Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

BANK SENTRAL, SISTEM PEMBAYARAN, DAN ALAT


PEMBAYARAN DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

D
I
S
U
S
U
N

OLEH:
Nama : Anggun Hasanah
Kelas : X-b
Mata Pelajaran : Ekonomi

SMA NEGERI 06 KONAWE SELATAN


KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan makalah Bank Sentral, Sistem
Pembayaran, dan Alat Pembayaran dalam Perekenomian Indonesia.
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari itu semua, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan,
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar dapat dilakukan perbaikan pada
makalah.
Akhir kata, saya berharap semoga makalah tentang Bank Sentral, Sistem Pembayaran,
dan Alat Pembayaran dalam Perekenomian Indonesia ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Andoolo, Januari 2023


Penulis,

Anggun Hasanah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda.
Pada masa itu terdapat beberapa pihak bank yang memegang peranan penting di Hindia
Belanda, Bank-bank yang ada itu antara lain, De Javasche Bank NV, De Post Poar Bank, De
Algemenvolks Crediet Bank, dan Nederland Handles Maatscapi. De Javaasche Bank NV pada
masa itu bertindak sebagai bank sirkulasi yang mencetak dan meredarkan uang dan menjadi
cikal bakal bank sentral di Indonesia. Istilah bank sentral sebenarnya bukan hal baru karena
sudah ada sejak 1946 dan sudah tercantum dalam UUD 1945. Adapun yang dimaksud dengan
bank sentral pada saat itu adalah Bank Nasional Indonesia 1946 yang didirikan dengan perpu
No. 2 tahun 1946 tentang Bank Negara Indonesia. Pada saat itu BNI 1946 mempunyai fungsi
rangkap. yaitu baik sebagai bank komersial maupun sebagai bank sentral. Dengan demikian,
bank sentral pertama yang dimiliki oleh Indonesia adalah BNI 1946 namun demikian, sejarah
menunjukkan bahwa BNI 46 belum dapat melaksanakan fungsinya sebagai bank sentral dengan
baik karena fungsi rangkap yang diembannya.
Dalam rangka mewujudkan perlindungan konsumen sistem pembayaran di Indonesia,
Bank Indonesia mengupayakan peningkatan efisiensi sistem pembayaran nasional dengan
memeperkuat sistem pengawasan. Dalam hal pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia
memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dapat mewujudkan sistem pembayaran yang
efisien, cepat, tepat dan aman. Selain untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang
menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia juga berwenang
untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran yang dilakukan
oleh Bank Indonesia maupun pihak lain di luar Bank Indonesia. Di sisi lain, pengembangan
dalam sistem pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga harus melihat dari sisi
kebutuhan pengguna sistem pembayaran dan juga diipayakan untuk meningkatkan dalam
efisiensi pada pelayanan jasa sistem pembayaran. Definisi Sistem Pembayaran Dalam Undang-
undang No. 23 tahun 1999 BI pasal 1 poin ke 6 dijelaskan bahwa : "Sistem Pembayaran adalah
suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan
untuk melaksanakn pemidahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
kegaitan ekonomi. Sistem pembayaran harus dapat menjamin terlaksananya perpindahan uang
masyarakat secara efisien dan aman sehingga dapat menjamin kenyaman dalam melakukan
setiap transaksi yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi Jadi bank Indonesia sebagai Bank
sentral pada dasamya memilki kewajiban mengatur dan mengawasi sistem pembayaran yang
berlangsung dalam kegiatan ekonomi masyarakat dengan mewujudkann sistem yang di
inginkan oleh pelaku kegiatan ekonomi.
Pembayaran merupakan salah satu aktivitas penting pada setiap transaksi dalam kegiatan
ekonomi. Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, semakin banyak dan semakin
besarnya nilai transaksi serta risiko, dibutuhkan adanya Negara pembayaran danalat
pembayaran yang cepat, Negara dan aman. Keberhasilan Negara pembayaran akan dapat
mendukung perkembangan Negara keuangan dan perbankan. Sebaliknya ketidaklancaran atau
kegagalan Negara pembayaran akan memberikan dampak yang kurang baik pada kestabilan
perekonomian. Untuk itu dibuatlah makalah ini yang berjudul BANK SENTRAL, SISTEM
PEMBAYARAN, DAN ALAT PEMBAYARAN DALAM PEREKONOMIAN
INDONESIA.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah sebagai berikut:
A. Untuk mengetahui fungsi, tugas, dan wewenang Bank Central
B. Untuk mengetahui sistem pembayaran
C. Untuk mengetahui alat pembayaran.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat yang didapat dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui fungsi, tugas, dan wewenang Bank Sentral
2. Mengetahui sistem pembayaran
3. Mengetahui alat pembayaran
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. BANK SENTRAL


