Anda di halaman 1dari 9

Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

DASAR HUKUM PENGAWASAN


BAB 2
PENANGGULANGAN
KEBAKARAN

2.1. Kompetensi Dasar


Setelah mempelajari materi dasar hukum pengawasan penanggulangan
kebakaran penanggulangan kebakaran adalah sebagaimana diamanatkan
oleh Undang-undang No. 1 tahun 1970. Beberapa hal yang mendasar
khususnya yang berkaitan langsung dengan penanggulangan kebakaran,
pengawasan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk menilai
kesesuaian persyaratan yang telah ditentukan, yang dalam hal ini adalah
penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk mencegah atau menekan
resiko sampai pada level yang memadai, mengurangi resiko kebakaran
adalah pertimbangan syarat untuk dapat menekan resiko tingkat level
yang lebih rendah. Apabila dalam bangunan yang terbakar menyimpan
bahan-bahan yang dapat terurai menjadi gas racun, maka resiko akan
bertambah besar karena gas racun. Dasar dan landasan hukum kebakaran
meliputi Identifikasi potensi bahaya (fire hazard identification), Analisa
resiko (fire risk asessment), Sarana proteksi kebakaran aktif, Sarana
proteksi kebakaran pasif

11
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

2.2. Dasar Hukum Penanggulangan Kebakaran


Ketentuan pokok yang berkaitan dengan Penanggulangan kebakaran
adalah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-undang No. 1 tahun 1970.
Beberapa hal yang mendasar khususnya yang berkaitan langsung dengan
penanggulangan kebakaran adalah sebagai berikut :
- Tujuan umumnya termasuk masalah penanggulangan kebakaran
(Fire safety objective) adalah tersirat dalam konsideran UU 1/70,
yaitu bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain, asset dan
lingkungan masyarakat.
- Syarat-syarat penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan pasal 3
ayat (1) huruf b, d, q dalam undang-undang No.1 th 1970, adalah
merupakan sasaran yang ingin diwujudkan di setiap tempat kerja,
yang berbunyi :
Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja untuk :
b. mencegah 1) , mengurangi 2) dan memadamkan kebakaran 3)
d. memberikan kesempatan jalan untuk menyelamatkan diri pada
waktu kebakaran 4)
q. mengendalikan penyebaran panas 5) asap 6) dan gas 7)

Pasal 9 ayat (3) mengatur kewajiban pengurus menyelenggarakan latihan


penanggulangan kebakaran.

Ketentuan – ketentuan tersebut di atas, dijabarkan lebih lanjut dengan


peraturan dan standar yang lebih teknis yang meliputi aspek teknis dan
administratif.

12
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

FIRE HAZARD FIRE CONTROL

Gambar 2.1. Ilustrasi Fire Safety Management

2.3. Pengawasan Penanggulangan Kebakaran


Pengertian pengawasan dapat diartikan sebagai suatu aktivitas untuk
menilai kesesuaian persyaratan yang telah ditentukan, yang dalam hal ini
adalah penanggulangan kebakaran yang bertujuan untuk mencegah atau
menekan resiko sampai pada level yang memadai.

Asas pengawasan pada dasarnya adalah pembinaan, sebagaimana pada


pasal 4 UU no. 1 tahun 1970. Pengertian pembinaan menurut penjelasan
pasal 10 UU No. 14 tahun 1969 adalah mencakup : pembentukan,
penerapan, pengawasan. Beberapa pengertian dan istilah yang berkaitan
dengan ruang lingkup tugas pengawasan di bidang penanggulangan
kebakaran antara lain :
1). Kebakaran
Kebakaran adalah api yang tidak dikehendaki. Boleh jadi api itu kecil,
tetapi apabila tidak dikehendaki adalah termasuk kebakaran. Bahkan
hamper terbakarpun artinya adalah kebakaran.

13
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

Mencegah kebakaran1) adalah segala upaya untuk menghindarkan


terjadinya kebakaran. Seorang pengawas harus mampu menetapkan
rekomendasi syarat apa yang sesuai dengan keadaan yang ditemukan
dilapangan sewaktu inspeksi.
2). Resiko Kebakaran
Resiko kebakaran adalah perkiraan tingkat keparahan apabila terjadi
kebakaran. Besaran yang mempengaruhi tingkat resiko kebakaran
adalah ada 3 faktor yaitu :
a. Tingkat kemudahan terbakarnya (flammability) dari bahan yang
diolah atau disimpan.
b. Jumlah dan kondisi penyimpanan bahan tersebut, sehingga dapat
digambarkan kira-kira kecepatan laju pertuymbuhan atau
menjalarnya api.
c. Tingkat paparan seberapa besar nilai material yang terancam dan
atau seberapa banyak orang yang terancam., Tingkat resiko
kebakaran seperti digambarkan pada grafik sebagai berikut :

Fire risk = Flammability x Quantity x Probability

Flammability Probability

Gambar. 2.2. Fire Risk Matrix

14
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

2)
Mengurangi resiko kebakaran adalah pertimbangan syarat untuk dapat
menekan resiko tingkat level yang lebih rendah. Seorang pengawas harus
mampu menetapkan rekomendasi syarat dan strategi apa yang diperlukan
untuk meminimalkan tingkat ancaman ke level yang lebih rendah.
1. Memadamkan kebakaran,
Memadamkan kebakaran adalah suatu teknik menghentikan reaksi
pembakaran/nyala api. Nyala api adalah suatu proses perubahan zat
menjadi zat yang baru melalui reaksi kimia oksidasi eksotermal. Nyala
yang tampak adalah gejala zat yang sedang memijar. Pada nyala api
yang sedang berlangsung, ada 4 elemen yang berinteraksi, yaitu : unsur
1- bahan bakar (Fuel) – padat, cair atau gas – umumnya mengandung
karbon (C) dan atau hydrogen (H), Unsur 2- bahan pengoksidan yaitu
Oksigen yang bisa berasal dari udara atau terikat pada bahan tertentu (
bahan oksidator ), unsur 3- sumber panas yang dapat berasal dari dalam
system maupun dari luar system, unsur 4 adalah rantai reaksi kimia.

Memadamkan kebakaran ;
Dapat dilakukan dengan prinsip menghilangkan salah satu
atau beberapa unsur dalam proses nyala api yaitu :
pendinginan (cooling), penyelimutan (smoothering),
mengurangi bahan (stavation), memutuskan rantai reaksi
api (mencekik) dan melemahkan (dilution). Teknik
pemadaman dilakukan dengan media yang sesuai dengan
prinsip-prinsip pemadaman tersebut.

15
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

2. Jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran


Jalan menyelamatkan diri pada waktu terjadi kebakaran atau disebut
“Means of escape” adalah sarana berbentuk konstruksi permanen pada
bangunan gedung dan tempat kerja yang dirancang aman untuk waktu
tertentu sebagai jalan atau rute penyelamatan penghuni apabila terjadi
keadaan darurat kebakaran.

3. Panas, asap dan gas


Panas, asap dan gas adalah produk kebakaran yang pada hakekatnya
jenis bahaya yang akan mengancam keselamatan baik material maupun
jiwa, karena itu masalah ini harus dikendalikan.

Penyebaran panas dapat melalui radiasi, konveksi dan konduksi.


Perpindahan panas secara radiasi adalah paparan langsung kearah tegak
lurus melalui pancaran gelombang elektro magnetik. Seperti contoh
panas matahari sampai kebumi melalui radiasi. Perpindahan panas
secara konveksi adalah perpindahan panas melalui gerakan udara
seperti cerobong, melewati setiap lobang atau celah.

KONDUKSI

RADIASI KONVEKSI

KONDUKSI
KONDUKSI
Gambar 2.3. Penyebaran Panas

16
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

Perpindahan panas secara konduksi adalah perpindahan panas melalui


media. Seperti di balik ruangan yang terbakar panas dapat membakar
material di ruangan sebelahnya, karena panasnya menembus melalui
tembok.

6) 7)
Penyebaran asap dan gas : asap sisa pembakaran adalah karbon
dioksida (CO2) dan uap air (H2O) serta gas ikutan lainnya. Dalam
kebakaran asap dan gas adalah pembunuh utama. Boleh jadi korban mati
dalam kebakaran karena mengisap asap. Penyebaran asap dan gas
cenderung akan ke atas melalui setiap celah (shaft) yang ada, karena itu
pada bangunan gedung bertingkat lantai yang paling atas akan lebih dulu
penuh asap. Bila dalam bangunan yang menggunakan sistem AC sentral
maka asap dan gas akan menyebar keseluruh ruangan melalui sirkulasi
udara AC.

Apabila dalam bangunan yang terbakar tersimpan bahan-bahan yang


dapat terurai menjadi gas racun, maka resiko akan bertambah besar karena
gas racun. Seorang pengawas harus mampu menganalisis kemungkinan
adanya gas racun, sehingga diharapkan mampu menetapkan rekomendasi
syarat untuk menghindarkan bahaya dari asap dan gas beracun. Dampak
lain boleh jadi ada resiko ledakan dari bahan kimia atau tabung kontener
yang berisi gas yang dapat meledak.

2.4. Ruang Lingkup Pengawasan K3 Penanggulangan Kebakaran


Mengutip pasal 5 undang undang no 1 tahun 1970, “pegawai pengawas
dan ahli keselamatan kerja ditugaskan menjalankan pengawasan langsung
terhadap ditaatinya undang undang ini dan membantu pelaksanaannya”.

17
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

Kapan pegawai pengawas menjalankan tugas mengawasi. Perhatikan


pasal 4 undang undang No 1 th 1970, yaitu dimulai dari pra kondisi
sampai operasionalisasi yang diharapkan mampu mengidentifikasi,
menganalisis, supervisi dan memberikan rekomendasi. Harus disadari
bahwa rekomendasi pegawai pengawas mengandung konsekuensi wajib
dilaksanakan, karena itu harus memiliki dasar dan landasan hukum.
 Identifikasi potensi bahaya (fire hazard identification) : sumber-
sumber potensi bahaya yang dapat menyebabaka terjadinya kebakaran
yaitu setiap bentuk energi seperti listrik, petir, mekanik, kimia dan
bentuk energi lainnya yang dipakai dalam proses kegiatan harus
teridentifikasi untuk dikendalikan sesuai ketentuan peraturan dan
standar yang berlaku.
 Analisa resiko (fire risk asessment) : berbagai potensi bahaya yang
telah teridentifikasi dilakukan pembobotan tingkat resikonya, apakah
kategori ringan, sedang, berat atau sangata serius, dengan parameter
kecepatan menjalarnya api, tingkat paparan, konsekuensi kerugian dan
jumlah jiwa yang terancam.
 Sarana proteksi kebakaran aktif : yaitu berupa alat atau instalasi
yang dipersiapkan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran
sistem deteksi dan alarm, APAR, hydrant, springkler, house rell, dll
yang dirancang berdasarkan standar sesuai dengan tingkat bahayanya.
 Sarana proteksi kebakaran pasif : yaitu berupa alat, sarana atau
metoda mengendalikan penyebaran asap panas dan gas berbahaya bila
terjadi kebakaran seperti sistem kompartementasi, treatment atau
clotting fire retardant, sarana pengendalian asap (smoke control
system), sarana evakuasi, sistem pengendalian asap dan api (smoke

18
Dasar Hukum Pengawasan Penanggulangan Kebakaran

damper, fire damper, fire stopping), alat bantu evakuasi dan rescue
dll.

2.5. Rangkuman
Hal-hal yang berkaitan dengan penanggulangan kebakaran adalah
mempunyai tujuan umum termasuk masalah penanggulangan kebakaran
(Fire safety objective) adalah tersirat dalam konsideran UU 1/70, yaitu
bertujuan melindungi tenaga kerja dan orang lain, asset dan lingkungan
masyarakat. Syarat-syarat penanggulangan kebakaran sesuai ketentuan
pasal 3 ayat (1) huruf b, d, q dalam undang-undang No.1 th 1970. Besaran
yang mempengaruhi tingkat resiko kebakaran adalah ada 3 faktor yaitu
tingkat kemudahan terbakarnya (flammability) dari bahan yang diolah
atau disimpan. Jumlah dan kondisi penyimpanan bahan tersebut, sehingga
dapat digambarkan kira-kira kecepatan laju pertuymbuhan atau
menjalarnya api. Tingkat paparan seberapa besar nilai material yang
terancam dan atau seberapa banyak orang yang terancam.,

2.6. Evaluasi
1. Jelaskan hal-hal mendasar yang berkaitan dengan penanggulangan
kebakaran ?
2. Sebut dan jelaskan factor-faktor yang mempengaruhi tingkat resiko
kebakaran ?
3. Jelaskan cara penyebaran panas pada proses terjadinya kebakaran. ?

19

Anda mungkin juga menyukai