Anda di halaman 1dari 7

Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 11 Desember

2010

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT NANAS UNTUK PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN


PROSES FERMENTASI

Ganjar Andaka 1
1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta
Email: ganjar_andaka@yahoo.com

INTISARI
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan limbah kulit buah nanas (Ananas comosus L. Merr) yang telah
diolah menjadi larutan sari kulit buah nanas sebagai bahan baku pembuatan bioetanol dengan proses fermentasi.
Penelitian ini mempelajari pengaruh jumlah ragi (yeast) dan lama proses fermentasi terhadap persentase yield
etanol. Ragi (yeast) yang digunakan dalam proses fermentasi adalah Saccharomyces cerevisiae. Hasil dari
fermentasi kemudian didistilasi untuk mendapatkan etanol, setelah itu menganalisis konsentrasi etanol dan
menentukan persentase yield etanol. Dari hasil penelitian pembuatan etanol dengan proses fermentasi larutan sari
kulit buah nanas diperoleh konsentrasi ragi yang optimum tercapai pada 0,015 g/mL dengan yield etanol yang
diperoleh sebesar 35,37%, sedangkan lama fermentasi yang optimum tercapai selama 6 hari dengan yield etanol
yang diperoleh sebesar 35,21%.

Kata kunci: fermentasi, kulit nanas, gula, bioetanol.

PENDAHULUAN
Produk minyak bumi dunia pada masa yang akan datang diperkirakan mengalami penurunan. Padahal
sumber energi di dunia sampai saat ini sangat bergantung terhadap sumber energi dari minyak bumi (fosil). Hai
itulah yang mendorong penelitian dan pengembangan sumber energi alternatif dari sumber yang dapat
diperbaharui. Etanol merupakan sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang baik sebagai pengganti
bahan bakar fosil, dengan bahan baku yang dapat diperbaharui, ramah lingkungan, serta sangat menguntungkan
secara ekonomi makro terhadap komunitas pedesaan terutama petani. Alkohol dapat dibuat sebagai bahan bakar
cair secara langsung maupun dicampur dengan bahan bakar fosil berupa gasohol. Etanol menjadi pilihan utama
dunia karena senyawa ini dapat terus menerus diproduksi baik secara fermentasi maupun sintesis kimiawi
(Koesoemadinata, 2001).
Buah nanas (Ananas comosus L. Merr) merupakan salah satu jenis buah yang terdapat di Indonesia, dan
mempunyai penyebaran yang merata. Selain dikonsumsi sebagai buah segar, nanas juga banyak digunakan
sebagai bahan baku industri pertanian. Dari berbagai macam pengolahan nanas seperti selai, manisan, sirup, dan
lain-lain maka akan didapatkan kulit yang cukup banyak sebagai hasil sampingnya.
Berdasarkan kandungan nutrisinya, ternyata kulit nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup
tinggi. Menurut Wijana dkk (1991), kulit nanas mengandung 20,87% serat kasar; 17,53% karbohidrat; 4,41%
protein, 13,65% gula reduksi, dan sisanya adalah air. Mengingat kandungan karbohidrat dan gula yang cukup
tinggi tersebut maka kulit nanas memungkinkan untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku peembuatan etanol
melalui proses fermentasi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan etanol dari sari kulit nanas dengan
cara fermentasi sehingga dapat diketahui kondisi proses yang optimal. Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi
perkembangan industri kimia, khususnya etanol, dimana pembuatan etanol dari kulit nanas dapat digunakan
sebagai salah satu cara bagi pemenuhan kebutuhan etanol di kemudian hari. Adapun manfaat lain yang dapat
diperoleh dari penelitian ini antara lain:
1. Memanfaatkan kulit nanas menjadi bahan yang lebih berguna, sehingga mempunyai nilai jual yang
lebih tinggi.
2. Menjadikan salah satu bahan dasar alternatif untuk pembuatan etanol.
3. Menerapkan teknologi tepat guna (TTG) pada pemanfaatan kulit nanas.
4. Mengetahui kondisi operasi untuk memberikan hasil yang optimum.
Nanas merupakan salah satu jenis buah-buahan yang banyak dihasilkan di Indonesia. Dari data statistik, produksi
nanas untuk tahun 1997 adalah sebesar 542.856 ton dengan nilai konsumsi 16,31 kg/kapita/tahun (Wijana dkk.,
2001). Dengan semakin meningkatnya produksi nanas maka limbah yang dihasilkan akan semakin meningkat
pula.
Limbah nanas berupa kulit, ati/bonggol buah, atau cairan buah/gula dapat diolah menjadi produk lain
seperti sari buah atau sirup. Secara ekonomi kulit nanas masih bermanfaat untuk diolah menjadi pupuk dan
pakan ternak. Komposisi limbah kulit nanas dapat di lihat pada Tabel 1.
Alkohol sering dipakai untuk menyebut etanol, kadang juga digunakan untuk menyebut minuman yang
mengandung alkohol. Hal ini karena etanol digunakan sebagai bahan dasar pada minuman tersebut, bukan
metanol, atau grup alkohol lainnya. Begitu juga dengan alkohol yang digunakan dalam dunia farmasi, alkohol

