehingga orang
lain mau membeli (buying/chasing) karena adanya kesepahaman
terhadap ide, keyakinan atau pendapat.
Pemberian motivasi kepada seseorang tidak harus selalu
melakukan secara formal dengan menggunakan tempat dan waktu
yang ditentukan. Lebih baik bila dimulai dengam membangun suasana
yang tidak terlalu formal. Jangan ada kesan seolah-olah menggurui
atau ada nada pemaksaan. Ketika kita berhadapan dengan obyek
motivasi, bangunlah suasana dan sikap yang santai karena suasana
santai biasanya akan lebih memudahkan setiap orang untuk
mengemukakan pendapat atau mengeluarkan seluruh hatinya secara
terbuka. Istilah sekarang didengungkan sebagai reluangan waktu untuk
curhat (mencurahkan isi hati).
Hal seperti di atas perlu dilakukan agar mereka dapat selalu
lebih terbuka dan mempercayai diri kita. Namun, jangan khianati
kepercayaan mereka dengan memberikan sesuatu yang negative untuk
kepentingan ambisi pribadi karena kedekatan dan keterbukaan yang
dilakukan hanyalah untuk mengembangkan rasa saling mempercayai,
54
untuk menggalang kebersamaan dalam membangun citra baik para
pegawai dan organisasi/perusahaan.
a. Keterkaitan
Chain berarti rantai, yang secara nyata satu sama lain harus
berkait. Keterkaitan yang diistilahkan sebagai chain disini adalah
adanya keterbukaan akses bagi setiap orang dan berbagai tingkatan
terhadap berbagai kesempatan yang ada di dalam
organisasi/perusahaan sesuai fungsi dan kempuan perubahan, baik
perubahan dalam dirinya maupun perbuahan komprehensif dalam
organisasi/perusahaan.
b. Kesempatan
55
ada datang dengan sendirinya tanpa diharapkan sebelumnya.
Dengan diharapkan atau tanpa diharapkan terlebih dahulu suatu
kesempatan merupakan peluang baik bagi seseorang untuk
melakukan perubahan dalam dirinya. Kesempatan atau peluang ini
merupakan pemicu yang Mampu menimbulkan daya
dorong(motivasi) bagi seseorang untuk membuat perubahan dalam
dirinya, namun demikian, yang namanya kesempatan atau peluang
hanyalah merupakan pilihan atau opsi karena tidak semua orang
mampu memanfaatkannya.
c. Perubahan
56
3. Motivasi Melalui Perubahan Kondisi Lingkungan
57
Untuk memelihara hubungan baik di dalam maupun di luar
kerja sebaiknya di bangun suasana yang akrab, santun, dan manusiawi.
Untuk mempromosikan diri denga benar. Jangan membuat pemisah
atau pengkotak-kotakan pergaulan berdasarkan agama maupun
tingkatan jabatan pekerjaan. Bawahan bukan kehinaan, begitu juga
jabatan yang di sandang sebagai kehormatan. Budi pekerti adalah
mahkota hidup. Satu kelompok membantu kelompok lainnya,
kelompok eksekutif dan para pegawai lainnya sampai lapisan paling
bawah merupakan satu kesatuan yang harus saling menunjang untuk
mewujudkan sesuatu yang mempunyai nilai tambah bagi dirinya
sebagai pelanggan ntern,bagi organisai/perusahaanya sebagai
produktivias, dan bagi pelanggan ekstern sebagai pengguna ataupun
sumber bagi perusahaan/organisasi.
58
CHAPTER 7
59
2. Fasilitas-fasilitas layanan (service facilities)
Menyediakan berbagai fasilitas penunjang yang diperlukan untuk
melakukan tindakan pelayanan sehingga dapat mewujudkan layanan
yang maksimal.
Dalam hal luas usaha yang dijalankan termasuk pada usaha berskala
sangat kecil, sehingga pengelolaannya cukup dilakukan oleh seorang diri
maka pemberian layanan hanya ditujukan pada pelanggan ekstern saja.
Namun, manakala luas usaha semakin membesar, pengelolaan usaha tidak
dapat lagi dilakukan seorang diri, sehingga harus ada pegawai yang
membantu mengelola perusahaan. Artinya, pelayanan kepada para
pelanggan ekstern dilaksanakan bersama-sama dengan para pegawai.
60
para pegawai antara lain dapat dilakukan melalui tindakan-tindakan
sebagaimana diketengahkan berikut ini.
61
Perlengkapan komunikasi, tempat istirahat, kebutuhan makan
dan minum.
b. Pemberian kesempatan penitian karier secara terbuka sesuai
dengan latar belakang pendidikan, latihan, keahlian yang
dimiliki, pengalaman kerja, usia, sesuai dengan kebijakan yang
telah digariskan dalam manajemen personalia.
c. Pemberian penggajian, bonus, jasa produksi, fasilitas
kesehatan, perumahan dan lain-lain, yang cukup memadai,
sesuai dengan ketentuan yang telah digariskan dalam
manajemen personalia.