A. SEJARAH DAN PENGERTIAN BANK SENTRAL
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda.
Pada masa itu terdapat beberapa pihak bank yang memegang peranan penting di Hindia
Belanda, Bank-bank yang ada itu antara lain, De Javasche Bank NV, De Post Poar Bank, De
Algemenvolks Crediet Bank, dan Nederland Handles Maatscapi. De Javaasche Bank NV pada
masa itu bertindak sebagai bank sirkulasi yang mencetak dan meredarkan uang dan menjadi
cikal bakal bank sentral di Indonesia. Istilah bank sentral sebenarnya bukan hal baru karena
sudah ada sejak 1946 dan sudah tercantum dalam UUD 1945. Adapun yang dimaksud dengan
bank sentral pada saat itu adalah Bank Nasional Indonesia 1946 yang didirikan dengan perpu
No. 2 tahun 1946 tentang Bank Negara Indonesia. Pada saat itu BNI 1946 mempunyai fungsi
rangkap. yaitu baik sebagai bank komersial maupun sebagai bank sentral. Dengan demikian,
bank sentral pertama yang dimiliki oleh Indonesia adalah BNI 1946 namun demikian, sejarah
menunjukkan bahwa BNI 46 belum dapat melaksanakan fungsinya sebagai bank sentral dengan
baik karena fungsi rangkap yang diembannya.
Untuk mengatasi persoalan tersebut, pihak berwenang mengeluarkan UU No. 11 Tahun
1953 Tentang Pokok Bank Indonesia. Salah satu pasalnya menyatakan "didirikan bank
Indoneia merupakan bank sentral sebagai pengganti de javasche bank NV sebagai bank
nasional kepunyaan Negara". Dengan didirikannya bank Indonesia dan dijadikan pula bank
sentral, sejak saat itu dalam struktur ketatanegaraan Indonesia dikenal 2 buah bank sentral,
yaitu BNI 1946 dan Bank Indonesia. Dualisme bank sentral tersebut berlangsung selama 2
tahun. dan baru berakhir dengan dikeluarkannya UU No. 2 Tahun 1955. Sejak saat itu, di
Indonesia hanya dikenal satu bank sentral yaitu Bank Indonesia.
Bank sentral dapat didefinisikan sebagai sebuah badan keuangan, yang pada umumnya
dimiliki pemerintah, yang bertugas untuk mengatur kesetabilan badan-badan keuangan, serta
menjamin agar kegiatan badan- badan keuangan terseut dapat menciptakan tingkat kegiatan
ekonomi yang tinggi dan stabil.
Berdasarkan Undang-Undang No. 13 Tahun 968 pada Pasal 7 dapat diketahui:
1. Bank Indonesia adalah bank sentral sebagaimana dimaksudkan 1945.
2. Bank Indonesia adalah milik Negara.
3. Bank Indonesia sebagai bank sentral berbentuk badan hokum.
4. Bank Indonesia adalah pembantu pemerintah.
5. Bank Indonesia diangkat dan diperhentikan oleh presiden.
Bank sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI). Menurut Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia, bank Indonesia adalah lembaga
Negara yang independan dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, bebas dari campur
tangan pemerintah dan /atau pihak lain, kecuali untukhal-hal yang secara tegas diatur dalam
undang-undang. (Tim Buku Bank Indonesia dan Tim Penulis Universitas Islam Indonesia,
2010)
B. TUJUAN BANK SENTRAL
Dalam kapasitasnya sebagai bank sentral, Bank Indonesia mempunyai satu tujuan
tunggal, yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah ini
mengandung 2 aspek, yaitu kestabilan nilai mata uang terhadap barang dan jasa, serta
kestabilan terhadap mata uang Negara lain. (Eko Prasetyo, 2009:106-107)
Tujuan bank sentral seperti tertuang dalam UU RI No. 23 Tahun1999 Bab 3 Pasal 7 adalah
untuk mencapai dan memelihara kestabilan rupiah. Adapun maksud dari kestabilan rupiah dan
diinginkan oleh bank sentral adalah :
1. Kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa yang dapat diukur dengan atau tercermin
dari perkembangan laju inflansi.
2. Kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang Negara lain. Hal ini dapat diukur dengan atau
tercermin dari perkembangan nilai tukar rupiah dengan mata uang Negara lain. (Kasmir,
1998:169-170)
Dengan stabilnya nilai mata uang rupiah, maka akan sangat banyak manfaat yang akan
diperoleh terutama untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat.
C. KEBIJAKAN MONETER DAN PERANAN BANK SENTRAL DALAM
Dalam mengatasi laju inflasi, bank sentral mengelurkan kebijakan moneter, meliputi:
STABILITAS KEUANGAN
a. Kebijakan Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral yang
bertujuan untuk mengurangi atau menambah jumlah uang yang beredar. Kebijakan ini