A-207
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 11 Desember
2010

yang dimaksudkan adalah etanol. Sebenarnya alkohol dalam ilmu kimia memiliki pengertian yang lebih luas
lagi.
Tabel 1. Hasil analisis proksimat limbah kulit nanas berdasarkan berat basah
Komposisi Rata-rata Berat Basah, %
Air 86,70
Protein 0,69
Lemak 0,02
Abu 0,48
Serat basah 1,66
Karbohidrat 10,54
Sumber: Wijana dkk. (1991).

Dalam kimia, alkohol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus
hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia sendiri terikat pada atom hidrogen atau atom karbon lain.
Dua alkohol paling sederhana adalah metanol dan etanol (nama umumnya metil alkohol dan etil alkohol). Etanol
dapat dibuat dari fermentasi buah atau gandum dengan ragi (http://id.wikipedia.org/ iki/alkohol). Etanol atau etil
alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol, merupakan senyawa organik dengan rumus kimia
C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar,
mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer.
Sifat fisika dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi yang dapat terjadi pada etanol
antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi (Rizani, 2000). Sifat-sifat fisik etanol dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Sifat fisika etanol
Massa molekul relatif : 46,07 g/mol
Titik beku : -114,1°C
Titik didih normal : 78,32°C
Dentitas pada 20°C : 0,7893 g/mL
Kelarutan dalam air 20°C : sangat larut
Viskositas pada 20°C : 1,17 cP
Kalor spesifik, 20°C : 0,579 cal/g°C
Kalor pembakaran, 25°C : 7092,1 cal/g
Kalor penguapan 78,32°C : 200,6 cal/g
Sumber: Rizani (2000)

Etanol atau alkohol dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, antara lain: bahan baku industri atau
senyawa kimia, misalnya industri minuman beralkohol, industri asam asetat dan asetaldehid; pelarut dalam
industri, misalnya industri farmasi, kosmetika dan plastik; bahan desinfektan, misalnya peralatan kedokteran,
rumah tangga dan peralatan di rumah sakit; dan bioetanol sebagai energi altarnatif untuk kendaraan bermotor.
Persyaratan bahan dasar pembuatan etanol di antaranya adalah: 1) mengandung sukrosa (succrose),
umumnya dipakai molasse (tetes) dari gula tebu, 2) mengandung pati (amylum) dan juga dapat berasal dari padi
padian atau tumbuh-tumbuhan, dan 3) dapat berasal dari gas hidrokarbon dan juga dari bahan yang mengandung
selulosa (cellulose) serta bahan-bahan sisa dari hasil pertanian.
Reaksi kimia pembentukan etanol dari sukrosa dengan cara fermentasi sebagai berikut:
O
C12H22O11 + H2 C6H12O6 + C6H12O6
OH
C6H12O6 2 C2H5 + 2 CO2
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol adalah proses fermentasi mikroorganisme
dan media yang digunakan (Oetoyo, 1984). Fermentasi adalah perubahan suatu bahan ke bahan lain dengan
pertolongan mikroorganisme. Mikroorganisme ini berupa tumbuhan yang tidak mempunyai chlorophyl, yaitu
bakteri yeast dan mold. Mikroorganisme ini memakan bahan organik, oleh karena itu makanan merupakan faktor
yang penting dalam proses fermentasi dan karena perubahan suatu zat tertentu (nutrisi), maka mikroorganisme
dapat tumbuh dan berkembang biak dan mengubah bahan makanan itu menjadi bahan yang lain (Oetoyo, 1984).
Fermentasi juga merupakan suatu reaksi oksidasi atau reaksi dalam sistem biologi yang menghasilkan energi di
mana donor dan aseptor adalah senyawa organik. Senyawa organik yang biasa digunakan adalah zat gula.
Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi senyawa lain (Fardiaz, 1984).
Yeast adalah mikroorganisme dari golongan Blastomycetes. Selanjutnya dalam Thalophyta dimasukan
ke dalam golongan Eumycetes. Golongan ini kebanyakan adalah Unicellulair dan hanya dapat dilihat bentuknya
dengan mikroskop. Di alam, yeast banyak terdapat pada permukaan tanah, dalam debu, dalam buah-buahan, dan
pada daun dari tanaman. Penyebaran dilakukan oleh angin, lebah, kupu-kupu, dan sebagainya (Oetoyo, 1984).
Blastomycetes dibedakan menjadi 2 golongan:
A-208
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 11 Desember
2010

1. Blastomycetes yang membentuk Spora/sporogenus yaitu yeast sejati yang termasuk famili
endomycetes/saccharomysetaceae.
2. Blastomycetes yang tak membentuk Spora/asporogenus yaitu termasuk familli Rhodoturulaceae,
Torulopsidaceae, dan Nectaromyceae.
Yeast dan bakteri adalah suatu tumbuhan bersel satu (unicellulair) dan berukuran sangat kecil. Yeast
berbentuk oval dengan diameter 0,004 − 0,01 nm, sedang bakteri lebih kecil lagi dan berbentuk batang. Mold
berupa benang yang multicelluair dan umumnya berkembang-biak dengan spora. Mikroorganisme banyak yang
berguna bagi manusia, tetapi juga ada yang membahayakan (Oetoyo, 1984). Yeast dikenal kurang lebih 17 genus
dan sejumlah species yang dibedakan atas strain-strain. Yeast dapat tumbuh baik dalam larutan yang
mengandung gula dan makanan-makanan lain yang dibutuhkan. Dalam suatu media yeast akan mengadakan
pembelahan sel dan terlihat pembentukan budding yang karakteristik. Oleh pengadukan maka yeast yang
menggerombol pecah dan mengendap di dasar. Jika didiamkan maka akan membentuk lapisan yang agak luas di
permukaan. Kadang-kadang di permukaan akan ada bentuk rantaian/filament sel-sel yang menyerupai hife
(Oetoyo, 1984). Yeast dan bakteri lain pada kehidupannya memerlukan makanan untuk pertumbuhan dan
reproduksi. Jenis makanan tersebut seperti C, H, O, N, P, K, S, Ca, Fe, Mg. Senyawa organik juga diperlukan
untuk perkembangan pertumbuhan yeast (Oetoyo, 1984). Bakteri, yeast dan mold memerlukan keadaan tertentu
agar tetap dapat aktif. Kadar dari makanan mikroorganisme dapat berpengaruh dalam produk, juga pH dan suhu
(Oetoyo, 1984).
Penggunaan Saccharomyces cerevisiae dalam produksi etanol secara fermentasi telah banyak
dikembangkan di beberapa negara, seperti Brasil, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat (Elevri dan Putra, 2006).
Hal ini disebabkan karena Saccharomyces cerevisiae dapat memproduksi etanol dalam jumlah besar dan
mempunyai toleransi terhadap alkohol yang tinggi.
Syarat-syarat untuk memperoleh proses fermentasi yang baik adalah:
1. Mikroorganisme harus menghasilkan produk yang dikehendaki, harus cepat berkembang-biak dan dapat
mempertahankan sifat-sifat biologisnya yang uniform.
2. Bahan dasar (raw material) sebagai tempat hidup harus murah dan hasilnya harus berguna.
3. Fermentasi harus terjadi dengan cepat dan zat yang dihasilkan harus mudah dimurnikan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam proses fermentasi (Oetoyo, 1984):
1. Mikroorganisme, perlengkapan dan prosesnya itu sendiri.
2. Derajat keasaman (pH), suhu (maksimal 40°C), aerasi (pemberian udara), pengadukan dan kultur yang
murni.
3. Disamping makanan bahan organik, juga memerlukan zat-zat lain misalnya persulfat, ammonium
phosphate.
Dari reaksi kimia pembentukan etanol dari bahan baku sukrosa dengan cara fermentasi seperti tersebut
di atas, mula-mula sukrosa dihidrolisis menjadi glukosa dan fruktosa. Kemudian glukosa difermentasi dengan
bantuan yeast menghasilkan etanol dan CO2. Bila reaksi tersebut di atas dijumlahkan akan diperoleh reaksi:

O OH
C12H22O11 + H2 4 C2H5 + 4 CO2

Menurut Ibrahim (1985), bila 100 gram glukosa difermentasi, jumlah etanol dan CO2 yang terbentuk sekitar 90 –
95 gram. Sedangkan sisanya dimungkinkan adalah glukosa (dan fruktosa) yang tidak terfermentasi menjadi
etanol.
Untuk mengetahui persentase yield etanol dapat dihitung sebagai berikut (Nowak, 2000):
massa etanol produk
=⋅
Persentase yield etanol
100%
massa gula mula - mula

Persentase yield etanol dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jumlah ragi (yeast), lama proses
fermentasi, pH larutan, konsentrasi gula, suhu proses fermentasi dan sebagainya. Untuk mendapatkan etanol
hasil yang optimum maka harus memperhatikan faktor-faktor (variabel) tersebut (http://wikipedia.org).

Prosedur Penelitian
Bahan yang digunakan berupa kulit nanas yang sudah tua dan matang diperoleh dari Kecamatan Belik,
Pemalang, dan Pasar Demangan, Yogyakarta. Bahan yang lain adalah aquadest, ragi (yeast), asam sulfat (H2-
SO4), natrium hidroksida (NaOH), dan lak.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: erlenmeyer, labu angsa, gabus penutup, labu distilasi,
pendingin balik, kompor listrik, termometer, corong, statip, water batch, piknometer, blender, cawan, pengaduk,
oven, gelas beker, penyaring, krus. Alat utama pada penelitian ini adalah rangkaian alat proses fermentasi
(Gambar 1) dan rangkaian alat distilasi (Gambar 2).

A-209
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 11 Desember
2010

Gambar 1. Rangkaian alat proses fermentasi. Gambar 2. Rangkaian alat distilasi.

Kulit nanas yang sudah dibersihkan ditimbang 400 gram, lalu dipotong kecil-kecil dan dihaluskan atau
diblender dan ditambahkan aquades 800 mL. Hasil proses tersebut berupa bubur kulit nanas. Bubur tersebut lalu
dipanaskan 10 menit pada suhu 70°C. Setelah itu diperas dan disaring dengan kain saring untuk diambil sarinya.
Hasil sari kulit buah nanas dibuat menjadi larutan (induk), kemudian dianalisis kadar gulanya.
Variabel yang dipelajari dalam penelitian ini meliputi pengaruh lama fermentasi terhadap yield etanol
dan pengaruh konsentrasi ragi (yeast) terhadap yield etanol.
Sebanyak 200 mL sari kulit buah nanas ditambahkan ragi (yeast) dan asam sulfat hingga mencapai pH
antara 3 sampai 5. Campuran tersebut dituangkan ke erlenmeyer ditutup gabus dengan labu angsa, dan kemudian
dibiarkan sampai waktu yang diinginkan (misalkan 3 hari). Setelah terjadi fermentasi, kemudian dilakukan
penyaringan ulang dengan kain saring, dan didistilasi untuk mendapatkan etanolnya. Kemudian etanol diambil
sampelnya dan dianalisis densitasnya sehingga dapat diketahui kadar etanolnya yang disesuaikan dengan data
yang ada pada Perry & Green (1984).

PEMBAHASAN
Bahan baku pada penelitian ini adalah larutan dari sari kulit nanas. Setelah dianalisis, didapatkan kadar
gula pada larutan tersebut sebesar 4,1% dan pH larutan 4,2.
1. Pengaruh Konsentrasi Ragi terhadap Yield Etanol
Untuk memperoleh data pengaruh konsentrasi ragi terhadap yield etanol dalam penelitian ini dilakukan
dengan melakukan fermentasi dengan jumlah larutan 200 mL, kadar gula larutan 4,1%, lama fermentasi 6 hari,
pH larutan 4, dan suhu kamar 30oC (parameter tetap), sedangkan konsentrasi ragi divariasi dari 0,005 g/mL
sampai dengan 0,04 g/mL. Yield etanol adalah perbandingan antara berat etanol hasil fermentasi dengan berat
gula larutan mula-mula. Data yang diperoleh dari pengaruh konsentrasi ragi terhadap yield etanol dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3. Hubungan antara konsentrasi ragi dan yield etanol.
Konsentrasi ragi, g/mL Yield etanol, %
0,005 4,56
0,01 27,83
0,015 35,37
0,02 31,98
0,025 23,37
0,03 12,61
0,035 4,19
0,04 2,67

Dari data hasil penelitian pada Tabel 3 yang diperoleh, selanjutnya dibuat grafik hubungan antara konsentrasi
ragi dengan yield etanol. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.

