Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kata ‘Drama’ berasal dari kata Greek (Bahasa Yunani) ‘Dralen’ yang diturunkan dari kata
‘Draomai’ yang semula berarti berbuat, bertindak, dan beraksi (to do, to act). Dalam perkembangan
selanjutnya, kata ‘Drama’ mengandung arti kejadian, risalah, dan karangan.
Drama adalah sebuah genre sastra yang menampilkan dialog atau cakapan diantara tokoh-
tokoh yang ada. Selain itu, lazimnya sebuah karya drama juga memperlihatkan adanya semacam
petunjuk penanggungan yang akan memberikan gambaran tentang suasana, lokasi, atau apa yang
dilakukan oleh tokoh. Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan
acara televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah
opera. Drama merupakan jenis karya sastra yang kompleks, karena dalam setiap pementasan drama
disuguhkan berbagai jenis keterampilan dan implementasi sebuah makna kehidupan manusia.

B. Rumusan Masalah

1) Apa itu Drama?


2) Apa itu Bentuk Drama?
3) Apa Definisi Pendekatan Objektif?
4) Bagaimana langkah kerja Pendekatan Objektif/
5) Bagaimana analisis Pendekatan Objektif dari naskah drama “Hamlet” karya William Shakespeare?

C. Tujuan Penulisan

1) Dapat mengetahui Pengertian Drama


2) Dapat mengetahui Bentuk Drama
3) Dapat mengetahui definisi dari pendekatan objektif
4) Dapat mengetahui langkah kerja pendekatan objektif
5) Dapat mengetahui bagaimana analisis pendekatan objektif dari naskah drama Hamlet karya
William Shapespeare
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Kata Drama berasal dari Bahasa Yunani yang berarti ‘Action’ dalam Bahasa Inggris, dan
gerak dalam Bahasa Indonesia dapat diartikan drama sebagai bentuk seni action, percakapan, atau
dialog. Menurut Ferdinand Brunetiere dan Verhagen, Drama adalah kesenian yang melukiskan sifat
dan sikap manusia, dan harus melahirkan kehendak manusia dengan action dan perilaku. Sedangkan
menurut Moulton, Drama adalah kehidupan yang dilukiskan dengan gerak, Drama menyaksikan
kehidupan manusia yang diekspresikan secara langsung.
Drama dapat didefinisikan sebagai berikut:
a) Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari Bahasa Yunani “Draomai” yang berarti
berbuat, berlaku, bertindak, dan sebagainya.
b) Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak.
c) Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok Drama.

B. Bentuk Drama

a. Drama Tradisoinal
Drama Tradisional hidup dalam berbagai daerah sebagai salah satu bentuk kebudayaan daerah. Drama
sering disebut dengan “Teater Rakyat” karena lahir dari kreativitas turun temurun kelompok
masyarakat tertentu. Drama tradisional melakonkan yang bersifat local, digali dari kehidupan
masyarakat setempat dari bahan cerita sejarah klasik. Ciri-ciri Drama Tradisional adalah:

1. Tidak memakai naskah karena mayoritas pelaku atau pemeran telah hafal dengan cerita.
2. Lebih mengutamakan jalan cerita, dialog seluruhnya diserahkan kepada kreativitas pemain.
3. Geral-gerik cenderung berupa tarian.
4. Cerita bersumber dari cerita rakyat atau cerita asing yang klasik.
5. Tata rias dan Busana bersifat spesifik
6. Music yang dipakai adalah musik tradisonal atau musik lokal.

b. Drama Modern
Drama modern merupakan perkembangan Drama selanjutnya yang mulai memakai naskah. Ciri-ciri
Drama Modern yaitu sebagai berikut:
1. Memakai naskah, dialog-dialog para pelaku telah diatur sepenuhnya dalam naskah drama.
2. Di samping jalan cerita, Drama Modern amat mementingkan unsur literatur.
3. Cerita bersumber dari kehidupan manusia.
4. Gerak-gerik dari tiruan manusia
5. Tata rias dan Busana berfungsi memperjelas watak sang tokoh.
6. Menggunakan musik modern.

Dalam makalah ini, Penulis menggunakan pendekatan objektif sebagai pendekatan dalam
menganalisis Hamlet. Pendekatan Objektif merupakan sebuah pendekatan yang menekankan karya
sastra sebagai struktur yang sedikit banyak bersifat otonom, pendekatan ini mencoba untuk
memaparkan suatu karya sastra secara structural. Dalam Makalah ini, Penulis mencoba menganalisis
drama Hamlet sebagai suatu karya yang mempunyai otonomi penuh. Oleh karena itu, Penulis tidak
mengaitkan karya dengan lingkungannya, seperti Pengarang dan Pembacanya. Penulis hanya
membahas sistem formalnya yang membangun keutuhan karya, seperti alur, latar, tokoh, dan
penokohan, tema, dan amanat.

C. Pendekatan Objektif
Pendekatan Objektif merupakan suatu pendekatan yang hanya menyelidiki karya sastra itu tersendiri
tanpa menghubungkan hal-hal di luar karya sastra.
Hakikat karya sastra adalah perpaduan antara hasil imajinasi seorang sastrawan dengan kehidupan
secara faktual. Hasil rekaan manusia itu lebih tinggi nilainya dari kenyataan, karena sastrawan tidak
begitu saja meniru atau meneladani kenyataan. Oleh karena itu, dalam memahami karya sastra
hendaknya pembaca mengenal berbagai macam teori, yang salah satunya berupa teori objektif yang
akan kita bahas di bawah ini:

1. Ciri-ciri yang terdapat didalam teori objektif adalah: Teori OBjektif memandang Karya Sastra
sebagai sesuatu yang berdiri sendiri. Menghubungkan konsep-konsep kebahasaan (linguistik)
dalam mengkaji suatu karya sastra.
2. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang
berlaku.
3. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut
berdasarkan keharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya.
4. Struktur tidak hanya hadir melalui kata dan Bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan
unsur-unsur pembentuknya, seperti tema, plot, karakter, setting, point of view.
5. Untuk mengetahui keseluruhan makna dalam karya sastra, maka unsur-unsur pementukannya
harus dihubungkan satu sama lain.

Pendekatan Objektif dengan demikian memusatkan perhatian semata-mata pada unsur, yang dikenal
dengan analisis intrinsik. Konsekuensi logis yang ditimbulkan adalah mengabaikan bahkan menolak
segala unsur ekstrinsi, seperti aspek historis, sosiologis, politis, dan unsur-unsur sosiokultural lainnya,
termasuk biografi. Oleh karena itulah, Pendekatan Objektif disebut juga sebagai analisis otonomi,
analisis ergocentric, pembacaan mikroskopi. Pemahaman dipusatkan pada analisis terhadap unsur-
unsur dalam dengan mempertimbangkan keterjalinan antara unsur di satu pihak, dan unsur-unsur
dengan totalitas di pihak yang lain. Masuknya Pendekatan Objektif ke Indonesia sekitar tahun 1960-
an, yaitu dengan diperkenalkannya teori strukturalisme, memberikan hasil-hasil yang baru sekaligus
maksimal dalam rangka memahami karya sastra. Pendekatan Objektif di aplikasikan kedalam
berbagai bidang ilmu dan dunia kehidupan manusia, termasuk mode pakaian dan menu makanan.
Pendekatan yang dimaksudkan jelas membawa manusia pada penemuan-penemuan baru, yang
gilirannya akan memberikan masukan terhadap perkembangan strukturalisme itu sendiri.

Dengan adanya penolakan terhadap unsur-unsur yang berada diluarnya, maka masalah mendasar yang
harus dipecahkan dalam pendekatan objektif harus dicari dalam karya tersebut, seperti citra Bahasa,
stilistika, dan aspek-aspek lain yang berfungsi untuk menimbulkan kualitas estetis. Dalam fiksi,
misalnya: Yang dicari adalah unsur-unsur lot, tokoh, latar, kejadian, sudut pandang, dan sebagainya.
Melalui pendekatan objektif, unsur-unsur intrinsik karya akan dieksploitasi semaksimal mungkin.

Penilaian Objektif berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak dengan pendapat pribadi
(subjektif). Kriteria utama dalam memberikan penilaian secara objektif itu, menurut Graham Hough
dan Wellek Werren adalah pada adanya:

1. Relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni, imajinasi, maupun
rekaan yang keseluruhannya memiliki kesatuan yang utuh, selaras serta pada dalam
pencapaian tujuan tertentu atau memiliki integritas, harmoni, dan kesatuan.
2. Daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat tekstur serta penataan unsur-
unsur kebahasaan maupun struktur verbalnya atau pada adanya consonantia dan klantas.

D. Langkah kerja

1) Prinsip Umum Pendekatan Objektif


a. Penganalisisan hanya bertumpuk pada teks drama semata dan lepas dari unsur-unsur luar
yang mempunyai andil penciptaan sebelumnya.
b. Karya Fiksi dibangun oleh beberapa unsur, seperti gaya, bahasa, sudut pandang, alur
penokohan, dan latar.
c. Penganalisisan Drama sebagai genre sastra adalah dengan membongkar unsur, sub unsur
yang sekecil-kecilnya untuk disusun kembali logika rasional.
d. Keseluruhan dan kebutuhan drama dipreteli menjadi unsur-unsur tetapi tidak dibiarkan
terpisah dan terlepas.
e. Antar unsur makna bahasa dengan unsure penunjang struktur bahasa, tidak
dapt dilihat sebagai unsur-unsuir yang berdiri sendiri.
f. Penginterprestasian dilakukan bertahap-tahap sesuai dengan hubungan unsur-unsur yang
sederajat dan setingkat.

2) Prinsip Terapan Pendekatan Objektif


a. Beberapa prinsip dalam telaah unsur penokohan drama adalah sebagai berikut:
Pemahaman tokoh atau gelar salah satu bagian yang perlu dijadikan dasar untuk
memahami penokohan dan perwatakan.
b. Penokohan tidak sama dengan perwatakan.
c. Jarang tokoh memerankan peran tunggal, dan pada umunya setiap tokoh mempunyai
beberapa peran yang sangat bergantung pada interaksi social yang dilakukannya.
d. Setiap peran membawa misi permasalahan dan konflik drama.
e. Setiap peran selalu hadir berpasangan dengan peran lain dalam membentuk suatu
permasalahan.
f. Setiap tokoh dapat dibedakan atas tiga keadaan, yaitu keadaan fisik, psikis, dan social.
g. Antara keadaan fisik, psikis, dan social, haruslah terdapat keserasian dan saling
menunjang dalam membangun permasalahan dan konflik.

Unsur penokohan tidak berdiri sendiri, tetapi ia saling berhubungan dengan unsur lain, motif, latar,
ruang dengan memanfaaatkan kelebihan dan kekurangan baahasa tulisan sebagai medium teks drama.
Perbedaan watak tokoh akibat tuntutan peran tokoh yang beberapa prinsip dalam penganalisisan latar
dan ruang drama adalah sebagai berikut:
1. Latar mencakup informasi tentang suasana, tempat, dan waktu.
2. Fungsi latar adalah memperjelas unsur penokohan dan alur.
3. Pelukisan latar dan ruang dalam drama dapat saja sama dengan realitas objektif.
4. Latar dan ruang drama dapat berbentuk abstrak.
5. Unsur latar dan ruang terkait langsung dengan unsur penokohan, peristiwa, dan motif juga
cenderung bersiffat abstrak.

E. Sinopsis Naskah Drama


Hamlet adalah seorang pangeran di negara Denmark. Ayahnya baru meninggal dan pamannya
Claudius naik tahta. Selain itu pamannya juga menikahi ibu Hamlet, Gertrude. Hal ini membuat
Hamlet merasa sangat sedih. Pada saat yang sama, beberapa teman Hamlet melihat hantu yang
mengakui dirinya ayah Hamlet. Ketika Hamlet juga melihat hantu ini, ia disuruh untuk membalas
dendam karena Claudius telah membunuhnya, Hamlet pura-pura gila untuk menjebak Claudius.
Selain itu, Hamlet juga mengundang beberapa aktor untuk mementaskan cerita yang ia tulis sendiri.
Ceritanya adalah tentang seseorang yang membunuh raja dengan cara menuangkan racun di lubang
telinganya. Waktu cerita ini dipentaskan. Claudius menjadi merasa sangat bersalah dan pergi sebelum
pertunjukkan berakhir. Hamlet bertanya kepada Gertrude mengenai kematian ayahnya. Ketika
Gertrude tidak mau mengaku, Hamlet menjadi marah dan waktu melihat seseorang sedang
bersembunyi di belakang tirai ia menusuknya. Tak disangka ini adalah Polonius. penasehat Claudius
Polonius meninggal dan kedua anaknya Laertes dan Ophelia berkabung Ophelia sebenarnya telah
jatuh cinta pada Hamlet, namun karena hal ini ia menjadi gila dan tenggelam di sungai.

Setelah ini, Claudius mengirim Hamlet ke Inggris untuk belajar di sana, walaupun tujuan sebenarnya
adalah untuk mengusir Hamlet dari Denmark. Ia dan sahabat karibnya Horatio kemudian kabur dari
kapal yang membawanya ke Inggris dan kembali ke Denmark. Di sana Hamlet tidak sengaja melihat
prosesi pemakaman Ophelia dan karena sedihnya ia loncat masuk ke dalam liang kubur Ophelia.
Laertes yang melihat hal ini menjadi marah dan ingin membalas kematian ayahnya la pun menantang
Hamlet untuk duel pedang.

Sebelum duel, pedang Laertes telah diberi racun oleh Claudius. Selain itu anggur Hamlet pun diracun
Pada kedua putaran pertama, Hamlet menang melawan Laertes dan Gertrude meminum anggur
Hamlet untuk memberi semangat. Di putaran selanjutnya Hamlet terluka dengan pedang Laertes.
Namun ia kemudian bertukar pedang dan berhasil melukai Laertes juga. Sebelum mati karena racun,
Laertes mengaku telah bersekongkol dengan Claudius Hamlet pun membunuh Claudius. Akhirnya
baik Gertrude maupun Hamlet sendiri juga tewas karena racun yang sama.

F. Analisis Pendekatan Objektif

1. Tema
Seorang Raja yang meninggal dengan misterius, lalu sang istri menikah dengan saudaranya.
2. Latar
a) Latar waktu : Ratusan tahun yang lalu
b) Latar Tempat : Denmark

3. Alur

Alur drama ini adalah maju atau lincar yang berlangsung secara kontinyu dan memuncak.

4. Tokoh
Hamlet, Pangeran dari Denmark
Raja Claudius, paman Hamlet
Ratu Gertrude, ibu Hamlet
Horatio, teman Hamlet
Polonius, penasihat utama raja
Ophelia, putri Polonius
Laertes, putra Polonius
5. Amanat
Hendaknya kita tidak melakukan suatu perbuatan yang jahat dan curang sehingga merugikan
orang lain.
BAB 3
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hamlet adalah sandiwara tragedi karya William Shakespeare yang ditulis sekitar tahun 1599-
1601 Drama ini adalah salah satu tragedi Shakespeare yang terkenal Terjemahan ke dalam bahasa
Indonesianya berjudul Hamlet Pangeran Denmark dan dilakukan oleh Trisno Sumardjo. Tragedi ini
menceritakan tentang seorang raja yang meninggal dengan misterius, jandanya lalu menikah dengan
saudaranya. Arwah sang raja menghantui istana kerajaan. la ingin anaknya, Hamlet. untuk membalas
dendam. Pangeran Hamlet yang berjiwa sensitif bersumpah untuk membalas dendam dengan segala
cara yang akhirnya harus dibayar dengan mahal.
Setelah menganalisis Hamlet dengan pendekatan objektif, penulis menemukan nahwa tema
drama ini adalah Seorang Raja yang meninggal dengan misterius, lalu jandanya menikah dengan
saudaranya. Alur drama ini adalah alur maju atau linear yang berlangsung secara kontinyu dan
memuncak. Amanat Hamlet adalah kita harus dapat menghargai orang lain, kesetiaan.

B. Saran
Di dalam menyusun makalah ini, penulis tentu masih banyak kekurangan. Dan. penulis
berharap pembaca dapat mengambil sesuatu yang positif dan bermanfaat dari pembahasan naskah
drama berjudul "Hamlet" ini. Untuk itu dibutuhkan saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca maupun peneliti yang lain. Untuk kedepannya, diharapkan muncul peneliti lain yang dapat
menganalisis naskah ini dengan gaya dan pendekatan yang lebih mendalam dan mutakhir lagi.
Daftar Pustaka

Wellek, Rene. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: Gramedia

Satoto, socdiro, 2016. Analisis Drama dan Teater. Yogyakarta: Penerbit Ombak

http://warmayy.blogspot.co.id/2013/07/pendekatan-dalam-pengkajian-sastra-m-h.html

(diakses tanggal 1 Juni 2022)

http://andiriaseyo blogspot.co.id/2015/02/teori-abrams.html

(diakses tanggal 1 Juni 2022)

https://pdfcoffee.com/naskah-drama-humlet-pdf-free.html

(diakses tanggal 1 Juni 2022)

Anda mungkin juga menyukai