dilakukan dengan cara men-jual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga
di pasar modal. Jika bank sentral ingin mengurangi jumlah uang beredar maka bank sentral
akan menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Dengan penjualan SBI, uang akan masuk ke
bank sentral, sehingga uang yang beredar berkurang. Sebaliknya, jika bank sentral mengamati
bahwa jumlah uang yang beredar kurang dari kebutuhan. maka bank sentral akan membeli
kembali SBI atau surat-surat berhqrga lainnya ari pasar modal. Pembelian SBI atau surat
berharga ini akan menambah jumlah uang yang beredar.
b. Kebijakan Diskonto
Kebijakan diskonto adalah kebijakan bank sentral dalam rangka mengatur jumlah uang
yang beredar dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunga. Apabila bank sentral ingin
menurunkan jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka bank sentral mengeluarkan
keputusan untuk menaikkan suku bunga. Naiknya suku bunga dapat memengaruhi hasrat
masyarakat untuk lebih banyak menabung. Sebaliknya, jika bank sentral ingin menambah
jumlah uang yang beredar di masyarakat, maka bank sentral akan menurunkan tingkat suku
bunga. Rendahnya suku bunga bank membuat masyarakat enggan menabung dan orang akan
mengambil uang tabungannya. Dengan demikian bertambahlah jumlah uang yang beredar di
masyarakat.
c. Kebijakan Rasio Kas
Kebijakan rasio kas adalah kebijakan bank sentral dengan cara membuat perubahan atas
cadangan minimum yang harus disimpan oleh bank-bank. Apabila bank sentral menginginkan
menambah jumlah uang yang beredar, maka bank sentral akan menurunkan rasio kas.
Kebijakan ini diterapkan pada saat terjadi deflasi. Sebaliknya, bank sentral akan menaikkan
rasio kas agar jumlah uang yang menjadi cadangan semakin banyak, sehingga jumlah uang
yang beredar akan berkurang. Kebijakan ini biasanya diambil pada saat terjadi inflasi.(2016,
dari dosenekonomi.com /ilmuekonomi/moneter/instrument-kebijakan-moneter,7 November
2017.
Peranan Bank Indonesia sebagai bank sentral atau sering juga disebut bank to bank
dalam pembangunan memang penting dan sangat dibutuhkan keberadaannya hal ini
disebabkan bahwa pembangunan disektor apapun selalu membutuhkan dana dan dana ini
diperoleh dari sector lembaga keuangan termasuk bank. Tugas-tugas bank Indonesia sebagai
bank to bank adalah mengatur, mengkoordinir, mengawasi serta memberikan tindakan kepada
dunia perbankan. Bank Indonesia juga mengurus dana yang dihimpun dari masyarakat agar
disalurkan kembali ke masyarakat benar-benar efektif penggunaannya sesuai dengan tujuan
pembangunan. Kemudian di samping mengurus dana perbankan, Bank Indonesia juga
mengatur dan mengawasi kegiatan perbankan secara keseluruhannya.
Peranan lain Bank Indonesia adalah dalam hal menyalurkan uang terutama uang kartal
atau kertas dan logan dimana Bank Indonesia mempunyai hak tunggal untuk menyalurkan uang
kartal. Kemudian mengendalikan jumlah uang yang beredar dan suku bunga dengan maksud
untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Di samping itu hubungan Bank Indonesia dengan
pemerintah adalah sebagia pemegang kas pemerintah. Begitu pula keuangan dunia
Internasional juga ditangani oleh Bank Indonesia seperti menerima pinjaman luar negeri.
(Kasmir, 1998: 167-169)
Disamping itu, sebagai Bank sentral, bank indonesia memiliki lima peran utama dalam
menjaga stabilitas sistem keuangan.
a. Bank Indonesia memiliki tugas untuk menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrument suku bunga dalam operasi pasar terbuka. Untuk menciptakan stabilitas moneter,
Bank Indonesia yelah menerapkan suatu kebijakan inflation targeting framework.
b. Bank Indonesia memiliki peran vital dalam menciptakan kinerja lembaga keuangan yang
sehat, khususnya perbankan melalui mekanisme pengawasan dan regulasi.
c. Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk mengatur dan menjaga kelancaran sistem
pembayaran.
d. Melalui fungsinyadalam riset pemantauan, Bank Indonesia dapat mengakses informasi-
informasi yang dinilai mengancam stabilitas keuangan.
e. Bank Indonesia memilikifungsi sebagai jarring pengaman sistem keuangan melalui fungsi
bank sentral sebagai lender of the last resort (LOLR). (dari www.bi.go.id/perbankan/ssk/peran-
bi, 6 November 2017).