62
7.3 PELAKSANAAN PELAYANAN PRIMA BERDASARKAN KONSEP
TINDAKAN PADA PELANGGAN EKSTERN
63
3. Mencatat Pesanan Pelanggan
64
usaha jasa tidak menawarkan banyak jasa,mungkin hanya satu atau dua
jenis jasa saja.
65
Mewujudkan kebutuhan bagi pelanggan dapat dilakukan melalui
program kemudahan dagang yang dikenal sebagai “tradeezy” (Trade-
Easy), yaitu pola mempermudah cara memperoleh kebutuhan dengan
mengembangkan tindakan pengadaan dan penyerahan barang-barang
pesanan kepada pelanggan secara tepat dan cepat. Kegiatan dagang yang
termaksud dalam lingkup pola tradeezy adalah penjualan dengan cara
swalayan dan pemesanan jarak jauh dengan menggunakan telepon, fax,
mail order, e-mail, virtual shop.
66
7. Memberikan Layanan Purna Jual
Pemberian layanan purna jual kepada pelanggan biasanya
diberikan sebagai tanggung jawab penjual atas kualitas barang. Layanan
purna jual dapat diberikan dalam bentuk konsultasi lanjutan, atau
garansi berupa penggantian barang rusak, pemeliharaan, penyediaan
suku cadang dan sebagainya.
Ada beberapa layanan purna jual untuk jasa, misalnya perbaikan
atas hasil jasa kurang memuaskan,atau pengembalian keseluruhan biaya
atas jasa tidak memuaskan. Namun dalam prakteknya sangat jarang
menemukan layanan purna jual untuk suatu jasa.
8. Ucapan Terimakasih
Pada setiap kesempatan kita berjumpa atau berkomunikasi dengannya,
antara lain :
a. Saat pelanggan berkunjung keperusahaan, sekalipun ia tidak
membeli.
b. Saat setelah kita menerima pesanan dari pelanggan.
c. Saat menutup konsultasi dan demonstrasi penggunaan barang.
d. Saat menyerahkan barang secara langsung kepada pelanggan.
e. Saat pelanggan membayar atau saat kita memberikan pengembalian
uang.
f. Saat menutup setiap surat penawaran, informasi, surat pengantar
barang.
g. Saat-saat tertentu, seperti hari ulang tahun, tahun baru, atau hari-hari
raya keagamaan, bagi penggan tetap yang sudah akrab.
67
CHAPTER 8
Secara etimologis, kata etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu
“Ethikos” yang artinya timbul dari suatu kebiasaan. Dalam hal ini etika
memiliki sudut pandang normatif dimana objeknya adalah manusia dan
perbuatannya.
Dapat di artikan etika adalah suatu ilmu tentang kesusilaan dan
perilaku manusia di dalam pergaulannya dengan sesama yang menyangkut
prinsip dan aturan tentang tingkah laku yang benar. Dengan kata lain, etika
adalah kewaijban dan tanggungjawab moral setiap orang dalam
berperilaku di masyarakat.
Pelayanan prima (excellent service) adalah pelayanan yang
memenuhi standar kualitas yang sesuai dengan harapan dan kepuasan
pelanggan. Etika pelayanan adalah perilaku petugas terutama petugas
pelayanan (customer service) dalam memenuhi apa yang diinginkan atau
diharapkan konsumen. Etika pelayanan bertitik tolak pada perilaku
petugas dalam berbagai lini dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen dengan memperhatikan mana yang baik mana yang buruk,
mana yang benar mana yang salah.
68
yang diatur dalam beretika dalam pelayanan prima secara umum, antara
lain :
1. Penampilan. Penampilan merupakan keseluruhan dari cara berpakaian,
berbicara, gerak-gerik, sikap dan perilaku dengan tujuan agar dapat
membuat pelanggan terkesan. Penampilan ini harus dijaga dengan baik
dan prima selama jam kerja. Sikap dan perilaku. Pada saat
berhubungan
2. Dengan pelanggan seringkali sikap dan perilaku kita diperhatikan oleh
pelanggan, terutama sikap yang menolong dan peduli terhadap
kebutuhan pelanggan.
3. Cara berpakaian. Cara kita berpakaian harus serasi antara baju dan
celana termasuk menghindari menggunakan warna yang terkesan
berlebihan.
4. Cara berbicara. Berbicara dengan pelanggan harus jelas, singkat, dan
tidak bertele-tele. Janganlah berbicara mengenai hal-hal yang bukan
pada pokok bermasalahan dan hindari pembicaraan yang mengejek
pelanggan.
5. Gerak-gerik. Pada saat melayani pelanggan, kita harus memperhatikan
atau menjaga gerak-gerik anggota badan karena hal ini akan selalu
diperhatikan oleh pelanggan pada saat kita memberikan pelayanan.
Oleh karena itu kita harus menghindari gerak-gerik yang dapat
membuat curiga pelanggan kita, misalnya tatapan mata yang sinis.
6. Cara bertanya. Dalam memberikan pelayanan, kita juga harus
mengetahui sifat-sifat pelanggan yang berbeda-beda terutama dalam
hal bertanya kepada pelanggan. Bila pelanggan pendiam, maka
karyawanlah yang harus proaktif untuk bertanya atau memulai
pembicaraan sehingga membuat pelanggan mau berbicara. Sedangkan
bila pelanggan yang banyak tanya, sebaiknya karyawan mendengarkan
dengan baik dan menjawab dengan baik pula.
69
Dalam mewujudkan etika yang baik dalam pemberikan pelayanan
dipengaruhi dua faktor. Faktor pertama, yaitu faktor manusia yang
memberikan pelayanan tersebut. Manusia (karyawan) yang melayani
pelanggan harus memiliki kemampuan melayani pelanggan secara tepat
dan cepat. Di samping itu, karyawan harus memiliki kemampuan dalam
berkomunikasi, sopan santun, ramah dan bertanggung jawab penuh
terhadap pelanggan, serta memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
baik dalam memahami kebutuhan pelanggan.
Faktor kedua dalam memberikan pelayanan yang terbaik juga harus
diikuti oleh tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung kecepatan,
ketepatan, dan keakuratan pekerjaan.prasarana dan sarana yang dimiliki
harus didukung oleh kemajuan teknologi terkini dan teknologi ini juga
harus dioperasikan oleh manusia yang berkualias pula.
Agar tidak terjadi pelanggaran dalam etika pelayanan, terdapat
beberapa hal yang harus dihindari ketika memberikan pelayanan, seperti
berpakaian sembarangan, melayani pelanggan atau tamu sambil makan,
melayani tamu sambil mengobrol atau bercanda, menampakkan wajah
tidak menyenangkan, berdebat atau menyanggah, meninggal pelanggan,
berbicara terlalu keras atau pelan, meminta imbalan.
Bila beberapa hal di atas dapat dihindari dengan baik saat
memberikan pelayanan kepada pelanggan, besar kemungkinan pelanggan
yang kita layani akan merasa puas dan tentunya akan menceritakan
pengalamannya kepada rekan-rekannya.
70
dilakukan agar mampu menumbuhkan motivasi karyawan untuk
meningkatkan pelayanan yang sesuai dengan harapan atau tujuan
perusahaan.
71
CHAPTER 9
PUBLIC RELATIONS SEBAGAI INSTRUMEN DALAM
PELAYANAN PRIMA
72
9.2 FUNGSI DAN TUJUAN PUBLIC RELATIONS
73
atau perusahaan, dan suasana kerja yang kondusif, serta peka terhadap
karyawan, maka diperlukan pendekatan khusus dan motivasi dalam
meningkatkan kinerjanya.
74
10. Untuk menyebarluaskan informasi mengenai aktivitas dan
partisipasi parapemimpin perusahaan/ organisasi dalam kehidupan
sosial sehari-hari.
11. Untuk mendukung keterlibatan suatu perusahaan sebagai sponsor
dalamsuatu acara.
12. Untuk memastikan bahwa para politisi benar-benar memahami
kegiatan-kegiatan atau produk perusahaan yang positif, agar
perusahaan yangbersangkutan terhindar dari peraturan, undang-
undang, dan kebijakan yangmerugikan.
13. Untuk meyebarluaskan kegiatan-kegiatan riset yang telah
dilakukanperusahaan, agar masyarakat luas mengetahui betapa
perusahaan itumengutamakan kualitas dalam berbagai hal.
75
Menurut Atep Adya Barata (2004:201-204) mengatakan peran
PublicRelations dalam pelaksanaan pelayanan prima, antara lain sebagai
berikut :
76
6. Memelihara dan meningkatkan hubungan dengan asosiasi
perusahaan danasosiasi keahlian dalam rangka menunjang
kemitraan dan sumber daya manusia.
77
3. Dengarkan pelanggan. Agar perusahaan berjalan dengan baik
pahamilah apa kebutuhan dan keinginan publik. Pastikan para pembuat
keputusan dan pekerja lainnya di perusahaan tahu tentang produk.
4. Persiapkan untuk hari esok. Buatlah antisipasi PR dan hapuslah
kegiatan yang membuat sulit, ciptakan itikad baik.
5. Berlakukan PR seakan semua bagian perusahaan bergantung padanya.
Hubungan korporasi merupakan fungsi manajemen. Tidak ada satupun
perusahaan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan pengaruhnya
pada publik.
6. Bersikap tenang, sabar, dan memiliki rasa humor. Buatlah bingkai
dasar kerja PR bagai sebuah mukjizat dengan sikap konsisten, tenang,
serta perhatian pada informasi dan kontak.
78
DAFTAR PUSTAKA
Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT. Elex
Media Komputindo
79