Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PEMBAHASAN
A. Tokoh-tokoh Pendidikan Indonesia
Jauh sebelum kemerdekaan RI, banyak tokoh Indonesia yang memiliki pemikiran maju,
khususnya dalam bidang pendidikan. Beberapa tokoh pendidikan pribumi yang memberikan warna
pendidikan sampai saat ini. Tokoh-tokoh tersebut adalah insan-insan bermartabat yang
memperjuangkan pendidikan dan sekaligus pejuang kemerdekaan yang berjuang melepaskan
cengkeraman penjajah dari bumi Indonesia.
1. Ki Hajar Dewantara
Ki Hajar Dewantara, yang sebelumnya bernama Raden Mas Suwardi Suryaningrat, lahir di
Yogyakarta pada tanggal 2 mei 1889. Ia adalah salah seorang putera terbaik negeri ini. Yang
memiliki pemikiran yang sangat maju pada zamanya dalam memperjuangkan pendidikan, yang
hasil pemikiranya masih relevan hingga saat ini. Pemikiranya memiliki inti ingin “ memajukan
bangsa tanpa membedakan RAS, budaya, dan bangsa”. Melihat buah pemikiran tersebut, betapa
pemikiranya sampai saat ini masih relevan.
Ajaran Ki Hajar Dewantara yang saat ini dipakai sebagai lambang Departemen Pendidikan
Nasional (Depdiknas), yaitu Ing Ngarso Sung Tulado, yang berarti seorang guru hendakya
memberikan teladan yang baik kepada murid-muridnya. Ing Madya Mangun Karso, yang berarti
seorang guru harus terus membuat inovasi dalam pembelajaran. dan Tut Wuri Handayani, yang
berarti seorang guru harus dapat membangkitkan motifasi, memberikan dorongan kepada anak
didiknya untuk terus maju, berkarya, dan berprestasi. Semboyan tersebut sampai saat ini massih
relevan, meskipun jika kita perhatikan ada beberapa guru yang kurang faham tentang falsafah
tersebut. Seorang pendidik harus menjadi teladan bagi anak didiknya dalam berbagai hal, sehingga
guru dapat menjadi panutan bagi anak didiknya.
Ki Hajar Dewantara adalah tokoh yang berjasa di bidang pendidikan dan beliaulah yang
mendirikan taman siswa pada tahun 1922. Karena jasanya yang sangat besar tersebut maka sampai
sekarang pada tanggal 2 mei di peringati sebagai hari Pendidikan Nasional.
Penyelenggaraan Taman Siswa didasarkan pada asas pendidikan yang dikemukakan oleh Ki
Hajar Dewantara sebagai berikut:
1) Kebudayaan
1
Ikut mengupayakan terwujudnya suatu kebudayaan berlandaskan asas kemerdekaan yang
disejalankan dengan kodrat alam dan kodrat dan yang dijiwai oleh perasaan cinta nusa dan
bangsa serta cinta sesama manusia.
2) Kemerdekaan
Kemerdekaan mengandung arti disiplin pada diri sendiri oleh diri sendiri atas dasar nilai
hidup yang tinggi, baik hidup sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu
kemerdekaan menjadi salah satumengembangkan pribadi yang kuat dan radar dalam suatu
perimbangan dan keselarasan dengan masyarakat tertib damai di tempat keanggotaannya.
3) Kodrat alam
Pada hakikatnya manusia itu sebagai makhluk yang merata dengan kodrat Manusia, namun
juga tidak terlepas dari kodrat Ilahl. Kodrat alam mengandung kemajuan yang dapat
digambarkan sesuai pertumbuhan suatu pohon mulai dari benih hingga berkembang menjadi
besar akhirnya berbuah dan menyebarkan lagi benih sebelum pohon yang besar mengakhiri
hidupnya.
4) Kemanusiaan
Asas kemanusiaan rnenyatakan bahwa setiap manusia haruslah mewujudkan kemanusiaan
yang berarti kemajuan manusia lahir dan batin yang setinggi-tingginya.
5) Kebangsaan
Asas kebangsaan tidak boleti bertentangan dengan asas kemanusiaan, seharusnya menjadi
bentuk perbuatan kemanusiaan yang nyata. Oleh karena itu, haruslah merasa satu dertgan
bangsaIain baik dalam sutra maupun dalam duka menuju kebahagiaan lahir dan batin.
Setelah Indonesia merdeka Ki Hajar Dewantara pernah menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran dan kebudayaan yang pertama, Anggota dan Wakil Ketua DPA, Anggota
Parlemen dan mendapat gelar “ Doktor Honoris Causa” dalam ilmu kebudayaan dari Universitas
Gajah Mada pada tanggal 19 Desember 1956.
Ki Hajar Dewantara meninggal pada tanggal 26 April 1959 di Yogyakarta. Beliau telah
memberikan karya terbaiknya kepada nusa dan bangsa. Semboyan “ Tut Wuri Handayani” yang
diabadikan sebagai lambang dan semboyan Departemen pendidikan dan Kebudayaan Republik
indonesia.
2. Muhammad Syafei
2
Muhammad Syafei adalah seorang berdarah minang yang dilahirkan di Kalimantan Barat.
Ia dilahirkan tepatnya di daerah Natan tahun 1985. Ayahnya bernama Mara Sultan dan ibunya
bernama Khadijah. Syafei berhasil menamatkan pendidikan dasarnya di Sekolah Rakyat pada tahun
1908. Kemudian Ia pun meneruskan pendidikanya ke Sekolah Raja (Sekolah Guru) dan lulus pada
tahun 1914.
Perjalanan hidup mengharuskan dirinya hijrah ke Jakarta dan menjadi guru pada sekolah
Kartini selama 6 tahun. Di sela-sela kesibukanya, ia menyempatkan diri untuk belajar
menggambar. Ia aktif dalam pergerakan Budi Utomo serta membantu pergerakan Wanita Putri
Merdeka. Pada tanggal 31 Mei 1922 Mohammad Syafei berangkat ke negeri belanda untuk
menempuh pendidikan atas biayanya sendiri. Beliau belajar selama 3 tahun dan memperdalam ilmu
musik, menggambar, pekerja tangan, sandiwara, termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan.
Pada tahun 1925, beliau kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya.
Sekembalinya dari belanda, Syafei menerapkan ilmunya dengan mengelola sebuah sekolah
yang kemudian dikenal Sekolah INS Kayutanam. Sekolah ini lebih dikenal dengan nama Sekolah
Kayutanam, sebab sekolah ini didirikan di kayutanam. Kayutanam adalah sebuah nama desa kecil
di Sumatra Barat, sedangkan INS sebuah lembaga pendidikan yang merupakan akronim dari
Indonesische Nenderlandsche school. INS kayu tanam tahun 1926 memiliki 75 orang siswa terdiri
atas dua kelas (IA dan IB). Gedung sekolah INS Kayutanam dibangun sendiri oleh siswa tahun
1927 terbuat dari bambu beratap rumbia. Oleh karena membutuhkan lahan luas, maka pada tahun
1937 dipindahkan ke pelabuhan, kurang lebih dari dua kilometer dari Kayutanam.
Kemajuan terus berkembang dengan terbangunnya asrama dengan kapasitas 300 orang dan
tiga perumahan guru. Dengan jumlah murid 60 orang.
Asrama dilengkapi dengan satu ruang makan dan dapur,restoran, gedung koperasi, lapangan
tenis, kolam renang, taman baca, lapangan, ruang ibadah, ruang teori dan praktik) dan sarana
prasarana lainnya. Adapun tujuannya sekolah ini diantaranya:
1) Mendidik anak-anak agar mampu berfikir secara rasional
2) Mendidik anak agar mampu bekerja secara teratur dan sungguh-sungguh
3) Mendidik anak-anak agar menjadi manusia yang berwatak baik
4) Menanamkan rasa Persatuan

Mohammad Syafei meninggal dunia pada tanggal 5 maret 1969, meskipun sudah tiada,
3
namun jasa-jasa beliau tidak akan pernah terlupakan apalagi para lulusan dari INS tersebar
keberbagai pelosok tanah air, yang tentu saja kiprahnya sangat besar bagi pembangunan bangsa
dan negara.
1. Lembaga Pendidikan yang Didirikan
a. Asas Ruang Lingkup Pendidikan INS Kayu Tanam
1) Berpikir logic dan rasional
2) Keaktifan atau kegiatan
3) Pendidikan masyarakat
4) Memperlihatkan pembawaan anak
5) Menentang intelektualisme
b. Tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
1) Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan.
2) Memberi pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
3) Mendidik para pemuda agar berguna bagi masyarakat.
4) Menanamkan kepercayaan terhadap diri sendiri dan berani bertanggung jawab.
5) Mengusahakan mandiri dalam pembiayaan dengan semboyan "gali sendiri dan
kerjakan sendiri"
3. KH. Ahmad Dahlaan
1. Biografi Singkat
Ahmad Dahlan dilahirkan pada tahun 1868 dari sebuah keluarga muslim tradisional yang
berdomisili di Kauman, sebuah kampung yang sangat religius di Yogyakarta. Semasa kecil, ia
diberi nama Muhammad Darwisy. Namanya diganti setelah ia kembali dari Makkah dengan nama
Ahmad Dahlan. Ayahnya, Kiai Haji Abu Bakar bin Haji Sulaiman, adalah khatib resmi Masjid
Agung Kesultanan Yogyakarta. Setelah ayahnya wafat pada tahun 1896, posisi ini kemudian
diganti oleh Dahlan. Ibunya adalah anak perempuan hakim agama Kiai Haji Sulaiman. Menurut
penulis biografi Ahmad Dahlan, salah seorang nenek moyang Dahlan adalah Wali pertama dan
paling terkenal dari Walisongo, Maulana Malik Ibrahim.
Semasa kecilnya, ia tidak belajar di sekolah formal, hal ini karena sikap orangorang Islam
pada waktu itu yang melarang anak-anaknya memasuki sekolah gubernamen. Sebagai gantinya, ia
diasuh dan dididik mengaji oleh ayahnya sendiri. Kemudian, ia meneruskan pelajaran mengaji
tafsir dan hadis serta bahasa Arab dan fiqih kepada beberapa ulama, misalnya, Muhammad Saleh,
4
Muhsin, K. H . R. Dahlan, Mahfudz, Syaikh Khayyat Sattokh, Syaikh Amin, dan Said Bakri.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasarnya di madrasah dan pesantren di Yogyakarta dan


sekitarnya, ia berangkat ke Makkah untuk pertama kali pada 1890. Selama setahun ia belajar
disana. Salah seorang gurunya adalah Syaikh Ahmad Khatib, seorang pembaru dari Minang Kabau,
Sumatra Barat. Sekitar tiga tahun kemudian, 1903, untuk kedua kalinya ia berkunjung ke Makkah.
Kali ini ia menetap lebih lama, dua tahun.6 Diyakini, bahwa selama tinggalnya di kota suci
Makkah itulah ia bertemu dengan ide-ide pembaruan Islam yang dipelopori Jamaluddin alAfghani,
Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha. Kiai Haji Ahmad Dahlan meninggal dunia pada tanggal 23
Februari 1923.
2. Lembaga Pendidikan yang Didirikan
a. Latar Belakang Berdirinya Muhammadiyah
Pendidikan Muharnmacliyah lahir seiring dengan latar belakang didirikannya
Muhammadiyah, yaitu karena adanya beberapa gejala yang menonjol yang muncul ketika itu,
yakni:
1) Kerusakan di bidang kepercayaan agama (akidah umat Islam)
2) kebaktian dalam bidang hukum fiqh
3) Kemunduran dalam pendidikan Islam
4) Kemajuan tending Kristen dan misi Katholik
Berdasarkan hal di atas, maka umat Islam melakukan kegiatan yang mencakup:
1) Membersihkan Islam dari pengaruh-pengaruh dan kebiasaan-kebiasaan bukan
Islam.
2) Memformulasikan kembali doktrin Islam rnenurut alam pikiran modern.
3) Reformasi ajaran dan pendidikan Islam.
4) Mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan dari luar.
5) Melepaskan Indonesia dari belenggu penjajahan.
Kiai H. Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadivab pada 18 Novem-ber 1912 hertepatan
dengan tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijrivah di Yog-yakarta, Muhammadiya.b merupakan gerakan
Islam arnar rnakruf nahi mungkar, berakidah Islam dan bersumber pada Al-Qur'an dan Sunnah
Berta hertujuan untuk rnenegakkan dan men junjung tinggi agarna sehingga tercipta rnasyarakat
Islam yang sebenar-benarnya yang diridhai Allah SWT.
5
b. Asas Muhammadiyah
Asas pendidikan Muhammadiyah adalah Islam dengan berpedornan pada AlQur'an dan as-Sunnah.
c. Tujuan dan Target Muhammadiyah
Tujuan pendidikan Muhammadiyah ialah membentuk manusia berakhlak mulia, cakap,
percaya kepada diri sendiri, dan berguna untuk masyarakat dan negara. Berdasarkan tujuan di atas,
maka target yang ingin dicapai oleh lulusan pendidikan Muharnrnadiyah yaitu:
1) akidah yang lures;
2) akhlakul karimah (budi pekerti yang terpuji);
3) akal yang sehat dan cerdas;
4) keterampilan; dan
5) pengabdian kepada masyarakat.
d. Cita-Cita Pendidikan Muhammadiyah
Cita-cita Pendidikan Muharnrnadiyab meliputi tiga aspek sebagai berikut:
1) Baik budi, alim, dan beragama.
2) Pandangan dalam dunia (i1mu-ilmu umum).
3) Bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya.
Gagasan yang mendasari cita-cita pendidikan Muhammadiyah tersebut sangat relevan dengan
keinginan untuk mencerdaskan umat Islam, memberikan pemahaman yang benar terhadap ajaran
Islam serta memiliki keterampilan yang rnemadai untuk rnemenuhi tuntutan hidup.
e. Dasar Pendidikan Muhammadiyah
Pendidikan Muhammadiyah didasarkan pada:
1) Tajdid, yaitu kesediaan jiwa berdasarkan pemikiran baru untuk mengubah cara berpikir dan cara
berbuat yang sudah terbiasa demi pencapaian tujuan pendidikan.
2) Kernasyarakatan, yaitu antara individu dan masyarakat supaya diciptakan suasana saling
rnembutuhkan dengan tujuan keselamatan masyarakat sebagai satu kesatuan.
3) Aktivitas, artinya anak didik harus rnengamalkan wawasan yang diketahuinya dan menjadikan
aktivitas sendiri sebagai salah satu cara memperoleh pengetahuan yang baru.
4) Kreatifitas, yaitu anak didik harus mernpunyai kecakapan atau keterampilan dalam menentukan
sikap yang sesuai dan menetapkan alai-alat yang tepat dalam menghadapi situasi-situasi baru.
5) Optimisrne, yaitu anak didik harus yakin bahwa keridhaan Tuhan, pendidikan akan dapat

6
membawanya kepada hasil yang dicita-citakan anak dilaksanakan dengan penuh dedikasi dan
tanggung jawab. serta menjauhkan diri dari segala sesuatu yang menyimpang dari yang
digariskan oleh agama Islam.
f. Fungsi Pendidikan Muhammadiyah
1) Alat dakwah ke dalam dan keluar anggota Muhamrnadiyah
2) Tempat pembibitan kader, yang dilaksanakan secara sistematis dan efektif, sesuai dengan
kebutuhan Muhammadiyah khususnya dan masyarakat Islam pada umumnya.
3) Gerakan anggota, penyelenggaraan pendidikan diatur secara berkewajiban terhadap
penyelenggaraan dan peningkatan pendidikan tersebut dan akan menyekolahkan anak-anak
mereka ke sekolah Muhammadiyah.
g. Hasil-Hasil yang Dicapai Muhammadiyah
Perguruan Muhammadiyah sejak didirikan liingga sekarang telah mencapai berbagai hal di
ant aranya:
1) Gagasan pemikiran tentang pembaruan pendidikan.
2) Lembaga-lembaga pendidikan dari TK hingga pascasarjana.
3) Sejurnlah alumni perguruan yang telah menjadi tokoh nasional seperti: Kasmart Singoidimedjo,
Panglima Jenderal Sudirman.

4. Rahmah El Yunusiah
1. Biografi Singkat
Rahmah el-Yunusiyah, H. Dilahirkan pada tanggal 26 oktober 1900 (1 rajab 1318 H)
dipadang panjang, sumatra barat. Ia putri bungsu dari keluarga Syekh M. Yunus dengan Rafi’ah. Ia
dilahirkan dari keluarga yang berlatar belakang pendidikan agama yang kuat. Bahkan, bukan saja
berpendidikan, keluarganya adalah tokoh-tokoh pendidikan dan masyarakat. Ayahnya, Syekh M.
Yunus adalah seorang ulama dan pernah menjabat qadi di Pandai Sikat, Padang Panjang.
Sedangkan kakeknya, Imanuddin, seorang ahli ilmu falak dan pemimpin tarekat Naqsabandiyah.
Rahmah El-Yunusiah mempunyai lima orang saudara.
Kakaknya yang tertua bernama Zaenuddin Labai El-Yunusi (1890-1924), seorang ulama
muda, pendiri Diniyah School (1915) untuk putra dan putri yang memakai system dan pelajaran
modern. Dialah yang membuka mata pandangan Rahmah El-Yunusiah. Walaupun ayahnya seorang

7
ulama, Rahmah tidak banyak mendapat pendidikan dari ayahnya karena sewaktu ia masih kanak-
kanak ayahnya meninggal dunia. Ia dibesarkan oleh ibu dan kakak-kakaknya yang telah berumah
tangga.
Rahmah meninggal mendadak dalam usia 71 tahun dalam keadaan berwudu hendak salat
Magrib pada 26 Februari 1969. Jenazahnya dimakamkan di pekuburan keluarga yang terletak di
samping rumahnya. Sehari sebelum ia wafat, Rahmah sempat menemui Gubernur Sumatra Barat
saat itu, Harun Zain, mengharapkan pemerintah memperhatikan sekolahnya. Dalam buku Islam dan
Adat Minangkabau, Hamka menyinggung kiprah Rahmah di dunia pendidikan dan pembaru Islam
di Minangkabau. Dalam sejarah Universitas Al Azhar, baru Rahmah seoranglah perempuan yang
diberi gelar Syekhah. Dalam sejumlah esainya, Azyumardi Azra menyebut perkembangan Islam
modern dan pergerakan Muslimah di Indonesia.
2. Lembaga Pendidikan Yang Didirikan
a. Latar Belakang Berdirinya Diniyah Putri
Rahmah F,I Yunusiab rnendirikan Perguruan, Diniyah Putri Padang Paniang pada 1
November 1923 di Padang Panjang dengan panggilan "Etek Amah". Rahmah dilahirkan tanggaI 29
Desember 1900 bertepatan dengan 1 Rajab 1318 Hijriyah., ibunya bernarna Rafiah, sedangkan
ayahnva bernama Syekh Muhammad Yunus.
Rahmah El Yunusiyah mendirikan Diniyah Putri dilatarbelakangi oleh rasa
ketidakpuasannya terhadap Diniyah School yang didirikan pada 1915 oleh kakak kandungnya
Zainuddin Labay, Rahmah di sekolah kakaknya adalah sebagai siswi. Diniyah School menerapkan
sistern ro-edukasi, yaitu menggabungkan siswa dengan siswi dalam satu ruang kelas. Sistem ini
menurut pandangan Rahmah tidak dapat melayani kebutuhan kaurn wanita yang tidak terjangkau,
baik yang berkaitan dengan persoalan agama maupun yang berkaitan dengan kebutuhan
keterampilan keputrian sebagai istri, ibu dan anak-anak, dan sebagai penegak moral bangsa.
Di sampling itu, Rahmah juga tidak puas dengan kondisi penyebaran agama yang
dimonopoli oleh kelompok Iaki-laki saja, padahal menurut Rahmahpemaharnan agama tidak hanya
untuk kaurn Iaki-Iaki tetapi juga kewajiban kaumwanita untuk bersungguh-sungguh rnelakukan
kajian tersebut yang Bakal melahirkan ahli agama di kalangan kaum wanita.
b. Tujuan Pendidikan Diniyah Putri
Tujuan Pendidikan Diniyah Putri Padang Panjang adalah "Melaksanakan pendidikan dan
pengajaran berdasarkan Islam dengan tujuan rnembentuk putri yang berjiwa islam dan
8
berpendidikan yang cakap, aktif, serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan
Tanah Air atas dasar pengabdian kepada Allah Swt.
c. Dasar Pendidikan Diniyah Putri
Pendidikan Diniyah Putri didasarkan pada ajaran Islam dengan berpedoman pada Al-Qur'an
dan Sunnah. dial ini berarti bahwa segala kegiatan pendidikan yang dalam lingkungan perguruan
ini seluruhnya didasarkan atas hikmah ajaran Islam yang pokok-pokoknya telah termaktub dalam
Al-Qur'an dan Sunnah.
d. Kurikulum dan Sistem Pendidikan Diniyah Putri
Sejak berdirinya, Perguruan Diniyyah Putri selalu mempertahankan system pendidikan
tritunggal, yaitu kerja sama yang erat antara lingkungan sekolah, asrama, dan rumah tangga atau
masyarakat. Dengan system pendidikan yang dianut oleh perguruan ini terjalinlah kerja sama yang
erat antara ketiga macam sistem lingkungan untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang telah
digariskan. Ini berarti bahwa pendidikan yang diberikan secara formal di pagi hari di praktikkan
di asrama secara informal dibawah asuhandan bimbingan ibu asrama dan guruguru pengasuh yang
seluruhnya adalah guru-guru wanita. kemudian, semua materi pendidikan yang pernah diterima
oleh pelajar selama mereka berada di perguruan ini di praktikkan di lingkungan keluarga dan
masyarakat sekitarnya dibawah pengasuhan orang tuanya.
Lembaga pendidikan di lingkungan Perguruan Diniyyah Putri terdiri dari empat jenis, yaitu:
1) Diniyyah Putri Menengah Pertama (DMP) bagian B. Lama pendidikan 4 tahun. Perguruan
ini menampung murid-murid tamatan Sekolah Dasar (SD) atau sederajat.
2) Perguruan Diniyyah Putri Menengah Pertama (DMP) bagian C. Lama pendidikan 2 tahun.
Dan menerima murid-murid tamatan SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) atau
sederajat
3) Kulliyah Al-Muallimat al-Islamiyah (KMI). Lama pendidikan 3 tahun dan menampung
murid murid-murid tamatan DMP. Bagian B dan C atau dari Perguruan Agama Tinggi
Menengah atau Tsanawiyah.
4) Fakultas Dirosah Islamiyah Perguruan Tinggi Diniyah Putri. Lama pendidikannya 3 tahun
untuk mendapatkan ijazah tingkat Sarjana Muda setingkat dengan Fakultas Ushuluddin lain.
Status fakultas diakui dengan SK. Mentri Agama No.117 tahun 1969.
e. Perhatian Luar Negeri Terhadap Pola Pendidikan Diniyah Putri
Perhatian luar negri terhadap pola pendidikan Diniyyah Putri, selain dari Malaysia dan
9
Singapura juga Negara-negara Timur Tengah. Pada tahun 1955, Rektor Al-Azhar University,
Syekh Abdur Rahman Taj datang mengunjungi Diniyyah Putrid an menyatakan kekagumannya,
kemudian Al-Azhar mengundang Rahmah El-Yunusiah untuk berkunjung ke perguruan tinggi
tersebut pada tahun 1956. Dalam kunjungan itu, Rahmah mendapat gelar kehormatan agama yang
tertinggi yang diberikan dalam rapat senat guru besar Al-Azhar,dengan nama “Syaikhah”.
Semenjak itulah, hubungan Diniyyah Putri semakin bertambah kokoh dengan berbagai perguruan
tinggi

10
Daftar Pustaka
Hasbullah, 2012, dasar-dasar ilmu pendidikan, Jakarta: Rajawali pers
Hasbullah, op.cit, hlm 270
Hasbullah, op.cit, hlm 272
Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan, (Jakarta: Rajawali pers, 2012), hlm 266
Ibid, hlm 267
Ibid, hlm 268
M. Sukardjo, 2009, Ukim Komarudin, landasan pendidikan konsep dan aplikasinya,Jakarta:
Rajawali pers
Mohammad, Herry, 2006, tokoh-tokoh islam yang berpengaruh abad 20, Jakarta: Gema Insani
Press
M. Sukardjo, Ukim Komarudin, landasan pendidikan konsep dan aplikasinya, (Jakarta: Rajawali
pers, 2009), hlm 95-96
M. Sukardjo, Ukim Komarudin, op.cit, hlm 100-101
Mohammad, Herry, tokoh-tokoh islam yang berpengaruh abad 20, (Jakarta: Gema Insani Press,
2006), hlm 7
M. Sukardjo, Ukim Komarudin, op.cit, hlm 108-110
Furoidah, A. (2019). Tokoh Pendidikan Islam Perempuan Rahmah El-Yunusiah. FALASIFA :
Jurnal Studi Keislaman, 10(2), 20–28. https://doi.org/10.36835/falasifa.v10i2.194
Malatuny, Y. G. (2020). Pemikiran Tokoh-Tokoh Pendidikan Indonesia, Kontribusi Serta
Implikasi Dalam Pendidikan. PEDAGOGIKA: Jurnal Pedagogika Dan Dinamika
Pendidikan, 4(2), 87–95. https://doi.org/10.30598/pedagogikavol4issue2page87-95
Mayarisa, D. (2018). Konsep Integrasi Pendidikan Islam Dalam Perspektif Pemikiran Kh.
Ahmad Dahlan. Fitra, 2(1), 37–44.
http://jurnal.staitapaktuan.ac.id/index.php/fitra/article/view/24
Syafril & Zelhendri Zen. (2017). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Padang: Kencana

11
12

Anda mungkin juga menyukai