D. FUNGSI, TUGAS, DAN WEWENANG BANK SENTRAL


a. Fungsi Bank Sentral
Dari segi otoritas moneter, peran dan fungsi bank sentral di Indonesiaa adalah sangat
dominan dan strategis. Dalam UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, telah
ditegaskan bahwa untuk menjamin keberhasilan tujuan memelihara stabilitas nilai rupiah
diperlukan bank sentral yang memiliki kedudukan untuk mencapai dan memelihara kestabilan
nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No.3 tahun 2004 pasal 7 tentang
Bank Indonesia. Artinya, fungsi dan peran Bank Indonesia sebagai bank sentral sangat
dibutuhkan dan semakin independen; guna mendukung terwujudnya perekonomian nasional
sebagaimana tersebut diatas dan sejalan dengan keuangan yang semakin maju serta
perekonomian internasional yang semakin kompetitif dan terintegrasi, kebijakan moneter harus
dititikberatkan pada upaya untuk memelihara stabilitas nilai rupiah. (Eko Prasetyo, 2009:106)
b. Tugas-Tugas Dan Wewenang Bank Sentral
Bank Indonesia mempunyai tiga pilar yang merupakan tiga bidang tugasnya. Ketiga
bidang tugas ini adalah menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, men gatur dan
menjaga kelancaran system pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di
Indonesia. Ketiganya perlu diintegrasi agar tujuan mencapai dan memelihara kestabilan nilai
rupiah dapat dicapai secara efektif dan efisien.. (Eko Prasetyo, 2009:107)
Secara garis besar ada tiga tugas Bank Indonesia dalam rangka mencapai dan
memelihara kestabilan nilai rupiah seperti yang telah diungkapkan diatas. Berikut ini akan
diuraikan tugas Bank Indonesia seperti yang tertuang dalam Undang Undang No. 23 tahun
1999.
1. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter Dalam rangka menetapkan dan
melaksanakan kebijakan moneter Bank Indonesia berwenang:
a. Menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi yang
ditetapkannya.
b. Melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara yang termasuk, tetapi
tidak terbatas pada:
 Operasi pasar terbuka di pasar uang, baik mata uang Rupiah maupun valas
 Penetapan tingkat diskonto
 Menetapkan cadangan wajib minimum
 Pengaturan kredit atau pembiayaan
c. Memberikan kredit berdasarkan prinsip syariah, paling lama 90 hari kepada bank untuk
mengatasi kesulitan pendanaan jangka pendek bank yang bersangkutan.
d. Melaksanakan kebijakan nilai tukar berdasarkan system nilai tukar yang telah ditetapkan.
e. Mengelola cadangan devisa
f. Menyelenggarakan survey secara berkala yang dapat bersifat makro dan mikro.

2. Mengatur dan menjaga kelancaran system pembayaran


Dalam tugas mengatur dan menjaga system pembayaran, Bank Indonesia berwenang:
a. Melaksanakan dan momberikan persetujuan dan izin atas penyelenggaraan jasa system
pembayaran.
b. Mewajibkan penyelenggara jasa system pembayaran untuk menyampaikan laporan
kegiatannya.
c. Menetapkan penggunaan alat pembayaran
d. Mengatur system kliring bank baik dalam aupun asing
e. Menyelenggarakan penyelasaian akhir transaksi pembayaran bank
f. Menetapkan macam harga ciri uang yang akan dikeluarkan, bahan yang digunakan, dan
tanggal mulai berlakunya sebagai alat pembayaran yang sah.
3. Mengatur dan Mengawasi bank
Dalam hal Mengatur dan Mengawasi bank mempunyai wewenang:
a. Menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat prinsip-prinsip kehati-hatian
b. Memberi dan meyabut izin bank
c. Memberikan izin dan pembukuan, penutupan, dan pemindahan kantor bank.
d. Memberikan persetujuan atas kepemilikan, dan kepengurusan bank.
e. Memberikan izin pada bank untuk menaympaikan laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai
dengan tata cara yang ditetapkan bank Indonesia
f. Mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan, keterangan, dan penjelasan sesuai dengan
tata cara yang ditetapkan Bank Indonesia.
g. Melakukan pemeriksaan terhadap bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila
diperlukan.
h. Memerintahkan bank untuk menghentikan sementara sebagian atau seluruh kegiatan
transaksi tertentu apabila menurut penilaian Bank Indonesia transaksi patut diduga merupakan
tindak pidana di bidang perbankan.
i. Mengatur dan mengembangkan informasi antar bank j. Mengambil tindakan terhadap sutu
bank sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang perbankan yang berlaku apabila
menurut penilaian Bank Indonesia dapat membahayakan kelangsungan usaha bank yang
bersangkutan dan atau membahayakan perekonomian nasional.
k. Tugas mengawasi bank akan dilakukan bank oleh lembaga pengawasan sector jasa keuangan
yang independen dan dibentuk dengan undang- undang. (Kasmir. 1998:170-174)
2.2 SISTEM PEMBAYARAN
Dalam rangka mewujudkan perlindungan konsumen sistem pembayaran di Indonesia,
Bank Indonesia mengupayakan peningkatan efisiensi sistem pembayaran nasional dengan
memeperkuat sistem pengawasan. Dalam hal pengawasan sistem pembayaran, Bank Indonesia
memiliki tanggung jawab terhadap masyarakat dapat mewujudkan sistem pembayaran yang
efisien, cepat, tepat dan aman. Selain untuk memberikan izin operasional terhadap pihak yang
menyelenggarakan kegiatan di bidang sistem pembayaran, Bank Indonesia juga berwenang
untuk melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan sistem pembayaran yang dilakukan
oleh Bank Indonesia maupun pihak lain di luar Bank Indonesia. Di sisi lain, pengembangan
dalam sistem pembayaran yang dilakukan oleh Bank Indonesia juga harus melihat dari sisi
kebutuhan pengguna sistem pembayaran dan juga diipayakan untuk meningkatkan dalam
efisiensi pada pelayanan jasa sistem pembayaran. Definisi Sistem Pembayaran Dalam Undang-
undang No. 23 tahun 1999 BI pasal 1 poin ke 6 dijelaskan bahwa : "Sistem Pembayaran adalah
suatu sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan
untuk melaksanakn pemidahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
kegaitan ekonomi. Sistem pembayaran harus dapat menjamin terlaksananya perpindahan uang
masyarakat secara efisien dan aman sehingga dapat menjamin kenyaman dalam melakukan
setiap transaksi yang dilakukan dalam kegiatan ekonomi Jadi bank Indonesia sebagai Bank
sentral pada dasamya memilki kewajiban mengatur dan mengawasi sistem pembayaran yang
berlangsung dalam kegiatan ekonomi masyarakat dengan mewujudkann sistem yang di
inginkan oleh pelaku kegiatan ekonomi." Menurut Listfield dan Montes-Negret 1994, sistem
pembayaran terdiri atas prosedur, peraturan, standar, serta instrumen yang digunakan dalam
