Anda di halaman 1dari 17

perpustakaan.uns.ac.

id 12
digilib.uns.ac.id

BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam suatu penelitian, suatu objek penelitian memerlukan adanya teori

dan pendekatan yang tepat agar sesuai dengan objek kajian. Teori digunakan

untuk mengetahui objek penelitian, maka penelitian memerlukan pendekatan yang

sesuai dengan objek yang dikaji.

A. Pengertian Drama dan Ketoprak

Drama berasal dari bahasa Yunani „draomai‟ yang berarti: berbuat,

bertindak atau bereaksi. Drama berarti perbuatan, tindakan atau action (Waluyo,

2006: 2). Dari segi etimologisnya drama mengutamakan perbuatan, gerak yang

merupakan inti hakekat karangan berbentuk drama. Tidaklah heran jika Moulton

(dalam Soediro Satoto, 1991:3) mengatakan bahwa “Drama adalah hidup yang

ditampilkan dalam gerak” (life presented in action). Jika dalam sastra jenis prosa

menggerakkan fantasi pembaca, maka dalam jenis drama pembaca melihat

kehidupan manusia diekspresikan secara langsung di muka sendiri. Ataupun

Bathazar Verhagen yang mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis

sifat dan sikap manusia dengan gerak”.

Harymawan berpendapat bahwa arti drama dapat ditinjau dari tiga

pengertian, sebagai berikut: Arti pertama, drama adalah kwalitet komunikasi,

situasi, action yang menimbulkan perhatian, kehebatan dan ketegangan pada

pendengar atau penonton. Arti kedua, didasarkan pada beberapa pendapat tentang

drama menurut:
commit to user

12
perpustakaan.uns.ac.id 13
digilib.uns.ac.id

a. Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak.

b. Branders Mathews, drama adalah konflik dari sifat manusia merupakan

sumber pokok drama.

c. Ferdinand Brutierre, drama harus melahirkan kehendak manusia dengan

action.

d. Balthazhar Verhagen, drama adalah kesenian yang melukiskan sifat dan

sikap manusia dengan gerak.

Arti ketiga, drama adalah cerita konflik dalam bentuk dialog yang diproyeksikan

dalam bentuk pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan

penonton (Harymawan, 1993: 1-2).

Ketoprak (dalam bahasa jawa : Kethoprak) merupakan salah satu seni

pertunjukan tradisional yang berasal dari Jawa di dalamnya terdapat sandiwara

yang biasanya diselingi dengan lagu-lagu dan diiringi dengan gamelan Jawa.

Ketoprak sesungguhnya dapat berarti sebuah drama sosial, karena di dalam

ketoprak juga terdapat unsur-unsur pembangun seperti yang terdapat di dalam

drama. unsur-unsur pembangun itu antara lain tema, alur (plot), penokohan, latar

(setting), dan dialog yang terdapat di dalam naskah. Drama dan ketoprak

berangkat atau bermula dari naskah, yang berisi dialog antar tokoh yang kemudian

dilanjutkan dalam sebuah pementasan. Ini bertujuan untuk lebih menghidupkan

karakter setiap tokoh yang dibangun berdasarkan dialog.

Terdapat banyak perbedaan dan kesamaan antara drama dengan ketoprak.

Dilihat dari segi bahasa sudah commit


terlihattojelas
user perbedaannya, bahwa ketoprak
perpustakaan.uns.ac.id 14
digilib.uns.ac.id

menggunakan bahasa jawa mengingat ketoprak lahir dan tumbuh di jawa tengah,

sedangkan drama menggunkan bahasa Indonesia. Kostum dan tata rias antara

ketoprak dengan drama pun juga berbeda. Kebanyakan dari ketoprak

menggunakan kostum kerajaan pada jaman dahulu, sedangkan drama

menggunkan kostum sesuai dengan perkembangan jaman sekarang.

Penyajian ketoprak juga sangat berbeda dengan drama, dimana penyajian

dalam ketoprak menggunakan latar (setting) yang disesuaikan dengan keadaan

ataupun kondisi sumber cerita yang diangkat dalam pementasan. Dalam ketoprak

selalu ada gerak tari dan ada babak yang menyuguhkan banyolan yang mampu

mencairkan suasana, adegan ini dinamakan dhagelan (lawak). Selain itu, juga

menggunakan tembang yang digunakan pada adegan tertentu. Sumber cerita dari

ketoprak diambil dari cerita-cerita sejarah, cerita rakyat, dan juga babad yang

kemudian dapat diolah dan dikemas oleh pengarang cerita.

Berdasarkan ciri-ciri diatas mampu memberikan ciri khas tersendiri dari

sebuah kesenian ketoprak, tetapi bagaimanapun ketoprak merupakan bagian dari

drama, karena terdapat unsur yang serupa, seperti unsur pembangun cerita yang

terdiri dari tema, alur, latar (setting), penokohan, dan dialog. Selain itu ketoprak

dan drama berangkat dari sebuah naskah yang kemudian belanjut untuk

dipentaskan untuk menjadi sebuah pertunjukan seni.

B. Pendekatan Struktural

Pendekatan struktural merupakan teori yang menekankan karya sastra

sebagai struktur otonom. Bahwa struktur mencoba memahami makna esensi.

Hakekat karya sastra mendasarkan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 15
digilib.uns.ac.id

sastra yang bersangkutan (Teeuw, 1988:120).

Pandangan kritikus sastra mengenai unsur-unsur struktur naskah lakon

dapat bermacam-macam. Satoto merumuskan unsur-unsur penting yang membina

drama adalah tema dan amanat, penokohan, plot, latar yang terbagi atas aspek

ruang; aspek waktu; dan aspek suasana, tikaian, cakapan (Satoto, 1991: 41-42).

Menurut Harymawan cerita dalam sebuah pertunjukkan drama digubah menjadi

tiga bahan pokok, yaitu Premise (tema), Character (penokohan), Plot (alur)

(Harymawan,1993: 24). Herman J. Waluyo memberikan penyataan bahwa sebagai

salah satu genre sastra, drama naskah dibangun oleh struktur fisik (kebahasaan)

dan struktur batin (makna) yang meliputi plot, penokohan dan perwatakan, dialog,

setting, tema, amanat, petunjuk teknis, drama sebagai interpretasi kehidupan

(2006: 6-30).

Tokoh atau Character menurut RMA. Harymawan (1993 : 25) adalah

bahan yang paling atktif yang menjadi penggerak jalan cerita. Character adalah

tokoh yang hidup, bukan mati karena character merupakan sebuah pribadi,

berwatak, dan memiliki sifat-sifat karakteristik yang tiga diensional yaitu

fisiologis, sosiologis dan psikologis.

a. Keadaan fisik, yang meliputi usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri

muka, dan ciri-ciri badani yang lainnya.

b. Keadaan sosiologis, yang meliputi status sosial, pekerjaan, jabatan,

peranan dalam masyarakat, pandangan hidup, agama, kepercayaan, dan

ideologi.

c. Keadaan psikologis, yang meliputi watak, mentalitas, sikap, perilaku,

commit
keinginan, tempramen, moral, to user
perasaan pribadi.
perpustakaan.uns.ac.id 16
digilib.uns.ac.id

Berdasarkan batasan-batasan struktur naskah drama di atas dan

berdasarkan kebutuhan objek penelitian, maka analisis struktural naskah ketoprak

"Kyai Kala Gumarang" karya Trisno Santoso meliputi unsur: tema, karakter, plot.

Teori selanjutnya akan diuraikan pengertian masing-masing unsur struktural

menurut kebutuhan analisis naskah "Kyai Kala Gumarang" karya Trisno Santoso,

sebagai berikut.

1. Tema atau Premise

Pada hakekatnya tema merupakan ide pokok sebuah cerita yang

khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang sederhana.

Menurut Waluyo di dalam sebuah drama tema akan dikembangkan melalui

alur dramatik dalam plot melalui tokoh protagonis dan antagonis dengan

perwatakan yang memungkinkan konflik dan diformulasikan dalam bentuk

dialog (Waluyo, 2006: 25). Sedangkan menurut Soediro Satoto (1991:42)

tema adalah gagasan, idea atau pikiran utama dalam karya sastra baik

terungkap secara tersirat maupun tersurat. Tema tidak sama dengan pokok

masalah atau topik, tetapi tema dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok.

Menurut Harymawan premise atau tema adalah rumusan intisari cerita

sebagai landasan idiel dalam menentukan arah tujuan cerita. Ditinjau dari

pelaksanaan merupakan landasan pola bangunan lakon (Harymawan, 1993:

24). Tema yang baik tidak hanya berisi perembangan suatu peristiwa, tetapi

juga berisi tentang problem masyarakat atau kelompok yang sedang terjadi.

Tema dipandang sebgai dasar cerita yang umum pada suatu karya sastra.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 17
digilib.uns.ac.id

Tema dibangun dari permasalahan-permasalahan setiap tokoh yang muncul di

dalam cerita,namun bukan berarti setiap masalah atau konflik yang muncul

dalam cerita dapat dikatakan sebagai tema. Tema hanya terdapat pada salah

satu konflik yang dibangun dalam cerita, dan salah satu konflik tersebut

merupakan intisari atau yang disebut dengan tema.

2. Alur atau Plot

Plot diartikan sebagai bagan atau kerangka kejadian di mana para

peran berbuat. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa di dalam scenario.

Serangkaian hubungan sebab akibat yang bergerak dari awal hingga akhir.

Terciptanya sebuah cerita tentu tidak terlepas dari unsur-unsur yang

membangun cerita tersebut. Plot merupakan jalinan cerita atau kerangka dari

awal hingga akhir yang merupakan jalinan konflik antara dua tokoh yang

berlawanan (Waluyo, 2006: 8). Gustav Freytag dalam Waluyo memberikan

unsur-unsur plot yang meliputi:

a. Pelukisan Awal Cerita atau Eksposition

Pada tahapan Eksposition pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh

drama dengan watak masing-masing. Pembaca mulai mendapat gambaran

tentang lakon yang dibaca.

b. Pertikaian Awal atau Komplikasi

Pengenalan terhadap para lakon sudah menjurus pada pertikaian dan

konflik mulai bergerak. Konflik mulai meningkat.

c. Klimaks atau Titik Puncak Cerita


commit to user
Konflik akan terus meningkat sampai mencapai klimaks titik puncak
perpustakaan.uns.ac.id 18
digilib.uns.ac.id

dalam cerita. Klimaks adalah saat dimana konflik tersebut akan terasa

sangat menonjol dalam cerita.

d. Resolusi atau Penyelesaian

Pada tahap ini konflik mereda atau menurun dan menemukan

penyelesaiannya.

e. Keputusan atau Denoument

Pada drama modern akhir cerita akan berhenti pada klimaks, jika

drama tradisional membutuhkan penjelasan akhir (Waluyo, 2006: 9-12).

Menurut Ariestoteles (dalam Harymawan, 1993:19) plot ialah alur,

rangka cerita dan merupakan susunan yang meliputi 4 bagian, yaitu:

a. Protasis

Merupakan permulaan dan dijelaskan peran dan motif lakon.

Dalam tahap ini pembaca diperkenalkan dengan tokoh-tokoh dengan

watak dan motif lakon yang di bawakan oleh masing-masing tokoh. Tahap

ini, Pembaca mendapat gambaran tentang lakon yang dibaca.

b. Epitasio

Jalinan kejadian atau Konflik yang terjalin. dimana konflik mulai

menanjak akan tetapi konflik belum mancapai klimaks dan lakon belum

selesai.

c. Catastasis

Merupakan puncak laku, peristiwa mencapai titik kulminasinya.

Konflik yang meningkat akan terus mencapai titik kulminasinya. Hingga

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 19
digilib.uns.ac.id

mencapai klimaks atau titik puncak ketegangan dalam cerita (rising

action).

d. Catasthrope atau Denounment atau Keputusan

Merupakan penutupan/penyelesaian. Dalam tahap ini konflik

mereda atau menurun. Tokoh-tokoh yang memanaskan situasi atau

meruncigkan konflik telah mati atau menemukan jalan pemecahan.

Kemudian akan berhenti pada klimaks yang menandai berakhirnya sebuah

ketegangan dalam cerita. Seperti halnya adegan tancep kayon dalam

wayang kulit. Dalam tahap ini, ada ulasan pendapat terhadap seluruh kisah

lakon itu.

3. Penokohan

Penokohan adalah bagaimana cara pengarang mengemukakan dan

mengembangkan watak tokoh-tokoh dalam sebuah cerita (Esten, 1991:27).

Penokohan erat hubungannya dengan perwatakan. Susunan tokoh adalah

daftar tokoh-tokoh yang berperan dalam drama tersebut. Dalam susunan

tokoh, yang dijelaskan terlebih dahulu adalah nama, umur, jenis kelamin,

tipe fisik, jabatan dan keadaan jiwanya. Penulis lakon sudah

menggambarkan perwatakan tokoh-tokohnya (Waluyo, 2006: 14-15).

Beberapa jenis pelaku atau aktor berdasarkan peranannya dalam

cerita yang biasa dipergunakan dalam drama diantaranya adalah :

a. Tokoh Antagonis, tokoh penentang arus cerita.

b. Tokoh Protagonis, tokoh yang mendukung cerita.

c. Tokoh Thragonis, tokoh pembantu baik tokoh antagonis maupun untuk


commit to user
tokoh protagonis.
perpustakaan.uns.ac.id 20
digilib.uns.ac.id

Ada juga klasifikasi tokoh berdasarkan peranannya dalam lakon

serta funginya, maka terdapat tokoh-tokoh seperti berikut :

a. Tokoh sentral, yaitu tokoh-tokoh yang paling menentukan gerak lakon.

b. Tokoh utama, yaitu tokoh pendukung atau penantang tokoh sentral.

Tokoh pembantu, yaitu tokoh-tokoh yang memegang peran

pelengkap atau tambahan dalam mata rantai cerita (Herman J Waluyo,

2006 :16).

Berdasarkan pendapat Harymawan bahwa character bisa juga

disebut tokoh adalah bahan yang paling aktif menjadi penggerak jalan

cerita. Character disini adalah tokoh yang hidup, bukan mati, dia adalah

boneka di tangan kita karena character ini berpribadi, berwatak, dia

memiliki sifat-sifat karakteristik yang tiga dimensional. Tiga dimensi

tersebut adalah dimensi fisiologis, sosiologis dan psikologis. Keadaan fisik

biasanya dilukiskan paling dulu, baru sosialnya (Harymawan, 1993: 25).

C. Pendekatan Sosiologi Sastra

Sosiologi merupakan ilmu sosial yang objeknya adalah masyarakat.

Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang beridir sendiri karena telah

memenuhi segenap unsur-unsur ilmu pengetahuan .

Sosiologi sastra merupakan salah satu pendekatan sastra yang

mengkhususkan diri dalam menelaah karya sastra dengan

memepertimbangkan segi-segi sosial kemasyarakatan (Damono, 1984: 8).

Sosiologi sastra dianggap sebagai cermin kehidupan masyarakat pada

commit
jamannya, karena cenderung to user keadaan masyaraktnya.dalam
memantulkan
perpustakaan.uns.ac.id 21
digilib.uns.ac.id

kaitannya dengan hal itu, Jameson (dalam Endraswara, 2011:90) menyatakan

bahwa setiap teks sastra mengandung resonansi sosial, historis dan politik.

Penelitian sastra biasanya juga menjurus ke masalah kekuasaan, karena

kekuasaan adalah salah satu bagian dari kehidupan masyarakat yang juga

melibatkan adanya konflik-konflik didalamnya.

Warren dan Wellek membagi telaah sosiologi menjadi tiga klasifikasi,

sebagai berikut:

a. Sosiologi pengarang, yang memasalahkan status sosial, ideology sosial dan

lain-lain yang menyangkut pengarang sebagai penghasil sastra.

b. Sosiologi karya sastra, memasalahkan karya sastra itu sendiri dan yang

menjadi pokok masalah adalah apa yang tersirat dalam karya sastra serta

apa yang menjadi tujuannya.

c. Sosiologi sastra, memasalahkan pembaca dan pengaruh sosial kasrya

sastra (Damono, 1984: 3).

Klasifikasi tersebut tidak jauh berbeda dengan bagan yang dibuat oleh

Ian Watt (dalam Faruk, 2010: 4) dengan melihat hubungan timbale balik

antara sastrawan, sastra, dan masyarakat. Telaah suatu karya sastra menurut

Ian Watt mencakup tiga hal, yaitu:

a. Konteks sosial pengarang, yakni yang menyangkut posisi sosial sastrawan

dalam masyarakat pembaca, termasuk di dalamnya faktor-faktor sosial

yang bisa mempengaruhi isi karya sastranya.

b. Sastra sebagai cermin masyarakat, yang ditelaah adalah sampai sejauh

commit
mana sastra dianggap sebagai to user keadaan masyarakat.
pencerminan
perpustakaan.uns.ac.id 22
digilib.uns.ac.id

c. Fungsi sosial sastra, dalam hal ini ditelaah sampai seberapa jauh nilai

sastra berkaitan dengan nilai sosial, dan sampai seberapa jauh pula sastra

dapat berfungsi sebagai alat penghibur, sekaligus sebagai pendidikan

masyarakat bagi pembacanya.

Dari teori-teori yang telah dipaparkan dapat diambil kesimpulan

bahwa sastra tidak hanya sebagai cerminan masyarakat, tetapi pengarang juga

dapat menyampaikan problem kehidupan dimana pengarang terdapat di

dalamnya. Masyarakat sangat menentukan nilai sebuah karya sastra yang

hidup di suatu masa, dan pengarang masuk ke dalam anggota masyarkat

tersebut. Bahkan karya sastra menerima pengaruh dari masyarakat dan juga

berpengaruh terhadap masyarakat.

D. Pengertian Konflik

Menurut kamus besar bahasa Indonesia konflik adalah percekcokkan,

perselisihan, pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama (KBBI, 2007:

587). Konflik berasal dari kata kerja bahasa latin yaitu configure yang berarti

saling memukul. Secara Sosiologis konflik diartikan sebagai proses sosial

antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok, dimana salah satu pihak

berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkan atau membuatnya

tidak berdaya. Jika dilihat definisi secara sosiologis, konflik senantiasa ada

dalam kehidupan masyarakat sehingga konflik tidak dapat dihilangkan tetapi

hanya dapat diminimalkan.

Menurut pendapat Webster istilah conflic yang dalam bahasa aslinya

berarti suatu perkelahian, peperangan atau perjuangan yaitu berupa


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 23
digilib.uns.ac.id

konfrontasi fisik antara beberapa pihak. Jadi konflik berarti persepsi

mengenai perbedaan kepentingan atau suatu kepercayaan bahwa aspirasi

pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat terjadi pada berbagai macam

keadaan dan berbagai tingkat kompleksitas (Pruitt dan Rubin, 2004: 9-10).

Konflik terjadi karena adanya sebab dan bentuk-bentuk konflik yang

menyebabkan konflik satu denngan konflik lain, yang diungkapkan sebagai

berikut:

a. Penyebab terjadinya konflik

Kekerasan atau konflik yang terjadi dimasyarakat salalu dipahami

sebagai sesuatu yang disebabkan oleh faktor kesenjangan sosial budaya,

dominasi politik dan kepentingan distribusi ekonomi. Konflik dipandang

sebagai sesuatu yang secara makrososial disebabkan karena struktur dalam

masyarakat yang gagal menangani berbagai bidang kehidupan tersebut.

Implikasinya adalah konflik dipandang sebagai sesuatu yang dapat diakhiri

bila persoalan sosial, ekonomi politik dan budaya yang dapat terjawab

(Ikhwan, 2004:118-119).

Konflik pada dasarnya bersifat merusak. Konflik muncul sebagai

respon tidak langsung terhadap struktur sosial baik karena adanya kontrol

sosial yang berlebihan sehingga menindas kebebasan individu yang kemudian

menjadi frustasi maupun karena tidak adanya kontrol sosial yang diperlukan,

sehingga mendatangkan kekacauan. Konflik merupakan peristiwa-peristiwa

signifikan dan pantas menjadi berita dalam kehidupoan manusia.

Konflik (conflict) adalah kegiatan yang tergolong penting, jadi ia


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 24
digilib.uns.ac.id

berupa peristiwa fungsional, utama atau kernel, merupakan unsur-unsur yang

esensial dalam pembangunan plot (Nurgiyantoro, 2000: 122). Pengembangan

plot sebuah karya naratif akan dipengaruhi untuk tidak dikatakan, ditentukan

oleh wujud dan isi konflik, bangunan konflik yang ditampilkan. Kemampuan

pengarang untuk memilih dan membangun konflik melalui berbagai peristiwa

baik aksi maupun kejadian akan sangat menentukan kadar kemenarikan,

suspense, dan cerita yang dihasilkan.Konflik mengarah pada sesuatu yang

bersifat tidak menyenangkan yang terjadi atau dialami oleh tokoh-tokoh

dalam cerita.

Konflik adalah sesuatu yang dramatik, mengacu pada pertarungan

antara dua kekuatan yang seimbang menyiratkan aksi balasan (Wellek dan

Werren, 1989:285). Konflik dengan demikian, dalam pandangan kehidupan

yang normal wajar dan actual artinya bukan dalam cerita atau drama

mengarah pada situasi negatif atau sesuatu yang tidak menyenangkan. Suatu

peristiwa dapan menimbulkan terjadinya konflik. Sebaliknya karena terjadi

konflik peristiwa dapat bermunculan. Jadi, penyebab-penyebab konflik

tersebut dapat disimpulkan bahwa konflik selalu bersifat merusak dan konflik

sendiri mendorong timbulnya berbagai macam konflik yang lain atau konflik

yang lebih lanjut, sehingga menyebabkan perubahan yang tidak dapat

dihindari, sehingga akan adanya konsekuensi merugikan maupun

menguntungkan yang dapat muncul dari terjadinya suatu konflik. Peristiwa

dan konflik berkaitan erat dan saling menyebabkan terjadinya satu dengan

yang lain. Konflik pada hakekatnya juga merupakan peristiwa.

Bentuk konflik dalamcommit


sebuah to userdapat berupa:
cerita
perpustakaan.uns.ac.id 25
digilib.uns.ac.id

a. Konflik fisik ataupun batin, yaitu yang terjadi dalam hati, jiwa seorang

tokoh.

b. Konflik terbuka, yaitu konflik yang terjadi dimana seorang tokoh dengan

sesuatu yang diluar dirinya dengan lingkungan alam dan lingkungan

manusia.

c. Konflik tertutup, yaitu konflik yang terjadi dalam diri snediri dan orang

yang terlibat dalam koflik, tanpa melibatkan banyak tokoh atau orang yang

mengetahui. Bentuk-bentuk konflik tersebut saling berkaitan dan saling

menyebabkan konflik yang satu dengan yang lain.

Adapun macam-macam strategi yang terjadi dalam konflik, antara

lain:

a. Contending (bertanding), yaitu mencoba menerapkan solusi yang

lebih disukai oleh salah satu pihak atas pihak lain.

b. Yieldind (mengalah), yaitu menurunkan aspirasi sendiri dan bersedia

menerima kurang dari yang sebetulnya diinginkan.

c. Problem solving (pemecahan masalah), yaitu mencari alternative

yang memuaskan aspirasi kedua belah pihak.

d. With Drawing (menarik diri), yaitu memilih meninggalkan situasi

konflik baik secara fisik maupun psikologis.

e. Inaction (diam), yaitu tidak melakukan apapun. (Pruitt dan Rubin,

2004:4-6).

Dalam pemahaman Georg Simmel (dalam Faruk, 2010:36), konflik


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 26
digilib.uns.ac.id

merupakan bentuk dasar interaksi yang memungkinkan interaksi terus

berlangsung dan masyarakat dapat dipertahankan. Yang mengancam

kebersamaan menurutnya bukanlah konflik, melainkan ketidakterlibatan yang

membuat interaksi sosial terhenti sepenuhnya. Simmel berpendapat bahwa

ada beberapa bentuk dan kemungkinan arah penyelesaian konflik, yaitu

penghapusan dasar konflik, kemenangan satu pihak di atas penerimaan

kekalahan pihak lain, kompromi, perdamaian, atau bahkan ketidakmampuan

untuk berdamai.

Berdasarkan pada uraian diatas bahwa penyebab terjadinya konflik

yang ada pada Naskah Ketoprak "Kyai Kala Gumarang" ini adalah Kerajaan

Mataram dibawah kepemimpinan Panembahan Senopati yang ingin merebut

kekuasaan Kerajaan Madiun yang pada saat itu dipimpin oleh Adipati Madiun

yaitu Rangga Jumena (putra bungsu Sultan Trenggana).

E. Pengertian Kekuasaan

Menurut Max Weber (dalam Budiardjo, 2002:17) kekuasaan adalah

kemampuan untuk, dalam suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan

sendiri sekalipun mengalami perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini.

Dalam hal ini Max Weber mengartikan kekuasaan itu adalah sebuah

kemampuan untuk membuat orang lain mau menerima dan melakukan apa

yang menjadi kemauan kita walau mungkin hal tersebut tidak disetujui,

bahkan ditentang.

Menurut Bertrand Russell (terjemahan Hasan Basari, 1988:21),

Kekuasaan dapat didefenisikan sebagai hasil pengaruh yang diinginkan.


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 27
digilib.uns.ac.id

Setiap bentuk kekuasaan itu akan ada yang lebih mendominasi, walau

mungkin tak dapat dikatakan bahwa salah satu dari yang berkompetisi lebih

berkuasa, namun secara kasar atau penglihatan dasar, akan ada salah satu

memiliki kekuasaan yang lebih banyak. Untuk pengertian kekuasaan ada

pengertian yang memandang kekuasaan itu dari segi positif,. Kekuasaan

adalah kemampuan untuk menjamin terlaksananya kewajiban-kewajiban yang

mengikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam suatu sistem organisasi kolektif.

Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan

wewenang kepada pemimpin guna mempengaruhi dan menggerakkan

bawahan untuk berbuat sesuatu. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan,

keutamaan , sehingga orang mampu “mbawani” atau mengatur orang lain,

sehingga orang tersebut patuh pada pemimpin, dan bersedia melakukan

perbuatan-perbuatan tertentu (Kartono, 2005:36).

Kekuasaan adalah kesempatan seseorang atau sekelompok orang

untuk menyadarkan masyarakat akan kemauan- kemauannya sendiri dengan

sekaligus menerapkannya terhadap tindakan-tinakan perlawanan dari orang-

orang atau golongan-golongan tertentu. Menurut Lewin (dalam Sunarto,

2004:26) Kekuasaan adalah kemampuan potensial dari seseorang/kelompok

orang untuk mempengaruhi yang lain dalam sistem yang ada. Ada dua

konsepsi berbeda tentang kekuasaan yang dianut dalam bahasa awam, yaitu:

a. Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi individu-individu

lain.

b. Kekuasaan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi pembuatan


commit to user
perpustakaan.uns.ac.id 28
digilib.uns.ac.id

keputusan kolektif.

Kita sering mengatakan bahwa seseorang memiliki kekuasaan atas orang lain,

yang berarti bahwa orang pertama dapat membuat orang kedua bertindak

menurut apa yang diinginkan oleh orang pertama,dan orang kedua bertindak

menurut apa yang diinginkan oleh orang pertama,dan orang kedua tidak bisa

memilih tindakan lain.

R.A. Schermerhorn dalam Soerjono Soekanto (1987:2) menjelaskan

mengenai hubungan kekuasaan dalam masyarakat. Ia mengatakan adanya

hubungan simetris dan asimetris dalam suatu masyarakat. Hubungan simetris

dicontohkan dalam hubungan persahabatan, misalnya, gagasan kekuasaan

jarang timbul. Hubungan antara dua orang teman mencakup nilai-nilai

persahabatan, saling tolong-menolong, saling mengalah sehingga masing-

masing membicarakan dirinya untuk mengidentikkan dirinya. Adapun

hubungan asimetris (R.A.. Schermmerhorn dalam Soerjono Soekanto,

1987:3-5), yakni proses pengaruh mempengaruhi yang tidak setara atau

timpang. Salah satu bentuk hubungan asimetris dilandasi pada daya tarik dari

satu pihak yang mempunyai kualitas tertentu terhadap pihak lain. Bentuk

kedua, hubungan asimetris terjadi melalui tekanan dari atas dan kepatuhan

dari bawah.

commit to user

Anda mungkin juga menyukai