Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KALKULUS INTEGRAL
FUNGSI INVERS DAN TURUNANNYA

Dosenn Pengampu :
Moch. Fauzi S. Pd., M. Pd

Disusun oleh :
Putri Lamanda Frisca (221004117)
Bagus Indra F. (221004094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


STKIP PGRI LUMAJANG
Jalan Pisang Gajih No. 2, Lumajang, Jawa Timur
2022/2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................i
2.1 fungsi Invers...............................................................................................1
2.2 Cara menentukan fungsi invers..................................................................1
2.3 Keberadaan Fungsi Balikan........................................................................2
2.4 Turunan Fungsi Balikan.............................................................................4

i
ii
2.1 Fungsi invers
Jika ƒ adalah fungsi dari himpunan A ke himpunan B , maka invers
fungsi ƒ adalah
fungsi dari himpunan B ke himpunan A.

Gambar 1. Sebuah fungsi ƒ dan inversnya ƒ ̄¹.


Jika sebuah input x dimasukkan ke dalam fungsi ƒ menghasilkan sebuah
output y , y kemudian dimasukkan ke dalam fungsi invers ƒ ̄¹
menghasilkan output x. ƒ adalah fungsi yang domainnya adalah himpunan
X , dan kodomainnya adalah himpunan Y. Kemudian, jika ada kebalikan
dari fungsi ƒ adalah ƒ ̄¹ dengan domain Y dan kodomain X, dengan
aturan. Jika ƒ(x) = y, maka ƒ ̄¹(y) = x. Tidak semua fungsi mempunyai
invers. Tetapi, fungsi yang tidak mempunyai invers itu akan mempunyai
invers jika kita membatasi himpunan nilai-nilai X-nya. Fungsi yang
mempunyai invers adalah fungsi bijektif, yaitu: Jika setiap anggota
himpunan B mempunyai tepat satu kawan di A maka ƒ disebut fungsi
bijektif atau korespodensi 1-1. Mudah dipahami bahwa korespondensi 1-1
adalah fungsi surjektif sekaligus injektif. Sehingga sering dinyatakan
sebagai "sebuah fungsi bijective jika dan hanya jika memiliki fungsi
invers".
2.2 Cara menentukan fungsi invers
Hal yang berkaitan adalah pencarian rumus untuk ƒ ̄¹(x) untuk melakukan
itu, kita tentukan terlebih dahulu ƒ ̄¹ (y), kemudian kita menukarkan x dan
y dalam rumu yang dihasilkan. Jadi diusulkan untuk melakukan tiga
langkah berikut untuk pencarian ƒ ̄¹(x) :
1. Langkah 1 : Selesaikan persamaaan y = ƒ(x) untuk x dalam bentuk y.
2. Langkah 2 : Gunakan ƒ ̄¹(y) untuk menamai ungkapan yang dihasilkan
dalam y.

1
3. Langkah 3 : Gantilah y dengan x.
Perhatikan bahwa kita telah menukar peranan x dan y. Sedikit
pemikiran meyakinkan
kita bahwa menukar peranan x dan y pada grafik adalah mencerminkan
grafik
terhadap garis y = x. Jadi, grafik y = ƒ ̄¹(x) adalah gambar cermin grafik y
= ƒ(x) terhadap garis y = x.

Contoh soal
1
Carilah invers dari y = -
x−3
Jawab :
Langkah 1 : menyelesaikan persamaaan y = ƒ(x) untuk x dalam bentuk y.
1 1 1
y=-- x− 3 = - x=- +3
x−3 y y
Langkah 2 : menggunakan ƒ ̄¹(y) untuk menamai ungkapan yang
1
dihasilkan dalam y. ƒ ̄¹(y) = − +3
y
1
Langkah 3 : mengganti y dengan x. ƒ ̄¹= − +3
x
2.3 Keberadaan Fungsi Balikan
Teorema
Jika ƒ monoton murni pada daerah asalnya, maka ƒ memiliki balikan.

Fungsi monoton
Misalkan ƒ(x) terdefinisi pada suatu himpunan R. Untuk semua x₁, x₂ ∈R,
fungsi ƒ(x) dikatakan:

2
 monoton naik, jika x₁ < x₂ maka ƒ(x₁) < ƒ(x₂)
 monoton turun, jika untuk x₁ < x₂ maka ƒ (x₁) > ƒ (x₂)
 monoton tak naik, jika untuk x₁ < x₂ maka ƒ (x₁) ≥ ƒ (x₂)
 monoton tak turun, jika untuk x₁ < x₂ maka ƒ (x₁) ≤ ƒ (x₂)
 monoton datar, jika untuk x₁ ≠ x₂ maka ƒ (x₁) = ƒ (x₂)
Beberapa sumber mengatakan monoton naik yang dimaksud di atas
adalah monoton naik sejati, dan mengatakan monoton tak turun yang
dimaksud diatas dengan istilah monoton naik yang dimaksud monoton
murni atau monoton tegas adalah fungsi monoton naik atau fungsi
monoton turun.
Monoton naik jika x₁ < x₂ maka ƒ (x₁) < ƒ (x₂).
Monoton turun jika x₁ < x₂ maka ƒ (x₁) > ƒ (x₂).
Kita ambil fungsi monoton naik untuk menunjukkan bahwa fungsi
monoton murni memiliki invers. Perhatikan pengertian fungsi naik untuk
x₁ < x₂ maka berlaku ƒ (x₁) < ƒ (x₂) untuk setiap x₁, x₂ pada daerah
asalnya. Pernyataan tersebut ekuivalen dengan pernyataan jika x₁ ≠ x₂
maka berlaku ƒ (x₁) ≠ ƒ (x₂) untuk setiap x₁, x₂ pada daerah asalnya.
Dengan kata lain pernyataan tersebut adalah pengertian dari fungsi satu-
satu.
Bukti teorema
Jika ƒ monoton murni pada daerah asalnya, maka ƒ memiliki balikan
Kita ambil ƒ: A→B
Jika ƒ monoton murni maka ƒ satu-satu dan onto
Kita akan membuktikan salah satu dari fungsi monoton murni yaitu fungsi
monoton naik.
Bukti untuk ƒ satu-satu.
Diketahui ƒ monoton naik ⟷ x₁ < x₂ → ƒ (x₁) < ƒ (x₂)
Dengan kata lain : x₁ ≠ x₂ → ƒ (x₁) ≠ ƒ (x₂)
Terbukti ƒ satu-satu.
Bukti untuk onto
Bukti ini merupakan bukti yang rumit. Mungkin karena hal ini sehingga di
buku

3
kalkulus tidak dituliskan. Kami mencoba untuk membuktikannya.
Onto artinya ƒ (A) = B, yang ekuivalen dengan ƒ (A) ⊆ B dan B ⊆ ƒ (A)
Untuk ƒ (A) ⊆ B sudah sangat jelas.
Sekarang akan dibuktikan untuk B ⊆ ƒ (A)
Andaikan ∃ b ∈ B dan b ∉ ƒ (A)
Maka ∃ x₁, x₂ ∈ A, ∋ ƒ (x₁) < b < ƒ (x₂)
Untuk lim x→x₁ x = c = lim x→x₂ x , x₁ ≠ c ≠ x₂
Maka lim x→x₁ ƒ (x) = lim x→x₂ ƒ (x) = ƒ (c)
Menurut teorema apit ƒ (c) < b < ƒ (c) maka haruslah ƒ (c) = b
∴ ∃ c ∈ A ∋ ƒ (c) = b
∴ b ∈ ƒ (A)
Kontradiksi bahwa b ∉ ƒ (A)
Jadi, ƒ adalah Onto.
Contoh soal
Perlihatkan bahwa ƒ memiliki balikan. Untuk ƒ (x) = 2x⁷ - x⁵ + 12x.
Jawab :
Dengan menggunakan teorema turunan pertama untuk kemonotonan
fungsi. Kita dapatkan turunan pertamanya yaitu ƒ ′ (x) = 14x⁶ - 5x⁴ + 12
Dimana nilai ƒ ′ (x) selalu lebih besar nol untuk setiap x. ƒ ′ (x) = 14x⁶ -
5x⁴ + 12 > 0 untuk semua x.
Jadi ƒ naik pada seluruh garis real.sehingga ƒ memiliki balikan di sana.
Kita tidak selalu dapat memberikan rumus sederhana untuk ƒ ̄¹
2.4 Turunan Fungsi Balikan
Pada bagian ini kita akan mencoba menbahas lebih dalam tentang
hubungan turunan suatu fungsi dengan turunan inversnya, jika fungsi yang
bersangkutan mempunyai invers. Pada bagian ini pembahasan hanya
dibatasi pada fungsi kontinu yang monoton murni.
Teorema
Andaikan ƒ terdiferensiasikan dan monoton murni (monoton tegas) pada
selang ɪIiɪ.
Jika ƒ ′ (x) ≠ 0 di suatu x tertentu dalam ɪIiɪ. Maka ƒ ̄¹ terdiferensiasikan di

4
1
titik yang berpadanan y = ƒ (x) dalam daerah hasil ƒ dan (ƒ ̄¹) ` (y) =
ƒ ( x)

Gambar 2. Turunan ƒ invers


Untuk lebih mudah memahamiteorema. Perhatikan gambar disamping!
Kita anggap, ƒ ̄¹ (x) = g (x). Garis singgung fungsi ƒ (x) di ɑ adalah
turunan pertama ƒ (x) di ɑ yaitu ƒ′ (ɑ). Garis singgung fungsi g (x) di b
adalah turunan pertama g(x) di b yaitu g′ (b).
Menurut definisi invers. Yaitu, jikaƒ (x) = y, maka ƒ ̄¹(y) = x. Dengan
melakukan substitusi kita dapatkan ƒ ̄¹ (ƒ(x)) = x
Kita perhatikan untuk ƒ ̄¹ (ƒ(x)) = x. Kita lakukan diferensiasi.
Diperoleh :
d d
ƒ ̄¹ (ƒ(x)) = x
dx dx
(ƒ ̄¹)`(ƒ(x)).(ƒ`(x)) = 1
1
(ƒ ̄¹)`(ƒ(x)) =
ƒ ( x)
1
Yang ekuivalen dengan (ƒ ̄¹) `(y) =
ƒ ( x)
Bukti resmi teorema
Interval [p, q] ⊆ R, dan ƒ:[p, q] → R , fungsi monoton murni dan kontinu
pada
[p, q].
[r, s] = ƒ([p, q]) dan g: [r,s],→ R invers fungsi ƒ yang monoton murni dan
kontinu.
Fungsi ƒ terdiferensial di titik ɑ ∈ [p, q] dan ƒ ′ (ɑ) ≠ 0.

5
Fungsi g terdiferensial di titik b = ƒ (ɑ)
lebih lanjut,
1 1
g′ (b) = =
ƒ (ɑ) ƒ ( g ( b ) )
Ambil sembarang y ∈ [r, s] dengan y≠b, selanjutnya didefinisikan fungsi
H∶
ƒ ( g ( y ) ) −ƒ( g ( b ) )
[r, s] → R dengan H(y) =
g ( y ) −g (b)
Diketahui g monoton murni, selanjutnya mudah dimengerti bahwa untuk
setiap y ∈ [r, s] dengan y ≠ b, maka g(y) ≠ g(b) . dengan kata lain H∶ [r, s]
→R, well define. Demikian halnya jika y = ƒ(g(y)) dan b = ƒ(g(b)) maka
y−b
berdasarkan definisi fungsi H diperoleh H(y) =
g ( y ) −g (b)
Mudah dipahami bahwa untuk setiap y∈ [r, s] dengan y≠b , maka H(y) ≠ 0.
Selanjutnya dibuktikan bahwa
lim H ( y )=ƒ (ɑ)
y→b

Diberikan bilangan ɛ > 0 dan jika ƒ terdiferensial di ɑ = g(b), maka


terdapat
bilangan δ > 0 sehingga untuk setiap x ∈ [a, b] dengan sifat 0 < | x-a| < δ
ƒ ( x )−ƒ (a)
berlaku - ƒ` (ɑ) < ɛ
x−ɑ
Diketahui g kontinu di titik b = ƒ ′ (ɑ), artinya untuk setiap bilangan
δ > 0 terdapat bilangan ƞ > 0 sehingga untuk setiap y ∈ [r, s] dengan 0 < |
y-b| < ƞ , maka ɑ|g(y)-g(b)|< δ Karena g fungsi invers dari ƒ, maka g
bijektif, dengan kata lain g injektif dan surjektif. g injektif dan ɑ = g(b),
maka diperoleh; jika 0 < | y-b| < ƞ maka |g(y)-g(b)|= |g(y)-ɑ|< δ untuk
setiap y ∈ [r, s].
Oleh karena itu untuk setiap y ∈ [r, s] dengan 0 < | y-b| < ƞ berakibat
f ( g ( y ) )−f ( g ( b ) )
|H(y) – ƒ`(ɑ)|=| −f (a)∨¿ ɛ Untuk sebarang ɛ > 0. Jadi
g ( y )−g ( b )
lim H ( y )=f (a)
y→b

6
y−b
Perhatikan bahwa karena y ≠ b maka ( y )= ≠ 0 , sehingga
g ( y )−g ( b )
g ( y ) −g (b) 1
diperoleh =
y−b H ( y)
Dapat disimpulkan, untuk setiap y ∈ [r,s] dengan y ≠ b, berlaku
g ( y )−g( b) 1 1 1
g ( b ) =lim =lim = =
y →b y −b y−b H ( y) lim H ( y) f (a)
y →b