pertukaran nilai keuangan financial value antara dua pihak yang terlibat dalam transaksi.
Mishkin 2001 mengatakan secara sederhana bahwa sistem pembayaran adalah, metode
perekonomian dalam hal untuk mengatur transaksi. Sementara itu, menurut Muttaqin dalam
Purusitawati 2000, sistem pembayaran adalah suatu sistem yang terdiri atas sekumpulan
ketentuan yang didalamnya terkandung hukum, standar, prosedur dan mekanisme teknis
operasional pembayaran yang dipergunakan dalam melakukan pertukaran suatu nilai uang
antara dua pihak dalam suatu wilayah negara maupun secara internasional dengan memakai
instrumen pembayaran yang diterima dan disepakati sebagai alat pembayaran. Dalam
pengertian ini tercakup pengertian mengenai kelembagaanorganisasi yang terkait dalam
mekanisme pembayaran seperti bank. lembaga kliring, atau lembaga perantara pembayaran
lainnya serta bank sentral. Sistem Pembayaran adalah sistem yang mencakup seperangkat
aturan, lembaga, dan mekanisme yang digunakan untuk melaksanakan pemindahan dana guna
memenuhi suatu kewajiban yag timbul dari suatu kegiatan ekonomi (UU tentang Bank
Indonesia (pasal 1, angka 6).
Pembayaran adalah perpindahan nilai antara dua belah pihak (secara sederhana kita
memakai istilah pembeli dan penjual), dimana secara bersamaan terjadi perpindahan barang
dan jasa. Secara garis besar, sistem pembayaran dibagi menjadi dua jenis, yaitu sistem
pembayaran tunai dan sistem pembayaran non-tunai.
a. Sistem Pembayaran Tunai
Sistem pembayaran tunai sudah dilakukan sejak ditemukannya uang sebagai alat
pembayaran tunai. Sistem pembayaran tunai biasanya terjadi di antara kedua belah pihak, baik
individu, kelompok, lembaga, maupun negara. Sistem pembayaran tunai sudah sering terjadi
setiap hari dalam kehidupan kita sehari-hari, seperti kamu membeli buku tulis di toko buku,
ayahmu membeli keperluan kantor, dan ibumu membeli kebutuhan harian di pasar.
b. Sistem Pembayaran Non Tunai
Sistem pembayaran nontunai melibatkan Jembaga perantara agar dana tersebut dapat
benar-benar efektif berpindah dari pihak yang menyerahkan ke pihak penerima. Jika kedua
pihak yang terlibat merupakan nasabah pada bank yang sama, proses perpindahan dana lebih
sederhana. Bank tersebut cukup melakukan proses pemindahbukuan dari rekening yang satu
ke rekening lainnya. Namun, tidak demikian halnya jika kedua pihak merupakan nasabah bank
pada bank yang berbeda. Untuk hal tersebut diperlukan suatu lembaga lain yang dikenal
sebagai lembaga kliring yang mengakomodir transaksi antarbank tersebut,
Implikasi dari suatu transaksi pembayaran adalah adanya pihak yang harus membayar
dan pihak penerima pembayaran. Dalam transaksi non-tunai, pihak yang bertransaksi biasanya
menggunakan jasa lembaga perantara seperti bank untuk melakukan pembayaran lewat
mekanisme kliring antarbank dan menggunakan warkat bank seperti cek dan bilyet giro sebagai
instrumen pembayaran nontunai.
EVOLUSI SISTEM PEMBAYARAN
1. Barter. Barter merupakan sejenis bentuk perniagaan yang tidak menggunakan sembarang
bentuk perantara pertukaran, di mana barang atau jasa ditukar dengan barang atau jasa yang
lainnya yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih.
2. Uang Kartal. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib diterima oleh masyarakat
dalam melakukan transaksi jual beli sehari-hari. Uang kartal terdiri dari uang kertas dan uang
logam.
3. Uang Giral. Menurut UU No.7 tentang Perbankan tahun 1992, uang giral adalah tagihan
yang ada di bank umum, yang dapat digunakan sewaktu-waktu sebagai alat pembayaran.
Bentuk uang giral dapat berbentuk cek, giro, atau telegrafik transfer.
4. Card Based Payment. Card Based Payment adalah pembayaran dengan menggunakan kartu
atau biasa disebut dengan smartcard.
5. E-Money. E-Money adalah sejumlah nilai uang yang disimpan dalam suatu media elektronis
yang dimiliki seseorang.

2.3 ALAT PEMBAYARAN


Mari kita review kembali mengenai alat pembayaran yang kita kenal saat ini hingga ke
asal mula terjadinya alat pembayaran. Alat pembayaran sekarang ini berkembang sedemikian
pesat dan maju. Coba kamu amati dalam kehidupan sehari-hari. Sudah banyak orang di lingkup
negara manapun mengenal alat pembayaran. Sekarang, cobalah kamu menengok ke belakang,
yakni awal mula alat pembayaran itu dikenal, sistem barter antarbarang yang diperjualbelikan
adalah kelaziman di era pramodern. Dalam perkembangannya, mulai dikenal satuan tertentu
yang memiliki nilai pembayaran, yang lebih dikenal dengan uang. Hingga saat ini, uang masih
menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya, alat
pembayaran terus berkembang dari alat pembayaran tunai (cash based) ke alat pembayaran
nontunai (non cash) seperti alat pembayaran berbasis kertas (paper based), misalnya, cek dan
bilyet giro. Selain itu dikenal juga alat pembayaran paper less seperti transfer dana elektronik
dan alat pembayaran memakai kartu (card-based) (ATM, Kartu Kredit, Kartu Debit dan Kartu
Prabayar).
Untuk memperlancar berkembangnya kegiatan ekonomi, pembayaran atas transaksi
keuangan digunakan suatu alat pembayaran, yang terdiri atas sebagai berikut.
a. Alat Pembayaran Tunai
Kamu sudah sering menggunakan alat pembayaran tunai. Alat pembayaran nontunai
kita kenal dalam bentuk uang kertas dan uang logam. Berbagai jenis uang kertas dan uang
logam dikeluarkan oleh pemerintah dari tahun ke tahun, ada yang ditarik dari peredaran dan
diganti dengan bentuk atau model baru. Berikut gambar uang kertas dan uang logam yang
sering kita gunakan sehari-hari.
Uang benda adalah barang yang disukai eh setiap orang dan diterima oleh semua pihak
sebagai alat penukar (generally acepted). Macam-macam barang yang pernah dipakai sebagai
uang benda antara lain: kerang, ternak, batu intan, perhiasan, garam, senjata, tembakau, dan
teh. Pada mulanya uang benda tersebut berfungsi sebagai alat untuk mempermudah pertukaran
barang dengan barang tetapi akhirnya uang benda tersebut berkembang sebagai alat pengukur
nilai barang dan jasa, misalnya sehelai kain sarung dinilai sama dengan 10 kg beras ditukar
dengan seekor kambing yang dinilai sama dengan 300 kg beras sehingga untuk mendapatkan
seekor kambing diperlukan 30 potong kain sarung (300:10-30). Sampai pada suatu saat disadari
bahwa tukar menukar dengan uang benda dirasakan tidak memuaskan. Uang benda sulit
dipecah-pecah menjadi satuan yang lebih kecil untuk memenuhi keperluan yang kecil-kecil,
selain itu untuk keperluan yang besar membawa uang benda dirasakan kurang praktis dan
merepotkan. Karena itu orang mencari barang yang lebih praktis sebagai alat pembayaran.
Akhirnya logam mulia (khususnya emas dan perak) yang paling banyak dipakai karena
memenuhi semua syarat-syarat uang.
1) Uang logam
Uang logam yang dibuat dari emas dan perak telah mulai digunakan sejak abad ketujuh
sebelum Masehi. Pada awalnya bentuk uang ini belum diatur sedemikian rupa sehingga orang
bebas untuk membuat dan meleburnya. Untuk setiap kali membuat uang, orang harus
menimbang, dan menentukan kadarnya untuk menentukan nilainya. Karena hal ini merepotkan
maka lambat laun akhirnya mata uang dibuat/ditempa oleh raja-raja/penguasa setempat.
Potongan-potongan logam mulia yang dijadikan mata uang diberi bentuk tertentu dan diberi
tanda atau cap resmi sebagai jaminan kadar dan beratnya dan diberi angka untuk menentukan
nilainya. Nilai bahan uang (emas/perak yang termuat di dalam mata uang) disebut nilai
instrinsik, sedangkan angka yang dicap pada mata uang untuk menyatakan nilainya disebut
nilai nominal.
2) Uang tanda
Untuk keperluan sehari-hari, diperlukan uang yang bernilai satuan kecil. Dengan demikian
ada dua atau tiga macam uang logam yang beredar sebagai alat pembayaran. Yaitu mata uang
emas dan mata uang perak/perunggu.
Uang yang nilai nominalnya lebih besar dari pada nilai instrinsiknya disebut uang tanda
(token money). Bentuk uang ini pertama kali diedarkari di Inggris pada
3) Uang kertas
Untuk menyelesaikan transaksi-transaksi dalam jumlah yang besar penggunaan uang yang
terbuat dan logam mulia banyak mengalami kesulitan, antara lain:
 membawa uang logam dalam jumlah besar merupakan beban berat.
 memerlukan biaya transportasi yang besar dan risiko yang tinggi.
 persediaan logam emas tidak mencukupi lagi untuk volume perdagangan yang semakin
besar.
Atas kesulitan tersebut kemudian beredarlah uang kertas. Peristiwa awalnya terjadi sekitar
abad ke-16, yang dimulai oleh tukang-tukang emas yang berada di London (Inggris),
Amsterdam (Belanda), dan Atwerpen de Leuven (Belgia) yang bersedia menerima titipan uang
emas dan uang perak (kemudian berkembang menjadi bank). Sebagai tanda penitipan diberikan
tanda deposito yang dikenal dengan Goldsmith's note. Goldsmith's note tersebut merupakan
bukti bahwa tukang emas mempunyai hutang. Lambat laun tanda deposito itu diterima sebagai
alat pembayaran atau menjadi uang kertas. Goldsmith's note ini dijamin oleh 100% emas dan
merupakan bentuk asli uang kertas bank.
Dengan berlakunya uang kertas terdapat beberapa keuntungan yang dapat diperoleh antara
lain:
a) biaya pembuatan uang kertas relatif murah dibandingkan mencetak uang logam,
b) pengiriman uang kertas dalam jumlah besar lebih mudah.
c) penggunaan logam mulia dapat lebih meluas.
d) penambahan jumlah uang sesuai keperluan dapat dilaksanakan dengan cepat, sehingga
tidak mengganggu pasar.

4) Uang Giral (Deman Deposits)


Pemakaian uang kertas dirasakan kurang mampu melayani perkembangan perekonomian
yang pesat dewasa ini, sebab untuk transaksi yang besar pengiriman uang kertas memerlukan
pengamanan yang ketat, sehingga resiko kerusakan dan kehilangan semakin besar, dan
dianggap kurang praktis. Untuk itulah disamping uang kertas juga beredar uang giral, seperti
cek, giro, kartu kredit serta alat pembayaran lain yang berfungsi sebagai uang.
Uang giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) di
bank yang dapat ditarik setiap saat sesuai kebutuhan dengan menggunakan cek, bilyet giro, dan
perintah pembayaran (telegraphic transfer). Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu Jaja,
sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang
diberikannya dibayar dengan uang ini.
b. Alat Pembayaran Nontunai
Pastilah tidak ada yang asing dengan alat pembayaran nontunai ini. Salah satu bentuk
alat pembayaran nontunai yang sering kita pakai adalah ATM. ATM merupakan salah satu
bagian dari uang elektronik. Lalu, apakah pengertian alat pembayaran nontunai itu?
Alat pembayaran nontunai adalah alat pembayaran dengan tidak memakai uang kartal (uang
kertas dan uang logam) yang terdiri atas paper based (cek/BG) AMPK (alat pembayaran
menggunakan kartu) dan elektronik.
 Kartu Kredit
Alat pembayaran non tunai yang pertama adalah kartu kredit. Kartu kredit ini termasuk
jenis atau bentuk card based yang dikeluarkan oleh pihak bank untuk pembayaran jasa ataupun
barang yang pembayarannya bisa dibayar atau dilunasi dibulan berikutnya.
bulan berikutnya.
 Kartu ATM
Alat pembayaran non tunai yang kedua adalah kartu ATM. Kartu ATM ini termasuk bentuk
alat pembayaran tunai card based, kartu ATM ini akan anda dapatkan saat membuka rekening
atau tabungan dan menyimpan uang di sebuah bank. Kartu ATM ini bisa membantu anda
bertransaksi tanpa harus meminta bantuan atau berurusan dengan teller bank. Kartu ATM ini
bisa anda gunakan untuk mentransfer uang atau mengambil uang dari mesin ATN tanpa harus
ke bank.
 Cek
Alat pembayaran non tunai yang selanjutnya adalah berupa cek. Cek ini merupakan bentuk
alat pembayaran non tunai dengan bentuk paper based. Cek ini termasuk alat pembayaran non
tunai yang bisa anda gunakan untuk melakukan pembayaran dengan jumlah yang besar. Cek
sendiri memiliki 3 jenis yaitu cek silang, cek atas nama dan cek atas unjuk.
 Bilyet Giro
Alat pembayaran non tunai yang berikutnya adalah bilyet giro. Bilyet giro ini merupakan
surat perintah dari seorang nasabah bank untuk memindahbukukan sejumlah dana dari pemilik
rekening atau rekening yang bersangkutan ke rekening penerima.
 E-Money
Alat pembayaran non tunai yang kelima adalah E-money. E-money adalah sebuah kartu
elektronik yang dapat di gunakan untuk alat pembayaran atas dasar nilai uang atau dana yang
sudah disetorkan terlebih dahulu. Jumlah setoran ini berkisar antara satu juta sampai lima juta.
Dana atau uang ini disimpan secara elektronik untuk digunakan sebagai pembayaranya yang
dilakukan secara elektronik atau non tunai.
Selain kelebihan di atas tadi yang lebih mudah, efisien dan aman bertransaksi menggunakan
alat pembayaran non tunai ini tentu memiliki kekurangan. Namun banyak orang yang lebih
memilih menggunakan alat pembayaran non tunai ini untuk melakukan transaksi apalagi untuk
orang yang sibuk dan tidak memiliki waktu untuk melakukan pembayaran cash atau tunai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
A. Bank sentral merupakan lembaga yang memiliki peran penting dalam perekonomian suatu
bangsa, terutama di bidang moneter, keuangan, dan perbankan. Tujuan bank sentral seperti
tertuang dalam UU RI No. 23 Tahun 1999 Bab 3 Pasal 7 adalah untuk mencapai dan
memelihara kestabilan rupiah. Peranan lain Bank Indonesia adalah dalam hal menyalurkan
uang terutama uang kartal atau kertas dan logam dimana Bank Indonesia mempunyai hak
tunggal untuk menyalurkan uang kartal. Bank Indonesia mempunyai tiga pilar yang merupakan
tiga bidang tugasnya: menetapkan dan melaksanakan kebijakan moneter, men gatur dan
menjaga kelancaran system pembayaran, serta mengatur dan mengawasi perbankan di
Indonesia.
B. Berdasarkan paparan diatas Secara umum Sistem pembayaran Sistem pembayaran adalah
sistem yang mencakup seperangkat aturan, lembaga dan mekanisme yang digunakan untuk
melaksanakan pemindahan dana guna memenuhi suatu kewajiban yang timbul dari suatu
kegiatan ekonomi dan merupakan suatu sistem yang terdiri atas sekumpulan ketentuan yang
didalamnya terkandung hukum, standar, prosedur dan mekanisme teknis operasional
pembayaran yang dipergunakan dalam melakukan pertukaran suatu nilai uang antara dua pihak
dalam suatu wilayah negara maupun secara internasional dengan memakai instrumen
pembayaran yang diterima dan disepakati sebagai alat pembayaran. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa peranan sistem pembayaran penting dalam suatu perekonomian, yaitu
untuk menjaga stabilitas keuangan dan perbankan. sebagai sarana transmisi kebijakan moneter,
serta sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi ekonomi suatu negara.
C. Pembayaran adalah perpindahan hak atas nilai antara pihak pembeli dan pihak penjual yang
secara bersamaan terjadi perpindahan hak atas barang atau jasa secara berlawanan.
Perkembangan Sistem Pembayaran diawali dari sistem Sistem Pertukaran Barter, Uang Logam,
Uang Tanda, Uang Kertas, Uang Giral,
Peran Sistem Pembayaran dalam Perekonomian adalah menjaga stabilitas keuangan
dan perbankan, sebagai sarana transmisi kebijakan moneter serta sebagai alat untuk
meningkatkan efisiensi ekonomi suatu negara. Kewenangan Bank Indonesia dalam Sistem
Pembayaran adalah menetapkan kebijakan, mengatur, melaksanakan, dan memberi
persetujuan, perizinan dan pengawasan atas penyelenggaraanjasa sistein pembayaran. Dalam
penyelenggaraan system pembayaran non tunai bank Indonesia memiliki ada beberapa
penyelenggaraan diantaranya:
1. Cek (Cheque) adalah surat perintah pembayaran lak bersyarat untuk membayarkan flak
sejumlah uang yang tertulis pada cek kepada orang yang namanya tertera pada cek.
2. Bilyet Giro adalah surat perintah pembayaran bersyarat kepada bank penerbit untuk
memindahbukukan sejumlah dana kepada pihak penerima yang nama dan nomor rekeningnya
disebutkan, pada bank penerima dana.
3. Nota Debet adalah warkat yang dipergunakan untuk menagih sejumlah dana pada bank lain
untuk dimasukkan ke rekening nasabah Bank yang menyampaikan warkat tersebut.
4. Nota Kredit adalah warkat yang digunakan untuk menyampaikan dana pada bank lain untuk
untung bank atau nasabah bank yang menerima warkat tersebut.
5. Kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya
yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan
pengambilan uang tunai.
6. Kartu debet merupakan instrumen pembayaran berbasis kartu yang pembayarannya
dilakukan dengan pendebetan langsung ke rekening nasabah di bank penerbit kartu tersebut.

3.2 Saran
Dalam Tulisan singkat ini penyusun ingin menyarankan kepada teman, tugas yang
diberikan dapat dibuat dengan baik agar ke depannya kita menjadi siswa yang berguna untuk
bangsa kita dalam mengemban tugas serta tak juga selalu bersyukur pada tuhan yang maha
kuasa.
Tulisan ini juga masih banyak kekurangan karena kami sadar manusia biasa tak luput
dari salah, oleh karena itu kami perlu kritikan dan solusi yang bersifat membangun agar ke
depannya lagi dapat di susun dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai