Anda di halaman 1dari 13

ARTIKEL PENELITIAN SKRIPSI

KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DENGAN SANTRI

TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM TAHFIZHUL QUR’AN

(STUDI PADA PESANTREN MODERN ULUMUL QUR’AN PAGAR AIR

ACEH BESAR)

Oleh:

CUT EKA HERAWATI

1210102010108

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM, BANDA ACEH

2017
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

KOMUNIKASI INTERPERSONAL USTADZ DENGAN SANTRI


TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM TAHFIZHUL QUR’AN (STUDI
PADA PESANTREN MODERN ULUMUL QUR’AN PAGAR AIR ACEH
BESAR)
INTERPERSONAL COMMUNICATION OF USTADZ AND STUDENTS ON THE
SUCCESS OF TAHFIZHUL QUR'AN PROGRAM (A STUDY ON PESANTREN
MODERN ULUMUL QUR’AN PAGAR AIR ACEH BESAR)
Cut Eka Herawati1), Dr. Mahyuzar, Drs, M. Si2)
Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK - Penelitian ini berjudul “Komunikasi Interpersonal Ustadz dengan


Santri terhadap Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui komunikasi interpersonal antara ustadz dengan santri dan untuk
mengetahui hambatan yang dihadapi ustadz adalah mencapai keberhasilan
program Tahfizhul Qur’an. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif yang bertujuan membuat
deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta, populasi dan objek
tertentu. Teori yang digunakan adalah teori penetrasi sosial. Penelitian ini
dilakukan di Pesantren modern Ulumul Qur’an. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data
yang digunakan adalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan
dan verifikasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi
interpersonal ustadz dengan santri terhadap keberhasilan program Tahfizhul
Qur’an berupa memberikan target hafalan, melakukan pendekatan secara
individu, memberikan motivasi, memberikan bimbingan, memberikan hukuman,
sedangkan hambatan yang dihadapi ustadz untuk mencapai keberhasilan
program Tahfizhul Qur’an adalah salah menafsirkan apa yang dikatakan oleh
ustadz sehingga terjadinya kesalahpahaman dan kurangnya respon santri
terhadap nasehat-nasehat yang diberikan oleh ustadz.

Kata kunci: komunikasi interpersonal, keberhasilan, program Tahfizhul Qur’an

ABSTRACT - This study is titled “Interpersonal Communication of Ustadz and


Students on the Success of Tahfizhul Qur'an Program (A Study On Pesantren Modern

Corresponding Author :ekacut18@gmail.com 324


JIM FISIP Unsyiah: AGB, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)”. The purpose of this study was to determine the
interpersonal communication between ustadz and the students and to know the obstacles
faced by ustadz in order to achieve the success of the Tahfizhul Qur'an program. The
approach used in this research was qualitative approach with descriptive method that was
intended to make descriptions that were systematic, factual, and accurate about facts,
populations and particular objects. The theory used in this study was the theory of social
penetration. This study was conducted in Pesantren Modern Ulumul Qur'an. Technique
of data collection used was observation, interview, and documentation. Technique of data
analysis used was data reduction, data presentation, and conclusion and verification. The
results of this study showed that interpersonal communication of ustadz and the students
on the success of Tahfizhul Qur'an program was in the form of giving rote learning
targets, doing individual approach, providing motivation, providing guidance, providing
penalties, and meanwhile the barriers faced by ustadz in order to achieve the success of
Tahfizhul Qur'an program was the misinterpretation of what was said by the ustadz so it
could occur misunderstandings and lack of response from students about the advice given
by the ustadz.

Keywords: interpersonal communication, success, program Tahfizhul Qur'an

PENDAHULUAN
Perkembangan dunia pendidikan dari masa ke masa semakin pesat.
Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia, melalui
pendidikan, seseorang dapat memperoleh pengetahuan bagi kepentingan
dimasa depan agar dapat bersaing di era global.
Keberhasilan dalam proses belajar mengajar sangat ditentukan oleh faktor
guru. Tugas guru adalah menyampaikan materi pelajaran kepada siswa melalui
interaksi komunikasi dalam proses belajar mengajar yang dilakukannya.
Keberhasilan guru dalam menyampaikan materi sangat tergantung pada
kelancaran interaksi antara guru dan siswanya. Ketidaklancaran komunikasi
membawa akibat terhadap pesan yang disampaikan guru (Sanjaya, 2006: 98).
Ketidaklancaran komunikasi antara pendidik dan peserta didik akan
mengalami hambatan dalam meraih keberhasilan. Untuk mencapai keberhasilan
interaksi dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya komunikasi yang
baik antara pendidik dan peserta didik sehingga dapat tercapainya tujuan
pengajaran dan pendidik. Dimana pendidik berhasil dalam mendidik begitu
pula dengan peserta didik berhasil dalam tugas belajarnya.

