Upaya Peningkatan Akses Mutu Dan Pendidikan Di Papua-1
Upaya Peningkatan Akses Mutu Dan Pendidikan Di Papua-1
PAPUA
DOSEN PENGAMPU:
ARINI RAHMADANA M.Pd
DISUSUN OLEH:
FIKRI HAKIM PUTRA (410122013)
NUR KHOZIN WAHYU. H (410122037)
SYIFAUL FAUZIAH (410122049)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini sebagai bentuk pemenuhan
tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia.
2
Penulis
3
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
A.Latar belakag 4
B. Rumusan Masalah 5
C.Tujuan 5
D. Metode Penelitian 6
E. Manfaat Penelitian 6
F. Tinjauan Pustaka
BAB II PEMBAHASAN
A.Provinsi Papua dan Papua Barat
B.Kualitas guru
C.Distribusi guru
D.Review kebijakan tata Kelola pendidikan
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.LATAR BELAKANG
Mutu Pendidikan
5
dilakukan oleh World Bank menunjukkan bahwa terdapat lima aspek yang
menentukan kualitas pendidikan. Aspek kedua adalah perangkat lunak antara
lain kurikulum, pedagogi, buku teks, dan bahan bacaan. Aspek selanjutnya
adalah struktur manajemen yang memiliki otonomi. Terakhir, aspek yang juga
dipandang berpengaruh teradap kualitas pendidikan adalah aspek konteks
pendidikan seperti kesehatan dan nutrisi siswa, latar belakang keluarga dan
komunitas, serta budaya akademik di lingkungan sekolah.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja akar masalah dalam upaya peningkatan akses dan mutu
pendidikan di Provinsi Papua dan Papua Barat?
2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan akses dan mutu
pendidikan di daerah Papua dan Papua Barat?
C.TUJUAN
D. METODE PENELITIAN
1. Pemilihan Lokasi
Ruang lingkup spasial dari studi ini adalah seluruh kabupaten dan
kotamadya di Provinsi Papua dan Papua Barat. Pemilihan lokasi didasarkan
pada pandangan bahwa capaian pendidikan dasar di kedua provinsi tersebut
masih relatif rendah. Dalam penelitian ini, kami tidak melakukan penelitian
6
lapangan. Olah karenanya selain wawancara dengan beragam stakeholder,
data penelitian ini didasarkan pada studi pustaka hasil-hasil penelitian
sebelumnya (lihat bagian E.2).
2. Pengumpulan Data
3. Analisis Data
7
Studi pustaka dilakukan dengan menelusuri hasil-hasil penelitian sebelumnya,
hasil pendataan pendidikan, produkproduk kebijakan, serta pemberitaan di
media massa. Studi pustaka terutama dilakukan untuk mendapatkan data
terkait karakteristik masyarakat Papua, 15 permasalahan pendidikan di Papua
dan Papua Barat, langkah-langkah mengatasi permasalahan pendidikan yang
pernah dilakukan, serta kekurangan dan kelemahan dari berbagai upaya
tersebut. Wawancara dilakukan kepada beberapa informan seperti: guru
SM3T, mahasiswa Papua di Jawa, aparat pemerintah, komunitas, dan LSM
terkait. Wawancara dilakukan untuk mengetahui peran dari masing-masing
actor serta hambatan-hambatan yang dihadapi dalam menjalankan peran
mereka. Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) dilakukan bersama beberapa
kelompok seperti: aparat pemerintah, guru, maupun komunitas. DKT
dilakukan terutama untuk mengetahui permasalahan pendidikan di Papua,
dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan
tersebut.
E. TINJAUAN PUSTAKA
8
ketidahadiran guru di Papua paling besar justru dari guru-guru asli Papua, baik
guru yang berasal dari lokasi sekolah maupun yang berasal dari daerah lain di
Papua.
BAB 2
PEMBAHASAN
Dengan menelusuri data yang ada, akan tampak bahwa pendidikan di kedua
provinsi tersebut relatif tertinggal dibanding provinsi lain di Indonesia.
9
di wilayah pedesaan dan pulau yang terpencil. Jarak antara rumah dan sekolah yang
jauh tersebut mengakibatkan siswa membutuhkan waktu yang panjang untuk
menuju sekolah apalagi tanpa dukungan transportasi dan jalan raya yang memadai.
10
penduduk.Salah satu permasalahan utamanya adalah terkait dengan tingkat mangkir
guru yang cukup besar, yaitu
Dari Survei tersebut diketahui bahwa semua Pemda di Provinsi Papua kecuali
Jayapura berada pada zona merah. Indeks tersebut dihitung menggunakan lima
indikator yaitu transparansi dan akuntabilitas, standarisasi layanan pendidikan,
sistem pengendalian manajemen, sistem informasi manajemen, dan efisiensi
penggunaan sumber daya. PPKK juga menegaskan lemahnya tata kelola pendidikan
di Intan Jaya yang dicirikan oleh beberapa hal. Pertama, transparansi dan
akuntabilitas pendidikan yang lemah yang tampak dari mandegnya dana BOS,
rekruitmen guru PNS yang tidak transparan, hingga tidak adanya forum yang
memfasilitasi komunikasi antara guru, kepala sekolah, dan orang tua.
Papua Barat. Tulisan Boby Anderson memberi penjelasan yang baik tentang
11
ciri masyarakat Papua. Papua dipandang sebagai masyarakat yang menjunjung
tinggi ikatan klan dan suku. Kedua, masyarakat Papua juga dicirikan dengan masih
bekerjanya sistem patronase.
