Anda di halaman 1dari 61

PENGARUH PENINGKATAN KAWASAN PERMUKIMAN

TERHADAP PERUBAHAN SUHU DI KABUPATEN BEKASI


PADA TAHUN 2009-2019

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:

Bella Annisa
11160150000041

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

PENGARUH PENINGKATAN KAWASAN PERMUKIMAN


TERHADAP PERUBAHAN SUHU DI KABUPATEN BEKASI
PADA TAHUN 2009-2019

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi

Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh:
Bella Annisa
11160150000041

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si Anissa Windarti, M.Sc


NIDN. 2022028704 NIP. 198208022011012005

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Pengaruh Peningkatan Kawasan Permukiman Terhadap


Perubahan Suhu Di Kabupaten Bekasi Pada Tahun 2009-2019 disusun oleh
Bella Annisa, NIM 11160150000041, Jurusan Tadris Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang
ditetapkan fakultas.

Jakarta, 25 April 2021

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si Anissa Windarti, M.Sc


NIDN. 2022028704 NIP. 198208022011012005
UJIAN REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul
"Pengaruh Peningkatan Kawasan Permukiman Terhadap Perubahan Suhu Di
Kabupaten Bekasi Pada Tahun 2009-2019" yang disusun Bella Annisa, NIM.
11160150000041, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta,
telah diuji kebenarannya oleh dosen pembimbing skripsi pada 25 April 2021.

Jakarta, 25 April 2021

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si Anissa Windarti, M.Sc


NIDN. 2022028704 NIP. 198208022011012005
ABSTRAK
Bella Annisa (11160150000041). Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. “ Pengaruh
Peningkatan Kawasan Permukiman Terhadap Perubahan Suhu di
Kabupaten Bekasi Tahun 2009-2019”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan kawasan
permukiman terhadap perubahan suhu yang terjadi di Kabupaten Bekasi selama
periode tahun 2009 hingga tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode
kuantitatif dekriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wilayah
Kabupaten Bekasi yang terdiri dari 23 kecamatan, dan peneliti melakukan
penentuan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling, kategori
sampel yaitu wilayah yang mengalami peningkatan kawasan permukiman yang
semakin tinggi. Sampel diambil 100 titik lahan yang dilakukan dengan dua cara,
yaitu sampel ploting pada Google Earth Pro sebanyak 70 titik dan 30 sampel
dengan Ground Check langsung ke tiga kecamatan yang memiliki peningkatan
permukiman yang sangat tinggi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk di
Kabupaten Bekasi pada tahun 2019 mengalami laju pertumbuhan penduduk yang
tinggi yaitu mencapai 3,74%, laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di
Kecamatan Bojongmangu 14,61% dan laju pertumbuhan penduduk yang paling
rendah terdapat di Kecamatan Cikarang Selatan 1,22%, sehingga membuat jumlah
penduduk meningkat di tahun 2019, dan pertumbuhan penduduk membuat
meningkatnya suatu kawasan permukiman di Kabupaten Bekasi. Tiga kecamatan
yang mengalami peningkatan kawasan permukiman yang sangat tinggi yaitu
Kecamatan Tambun Selatan dengan luas 3532.07 ha dengan persentase perubahan
10,96%, Cikarang Selatan dengan luas 3464.25 ha dengan persentase perubahan
9,86%, dan Cikarang Barat dengan luas 4137.56 ha dengan persentase perubahan
22,65%. Peningkatan permukiman mempengaruhi terjadinya perubahan suhu di
Kabupaten Bekasi. Suhu tertinggi pada tahun 2009 sebelumnya adalah 21˚ - 35˚
C, dan pada tahun 2019 meningkat 31˚ - 40˚ C. Peningkatan kawasan permukiman
membuat suhu di Kabupaten Bekasi mengalami perubahan 62,1%.

Kata kunci : Pertumbuhan Penduduk, Kawasan Permukiman, Suhu,


Kabupaten Bekasi

i
ABSTRACT

Bella Annisa (11160150000041). Department of Social Sciences


Education, Faculty of Tarbiyah and Teacher Training. "The Effect of
Increased Settlement Areas on Changes in Temperature in Bekasi Regency in
2009-2019"
This study aims to determine the effect of increasing residential areas on
temperature changes that occurred in Bekasi Regency during the period 2009 to
2019. This study uses descriptive quantitative methods. The population in this
study is the entire Bekasi Regency which consists of 23 districts, and the
researcher determines the sample using Stratified Random Sampling, the sample
category is the area that has an increasingly high increase in residential areas.
Samples were taken of 100 land points which were carried out in two ways,
namely 70 points of plotting samples on Google Earth Pro and 30 samples by
direct Ground Check to three sub-districts which had a very high increase in
settlement.
The results showed that the population growth rate ini Bekasi Regency in
2019 experienced a high population growth rate, reaching 3,74%, the highest
population growth rate was in Bojongmangu district 14,61% and the lowest
population growth rate was in Cikarang Selatan district 1,22%, thus making the
population increase in 2019. Three sub-districts that experienced a very high
increase in residential areas, namely South Tambun District with an area of
3532.07 ha. percentage change of 10.96%, Cikarang Selatan with an area of
3464.25 ha with a percentage change of 9.86%, and Cikarang Barat with an area
of 4137.56 ha with a percentage change of 22.65%. The increase in settlements
affects the temperature changes in Bekasi Regency. The highest temperature in
2009 previously was 21˚ - 35˚ C, and in 2019 it increased 31˚ - 40˚ C. The
increase in Bekasi Regency causes the temperature in an area to change 62,1%.

Keywords: Population Growth, Settlement Area, Temperature, Bekasi Regency

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat
beserta salam semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad
SAW, kepada keluarganya,para sahabatnya, hingga kepada umatnya hingga ahir
zaman. Amiin
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana pada Program Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
Judul yang penulis ajukan adalah “Pengaruh Peningkatan Kawasan Permukiman
Terhadap Perubahan Suhu Di Kabupaten Bekasi Pada Tahun 2009-2019”.
Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan
ini penulis dengan senang hati menyampaikan terimakasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc, MA selaku Rektor
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
4. Bapak Andri Noor Ardiansyah, S.Pd, M.Si selaku Sekertaris Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan.
5. Dr. Sodikin, S.Pd, M.Si dan Ibu Anissa Windarti, M.Sc, selaku dosen
pembimbing skripsi yang senantiasa selalu memberikan arahan, dukungan,
serta bimbingan dengan penuh kesabaran. Semoga selalu dimuliakan oleh
Allah SWT.
6. Bapak dan Ibu dosen Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis,
semoga bapak dan Ibu dosen selalu diberi kesehatan dan dalam
lindunganNya. Sehingga ilmu yang diberikan bermanfaat.

iii
7. Kepada orang tua yang sangat saya cintai ayah dan mamah yaitu
Muhammad Noor dan Wiyanti terimakasih atas jasa-jasanya, kesabaran,
do’a dan tidak pernah lelah dalam mendidik dan memberi cinta yang tulus
dan ikhlas kepada penulis semenjak kecil.
8. Adik-adik saya Fivi Febrianti dan Mutia Raihanah Qutratu’ain, beserta
keluarga besar Amidi dan Sugito Family yang selalu memberikan do’a
dan dukungan untuk saya dalam menyusun skripsi ini.
9. Saudara Rian Ilham Rasyid, S.H yang selalu memberikan do’a dan
dukungannya selama penyusunan skripsi.
10. Teman-teman perjuangan selama kuliah dan selama penyusunan skripsi
yakni Feni Nabila Ihsana A., Asnah Robiah, Qori Aini, Rizkia Nur
Hidayah, Putri Ika May D., Nurinsani, Agustri Arifatul A., Syifa Fauziah,
dan Sandi.
11. Keluarga besar kelas geografi dan angkatan 2016 Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
12. Sahabat-sahabat terbaik saya yaitu Robiatul Adawiyah, S.Pd, dan Emy
Khumaeroh yang telah memberikan do’a serta dukungannya.
13. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda kepada


semuanya. Demi perbaikan selanjutnya, saran dan kritik yang membangun akan
penulis terima dengan senang hati. Akhirnya, hanya kepada Allah SWT penulis
serahkan segalanya mudah-mudahan dapat bermanfaat khususnya bagi penulis.

Jakarta, 25 April 2021

Bella Annisa

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

UJIAN REFERENSI
SURAT PERNYATAAN KARYA ILMIAH

ABSTRAK .......................................................................................................... i

ABSTRACT ......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii

DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 6

C. Batasan Masalah ................................................................................ 6

D. Rumusan Masalah ............................................................................. 6

E. Tujuan................................................................................................ 6

F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 7

BAB II KAJIAN TEORI ................................................................................... 9

A. Deskripsi Teori ................................................................................ 9

1. Permukiman ................................................................................. 9

2. Suhu ............................................................................................. 13

v
3. Sistem Informasi Geografi ........................................................... 14

4. Penginderaan Jauh ....................................................................... 17

B. Penelitian Yang Relevan ................................................................. 21

C. Kerangka Berpikir ........................................................................... 24

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 26

A. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................... 26

1. Lokasi Penelitian ......................................................................... 26

2. Waktu Penelitian ......................................................................... 27

B. Metode Penelitian............................................................................ 27

C. Alat dan Bahan ................................................................................ 28

D. Populasi dan Sampel ....................................................................... 29

1. Populasi ....................................................................................... 29

2. Sampel ......................................................................................... 29

E. Variabel Penelitian .......................................................................... 30

F. Jenis Data Yang Dikumpulkan........................................................ 29

1. Pengumpulan data primer ............................................................ 30

2. Pengumpulan data sekunder ........................................................ 30

G. Teknik Pengolahan Data ................................................................. 32

H. Teknik Analisis Data ....................................................................... 35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 38

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian ............................................... 38

1. Letak Geografis ........................................................................... 38

2. Kondisi Fisik................................................................................ 41

3. Kondisi Sosial .............................................................................. 43

vi
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 46

1. Analisis Penggunaan Lahan di Kabupaten Bekasi Tahun


2009 dan Tahun 2019 ................................................................. 46

2. Analisis Perubahan Permukiman Kabupaten Bekasi Tahun


2009 hingga Tahun 2019 ............................................................ 50
3. Analisis Perubahan Suhu Kabupaten Bekasi Pada Tahun 2009
hingga Tahun 2019 ..................................................................... 60

4. Analisis Pengaruh Peningkatan Kawasan Permukiman Terhadap


Perubahan Suhu .......................................................................... 62

C. Pembahasan Hasil Penelitian........................................................... 64

1. Peningkatan kawasan permukiman di Kabupaten Bekasi ........... 64

2. Perubahan suhu di Kabupaten Bekasi .......................................... 66

D. Keterbatasan penelitian ................................................................... 68

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 70

A. Kesimpulan ..................................................................................... 70

B. Implikasi .......................................................................................... 71

C. Saran ................................................................................................ 71

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 72

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Berpikir ........................................................................... 24