Terbukti
1 1
g (b)= =
f (a) f ( g ( b ) )
Ketika kita membuktikan seperti itu. Mungkin kita akan kebingungan
dengan
langkah-langkah yang ada tersebut.
Bukti mudahnya menurut kelompok kami
Andaikan ƒ terdiferensiasikan dan monoton murni (monoton tegas) pada
selang ɪ. Jika ƒ`(x) ≠ 0 di suatu x tertentu dalam ɪ. Maka ƒ ̄¹
terdiferensiasikan di titik yang berpadanan y = ƒ(x) dalam daerah hasil ƒ
dan
¿
Menurut definisi limit
f ( x )−f (a)
f ( a )=lim
x →a x−a
Akan dibuktikan
1
( f ̄ ¹ ) ( y )=
f ( x)
Dengan definisi limit, kita peroleh
f ̄ ¹ ( f ( x ) )−f ̄ ¹ ( f ( a ) )
( f ̄ ¹ ) ( f ( a ) ) =lim
x→a f ( x ) −f (a)
Karena ƒ ̄¹(ƒ(x)) = x dan ƒ ̄¹(ƒ(ɑ)) = ɑ, Maka kita bisa menuliskan
x −a
( f ̄ ¹ ) ( f ( a ) ) =lim
x→a f ( x )−f (a)

7
Karena f kontinu dan monoton murni, sehingga ƒ(x) ≠ ƒ(ɑ),
sehingga ƒ(x) − ƒ(ɑ) ≠ 0. Sehingga kita boleh melanjutkan proses.maka
kita bisa menuliskan
1
( f ̄ ¹) ( f (a) )=
f ( x ) −f (a)
lim
x →a x−a
1
( f ̄ ¹) ( f ( a))=
f (a)
Dengan ini kita mendapatkan
1
( f ̄ ¹) ( f ( x ))=
f (x )
Dimana ƒ(x) = y , diperoleh
1
( f ̄ ¹ ) ( y )=
f ( x)
Terbukti.
Contoh soal
Carilah (ƒ ̄¹)`(2) jika diketahui f ( x )= √ x +1
Jawab :
Kita akan mencari nilai x yang berpadanan dengan y = 2
f ( x ) n= √ x +1
y= √ x +1
2= √ x +1
4=x +1
x=3
Kemudian kita cari ƒ′(x)
f ( x )= √ x +1
1
f (x )= 2
√ x+ 1
1
f (3 )= 2
√3+ 1
1
f (3 )=
4
1
Kita selesaikan dengan menggunakan teorema ( f ̄ ¹ ) ( y )=
f (x)

8
1
( f ̄ ¹ ) ( 2 )=
f (3)
1
( f ̄ ¹ ) ( 2 )=
1
4
( f ̄ ¹ ) ( 2 )=4
Bagaimana jika kita menyelesaikannya dengan cara mencari inversnya
kemudian kita turunkan?
f ( x )= √ x +1 Df =(−1 , ∞ ) R f =(0 , ∞ )
( f ̄ ¹ ) ( x )=x 2 +1 Df =( 0 , ∞ ) R f =(−1 , ∞ )
( f ̄ ¹ ) ( x )=2 x
( f )( 2 ) =4
Hasilnya sama.
Mengapa ƒ′(ɑ) ≠ 0 ?
Syarat ƒ′(ɑ) ≠ 0 sangatlah penting . Apabila ƒ′(ɑ) ≠ 0 maka fungsi invers g
tidak terdiferensial di b = ƒ(ɑ). Artinya, jika g terdiferensial di titik b =
ƒ(ɑ) dan jika ƒ invers fungsi g, maka dapat diterapkan teorema tersebut
pada fungsi g untuk dapat menyimpulkan bahwa fungsi ƒ terdiferensial di
titik ɑ = g(b) dan diperoleh
1
g ( b) = ↔1=g ( b ) . f ( a )=0
f ( a)
Terjadi kontradiksi, oleh karena itu g tak terdiferensial di titik b = ƒ(ɑ).
1
Lebih jelas terlihat jika kita masukkan ƒ`(ɑ)= 0 ke dalam g ( b )
f (a)
1
Diperoleh g ( b ) =
0
Contoh
Diberikan fungsi bernilai real ƒ yang didefinisikan dengan
f ( x )=x 3 , ∀ x ∈ R
−2
1 3
Diperoleh f ( x )=x , ∀ x ∈ R , f ( x )=3 x 2 , dan ( f ) ( x )=g ( x )= x
3
3

9
Ambil titik = 0 , diperoleh b = ƒ(ɑ) = 0 dan ƒ′ (ɑ) = 0. Dengan demikian 1
= g`(b), ƒ`(ɑ) = 0. Terjadi kontradiksi, sehinggga dapat disimpulkan bahwa
1
f ( x )=x 3 , ∀ x ∈ R tidak terdiferensial di 0
−1

10

Anda mungkin juga menyukai