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 325


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Kemampuan komunikasi interpersonal sangat penting untuk dimiliki


oleh seorang pendidik. Mulyana (2008:81) Komunikasi interpersonal atau
komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap
muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain
secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.
Peran pendidik sangatlah penting dalam proses belajar mengajar begitu
juga dalam proses pembelajaran menghafal Al-Qur’an juga diperlukan seorang
pendidik untuk membimbing, memberikan motivasi, memberikan saran. Untuk
mencapai keberhasilan menghafal Al-Qur’an 30 juz dalam jangka waktu
tentunya membutuhkan guru yang berperan sebagai motivator serta metode
atau cara yang tepat untuk membantu santri dalam menghafal Al-Qur’an.
Pembinaan calon hafiz biasanya dilakukan oleh pesantren yang mengkhususkan
diri dalam menyelenggarakan program Tahfizhul Qur’an. Salah satu pesantren
yang mengkhususkan program Tahfizhul Qur’an yaitu Madrasah Ulumul
Qur’an (MUQ) Pagar Air.
Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Pagar Air, merupakan salah satu
Lembaga Pendidikan yang ada di Aceh Besar. Madrasah Ulumul Qur’an
memiliki pendidikan Umum dan Dayah. Program Tahfizhul Qur’an yaitu
program menghafal Al-Qur’an yang wajib diikuti oleh para santri di Pesantren
Modern Ulumul Qur’an yang dilaksanakan pada malam hari. Pendidikan
klasikal (sekolahan) yang bertujuan agar para santri di samping mereka harus
mampu menghafal Al-Qur’an 30 Juz, juga untuk mendapatkan akreditasi studi
lebih lanjut untuk belajar keberbagai Lembaga Pendidikan Tinggi baik di dalam
maupun di luar Negeri. Tentunya terdapat beberapa metode atau cara yang
dilakukan oleh para ustadz selama santri menempuh pendidikan di pesantren
Pesantren Modern Ulumul Qur’an untuk mencapai keberhasilan program
Tahfizhul Qur’an. Proses pembelajaran yang terjadi setiap saat mulai dari pagi
hari hingga malam hari pastinya tidak terlepas dari komunikasi untuk mencapai
keberhasilan program Tahfizhul Qur’an.

TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian ini menggunakan teori penetrasi sosial. Untuk memahami
kedekatan hubungan antara dua orang, Irwin Almant dan Dalmas Taylor (1973)
mengonseptualisasikan Teori Penetrasi Sosial (Social Penetration Theory-SPT).
Keduanya melakukan studi yang ekstensif dalam suatu area mengenai ikatan

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 326


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

sosial pada berbagai macam tipe pasangan. Teori mereka menggambarkan suatu
pola pengembangan hubungan, sebuah proses yang mereka identifikasi sebagai
penetrasi sosial. Penetrasi Sosial (Social Penetration) merujuk pada sebuah proses
ikatan hubungan dimana individu-individu bergerak dari komunikasi superfisial
menuju ke komunikasi yang lebih intim (West & Turner, 2009:196).
West & Turner (2009: 205-208) mengatakan tahapan proses penetrasi
sosial:
1. Orientasi: membuka sedikit demi sedikit
Tingkatan penetrasi sosial yang mencakup pembukaan sedikit bagian
dari diri kita
2. Pertukaran penjajakan afektif: munculnya diri
Tahapan penetrasi sosial yang berakibat pada munculnya
kepribadian di hadapin orang lain
3. Pertukaran afektif: komitmen dan kenyamanan
Tahapan penetrasi sosial yang lebih spontan dan cukup nyaman bagi
pasangan.
4. Pertukaran stabil: kejujuran total dan keintiman
Tahapan penetrasi sosial yang menghasilkan keterbukaan yang total
dan spontanitas bagi pasangan.
Almant dan Taylor (1973) mengemukakan suatu model perkembangan
hubungan yang disebut social penetration. Yaitu proses dimana orang saling
mengenal satu dengan lainnya. penetrasi sosial merupakan proses yang
bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus
berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi dan
akrap, seiring dengan berkembangnya hubungan (Bungin, 2006:268).

METODE PENELITIAN
Lokasi penelitian ini dilakukan di Pesantren Modern Ulumul Qur’an
Pagar Air Aceh Besar. Beralamat di Desa Bineh Blang Kemukiman Pagar Air
Kabupaten Aceh Besar. Dayah Ulumul Qur’an merupakan salah satu Lembaga
Pendidikan yang ada di Aceh yang mempunyai Program khusus bidang
Tahfizhul Qur’an.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis
penelitian deskriptif. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2006:4)
mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 327


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang diamati. Menurut Sugiyono (2005: 3) metode deskriptif
digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam, suatu data yang
mengandung makna
Subjek penelitian ini ialah adalah ustadz dan santri di pesantren Modern
Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Objek penelitian pada kajian adalah
komunikasi interpersonal ustadz dengan santri terhadap keberhasilan program
Tahfizhul Qur’an.
Pemilihan informan berdasarkan teknik purposive sampling. Kriyantono
(2008:156) menjelaskan teknik Purposive sampling ini mencakup orang-orang yang
diseleksi atas kriteria tertentu yang dibuat peneliti berdasarkan tujuan peneliti.
Adapun yang menjadi kriteria informan pada penelitian ini ialah sebagai berikut:
Adapun yang menjadi kriteria informan untuk ustadz: Staf pengajar di
Pesantren Modern Ulumul Qur’an. Sedangkan yang menjadi kriteria untuk
santri yaitu: Santri di Pesantren Modern Ulumul Qur’an, Santri yang telah
menempuh pendidikan minimal tiga tahun.

Tabel 3.1 Daftar Nama Informan

No Nama Jenis Kelamin Usia Jabatan


1 Zainuddin Arif Laki-laki 25 Kepala Asrama

2 Miftahul Khairi Laki-laki 23 Guru Tahfiz

3 Fauzan Asyifa Laki-laki 28 Guru Tahfiz

4 Abdul Aziz Laki-laki 21 Guru Tahfiz

5 Riski Akbar Laki-laki 21 Guru Tahfiz

6 Ahmad Saad Muayyid Laki-laki 19 Santri

7 Ichsanul Akmal Laki-laki 18 Santri

8 Arfi Rahman Laki-laki 16 Santri

9 M. Auza’i Laki-laki 17 Santri

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 328


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

10 T. Arif Munanzar Laki-laki 18 Santri

Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan ada 2, yaitu: data
primer dan data sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh dari wawancara yang dilakukan dengan ustadz dan santri. .
Sedangkan untuk data sekunder Peneliti menggunakan literatur, artikel, jurnal
serta situs internet.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: (1) observasi,
Observasi merupakan teknik pengumpulan data melalui pengamatan secara
langsung di lapangan atau lokasi untuk melihat dari dekat kegiatan yang
dilakukan (Moleong, 2006:173). (2) wawancara, Mulyana (2006:180) mengatakan
wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu. (3) dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
interaktif, Miles dan Huberman. Model ini terdiri dari tiga hal utama,yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Miles dan
Huberman (1992:16).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


1. Komunikasi Interpersonal Ustadz dengan Santri Terhadap
Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an
Dayah Ulumul Qur’an merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
ada di Aceh yang mempunyai program khusus bidang Tahfizhul Qur’an.
Tahfidz Qur’an adalah program menghafal Al-Qur’an. Program tahfiz ini diikuti
oleh santri putra dan santri putri dengan guru pembimbing yang berbeda pula
sesuai dengan gender. Sistem pembelajaran Tahfizhul Qur’an menggunakan
sistem halaqah dimana para santri dibagi kepada beberapa kelompok, dan satu
kelompok oleh satu ustadz atau ustadzah. Ustadz merupakan orang yang
bertugas membimbing santri untuk dapat berhasil dalam menghafal Al-Qur’an.
Salah satu faktor keberhasilan program Tahfizhul Qur’an yaitu dari komunikasi
interpersonal yang dilakukan oleh ustadz. Komunikasi interpersonal adalah
komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap
pesertanya akan menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 329


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

verbal maupun nonverbal (Mulyana, 2004:73). Santri yang berada di Dayah


Ulumul Qur’an dituntut untuk mampu menghafal Al-Qu’an begitu juga dengan
ustadz yang berada di Dayah Ulumul Qur’an pun diharuskan dapat menghafal
Al-Qur’an. Terdapat beberapa metode atau cara untuk keberhasilan program
Tahfizhul Qur’an di Dayah Ulumul Qur’an yaitu dengan memberikan target
hafalan, melakukan pendekatan secara individual, memberikan motivasi,
memberikan bimbingan dan memberikan hukuman.
Pemberian target hafalan diharapkan santri dapat berhasil dalam
menghafal Al-Qur’an sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pada saat
menamatkan pendidikan di Dayah Ulumul Qur’an maka mereka telah dapat
menghafal 30 juz. Upaya ustadz disini adalah dengan memberikan jangka waktu
tertentu untuk santrinya menghafal. Setelah menghafal maka santri diwajibkan
untuk menyetor hafalan kepada ustadz yang bersangkutan pada waktu yang
telah ditentukan. Pengaturan waktu penyetoran dan menghafal Al-Qur’an
sangatlah penting dikarenakan santri disamping belajar menghafal Al-Qur’an
juga menempuh pendidikan formal. Adapun waktu-waktu yang telah
ditetapkan oleh pihak Dayah Ulumul Qur’an untuk santri menghafal dan
menyetor adalah pagi hari setelah salat subuh berjamaah digunakan untuk
setoran hafalan, sore hari setelah salat asar digunakan untuk sotoran hafalan,
malam hari setelah salat magrib digunakan untuk menghafal.
Pendekatan secara individu perlu dilakukan oleh ustadz untuk
mengetahui secara langsung permasalahan yang dialami oleh santri.
Berkomunikasi langsung dengan santri dapat membantu ustadz memberikan
masukan yang tepat kepada santri begitupun sebaliknya memudahkan santri
menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya guna mencapai keberhasilan
program Tahfizhul Qur’an.
Motivasi merupakan suatu kondisi yang dapat mempengaruhi individu
untuk belajar. Memberikan motivasi kepada santri dapat mengembalikan
semangat bagi santri. Dengan adanya motivasi yang didapat dari ustadz dapat
berguna bagi santri sebagai dorongan untuk dirinya sendiri untuk mencapai
keberhasilan dalam menghafal Al-Qur’an. Motivasi dapat menumbuhkan
semangat bagi santri dalam proses menghafal. Ustadz memberikan motivasi
kepada santri dalam menghafal Al-Qur’an, seperti menceritakan figur-figur
orang sukses, dengan begitu diharapkan santri dapat mengikuti jejak orang
tersebut.

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 330


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

Memberikan bimbingan merupakan salah satu usaha ustadz untuk


membantu santri ketika mengalami kesulitan dalam menghafal Al-Qur’an.
Ustadz memberikan teguran, nasehat, saran dan juga akan memperbaiki bacaan
santri apabila ada kesalahan dalam menghafal. Memberikan bimbingan kepada
santri merupakan hal diperlukan dikarenakan dalam proses menghafal Al-
Qur’an dipastikan terdapat kesalahan-kesalahan dalam bacaannya, disini ustadz
bertugas untuk memperbaikinya.
Memberikan hukuman adalah upaya ustadz untuk mendisiplinkan santri
yang melanggar aturan. Pemberian hukuman ini diberikan kepada santri yang
tidak menyetorkan hafalan pada waktu yang telah ditentukan ataupun santri
yang tidak mau melanggar perintah ustadznya. Tulus (2004: 48-49) mengatakan
bahwa hukuman merupakan upaya untuk menyadarkan, mengoreksi, dan
meluruskan perilaku yang salah sehingga orang tersebut kembali pada perilaku
yang sesuai dengan yang diharapkan.
Teknik menghafal Al-Qur’an di Dayah Ulumul Qur’an yaitu semua santri
yang berjumlah 475 dibagi secara berkelompok dengan masing-masing
kelompok terdiri dari 9-11 santri yang didampingi oleh seorang ustadz yang
selalu mengikuti kegiatan menghafal. Dengan terlibatnya ustadz maka akan
membantu santri dalam menghafal Al-Qur’an.
Metode yang diterapkan oleh Dayah Ulumul Qur’an kepada santri dalam
menghafal Al-Qur’an yaitu: pertama metode setor hafalan, setor hafalan Al-
Qur’an adalah kegiatan memperdengarkan nafalan baru kepada ustadz. Setor
hafalan wajib dilakukan oleh semua santri. Kegiatan setor hafalan di Dayah
Ulumul Qur’an yaitu dengan cara santri satu persatu memperdengarkan hafalan
barunya yang telah dihafal kepada ustadz. Kedua, metode muroja’ah, metode
muroja’ah adalah suatu metode mengulang hafalan yang sudah dihafal guna
menjaga agar materi yang sudah dihafal tidak lupa.
Dari 5 santri yang menjadi informan program Tahfizhul Qur’an di Dayah
Ulumul Qur’an maka dapat diperoleh hasil dalam proses menghafal Al-Qur’an
bahwa dari 5 informan tersebut terdapat 4 santri telah dapat menghafal 30 juz
sedangkan 1 lainnya telah dapat menghafal 18 juz.
Namun komunikasi yang selama ini telah diterapkan, diakui efektif
sebagai komunikasi untuk mendorong semangat dan menciptakan hubungan
yang baik dengan santri, karena komunikasi interpersonal yang diterapkan oleh
ustadz sebagai sarana komunikasi yang dilakukan oleh ustadz untuk mencapai

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 331


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

keberhasilan program Tahfizhul Qur’an. Liliweri (1997:13) mengatakan untuk


mendapatkan komunikasi interpersonal yang berhasil, maka pelaku komunikasi
interpersonal tersebut harus berpartisipasi satu terhadap lainnya, baik dengan
pesan verbal maupun non verbal. Keberhasilan program Tahfizhul Qur’an di
Dayah Ulumul Qur’an dapat dilihat dari beberapa santri yang masih menempuh
pendidikan di MUQ telah berhasil menghafal 30 juz, untuk tahun 2016 MUQ
Pagar Air memiliki 165 lebih para alumninya yang mampu mengkhatamkan Al-
Qur’an 30 juz, dan juga dari minat orang tua untuk menyekolahkan anaknya di
MUQ Pagar Air setiap tahun semakin bertambah.
Komunikasi interpersonal yang telah dipaparkan dan disebutkan di atas
merupakan komunikasi yang dilakukan oleh ustadz di Dayah Ulumul Qur’an
dalam usahanya untuk mencapai keberhasilan program Tahfizhul Qur’an,
komunikasi interpersonal tersebut bersesuaian dengan teori penetrasi soaial.
Almant dan Taylor (1973) mengemukakan suatu model perkembangan
hubungan yang disebut social penetration. Yaitu proses dimana orang saling
mengenal satu dengan lainnya. penetrasi sosial merupakan proses yang
bertahap, dimulai dari komunikasi basa-basi yang tidak akrab dan terus
berlangsung hingga menyangkut topik pembicaraan yang lebih pribadi dan
akrap, seiring dengan berkembangnya hubungan (Bungin, 2006:268). Disini
dijelaskan perkembangan hubungan antara ustadz dan santri dimulai dari
mengenal satu sama lain hingga terus berlanjut hingga ke tahap yang lebih
akrab.

2. Hambatan yang Dihadapi Ustadz untuk Mencapai Keberhasilan


Program Tahfizhul Qur’an
Komunikasi interpersonal yang terjadi antara ustadz dengan santri tentu
ada hambatannya, seperti hambatan yang ditemukan oleh ustadz. hambatan
komunikasi interpersonal yang ditemukan oleh ustadz yaitu terjadinya
kesalahpahaman dan kurangnya respon santri terhadap nasehat-nasehat yang
diberikan oleh ustadz.
Pertama, Kesalahpahaman terjadi ketika santri salah menafsirkan apa
yang dikatakan oleh ustadz sehingga apa yang dijelaskan oleh ustadz akan
dianggap tidak baik oleh santri. Adapun solusi yang dilakukan oleh ustadz
untuk mengatasi kesalahpahaman yaitu dengan menyampaikan pesan secara
berulang sampai santri mengerti. Melakukan pengulangan penyampaian pesan
dimaksudkan agar pesan yang disampaikan oleh ustadz dapat dimengerti oleh
Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 332
Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