Gambar 3. 1 Lokasi Penelitian ............................................................................. 26

Gambar 4. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bekasi .............................................. 40

Gambar 4. 2 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi Tahun 2009 dan


Tahun 2019 ..................................................................................... 48
Gambar 4. 3 Peta Permukiman Kabupaten Bekasi Tahun 2009 dan Tahun
2019 ............................................................................................ 52
Gambar 4. 4 Peta Suhu Kabupaten Bekasi Tahun 2009 dan Tahun 2019 ............ 61

viii
DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Piramida Penduduk Kabupaten Bekasi Tahun 2019 ........................... 45

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Penelitian Relevan ............................................................................... 22


Tabel 3. 1 Waktu Penelitian ................................................................................. 27
Tabel 3. 2 Penggunaan Kombinasi Band untuk Studi Citra Landsat 8 ................ 34
Tabel 4. 1 Luasan Kecamatan di Kabupaten Bekasi ........................................... 39
Tabel 4. 2 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Bekasi ................................................................................ 43
Tabel 4. 3 Banyaknya Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di
Kabupaten Bekasi ................................................................................ 44
Tabel 4. 4 Laju Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Bekasi ................................ 46
Tabel 4. 5 Luas Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi ....................................... 49
Tabel 4. 6 Luas Permukiman Tiap Kecamtan Tahun 2009 dan Tahun 2019 ....... 53
Tabel 4. 7 Hasil Ground Check Lapangan Berdasarkan Interpretasi Citra .......... 54
Tabel 4. 8 Hasil Uji Akurasi Interpretasi ............................................................. 59
Tabel 4. 9 Rentang Masing-Masing Kelas Suhu Kabupaten Bekasi .................... 62
Tabel 4. 10 Model Summary ................................................................................ 63
Tabel 4. 11 ANOVAb ............................................................................................ 64

x
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Peta Lokasi Sampel Penelitian Kawasan Permukiman


Kabupaten Bekasi ............................................................................ 77

Lampiran 2 : Peta Ground Check Kawasan Permukiman Kabupaten Bekasi ...... 78

Lampiran 3 : 70 Titik Kawasan Permukiman di Kabupaten Bekasi ..................... 79

Lampiran 4 : Cara Mengolah Data Pada Google Earth Engine ............................ 87

Lampiran 5 : Surat Bimbingan Skripsi ................................................................. 89

Lampiran 6 : Uji Referensi.................................................................................... 90

Lampiran 7 : Biografi Penulis ............................................................................... 96

xi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Perumahan dan permukiman memiliki peran strategis dalam
membentuk watak dan kepribadian bangsa, karena perumahan dan
permukiman merupakan cerminan kehidupan keluarga dan sosial dari anggota
rumah tangga yang ada di dalam rumah. Perhatian pada perumahan dan
permukiman merupakan salah satu upaya membangun manusia Indonesia
yang berjati diri, mandiri, dan produktif. Hal ini menjadikan kebutuhan tempat
tinggal yang layak beserta sarana dan prasarananya merupakan kebutuhan
dasar setiap manusia yang akan terus berkembang sesuai dengan tahapan dan
siklus kehidupan. Konteks pembangunan perumahan dan permukiman secara
tersirat telah terdapat dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pasal 28 H ayat (1) yang menyebutkan, bahwa setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.1
Pertumbuhan jumlah penduduk, akibat migrasi dari desa ke kota
(urbanisasi) telah menyebabkan pemadatan jumlah penduduk perkotaan (urban
densification) dan pembekakan atau pemekaran Kawasan pinggiran (urban
sprawling). Tidak jarang pemekaran wilayah sampai membentuk suatu kota
atau kabupaten baru. Di Indonesia, hingga tahun 2009 terdapat penambahan
165 kabupaten baru 34 kota baru.2 Setiap makhluk hidup sangat jelas
membutuhkan tempat tinngal untuk keberlangsungan tumbuh dan kembang
hidupnya. Tempat tinggal yang dibangun diatas lahan yang layak bangun
sangat dibutuhkan setiap manusia. Berbagai aktivitas manusia di dalam ruang
bumi ini tidak lepas dari fungsi lahan yang berbeda-beda dalam penggunaan
lahan.
1
Undang-Undang Dasar Nomor 39 Tentang Hak Asasi Manusia
2
Faqihuddin Rosyad, “Implementasi Peraturan daerah Kabupaten Bekasi nomor 12 tahun
2011 tentang rencana tata ruang wilayah di tinjau dari perspektif Siyasah Dusturiyah: Studi kasus
perizinan Kecamatan Sukatani”, Skripsi, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2019, hal.5

1
2

Waktu ke waktu lahan dan penggunaannya mengalami perubahan,


perubahan penggunaan lahan bisa terjadi berubah rendah maupun tinggi
tergantung akan perubahan yang dilakukan. Perubahan penggunaan lahan pasti
selalu terjadi di suatu daerah dalam pelaksanaan pembangunan dan tidak bisa
dihindari. Perubahan penggunaan lahan terjadi karena dua hal, baik itu adanya
keperluan untuk kebutuhan penduduk yang meningkat jumlahnya dan
berkaitan dengan tuntutan untuk kehidupan yang lebih baik lagi. Dalam
perubahan penggunaan lahan bisa berkaitan dengan pembangunan perumahan
dan permukiman. Pada dasarnya pembangunan perumahan dan permukiman
merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, dalam
bentuk tugas dan peran masing-masing secara seimbang. Pemerintah dalam
hal ini memiliki peran yang lebih dominan dalam memfasilitasi dan
memberikan mediasi, sedangkan masyarakat diharapkan dapat lebih
bertanggung jawab secara penuh dalam memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal, terutama secara fisik.3
Undang-undang No. 1 Tahun 2011 menjelaskan bahwa permukiman
merupakan bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu
satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau
kawasan perdesaan. Penyediaan permukiman merupakan tanggung jawab
pemerintah, swasta atau badan usaha lain serta seluruh warga negara.
Pembangunan perumahan/permukiman perlu memperhatikan kondisi fisik
alam, aturan/kebijakan normatif yang berlaku (UU No. 1 Tahun 2011).
Perkembangan masyarakat sebagai dampak dari pembangunan yang telah
berlangsung tentu membawa perubahan pada berbagai hal, termasuk
permukiman di perkotaan.
Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan perkembangan kota,
berdampak pada bertambahnya jumlah perumahan/ permukiman baik di kota
maupun pedesaan. Perkembangan fisik dan penduduk memunculkan sejumlah

3
Rusman. S, “Studi Kawasan Permukiman Berbasis GIS Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”, Skripsi, UIN Alauddin Makassar, 2018, hal. 10
3

persoalan-persoalan yang salah satunya adalah masalah lingkungan


permukiman yang berpengaruh pada kualitas lingkungan permukiman
(Wesnawa, 2010).4 Permukiman merupakan suatu kebutuhan dasar penting
dari manusia yang terus berlanjut dan meningkat seiring dengan pertumbuhan
penduduk, dinamika penduduk dan adanya tutuntan ekonomi serta sosial
budaya. Kondisi ini terus berkembang sehingga didalam penyelenggaraannya
(pembangunan permukiman) harus disertai dengan pendekatan yang terpadu
dan perlu adanya dukungan dari berbagai kebijakan yang menyangkut banyak
aspek (Yudohusodo, 1991).5
Perkembangan permukiman baik di perkotaan maupun pedesaan pada
hakekatnya dilaksanakan untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan
yang layak huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan.
Kawasan permukiman merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang
digunakan sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian masyarakat berada
di wilayah perkotaan dan perdesaan (Koestoer, 1997). Pertambahan jumlah
penduduk menyebabkan kebutuhan permukiman sebagai tempat tinggal
semakin tinggi.6 Tempat tinggal menjadi hal yang sangat diperhatikan dalam
suatu daerah, apabila tempat tinggal di suatu daerah sudah memadai dan
tercukupi untuk masyarakat nya maka daerah tersebut sangat mementingkan
akan keadaan masyarakat nya. Kini jumlah penduduk semakin meningkat dan
permukimanpun sangat dibutuhkan. Sebagaimana Allah SWT mengingatkan
besarnya nikmat rumah bagi manusia seperti yang dijelaskan dalam Q.S. An-
Nahl/80 di bawah ini:

           
        
    

4
Bitta Pigawati dan Iwan Rudiarto, “Penggunaan Citra Satelit Untuk Kajian
Perkembangan Kawasan Permukiman Di Kota Semarang”, Jurnal, Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang, (Forum Geografi: 2011), hal. 141
5
Ibid, hal. 141-142
6
Rusman. S, Op.cit, hal. 2
4

Terjemanahnya:
“Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat
tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah) dari
kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya di waktu kamu
berjalan dan waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu
domba, bulu onta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan
(yang kamu pakai) sampai waktu (tertentu)”.7
Menurut Ahmad Mushtafa Al-Maroghi dalam tafsir Al-Maroghi,
menafsirkan ayat-ayat ini bahwa Allah telah menyebutkan nikmat-nikmat
yang Dia limpahkan kepada para hamba-Nya. Dimulai dengan nikmat yang
dikhususkan bagi orang-orang yang bermukim, dengan Firman-Nya :
“menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal” kemudian
nikmat yang dikhususkan bagi para musafir yang mampu mendirikan kemah,
dengan Firman-Nya: “menjadikan bagi kamu rumah-rumah (kemah-kemah)
dari kulit binatang ternak”.8
Peningkatan jumlah penduduk dan perubahan kawasan permukiman di
daerah Kabupaten Bekasi mempengaruhi keadaan suhu permukaan di daerah.
Tahun ke tahun perubahan suhu semakin terlihat, dan dirasakan oleh
masyarakat Kabupaten Bekasi sendiri. Dilihat dari keadaan sekitar, bahwa dari
perubahan kawasan permukiman pun dampak nya mengurangi ruang terbuka
hijau dan membuat suhu mengalami perubahan.
Jumlah penduduk yang di dapat dari data Badan Pusat Statistik (BPS)
bahwa jumlah penduduk dari 2013-2017 meningkat 4%, persentase yang
tinggi dialami disetiap tahun nya di Kabupaten Bekasi.9 Hal ini diakibatkan
dari migrasi dari luar daerah kabupaten Bekasi dan mengakibatkan
berubahnya penggunaan lahan. Lahan yang dahulunya adalah lahan
persawahan, namun sekarang ini telah menjadi permukiman yang dibangun
oleh para pendatang yang tinggal di Kabupaten Bekasi. Dari bertambahnya
7
Referensi: https://tafsirweb.com/4428-quran-surat-an-nahl-ayat-80.html, diakses pada
22:26, 03 Maret 2020
8
Rusman. S, Op.cit, hal. 3
9
Referensi : https://bekasikab.bps.go.id/statictable/2019/02/01/24/-jumlah-penduduk-
menurut-kecamatan-di-kabupaten-bekasi-2013-2017.html, diakses pada 14.02, 14 April 2020
5

jumlah penduduk disetiap tahun nya mengakibatkan perubahan kawasan


permukiman yang terjadi, sehingga perubahan suhu pun terjadi di Kabupaten
Bekasi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG)
mengkonfirmasi bahwa berdasarkan hasil pengamatan data selama 1981-2020
anomali suhu udara Indonesia bulan Maret tahun ini menduduki peringkat
ketiga sepanjang periode tersebut. Normal suhu udara bulan Maret di
Indonesia periode 1981-2010 sebesar 26.63 °C dan suhu udara rata-rata bulan
Maret 2020 sebesar 27.42 °C sehingga anomali peningkatan suhu udara rata-
rata adalah sebesar 0.80 °C. Data menunjukkan, bahwa untuk wilayah
Indonesia, tahun 2016 merupakan tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar
0.8°C sepanjang periode pengamatan. Sedangkan tahun 2019 sendiri
menempati urutan kedua dengan anomali sebesar 0.58°C, dan tahun 2015 di
peringkat ketiga dengan anomali 0.5°C. Anomali suhu udara adalah
perbandingan suhu udara pada tahun tertentu.10
Peningkatan suhu yang pernah terjadi di daerah Bekasi, baik itu Kota
dan Kabupatennya ialah pada tahun 2014 mencapai 40 derajat celsius. Suhu
udara yang biasanya hanya mencapai 35-37 derajat celsius, namun pada tahun
2014 suhu udara daerah Jabodetabek mencapai 38-40 derajat celsius.11 Hal ini
membuat masyarakat sekitar merasakan perubahan peningkatan suhu yang
sangat tinggi. Maka untuk mengetahui pengaruh dari perubahan kawasan
permukiman terhadap peningkatan suhu di daerah Kabupaten Bekasi, penulis
melakukan penelitian dengan judul penelitian “Pengaruh Peningkatan
Kawasan Permukiman Terhadap Perubahan Suhu di Kabupaten Bekasi Tahun
2009-2019”.

10
Referensi: https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-iklim diakses pada
18.09, 01 April 2020
11
Referensi: http://www.ayobekasi.net/read/2019/10/23/3977/suhu-bekasi-capai-37-
derajat-begini-imbauan-bmkg, diakses pada 14.14, 14 April 2020
6

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Bertambahnya jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi mengakibatkan
perubahan kawasan permukiman pada tahun 2009-2019.
2. Perubahan kawasan permukiman mengakibatkan perubahan suhu.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka masalah yang
dibatasi dalam penelitian ini adalah penelitian terbatas pada pengaruh
perubahan kawasan permukiman, dan sasaran penelitian terbatas pada
berubahnya suhu di Kabupaten Bekasi.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan maka dapat dibuat rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi pada tahun
2009-2019?
2. Apakah peningkatan jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi
mempengaruhi perubahan kawasan pemukiman di Kabupaten Bekasi?
3. Bagaimana pengaruh perubahan kawasan pemukiman terhadap perubahan
suhu di Kabupaten Bekasi pada tahun 2009-2019?

E. Tujuan
Berdasarkan Rumusan Masalah yang telah dikemukakan diatas. Maka
tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui meningkatnya jumlah penduduk di Kabupaten Bekasi
pada tahun 2009-2019.
2. Untuk mengetahui peningkatan jumlah penduduk dapat mempengaruhi
perubahan kawasan permukiman di Kabupaten Bekasi.
3. Untuk mengetahui perubahan kawasan permukiman dapat mempengaruhi
perubahan suhu di Kabupaten Bekasi pada tahun 2009-2019
7

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini terbagi menjadi dua, yakni manfaat secara teoritis
dan manfaat secara praktis.
1. Manfaat teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi
masukan dan pemikiran baru untuk dunia pendidikan yang semakin
berkembang dan praktisi keilmuan khususnya mengenai perubahan
kawasan permukiman dan pengaruhnya terhadap perubahan suhu serta
dapat disempurnakan dalam penelitian-penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Pemerintah Kabupaten Bekasi
Manfaat penelitian ini bagi pemerintah Kabupaten Bekasi
diharapkan agar bisa menjadi acuan dalam pembangunan wilayah
Kabupaten Bekasi agar lebih mengutamakan pembangunan yang
berwawasan lingkungan. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menjadi pedoman bagi pihak-pihak terkait agar mengambil keputusan
yang baik dan benar sebelum dilakukannya alih fungsi lahan.
b. Masyarakat Kabupaten Bekasi
Manfaat penelitian ini diharapkan mampu menambah
pengetahuan dan pemahaman masyarakat agar mengetahui pengaruh
perubahan kawasan permukiman terhadap perubahan suhu yang
terjadi di Kabupaten Bekasi.
c. Pembelajaran
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
yang baik dalam bidang pendidikan salah satunya menjadi referensi
pendukung dalam proses pembelajaran Geografi Kelas X dan XII
SMA/MA materi Sistem Informasi Geografis Pada Bab Sistem
Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh.
d. Peneliti Selanjutnya
Manfaat penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
pembanding untuk penelitian sejenis yang sudah atau yang akan
dilakukan agar dikembangkan menjadi semakin berkualitas dan
8

dengan cara-cara yang lebih canggih untuk referensi penelitian


selanjutnya serta menjadi referensi dalam kaitannya dengan
penelitian yang relevan.
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Teori
1 Permukiman
a. Pengertian Permukiman
Menurut Hadi Sabari Yunus (1987), permukiman dapat diartikan
sebagai bentukan baik buatan manusia ataupun alami dengan segala
kelengkapannya yang digunakan manusia sebagai individu maupun
kelompok untuk bertempat tinggal baik sementara maupun menentap
dalam rangka menyelenggarakan kehidupannya.1
Permukiman merupakan bagian dari lingkungan hidup.
Permukiman terletak di luar kawasan lindung. Permukiman merupakan
bagian dari kawasan budi-daya. Sebagai bagian dari kawasan
budidaya, permukiman merupakan tempat tinggal sekaligus sebagai
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan para
penghuninya. Permukiman merupakan kawasan yang didominasi oleh
lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal.2
Kawasan permukiman adalah bagian dari kawasan budidaya yang
ditetapkan dalam rencana tata ruang dengan fungsi utama untuk
permukiman (SNI 03-1733-2004: Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan Di Perkotaan). Kawasan permukiman adalah bagian dari
lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik berupa kawasan
perkotaan maupun perdesaan, yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang
mendukung perikehidupan dan penghidupan.3
Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri
atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana,
1
I Gede Astra Wesnawa, “Geografi Permukiman”, (Yogyakarta, 2015), Graha Ilmu, cet. 1,
hal. 3
2
Agus S. Sadana, “Perencanaan Kawasan Permukiman”, (Yogyakarta, 2014), Graha Ilmu,
cet. 1, hal. 17
3
Ibid, hal. 21

9
10

sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain


di kawasan perkotaan atau kawasan perdesaan (Undang-Undang No. 1
Tahun 2011 Tentang Perumahan Dan Kawsan Permukiman).4
Jadi, dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
permukiman adalah lingkungan hunian yang masuk kedalam
lingkungan hidup yang terdiri atas lebih dari perumahan yang berdiri
diatas kawasan budidaya. Memiliki prasarana, sarana, dan utilitas
umum yang dilindungi oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 2011
Tentang Perumahan Dan Kawasan Permukiman.
b. Tipe Permukiman
1) Tipe permukiman berdasarkan waktu hunian
Ditinjau dari waktu hunian permukiman dapat dibedakan
menjadi permukiman bersifat sementara dan permukiman bersifat
permanen (Hammod, 1979) Tipe sementara dapat dihuni hanya
beberapa hari (rumah tenda penduduk pengembara), dihuni hanya
untuk beberapa bulan (kasus perumahan peladang berpindah secara
musiman), dan hunian untuk beberapa tahun (kasus perumahan
peladang berpindah yang bergantung kesuburan tanah). Tipe
permanen, umumnya dibangun dan dihuni untuk jangka waktu
yang tidak terbatas.
2) Tipe permukiman menurut karakteristik fisik dan nonfisik
Pada hakekatnya permukiman memiliki struktur yang dinamis,
setiap saat dapat berubah dan pada setiap perubahan ciri khas
lingkungan memiliki perbedaan tanggapan. Hal ini terjadi dalam
kasus permukiman yang menjadi semakin besar, secara mendasar
dapat berubah sifat, ukuran, bentuk, rencana, gaya bangunan,
fungsi dan kepentingannya.5

4
Loc.cit
5
Ibid, hal. 32
11

c. Klasifikasi Permukiman
1) Berdasarkan scope bahasan (skala), dibedakan menjadi
permukiman skala mikro, meso dan makro. Skala mikro dalam
wujud rumah secara individu yang ada dalam suatu lingkungan
rumah yang meliputi elemen bangunan rumah, fasilitas rumah,
kesehatan, lingkungan dan keindahan arsitektural. Skala meso
ada dalam kelompok (rumah dalam satu ruang) yang berada
dalam lingkungan perumahan, yang elemennya meliputi
perumahan, peluang kerja, lingkungan, sirkulasi, dan fasilitas
menunjang. Skala makro, kelompok perumahan yang ada
dalam suatu ruang/wilayah, elemennya meliputi elemen fisik,
elemen sosial budaya, ekonomi, politik dan teknologi.6
2) Berdasarkan tingkat kekotaan (Urbanisasi) dibedakan atas
permukiman desa, dekot, dan kota. Secara hirarkhis dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a) Tempat kediaman, biasanya berupa bangunan rumah
pertanian pada tempat pertanian, yang berdiri terpisah dari
rumah pertanian lain di laur daerah perkotaan.
b) Dusun kecil (Hamlet), dusun kecil terdiri dari kelompok
bangunan rumah tempat tinggal sebanyak 5 hingga 10
buah.
c) Kampung atau desa kecil (small village), permukiman pada
tingkat kampung seperti ini menunjukkan adanya pusat
pelayanan.
d) Desa (large village), permukiman terbentuk desa
menunjukkan adanya variasi fungsi social dan ekonomi
yang cukup besar.
e) Kota kecil (town), permukiman disebut kota kecil bila
disamping terdapat pabrik, juga terdapat persaingan yang

6
I Gede Astra Wesnawa, “Geografi Permukiman”, (Yogyakarta, 2015), Graha Ilmu, cet. 1,
hal. 33
12

lebih besar antara fungsi-fungsi baik sarana ekonomi social


dan budaya. Sarana perdagangan, sarana pendidikan.7
d. Dinamika Permukiman
Dinamika permukiman merupakan perubahan keadaan
permukiman dari suatu keadaan menjadi keadaan lain. Perubahan
tersebut biasanya didasarkan pada waktu yang berbeda pada
analisis ruang yang sama, baik berlangsung secara alami maupun
secara artifisial, dengan campur tangan manusia yang mengatur
arah perubahan keadaan tersebut (Antrop 2004). Menurut Chust et
al. (2004), faktor-faktor fisik, sosial, ekonomi, politik, dan budaya
yang sangat komplek dapat mempengaruhi perubahan alami
permukiman, sehingga mempunyai pengaruh positif maupun
pengaruh negatif terhadap kesejahteraan penduduk yang
8
bermukim.
e. Karakteristik Kawasan Permukiman
Dalam penentuan lokasi permukiman, terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Diharapkan dalam penentuan lokasi
tersebut tidak merusak lingkungan dan tidak ditempatkan pada
lokasi yang merupakan kawasan konservasi, kawasan hutan
lindung. Secara umum dapat disebutkan bahwa permukiman
memiliki dwi-fungsi yaitu (Budiharjo, 2004 : 64) :
a. Fungsi pasif, penyediaan sarana atau prasarana fisik ; dan
b. Fungsi aktif, penciptaan lingkungan yang sesuai dengan
kehendak, aspirasi, adat dan tata cara hidup para penghuni
dengan segala dinamika perubahannya.

Faktor-faktor yang menjadi pokok dalam penentuan kawasan


permukiman tersebut adalah (Budiharjo, 2004 : 64) faktor alam
menyangkut tentang pola tataguna tanah, pemanfaatan dan
7
Ibid, hal. 35
8
Iswandi U dan Indang Dewata, “Penataan Kawasan Permukiman Berbasis Bencana Alam
dan Arahan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan Kabupaten Limapuluh Kota Proponsi
Sumatera Barat”, Skripsi, Universitas Negeri Padang, 2017.
13

pelestarian sumber daya alam, daya dukung lingkungan, taman,


area rekreasi, atau olahraga. Faktor manusia terkait dengan
pemenuhan kebutuhan fisiologis, penciptaan rasa aman dan
terlindungi, rasa memiliki lingkungan atau handarbeni, tata nilai
atau estetika. Faktor masyarakat meliputi partisipasi penduduk,
aspek hukum, pola kebudayaan, aspek sosial ekonomi, dan
kependudukan. Faktor wadah atau sarana kegiatan antara lain
perumahan, pelayanan umum atau puskesmas, sekolah dan fasilitas
umum misalnya toko, pasar, dan gedung pertemuan. Faktor
jaringan prasarana menyangkut utilitas seperti air, listrik, gas, air
bersih; transportasi darat, laut dan udara; serta komunikasi.9
2 Suhu
Panas merupakan bentuk energi, sedangkan suhu merupakan
besaran energi panas yang terkandung dalam suatu media dan
dinyatakan dengan satuan derajat. Energi yang memanasi atmosfer
berasal dari radiasi bumi, bukan dari radiasi matahari.
Teori temperatur udara (Lippsmeire, 1994) mengatakan umumnya
daerah yang paling panas adalah daerah khatulistiwa, karena paling
banyak menerima radiasi matahari. Tetapi temperature udara juga
dipengaruhi oleh faktor derajat lintang (musim), atmosfer serta daratan
dan air. Temperature terendah pada 1-2 jam sebelum matahari terbit
dan temperature tinggi pada jam 1-2 jam setelah posisi matahari
tertinggi, dengan 43% radiasi matahari dipantulkan kembali, 43%
diserap oleh permukaan bumi, dan 14% diserap oleh atmosfer.10
a. Kategori Suhu
1. Suhu Udara
Suhu udara adalah keadaan panas atau dinginnya udara.
Alat untuk mengukur suhu udara atau derajat panas disebut
9
Muhammad Ali Majidhi Romadhoni, “Analisis Prioritas Penataan Ruang Terbuka Hijau
Daerah Permukiman Melalui Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis di
Kecamatan Kotagede’, Skripsi, (Surakarta, 2013), hal. 11-12
10
Tika Iqlima Idayah, “Variasi suhu dan kelembaban udara di taman suropati dan
sekitarnya”, Skripsi (Jakarta:Universitas Indoneisa, 2010), hal. 22.
14

thermometer. Biasanya pengukur dinyatakan dalam skala


Celcius (C), Reamur (R), dan Fahrenheit (F). Suhu udara
tertinggi simuka bumi adalah didaerah tropis (sekitar ekoator)
dan makin ke kutub semakin dingin. Di lain pihak, pada waktu
kita mendaki gunung, suhu udara terasa terasa dingin jika
ketinggian semakin bertambah. Kita sudah mengetahui bahwa
tiap kenaikan bertambah 100 meter maka suhu akan berkurang
(turun) ratarata 0,6 ˚C. Penurunan suhu semacam ini disebut
gradient temperatur vertikal atau lapse rate. Pada udara kering,
lapse rate adalah 1 ˚C. (Benyamin, 1997).
2. Suhu Tanah atau Permukaan
Suhu tanah merupakan hasil dari keseluruhan radiasi yang
merupakan kombinasi emisi panjang gelombang dan aliran
panas dalam tanah. Suhu tanah juga disebut intensitas panas
dalam tanah dengan satuan derajat celcius, derajat farenheit,
derajat Kelvin dan lain-lain. (Kemala Sari Lubis, 2007).
b. Macam-macam Suhu
Suhu dibedakan menjadi 2 macam yakni suhu panas dan suhu
dingin, masing masing suhu tersebut memiliki proses yang
berbeda, berikut penjelasannya:
1. Suhu Panas adalah energi yang berpindah dari suhu yang
tinggi ke suhu yang rendah.
2. Suhu dingin adalah energi yang berpindah dari suhu yang
rendah ke suhu yang tinggi (Haryanto,2007).11
3 Sistem Informasi Geografi
a. Pengertian Sistem Informasi Geografi (SIG)
Sistem Informasi Geografi (SIG) merupakan sebuah sistem
yang saling berangkaian satu dengan yang lain. Bakosurtanal
menjabarkan SIG sebagai kumpulan yang terorganisir dari

11
Gunardi Djoko Winarno, dkk. “Klimatologi Pertanian”. (Bandarlampung, 2019), Pusaka
Media, hal. 95
15

perangkat keras komputer, perangkat lunak, data geografi, dan


personel yang didesain untuk memperoleh, menyimpan,
memperbaiki, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan
semua bentuk informasi yang berreferensi geografi.12 Dengan
demikian, basis analisis dari SIG adalah data spasial dalam bentuk
digital yang diperoleh melalui data satelit atau data lain terdigitasi.
Analisis SIG memerlukan tenaga ahli sebagai interpreter,
perangkat keras komputer, dan software pendukung.
SIG adalah sebuah rangkaian sistem yang memanfaatkan
teknologi digital untuk melakukan analisis spasial. Sistem ini
memanfaatkan perangkat keras dan lunak komputer untuk
melakukan pengolahan data seperti:
1. Perolehan dan verifikasi
2. Kompilasi
3. Penyimpanan
4. Pembaruan dan perubahan
5. Manajemen dan pertukaran
6. Manipulasi
7. Penyajian
8. Analisis13

Menurut Aronoff (1989), SIG adalah suatu sistem berbasis


komputer yang memiliki kemampuan dalam menangani data
bereferensi geografi, yaitu pemasukan data, manajemen data
(penyimpanan dan pemanggilan kembali), manipulasi dan analisis
data, serta keluaran sebagai hasil akhir (output). Hasil akhir
(output) dapat dijadikan acuan dalam pengambilan keputusan pada
masalah yang berhubungan dengan geografi.14

12
Eko Budiyanto, “Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARC VIEW GIS”,
(Yogyakarta, 2002), Andi Offest, hal. 3, e-book
13
Op.cit
14
Ahmat Adil, “Sistem Informasi Geografis”, (Yogyakarta, 2017), ANDI, hal. 4, e-book
16

b. Komponen Sistem Informasi Geografi


Menurut John E. Harmon dan Steven J. Anderson (2003), secara
rinci SIG dapat beroperasi dengan komponen-komponen sebagai
berikut:
1. Pengguna : orang yang menjalankan sistem, meliputi orang
yang mengoperasikan, mengembangkan, bahkan memperoleh
manfaat dari sistem.
2. Aplikasi : prosedur yang digunakan untuk mengolah data
menjadi informasi. Misalnya penjumlahan, klasifikasi, rotasi,
koreksi geometri, query, overlay, buffer, join table, dan
sebagainya.
3. Data : data yang digunakan dalam SIG dapat berupa data grafis
dan data atribut.
a. Data posisi/koordinat/grafis/ruang/spasial: merupakan data
yang merupakan representasi fenomena permukaan
bumi/keruangan yang memiliki referensi (koordinat) lazim
berupa peta, foto udara, citra satelit, dan sebagainya atau
hasil dari interpretasi data-data tersebut.
4. Data atribut/nonspasial: data yang merepresentasikan aspek-
aspek deskriptif dari fenomena yang dimodelkannya. Misalnya
data sensus penduduk, catatan survei, data statistik lainnya.
Software : perangkat lunak SIG berupa program aplikasi yang
memiliki kemampuan pengelolaan, penyimpanan, pemrosesan,
analisis, dan penayangan data spasial (contoh: ArcView, Idrisi,
ARC/INFO, ILWIS, MapInfo, dan lain-lain)
5. Hardware : perangkat keras yang dibutuhkan untuk
menjalankan sistem berupa perangkat komputer, Central
Procesing Unit (CPU), printer, scanner, digitizer, plotter, dan
perangkat pendukung lainnya.15

15
Ibid, hal. 11
17

4 Penginderaan Jauh
a. Pengertian Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh adalah ilmu atau seni untuk memperoleh
informasi tentang objek, atau gejala, dengan jalan menganalisis
data yang diperoleh dengan menggunakan alat, tanpa kontak
langsung dengan objek, daerah, atau gejala yang akan dikaji.
(Lillesand dan Kiefer, 1990). Selain itu, penginderaan jauh
merupakan teknik yang dikembangkan untuk memperoleh dan
menganalisis informasi tentang bumi. Informasi itu terbentuk
radiasi elektromagnetik yang dipantulkan atau dipancarkan dari
permukaan bumi (Lindgren, 1985).16
b. Komponen Dasar Penginderaan Jauh
Empat komponen dasar dari sistem penginderaan jauh
adalah target, sumber energi, alur transmisi, dan sensor.17
Komponen dalam sistem ini bekerja bersama untuk mengukur dan
mencatat informasi mengenai target tanpa menyentuh objek
tersebut. Sumber energi yang menyinari atau memancarkan energi
elektromagnetik pada target mutlak diperlukan. Energi berinteraksi
dengan target dan sekaligus sebagai media untuk meneruskan
informasi dari target kepada sensor. Sensor adalah sebuat alat yang
mengumpulkan dan mencatat radiasi elektromagnetik. Setelah
dicatat, data akan dikirimkan ke stasiun penerima dan diproses
menjadi format yang siap pakai, diantaranya berupa citra. Citra ini
kemudia diinterpretasi untuk menyarikan informasi mengenai
target. Proses interpretasi biasanya berupa gabungan antara visual
dan automatic dengan bantuan komputer dan perangkat lunak
pengolah citra.18
c. Dasar Interpretasi Citra Penginderaan Jauh

16
Ibid, hal. 144
17
Ibid, hal. 145
18
Op.cit
18

Interpretasi citra penginderaan jauh dapat dilakukan dengan


dua cara, yaitu interpretasi secara digital dan visual/manual.
Interpretasi secara digital membahas mengenai pra-pengolahan
citra meliputi: Pansharpen, koreksi geometrik, dan penajaman citra
sedangkan secara visual/manual membahas mengenai unsur
interpretasi, identifikasi objek berdasarkan citra dan teknik
interpretasi serta konvergensi bukti yang dilakukan dalam
pengenalan objek citra penginderaan jauh (Purwadhi dan Sanjoto,
2008).19
d. Unsur Interpretasi Citra
Pengenalan identitas dan jenis objek yang tergambar pada
citra merupakan bagian pokok dari interpretasi citra. Prinsip
pengenalan identitas jenis objek pada citra mendasarkan pada
karakteristik objek atau atribut objek pada citra. Untuk melakukan
interpretasi citra digunakan kriteria/unsur interpretasi yaitu terdiri
atas rona atau warna, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs
dan asosiasi (Sutanto, 1986).20 Adapun penjelasan masing-masing
sebagai berikut:
a. Rona/warna
Rona adalah tingkat kegelapan atau tingkat kecerahan objek
pada citra. Sedangkan warna adalah wujud yang tampak oleh
mata dengan menggunakan spektrum sempit, lebih sempit dari
spektrum tampak.
b. Bentuk
Bentuk merupakan konfigurasi atau kerangka suatu objek,
sehingga dapat mencirikan suatu penampakan yang ada pada
citra dapat diidentifikasi dan dapat dibedakan antar objek.
c. Ukuran

19
Muhlis, dkk.,”Aplikasi Data Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Sumber Daya Alam
dan Lingkungan”, (Pasuruan, 2020), cet. 1, hal. 15
20
Ibid, 18
19

Ukuran ialah atribut objek yang antara lain berupa jarak, luas,
tinggi, lereng dan volume. Ukuran objek pada citra maupun
foto udara merupakan fungsi skala sehingga dalam
memanfaatkan ukuran sebagai unsur interpretasi citra harus
selalu memperhatikan skala citranya.
d. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan rona pada citra atau
pengulangan rona kelompok objek yang terlalu kecil untuk
dibedakan secara individual. Tekstur sering dinyatakan dari
kasar sampai halus. Tekstur merupakan hasil gabungan dari
bentuk, ukuran, pola, bayangan serta rona.
e. Pola
Pola atau susunan keruangan merupakan ciri yang menandai
bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek
alamiah lainnya. Bayangan
Bayangan sering merupakan kunci pengenalan yang penting
bagi beberapa objek yang justru lebih tampak dari
bayangannya.21
f. Situs
Situs atau lokasi suatu objek dalam hubungannya denngan
objek lain dapat membantu dalam menginterpretasi foto udara
ataupun citra.
g. Asosiasi
Asosiasi dapat diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang
satu dengan yang lain, dengan kata lain asosiasi ini hampir
sama dengan situs.22
e. Manfaat Citra Penginderaan Jauh
1. Sebagai alat penerima

21
Ibid, hal. 19
22
Ibid, hal. 20
20

Citra merupakan alat yang baik dalam memberikan rekaman


objek, sehingga citra sangat berguna bagi pendidikan dan
pengajaran geografi, juga merupakan alat pendukung dalam
penelitian geografi.
2. Untuk mendapatkan kenyataan terbaru
Setiap saat dan dalam cuaca apapun, pengambilan citra dapat
dilakukan. Citra merupakan sumber data dan apat menyajikan
gambar secara lengkap.
3. Alat penjelasan
Citra merupakan alat yang baik untuk memahami letak dan
susunan gejala di muka bumi, karena citra menyajikan gambar
yang lengkap dan wujud yang sebenarnya.23
4. Alat bantu menyusun teori
Foto udara merupakan penghubung yang baik antara fakta dan
teori. Teori disusun berdasarkan penelitian yang dibuat dengan
tingkat kepercayaan antara fakta dan teori.24
f. Kelebihan dan Kekurangan Penginderaan Jauh
Secara sederhana berikut adalah berbagai kelemahan dalam
sistem inderaja:
1. Penginderaan jauh harus dilakukan oleh seseorang yang ahli
dibidang ini karena tidak semua orang dapat melakukannya.
2. Peralatan yang digunakan mahal karena wahana yang
digunakan dapat berupa pesawat fix wing, atau satelit.
3. Tidak semua citra dapat didapatkan dengan mudah, beberapa
citra digital bersifat berbayar dan tidak dipublikasikan untuk
umum (biasanya citra digital beresolusi spasial tinggi)25

Berikut adalah berbagai keunggulan dari penginderaan jauh:

23
Ibdi, hal. 2
24
Ibid, hal. 3
25
Ibid, hal. 8
21

1. Dapat menganalisis suatu wilayah yang luas dalam waktu


singkat
2. Menggambarkan kontur dari permukaan bumi secara akurat
3. Foto udara yang bersifat dua dimensi dapat dilihat secara tiga
dimensi dengan menggunakan stereoskop
4. Beberapa citra digital dapat diunduh secara gratis (misalnya
Landsat 8)
5. Mengukur berbagai dimensi hutan (misalnya dimeter tajuk,
biomassa, luas tutupan lahan hutan, dll)
6. Mudahnya menginterpretasikan citra digital dengan
menggunakan aplikasi komputer, seperti Erdas Imagine atau
Envi.26
5 Google Earth Engine
Google Earth Engine (GEE) adalah platform komputasi awan yang
dirancang untuk menyimpan dan memproses kumpulan data yang
sangat besar (pada skala petabyte) untuk analisis dan pengambilan
keputusan akhir. Mengikuti yang gratis ketersediaan seri Landsat pada
tahun 2008, Google mengarsipkan semua kumpulan data dan
menautkannya ke cloud mesin komputasi untuk penggunaan open
source. Arsip data saat ini termasuk dari satelit lain, serta kumpulan
data vektor berbasis Sistem Informasi Geografis (GIS), sosial,
demografis, cuaca, model ketinggian digital, dan lapisan data iklim.27
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan merupakan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya mengenai perubahan kawasan permukiman. Adapun
penelitian yang relevan dengan penelitian ini disajikan pada Tabel 2.1
Penelitian Relevan

26
Op.cit
27
Referensi : https://www.mdpi.com/2072-4292/11/5/591/htm, diakses pada 10.20, 12
April 2020
22

Tabel 2.1 Penelitian Relevan


No Penulis Judul Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
1. Mamad Analisis Mengkaji Persamaan Perbedaan pada
Sugandi, Multitemporal perkembangan pada penelitian penelitian ini
Angga Febry Pengaruh lahan terbangun ini adalah adalah
Fatman, Perubahan terhadap menganalisis menggunakan
dkk., (Jurnal, Kawasan perubahan suhu. lahan parameter waktu
Teknik Terbangun terbangun yang dihitung
Geodesi Terhadap khususnya berbeda-beda.
Geomatika Perubahan permukiman
dan Pusat Suhu dan
Penginderaa Permukaan Di menganalisis
n Jauh, Kota Bandar perubahan
Universitas Lampung suhu di suatu
Lampung, daerah.
2019)28
2. Rusman. S Studi kawasan Hasil penelitian Persamaan Perbedaan pada
(Skripsi, permukiman nya adalah dalam penilitian ini
Prodi Teknik berbasis GIS menganalisis penelitian ini adalah
Perencanaan Kecamatan penggunaan lahan adalah penelitiannya
Wilayah dan Pangkajene dan rencana pola menganalisis hanya berfokus
Kota, Kabupaten ruang kawasan kawasan pada studi
Fakultas Pangkajene perkotaan permukiman, kawasan
Sains dan dan Kabupaten sehingga dapat permukiman
Teknologi, Kepulauan Pangkep mengetahui berbasis GIS,
UIN faktor-faktor sedangkan dalam
Alauddin peningkatan penelitian penulis
Makassar, permukiman. adalah berfokus
2018)29 pada perubahan
kawasan
permukiman
terhadap
peningkatan suhu
permukaan.
3. Ayu Hapsari Analisis Hasil dari Persamaan Perbedaannya
Aditiyant, L Pengaruh penelitian ini dalam adalah dalam
M Sabri, Perubahan adalah terdapat penelitian ini penelitian ini pada
Bandi NDVI dan adanya pengaruh adalah kepada perubahan NDVI
Sasmito, Tutupan perubahan NDVI suhu dan tutupan lahan,
(Jurnal Lahan dan tutupan lahan permukaan dan sedangkan pada
Geodesi Terhadap terhadap suhu permukiman penelitian penulis

28
Mamad Sugandi, Angga Febry Fatman, dkk., “Analisis Multitemporal Pengaruh
Perubahan Kawasan Terbangun Terhadap Perubahan Suhu Permukaan Di Kota Bandar
Lampung”, Jurnal, Universitas Lampung, 2019.
29
Rusman. S., “Studi kawasan permukiman berbasis GIS Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”, (Skripsi, Prodi Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota,
Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar, 2018).
23

Lanjutan Tabel 2.1

Undip, Suhu permukaan yang dilihat adalah pada


Volume 2, Permukaan Di dari citra perubahan
Nomor 3, Kota landsat. kawasan
Agustus Semarang permukiman
2013, Hal. terhadap
10-19)30 peningkatan suhu
permukaan.
4. Mutiah Analisis Hasil dari Persamaan Perbedaan pada
Nurul Hubungan penelitian ini penelitian ini penelitian ini
Handayani, Antara menunjukkan adalah adalah parameter
Bandi Perubahan bahwa jika menganalisis waktu yang
Sasmito, Suhu Dengan permukiman kawasan diolah, pada
Arwan Indeks bertambah dapat permukiman penelitian penulis
Putra, Kawasan mempengaruhi suatu daerah mengolah data
(Jurnal Terbangun meningkatnya dan perubahan dengan
Geodesi Menggunakan suhu di daerah suhu di suatu menggunakan
Undip, Citra Landsat tersebut. daerah. rentang waktu 4
Volume 6, (Studi Kasus : tahun. Sedangkan
Nomor 4, Kota peneliti mengolah
Oktober, Surakarta) data dengan
2017)31 rentang waktu 2
tahun.
5. Hanum Analisis Hasil Persamaan Perbedaan pada
Fadhil Perkembanga penelitiannya pada penelitian penelitian ini
Baihaqi, n Kawasan ini adalah adalah variabel
Yudo Industri
menunjukkan menganalisis satu yang mana
Prasetyo, Kendal bahwa perubahan menganalisis
dan Nurhadi Terhadap perubahan suhu di suatu suatu
Bashit, Perubahan tutupan lahan daerah. perkembangan
(Jurnal Suhu memiliki industri,
Geodesi Permukaan sedangkan pada
Undip, (Studi Kasus:
hubungan penelitian penulis
Volume 9, Kawasan dengan suhu menganalisis
Nomor 1, Industri permukaan. perkembangan
Januari Kendal, kawasan
2020)32 Kabupaten permukiman.
Kendal)

30
Ayu Hapsari Aditiyant, dkk., “Analisis Pengaruh Perubahan NDVI dan Tutupan Lahan
Terhadap Suhu Permukaan Di Kota Semarang”, (Jurnal Geodesi Undip, Volume 2, Nomor 3,
Agustus 2013), hal. 10-19.
31
Mutiah Nurul Handayani, dkk., ”Analisis Hubungan Antara Perubahan Suhu Dengan
Indeks Kawasan Terbangun Menggunakan Citra Landsat (Studi Kasus : Kota Surakarta)”, Jurnal
Geodesi Undip, Volume 6, Nomor 4, Oktober, 2017.
32
Hanum Fadhil Baihaqi, dkk., “Analisis Perkembangan Kawasan Industri Kendal
Terhadap Perubahan Suhu Permukaan (Studi Kasus: Kawasan Industri Kendal, Kabupaten
Kendal)”, Jurnal Geodesi Undip, Volume 9, Nomor 1, Januari 2020.
24

C. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan
hubungan antar konsep tersebut yang dirumuskan oleh peneliti berdasar
tinjauan pustaka, dengan meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang berkaitan. Kerangka berpikir ditunjukan pada
Gambar 2.1.
Pada bagan kerangka berfikir dijelaskan bahwa peneliti
menggunakan dua jenis data, yaitu data peta RBI 2009, 2019 dan data
citra landsat 7 2009, citra landsat 8 2019. Lalu kedua data dilakukan
koreksi geometrik, radiometrik dan interpretasi, untuk mendapat hasil
peta permukiman dan peta suhu yang masing-masing akan di analisis,
untuk mendapatkan hasil perubahan dari peta permukiman dan peta
suhu. Kemudian peneliti melakukan analisis regresi linier sederhana
untuk mendapatkan validasi dan hasil analisis.

Citra Landsat 7 2009 &


Citra Landsat 8 2019

koreksi Geometrik,
Radiometrik, dan
Interpretasi

Peta Permukiman Peta Suhu 2009 &


2009 & 2019 2019

Analisis

Peta Perubahan
Permukiman & Perubahan
Suhu Tahun 2009 & 2019

Analisis Regresi
Linier Sederhana

Validasi

Hasil
Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


25

D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan
masalah penelitian. Dalam penelitian kuantitatif terhadap dua jenis
hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu :
a. Ha : Hipotesis kerja atau alternative yang menyatakan adanya
hubungan variabel (X) dan (Y).
“Terdapat pengaruh peningkatan kawasan permukiman
terhadap perubahan suhu di Kabupten Bekasi pada Tahun
2009-2019.
b. Ho : Hipotesis nol atau statistic yang menyatakan tidak adanya
hubungan variabel (X) dan (Y).
“Tidak terdapat pengaruh peningkatan kawasan permukiman
terhadap perubahan suhu di Kabupten Bekasi pada Tahun
2009-2019”
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat
yang secara geografis letak Kabupaten Bekasi berada pada posisi 6˚
10’ 53” - 6˚ 30’ 6” Lintang Selatan dan 106˚ 48’ 28” - 107˚ 27’ 29”
Bujur Timur. Kabupaten Bekasi berada tepat di sebalah timur Jakarta,
berbatasan dengan Kota Bekasi dan Provinsi DKI Jakarta di barat,
Laut Jawa di barat dan utara, Kabupaten Karawang di timur, serta
Kabupaten Bogor di selatan. Luas seluruh Kabupaten Bekasi adalah
1.484,37 km².1 Lokasi penelitian seperti disajikan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Lokasi Penelitian

1
Pemerintah Kabupaten Bekasi, Profile Kabupaten Bekasi, (http://www.bekasikab.go.id/)
diakses pada 2 Febuari 2020.

26
27

2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan dalam waktu
7 bulan. Adapun rincian waktu penelitian ini dapat dilihat pada Tabel
3.1
Table 3.1 Waktu Penelitian
No Waktu
Jenis Kegiatan
Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
1. Pengajuan proposal
2. Seminar proposal

3. Penyusunan BAB I-
III
4. Mengolah data citra

5. Melakukan ground
check lapangan
6. Penyusunan BAB IV
Pengambilan
7. kesimpulan dan
penyusunan BAB V
8. Penulisan abstrak
dan penutup

B. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.2 Dalam penelitian
ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dengan bantuan
teknik Sistem Informasi Geografi dan Penginderaan Jauh. Metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang
berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada
populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.3
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan
pendekatan deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mendeskripsikan

2
Sugiyono, “Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D”, (Bandung, 2016),
Anngota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), cet. 23, hal. 2
3
Ibid, hal. 8
28

suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang penelitian


deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya
pada saat penelitian berlangsung. Metode penelitian deskriptif diartikan
sebagai metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk
membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan atau area
populasi tertentu secara objektif.4
Penelitian ini juga dibantu dengan teknik analisis Sistem Informasi
Geografi dan Penginderaan Jauh sebagai mengolah dan menganalisis data
citra landsat yang digunakan dalam penelitian. Setelah melakukan olah
dan analisis data maka penelitian melakukan observasi dan dokumentasi
untuk membuktikan kebenaran data yang telah diolah sesuai dengan
keadaan di lapangan.
C. Alat dan Bahan
Alat dan bahan dalam penelitian biasa disebut juga dengan instrumen.
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.5 Instrumen dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah:
a. Laptop Asus A456U intel core i5
b. Aplikasi Arc Gis 10.3
c. Kamera, untuk kegiatan dokumentasi di lapangan.
d. GPS Essentials, untuk menemukan titik koordinat sampel di
lapangan.
e. IBM SPSS Statistics 20 sebagai pengolah data
f. Google Earth Engine (GEE), untuk mengolah perubahan
penggunaan lahan, perubahan permukiman, dan perubahan suhu
permukaan.
2. Bahan
4
Ikbal Maulana, “Analisis Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bekasi Pada
Tahun 2015 Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh”, Skripsi, hal. 35
5
Ibid, hal. 102
29

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah:


a. Citra Landsat ETM 7 pada tahun 2009
b. Citra Landsat OLI 8 pada tahun 2019
c. Data Shapefile (SHP) Kabupaten Bekasi.
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.6
Dalam penelitian ini populasi yang digunakan adalah seluruh wilayah
Kabupaten Bekasi dengan jumlah 23 Kecamatan, dan diambil 3
Kecamatan untuk lokasi sampel.
Populasi dalam penelitian ini menggunakan teknik Cluster
Sampling (Area Sampling) untuk menetukan sampel karena objek
dalam penelitian ini cukup luas yaitu seluruh Kabupaten Bekasi.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.7 Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
penentuan sampel dengan menggunakan Stratified Random Sampling.
Strata (Stratum) merupakan bagian (subset) dari populasi yang secara
umum dapat dibedakan karakteristiknya.8 Karakteristik semacam ini
perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata
populasi itu dapat ditetapkan.9 Keseluruhan sampel pada penelitian ini
100 titik sampel, dimana teknik pengambilan sampel nya dibagi
menjadi dua yaitu 30 titik sampel diambil secara langsung di lapangan
dengan menggunakan GPS Essential dan 70 titik sampel diambil
dengan melakukan ploting di Google Earth Pro. Titik sampel yang

6
Ibid, hal. 80
7
Ibid, hal. 81
8
Ikbal Maulana, “Analisis Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten Bekasi Pada
Tahun 2015 Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan Jauh”, Skripsi, hal. 37
9
Sugiyono, Op.cit, hal. 83
30

diambil adalah wilayah yang terkena dampak peningkatan permukiman


dan perubahan suhu.
E. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.10 Dalam
penelitian ini, keterhubungan antara variabel independen dan variabel
dependen adalah dimana bahwa perubahan kawasan permukiman
mempengaruhi peningkatan suhu di Kabupaten Bekasi.
Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain maka
macam-macam variabel dalam penelitian dapat dibedakan menjadi:
1. Variabel Independen
Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus,
prediktor, antecedent. Dalam bahasa Indonesia sering disebut
sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan
variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).11
Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah perubahan
kawasan permukiman.
2. Variabel Dependen
Variabel ini sering disebut sebagai output, kriteria,
konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai
variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel
bebas.12 Adapun variabel terikat dalam penilitian ini adalah
perubahan suhu.
F. Jenis Data Yang Dikumpulkan
Jenis data yang dikumpulkan sama hal nya dengan teknik
pengumpulan data dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data
10
Ibid, hal. 38
11
Ibid, hal. 39
12
Loc.cit
31

merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan


utama dari penelitian adalah mendapatkan data.13 Teknik pengumpulan
data dalam penelitian ini dengan cara:
1. Pengumpulan data primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.14 Adapun data primer pada
penelitian ini menggunakan:
a. Observasi
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa, observasi
merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang
tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis.15 Teknik
pengumpulan data pada penelitian adalah dengan cara
melakukan pengamatan secara langsung perubahan kawasan
permukiman yang terjadi di Kabupaten Bekasi dengan memilih
3 kecamatan dengan tingkat perubahan kawasan permukiman
tertinggi yang akan menjadi titik Groud Check pada penelitian
ini.
b. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data-data sekunder atau
dengan mengambil data-data dalam benuk visual tentang
kondisi lapangan.16 Dokumentasi dalam penelitian ini berupa
foto kegiatan penelitian dan dokumentasi ini bertujuan sebagai
bukti bahwa peneliti telah melakukan sebuah penelitian.
Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah foto
kepadatan permukiman di daerah yang memiliki kepadatan
permukiman tertinggi di Kabupaten Bekasi.

13
Ibid, hal. 224
14
Ibid, hal. 225
15
Ibid, hal. 145
16
Rusman. S, “Studi Kawasan Permukiman Berbasis GIS Kecamatan Pangkajene
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan”, skripsi, Alauddin Makassar, hal. 61
32

2. Pengumpulan data sekunder


Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain
atau lewat dokumen.17 Adapun dalam penelitian ini peneliti
menggunakan data sekunder berupa:
a. Data citra landsat
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data citra
landsat 7 tahun 2009 dan data citra landsat 8 tahun 2019 yang
diolah pada Google Earth Engine melalui website
https://code.earthengine.google.com/.

b. Data Badan Pusat Statistik (BPS)


Data diperoleh dari http://bps.go.id/. Dimana data yang
dibutuhkan adalah angka pertumbuhan penduduk serta jumlah
penduduk di daerah Kabupaten Bekasi.
G. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data merupakan teknik yang sangat penting dalam
penelitian, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti
dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data
mentah yang dikumpulkan perlu dipecah-pecahkan, dikelompokkan dan
dimanipulasi dengan sedemikian rupa sehingga data tersebut memiliki
makna untuk menjawab masalah dan bermanfaat untuk menguji hipotesis
atau pertanyaan penelitian. Adapun pengolahan data pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Pengolahan Perubahan Penggunaan Lahan dan Perubahan Kawasan
Permukiman
Untuk mendapatkan peta perubahan penggunaan lahan dan peta
perubahan kawasan permukiman tahun 2009 sampai 2019 dilakukan
pengolahan citra satelit landsat. Kegiatan utama dalam pengolahan
citra satelit landsat yaitu :
a) Koreksi Radiometrik

17
Sugiyono, Op.cit, hal. 225
33

Koreksi radiometrik (satelite image callibration) ini


digunakan untuk mengurangi hamburan atmosfer pada citra
satelit yang menyebabkan nilai spektral citra menjadi lebih
tinggi dari sebenarnya.18
“Koreksi radiometrik dilakukan pada kesalahan-kesalahan
oleh sensor dan sistem sensor terhadap respon detektor
serta pengaruh atmosfer yang stasioner atau konstan.
Koreksi radiometrik dilakukan untuk memperbaiki
kesalahan atau distorsi yang diakibatkan oleh
ketidaksempurnaan operasi dan sensor, adanya atenuasi
(penyerapan, hamburan) gelombang elekrromagnetik oleh
atmosfer, variasi sudut pengambilan data (sudut datang
radiasi), variasi sudut iluminasi, sudut pantul, dan lainnya
dapat terjadi selama pengambilan, pengiriman serta
perekaman data”19
b) Koreksi Geometrik
Koreksi geometrik diperlukan untuk menghasilkan data
yang lebih teliti dalam aspek planimetrik. Pada koreksi ini,
sistem koordinat atau proyeksi peta dijadikan rujukan, sehingga
dihasilkan citra yang mempunyai sistem koordinat dan skala
yang beragam.20
c) Kombinasi Band
Penginderaan jauh merupakan sistem yang berhubungan
dengan pewarnaan dan gelombang elektromagnetik yang
merekam objek dipermukaan bumi yang nantinya akan berupa
warna-warna.
“Gelombang elektromagnetik yang digunakan sebagai
media untuk merekam data/objek mencakup gelombang

18
Sodikin, Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh, hal. 83
19
Sri Hartati Soenarmo, Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi Geografis
untuk Bidang Ilmu Kebumian, hal. 120
20
Sodikin, op.cit., hal. 54
34

tampak mata (visible light) dan infra merah (infra red),


yang kemudian dikelompokkan kedalam wilayah-wilayah
yang lebih sempit dengan kisaran panjang gelombang
tertentu, yang disebut band. Dalam analisis atau klasifikasi
data citra digital, perlu dicari gabungan dari tiga band yang
tampilan datanya dapat memberikan gambaran dan detail
informasi yang jelas mengenai penggunaan lahan, vegetasi,
dan lainnya....”21
Penggunaan kombinasi band berbeda-beda, tergantung pada
studi analisis yang dicari. Berikut penggunaan kombinasi band
untuk studi citra landsat 8 yang disajikan dalam Tabel 3.2
Tabel 3.2
Penggunaan Kombinasi Band untuk Studi Citra Landsat 8
Aplication Study Combination Band
Color infrared (vegetation) 543
Land/water 564
Vegetation Analysis 654
Sumber: United States Geological Survey (USGS), dalam Nita
Inopianti, 2017.
Berdasarkan Tabel 3.2 untuk melihat penggunaan lahan
maka kombinasi band yang paling cocok untuk digunakan
adalah kombinasi band 5, band 6 dan band 4. Kombinasi band
ini cocok untuk melihat lahan.
d) Klasifikasi Terbimbing (Supervised Classification)
Klasifikasi terbimbing merupakan metode yang dipandu
dan dikendalikan sebagian besar atau sepenuhnya pengguna
dalam proses pengklasifikasiannya.22 Pada klasifikasi ini
digolongkan pengkasifikasi lahan terbangun, yaitu

21
Wahyunto, Sri Retno Murdiyati dan Sofyan Ritung, “Aplikasi Teknologi Penginderaan
Jauh dan Uji Validasinya untuk Deteksi Penyebaran Lahan Sawah dan Penggunaan/Penutupan
Lahan”, Jurnal Informatika Pertanian, Vol. 13, 2014, h. 749
22
Sodikin, op.cit,. h. 116
35

permukiman. Klasifikasi tersebut sebagai penentu bagaimana


kondisi permukiman di Kabupaten Bekasi.
a. Ground Check Lapangan
Pada penelitian selanjutnya ialah melakukan ground check
yang bertujuan untuk melihat hasil data interpretasi yang telah
diperoleh dengan hasil lapangan. Pengecekan lapangan bertujuan
untuk mengetahui kebenaran objek dari hasil data interpretasi
terhadap kenyataan di lapangan.
b. Analisis Akurasi Interpretasi Kappa
Penelitian dengan menggunakan analisis akurasi interpretasi
Kappa ini bertujuan untuk melihat kesamaan antara data yang telah
diperoleh dengan bukti yang didapat melalui hasil lapangan. Yang
mana hasil tersebut dapat terlihat seberapa besar kesamaan yang
diperoleh antara data yang ada dengan data lapangan yang terlihat.
2. Pengolahan Perubahan Suhu
Untuk mendapatkan peta perubahan suhu permukaan, dilakukan
pengolahan citra landsat 7 tahun 2009 dan citra landsat 8 tahun 2019
dengan menggunakan website Google Earth Engine (GEE) agar
menghasilkan peta perubahan suhu di Kabupaten Bekasi. Kegiatan
utama dalam pengolahan data menggunakan Google Earth Engine
(GEE), yaitu : Koreksi Geometrik dan Radiometrik, Kombinasi Band,
Cropping Citra, Analisis Land Surface Temperature.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah suatu metode atau cara untuk megolah
sebuah data menjadi informasi sehingga karakteristik data tersebut
menjadi mudah untuk dipahami dan juga bermanfaat untuk menemukan
solusi permasalahan, yang terutama adalah masalah tentang sebuah
peneletian.23 Adapun dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis
sebagai berikut:

23
Drs. H, Moh. Pabundu Tika, M.M, “Metode Penelitian Geografi”, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2005), hal 22
36

1. Analisis regresi linier sederhana


Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional
ataupun kausal, satu variabel independen dengan satu variabel
dependen.24 Analisa ini banyak digunakan karena mampu
menunjukan dampak variabel independen terhadap variabel
dependen.25 Adapun persamaan umum regresi linier sederhana
adalah sebagai berikut:
Y = a + bx
y = subjek dalam variabel dependen yang diprediksi
a = harga y bila x = 0 (harga konstan)
b = koefisien regresi. Bila nilai b positif (+) = naik,
sedangkan bila nilai b negatif (-) = turun
x = subjek pada variabel independen
Untuk memperoleh nilai a dan b dapat digunakan rumus
sebagai berikut :
a = (Ʃ y)(Ʃ x²) – (Ʃ x)(Ʃ xy)
nƩ x² - (Ʃ x)²
b = nƩ xy – (Ʃ x)(Ʃ y)
nƩ x² - (Ʃ x)²
Analisis regresi linier ini digunakan untuk menguji pengaruh
parsial variabel independen terhadap variabel dependen. Apabila
nilai thitung > nilai ttabel dan probabilitas signifikansi kurang dari
0,05 maka H0 ditolah dan hipotesis alternative yang menyatakan
variabel independen secara individual mempengaruhi variabel
dependen diterima.26
2. Hipotesis Penelitian

24
Ibid, hal 22
25
Syamsul Hadi, “Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Akuntansi dan Keuangan”,
(Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta, 2006), hal 75.
26
Fajaryani Atik, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan
Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia Periode 2008-2013),”Jurnal Nominal, Vol. 4 No. 1, Tahun 2015. hal. 74.
37

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan


masalah penelitian. Dalam penelitian kuantitatif terhadap dua jenis
hipotesis yang digunakan dalam penelitian yaitu :
a. Ha : Hipotesis kerja atau alternative yang menyatakan
adanya hubungan variabel (X) dan (Y).
“Terdapat pengaruh perubahan kawasan permukiman
terhadap peningkatan suhu permukaan di Kabupten Bekasi
pada Tahun 2009-2019.
b. Ho : Hipotesis nol atau statistic yang menyatakan tidak
adanya hubungan variabel (X) dan (Y).
“Tidak terdapat pengaruh perubahan kawasan permukiman
terhadap peningkatan suhu permukaan di Kabupten Bekasi
pada Tahun 2009-2019”
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang dilakukan maka dapat
menjawab rumusan masalah yang dapat disimpulkan bahwa:
1. Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bekasi pada tahun 2019
mengalami laju pertumbuhan penduduk yang tinggi yaitu mencapai
3,74%, laju pertumbuhan penduduk tertinggi terdapat di Kecamatan
Bojongmangu 14,61% dan laju pertumbuhan penduduk yang paling
rendah terdapat di Kecamatan Cikarang Selatan 1,22% sehingga
membuat jumlah penduduk meningkat di tahun 2019.

2. Peningkatan jumlah penduduk yang terjadi di Kabupaten Bekasi


membuat kawasan permukiman mengalami perubahan dan
peningkatan, terkhususmya di daerah kota industri seperti di Cikarang
Selatan dan Cikarang Barat, begitupun dengan daerah Tambun
Selatan yang memiliki jumlah kepadatan penduduk yang tinggi,
bahwa peningkatan kawasan permukiman pada tahun 2009 sampai
dengan tahun 2019 di Kabupaten Bekasi mengalami perubahan yang
secara dinamis. Peningkatannya yang sangat tinggi dibanding dengan
perubahan lahan lainnya, yakni dari sebesar 38.610,07 ha pada tahun
2009 dan pada tahun 2019 luas nya sebesar 44.883,97 ha.

3. Meningkatnya kawasan permukiman membuat vegetasi atau ruang


terbuka hijau di Kabupaten Bekasi mengalami penurunan. Hasil
penelitian terlihat bahwa perubahan suhu dari tahun 2009 sampai
dengan 2019 semakin meningkat. Perubahan terlihat dari hasil
pengolahan data pada tahun 2009 rentang suhu berada dikelas suhu
21-35 derajat celcius, sedangkan pada tahun 2019 rentang suhu
berada dikelas suhu 26-40 derajat celcius. Peningkatan kawasan
permukiman membuat perubahan suhu di Kabupaten Bekasi
mengalami perubahan sebesar 62,1 %.

70
71

B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat diberikan implikasi
bahwa bertambah atau meningkatnya kawasan permukiman pada suatu daerah
dapat mempengaruhi berubahnya suhu pada daerah tersebut, karena pada
daerah yang mengalami peningkatan kawasan permukiman atau lahan
terbangun yang sangat tinggi membuat lahan terbuka hijau menurun dan
menyebabkan suhu pada daerah tersebut terus mengalami peningkatan disetiap
tahunnya.

C. Saran
Saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian ini adalah
sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai meningkatnya


kawasan permukiman agar terus update informasi yang dapat
memberikan informasi lebih baik untuk penanggulangan agar suhu
tidak terus bertambah.

2. Bagi pemerintah Kabupaten Bekasi hendaknya mengontrol dan


membatasi adanya pembangunan yang dilakukan di daerah yang
sudah padat penduduknya atau meningkatnya kawasan permukiman.
Dapat diharapkan pemerintah Kabupaten Bekasi untuk
memperhatikan lagi akan adanya lahan terbuka hijau untuk sirkulasi
suhu pada suatu daerah agar tidak mengalami perubahan yang makin
tinggi untuk kedepannya.

3. Bagi peneliti lain hendaknya bisa melakukan penelitian yang lebih


mendalam menganai faktor yang mempengaruhi berubahnya suhu
pada suatu daerah. Dengan seperti itu maka kajian akan suhu semakin
banyak dilakukan.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Ahyuni. Perencanaan Penggunaan Lahan. Jakarta: Kencana. 2016.

Djoko, Gunardi Winarno, dkk. “Klimatologi Pertanian”. (Bandarlampung, 2019), Pusaka


Media, hal. 95

Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI). 2016.

Kusrini. Perubahan Penggunaan Lahan Dan Faktor Yang Mempengaruhinya Di


Kecamatan Gunungpati Kota Semarang. Yogyakarta: Ikatan Geograf
Indonesia.

Sadana, Agus S. Perencanaan Kawasan Permukiman. Yogyakarta: Graha Ilmu.


2014.

Sodikin. Sistem Informasi Geografis & Penginderaan Jauh. Jakarta: t.p. 2015.

Soenarmo, Sri Hartati. Penginderaan Jauh dan Pengenalan Sistem Informasi


Geografis untuk Bidang Ilmu Kebumian. Bandung: ITB Bandung. 2009

Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Anngota

Tika, Moh. Pabundu. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2005

Wesnawa, I Gede Astra. Geografi Permukiman. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2015.

Wiguna, Dede Prabowo. Sistem Geografi dan Penginderaan Jauh (Studi Kasus
Analisis Keruangan Menggunakan Arcgis dan Envi). Yogyakarta:
Deepublish. 2017

E-book

Adil, Ahmat. Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: ANDI. 2017.

Budiyanto, Eko. Sistem Informasi Geografis Menggunakan ARC VIEW GIS.


Yogyakarta: Andi Offest. 2002.

Muhlis, dkk. Aplikasi Data Penginderaan Jauh Untuk Pengelolaan Sumber Daya
Alam dan Lingkungan. Pasuruan: 2020.

Internet

BEKASI”, (http://sippa.ciptakarya.pu.go.id/) diakses pada 13 Desember 2020


pukul 13.00 WIB

Climate.org, (https://en.climate-data.org/asia/indonesia/west-java/bekasi-31803/)

72
73

diakses pada 1 Oktober 2020

Pemerintah Kabupaten Bekasi, Profile Kabupaten Bekasi, (http://www.bekasikab


.go.id/_ ) diakses pada 2 Febuari 2020.

Pemerintah Kabupaten Bekasi, Profile Kabupaten Bekasi, (http://www.


bekasikab .go.id/) diakses pada 10 September 2020.

Pemerintan Kabupaten Bekasi, Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi


Tahun 2011-2031, (www.bekasikab.go.id)

Referensi : https://bekasikab.bps. go.id/statictable /2019/02/01/24/-jumlah-


penduduk –menurut -kecamatan- di-kabupaten- bekasi-2013-2017.html,
diakses pada 14.02, 14 April 2020

Referensi : https://www.mdpi.com/2072-4292/11/5/591/htm, diakses pada 10.20, 12 April


2020

Referensi : http://www.ayobekasi.net/read/2019/10/23/3977/suhu-bekasi-capai-
37- derajat-begini-imbauan-bmkg, diakses pada 14.14, 14 April 2020

Referensi : https://tafsirweb.com/4428-quran-surat-an-nahl-ayat-80.html, diakses


pada 22:26, 03 Maret 2020

Referensi : https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=ekstrem-perubahan-iklim
diakses pada 18.09, 01 April 2020

RPIJM Kabupaten Bekasi 2015 – 2019, “BAB 2 PROFIL KABUPATEN

Wikipedia, Kabupaten Bekasi, (https://id.wikipedia.org/wiki/KabupatenBekas


i#Topografi) diakses pada 1 Oktober 2020

Yunanto Wiji Utomo, "Suhu Jakarta dan Bekasi Hampir 40 Derajat Celsius, Apa
Sebabnya?". Kompas.com, diakses pada 23:11

Jurnal

Aditiyant, Ayu Hapsari., dkk. Analisis Pengaruh Perubahan NDVI dan Tutupan
Lahan Terhadap Suhu Permukaan Di Kota Semarang. Jurnal Geodesi
Undip. Volume 2. Nomor 3. Agustus 2013.

Atik, Fajaryani. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Integritas Laporan


Keuangan (Studi Empiris Pada Perusahaan Pertambangan Yang Terdaftar
Di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013). Jurnal Nominal. Vol. 4 No. 1,
Tahun 2015.

Baihaqi, Hanum Fadhil., dkk. Analisis Perkembangan Kawasan Industri Kendal


Terhadap Perubahan Suhu Permukaan (Studi Kasus: Kawasan Industri
74

Kendal, Kabupaten Kendal). Jurnal Geodesi Undip. Volume 9. Nomor 1.


Januari 2020

Handayani, Mutiah Nurul., dkk. Analisis Hubungan Antara Perubahan Suhu


Dengan Indeks Kawasan Terbangun Menggunakan Citra Landsat (Studi
Kasus : Kota Surakarta). Jurnal Geodesi Undip. Volume 6. Nomor 4.
Oktober, 2017

Naryanto, Heru Sri. Potensi Air Tanah Di Daerah Cikarang Dan Sekitarnya,
Kabupaten Bekasi Berdasarkan Analisis Pengukuran Geolistrik.

Pigawati, Bitta dan Iwan Rudiarto. Penggunaan Citra Satelit Untuk Kajian
Perkembangan Kawasan Permukiman Di Kota Semarang. Jurnal. Fakultas
Teknik Universitas Diponegoro Semarang. Semarang: Forum Geografi.
2011.

Pontoh, Nia K dan Iwan Kustiwan. Pengantar Perencanaan Perkantoran.


Bandung: ITB. 2008.

Sugandi, Mamad., dkk. Analisis Multitemporal Pengaruh Perubahan Kawasan


Terbangun Terhadap Perubahan Suhu Permukaan Di Kota Bandar
Lampung. Jurnal Geodesi Undip. Teknik Geodesi Geomatika dan Pusat
Penginderaan Jauh. Universitas Lampung. 2019

Wahyunto, Sri Retno Murdiyati dan Sofyan Ritung, Aplikasi Teknologi


Penginderaan Jauh dan Uji Validasinya untuk Deteksi Penyebaran Lahan
Sawah dan Penggunaan/Penutupan Lahan, Jurnal Informatika Pertanian,
Vol. 13, 2014

Skripsi

Hadi, Syamsul. Metodologi Penelitian Kuantitatif Untuk Akuntansi dan


Keuangan. Yogyakarta: Ekonisia Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta. 2006.

Idayah, Tika Iqlima. Variasi suhu dan kelembabanudara di taman suropati


dan Sekitarnya. Skripsi. Universitas Indoneisa. 2010.

Maulana, Ikbal. Analisis Faktor Perubahan Penggunaan Lahan Di Kabupaten


Bekasi Pada Tahun 2015 Dengan Aplikasi Sistem Informasi Geografis dan
Penginderaan Jauh. Skripsi. UIN Syafrif Hidayatullah Jakarta. 2014.

Romadhoni, Muhammad Ali Majidhi. Analisis Prioritas Penataan Ruang Terbuka


Hijau Daerah Permukiman Melalui Pemanfaatan Penginderaan Jauh dan
Sistem Informasi Geografis di Kecamatan Kotagede. Skripsi. 2013.

Rosyad, Faqihuddin. Implementasi Peraturan daerah Kabupaten Bekasi nomor 12


tahun 2011 tentang rencana tata ruang wilayah di tinjau dari perspektif
Siyasah Dusturiyah: Studi kasus perizinan Kecamatan Sukatani. Skripsi.
75

UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 2019

S, Rusman. Studi Kawasan Permukiman Berbasis GIS Kecamatan Pangkajene


Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Skripsi. UIN Alauddin Makassar.
2018.

U, Iswandi dan Indang Dewata. Penataan Kawasan Permukiman Berbasis


Bencana Alam dan Arahan Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Kabupaten Limapuluh Kota Proponsi Sumatera Barat. Skripsi. Universitas
Negeri Padang. 2017.
96

Lampiran 7 : Biografi Penulis


BIOGRAFI PENULIS
Bella Annisa, lahir di Lampung pada tanggal
06 Mei 1998. Penulis merupakan putri pertama dari
pasangan Bapak Muhamad Noor dengan Ibu Wiyanti.
Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah
Pendidikan dasar di MI Attaqwa 03 Al-Barkah (2004-
2010), Pendidikan menengah pertama ditempuh di
MTs Sullamul Istiqomah (2010-2013), serta
dilanjutkan ke Pendidikan menengah atas di MA
Sullamul Istiqomah (2013-2016). Selanjutnya pada
tahun 2016 penulis mendaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Konsentrasi Geografi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama di tingkat MTs dan di tingkat MA penulis aktif sebagai anggota
PASKIBRA dan anggota PRAMUKA, penulis sering mendapat tugas sebagai
pengibar bendera atau sebagai anggota pasukan 45 pengibar bendera ketika
upacara 17 Agustus 1945. Selain itu di tingkat MA penulis aktif di organisasi
OSIS sebagai wakil ketua bidang ROHIS, dan penulis juga aktif sebagai pengajar
PASKIBRA. Di tingkat perkuliahan penulis aktif dalam organisasi intra kampus
yaitu HMPS Pendidikan IPS pada periode 2016 sebagai anggota dari departemen
kemahasiswaan, tahun 2017 sebagai anggota dari departemen sosial agama, tahun
2018 sebagai sekertaris departemen sosial agama, tahun 2019 sebagai ketua
departemen kemahasiswaan. Selain itu penulis juga pernah mengikuti Latihan
Kader 1 Himpunan Mahasiswa Islam cabang Ciputat pada tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai