Anda di halaman 1dari 7

Tafsir Ibnu Katsir 

 86.At-Tariq

‫هّٰللا‬
ِ ‫بِس ِْم ِ الرَّحْ مٰ ِن الر‬
‫َّحي ِْم‬
Artinya Yang Datang di Malam Hari, termasuk surah Makkiyah, 17 ayat, turun
sesudah Surah Al-Balad.
Abdullah ibnul Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami
ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad. Abdullah
mengatakan, "Aku telah mendengarnya pula secara langsung dari Abdullah ibnu
Muhammad yang mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Marwan
ibnu Muawiyah Al-Fazzari, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman At-Taifi, dari
Abdur Rahman ibnu Khalid ibnu Abu Habl Al-Adawani, dari ayahnya, bahwa ia
pernah melihat Rasulullah Saw. berada di sebelah timur tempat orang-orang Saqif
sedang berdiri dengan memegang busur atau sebuah tongkat, saat beliau datang
kepada mereka untuk meminta bantuan dari mereka, dan ia mendengar beliau
membaca surat Ath-Thariq hingga khatam."
Perawi melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia menghafalnya di masa Jahiliah selagi
ia masih musyrik, kemudian ia membacanya setelah masuk Islam. Kemudian
orang-orang Saqif memanggilnya dan bertanya, "Apakah yang telah engkau dengar
dari laki-laki ini?" Lalu ia membacakan surat Ath-Thur yang telah ia dengar dari
beliau kepada mereka. Kemudian orang-orang Quraisy yang ada bersama orang-
orang Saqif berkata, "Kami lebih mengetahui tentang orang kami ini. Sekiranya
kami mengetahui bahwa apa yang dikatakannya itu benar, tentulah kami
mengikutinya."
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Mansur, telah
menceritakan kepada kami Abu Naim, dari Misar, dari Muharib ibnu Disar, dari
Jabir yang mengatakan bahwa Muaz salat Magrib menjadi imam kaumnya dengan
membaca surat Al-Baqarah dan surat An-Nisa. Maka Nabi Saw. menegurnya dan
bersabda kepadanya: Hai Mu’az, apakah engkau orang yang suka menimbulkan
fitnah. Padahal sudah cukup bagimu bila kamu membaca Was Sama-i Wat Tariq
(surat Ath-Thariq), dan Wasy Syamsi Wa Duhdaha (surat Asy-Syam) dan surat
lainnya yang semisal?
1
ۤ
ِ َّ‫َوال َّس َما ِء َوالط‬
ِ Iۙ ‫ار‬
‫ق‬
2
ُ ۙ ‫ار‬
‫ق‬ ِ َّ‫ك َما الط‬
Iَ ‫َو َمٓا اَ ْد ٰرى‬
3
ُ‫النَّجْ ُم الثَّاقِ ۙب‬
4
ٌ‫س لَّ َّما َعلَ ْيهَا َحافِ ۗظ‬
ٍ ‫اِ ْن ُكلُّ نَ ْف‬
5
ُ ‫فَ ْليَ ْنظُ ِر ااْل ِ ْن َس‬
َ ِ‫ان ِم َّم ُخل‬
‫ق‬
6
ۤ
ٍ ۙ ِ‫ق ِم ْن َّما ٍء َداف‬
‫ق‬ َ ِ‫ُخل‬
7
ِ ‫ي َّْخ ُر ُج ِم ۢ ْن بَي ِْن الصُّ ْل‬
ِ ۗ ‫ب َوالتَّ َر ۤا ِٕى‬
‫ب‬
8
‫اِنَّهٗ َع ٰلى َرجْ ِع ٖه لَقَا ِد ۗ ٌر‬
9
‫ ُر‬Iۙ ‫يَ ْو َم تُ ْبلَى ال َّس َر ۤا ِٕى‬
10
ِ َ‫فَ َما لَهٗ ِم ْن قُ َّو ٍة َّواَل ن‬
‫اص ۗ ٍر‬
Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang
pada malam hari itu? (yaitu) bintang yang cahayanya menembus, tidak ada suatu
jiwa pun (diri) melainkan ada penjaganya. Maka hendaklah manusia
memperhatikan dari apakah dia diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar,
yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. Sesungguhnya Allah benar-
benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah mati). Pada hari
ditampakkan segala rahasia, maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu suatu
kekuatan pun dan tidak (pula) seorang penolong.
Allah Swt. bersumpah dengan menyebut nama langit dan semua bintang yang
bersinar terang yang menghiasinya. Untuk itu, maka disebutkan oleh firman-Nya:
{‫ق‬ ِ َّ‫} َوال َّس َما ِء َوالط‬
ِ ‫ار‬
Demi langit dan yang datang pada malam hari. (Ath-Thariq: 1)
Kemudian dalam firman berikutnya disebutkan:
{ُ‫ارق‬ِ َّ‫ك َما الط‬َ ‫} َو َما َأ ْد َرا‬
tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari itu? (Ath-Thariq: 2)
Lalu ditafsirkan oleh firman Allah Swt.:
{ ُ‫}النَّجْ ُم الثَّاقِب‬
(yaitu) bintang yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3)
Qatadah dan lain-Lainnya mengatakan bahwa sesungguhnya bintang dinamakan
Ath-Thariq tiada lain karena ia hanya dapat dilihat di malam hari, sedangkan siang
hari tidak kelihatan. Hal ini diperkuat dengan apa yang disebutkan di dalam hadis
sahih yang mengatakan:
‫ق ال َّر ُج ُل َأ ْهلَهُ طُرُوقًا‬ َ ‫ط ُر‬ ْ َ‫نَهَى َأ ْن ي‬
Beliau Saw. melarang seseorang mendatangi keluarganya di malam hari yang
sudah larut.
Yakni dia pulang ke rumahnya dengan mengejutkan di malam hari. Di dalam hadis
lain yang mengandung doa telah disebutkan:
" ُ‫ق بِ َخي ٍْر يَا َرحْ َمن‬ ُ ‫ط ُر‬ ْ َ‫ارقًا ي‬ ِ َ‫"ِإاَّل ط‬
kecuali orang yang datang di tengah malam dengan membawa kebaikan, ya Tuhan
Yang Maha Pemurah.
Mengenai firman Allah Swt.:
{ ُ‫}الثَّاقِب‬
yang cahayanya menembus. (Ath-Thariq: 3)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang cahayanya
terang. As-Saddi mengatakan, makna yang dimaksud ialah yang menembus setan-
setan apabila dilemparkan kepadanya. Ikrimah mengatakan, makna yang dimaksud
ialah yang cahayanya terang lagi membakar setan-setan.
Firman Allah Swt.:
{ٌ‫س لَ َّما َعلَ ْيهَا َحافِظ‬ ٍ ‫}ِإ ْن ُكلُّ نَ ْف‬
tidak ada suatu jiwa (diri) pun melainkan ada penjaganya. (Ath-Thariq: 4)
Yaitu sesungguhnya pada tiap diri terdapat malaikat yang menjaganya ditugaskan
oleh Allah Swt. agar melindunginya dari berbagai bencana dan penyakit. Semakna
dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:
ِ ‫خَلفِ ِه يَحْ فَظُونَهُ ِم ْن َأ ْم ِر هَّللا‬ْ ‫بات ِم ْن بَي ِْن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن‬
ٌ ِّ‫لَهُ ُم َعق‬
Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka
dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. (Ar-Rad: 11)
Adapun firman Allah Swt.:
{َ‫}فَ ْليَ ْنظُ ِر اإل ْن َسانُ ِم َّم ُخلِق‬
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan? (Ath-Thariq:
5)
Ini mengingatkan manusia akan betapa lemahnya asal kejadiannya, sekaligus
membimbingnya untuk mengakui adanya hari kemudian. yaitu hari berbangkit.
Karena sesungguhnya Tuhan yang mampu menciptakannya dari semula mampu
pula untuk mengembalikannya seperti keadaan semula, bahkan lebih mudah.
Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah Swt.:
‫ق ثُ َّم يُ ِعي ُدهُ َوهُ َو َأ ْه َونُ َعلَ ْي ِه‬
َ ‫َوهُ َو الَّ ِذي يَ ْبدَُؤا ْالخ َْل‬
Dan Dialah Yang Menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian
mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan menghidupkan kembali itu
adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar-Rum: 27)
Firman Allah Swt.:
{‫ق‬ٍ ِ‫ق ِم ْن َما ٍء دَاف‬ َ ِ‫} ُخل‬
Dia diciptakan dari air yang terpancar. (Ath-Thariq: 6)
Yaitu air mani yang dipancarkan oleh laki-laki dan bertemu dengan indung telur
wanita, maka terjadilah anak dari percampuran keduanya dengan seizin Allah Swt.
Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikut-nya:
{‫ب‬ ِ ‫ب َوالتَّ َراِئ‬ ِ ‫}يَ ْخ ُر ُج ِم ْن بَي ِْن الصُّ ْل‬
yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)
Yakni dari sulbi laki-laki dan dari tulang dada wanita.
Syabib ibnu Bisyr telah meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan
dengan makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada.
(Ath-Thariq: 7) Yaitu sulbi laki-laki dan tara-ibul mar-ah (tulang dada wanita)
yang warna air maninya kuning lagi agak encer, kejadian anak dari air mani
keduanya. Hal yang sama telah dikatakan oleh Said ibnu Jubair, Ikrimah, Qatadah,
As-Saddi, dan lain-lainnya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Said Al-Asyaj,
telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, dari Misar, bahwa ia pernah
mendengar Al-Hakam menceritakan pendapat Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-
Thariq: 7) Lalu Ibnu Abbas mengatakan, "Inilah tara-ib," seraya meletakkan
tangannya ke dadanya. Ad-Dahhak dan Atiyyah telah meriwayatkan dari Ibnu
Abbas, bahwa taribatul mar-ah artinya tempat kalung (liontin)nya. Hal yang sama
dikatakan oleh Ikrimah dan Said ibnu Jubair.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa tara-ib artinya di
antara susunya. Diriwayatkan dari Mujahid bahwa tara-ib ialah antarakedua
pundak sampai dada. Diriwayatkan pula dari Mujahid bahwa tara-ib berada di
bawah kerongkongan. Diriwayatkan dari Ad-Dahhak bahwa tara-ib terletak di
antara kedua susu, kedua kaki, dan kedua mata.
Al-Lais ibnu Sad telah meriwayatkan dari Mamar ibnu Abu Habibah Al-Madani,
bahwa Al-Lais telah mendapat berita darinya sehubungan dengan makna firman-
Nya: yang keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7)
Bahwa yang dimaksud ialah tetesan hati, dari sanalah asal mula terjadinya anak.
Diriwayatkan pula dari Qatadah sehubungan dengan makna firman-Nya: yang
keluar dari antara tulang sulbi dan tulang dada. (Ath-Thariq: 7) Yakni di antara
tulang sulbi dan bagian bawah kerongkongannya.
Firman Allah Swt.:
{‫}ِإنَّهُ َعلَى َرجْ ِع ِه لَقَا ِد ٌر‬
Sesungguhnya Allah benar-benar kuasa untuk mengembalikannya (hidup sesudah
matinya). (Ath-Thariq: 8)
Sehubungan dengan makna ayat ini ada dua pendapat.
Pertama, mengatakan bahwa Allah berkuasa mengembalikan air mani yang telah
terpancarkan ini ke tempat asalnya keluar. Hal ini dikatakan oleh Mujahid,
Ikrimah, dan selain keduanya.
Pendapat yang kedua mengatakan, sesungguhnya Allah berkuasa menghidupkan
kembali manusia yang diciptakan dari air mani ini sesudah matinya, lalu
dibangkitkan untuk menuju negeri akhirat. Karena sesungguhnya Tuhan yang
menciptakan dari semula mampu mengembalikan (menghidupkan) ciptaan-Nya
seperti semula. Allah Swt. telah menyebutkan dalil yang menunjukkan hal ini di
dalam Al-Quran di berbagai tempat. Pendapat ini dikatakan oleh Ad-Dahhak dan
dipilih oleh Ibnu Jarir. Karena itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya:
{ُ‫}يَوْ َم تُ ْبلَى ال َّس َراِئر‬
Pada hari ditampakkan segala rahasia. (Ath-Thariq: 9)
Pada hari kiamat semua rahasia ditampakkan sehingga menjadi jelas dan terang,
dan tiada lagi rahasia karena semuanya menjadi tampak kelihatan dan semua yang
tadinya tersembunyi di hari itu menjadi kelihatan.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui Ibnu Ulnar, bahwa Rasulullah Saw.
pernah bersabda:
"‫ هَ ِذ ِه َغ ْد َرةُ فُاَل ِن ب ِْن فُاَل ٍن‬:ُ‫"يُرْ فَ ُع لِ ُكلِّ غَا ِد ٍر لِ َوا ٌء ِع ْن َد ا ْستِ ِه يُقَال‬
Bagi tiap orang yang khianat dinaikkan (dipasang) bendera pada pantatnya, lalu
dikatakan bahwa ini adalah pengkhianatan si Fulan bin Fulan.
Firman Allah Swt.:
{ُ‫}فَ َما لَه‬
maka sekali-kali tidak ada bagi manusia itu. (Ath-Thariq: 10)
Yakni bagi manusia kelak di hari kiamat.
{‫} ِم ْن قُ َّو ٍة‬
satu kekuatan pun. (Ath-Thariq: 10)
Maksudnya, kekuatan dalam dirinya.
{‫َاص ٍر‬ ِ ‫} َوال ن‬
dan tidak (pula) seorang penolong. (Ath-Thariq: 10)
Yaitu dari luar dirinya. Dengan kata lain, tiada seorang pun yang dapat
menyelamatkan dirinya dari azab Allah dan tiada pula seorang pun yang dapat
menolong orang lain dari azab Allah.
11
ِ ‫َوال َّس َم ۤا ِء َذا‬
‫ت الرَّجْ ۙ ِع‬
12

ِ ۙ ‫ص ْد‬
‫ع‬ ِ ْ‫َوااْل َر‬
ِ ‫ض َذا‬
َّ ‫ت ال‬
13
‫اِنَّهٗ لَقَ ْو ٌل فَصْ ۙ ٌل‬
14
‫َّو َما هُ َو بِ ْالهَ ْز ۗ ِل‬
15
‫اِنَّهُ ْم يَ ِك ْي ُد ْو َن َك ْي ًد ۙا‬
16
‫َّواَ ِك ْي ُد َك ْي ًد ۖا‬
17
‫فَ َمه ِِّل ْال ٰكفِ ِري َْن اَ ْم ِه ْلهُ ْم ُر َو ْي ًدا‬
Demi langit yang mengandung hujan, dan bumi yang mempunyai tumbuh-
tumbuhan, sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan
antara yang hak dan yang batil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau.
Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-
benarnya. Dan Aku pun membuat rencana (pula) dengan sebenar-benarnya. Karena
itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu, yaitu beri tangguhlah mereka itu barang
sebentar.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ar-raju ialah hujan, dan
diriwayatkan pula darinya bahwa yang dimaksud adalah awan yang mengandung
air hujan. Menurut riwayat lainnya lagi yang juga bersumber darinya, sehubungan
dengan makna firman-Nya:
{‫ت الرَّجْ ِع‬ ِ ‫} َوال َّس َما ِء َذا‬
Demi langit yang mengandung hujan. (Ath-Thariq: 11)
Yakni menurunkan hujan, kemudian menurunkan hujannya lagi. Qatadah
mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang mengembalikan rezeki
hamba-hamba setiap tahunnya; seandainya tidak demikian, niscaya binasalah
mereka dan juga hewan ternak mereka.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah yang kembali bintang-
bintangnya, mataharinya, dan rembulannya datang dari arah ini.
{‫ع‬ ِ ‫ص ْد‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ‫ض َذا‬ ِ ْ‫} َواألر‬
dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan. (Ath-Thariq: 12)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah terbelahnya bumi
mengeluarkan tetumbuhannya. Hal yang sama dikatakan oleh Said ibnu Jubair,
Ikrimah, Abu Malik, Ad-Dahhak, Al-Hasan, Qatadah, As-Saddi, dan selain mereka
yang bukan hanya seorang.
Firman Allah Swt.:
{‫}ِإنَّهُ لَقَوْ ٌل فَصْ ٌل‬
sesungguhnya Al-Quran itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak
dan yang batil. (Ath-Thariq: 13)
Ibnu Abbas mengatakan, faslun artinya yang hak atau yang benar. Hal yang sama
dikatakan oleh Qatadah, sedangkan yang lain mengatakan hukum yang adil.
{‫} َو َما هُ َو بِ ْالهَ ْز ِل‬
dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (Ath-Thariq: 14)
Yakni bahkan Al-Quran itu sungguhan dan benar. Kemudian Allah menceritakan
perihal orang-orang kafir, bahwa mereka mendustakan Al-Quran dan menghalang-
halangi manusia dari mengikuti jalannya. Untuk itu Allah Swt. berfirman:
{‫}ِإنَّهُ ْم يَ ِكي ُدونَ َك ْيدًا‬
Sesungguhnya orang kafir itu merencanakan tipu daya yang jahat dengan sebenar-
benarnya. (Ath-Thariq: 15)
Mereka membuat tipu daya dalam seruannya kepada manusia untuk mengelabui
mereka agar menentang Al-Quran. Kemudian disebutkan dalam firman berikutnya:
{ َ‫}فَ َمه ِِّل ْال َكافِ ِرين‬
Karena itu, beri tangguhlah orang-orang kafir itu. (Ath-Thariq: 17)
Yakni berilah mereka masa tangguh dan janganlah kamu tergesa-gesa terhadap
mereka.
{‫}َأ ْم ِه ْلهُ ْم ُر َو ْيدًا‬
yaitu beri tangguhlah mereka itu barang sebentar. (Ath-Thariq: 17)
Maksudnya, waktu sebentar. Maka kelak kamu akan menyaksikan apa yang bakal
menimpa mereka, yaitu azab, pembalasan, dan hukuman serta kehancuran.
Semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat lain:
ٍ ِ‫ب َغل‬
‫يظ‬ ٍ ‫نُ َمتِّ ُعهُ ْم قَلِياًل ثُ َّم نَضْ طَرُّ هُ ْم ِإلى عَذا‬
Kami biarkan mereka bersenang-senang sebentar, kemudian Kami paksa mereka
(masuk) ke dalam siksa yang keras. (Luqman: 24).

Anda mungkin juga menyukai