santri. Effendy (2008:11) menyatakan bahwa salah satu hambatan yang biasa
terjadi dalam proses komunikasi adalah Hambatan Sosio-Antro-Psikologis,
Proses komunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa
komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi berlangsung,
sebab situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi terutama
situasi yang berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis-antropologi-
spsikologis. Hambatan sosiologis sering ditemui karena massyarakat terdiri dari
berbagai golongan dan lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam situasi
sosial, agama, ideologi, tingkat pendidikan, tingkat kekayaan dan sebagainya,
yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.
Hambatan antropologis terjadi karena manusia memiliki perbedaan postur,
warna kulit dan kebudayaan, yang selanjutnya berbeda dalam gaya hidup,
norma, kebiasaan dan bahasa. Sementara itu hambatan psikologis terjadi dalam
komunikasi disebabkan karena si komunikator sebelum melancarkan
komunikasinya tidak mengkaji diri komunikan. Komunikasi sulit berhasil
apabila sedang sedih, bingung, marah, merasa kecewa, merasa iri hati, juga jika
komunikasi menaruh prasangka pada komunikator. Prasangka menjadi salah
satu hambatan berat bagi kegiatan komunikasi karena orang yang berprasangka
belum apa-apa sudah bersikap menentang komunikator.
Kedua, Pada saat ustadz memberikan nasehat kepada santri, terkandang
santri kurang merespon dengan baik nasihat yang di dapat dari ustadz sehingga
tidak adanya perubahan dari santri itu sendiri. Dengan begitu, dibutuhkan
pemberian nasihat secara berulang-ulang sehingga mampu merubah sikap
santri. Sementara dari pihak santri mereka mengaku bahwa selama melakukan
komunikasi dengan ustadz tidak mengalami kesulitan.

KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian dan pembahasan yang telah
dipaparkan pada bab-bab sebelumnya mengenai komunikasi interpersonal
ustadz dengan santri terhadap keberhasilan program tahfizhul qur’an, maka
kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:
1. komunikasi interpersonal ustadz dengan santri terhadap keberhasilan
program Tahfizhul Qur’an
a. memberikan target hafalan
b. melakukan pendekatan secara individu
Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 333
Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

c. memberikan motivasi
d. memberikan bimbingan
e. memberikan hukuman
2. hambatan yang dihadapi ustadz untuk mencapai keberhasilan program
Tahfizhul Qur’an
a. salah menafsirkan apa yang dikatakan oleh ustadz sehingga
terjadinya kesalahpahaman
b. kurangnya respon santri terhadap nasehat-nasehat yang diberikan
oleh ustadz
2. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. ustadz mempunyai peran dalam keberhasilan program Tahfizhul Qur’an.
Mulai dari mengajarkan mereka dan juga memberikan bimbingan.
Penulis mengharapkan agar ustadz lebih bersemangat lagi dalam
mengajarkan dan membimbing para santri, agar tidak terjadi
kemunduran prestasi kedepanya.
2. Hendaknya santri mematuhi nasehat, larangan, perintah dari ustadz agar
ilmu yang diperoleh dapat bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA
Bungin, Burhan. 2006. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi Di Masyarakat (Edisi Pertama). Jakarta: Kencana
Prenada Media Group
Efendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Liliweri, Alo. 1997. Komunikasi Interpersonal. Bandung: PT. Citra Aditya Putra
Miles, B. Matthew & Huberman, Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:
Universitas Indonesia
Moleong, Lexy. J, 2006. Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya
Mulyana, Deddy. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 334


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)
h M ah
lmia Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah
lI a

sis
a
Volume 2, Nomor 4, November 2017

Jurn

wa
www.jim.unsyiah.ac.id/FISIP
FISIP

. 2008. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Remaja Rosdakarya


Richard West, Lynn H. Turner. 2009. Pengatar Teori Komunikasi Analisis Dan
Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Sanjaya, Wina, 2006. Strategi Pembelajaraan. Jakarta: Prenademedia Group
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta

Komunikasi Interpersonal Ustadz Dengan Santri Terhadap 335


Keberhasilan Program Tahfizhul Qur’an (Studi Pada Pesantren
Modern Ulumul Qur’an Pagar Air Aceh Besar)
Jurnal ilmiah mahasiswa FISIP Unsyiah, Vol. 2. №. 4, November 2017
(1Mahasiswi, 2Pembimbing)

Anda mungkin juga menyukai