Dengan kedua ciri tersebut, tata kelola pendidikan yang dijalankan dengan
sistem modern sering kali tidak dapat bekerja. Sebagai contoh, Anderson
mengatakan, dalam sistem patronase korupsi tidak dipandang sebagai hal yang
buruk karena dapat menguatkan ikatan patron dan klien .
Kualitas Guru
Berbagai studi menunjukkan tingginya angka mangkir guru menjadi salah satu
masalah di hampir setiap kabupaten/kotamadya di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Studi ACDP menunjukkan bahwa fenomena kemangkiran guru di kedua provinsi ini
terutama justru terjadi pada guru-guru lokal. Anderson juga mengidentifikasi
setidaknya enam sebab kemangkiran guru-guru lokal ini.
Indonesia’s national law on teachers and lecturers, Law 14 of 2005, article 30,
states that teachers absent from their jobs for at least a month can be dismissed.
Third, teachers are not paid on site, nor are they provided with transportation costs
reflective of the cost of transport in their assigned areas. Teachers assigned to
remote areas often do not want to relocate their families because there is usually no
healthcare in such locations . Newly constructed houses for teachers generally
disintegrate within a year or two .
12
Terdapat beberapa suku bangsa yang dikenal memiliki kesadaran tinggi untuk
bersekolah34.Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 Tahun Kesenjangan pemerataan
guru antarsatuan pendidikan, antarjenjang, antarjenis pendidikan,
antarkabupaten/kota, dan antarprovinsi masih tinggi. Tahun 2012 tampaknya
pemerintah memberikan perhatian lebih untuk guru di daerah khusus. 34 Tahun
2012 pemerintah memberikan penghargaan berupa tunjangan kepada daerah
khusus.
Selain memberikan tunjangan khusus kepada daerah khusus pada tahun 2014
pemerintah menetapkan program GGD atau Guru Garis Depan dengan tujuan
pemerataan distribusi guru ke berbagai pelosok-pelosok negeri yang masih
kekurangan tenaga pendidik.10 tahun di daerah penempatan pertama yang ditunjuk
Kementerian Pendidikan dan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2008 yang
merupakan bagian dari komitmen pemerintah dalam memberlakukan kebijakan
khusus di kawasan Papua.
13
guru PNS.
Distribusi Guru
Peraturan daerah dan peraturan yang dikeluarkan oleh kota atau kabupaten
menjadi instrumen penting dalam melihat pelayanan publik khususnya dalam bidang
pendidikan. Papua Barat baik di tingkat daerah maupun kota/kabupaten kebijakan
yang berkaitan langsung dengan pendidikan sulit sekali ditemukan dokumentasinya
secara online. Ada sejumlah catatan yang memerlukan perhatian khusus terkait
dengan tata kelola pendidikan di tingkat daerah dan kota/kabupaten di antaranya
adalah terkait dengan distribusi guru, bantuan operasional sekolah dan tata kelola
manajemen berbasis sekolah yang berorientasi kepada layanan publik. Tiga hal
tersebut menjadi prioritas utama terlaksananya pendidikan berkualitas.
BAB 3
14
PENUTUP
A.Kesimpulan
B.Saran
DAFTAR PUSTAKA
15
Terpencil di Tanah Papua, 2014. Jakarta: ACDP.
Asep, Suryahadi. 2017. Penilaian Kebijakan untuk Meningkatkan Kualitas Guru dan
Mengurangi Ketidakhadiran Guru. Jakarta: Smeru.
BPS. 2015. Indikator Pembangunan Provinsi Papua 2016. Jakarta: Mitra Karya
Putra.Chang, Mae Chu, Sheldon Shaeffer, dkk. 2016. Teacher
Reform in Indonesia: The Role of Politics and Evidencein Policy
Making. Directions in Development. Washington, DC: World Bank.
Fuller, B., & Clarke, P. 1994. Raising School Effects While Ignoring Culture - Local
Conditions and The Influence of Classroom Tools, Rules, and
Pedagogy. Review of Educational Research, 64, 119-57.
Harold Laswell dan Abraham Kaplan. 1990. Hand Book: Public Policy. New York:
CCRPress.
Heneveld, W. 1994. Planning and Monitoring the Quality of Primary Education in Sub-
Saharan Africa. Washington DC: World Bank, Human Resources
and Poverty Division.
Lockheed, M. E., & Levin, H. M. 1993. Creating Effective Schools. In H. M. Levin & M.
E. Lockheed (Eds.), Effective Schools in Developing Countries
(pp. 1-19). London: The Falmer Press (with the World Bank).
16
Pemerintah Rupublik Indonesia. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Naskah tidak
dipublikasikan
Pusat Data Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Data Pokok Pendidikan 2016.
Jakarta: Naskah tidak dipublikasikan.
RCA Fondation. 2015. Education Study in Tanah Papua 2015. Jakarta: RCA.
Sánchez, Alan dan Singh, Abhijeet. 2016. Accessing Higher Education in Depeloping
Countries. Oxford: Young Lives.
Supardi U.S. 2015. Arah Pendidikan di Indonesia dalam Tataran Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta: Universitas Unindra.
Tulder, Van Rob. 2014. Universal Access Education: A Study of Innovative Strategy.
Erim.eur.nl/issue/paper.
UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian UNICEF INDONESIA dapat diakses melalui laman
https://www.unicef.org/indonesia/id/A3B_Ringkasan_Kajian_Pe
ndidikan.pdf
UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian UNICEF INDONESIA dapat diakses melalui laman
https://www.unicef.org/indonesia/id/A3B_Ringkasan_Kajian_Pe
ndidikan.pdf
17