A-210
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 11 Desember
2010
35
30
25
20
15
10
%
,
lo 5
n

a
t
0
e 0 0,01 0,02 0,03 0,04 0,05 Konsentrasi ragi,
dl g/mL
e

iY

40

Gambar 3. Grafik hubungan antara konsentrasi ragi terhadap yield etanol.

Dari data pada Tabel 3 dan grafik pada Gambar 3 yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kisaran
konsentrasi ragi antara 0,005 g/mL sampai dengan 0,015 g/mL didapat hasil etanol yang semakin meningkat
dengan bertambahnya konsentrasi ragi. Hal ini kemungkinan karena jumlah makanan dalam larutan masih
mencukupi kebutuhan ragi untuk konsentrasi tersebut. Sedangkan pada kisaran konsentrasi ragi di atas 0,015
g/mL terlihat bahwa jumlah etanol yang dihasilkan cenderung menurun. Hal ini kemungkinan disebabkan
makanan yang terdapat dalam larutan tidak mencukupi kebutuhan ragi pada konsentrasi lebih besar dari 1,5
g/mL, sehingga banyak ragi yang mati dan etanol yang dihasilkanpun semakin menurun. Dari grafik pada
Gambar 3 dapat dilihat bahwa konsentrasi ragi yang optimum diperoleh pada konsentrasi 0,015 g/mL dengan
yield etanol yang dihasilkan sebesar 35,37%. Menurut Oetoyo (1987), pertumbuhan ragi sangat dipengaruhi oleh
jumlah makanan yang ada dalam larutan yang difermentasi. Kecukupan makanan dalam larutan memberikan
pertumbuhan dan aktivitas kehidupan ragi yang diperlukan untuk fermentasi. Aktivitas dan pertumbuhan ragi
sangat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan. Semakin cukup makanan yang diperoleh ragi, maka
semakin banyak etanol yang dihasilkan.

2. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Yield Etanol


Untuk memperoleh data pengaruh lama proses fermentasi terhadap yield etanol yang dihasilkan
dilakukan dengan cara melakukan fermentasi menggunakan larutan sari kulit nanas sebanyak 200 mL, kadar gula
larutan 4,1%, pH larutan 4, banyaknya ragi 3 gram (atau konsentrasi ragi 0,015 g/mL), dan suhu kamar 30oC
(parameter tetap), sedangkan lama proses fermentasi divariasi dari 1 sampai dengan 7 hari. Data yang diperoleh
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Hubungan antara lama fermentasi dan yield etanol.
Lama fermentasi, hari Yield etanol, %
1 4,74
2 7,74
3 15,44
4 23,41
5 31,53
6 35,21
7 33,10
8 23,38
Dari hasil yang diperoleh, selanjutnya dibuat grafik hubungan antara lama fermentasi dengan yield
etanol. Grafik tersebut dapat dilihat pada Gambar 4. Dari data pada Tabel 4 dan grafik pada Gambar 4
menunjukkan bahwa lama fermentasi sangat mempengaruhi hasil etanol yang diperoleh. Semakin bertambahnya
lama proses fermentasi maka etanol yang dihasilkan juga semakin bertambah. Dari grafik hubungan antara lama
fermentasi dengan yield etanol terlihat bahwa pada kisaran lama fermentasi antara satu sampai enam hari didapat
kecanderungan yield etanol hasil yang meningkat. Hal ini disebabkan semakin lama waktu fermentasi semakin
banyak pula waktu yang dibutuhkan oleh ragi untuk mengurai gula menjadi etanol, sehingga etanol yang
dihasilkan semakin meningkat. Sedangkan pada lama fermentasi lebih dari 6 hari terjadi penurunan hasil etanol.
Hal ini dimungkinkan gula yang terdapat dalam larutan sebagian besar telah diurai menjadi etanol, sehingga
aktivitas ragi akan berkurang karena kekurangan gula sbagai makanan yang akan diurai menjadi etanol.
Penurunan hasil etanol setelah 6 hari juga dapat disebabkan oleh kontaminasi udara dalam larutan yang
difermentasi, sehingga etanol yang dihasilkan berubah menjadi asam asetat. Oleh karena itu jika lama fermentasi
ini ditambah lagi maka tidak akan menambah jumlah etanol hasil. Dari grafik pada Gambar 4 tersebut dapat
dilihat bahwa lama fermentasi yang optimum tercapai selama 6 hari dengan yield etanol yang diperoleh sebesar
35,21%.
A-211
Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST) Periode II ISSN: 1979-911X Yogyakarta, 11 Desember
2010
l

40
35
30
25
20
% 15
,

l 10
o

n 5
a

t
0
e

012345678 Lama fermentasi, hari


d

Gambar 4. Grafik hubungan antara lama fermentasi dengan yield etanol.

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Kulit nanas mengandung karbohidrat dan gula yang cukup tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai
salah satu bahan alternatif untuk pembuatan etanol dengan proses fermentasi.
2. Konsentrasi ragi yang dipakai untuk proses fermentasi berpengaruh terhadap jumlah etanol yang
dihasilkan. Konsentrasi ragi yang digunakan tergantung dari kecukupan makanan (gula) dalam larutan.
Pemakaian konsentrasi ragi yang tepat (optimum) akan menghasilkan jumlah etanol yang optimum
pula. Pada variabel ini yield etanol tertinggi 35,37% tercapai pada konsentrasi ragi 0,015 g/mL.
3. Pada dasarnya semakin lama proses fermentasi maka etanol yang dihasilkan semakin bertambah, tetapi
pada suatu saat akan tercapai keadaan optimum dimana penambahan lama fermentasi berikutnya tidak
akan menambah hasil etanol. Pada variabel ini yield etanol teringgi 35,21% tercapai pada lama
fermentasi 6 hari.
4. Dengan menggunakan larutan sari kulit nanas 200 mL, fermentasi dilakukan pada suhu kamar (30oC) dan
tekanan 1 atm, diperoleh kondisi operasi yang optimum pada lama fermentasi 6 hari dan konsentrasi
ragi 0,015 g/mL. Pada kondisi tersebut diperoleh yield etanol 35,37%.

DAFTAR PUSTAKA
Elevri, P. A. dan Putra, S. R., 2006, Produksi Etanol Menggunakan Saccharomyces Cerevisiae yang
Diamobilisasi dengan Agar Batang, Akta Kimia Indonesia, Vol. 1, No. 2, pp. 105 – 114. Fardiaz, 1984,
Biofermentasi dan Biosintesa Protein, Angkasa, Bandung.
Ibrahim S., 1985, Pengantar Rekayasa Mikroba, Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Fermentasi, Jurusan
Kimia, ITB, Bandung.
Koesoemadinata, V. C., 2001, Pemanfaatan Gula Hasil Hidrolisis Hemiselulosa Tandan Kosong Sawit untuk
Produksi Etanol Secara Fermentasi, Laporan Hasil Penelitian, Jurusan Teknik Kimia, FTI, ITB,
Bandung.
Nowak, J., 2000, Ethanol Yield and Productivity of Zymomonas mobilis in Various Fermentation Methods,
Electronic Journal of Polish Agricultural Universities, Vol. 3, No. 2, seri Food Science and Technology. Oetoyo,
S., 1984, Diktat Aneka Industri Kimia, Akademi Teknologi Industri Akprind, Yogyakarta. Perry, R. H. and
Green, D., 1984, Perry’s Chemical Engineers’ Handbook , McGraw-Hill Book Co., Singapore. Rizani, K. Z.,
2000, Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi dan Inokulum (Saccharomyces cerevisiae) pada Proses Fermentasi
Sari Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) untuk Produksi Etanol, Skripsi, Jurusan Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universtas Brawijaya, Malang. Wijana, S., Kumalaningsih, Setyowati,
A., Efendi, U., dan Hidayat, N., 1991, Optimalisasi Penambahan Tepung Kulit Nanas dan Proses Fermentasi
pada Pakan Ternak terhadap Peningkatan Kualitas Nutrisi, ARMP (Deptan). Universitas Brawijaya, Malang.
http://www.wikipedia.org
http://id.wikipedia.org/wiki/alkohol

A-212

Anda mungkin juga menyukai